MAKALAH “KELAINAN AIR KETUBAN”
(KPSW, POIHIDRAMNION DAN OLIGOIDRAMNION) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan maternitas Dosen pengampu: Dr. Teddy,s. SPoGK
Disusun Oleh :
1.
AYU CITA LARASARI
(P07220116085) (P07220116085)
2.
HELDA WURI C
(P07220116098) (P07220116098)
3.
SRI BINTANG REGITA
(P07220116117) (P07220116117)
4.
YULPIANTI ANNISA
(P07220116120) (P07220116120)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang KELAINAN
AIR
KETUBAN
(KPSW,
POIHIDRAMNION
DAN
OLIGOIDRAMNION). Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian, struktur, ciri-ciri kepribadian dan perilaku manusia dan beberapa hal yang bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Balikpapan, 14 FEBRUARI 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i DAFTAR ISI......................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1 B. Rumusan masalah ..................................................................................................... 2 C. Tujuan ....................................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................................. 3 A. Kelainan air ketuban KPSW ..................................................................................... 3 B. kelainan air ketuban polihdramnion ......................................................................... 7 C. kelainan air ketuban oligohidramnion .................................................................... 11 BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 15 A. Kesimpulan ............................................................................................................. 15 B. Saran ....................................................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iii
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat, patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang menyertai ibu saat hamil. Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya. Sebagian besar wanita hamil di indonesia mengalami komplikasi atau masalah yang menjadi fatal, sekitar 26& wanita dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. Sebagai bidan akan menemukan wanita hamil dengan komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwanya. Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan ibu dan keluarga kita sebagai bidan berada diposisi untuk meningkatkan kemampuan ibu untuk melahirkan sebagaimana juga kemampuan menemani ibu dalam proses kelhiran untuk memberikan dukungan dan dorongan. Perlu diingat bahwa persalinan merupakan proses yang normal, serta merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi ;otensi komplikasi yang mengancam nyawa juga akan selalu ada xsehingga bidan harus mengamati ibu dan bayi dengan ketat sepanjang kehamilan dan kelahiran, sehingga sangan penting bagi bidan untuk mengetahui bagaiman cara mendeteksi dini penyulit dan komplikasi selama masa kehamilan dan masa persalinan, sebagai upaya menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi. Air ketuban berfungsi antara lain untuk: - Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan. - Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat menyebabkannya mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin. - Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk sementara. - Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistem pencernaan janin, sistem otot dan tulang rangka, serta sistem pernapasan janin agar berkembang dengan baik. - Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di sekitar janin. Selaput ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan penahan janin dan rahim terhadap kemungkinan infeksi.
1
-
Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di dalam rahim, sehingga leher rahim membuka. - Dan saat kantung ketuban pecah, air ketuban yang keluar sekaligus akan membersihkan jalan lahir. Pada saat kehamilan, air ketuban juga bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan yang dialami janin, khususnya yang berhubungan dengan kelainan kromosom. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana kelainan air ketuban KPSW? 2. Bagaimana kelainan air ketuban Poliihidramnion? 3. Bagaimana kelainan air ketuban Oligohidramnion? C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui kelainan air ketuban KPSW 2. Untuk mengetahui kelainan air ketuban Polihidramnion 3. Untuk mengetahui kelainan air ketuban Oligohidramnion.
2
BAB II PEMBAHASAN TEORI
A. KELAINAN AIR KETUBAN KPSW ( KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA) 1. Pengertian KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu (kapita selekta penatalaksanaan rutin Obstetri Ginekologi dan KB). KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum mulainya persalinan yaitu bila pada primipara pembukaan < 3 cm dan pada multipara < 5 cm (Mochtar, 1998). KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. Sebahagian pecahnya ketuban secara dini terjadi sekitar usia kehamilan 37 minggu ( Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007). Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. KPSW disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intar uterin atau oleh kedua factor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks. ( Sarwono Prawiroharjo,2002) Hakimi (2003) mendefinisikan KPSW sebagai ketuban yang pecah spontan 1 jam atau lebih sebelum dimulainya persalinan. (PROM): a. Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum in partu, misalnya 2 atau 4 atau 6 jam sebelum in partu. b. Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks/leher rahim pada kala I, misalnya ketuban yang pecah sebelum pembukaan serviks 3 cm atau 5 cm, dan sebagainya. c. Prinsipnya adalah ketuban yang pecah “sebelum waktunya”. d. Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II persalinan. Bisa juga belum pecah sampai saat mengedan, sehingga kadang perlu dipecahkan (amniotomi). e. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat meninggikan angka kematian ibu dan anak.
