2
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFINISI PENYAKIT
Hepatoma (Karsinoma Hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari sel-sel hati. Hepatoma merupakan kanker hati primer yang paling sering ditemukan. Karsinoma fibrolamelar merupakan jenis hepatoma yang jarang, yang biasanya mengenai dewasa muda. Penyebabnya bukan sirosis, infeksi hepatitis B atau C maupun faktor resiko lain yang tidak diketahui. Hepatoma adalah kanker hati primer dapat timbul dari hepatosit (sel hati), jaringan penyambung, pembuluh darah, empedu., Ester, 2002.
Hepatoma atau Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma=HCC) merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit, Sudoyo, 2007.
Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati, Misnadiarly, 2007.
Hepatoma(karsitoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari hepatosit (karsitoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu (kolangio karsinoma), Corwin, 2009.
PATOFISIOLOGI
Hepatocellular carcinoma (HCC) adalah tumor ganas asal hepatoseluler yang berkembang pada pasaien dengan factor resiko seperti hepatitis virus, penyalahgunaan alkohol, dan penyakit hati metabolik. Penyakit ini juga dapat terjadi (jarang) pada pasien dengan parenkim hari normal.
HCC dapat mengalami perdarahan dan nekrosis karena kurangnya stroma fibrosa. Invasi vascular, terutama dalam system portal. Invasi sistem bilier kurang umum. Agresif HCC dapat menyebabkan rupture (pecah) dan hemaperitoneum hepatika.
Ada tiga pola pertumbuhan yang ditunjukan oleh HCC:
Masa soliter.
Multifocal atau pola nodular.
Multiple difus dengan pola nodular.
Secara mikroskopis, sel-sel HCC menyerupai hepatosit normal dan dapat membingungkan dengan adenoma sel hati. Tumor yang lebih berbeda dapat menghasilkan empedu. HCC dapat menghasilkan alfa-fetoprotein (AFP), serta protein serum lainnya.
Sumber: Mutaqin, A., Sari, K. (2011)
ETIOLOGI
Penyakit pasti dari hepatoma masih belum diketahui tetapi terdapat data penting predisposisi penyebab utama dari hepatoma ,yaitu serosi hepatis. Kondisi sirosis hepatis biasanya berhubungan dengan hepatitis B,hepatitis C,hemokromatosis aflatoxin,dan penyebab lain.
Secara umum,setiap etiologi sirosis merupakan faktor resiko utama untuk hepatocellilar carcinoma. Sekitar 80% dari pasien denga hepatocellular carcinoma baru didiagnosis sirosis telah ada sebelumnya. Penyebab utama sirosis diamerika serikat disebabkan infeksi hepatitis C,alkohol dan infeksi hepatitis B (El-serag 2004).
Sirosis hati (pengerasan hati)
Secara umum, sirosis manapun adalah faktor risiko utama untuk kanker hati. Sekitar 80 persen pasien dengan kanker hati sebelumnya telah didiagnosis sirosis hati.
Virus hepatitis B
Hepatisis B merupakan penyebab paling umum kanker hati di seluruh dunia. Virus hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati karena adanya kombinasi peradangan kronis dan integrasi genom virus ke dalam DNA pasien. Pasien hapatitis B dapat meningkatkan kasus kanker hari hingga 1000 kali lipat.
Virus Hepatitis C
Virus hepatitis C telah menjadi penyebab paling umum kanker hati di Jepang dan Eropa, dan juga bertanggung jawab atas meningkatnya kejadian kanker hati baru-baru ini di Amerika Serikat.
Risiko kanker hati seumur hidup dari pasien hepatitis C adalah 5 persen, dan terjadi setelah 30 tahun terinfeksi. Dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa pengobatan antiviral infeksi hepatitis C kronis dapat mengurangi risiko kanker hati secara signifikan.
