T E K N I K P E M A N F A A T A N T E N A G A L I S T R I K J I L I D 1 u n t u k S M K
P r i h s u m a r d j a t ,i d k k .
Prih Sum a rd ja ti, ti,d dkk.
JILID 1
Teknik Pemanfaatan TENAGA LISTRIK untuk Sek ola h Me neng a h Kejur Kejurua ua n
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Prih Sumardjati, dkk.
TEKNIK PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK JILID 1 SMK SMK
R I HAN D
T U
T
W U
A Y A
N
I
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cip Cipta ta pad pada a Dep Depart artem emen en Pen Pendid didika ikan n Nas Nasion ional al Dilindung Dilin dungii Unda Undang-U ng-Undang ndang
TEKNIK PEMANFAATAN TEN ENA AGA LI LIST STRI RIK K J ILID 1 Unttuk SM Un SMK K Penu Pe nuli lis s Ut Utam ama a :
Prih Su Prih Suma mard rdja jati ti Sofian Sofi an Yahya Ali Mashar Editor : Miftahu So S oleh Pera Pe ranc ncan ang g Ku Kuli litt : Tim Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm SUM SUMARD SUM SUMARDJA JATI, TI, Pri Prih h t Tekni eknik k Pem Pemanfaa anfaatan tan Tenag enaga a List Listrik rik Jili Jilid d 1 untu untuk k SMK /ole /oleh h Prih Suma Sumardjat rdjati, i, Sofi Sofian an Yahy ahya, a, Al Alii Ma Masha sharr --- Jak Jakart arta a : Di Direk rekto torat rat Pe Pembi mbinaa naan n Sek Sekola olah h Me Menen nengah gah Kej Kejuru uruan, an, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Pendi dikan Nasio Nasional, nal, 2008. viii vi ii.. 20 208 8 hl hlm m Daft Da ftar ar Pu Pust stak aka a : 2222-2 224 ISBN : 978-979-060-093-5 ISBN : 978-979-060-094-2
Diterbitkan Diterbi tkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direkt Dir ektora oratt Jen Jende deral ral Ma Manaj najem emen en Pe Pend ndidi idikan kan Da Dasar sar dan Me Menen nengah gah Departem Depa rtemen en Pend Pendidik idikan an Nasi Nasional onal Tahun 2008 Diperbanyak oleh : http://bukubse.belajaronlinegratis.com http://belajaronlinegratis.com
ii
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit didapatkan di pasaran. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008. Kami menyampaikan penghargaan penghargaan yang setinggi-ting setinggi-tingginya ginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download ( download ), ), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat k omersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi masyarakat khususnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaikbaiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. mutunya . Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami k ami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008 Direktur Pembinaan SMK
iii
iv
KATA PENGANTAR Sebagai jawaban terhadap kebutuhan dunia kerja, Pemerintah telah mengatur perkembangan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan pendekatan kurikulum berbasis kompetensi. Dengan kurikulum ini diharapkan SMK mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang kompeten untuk menjadi tenaga kerja profesional di dunia kerja sehingga dapat meningkatkan taraf hidup sendiri maupun keluarga serta masyarakat dan bangsa Indonesia pada umumnya. Program studi stud i Teknik Teknik Listrik, Listr ik, merupakan merupaka n salah satu bagian dari dar i Bidang Studi Teknologi Teknologi yang dikembangkan di lingkungan SMK, diklasifikasikan menjadi empat yaitu: (1) Pembangkit Tenaga Listrik, (2) Transmisi Tenaga Listrik, (3) Distribusi Tenaga Listrik, dan (4) Pemanfaatan Tenaga Listrik. Buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik ini disusun berdasarkan profil kompetensi Pemanfaatan Tenaga Listrik. Oleh karena itu, buku ini akan sangat membantu para siswa SMK Teknik Teknik Listrik dalam mengenal dan memahami teknik pemanfaatan tenaga listrik di industri maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman yang dimiliki, diharapkan dapat menyokong profesionalitas kerja para lulusan yang akan memasuki dunia kerja. Bagi para guru SMK, buku ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi sehingga dapat membantu dalam dal am mengembangkan materi pembelajaran yang aktual dan tepat guna. Buku ini juga bisa digunakan para alumni SMK untuk memperluas pemahamannya di bidang pemanfaatan tenaga listrik terkait dengan kerjanya masing-masing. Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari isi buku, maka buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik ini kami susun menjadi 3 (tiga) jilid. Buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1 memuat 2 bab, yaitu Bahaya Listrik dan Sistem Pengamanannya, Instalasi Listrik. Buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 2 memuat 2 bab, yaitu Peralatan Listrik Listr ik Rumah Tangga, Tangga, dan Sistem Pengendalian. Adapun untuk buku Teknik Pemanfaatan Peman faatan Tenaga Listrik Jilid 3 juga 3 juga memuat 2 bab, yaitu MesinMesin Listrik, dan PLC.. Bab-bab yang termuat di dalam buku ini mempunyai keterkaitan antara satu dan lainnya yang akan membentuk lingkup pemahaman pemanfaatan tenaga listrik secara komprehensif, yang dapat dianalogikan sebagai suatu sistem industri,
v
dimana tercakup aspek penyaluran tenaga listrik secara spesifik ke sistem penerangan dan beban-beban lain (Instalasi Listrik), pemanfaatan tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga (Peralatan Listrik Li strik Rumah Tangga), Tangga), penyediaan dan pemanfaatan pemanfa atan tenaga tenaga listrik untuk sistem permesinan industri (Mesin-Mesin Listrik) dan saran pengendalian tenaga listrik yang dibutuhkan dalam proses produksi (Sistem Pengendalian dan PLC) serta pemahaman terhadap cara kerja yang aman di bidang kelistrikan (Bahaya Listrik dan Sistem Pengamannya). Jadi dengan buku ini diharapkan terbentuk pemahaman tentang sistem pemanfaatan tenaga listrik secara komprehensif dan bisa menjadi sumber belajar bagi siswa SMK Teknik Listrik dan referensi bagi para guru pengampu Pemanfaatan Tenaga Listrik. Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan pada penulis, buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran masukan dari para pengguna buku ini, terutama para siswa dan guru SMK yang menjadi sasaran utamanya, untuk digunakan dalam perbaikannya pada waktu mendatang. Semoga buku ini bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi bagian amal jariah bagi para penulis dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyusunan buku ini. Amin Ami n Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman KAT KA TA SAMBUT SAMBUTAN AN ................... ....................................... ........................................ ........................................ .................................... ................ iiiiii KAT KA TA PENGANT PENGANTAR AR .................... ......................................... ......................................... ........................................ ................................ ............
v
DAFTAR DAFT AR ISI ................. ................................... .................................... .................................... .................................... ................................... .................
viii vi
1.
BAHAY BAHA YA LISTRIK DAN SISTEM PENGAMANANNY PENGAMANANNYA A ............................... .................................
1
1.1. 1. 1. Pe Pend ndah ahul ulua uan n ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...
1
1.2. 1. 2. Bah Bahaya aya Lis Listri trik k ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..
1
1.3. 1. 3. Bah Bahaya aya Listrik Listrik bagi Manusi Manusia a ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....
3
1.4. 1. 4. Bah Bahaya aya Ke Kebak bakara aran n dan Peledaka Peledakan n ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... .. 24 1.5. 1. 5. Sis Sistem tem – IP Berdasa Berdasarka rkan n DIN VDE 0470 0470 ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... .. 28 2.
INSTALASI INST ALASI LISTRIK ................... ...................................... ....................................... ........................................ ........................... ....... 31 2.1.. Pen 2.1 Pendah dahulu uluan an ..... ......... ......... .......... .......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... ....... .. 31 2.2.. Perat 2.2 Peraturan uran Instal Instalasi asi Listr Listrik ik ..... ......... ......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ..... 68 2.3.. Macam 2.3 Macam-Maca -Macam m Instal Instalasi asi ..... .......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... ......... ......... ......... ....... ... 82 2.4. 2. 4. Mac Macamam-Mac Macam am Rua Ruang ng Ker Kerja ja Lis Listri trik k ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... 84 2.5. 2. 5. Pri Prinsi nsip p Dasar Dasar Instala Instalasi si Bangun Bangunan an (IEC (IEC 364-1) 364-1) ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... .. 88 2.6.. Pen 2.6 Pencah cahaya ayaan an .... ......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... ......... ......... ......... ...... .. 90 2.7.. Seja 2.7 Sejarah rah Perke Perkemban mbangan gan Sumb Sumber er Cahay Cahaya a ..... ......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ........ ... 13 136 6 2.8.. Macam 2.8 Macam-Maca -Macam m Lamp Lampu u Listr Listrik ik ..... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ......... .......... ....... .. 14 141 1 2.9.. Kend 2.9 Kendali ali Lam Lampu/B pu/Beban eban Lain Lainnya nya..... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... ......... .... 16 161 1 2.10.. Perancangan dan Pemasangan 2.10 Pemasangan Pipa pada Instalasi Instalasi Listrik .................. .................... 171 2.11. 2.1 1. Sistem Pentanahan Pentanahan................. .................................... ..................................... ..................................... .......................... ....... 177 2.12.. Penguji 2.12 Pengujian an Tahanan Tahanan Pentanahan Pentanahan ................. ................................... ................................... .......................... ......... 192 2.13.. Membuat Laporan Pengoperasi 2.13 Pengoperasian an ..................... .......................................... .................................... ............... 205 2.14.. Gangguan Listrik ................. 2.14 ..................................... ....................................... ...................................... ............................ ......... 208 2.15. Pemeliharaan/Peraw Pemeliharaan/Perawatan atan .................. ..................................... ..................................... ................................. ............... 209 2.16. Latihan Latihan Soal Soal .................. .................................... ..................................... ..................................... .................................... .................. 218
LAMPIRAN A. DAFTAR PUSTAKA PUSTAKA
vii
viii
1.
1.1
BAHA BA HAY YA LIST LISTRI RIK K DAN SIS SISTE TEM M PENG PENGAM AMANA ANANN NNY YA
Pendahuluan
Pada satu sisi, dalam menjalankan aktivitas sehari-hari kita sangat membutuhkan daya listrik. Namun pada sisi lain, listrik sangat membahayakan keselamatan kita kalau tidak dikelola dengan baik. Sebagian besar orang pernah mengalami/merasakan sengatan listrik, dari yang hanya merasa terkejut saja sampai dengan yang merasa sangat menderita. Oleh karena itu, untuk mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan, kita perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya listrik dan jalan yang terbaik adalah melalui peningkatan pemahaman terhadap sifat dasar kelistrikan yang kita gunakan.
