Ditulis Oleh : Wahyu Dharmawan Apoteker adalah sebuah profesi kesehatan yang diakui keberadaannya oleh UU tenaga kesehatan seperti dokter, dokter gigi, perawat, dan bidan.Para tenaga kesehatan itu masing-masing juga berkumpul dalam sebuah organisasi profesi yang diakui keberadaannya oleh pemerintah. IDI untuk profesi dokter, IBI untuk profesi bidan, IDGI untuk profesi dokter gigi. Untuk apoteker tergabung dalam ISFI atau Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Masing-masing organisasi profesi ini punya kewenangan mengatur rumah tangganya, dan bersifat independent. Mereka mempunyai kode etik dalam menjalankan profesinya.
Kode etik apoteker mengatur hubungan dengan sesama apoteker dan tenaga kesehatan lain dan juga dalam berpraktek profesi. Sebelum apoteker berpraktek profesi di apotek, RS, Industri dan lain bidang akan mencari surat rekomendasi untuk menjalankan praktek profesinya. Apoteker dengan apoteker lain menurut kode etik adalah saudara sekandung yang mestinya adalah saling melindungi, tetapi kenyataan di lapangan bukannya saling melindungi tetapi saling “jagal menjagal”.terutama apoteker yang berpraktek profesi di Komunitas (apotek). Apoteker akan tertawa melihat apotek saudara sekandungnya tutup karena kalah bersaing dalam bisnis apotek. Hal ini karena apoteker tidak independent dalam berpraktek profesi di apotek. Masih ada satu faktor yang menghalangi yaitu factor PSA (Pemilik Sarana Apotek). Tidak semua apotek milik apoteker. Dan memang profesi apoteker adalah profesi yang sangat dekat dengan bisnis . Kelemahan tidak semua apotek dimiliki oleh PSA inilah yang seringkali dimanfaatkan sedemikianrupa oleh PSA untuk mengeruk keuntungan tanpa memperdulikan etika profesi dan organisasi profesi. Para apoteker yang berkecimpung di komunitas merindukan langkah kondusif dinas kesehatan untuk bekerjasama dengan semua organisasi kesehatan, sehingga masyarakat akan dapat memetik keuntungan dengan meningkatnya derajat kesehatan tanpa melemahkan organisasi profesi. Apoteker atau ada yang menyebutnya dengan farmasis merupakan salah satu dari profesi kesehatan. Kalau mendengar kata apoteker, barang kali yang terlintas dalam banyak benak orang adalah apotek karena memang kata yang terakhir ini sudah sangat dikenal luas. Untuk menjadi seorang apoteker, maka setelah menamatkan sekolah menengah atasnya (SMU atau SMF / Sekolah Menengah Farmasi atau yang sederajat), seseorang harus melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dengan memilih jurusan/ program studi FARMASI. Lamanya pendidikan di program studi ini adalah selama 4 tahun atau 8 semester. Setelah menyelesaikan studi yang setara dengan Strata 1 / S1 ini dan mendapatkan gelar Sarjana ( sekarang
©Http://wahyudharmawan.info/ ©Http://wahyudharm awan.info/
Page 1
sarjana farmasi ), maka langkah selanjutnya adalah mengambil kuliah profesi selama 1 tahun atau 2 semester. Baru setelah kuliah profesi ini diselesaikan, seseorang berhak menyandang profesi apoteker yang sebelumnya harus mengucapkan sumpah profesi di hadapan pemuka agama yang didatangkan dari instansi berwenang. Selama menempuh pendidikan di bangku kuliah, baik untuk tingkat sarjana maupun profesi, seseorang akan lebih banyak mempelajari tentang obat dan segala sesuatu yang terkait dengannya. Mulai dari bahan baku obat, proses pembuatan obat menjadi produk obat yang bisa digunakan oleh masyarakat, kegunaan atau khasiat obat, cara penggunaan obat, efek samping dari obat, dan lain sebagainya. Pendek kata segala sesuatu yang berkaitan dengan obat dipelajari sebelum menyandang profesi apoteker. Sehingga apoteker merupakan profesi yang seharusnya memiliki pengetahuan yang paling luas tentang obat. Dimanakah profesi apoteker bisa dijumpai? Sesuai dengan peraturan tentang kefarmasian, maka profesi ini bisa mengabdikan profesinya di beberapa tempat. Tempat yang paling banyak menampung apoteker adalah apotek. Sesuai dengan peraturan pemerintah, apotek