Alkohol
Di Amerika Serikat, sekitar 30 persen kasus kanker hati dianggap berhubungan dengan konsumsi alkohol yang berlebihan. Pecinta alkohol yang minum lebih dari 80 g/d atau elbih dari 6 sampai 7 gelas per hari, dapat meningkatkan risiko kanker hati hingga 5 kali lipat.Risiko kanker hati lebih besar terjadi setelah pasien berhenti minum alkohol, karena peminum berat tidak bertahan cukup lama untuk mengembangkan kanker.
Aflatoksin
Karsinogen hati ini adalah hasil dari kontaminasi jamur pada bahan makanan di Afrika dan Asia Tenggara. Hal ini menyebabkan kerusakan DNA dan mutasi gen p53. Biasanya aflatoksin terdapat pada kacang - kacangan atau makanan yang disimpan dalam waktu lama.
Hemochromatosis
Hemochromatosis merupakan kelainan metabolisme besi yang ditandai dengan adanya pengendapan besi secara berlebihan di dalam jaringan. Pasien dengan hemochromatosis, meningkatkan risiko kanker hati sebesar 30 persen.
Komplikasi penyakit lain
Adanya komplikasi seperti sirosis empedu primer, steroid androgenik, kolangitis sclerosing primer, dan kontrasepsi oral dapat meningkat risiko kanker hati.
KLASIFIKASI
Sistem TNM (tumor, nodul, metastasis) sementara ini yang dijadikan yang diterima secara luas adalah benar - benar hanya berguna pada pasien yang menjalani bedah reseksi. Oleh karena sebagian besar pasien unresectable dengan prognosis benar-benar tergantung pada keberadaan fungsi hati dari pada ukuran tumor. Beberapa sistem stadium telah dievaluasi klinis yang menggabungkan fitur dari hati dan pasien seperti asites, keterlibatan vena porta dan status performa.
Stadium Hepatoma
Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm
Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
Stadium IV : Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase).
Tabel stadium hepatoma dengan menggunakan sistem TNM
Tumor Primer
Kelenjar getah bening KGB
Regional N
Metastatis jauh
(M)
Tx
Tumor primer tidak dapat dinilai
N0
Menunjukan tidak ada keterlibatan KGB
M0. Tidak ada metastatis jauh
T1
Tumor soliter tanpa invanasi vaskular
T2
Tumor soliter dengan invasi vaskular atau beberapa tumor tidak lebih dari 5cm
T3
Tumor multiprl lebih dari 5cm atau tumor yang melinatkan cabang utama dari portal atau vena hepatika.
N1
Menunjukan keterlibatan KGB
M1. Ada metastatis jauh
T4
Tumor multipel dengan invasi langsung organ yang berdekatan selain kantong empedu atau dengan perforasi peritoneum viseral
( Amerika cancer society,2008)
Tabel pengelompokan stadium
Stadium
TNM
Stadium I
T1
N0
M0
Stadium II
T2
N0
M0
Stadium III A
T3
N0
M0
Stadium III B
T4
N0
M0
Stadium III C
Tx
N1
N0
Stadium IV a
Setiap T
Setiap N
M1a
Stadium IV b
Setiap T
Setiap N
M1b
( Amerika cancer society,2008)
TANDA DAN GEJALA
Pada tahap awal hepatoma tidak memberi gejala dan tanda klinik. Pada stadium lanjut mungkin bisa didapatkan gejala dan tanda-tanda seperti:
Penurunan berat badan
Anoreksia dan anemia
Nyeri abdomen disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi.
Kehilangan nafsu makan
Mudah capek dan merasa lelah
Asites pada abdomen
Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena portal atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal
Kulit dan matanya kelihatan kuning
Gejala ikterus hanya tejadi jika sluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan nodul malignan dalam hilus hati.
Kotorannya berwarna putih
KOMPLIKASI
Asites
Perdarahan saluran cerna bagian atas
Ensefalopati hepatika
Sindrom hepatorenal
Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan bilirubin total, aspartate aminotransferase (AST), fosfatase alkali, albumin, dan waktu prothrombin menunjukan hasil yang konsisten dengan sirosis.