1.2
Bahaya Li Listrik
Bahaya listrik dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya primer primer dan dan bahaya sekunder . Bahaya primer adalah bahaya-bahaya yang disebabkan oleh listrik secara langsung, seperti bahaya sengatan listrik dan bahaya kebakaran atau ledakan (Gambar 1.1).
(a)
(b)
(a) Se Seng ngat atan an li list stri rik k (b) Ke Keba baka kara ran n dan dan pele peleda daka kan n Gambar 1.1 Bahaya primer listrik
1
Sedangkan bahaya bahaya sekunder adalah bahaya-bahaya yang diakibatkan listrik secara tidak langsung. Namun bukan berarti bahwa akibat yang ditimbulkannya lebih ringan dari yang primer. Contoh bahaya sekunder antara lain adalah tubuh/bagian tubuh terbakar baik langsung maupun tidak langsung, jatuh dari suatu ketinggian, dan lain-lain ( Gambar 1.2).
(a) Luk Luka a terbak terbakar ar karen karena a kontak kontak lang langsun sung g
(b) Luka terbakar akibat percikan api
Tidak terjangkau Sengatan
Kabel terkelupas Tangga tidak aman
Posisi kaki tidak memadai
(c) Jatuh Gambar 1.2 Bahaya sekunder listrik
2
1.3 1. 3
Baha Ba haya ya Li List stri rik k ba bagi gi Ma Manu nusi sia a
1.3. 1. 3.1 1
Damp Da mpak ak Se Seng ngat atan an Lis Listr trik ik Ba Bagi gi Man Manus usia ia
Dampak sengatan listrik antara lain adalah: •
Gagal kerja jantung (Ventricular Fibrillation), Fibrillation ), yaitu berhentinya denyut jantung atau denyutan yang sangat lemah sehingga tidak mampu mensirkulasikan darah dengan baik. Untuk mengembalikannya perlu bantuan dari luar.
•
Ganggu Gang guan an pe pern rnaf afas asan an ak akib ibat at ko kont ntra raks ksii heb hebat at ( suffocation suffocation)) yang dialami oleh paruparu.
•
Kerusa Ker usakan kan sel tub tubuh uh akib akibat at ener energi gi list listrik rik yan yang g menga mengalir lir di dala dalam m tubuh tubuh,,
•
Ter erba baka karr akib akibat at efe efek k pana panas s dari dari lis listr trik ik..
1.3.2 1.3 .2 Tig Tiga a Fakt Faktor or Pen Penent entu u Ting Tingkat kat Bah Bahaya aya Lis Listri trik k Ada tiga faktor faktor yang menentukan menentukan tingkat bahaya bahaya listrik bagi manusia, yaitu tegangan (V),, arus (I) dan tahanan (R). (V) (R). Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu dan lainnya yang ditunjukkan dalam hukum Ohm, pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Segitiga tegangan, arus, dan tahanan
Tegangan (V) dalam satuan volt (V) merupakan tegangan sistem jaringan listrik atau sistem tegangan pada peralatan. Arus (I) dalam satuan ampere (A) atau mili- ampere (mA) adalah arus yang mengalir dalam rangkaian, dan tahanan (R) dalam satuan ohm, kilo ohm atau mega ohm adalah nilai tahanan atau resistansi total saluran yang tersambung pada sumber tegangan listrik. Sehingga berlaku: I=
V
;
R
R=
V
;
I
V = 1× R
3
Bila dalam hal ini titik perhatiannya pada unsur manusia, maka selain kabel (penghantar), sistem pentanahan, dan bagian dari peralatan lain, tubuh kita termasuk bagian dari tahanan rangkaian tersebut (Gambar 1.4).
Ik
R ui
Rk Tahanan Total R ki
G
Ru2
Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 320
Ru1 RKi Ru2 Rk Rk
= = = = =
Tah ahan anan an pen pengh ghan anta tar r Tah ahan anan an tub tubuh uh Tah ahan anan an pen pengh ghan anta tar r Tah ahan anan an to tota tall Ru1 + RKi + Ru2
Gambar 1.4 Tubuh manusia bagian dari rangkaian
Tingkat bahaya listrik bagi manusia, salah satu faktornya ditentukan ditentu kan oleh tinggi rendah arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh kita. Sedangkan kuantitas arus akan ditentukan oleh tegangan dan tahanan tubuh manusia serta tahanan lain yang menjadi bagian dari saluran. Berarti peristiwa bahaya listrik berawal dari sistem tegangan yang digunakan untuk mengoperasikan alat. Semakin tinggi sistem tegangan yang digunakan, semakin tinggi pula tingkat bahayanya. Jaringan listrik tegangan rendah di Indonesia mempunyai tegangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.5 dan sistem tegangan yang digunakan di Indonesia adalah: fasa-tunggal 220 V, dan fasa-tiga 220/380 V dengan frekuensi 50 Hz. Sistem tegangan ini sungguh sangat berbahaya bagi keselamatan manusia.
4
P
Saluran Fasa
220 V
Saluran Netral
N G
(a) Fasa-Tunggal R S T N
380 V
220 V 220 V
380 V
380 V
220 V
(b) Fasa-Tiga Gambar 1.5 Sistem tegangan rendah di Indonesia
1.3. 1. 3.3 3
Pros Pr oses es Ter Terja jadi diny nya a Senga Sengata tan n Listr Listrik ik
Ada dua cara listrik bisa menyengat tubuh kita, yaitu melalui sentuhan langsung dan tidak langsung. Bahaya sentuhan langsung merupakan akibat dari anggota tubuh bersentuhan langsung langsu ng dengan bagian yang bertegangan sedangkan bahaya sentuhan tidak langsung merupakan akibat dari adanya tegangan liar yang terhubung ke bodi atau selungkup alat yang terbuat dari logam (bukan bagian yang bertegangan) sehingga bila tersentuh akan mengakibatkan sengatan listrik. Gambar 1.6 memberikan ilustrasi tentang kedua bahaya ini. L L
PEN
Hubungan ke tubuh
G
Al i r a n l i s t r i k k e tubuh Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 321
Pentanahan (b)) Se (b Sent ntuh uhan an ta tak k lan langs gsun ung g (a)) se (a sent ntuh uhan an la lang ngsu sung ng
Gambar 1.6 Jenis bahaya listrik
5
1.3.4 1.3 .4 Ti Tiga ga Fakto Faktorr Penent Penentu u Keseri Keseriusa usan n Akibat Akibat Seng Sengata atan n Listri Listrik k Ada tiga faktor yang menent menentukan ukan keseri keseriusan usan sengat sengatan an listrik pada tubuh manus manusia, ia, yaitu yaitu:: besar arus, arus, lintasan aliran, aliran, dan lama sengatan pada tubuh. Besar arus listrik Besar arus Besar arus yang mengalir dalam tubuh akan ditentukan oleh tegangan dan tahanan tubuh. Tegangan Tegangan tergantung sistem sis tem tegangan yang digunakan (Gambar 1.5), 1.5 ), sedangkan tahanan tubuh manusia bervariasi tergantung pada jenis, kelembaban/moistur kulit dan faktor-faktor lain seperti seper ti ukuran tubuh, berat badan, dan lain sebagainya. Tahanan kontak kulit bervariasi dari 1.000 kO (kulit kering) sampai 100 O (kulit basah). basah) . Tahanan dalam (internal) tubuh sendiri antara 100– 500 O. Contoh: Jika tegangan sistem yang digunakan adalah 220 V, V, berapakah kemungkinan arus yang mengalir ke dalam tubuh manusia? •
Kondisi te terjelek: -
Tahana ahanan n tubuh tubuh adala adalah h tahana tahanan n kontak kontak kulit kulit ditam ditambah bah tahan tahanan an inte intern rnal al tu tubu buh, h, (Rk) = 100 O + 100 O = 200 O
-
Arus ya yang me mengalir ke ke tu tubuh: I = V/R = 220 V/200 O = 1,1 A
•
Kondisi terbaik: -
Tahanan tu tubuh Rk Rk= 1. 1.000 kO kO
-
I = 220 V/ V/1.000 kO kO = 0,22 mA mA
Lintasan aliran arus dalam tubuh Lintasan arus listrik dalam tubuh juga akan sangat menentukan tingkat akibat sengatan listrik. Lintasan yang sangat berbahaya adalah yang melewati jantung dan pusat saraf (otak). Untuk menghindari kemungkinan terburuk adalah adala h apabila kita bekerja pada sistem kelistrikan, khususnya yang bersifat ONLINE sebagai s ebagai berikut. •
Gunaka Gun akan n topi topi iso isolasi lasi unt untuk uk meng menghin hindar darii kepal kepala a dari dari sen sentuh tuhan an list listrik rik..
•
Gunakan Gunaka n sepatu sepatu yang yang beri berisol solasi asi baik baik agar agar kala kalau u terjad terjadii hubung hubungan an listr listrik ik dari dari angg anggota ota tubuh yang lain tidak mengalir ke kaki agar jantung tidak dilalui arus listrik.
•
Gunakan Gunaka n sarun sarung g tanga tangan n isolas isolasii mini minimal mal unt untuk uk satu satu tan tangan gan unt untuk uk meng menghin hindar darii lintasan aliran ke jantung bila terjadi sentuhan listrik melalui kedua tangan. Bila tidak, satu tangan untuk bekerja sedangkan tangan yang satunya dimasukkan ke dalam saku.
6
Lama waktu sengatan Lama waktu sengatan listrik ternyata sangat menentukan kefatalan akibat sengatan listrik. Penemuan faktor ini menjadi petunjuk yang sangat berharga bagi pengembangan teknologi proteksi dan keselamatan listrik. Semakin lama waktu tubuh dalam sengatan semakin fatal pengaruh yang diakibatkannya. Oleh karena itu, yang y ang menjadi ekspektasi dalam pengembangan teknologi adalah bagaimana bisa membatasi sengatan agar dalam waktu sependek mungkin. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh besar dan lama waktu arus sengatan terhadap tubuh ditunjukkan pada Gambar 1.7. Dalam gambar ini diperlihatkan bagaimana pengaruh sengatan listrik terhadap tubuh, khususnya yang terkait dengan dua faktor, yaitu besar besar dan dan lama arus listrik mengalir dalam tubuh. Arus sengatan pada daerah 1 (sampai 0,5 mA) merupakan daerah aman dan belum terasakan oleh tubuh (arus mulai terasa 1–8 mA). Daerah 2, merupakan daerah yang masih aman walaupun sudah memberikan dampak rasa pada tubuh dari ringan sampai sedang walaupun masih belum menyebabkan gangguan kesehatan. Daerah 3 sudah berbahaya bagi manusia karena akan menimbulkan kejang-kejang/ kejang-keja ng/ kontraksi otot dan paru-paru sehingga menimbulkan gangguan pernafasan. Daerah 4 merupakan daerah yang sangat memungkinkan menimbulkan kematian si penderita. Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 319
10000 mm 5000
a)
b)
c) Todlice Stromwirkung wahrscheinlich
2000 1000
t 500 u t k 200 a W100 50 20
1
2
3
4
Karakteristik alat pemutus arahbocor dengan IDn <30 mA
10 0,1 0,2 0, 0 ,5 1
2
5 10 20 20
50 10 100 200 5001000 nA 5000
Arus mengalir ke tubuh
Dalam gambar tersebut juga ditunjukkan karakteristik salah satu pengaman terhadap bahaya sengatan listrik, di mana ada batasan kurang dari 30 mA dan waktu kurang dari 25 ms. Ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian proteksi.