harus dibawah tanggung jawab seorang apoteker. Di Indonesia, satu apotek pada umumnya memiliki satu apoteker, kecuali pada beberapa apotek besar. Berbeda dengan di Jepang dimana dalam satu apotek bisa terdapat 10 atau lebih apoteker tergantung pada besar kecilnya apotek. Di apotek Indonesia, dalam menjalankan tugasnya, seorang apoteker dibantu oleh beberapa tenaga teknis seperti asisten apoteker (lulusan SMF atau Akademi Farmasi), juru racik ,kasir atau tenaga lainnya. Di tempat ini seharusnya apoteker lebih banyak berkomunikasi dengan pasien yang menebus obat. Kenapa komunikasi apoteker sebagai tenaga ahli di bidang obat dengan pasien diperlukan? Jawabannya adalah karena banyaknya persoalan-persoalan yang terkait dengan obat. Mulai dari aturan penggunaan, efek samping obat, interaksi obat, kepatuhan pasien dan lain sebagainya. Banyak penelitian yang telah dipublikasikan terkait masalah-masalah ini. Jadi ketika kita sebagai pasien menebus obat di apotek, ada baiknya kita meminta untuk berkonsultasi dengan apoteker. Kalau apotekernya tidak ada di tempat, silahkan buat janji atau jika memungkinkan bisa berkomunikasi lewat telepon dan sebagainya. Selain di apotek, apoteker juga banyak bekerja di rumah sakit, tepatnya di bagian instalasi farmasi. Bidang tugasnya kurang lebih sama dengan di apotek, bedanya apotek ini berada di dalam instansi rumah sakit. Selain itu apoteker juga bekerja di pabrik produsen obat. Sesuai dengan peraturan pemerintah bahwa bagian produksi dan riset pabrik obat harus di bawah tanggung jawab apoteker. Apoteker juga banyak bekerja di bidang pengawasan obat seperti Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan ( BPOM ). Produsen kosmetik juga menjadi lahan kerja bagi apoteker. Karena kosmetik juga bidang studi yang dipelajari cukup luas di perguruan tinggi farmasi. Kosmetik disamping bertujuan untuk estetika, ada juga yang bertujuan sebagai terapi atau pengobatan.
MUKADIMAH Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajiban nya serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.
©Http://wahyudharmawan.info/
Page 2
Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu : KODE ETIK APOTEKER INDONESIA BAB I KEWAJIBAN UMUM Pasal 1 Sumpah/Janji Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Apoteker. Pasal 2 Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia. Pasal 3 Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya. Pasal 4 Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya. Pasal 5 Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian. Pasal 6 Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Pasal 7 Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya. Pasal 8 Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di Bidang Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi pada khususnya.
BAB II KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA Pasal 9 Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi penderita dan melindungi makhluk hidup insani. BAB III
©Http://wahyudharmawan.info/
Page 3
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT Pasal 10 Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Pasal 11 Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuanketentuan Kode Etik. Pasal 12 Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya. BAB IV KEWAJIBAN APOTEKER/FARMASIS TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAINNYA Pasal 13 Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati Sejawat Petugas Kesehatan. Pasal 14 Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya. BAB V PENUTUP Pasal 15 Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun idtak sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib mengakui danmenerima sanksi dari pemerintah, Ikatan/ Organisasi Profesi Farmasi yang menanganinya yaitu ISFI dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ditetapkan di Denpasar Pada tanggal:18 Juni 2005
©Http://wahyudharmawan.info/
Page 4