Alpha-fetoprotein (AFP) meningkat pada 75% kasus.
Radiografi.
Foto toraks, dilakukan untuk mendeteksi adanya metastasis paru.
CT Scan. Dilakukan untuk pasien Hepatocelullar carcinoma karena meningkatnya AFP. Setiap tes memiliki 70-80% kesempatan untuk menemukan lesi soliter.
MRI dapat mendeteksi lesi lebih dan juga dapat digunakan untuk menetukan aliran dalam vena vortal.
USG untuk mencari tanda-tanda sirosis dalam atau pada permukaan hati.
Biopsi. Biopsi sering diperlukan untuk membuat diagnosis. Secara umum, core biopsi lebih disukai dari biopsi jarum halus. Biopsi umumnya diperoleh melalui perkutaneus dibawah bimbingan ultrasonographic atau CT. sebelum mendapatkan biopsy, paracentesis volume besar mungkin berguna pada pasien dengan asites massif; selain itu, transfuse trombosit mungkin diperlukan pada pasien dengan sirosis dengan trombositopenia berat (<50.000). Resiko pendarahan tidak berkolerasi dengan peningkatan dalam waktu prothombin.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan terhadap pasien Hepatoma terdiri dari pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi. (Suratun, 2010).
Pembedahan
Pembedahan adalah satu-satunya penanganan kuratif potensial untuk pasien kanker hati. sayangnya hanya 25% pasien yang memenuhi kriteria untuk reseksi hati. Reseksi hepatik melibatkan subkostal bilateral maupun insisi torakoabdominal. Setelah insisi, terdapat empat teknik reseksi yang diketahui yaitu lobektomi kanan dan kiri, trisegmenteknomi dan segmentektomi lateral, segmen-segmen lateral meliputi pengangkatan bagian luar lobus kiri. Trisegmentektomi adalah pengangkatan lobus kanan dan bagian dalam lobus kiri.
Terdapat tiga macam terapi bedah, yaitu:
Hepatektomi Parsial.
Di Amerika Serikat, resksi mungkin hanya 5% dari pasien. Secara umum, Hepatocellular carcinoma memiliki lesi soliter pada sebagian lobus hati sehingga dengan intervensi hepatektomi parsial pada sebagian lobus hati memberikan hasil terbaik untuk optimalisasi fungsi hati yang tersisa (Poon,2001).
Transplantasi.
Banyak pasien tidak dicalonkan pada hepaktetomi parsial karena luasnya penyakit hati. Beberapa pasien ini baik kandidat untuk transplantasi hati karena memiliki potensi untuk menghilangkan kanker, menyembuhkan penyakit hati yang mendasari (Bruix,2005).
Kemoterapi
Kemoterapi regional meliputi penginfusan agens yang sangat dimetabolisasi oleh hari melalui arteri hepatik.Ini sangat meningkatkan dosis obat yang diberikan ke tumor, tetapi meminimalkan efek samping sisterik. Kemoterapi intra arterial dapat diberikan melalui kateter sementara yang dipasang ke dalam arteri aksilaatau femoralis. Komplikasi metode ini meliputi trombosis hepatik dan arteri intraabdomenlain, perubahan posisi kateter, sepsis dan hemoragi. Obat juga dapat diberikan melalui pompa yang dapat ditanam, yang memberikan keuntungan dengan membuat pasien tetap dapat berjalan dan menurunkan komplikasi terkait kateter. Agens yang digunakan paling sering untuk kemoterapi intraarterial adalah flokuridin (FUDR) dan 5-FU. Obat lain yang digunakan meliputi sisplatin, doksorubisin, mitomisin-C, dan diklorometotrekstat.