Selaput janin dapat robek dalam kehamilan : a. spontan karna selaputnya lemah atau kurang terlindung karna servik terbuka. b. Karena trauma, karna jatuh, coitus atau alat-alat c. Insiden menurut Eastman kira-kira 12% dari semua kehamilan
3
2. Faktor penyebab atau etiologi Etiologi terjadinya KPSW tetap tidak jelas, tetapi berbagai jenis faktor yang menimbulkan terjadinya KPSW yaitu infeksi vagina dan serviks, fisiologi selaput ketuban yang abnormal, inkompetensi serviks, dan devisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin c). (manuaba, Ida Bagus Gde. 2007)
Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD antara lain a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal Inkompetensi serviks Infeksi vagina/serviks Kehamilan ganda Polihidramnion Trauma Distensi uteri Stress maternal Stress fetal Infeksi Serviks yang pendek
Selain itu menurut (Taufan, Nugroho 2010), penyebab lainnya adalah sebagai berikut : a. Serviks inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curetage) b. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidrmion sehingga mengakibatkan tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) c. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang sehingga tidak ada bagian terendah yng menutupi PAP yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. d. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi) e. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah. ( Amnionitis/Korioamnionitis). f. Faktor keturunan (ion Cu srum rendah, vitamin c rendah, kelainan genetik) g. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten: 1) Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkianan infeksi 2) Makin muda kehamilan,makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin
4
h. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPSW karena biasanya disertai infeksi. i. Faktor golongan darah Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban. Faktor resiko dari ketuban Pecah Sebelum Waktunya, antara lain : a. Kehamilan multiple : kembar dua (50%), kembar tiga (90%) b. Riwayat persalinan preterm sebelum : resiko 2-4 kali c. Tindakan senggama tidak berpengaruh kepada resiko, kecuali jika perdarahan pervaginam : trimester I (resiko 2x), trimester II / III (20x) hygiene buruk, beresiko terhadap infeksi. d. Bakteriuria : resiko 2x (prevalensi 7%) e. Ph vagina diatas 4,5 : resiko 32% f. Serviks tipis/kurang dari 39 mm : resiko 25% 3. Pathofisiologis KPSW biasanya terjadi karna berkurangnya kekuatan membran atau penambahan tekanan intra uterin ataupun sebaliknya. Kemungkinan tekanan intra uterin yang kuat adalah penyebab independen dari KPSW dan selaput ketuban yang tidak kuat akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
Menurut Taylor, dkk terjadinya KPSW ternyata ada hubungannya dengan hal-hal berikut : a. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Selaput ketuban selalu tipis (kelainan ketuban). b. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis) c. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi,disproporsi,serviks incompeten, dll. d. KPSW artifisial (amniotomi), damana ketuban dipecahkan terlalu dini e. Hidramnion f. Hamil ganda g. Letak lintang h. Letak sungsang i. Vitamin c rendah 4.
Manifestasi dan penatalaksanaan medis a. Tanda dan Gejala
-
Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
-
Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi 5
-
Janin mudah diraba
-
Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban kering
-
Inspekulo : tanpa air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.
b. Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin - Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin - Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru, amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi), fetal and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea (SC) atau pun partus pervagina - Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan kemampuan finansial keluarga. - Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur. - Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian profilaksis streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan aterm - Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan ti ndakan konservatif/expectant management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid (belum ada konsensus namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian antibiotik selama fase laten. - Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, singlecourse kortikosteroid, tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika tidak ada kontraindikasi) - Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling pasien dan keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan, tidak direkomendasikan profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama) - Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah terjadinya resiko perdarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome dan necrotizing examinations),tidak boleh dilakukan digital cervical examinations jadi pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple course tidak direkomendasikan 6
-
-
-
-
-
Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 2×6 mg (2 hari) atau betametason 1×12 mg (2 hari) Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis (nifedipine), prostaglandin sintase inhibitor (indometasin), magnesium sulfat, oksitosin antagonis (atosiban) Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas membran korioamniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah terjadi PROM Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat tanda-tanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan, lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin 3×250 mg, amoksisillin 3×500 mg dan kortikosteroid KPD pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam) berikan ampisillin 2×1 gr IV dan penisillin G 4×2 juta IU, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan antibiotik ampisillin 4×2 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC
B. KELAINAN AIR KETUBAN POLIHIDRAMNION 1. Pengertian Polihidramnion atau disebut juga dengan hidramnion adalah keadaan dimana air ketuban melebihi 2000 ml. Hidramnion akut adalah penambahan air ketuban secara mendadak dan cept dalam beberapa hari, biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke 5 dan ke 6. Hidramnion kronis adalah penambahan air ketuban secara perlahan-lahan, biasanya terjadi pada kehamilan lanjut. Diagnosis pasti bisa didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG). Insidensi hidramnion adalah 1% dari semua kehamilan. Biggio dkk (1999) melaporkan dari Alabama, insisden hidramnion 1% diantara lebih dari 36.000 kehamilan. 2. Faktor penyebab atau etiologi Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan sistem syaraf pusat dan traktus gastrointestinal. Namun secara teori, hidramnion bisa terjadi karena : a. Produksi air ketuban bertambah Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat bertambah cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing janin dan cairan otak anensefalus. Naeye dan Blanc (1972) mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal, bladder (vesica urinaria) ukuran besar, akan meningkatkan output urine pada awal 7
periode pertumbuhan fetus, hal inilah yang meningkatkan produksi urine fetus yang mengakibatkan hidramnion. b. Pengaliran air ketuban terganggu Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban ini akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esofagus dan anensefalus. Damato dan koleganya (1993) melaporkan bahwa dari 105 wanita yang diteliti cairan amnionnya, ditemukan hampir 65% dinyatakan hidramnion. Ada 47 orang hamil tunggal dengan satu atau lebih mengalami kelainan kongenital. Diantaranya kelainan gastrointestinal, sistem s yaraf pusat, thorax, skeletal, kelainan kromosom (2 janin mempunyai trisomi 18 — Edward syndrome dan dua janin dengan trisomi 21 — Down syndrome), dan kelainan jantung. 19 orang wanita hamil kembar. Hidramnion berhubungan dengan kehamilan kembar monozigotik, hipotesis telah dibuktikan bahwa salah satu fetus menguasai satu bagian sirkulasi dari janin lainnya, dimana fetus yang satu ini mengalami cardiac hypertrofi dan produksi output urine yang meningkat. 