7
Daerah
Reaksi Tubuh
1.
Tidak terasa
2.
Be l u m m e n y e babkan gangguan kesehatan
3.
Kejang otot, gangguan pernafasan
4.
Kegagalan detak jantung, kematian
Gambar 1.7 Reaksi tubuh terhadap sengatan listrik
1.3. 1. 3.5 5
Kond Ko ndis isii-Ko Kond ndis isii Be Berb rbah ahay aya a
Banyak penyebab bahaya listrik yang ada dan terjadi di sekitar kita, di antaranya adalah isolasi kabel rusak, bagian penghantar terbuka, sambungan terminal yang tidak kencang. Isolasi kabel yang rusak merupakan merupak an akibat dari sudah terlalu tuanya kabel dipakai atau karena sebab-sebab lain (teriris, terpuntir, tergencet oleh benda berat dan lain-lain), sehingga ada bagian yang terbuka dan kelihatan penghantarnya atau bahkan ada serabut hantaran yang menjuntai. Ini akan sangat berbahaya bagi yang secara tidak sengaja menyentuhnya atau bila terkena ceceran air atau kotoran-kotoran lain bisa menimbulkan kebakaran. Penghantar yang terbuka biasa terjadi pada daerah titik-titik sambungan terminal dan akan sangat membahayakan bagi yang bekerja pada daerah tersebut, khus usnya dari bahaya sentuhan langsung.
8
(b) Konduktor yang terbuka (a) Kabel terkelupas
(c) Isolasi kabel yang sudah pecah Gambar 1.8 Contoh-contoh penyebab bahaya listrik
Sambungan listrik yang kendor atau tidak kencang, walaupun biasanya tidak membahayakan terhadap sentuhan, namun akan menimbulkan efek pengelasan bila terjadi gerakan atau goyangan sedikit. Ini kalau dibiarkan akan merusak bagian sambungan dan sangat memungkinkan menimbulkan potensi kebakaran.
9
1.3. 1. 3.6 6 Si Sist stem em Peng Pengama amanan nan terh terhad adap ap Baha Bahaya ya List Listri rik k Sistem pengamanan listrik dimaksudkan untuk mencegah orang bersentuhan baik langsung maupun tidak langsung dengan bagian yang beraliran listrik.
1.3.6. 1.3 .6.1 1 Penga Pengamana manan n terhadap terhadap Sentu Sentuhan han Langsung Langsung Ada banyak cara/metode pengamanan dari sentuhan langsung seperti yang akan dijelaskan berikut ini. •
Iso Is ola lasi si pe peng nga ama man n ya yang mem emad ada ai. Pastikan bahwa kualitas isolasi pengaman baik, dan dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan dengan baik. Memasang kabel sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku. L N PE
F1
Isolasi
I K ≈ 0
I K Arus ke tubuh
Sumber : Klaus Tkotz, 2006, 328
Gambar 1.9 Pengamanan dengan isolasi pengaman
10
•
Menghalang Menghal angii akses akses atau kont kontak ak lang langsung sung men menggu ggunaka nakan n enklo enklosur sur,, pem pembata batas, s, penghalang. Switch board jenis terbuka
Proteksi dengan penghalang
8 2 3 , 6 0 0 2 , z t o k T s u a l K : r e b m u S
Gambar 1.10 Pengamanan dengan pemagaran
•
Menggunakan pe peralatan INTERLOCKING INTERLOCKING.. Peralatan ini biasa dipasang pada pintupintu. Ruangan yang di dalamnya terdapat peralatan yang berbahaya. Jika pintu dibuka, semua aliran listrik ke peralatan terputus (door ( door switch). switch).
1.3.6.2 1.3. 6.2 Pengamanan terhadap terhadap Tegangan Tegangan Sentuh (Tidak Langsung) Pentanahan merupakan salah satu cara konvensional untuk mengatasi bahaya tegangan sentuh tidak langsung yang dimungkinkan terjadi pada bagian peralatan y ang terbuat dari logam. Untuk peralatan yang mempunyai selungkup/rumah tidak terbuat dari logam tidak memerlukan sistem ini. Agar sistem ini dapat bekerja secara efektif maka baik dalam pembuatannya maupun hasil yang dicapai harus sesuai dengan standar standar..
11
Ada dua hal yang dilakukan oleh sistem pentanahan, pentanahan, yaitu (1) menyalurkan arus dari bagian-bagian logam peralatan yang teraliri arus listrik liar ke tanah melalui saluran pentanahan, dan (2) menghilangkan beda potensial antara bagian logam peralatan dan tanah sehingga tidak membahayakan bagi yang menyentuhnya. Berikut ini contoh potensi bahaya tegangan sentuh tidak langsung dan pengamanannya.
Tegangan sentuh (tidak langsung) Tegangan Peralatan yang digunakan menggunakan sistem tegangan fasa-satu, dengan tegangan antara saluran fasa (L) dan netral (N) 220 V. V. Alat tersebut menggunakan sekering 200 A. Bila terjadi arus bocor pada selungkup/rum selungkup/rumah ah mesin, maka tegangan/b tegangan/beda eda potensial antara selungkup mesin mes in dan tanah sebesar 220 V. V. Tegangan Tegangan sentuh ini sangat berbahaya bagi manusia. Bila selungkup yang bertegangan ini tersentuh oleh orang maka akan ada arus yang mengalir ke tubuh orang tersebut sebagaimana telah diilustrasikan pada bagian 1.3.3. 1.3.3.
L
200A
Arah Arah bocor
N E
Cara pengamanan tegangan sentuh Gambar 1.11 1.11 Kondisi tegangan sentuh pada mesin
Pengamanan dari tegangan sentuh dilakukan dengan membuat saluran pentanahan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.12. Saluran pentanahan ini harus memenuhi standar keselamatan, yakni mempunyai tahanan pentanahan tidak lebih dari 0,1 O.
12
Jika tahanan saluran pentanahan sebesar 0,1 O, dan arus kesalahan 200 A, maka kondisi tegangan sentuh akan berubah menjadi: V = I ⋅ R = 200 ⋅ 0,1 = 20 V 200A
L
Arah Arah bocor
N 0,1 ohm E Saluran penahan Gambar 1.12 Saluran pentanahan sebagai pengaman penga man terha terhadap dap tegan tegangan gan sentu sentuh h
Bila tegangan ini tersentuh oleh orang maka akan mengalir arus ke tubuh orang tersebut maksimum sebesar: I
= V / Rk k min= 200 O, maka - Kondisi te terjelek, R k I = 20/200 = 0, 0,1 1 A ata atau u 100 100 mA - Kondisi te terb rba aik, R k maks = 1000 k O maka I = 20 / 1.000.000 = 0, 0,00 0000 002 2 A atau atau 0,0 0,02 2 mA
Berdasarkan hasil perhitungan ini terlihat demikian berbedanya tingkat bahaya tegangan sentuh antara yang tanpa pentanahan dan dengan pentanahan. Dengan saluran pentanahan peralatan peralata n jauh lebih aman. Karena itu pulalah, saluran pentanahan ini juga disebut SALURAN PENGAMAN. PENGAMAN. Walaupun begitu, untuk menjamin keefektifan saluran pentanahan, perlu diperhatikan bahwa sambungan-sambungan harus dilakukan secara sempurna (Gambar 1.13 (a)). •
Setiap sam Setiap sambun bungan gan har harus us dise disekrup krup sec secara ara kuat kuat aga agarr hubun hubungan gan keli kelistri strikan kannya nya bag bagus us guna memberikan proteksi yang baik.
•
Kabel dicek Kabel dicekam am kuat kuat aga agarr tidak tidak mud mudah ah terta tertarik rik sehi sehingg ngga a kabel kabel dan samb sambung ungan an tida tidak k mudah bergerak.
13
Dengan kondisi sambungan yang baik menjamin koneksi pentanahan akan baik pula dan bisa memberikan jaminan keselamatan bagi orang-orang yang mengoperasikan peralatan yang sudah ditanahkan (Gambar 1.13 (b) dan (c)). Kabel penahan
Penyekat Trafo isolasi
Pemasangan beban Body lantai Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 337
(b)) (b
Dicekam kuat (a)) (a L1 L2 L3 N PE
I PE
F1
I F
Arus tubuh I K ≈ 0
Sekering R B (Pertanahan) I PE= I F Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 329 ( c)
(a) Koneksi (b) Hu Hubu bung ngan an alat alat dan dan pengg penggun una a (c) Aliran ar arus Gambar 1.13 Pengawatan kabel pentanahan
14
1.3. 1. 3.7 7
Alat Al at Pro Prote tek ksi Oto Otoma mati tis s
Pada saat ini sudah banyak dijumpai alat-alat proteksi otomatis terhadap tegangan sentuh. Peralatan ini tidak terbatas pada pengamanan manusia dari sengatan listrik, namun berkembang lebih luas untuk pengamanan dari bahaya kebakaran. 1.3. 1. 3.7. 7.1 1
Jeni Je niss-Je Jeni nis s Al Alat at Pr Prot otek eksi si Ot Otom omat atis is
Jenis-jenis alat proteksi yang banyak dipakai, antara lain adalah: Residual Current Device (RCD), Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) dan Ground Fault Circuit Interruptor (GFCI). Walaupun berbeda-beda namun secara prinsip adalah sama. Yakni, alat ini akan bekerja/aktif bila mendeteksi adanya arus bocor ke tanah. Karena kemampuan itulah, arus bocor ini dianalogikan dengan arus sengatan listrik yang mengalir pada tubuh manusia. 1.3. 1. 3.7. 7.2 2
Prin Pr insi sip p Ker Kerja ja Al Alat at Pe Peng ngam aman an Ot Otom omat atis is
Gambar 1.14 menunjukkan gambaran fisik sebuah RCD untuk sistem fasa tunggal dan diagram skemanya. Prinsip kerja RCD dapat dijelaskan sebagai berikut. Perhatikan gambar diagram skematik Gambar 1.14 b. Iin
:
arus masuk
Iout :
arus keluar
IR1 :
arus ar us res resid idua uall yang yang me meng ngal alir ir ke tub tubuh uh
IR2 :
arus ar us res resid idua uall yang yang me meng ngal alir ir ke tan tanah ah
Min :
medan med an magn magnet et yang yang dib dibang angkit kitkan kan ole oleh h arus arus masu masuk k
Mout :
medan med an magn magnet et yang yang dib dibang angkit kitkan kan ole oleh h arus arus kelu keluar ar..