Terapi Radiasi
Meskipun kanker hati diyakini sebagai tumor tumor radiosensitive, penggunaan terapi radiasi dibatasi oleh intoleransi relative parenkim normal. Semua hati akan metoleransi 3000cGy. Pada dosis ini insidensi hepatitis radiasi adalah 5% sampai 10%. Pengobatan atau remisi jangka panjang kanker hati memerlukan dosis lebih tinggi secara signifikan.
Menurut Ester (2002) ada beberapa penatalaksanaan yang menggunakan pendekatan keperawatan yaitu:
Dalam persiapan untuk pembedahan, status nutrisi, cairan, fisik umum dikaji dan upaya dilakukan untuk menjamin kondisi fisik seoptimal mungkin.
Berikan penjelasan agar pasien menyiapkan diri secara psikologis terhadap pembedahan, pemeriksaan diagnostik yang panjang dan melelahkan mungkin dilakukan, perlu dilakukan persiapan usus dengan menggunakan katartik, irigasi kolon dan antibiotik usus untuk meminimalkan kemungkinan akumulasi amonium dan mengantisipasi kemungkinan insisi usus.
Pada pascaoperasi terdapat masalah potensial yang berhubungan dengan keterlibatan kardiopulmonal, kapiler vaskuler, dan disfungsi pernafasan dan hati, abnormalitas metabolik memerlukan perhatian cermat. Infus konstan dengan glukosa 10% diperlukan dalam 48 jam pertama untuk mencegah cetusan penurunan gula darah, yang diakibatkan oleh penurunan glukoneogenesis. Sintesis protein dan metabolisme lemak juga berubah, sehingga memerlukan penginfusan albumin.
Pasien memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta perawatan selama 2 atau 3 hari pertama. Ambulasi dini dianjurkan.
Adapun pencegahan terhadap penyakit klien agar tidak mengalami Hepatoma yaitu:
Pencegahan untuk penyakit Hepatitis B dan C.
Hindari Mengkonsumsi alkohol.
Hindari makanan yang mengandung aflatoksin.
MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
Masalah Keperawatan
Kelebihan volume cairan
Nyeri
Intoleransi aktivitas
Pola nafas tidak efektif
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pengkajian
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri abdomen.
Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang dapat diperoleh melalui orang lain atau dengan klien itu sendiri.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang pernah diderita oleh klien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang pernah dialami ol eh anggota keluarga.
Pemeriksaan Fisik: Data Fokus
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan hepatoma menurut Suratun (2010) sebagai berikut:
Kaji adanya keluhan kelemahan, kelelahan, dan malaise.
Kaji riwayat mengkonsumsi alkohol, jika ya tanyakan berapa banyak dalam sehari dan sudah berapa lama.
Kaji riwayat penggunaan obat-obatan yang kemungkinan dapat mempengaruhi fungsi hati.
Kaji riwayat penyakit hepatitis, penyakit empedu, trauma hati, perdarahan gastrointestinal.
Kaji adanya ketidaknyamanan; nyeri tekan abdomen pada kuadran kanan atas dan menyebar ke skapula.
Kaji status nutrisi klien; anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, edema, ikterik.
Kaji kebutuhan cairan; klien mengalami muntah, kulit kering, turgor kulit buruk, diare, dan terjadi asite.
Kaji eliminasi klien; klien sering mengalami diare.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah, untuk memeriksa afp (alfa fetoprotein), yaitu jenis protein yang dihasilkan tumor hati.
Pemindaian citra (imaging scan) dengan MRI atau CT scan
Biopsy, yaitu mengambil sampel jaringan tumor untuk dianalisa untuk menentukan apakah tumor tersebut ganas (cancerous) atau jinak (non-cancerous).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan cairan ekstraseluler di paru – paru yang disebabkan oleh gangguan metabolism protein
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan cepat lelah, kelemahan fisik umum sekunder dari perubahan metabolism sistemik.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang adekuat.