3. Pathofisiologis Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat mirip dengan cairan ektrasel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion, tapi juga menembus kulit janin. Selama trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan amnion. Hampir pasti proses ini secara bermakna mengatur pengendalian volume cairan amnion. karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan amnion. Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi bila janin tidak dapat menelan, seperti pada kasus atresia esofagus. Proses menelan ini jelas bukan satu-satunya mekanisme untuk mencegah hidramnion. Pritchard dan Abramovich mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak.Pada kasus anesefalus dan spina bifida, faktor etiologinya mungkin adalah meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke dalam rongga amnion. Penjelasan lain yang mungkin pasca anensefalus, apabila tidak terjadi gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih akibat stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak terlindung atau berkurangnya efek antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin vasopressin. Hal sebaliknya telah jelas dibuktikan bahwa kelainan janin yang menyebabkan anuria hampir selalu menyebabkan oligohidramnion. Pada hidramnion yang terjadi pada kehamilan kembar monozigot, diajukan hipotesis bahwa salah satu janin merampas sebagian besar sirkulasi bersama dan mengalami hipertropi jantung, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan luaran urin pada masa neonates dini, yang mengisyaratkan bahwa hidramnion disebabkan oleh meningkatnya produksi urin janin. Hidramnion yang sering 8
terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih belum dapat diterangkan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yangmenimbulkan diuresis osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan bahwa volumeair ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan produksi urin janin padawanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol nondiabetik. Yang menarik, produksiurin janin meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai padawanita diabetes. 4. Manifestasi dan penatalaksanaan medis a. Gejala 1) Perut Ibu hamil sangat besar. Misalnya saja pada usia kehamilan enam minggu,besar perut Ibu seperti telah menginjak usia kehamilan delapan hingga sembilan bulan 2) Tulang punggung Ibu semasa hamil terasa nyeri. 3) Perut terasa kembung dan lebih kencang. 4) Kulit perut tampak mengkilap. 5) Terkadang Ibu merasakan sakit pada perut ketika berjalan. 6) Rahim Ibu tumbuh lebih cepat daripada yang seharusnya. Tekanan pada diafragma menyebabkan ibu mengalami sesak nafas. 7) Denyut jantung janin sulit dipantau. Bagian-bagian tubuh janin sulit diraba. Gejala utama yang menyertai Polihidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanis dan terutama disebabkan oleh tekanan di dalam sekitar uterus yang mengalami overdistensi terhadap organ-organ di dekatnya. Apabila peregangannya berlebihan, ibu dapat mengalami dispnea dan pada kasus ekstrim, mungkin hanya dapat bernafas bila dalam posisi tegak. Sering terjadi edema akibat penekanan sistem vena besar oleh uterus yang sangat besar, terutama di ekstremitas bawah, vulva, dan dinding abdomen. Walaupun jarang, dapat terjadi oligouria berat akibat obstruksi ureter oleh uterus yang sangat besar. Pada hidramnion kronik, penimbunan cairan berlangsung secara bertahap dan wanita yang bersangkutan mungkin mentoleransi distensi abdomen yang berlebihan tanpa banyak mengalami rasa tidak nyaman. Namun pada hidramnion akut, distensi abdomen dapat menyebabkan gangguan yang cukup serius dan mengancam. Hidramnion akut cenderung muncul pada kehamilan dini dibandingkan dengan bentuk kronik dan dapat dengan cepat memperbesar uterus. Hidramnion akut biasanya akan menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu, atau gejala dapat menjadi demikian parah sehingga harus dilakukan intervensi. Pada sebagian besar kasus hidramnion kronik, tekanan cairan amnion tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan pada kehamilan normal. Gejala klinis utama pada hidramnion adalah pembesaran uterus disertai kesulitan dalam meraba bagian-bagian kecil janin dan mendengar denyut jantung 9