Dalam keadaan terjadi arus bocor: -
arus ar us ke kelu luar ar le lebi bih h kec kecil il da dari ri ar arus us ma masu suk, k, Io Iout ut < Iin;
-
arus aru s resid residu u meng mengali alirr kelua keluarr setel setelah ah mel melalu aluii tubuh tubuh ma manus nusia ia ata atau u tana tanah; h;
-
karena Iin>Iout maka Min>Mout
-
akibat aki batnya nya,, akan akan timb timbul ul ggl ggl induk induksi si pada pada koi koill yang yang dibel dibelitk itkan an pada pada tor toroid oida; a;
-
ggll indu gg induksi ksi me meng ngak akti tifka fkan n pera perala lata tan n pemu pemutu tus s rang rangka kaia ian. n.
15
Terminal
Test
jaringan
LS
RCO RC O
Terminal beban Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 332
(a)) (a
Toroida
Min Iin
Medan magnet Arah arus Listrik bocor
Alat pemutus
Mou outt Iou outt Tanah
(b)) (b
IRI
(a) Ga Gamb mbar aran an fis fisik ik RCD RCD (b) Diagram skematik RCD Gambar 1.14 Contoh pengaman otomatis
Skema diagram untuk sistem fasa tiga ditunjukkan pada Gambar 1.15. Prinsip kerja pengaman otomatis untuk sistem fasa tiga ditunjukkan pada Gambar 1.15 (a). Bila tidak ada arus bocor (ke tanah atau tubuh manusia) maka jumlah resultan arus yang mengalir dalam keempat penghantar sama dengan nol. Sehingga trafo arus (CT) tidak mengalami induksi dan trigger elektromagnet tidak aktif. Dalam hal ini tidak terjadi apa-apa dalam sistem.
16
Eart Leakage Circuit breaker (ELCB)
1 2 3 L L L N
Tringger Elektromagnet
Test
Kumparan Trafo Arus (CT)bersama
Ke beban Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 332
(a) 3/IN/PE~50Hz 400/230V
L1 L2 L3 N PE
RCD RC D Ra Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 333
(b) dari Jaringan 1 2 3 L L L N 1 1 3 5 N
ELCB/RCD
Trafo Arus (CT) Test
2 2 4 6 N
L1 L2 L3 N PE
M
R A
∃ ∼
Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 332
(c)
(a) Diag Diagra ram m ra rang ngka kaia ian n (b) Pe Pema masan sanga gan n pada pada beban beban (lok (lokal al)) (c)) Pe (c Pema masa sang ngan an Ter erpu pusa satt Gambar 1.15 RCD/ELCB Fasa-Tiga
17
Namun sebaliknya, bila ada arus bocor, maka jumlah resultan arus tidak sama dengan nol, CT menginduksikan tegangan dan mengaktifkan trigger sehingga alat pemutus daya ini bekerja memutuskan beban dari sumber (jaringan). ( jaringan). Gambar 1.15 (b) dan (c) memperlihatkan pemakaian CRD/ELCB. Bila pengamanan untuk satu jenis beban saja maka RCD dipasang pada saluran masukan alat saja. Sedangkan bila pengamanan untuk semua alat/beban dan saluran, sal uran, maka alat pengaman dipasang pada sisi masukan/sumber semua beban. Mana yang terbaik, tergantung dari apa yang diinginkan. Kalau keinginan pengamanan untuk semua s emua rangkaian, Gambar 1.15 (c) yang dipilih. Namun perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya, ekonomisny a, karena semakin besar kapasitas arus yang harus dilayani maka harga alat akan semakin mahal pula walaupun dengan batas arus keamanan (bocor) yang sama. Untuk alat-alat yang dipasang di meja, cukup dengan arus pengamanan DIn= 30 mA. Untuk alat-alat yang pemakaiannya menempel ke tubuh (bath tube, sauna, alat pemotong jenggot, dan lain-lain) digunakan alat pengaman dengan arus lebih rendah, yaitu D In = 10 mA. Untuk pengamanan terhadap kebakaran (pemasangan terpusat) dipasang dengan DIn= 500 mA.
1.3. 1. 3.8 8
Peng Pe ngam aman an pad pada a Pera Perala lata tan n Port Portab abel el
Metode pengamanan peralatan listrik portabel dibedakan menjadi dua kelas, yaitu Alat Kelas I dan Kelas II. Sedangkan untuk alat-alat mainan dikategorikan alat Kelas III. Alat Kelas I adalah alat listrik yang pengamanan terhadap sengatan listrik menggunakan Alat saluran pentanahan (grounding ( grounding ). ). Alat ini mempunyai selungkup ( casing ) yang terbuat dari logam. Alat Kelas II adalah alat listrik yang mempunyai isolasi ganda, di mana selungkup atau bagian-bagian yang tersentuh dalam pemakaiannya terbuat dari bahan isolasi. Pada alat kelas ini tidak diperlukan saluran pentanahan. Berikut ini adalah contoh alat y ang termasuk Kelas I dan Kelas II. Mesin Bor Portabel Simbol Pe Pentanahan
Simbol un untuk is isolasi ganda
Kelas I
Kelas II
Selubung logam dihubungkan ke saluran pentanahan
Tidak ada saluran pentanahan
Gambar 1.16 Contoh klasifikasi pengamanan alat portabel
18
1.3. 1. 3.9 9
Pros Pr osed edur ur Ke Kese sela lama mata tan n Umu Umum m
•
Hanya oran Hanya orang-o g-oran rang g yang yang berw berwena enang ng dan dan berk berkomp ompete eten n yang yang dipe diperbo rboleh lehkan kan bek bekerj erja a pada atau di sekitar peralatan listrik
•
Menggunaka Menggu nakan n pera peralata latan n listri listrik k sesuai sesuai den dengan gan pros prosedu edurr (jang (jangan an mer merusak usak atau membuat tidak berfungsinya alat pengaman). Gambar 1.17 contoh penggunaan alat listrik
Gambar 1.17 Contoh penggunaan alat listrik •
Jangan menggunakan tangga logam untuk bekerja di daerah instalasi listrik
Gambar 1.18 Penggunaan tangga di daerah instalasi listrik •
Pelihara alat dan sistem dengan baik
Gambar 1.19 Inspeksi kondisi peralatan
19
•
•
Menyiapkan langkah-langkah langkah-langkah tindakan darurat ketika terjadi kecelakaan - Pr Prose osedu durr shu shutt-do down wn : tom tombo boll pemu pemutu tus s alir aliran an lis listr trik ik (emergency (emergency off ) harus mudah diraih. - Pertolongan pertama Pertolongan pertama pada orang yang tersengat listrik - Kor Korban ban har harus us dipi dipisah sahkan kan dari dari alir aliran an listr listrik ik denga dengan n cara cara yang yang aman aman sebel sebelum um dilakukan pertolongan pertama
Gambar 1.20 Pemisahan si korban dari aliran listrik
-
Hubungii bagia Hubung bagian n yang yang berw berwena enang ng untu untuk k melak melakuka ukan n perto pertolon longan gan per pertam tama a pada pada kecelakaan. Pertolongan pertama harus dilakukan oleh orang yang berkompeten
Gambar 1.21 Tindakan pertolongan pertama
20
1.3. 1. 3.10 10
Pros Pr osed edur ur Kes Kesel elam amat atan an Khu Khusu sus s
Prosedur Lockout/T Lockout /Tagout agout Prosedur ini merupakan prosedur keselamatan khusus yang diperlukan ketika bekerja untuk melakukan pemeliharaan/perbaikan pada sistem peralatan listrik secara aman. Tujuan: menceg men cegah ah adan adanya ya relea release se baik baik seca secara ra elekt elektrik rik maup maupun un meka mekanik nik yang yang tid tidak ak dise disenga ngaja ja yang membahayakan orang yang sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan pemelihar aan dan atau perbaikan, memi me misa sahk hkan an/m /mem emut utus uska kan n da dari ri ali alira ran n li list stri rik. k. Langkah-langkah prosedur ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Langkah-langkah Buat Bu at re renc ncan ana a lo lock ckou out/ t/ta tag gou outt Berii tahu Ber tahu oper operato atorr dan dan pengg pengguna una lai lainny nnya a renca rencana na pemu pemutus tusan an alir aliran an listr listrik ik Putu Pu tusk skan an al alir iran an pa pada da ti titi tik k yan yang g tep tepat at
Gambar 1.22 Titik pemutusan aliran listrik
21
-
Periks Per iksa a apakah apakah tim tim/pe /peker kerja ja telah telah meng menggan gantun tungka gkan n padloc padlocksn ksnya ya pada pada titik titik lock lockout out
-
Leta Le takk kkan an tu tuli lisa san n “pe “perh rhat atia ian” n” pa pada da ti titi tik k loc locko kout ut
-
Lepa Le paska skan n energ energii sisa/ sisa/te ters rsim impa pan n (bate (batera raii kapas kapasit itor or,, per) per)
-
Past Pa stik ikan an bah bahwa wa per peral alat atan an/s /sis iste tem m tida tidak k bera beralir liran an lis listr trik ik
Gambar 1.23 Penandaan alat yang diperbaiki
22
-
Semua angg Semua anggota ota tim tim/pe /pekerj kerja a menga mengambi mbill padlo padlockny cknya a kemba kembalili sete setelah lah pek pekerj erjaan aan selesai
Gambar 1.24 Tanda pekerjaan selesai
23
1.4 1. 4
Baha Ba haya ya Ke Keba baka kara ran n dan dan Pe Pele leda daka kan n
Banyak peristiwa kebakaran dan peledakan sebagai akibat dari kesalahan listrik. Peristiwa ini memberikan akibat yang jauh lebih fatal dari pada peristiwa sengatan listrik karena akibat yang ditimbulkannya biasanya jauh lebih hebat. Akibat ini tidak tidak terbatas pada jiwa jiwa namun juga pada harta benda. Lebih-lebih lagi bila melibatkan zat-zat berbahaya, maka tingkat bahayanya bahayany a juga akan merusak lingkungan. Oleh karena itu, peristiwa semacam ini harus dicegah.