Aktual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan terapi deuratik, muntah, hypokalemia, penurunan intake cairan oral.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Pola Nafas tidak efektif
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
Batasan karakteristik :
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per menit
- Menggunakan otot pernafasan tambahan
- Nasal flaring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernafasan rata-rata/minimal
Bayi : < 25 atau > 60
Usia 1-4 : < 20 atau > 30
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
Usia > 14 : < 11 atau > 24
- Kedalaman pernafasan
Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital
Faktor yang berhubungan :
- Hiperventilasi
- Deformitas tulang
- Kelainan bentuk dinding dada
- Penurunan energi/kelelahan
- Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
- Obesitas
- Posisi tubuh
- Kelelahan otot pernafasan
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler
- Kerusakan persepsi/kognitif
- Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
- Imaturitas Neurologis
DS:
Dyspnea
Nafas pendek
DO:
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
Penurunan pertukaran udara per menit
Menggunakan otot pernafasan tambahan
Orthopnea
Pernafasan pursed-lip
Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
Penurunan kapasitas vital
Respirasi: < 11 – 24 x /mnt
NOC:
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Vital sign Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
NIC :
Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Intoleransi aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energi secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.
Batasan karakteristik :
a. melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
b. Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
c. Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
d. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
Faktor factor yang berhubungan :
Tirah Baring atau imobilisasi
Kelemahan menyeluruh
Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan
Gaya hidup yang dipertahankan.
DS:
Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
DO :
Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
Perubahan ECG : aritmia, iskemia
NOC :
Self Care : ADLs
Toleransi aktivitas
Konservasi eneergi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
NIC :
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi, misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
DS:
Nyeri abdomen
Muntah
Kejang perut
Rasa penuh tiba-tiba setelah makan
DO:
Diare
Rontok rambut yang berlebih
Kurang nafsu makan
Bising usus berlebih
Konjungtiva pucat
Denyut nadi lemah
NOC:
Nutritional status: Adequacy of nutrient
Nutritional Status : food and Fluid Intake
Weight Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Herdman, Heather. 2010. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.
Alrosa, N. (2014). Makalah hepatoma, diakses Februari, 21, 2017 dari http://www.academia.edu/
Mutaqin, A., Sari, K. (2011). Gangguan gastro intestinal :aplikasi keperawatan medikal bedah. Salemba Medika : Jakarta.
Nurarif, A.H., Kusuma, H. (2013). Panduan penyusunan asuhan keperawatan professional. Media Action Publishing : Yogyakarta.
Suratun, Lusianah. (2010). asuhan keperawatan klien gangguan system gastrointestinal. Trans Info Media : Jakarta.
Ns. Sam. (2011). Panduan Penulisan Dx Kep, NOC-NIC. Diakses Februari, 21, 2017 dari https://docs.google.com/document/d/1ZdV_OyAqRvKub8Z3tVv32WSGCuYO-8oWodh6dFCBjv4/edit.
Nurkasim, Ismail. (2015). Kumpulan Diagnosa, tujuan&Intervensi Keperawatan NANDA NIC NOC. Diakses Februari, 21, 2017 dari
https://www.academia.edu/11550151/Kumpulan_Diagnosa_tujuan_and_Intervensi_Keperawatan_NANDA_NIC_NOC.
LAPORAN PENDAHULUAN
"HEPATOMA"
" disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
stase keperawatan medical bedah "
OLEH:
INA KARINA SAFITRI, S.Kep
NIM : 16310477
PROGRAM STUDI NERS
STIKES CAHAYA BANGSA
BANJARMASIN
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
NAMA : INA KARINA SAFITRI,S.Kep
NIM : 16310477
PRODI : PROGRAM STUDI NERS
JUDUL : HEPATOMA
Banjarmasin, Februari 2017
Preseptor Akademik Preseptor Klinik
LEMBAR KONSULTASI
NAMA : INA KARINA SAFITRI, S.Kep
NIM : 16310477
PRODI : PROGRAM STUDI NERS
JUDUL : HEPATOMA
NO
HARI/
TANGGAL
SARAN PERBAIKAN
PARAF