janin. Pada kasus berat, dinding uterus sangat tegang. Membedakan antara hidramnion, asites, atau kista ovarium yang besar biasanya mudah dilakukan dengan evaluasi ultrasonografi. Cairan amnion dalam jumlah besar hampir selalu mudah diketahui sebagai ruang bebas-echo yang sangat besar di antara jani n dan dinding uterus atau plasenta. Kadang mungkin ditemui kelainan janin misalnya anensefalus atau defek tabung syaraf lain, atau anomali saluran cerna. Penyulit tersering pada ibu yang disebabkan oleh hidramnion adalah solusio plasenta, disfungsi uterus dan perdarahan pasca persalinan. Pemisahan dini plasenta yang luas kadang-kadang terjadi setelah air ketuban keluar dalam jumlah yang besar karena berkurangnya luas permukaan uterus di bawah plasenta. Disfungsi uterus dan perdarahan pasca persalinan terjadi akibat atonia uteri karena overdistensi. b. Penatalaksanaan Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase: 1) Waktu hamil a) Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis. b) Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable. c) Komplikasi pungsi dapat berupa : - Timbul his - Trauma pada janin - Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan - Infeksi serta syok 2) Waktu bersalin a) Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu b) Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan c) Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri. 10
3) Post partum a) Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika b) Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum c) Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup. C. KELAINAN AIR KETUBAN OLIGOHIDRAMNION 1. Pengertian Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. VAK (Volume Air Ketuban) meningkat secara stabil saat kehamilan, volumenya sekitar 30 cc pada 10 minggu dan mencapai puncaknya 1 Liter pada 34-36 minggu, yang selanjutnya berkurang. Rata-rata sekitar 800 cc pada akhir trisemester pertama sampai pada minggu ke-40. Berkurang lagi menjadi 350 ml pada kehamilan 42 minggu, dan 250 ml pada kehamilan 43 minggu. Tingkat penurunan sekitar 150 ml/minggu pada kehamilan 38-43 minggu. Oligohidramnion adalah terjadinya kekurangan atau penurunan cairan amnion (ketuban) yang mengelilingi janin dalam rahim. Air ketuban berperan penting dalam perkembangan fetus (janin), sehingga kekurangan cairan ini bisa menyebabkan sindrom oligohidramnios atau sindrom Potter yang ditandai dengan tampilan fisik janin atau bayi yang tidak biasa seperti hidung melebar, dagu rendah, telinga tampak lebih rendah dari bayi normal serta gangguan lainnya. Awal terjadinya oligohidramnion umumnya selama masa akhir trimester tiga, seringnya ketika sudah lewat bulan lahirnya. Kebalikan dari oligohidramnion adalah polihidramnion dimana jumlah cairan amnion berlebih. Jika air ketuban kurang 500cc, disebut oligohidramnion. Oligohidramnion kurang baik untuk pertumbuhan janin karena pertumbuhan dapat terganggu oleh perlekatan antara kulit janin dan amnion atau karena janin mengalami tekanan dinding rahim. Gambaran Klinis A) Rahim lebih kecil sesuai dengan tuanya kehamilan B) Bunyi jantung anak sudah terdengar sebelum bulan ke-5 dan terdengar lebih jelas dengan stetoskop. C) Pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu dan sering berakhir dengan partus prematurus. D) Ibu merasa nyeri diperut pada tiap pergerakan anak E) Persalinan lebih lama dari biasanya F) Sewaktu his akan terasa sakit sekali G) Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali, bahkan tidak ada yang keluar 2. Faktor penyebab atau etiologi
11
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan obstruksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis. Adapun penyebab terjadinya oligohidramnion menurut beberapa ahli yaitu: Fetal: Maternal : Kromosom Dehidrasi Congenital Insufisiensi uteroplasental Hambatan pertumbuhan janin Preeklamsia Kehamilan poster Diabetes
Faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya oligohidramnion antara lain:
A) Faktor Janin 1) Bocornya membran amnion. Terkadang cairan amnion keluar melalui lubang kecil pada membran amnion sehingga menyebabkan air ketuban sedikit. Hal ini terjadi pada tahap akhir kehamilan namun kebanyakan terjadi saat mendekati masa persalinan. 2) Ketidaknormalan janin. Tidak adanya ginjal atau ginjal yang abnormal (agenesis ginjal, ginjal polikistik) pada janin juga bisa menurunkan produksi urine yang pada akhirnya berdampak pada seikitnya cairan ketuban. 3) Faktor genetik. Adanya pewarisan gen abnormal. B) Faktor Plasenta
1) Abrupsio plasenta. Ketikdanormalan plasenta yang menyebabkan plasenta terlepas dari dinding rahim bagian dalam sehingga mengakibatkan terjadinya defisiensi cairan amnion. Ketidakteraturan pada darah plasenta dan suplai nutrisi bisa mencegah bayi menghasilkan urine sehingga menyebabkan komplikasi serius. 2) Anak kembar. wanita hamil dengan janin kembar memiliki risiko lebih tinggi terjadinya defisiensi cairan amnion. 3) Obat – obatan. Penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan beberapa inhibitor ACE (angiotensin-converting enzyme) bisa menyebabkan air ketuban sedikit. Kondisi ibu berikut ini bisa menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya oligohidramnion: 1) Tekanan darah tinggi kronik 12
2) 3) 4) 5)
Dehidrasi Diabetes (kencing manis) Preeklampsia (tekanan darah tinggi saat hamil lebih dari 20 minggu) Lupus.