Gambar 1.25 Bahaya kebakaran dan peledakan
1.4. 1. 4.1 1 Pen Penyeb yebab ab Keb Kebaka akaran ran dan Pen Pengam gamana anan n -
Ukuran kabe Ukuran kabell yang yang tidak tidak mema memadai dai.. Salah Salah satu satu fakt faktor or yang yang mene menentu ntukan kan ukur ukuran an kabel kabel atau penghantar adalah besar arus nominal yang akan dialirkan melalui kabel/ penghantar tersebut sesuai dengan lingkungan pemasangannya, terbuka atau tertutup. Dasar pertimbangannya adalah efek pemanasan yang dialami oleh penghantar tersebut jangan melampaui batas. Bila kapasitas arus terlampaui maka akan menimbulkan efek panas yang berkepanjangan yang akhirnya bisa merusak isolasi dan atau membakar bendabenda sekitarnya.
24
Agar terhindar dari peristiwa kapasitas lebih semacam ini maka ukuran kabel harus disesuaikan dengan peraturan instalasi listrik.
Gambar 1.26 Ukuran kabel
-
Penggunaa Penggu naan n adapt adaptor or atau atau stop stop konta kontak k yang yang salah. salah. Yang dima dimaksud ksudkan kan di di sini sini adala adalah h penyambungan beban yang berlebihan sehingga melampaui kapasitas s top-kontak atau kabel yang mencatu dayanya.
Gambar 1.27 1.27 Pemaka Pemakaian ian stop-kont stop-kontak ak yang yang salah salah
25
-
Ins nsta tala lasi si ko kont nta ak ya yang ng je jele lek. k.
Soket daya yang tidak kencang (kontak yang jelek)
Gambar 1.28 Koneksi yang kendor
-
Percikan Perci kan bun bunga ga api api pada pada per perala alatan tan lis listri trik k atau atau keti ketika ka mema memasuk sukkan kan dan mengeluarkan soket ke stop kontak pada lingkungan l ingkungan kerja yang berbahaya di mana terdapat cairan, gas atau debu yang mudah terbakar.
-
Untuk Unt uk daera daerah-d h-daer aerah ah seper seperti ti ini ini harus harus digu digunak nakan an perala peralatan tan anti anti per percik cikan an api. api.
Asmopheri Asmop heric c Haza Hazards rds
Gambar 1.29 Lingkungan sangat berbahaya
26
Kondisi abnormal sistem kelistrikan Gambar 1.30 mengilustrasikan arus kesalahan (abnormal) yang sangat ekstrim yang bisa jadi menimbulkan kebakaran dan atau peledakan, yaitu: •
terjad ter jadiny inya a hubu hubung ng sin singka gkatt anta antarsa rsalura luran n akti aktiff L1, L1, L2, dan L3,
•
hubung sin hubung singka gkatt ke tana tanah h (hubu (hubung ng tana tanah) h) anta antara ra salura saluran n aktif aktif L1, L1, L2, L2, L3 L3 denga dengan n tanah
•
bila ada bila ada kawat kawat netr netral al bisa bisa terja terjadi di hubu hubung ng singk singkat at anta antara ra salur saluran an akti aktiff L1, L1, L2, L2, L3 dengan saluran netral,
Untuk mencegah potensi bahaya yang disebabkan oleh kondisi abnormal semacam ini adalah pemasangan alat proteksi yang tepat, seperti sekering, CB, MCB, ELCB, dan lain-lain. L1
3~50HZ 400V
L2 L3
Hubungan singkat
Hubungan ke badan
Hubungan singkat
Hubungan tanah
Sumber: Klaus Tkotz, 2006, 325
Gambar 1.30 Jenis arus kesalahan
27
1.5 1. 5
Sist Si stem em – IP IP Ber Berda dasa sark rkan an DI DIN N VDE VDE 04 0470 70
Tabel 1a Simbol-simbol yang digunakan untuk berbagai jenis proteksi menurut EN 60529. Digital kesatu: Proteksi terhadap benda padat IP
Tanpa proteksi
1
Proteksi terhadap benda padat lebih besar 50 mm (contoh, kontak dengan tangan)
3
4
28
Digital ketiga: Proteksi terhadap benturan mekanis
IP
IP
Test
0
2
Digital kedua: Proteksi terhadap zat cair Test
0
Tanpa proteksi
Proteksi terhadap air yang jatuh jatu h ke baw bawah/ ah/ vertikal (kondurasi)
1
Proteksi terhadap benturan dengan energi 0,225 joule
Proteksi terhadap air sampai dengan 15° dari vertikal
2
Proteksi terha- 3 dap benda padat lebih besar 2,5 mm (contoh penghantar kabel)
Proteksi terhadap jatuhnya hujan sampai 60 o dari vertikal
3
Proteksi terha- 4 dap benda padat lebih besar 1 mm (contoh alat kabel kecil)
Proteksi terhadap semprotan air dari segala arah
5
0
1
Proteksi terhadap benda padat lebih besar 12 mm (contoh jari tangan)
2
Tanpa proteksi
Test
150g 15 cm
250g 15 cm
250g 20 cm
500g 40 cm
Proteksi terhadap benturan dengan energi 0,375 joule
Proteksi terhadap benturan dengan energi 0,5 joule
Proteksi terhadap benturan dengan energi 2 joule
Digital kesatu: Proteksi terhadap benda padat IP 5
6
Test
Digital kedua: Proteksi terhadap zat cair
Digital ketiga: Proteksi terhadap benturan mekanis
IP
IP
Proteksi terhadap debu (tidak ada lapisan/ endapan yang membahayakan)
5
Proteksi terhadap debu secara keseluruhan
6
Test Proteksi terhadap semprotan air yang kuat dari segala arah
7
Proteksi terhadap semprotan air bertekanan berat
9
Test 1,5 kg 40 cm
5 kg 40 cm
Proteksi terhadap benturan dengan energi 6 joule
Proteksi terhadap benturan dengan energi 20 joule
Proteksi terhadap pengaruh dari pencelupan
7
8
Proteksi terhadap pengaruh dari pencelupan di bawah tekanan
29
30
2. 2.1
INSTALASI LISTRIK
Pendahuluan
Dari masa ke masa seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, manusia menghendaki kehidupan yang lebih nyaman. Bagi masyarakat modern, energi listrik merupakan kebutuhan primer. primer. Hal ini bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari energi listrik bermanfaat untuk kebutuhan rumah tangga, antara lain penerangan lampu, pompa air, pendingin lemari es/freezer, pengkondisi udara dingin, kompor listrik, mesin kopi panas, dispenser, setrika listrik, TV, dan sebagainya. Hampir setiap bangunan membutuhkan energi listrik seperti sekolah/kampus, perkantoran, rumah sakit, hotel, restoran, mall, supermarket, terminal, stasiun, pelabuhan, bandara, stadion, industri, dan sebagainya. Namun, akibat listrik juga dapat membahayakan manusia maupun lingkungannya seperti tersengat listrik atau kebakaran karena listrik. Di Indonesia, penyedia energi listrik dikelola pengusaha ketenagalistrikan (PT PLN), dan pelaksana instalasinya i nstalasinya dikerjakan oleh instalatir. Energi listrik dari pembangkit sampai ke pemakai/konsumen listrik disalurkan melalui saluran transmisi dan distribusi yang disebut instalasi penyedia listrik. Sedangkan saluran dari alat pembatas dan pengukur (APP) sampai ke beban disebut instalasi pemanfaatan pemanfaata n tenaga listrik. Agar pem Agar pemakai akai/kon /konsume sumen n list listrik rik dap dapat at mema memanfaa nfaatkan tkan ene energi rgi listr listrik ik den dengan gan ama aman, n, nyam nyaman an dan kontinyu, maka diperlukan instalasi listrik yang perencanaan maupun pelaksanaannya pelaksanaann ya memenuhi standar berdasarkan peraturan yang berlaku. Buku ini akan membahas lebih lanjut tentang instalasi pemanfaatan tenaga listrik.
APP AP P
TT
Pemakai listrik besar/industri
TM TR
G
GI
GI
GH
GD
APP
Gambar 2.1 Saluran energi listrik dari pembangkit ke pemakai
Keterangan: G : Generator GI : Gardu Induk GH : Gardu Hubung GD : Gardu Distribusi
TT : TM : TR : APP :
Jaringan Tegangan Tinggi Jaringan Tegangan Menengah Jaringan Tegangan Rendah Alat Pembatas dan Pengukur
31
2.1.1 2.1 .1
Sejar Se jarah ah Pen Penyed yediaa iaan n Tena enaga ga Lis Listri trik k
Energi listrik adalah salah satu bentuk energi yang dapat berubah ke bentuk energi lainnya. Sejarah tenaga listrik berawal pada J anuari 1882, ketika beroperasinya pusat tenaga listrik yang pertama pertam a di London, Inggris. Kemudian pada tahun yang sama, bulan September juga beroperasi pusat tenaga listrik di New York, Amerika. Keduanya menggunakan arus searah tegangan rendah, sehingga belum dapat mencukupi kebutuhan kedua kota besar tersebut, dan dicari sistem yang lebih memadai. Pada tahun 1885 seorang dari Prancis bernama Lucian Gauland dan John Gibbs dari Inggris menjual hak patent generator arus bolak-balik kepada seorang pengusaha bernama George Westinghouse. Selanjutnya dikembangkan generator arus bolak-balik dengan tegangan tetap, pembuatan transformator dan akhirnya diperoleh sistem jaringan arus bolak-balik sebagai transmisi dari pembangkit ke beban/pemakai. Sejarah penyediaan tenaga listrik di Indonesia dimulai dengan selesai dibangunnya pusat tenaga listrik di Gambir, Jakarta Jakart a (Mei 1897), kemudian di Medan (1899), (1899), Sura Surakart karta a (1902), (1902 ), Bandun Bandung g (1906), (1906), Surabaya (1912), (19 12), dan Banjarm Banjarmasin asin (1922). ( 1922). Pusat-pusat tenaga listrik ini pada awalnya menggunakan tenaga thermis. Kemudian disusul dengan pembuatan pusat-pusat listrik tenaga air : PLTA Giringan di Madiun (1917), PL PLT TA Tes di Bengkulu Bengkul u (1920), PL PLT TA Plengan Ple ngan di Priangan (1922), PLTA PLTA Bengkok dan PLTA PLTA Dago di Bandung Bandu ng (1923). Sebelum perang dunia ke-2, pada umumnya pengusahaan listrik di Indonesia diolah oleh perusahaan-perusahaan swasta, di antaranya yang terbesar adalah NIGEM (Nederlands Indische Gas en Electriciteits Maatschappij ) yang kemudian menjelma menjadi OGEM (Overzese Gas en Electriciteits Maatschappij ), ), ANIEM ( Algemene Algemene Nederlands Indhische Electriciteits Maatschappij ), ), dan GEBEO ( Gemeen Schappelijk Electriciteits Bedrijk Bandung en Omsheken ).
Stator frame Stator core
File pole Brushes Stator coil Colector rings
Sumber: www.ien.it
a.
32
Sumber: inventors.about. inventors.about.com com
Gene Ge nera rato torr Ga Gaul ular ard d da dan n Gi Gibb bbs s b.
Gen ene era rattor West Westin ingh gho ous use e Gambar 2.2 Generator
Rotor
Stator
Sumber: peswiki.com
c.
Generator se secara um umum
Sedangkan Jawatan Tenaga Air ( s’Lands Waterkroct Bedrijren , disingkat LWB) membangun dan mengusahakan sebagian besar pusat-pusat listrik tenaga air di Jawa Barat. Pada tahun 1958 pengelolaannya dialihkan ke negara pada Perusahaan Umum Listrik Negara.
2.1. 2. 1.2 2
Pera Pe rana nan n Ten Tenag aga a Lis Listr trik ik
Di pusat pembangkit tenaga listrik, generator digerakkan oleh turbin dari bentuk energi lainnya lainny a antara lain: lain : dari air - PLTA; PLTA; gas - PLTG; uap - PLTU; PLTU; diesel diese l - PLTD; PLTD; panas bumi bum i - PLTP; nuklir - PLTN. Energi listrik dari pusat pembangkitnya disalurkan melalui jaringan transmisi yang jaraknya relatif jauh ke pemakai pemakai listrik/konsumen. Penerangan
Pemanas
Gerak Energi SUMBER
BEBAN
Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
Saluran Tran Tr ansm smis isii Pe Pema maka kaii
Suara
Data
dan lain-lain
Gambar 2.3 Penyaluran energi listrik ke beban
Konsumen listrik di Indonesia dengan sumber dari PLN atau perusahaan swasta lainnya dapat dibedakan sebagai berikut. 1.
Konsum Kons umen en Ru Ruma mah h Tan Tangg gga a Kebutuhan daya listrik lis trik untuk rumah ruma h tangga antara 450VA sampai dengan 4.400VA. Secara umum menggunakan sistem satu fasa dengan tegangan rendah 220V/ 380V dan jumlahnya sangat banyak.
2.
Pene Pe nera rang ngan an Jal Jalan an Umu Umum m (PJU (PJU)) Pada kota-kota besar penerangan jalan umum sangat diperlukan oleh karena bebannya berupa lampu dengan masing-masing daya tiap lampu/tiang antara 50VA sampai dengan 250VA bergantung pada jenis jalan yang diterangi, maka sistem yang digunakan 1 fasa dengan tegangan rendah 220V/380V. 220V/380V.
33
3.
Konsumen Pabrik Jumlahnya tidak sebanyak konsumen rumah tangga, tetapi masing-masing pabrik dayanya dalam orde kVA. Penggunaannya untuk pabrik yang kecil masih menggunakan sistem satu fasa tegangan rendah (220V / 380V), namun untuk pabrik-pabrik yang besar menggunakan sistem tiga fasa dan saluran masuknya dengan jaringan jaring an tegangan menengah 20kV.
4.
Kon Ko nsu sume men n Ko Kome mers rsia iall Yang dimaksud konsumen komersial antara lain stasiun, terminal, KRL (Kereta Rel Listrik), hotel-hotel berbintang, rumah sakit besar, kampus, stadion olahraga, mall, hypermarket, apartemen. Rata-rata menggunakan sistem tiga fasa untuk yang kapasitasnya kecil dengan tegangan rendah, sedangkan yang berkapasitas besar dengan tegangan menengah. PUSAT-PUSAT PUSAT-PUSA T TENAGA LISTRIK
Gambar 2.4 Distribusi tenaga listrik ke konsumen
2.1.3 2.1 .3
Instal Ins talasi asi Penye Penyedia diaan an dan Peman Pemanfaa faatan tan Tena Tenaga ga Listri Listrik k PENYEDIA APP AP P
TT
PEMANFAATAN GD
TM
G
GD G
GI
APP AP P
GH TR PENYEDIA
PEMANFAAT TR
Gambar 2.4 Instalasi penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik
34
Keterangan: G = Genera rattor/Pembangkit Tenaga Lis Listtrik GI = Gardu Induk GH = Gardu Hubung GD = Gardu Di Distribusi TT = Jaringan Te Tegangan Ti Tinggi TM = Ja Jari ring ngan an Teg egan anga gan n Me Mene neng ngah ah TR = Jaringan Te Tegangan Re Rendah APP A PP = Ala Alatt Pem Pembat batas/ as/Pen Penguk gukur ur Instalasi dari pembangkitan sampai dengan alat pembatas/pengukur (APP) disebut Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik . Dari mulai APP sampai titik akhir beban disebut Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik. Standarisasi daya tersambung yang disediakan oleh pengusaha ketenagalistrikan (PT PLN) berupa daftar penyeragaman pembatasan dan pengukuran dengan daya tersedia untuk tarif S-2, S-3, R-1, R-2, R-4, U-1, U-2, G-1, I-1, I-2, I-3, H-1 dan H-2 pada jaringan distribusi tegangan tegangan rendah. rendah. Sedangkan daya tersambung pada tegangan menengah dengan pembatas untuk tarif S-4, SS-4, I-4, U-3, H-3 dan G-2 sebagai berikut. Tabel 2.1 Daya Tersambung pada Tegangan Menengah
Arus Nominal (Ampere) 6,3 6, 3 10 16 20 25 32 40 50 63 80 100 10 0 125 12 5 160 16 0 200 20 0 250 25 0
Daya Tersam ersambung bung (kV (kVA) A) pada Tegang egangan an 6 kV *) 210 21 0 260 26 0 335 33 5 415 41 5 520 52 0 655 65 5 830 83 0 1.040 1.300 1.660 2.080 2.600
12 kV *) 210 21 0 335 33 5 415 41 5 520 52 0 665 66 5 830 83 0 1.040 1.310 1.660 2.880 2.600 3.325 4.155 5.195
15 kV *) 260 26 0 415 41 5 520 52 0 650 65 0 830 83 0 1.040 1.300 1.635 2.080 2.600 3.250 4.155 5.195 6.495
20 kV 210**) 235***) 240 24 0 345 34 5 555 55 5 690 69 0 865 86 5 1.110 1.385 1.730 2.180 2.770 3.465 4.330 5.540 6.930 8.660
Sumber : PT PLN Jabar, 2002
35
Keterangan: *)
Secara Sec ara ber bertah tahap ap dise disesua suaika ikan n menj menjadi adi 20 kV kV..
**) Pengukura Pengukuran n tegangan tegangan menengah menengah tetapi tetapi dengan dengan pembatasan pembatasan pada pada sisi tegangan tegangan rendah dengan pembatas arus 3 × 355 ampere tegangan 220/380 volt. ***) Pengukuran tegangan tegangan menengah tetapi dengan pembatasan pada sisi tegangan rendah dengan pembatas arus 3 x 630 ampere tegangan 127/220 volt. Pengguna listrik yang dilayani oleh PT. PT. PLN dapat dibedakan menjadi beberapa golongan yang ditunjukkan tabel berikut ini. Tabel 2.2 Golongan Gol ongan Pelanggan Pel anggan PT. PLN Arus Primer (A)
Daya Tersambung (kVA)
Arus Primer (A)
Daya Tersambung (kVA)
6 7 8 9 10 11 12 14 15 16 17,5 18 20 21 22 22,5 24 25 27 27,5 28 30 32 33 35 36 40 42 44 45 48
210 245 275 310 345 380 415 485 520 555 605 625 690 725 760 780 830 865 935 950 970 1.040 1.110 1.140 1.210 1.245 1.385 1.455 1.525 1.560 1.660
67,5 70 75 80 82,5 87,5 90 100 105 110 112,5 120 122,5 125 135 140 150 157,5 160 165 175 180 192,5 200 210 220 225 240 250 270 275
2.335 2.425 2.595 2.770 2.855 3.030 3.115 3.465 3.635 3.805 3.895 4.150 4.240 4.330 4.670 4.845 5.190 5.450 5.540 5.710 6.055 6.230 6.660 6.930 7.265 7.615 7.785 8.305 8.660 9.345 9.515
Sumber: PT PLN Jabar, 2002
36
Arus Primer (A)
Daya Tersambung (kVA)
50 52,5 54 55 60 66
1.730 1.815 1.870 1.905 2.075 2.285
Arus Primer (A)
Daya Tersambung (kVA)
280 300 315 330 350 385
9.690 10.380 10.900 11.420 12.110 13.320
Sumber: PT PLN Jabar, 2002
Daya yang disarankan untuk pelanggan TM 20 kV (pengukuran pada sisi TM dengan relai sekunder). Pelanggan TM yang dibatasi dengan pelebur TM, standarisasi dayanya seperti tabel berikut. Tabel 2.3 Standarisasi Daya Pelanggan TM dengan Pembatas Pelebur TM Arus Nominal TM (Ampere)
Daya Tersambung (kVA)
6,3 10 16 20 25 32 40 50
240 345 555 690 865 1.110 1.385 1.730
Arus Nominal TM (Ampere)
Daya Tersambung (kVA)
50 63 80 100 125 160 200 250
1.730 2.180 2.770 3.465 4.330 5.540 6.930 8.660
Sumber: PT PLN Jabar, 2002
Pelanggan TM yang dibatasi dengan pelebur TR, standarisasi dayanya seperti tabel berikut. Tabel 2.4 Standarisasi Daya Pelanggan TM dengan Pembatas Pelebur TR Arus Nominal TR (Ampere)
Daya Tersambung (kVA)
3 x 355 3 x 425 3 x 500
233 279 329
Arus Nominal TR (Ampere)
3 x 630 3 x 800 3 x 1.000
Daya Tersambung (kVA)
414 526 630
Sumber: PT PLN Jabar, 2002
37
Pengguna listrik yang dilayani di layani oleh PT. PT. PLN dapat dibedakan menjadi beberapa golongan yang ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 2.5 Golongan Tarif No
Golongan Tarif
Penjelasan
Sistem Tegangan
Batas Daya
1.