3. Pathofisiologis
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit). Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal. Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi. Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter. Gejala Sindroma Potter berupa : - Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang). - Tidak terbentuk air kemih - Gawat pernafasan, 4. Manifestasi dan penatalaksanaan medis Beberapa gejala klinis yang timbul pada kasus oligoidramnion yaitu: 1. Uterus tampak lebi kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen. 2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak 3. Sering berakir dengan partus premarturus. 4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima san terdengar jelas. 5. Persalinan lebih lama dari biasanya. 6. Sewaktu his akan sakit sekali. 7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar. Selain itu, terdapat beberapa faktor- faktor yang sangat beresiko pada wanita yang dapat meningkatkan insidensi kasus oligohidramnion yaitu: 1. Anomali kongenita (misalnya: agenosis ginjal, sindrom potter). 2. Retardasi pertumbuhan intra uterin. 3. Ketuban pecah dini (24-26 minggu) 4. Sindrom paska maturitas. 13
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik. Kompresi tali pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu persalinan dengan section caesarea merupakan pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion. Selain itu, pertimbangan untuk melakukan sc karena: 1. Index kantung amnion (ICA) 5cm atau kurang 2. Deselarasi frekuensi detak jantung janin 3. Kemungkinan aspirasi mekonium pada kehamilan postterm
14
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat, patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang menyertai ibu saat hamil. Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya. Sebagian besar wanita hamil di indonesia mengalami komplikasi atau masalah yang menjadi fatal, sekitar 26 & wanita dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. Sebagai bidan akan menemukan wanita hamil dengan komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwanya. Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan ibu dan keluarga kita sebagai bidan berada diposisi untuk meningkatkan kemampuan ibu untuk melahirkan sebagaimana juga kemampuan menemani ibu dalam proses kelhiran untuk memberikan dukungan dan dorongan. Perlu diingat bahwa persalinan merupakan proses yang normal, serta merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi ;otensi komplikasi yang mengancam nyawa juga akan selalu ada xsehingga bidan harus mengamati ibu dan bayi dengan ketat sepanjang kehamilan dan kelahiran, sehingga sangan penting bagi bidan untuk mengetahui bagaiman cara mendeteksi dini penyulit dan komplikasi selama masa kehamilan dan masa persalinan, sebagai upaya menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi. Air ketuban berfungsi antara lain untuk: - Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan. - Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat menyebabkannya mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin. - Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk sementara. - Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistem pencernaan janin, sistem otot dan tulang rangka, serta sistem pernapasan janin agar berkembang dengan baik. - Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di sekitar janin. Selaput ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan penahan janin dan rahim terhadap kemungkinan infeksi. - Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di dalam rahim, sehingga leher rahim membuka. - Dan saat kantung ketuban pecah, air ketuban yang keluar sekaligus akan membersihkan jalan lahir. 15
Pada saat kehamilan, air ketuban juga bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan yang dialami janin, khususnya yang berhubungan dengan kelainan kromosom. B. Saran
Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembacamakalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat asuhan keperawatan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Titin novia sastra. 2013. Ketuban pecah sebelum waktunya. http://titinnoviasastra93.blogspot.co.id/2013/07/ketuban-pecah-sebelum-waktu-nyakpsw.html (diakses pada tanggal 14 februari 2018 pukul 11.45WIB) blogspot.2014. kelainan air ketuban http://blogspot.oligohidramnion.2014.kelainan-air-ketuban.html tanggal 14 februari 2018 pukul 12.00WIB)
(diakses
pada
blogspot.2015. gejala, penyebab, pengobatan mediskus. http://blogspot.Oligohidramnion.2015.Gejala-Penyebab-Pengobatan-Mediskus.htm (diakses pada tanggal 14 februari 2018 pukul 13.15WIB) blogspot. 2014. Kelainan air ketuban. http://blogspot.ASKEB.20I4.PATOLOGI-KEBIDANAN-DianHusada.KELAINANAIR-KETUBAN.htm (diakses pada tanggal 14 februari 2018 pukul 13.35WIB)
iii