S–1
Pemakai Sangat Kecil
TR
s/d 200 VA
2.
S–2
Badan Sosial Kecil
TR
250 VA s/d 2.200VA
3.
S–3
Badan Sosial Sedang
TR
2.201 VA s/d 200 kVA
4.
S–4
Badan Sosial Besar
TM
201 kVA ke atas
5.
SS – 4
Badan Sosial Besar Dikelola Swasta untuk Komersial
TM
201 kVA ke atas
6.
R–1
Rumah Tangga Kecil
TR
250 VA s/d 500 VA
7.
R–2
Rumah Tangga Sedang
TR
501 VA s/d 2.200 VA
8.
R–3
Rumah Tangga Menengah
TR
2.201 VA s/d 6.600 VA
9.
R–4
Rumah Tangga Besar
TR
6.601 VA ke atas
10.
U–1
Usaha Kecil
TR
250 VA s/d 2.200 VA
11.
U–2
Usaha Sedang
TR
2.201 VA s/d 200 kVA
12.
U–3
Usaha Besar
TM
201 kVA ke atas
13.
U–4
Sambungan Sementara
TR
14.
H–1
Perhotelan Kecil
TR
250 VA s/d 99 kVA
15.
H–2
Perhotelan Sedang
TR
100 kVA s/d 200 kVA
16.
H–3
Perhotelan Besar
TM
201 kVA ke atas
17.
I–1
Industri Rumah Tangga
TR
450 VA s/d 2.200 VA
18.
I–2
Industri Kecil
TR
2201 VA s/d 13,9 kVA
19.
I–3
Industri Sedang
TR
14 kVA s/d 200 kVA
20.
I–4
Industri Menengah
TM
201 Kva ke atas
21.
I–5
Industri Besar
TT
30.000 kVA ke atas
22.
G–1
Gedung Pemerintahan Kecil/Sedang
TR
250 VA s/d 200 kVA
23.
G–2
Gedung Pemerintahan Besar
TM
201 Kva ke atas
24.
J
Penerangan Umum
TR
Sumber : PT. PLN Jabar, 2002
2.1 .1.4 .4
Jari rin nga gan n Li Lis str trik ik
Pusat tenaga listrik pada umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik disalurkan melalui jaringan transmisi. Karena tegangan generator generator pembangkit umumnya relatif rendah (6kV–24kV), maka tegangan ini dinaikkan dengan transformator daya ke tegangan yang lebih tinggi antara 30kV–500kV. 30kV–500kV. Tujuan peningkatan tegangan ini, selain memperbesar daya hantar dari saluran (berbanding lurus dengan kuadrat tegangan), juga untuk memperkecil rugi daya dan susut tegangan pada pada saluran. 38
Penurunan tegangan dari jaringan tegangan tinggi/ekstra tinggi sebelum ke konsumen dilakukan dua kali. Yang pertama dilakukan di gardu induk (GI), menurunkan tegangan dari 500 kV ke 150 kV atau dari 150 kV ke 70 kV. Yang kedua dilakukan pada gardu distribusi dari 150 kV ke 20 kV, atau dari 70 kV ke 20 kV. Saluran listrik dari sumber pembangkit tenaga listrik sampai transformator terakhir sering disebut juga sebagai saluran transmisi, sedangkan dari transformator terakhir sampai konsumen disebut saluran distribusi atau saluran primer. Ada dua macam saluran transmisi/distribusi PLN yaitu saluran udara ( overhed lines) dan saluran kabel bawah tanah ( undergound cable). Kedua cara penyaluran tersebut masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. Dari segi keindahan, saluran bawah tanah lebih disukai dan juga tidak mudah terganggu oleh cuaca buruk:hujan, petir angin dan sebagainya. Namun saluran bawah tanah jauh lebih mahal dibanding saluran udara, tidak cocok untuk daerah banjir karena bila terjadi gangguan/kerus akan, perbaikannya lebih sulit.
Gambar 2.6 Saluran penghantar udara untuk bangunan-bangunan kecil (mengganggu keindahan pandangan)
Gambar 2.7 Saluran kabel bawah tanah pada suatu perumahan mewah
39
Secara rinci keuntungan pemasangan saluran udara antara lain: + Bia Biaya ya invest investasi asi untu untuk k memban membangun gun sua suatu tu salur saluran an udar udara a jauh jauh lebih lebih mura murah h dibandingkan untuk saluran di bawah tanah. + Unt Untuk uk daera daerah-da h-daera erah h yang yang tanahn tanahnya ya banyak banyak meng mengand andung ung batu batu-ba -batua tuan, n, akan akan lebih lebih mudah dengan membuat lubang untuk tiang-tiang listrik. + Bil Bila a terjad terjadii ganggu gangguan an lebih lebih mudah mudah menc mencari arinya nya dan dan lebih lebih mudah mudah memp memperb erbaik aikinya inya jika dibandingkan untuk saluran bawah tanah. Sedangkan keuntungan pemasangan saluran bawah tanah antara lain: + Bia Biaya ya peme pemeliha liharaa raan n salura saluran n kabel kabel baw bawah ah tana tanah h relat relatif if mura murah. h. + Sam Sambun bungan gan bawah bawah tanah tanah relat relatif if tidak tidak tergang terganggu gu oleh oleh pengaru pengaruh-p h-peng engaru aruh h cuaca: cuaca: hujan, angin, petir, salju, sabotase, pencurian kabel lebih sulit, gangguan layanglayang. + Sal Salura uran n bawah bawah tanah tanah tidak tidak mengg menggang anggu gu keinda keindahan han pand pandang angan, an, tidak tidak semraw semrawut ut seperti saluran udara. Dari pertimbangan di atas, bahwa saluran udara lebih cocok dgunakan pada: • salu sa lura ran n tr tran ansm smis isii te tega gang ngan an ti ting nggi gi,, • daerah dae rah lua luarr kota, kota, misa misalnya lnya di pegu pegunun nungan gan ata atau u daera daerah h jaran jarang g pendu penduduk duknya nya.. Sedangkan untuk saluran bawah tanah akan cocok digunakan pada: • salu sa lura ran n tr tran ansm smis isii te tega gang ngan an re rend ndah ah,, • kota ko ta-k -kot ota a besa besarr yang yang ban banya yak k pend pendud uduk ukny nya. a. Akhir/ujung Akhir/uj ung dari salu saluran ran tran transmisi smisi ada adalah lah meru merupaka pakan n salu saluran ran masu masuk k pela pelayana yanan n ke dala dalam m suatu gedung/bangunan sebagai pengguna energi listrik. Adapun komponen/peralatan utama kelistrikan pada gedung/bangunan tersebut terdiri dari: 1.
APP :
2.
PHB : Papan Hubung Bagi Utama/MDP : Main Distribution Panel Sub Distribution Panel Cabang/SDP : Beban/SSDP : Sub-Sub Distribution Panel
3.
Penghantar: Kawa Ka watt Pe Peng ngha hant ntar ar (t (tid idak ak be beri riso sola lasi si)) Kabel (berisolasi)
4.
Beban: Penerangan : Tenaga :
40
Alat Al at Pe Peng nguk ukur ur da dan n Pem Pemba bata tas s (mi (mili lik k pen pengu gusa saha ha ke kete tena naga gali list stri rika kan) n)
Lampu-Lampu Listrik Motor-Motor Listrik
Dalam perencanaan instalasi listrik listri k pada suatu gedung/bangunan, berkas rancangan instalasi listrik terdiri dari: 1. Gambar Si Situasi 2. Gamb mba ar In Instalasi 3. Di Diag agra ram m Ga Gari ris s Tun ungg ggal al 4. Gambar Ri Rinci 1.
Gambar Situ tua asi U
A B C
Jl. Perintis
Yang menunjukkan gambar posisi gedung/bangunan yang akan dipasang instalasi listriknya terhadap saluran/jaringan listrik terdekat. Data yang perlu ditulis pada gambar situasi ini adalah alamat lengkap, jarak terhadap sumber listrik terdekat (tiang listrik/ bangunan yang sudah berlistrik) untuk daerah yang sudah ada jaringan listriknya. li striknya. Bila belum ada jaringan listriknya, perlu digambarkan rencana pemasangan tiangtiang listrik.
Gambar 2.8 Situasi
Keterangan: A : Lokasi bangunan B : Jarak bangunan ke tiang C : Kode tiang/transformator U : Menunjukkan ar arah ut utara 2.
Gambar Ins Instalasi
Yang menunjukkan gambar denah bangunan (pandangan atas) dengan rencana tata letak perlengkapan listrik dan rencana hubungan perlengkapan listriknya. Saluran masuk langsung ke APP yang biasanya terletak di depan/bagian yang mudah dilihat dari luar. luar. Dari APP ke PHB utama melalui kabel kabel toefoer yang biasanya berjarak pendek, dan posisinya ada di dalam bangunan. Pada PHB ini energi listrik didistribusikan ke beban menjadi beberapa grup/kelompok: -
Untuk konsu Untuk konsumen men dom domest estik/ ik/ban bangun gunan an kecil kecil,, dari dari PHB dib dibagi agi menj menjadi adi beb bebera erapa pa grup dan langsung ke beban. Biasanya dengan sistem satu fasa.
-
Untuk kons Untuk konsume umen n indus industri tri kar karena ena are areany anya a luas, luas, seh sehing ingga ga jara jarak k ke beb beban an jauh jauh dari PHB utama dibagi menjadi beberapa grup cabang/S c abang/S ub Distribution Panel baru disalurkan ke beban.
41
2. 00
1.00
3. 00
0 5 , 1 5 7 , 3
5 2 , 2
2 .00
4. 00 4.00
2. 00
KM// KM WC
Halaman belakang
0 5 , 3
K. Tidur pembantu
Pompa Ruang keluarga
Ruang makan
0 0 , 3 Kamar tidur
0 5 , 6
0 5 , 6 Dapur
0 0 , 5
Naik Carport Turun
5 7 , 2
KM/WC
Ruang tamu
Teras
5 2 , 7
5 2 , 6
0 5 , 4
1,58
2 ,00
2 ,43
3,00
9,00
Gambar 2.9 Denah rumah tipe T-125 lantai dasar
42
2.00
1.00
3.00
5 2 , 2
4.0 0 4.0 0
2.00
KM// KM
0 5 , 1 5 7 , 3
2.00
WC
Halaman belakang
0 5 , 3
K. Tidur pembantu
Pompa Ruang makan
0 0 , 3 Ruang keluarga
0 5 , 6
0 5 , 6
Kamar tidur
Dapur
0 0 , 5
Naik
Carport
Turun Ruang tamu
5 7 , 2
KM/WC
Teras
5 2 , 7
5 2 , 6
0 5 , 4
1,58
2, 00
2,4 3
3,00
9,00
Gambar 2.10 Instalasi rumah tipe T-125 lantai dasar
43
3.
Diag Di agra ram m Gar Garis is Tun ungg ggal al
Yang menunjukkan gambar satu garis dari APP ke PHB utama yang didistribusikan ke beberapa grup langsung ke beban (untuk bangunan berkapasitas kecil) dan melalui panel cabang (SDP) maupun subpanel cabang (SSDP) baru ke beban. Pada diagram garis tunggal ini selain pembagian grup pada PHB utama/cabang/ subcabang juga menginformasikan menginform asikan jenis beban, ukuran dan jenis jeni s penghantar, ukuran dan jenis pengaman arusnya, dan sistem pembumian/pertanahannya. SSDP-L
MDP SISTEM TR
SDP SD P MCB 3 Ph.05A HYF GbY 4 × 4 mm 2 + BC 50 mm2
NYFGby 4 × 240 mm 2
APP AP P
MCCB 3PH-4 Poles 600 Vr200 A/22 kA
MCCB 3 Ph/100 A/22 kA NYY 4 × 95 mm 2 + BC 50 mm2
MCB 3 PH/50 A/22 kA CADANGAN
SWITCH Bus 3 Ph/200 A
MCCB 3Ph /10 A/22 kA NYY 4 × 10 mm 2 + BC 10 mm2 MCCB 3Ph /10 A/22 kA MCCB 3Ph /10 A/22 kA MCCB 3Ph /10 A/22 kA
G 85 KVA
NYY 4 × 95 mm
2
MCCB 3PH-4 Poles 600 W100 A/22 kA
MCCB 3Ph /10 A/22 kA MCCB 3Ph /10 A/22 kA MCCB 3Ph /10 A/22 kA
NYY 4 × 10 mm 2 + BC 10 NYY 4 × 10 mm 2 + BC 10 mm2 NYY 4 × 10 mm 2 + BC 10 mm2 NYY 4 × 16 mm 2 + BC 16 mm2 NYY 4 × 95 mm 2 + BC 95 mm2
NYY 4 × 4 mm 2 + BC 6 mm2
SSDP-P
MCCB 3Ph /10 A/22 kA CADANGAN 2 ×
BC 50 mm2
Gambar 2.11 Diagram satu garis instalasi listrik pada bangunan/gedung tegangan rendah
44
SISTEM TM APP TM
SISTEM TR
Jaringan TM
35 A CADANGAN
MDP
Kabel TM
SDP SD P
SSDP-L
MCB 3 Ph.05A HYF GbY 4 × 4 mm 2 + BC 50 mm 2
400 kVA 20/0.4 kV Z - 4%
MCCB 3PH-4 Poles 600 Vr200 A/22 kA
MCCB 3 Ph/100 A/22 kA NYY 4 × 95 mm 2 + BC 50 mm 2
MCB 3 PH/50 A/22 kA CADANGAN
SWITCHBus 3 Ph/200 A
MCCB 3Ph /10 A/22 kA MCCB 3Ph /10 A/22 kA MCCB 3Ph /10 A/22 kA MCCB 3Ph /10 A/22 kA
G
NYY 4 × 95 mm2
85 KVA
MCCB 3PH-4 Poles 600 W100 A/22 kA
MCCB 3Ph /10 A/22 kA MCCB 3Ph /10 A/22 kA MCCB 3Ph /10 A/22 kA
NYY 4 × 10 mm 2 + BC 10 mm2 NYY 4 × 10 mm2 + BC 10 NYY 4 × 10 mm 2 + BC 10 mm2 NYY 4 × 10 mm2 + BC 10 mm2 NYY 4 × 16 mm2 + BC 16 mm2 NYY 4 × 95 mm 2 + BC 95 mm 2 NYY 4 × 4 mm 2 + BC 6 mm 2
MCCB 3Ph /10 A/22 kA CADANGAN 2 ×
BC 50 mm2
Gambar 2.12 Diagram satu garis instalasi listrik pada bangunan/gedung sistem tegangan menengah dan tegangan rendah
4.
Gambar Ri Rinci
meliputi: ukuran fisik PHB cara ca ra pe pema masa sang ngan an pe perl rlen engk gkap apan an li list stri rik k cara ca ra pe pema masa sang ngan an ka kabe bel/ l/pe peng ngha hant ntar ar cara ke kerj rja a ra rangkaian ke kendali dan lain lain-la -lain in inf inform ormasi asi/da /data ta yan yang g dip diperl erluka ukan n seb sebaga agaii pele pelengk ngkap ap
2.1. 2. 1.5 5
Alat Al at Pe Peng nguk ukur ur da dan n Pem Pemba bata tas s (AP (APP) P)
Untuk mengetahui besarnya tenaga listrik yang digunakan oleh pemakai/pelanggan listrik (untuk keperluan rumah tangga, sosial, usaha/bangunan komersial, gedung pemerintah dan instansi), maka perlu dilakukan pengukuran dan pembatasan daya listrik. APP meru merupak pakan an bag bagian ian dar darii pek pekerja erjaan an dan tan tanggu ggung ng jaw jawab ab pen pengus gusaha aha ket ketena enagali galistri strikan kan (PT PLN), sebagai dasar dalam pembuatan rekening listrik. Pada sambungan tenaga listrik tegangan rendah, letak penempatan APP dapat dilihat pada gambar berikut ini.
45
Pen enye yedi dia a/P /Pe eng ngus usa aha Ke Ketten enag aga ali list stri rika kan n
Luar bangunan
Pemanfaatan/Pelanggan Listrik
Dalam bangunan
Titik penyambungan dari GD/TR
SLP
SMP SM P
APP AP P
PHB
APP AP P
IP
Gambar 2.13 Diagram satu garis sambungan tenaga listrik tegangan menengah
Keterangan: GD : Gardu Distribusi TR : Jaringan tegangan Rendah SLP : Sambungan Luar Pelayanan SMP : Sambungan Ma Masuk Pe Pelayanan SLTR SL TR : Sam Sambun bungan gan Tena enaga ga Lis Listrik trik Tega eganga ngan n Rend Rendah ah AP A PP : Alat Pen Penguk gukur ur dan Pem Pembat batas as PHB : Papan Hubung Bagi IP : Instalasi Pelanggan SLTR yang menghubungkan antara listrik penyambungan pada GD/TR merupakan penghantar di bawah atau di atas tanah. Seperti telah dijelaskan di muka bahwa pengukuran yang dimaksud adalah untuk menentukan besarnya pemakaian daya dan energi listrik. Adapun alat ukur/instrumen yang digunakan adalah alat pengukur: Kwh, K wh, KVARh, KVA KVA maksimum, arus listrik dan tegangan listrik. Sistem pengukurannya ada dua macam, yaitu: •
Pengukuran Penguku ran prim primer er atau atau juga dise disebut but pen penguk gukuran uran lang langsun sung, g, terdir terdirii dari dari penguk pengukuran uran primer satu fasa untuk pelanggan dengan daya di bawah 6.600 VA VA pada tegangan 220 V/380 V, dan pengukuran primer tiga fasa untuk pelanggan dengan daya di atas 6.600 V sampai sam pai dengan 33.000 33. 000 VA pada tegangan 220 V/380 V.
•
Penguku Peng ukuran ran seku sekund nder er tiga tiga fasa fasa atau atau diseb disebut ut juga juga pengu pengukur kuran an tak tak langsu langsung ng (menggunakan trafo arus) digunakan digunak an pada pelanggan dengan daya 53 kVA sampai dengan 197 kVA.
Sedangkan yang dimaksud dengan pembatasan adalah pembatasan untuk menentukan batas pemakaian daya sesuai dengan daya tersambung. Alat pembatas yang digunakan adalah:
46
•
Pada sistem Pada sistem teg tegang angan an rend rendah ah samp sampai ai deng dengan an 100 100 A digu digunak nakan an MCB MCB dan dan di di atas atas 100 A digunakan MCCB; pelebur tegangan rendah; NFB yang bisa disetel.
•
Pada sistem Pada sistem tega teganga ngan n mene menengah ngah bias biasanya anya digu digunaka nakan n peleb pelebur ur teg teganga angan n mene menenga ngah h atau rele.
Berikut ini adalah contoh gambar alat ukur K wh dan KVARh. KVARh.
Sumber : www.indiansources.com
Gambar 2.14 Kwh meter satu fasa analog dan digital
Sumber: imsmeters.com
Gambar 2.15 Kwh meter tiga fasa analog dan digital
47
Gambar 2.16 Kwh meter tiga fasa dan KVARh KVARh
Sesuai dengan DIN 43 856 cara penyambungan alat pengukur atau penghubung daya dinotasikan dengan kode berupa angka 4 digit yang diikuti dengan angka 2 digit yang menunjukkan penomoran sambungan. • Digi Di gitt per perta tama ma me menu nunju njukka kkan n mac macam am-ma -maca cam m pen pengh ghitu itung ng • Digi Di gitt ked kedua ua me menu nunj njuk ukka kan n bag bagia ian n tam tamba baha han n • Digi Di gitt ket ketig iga a men menun unju jukk kkan an sa samb mbun unga gan n lua luar r • Digi Di gitt keem keempa patt menun menunju jukk kkan an pen penya yamb mbun unga gan n bagi bagian an tam tamba baha han n Sedangkan 2 digit berikutnya menunjukkan penomoran sambungan untuk tari f jam atau untuk pengendalian piringan. Berikut ini diuraikan arti dari masing-masing angka tersebut. 1. Digit Digit 1 : 2 : 3 : 4 : 5 :
48
perta pe rtama ma menun menunjukk jukkan an macammacam-mac macam am pengh penghitu itung ng peng pe nghi hitu tung ng da daya ya ny nyat ata a aru arus s bol bolak ak-b -bal alik ik sat satu u fas fasa a peng pe nghi hitu tung ng da daya ya ny nyat ata a aru arus s bol bolak ak-b -bal alik ik dua dua fa fasa sa peng pe nghi hitu tung ng da daya ya ny nyat ata a aru arus s bol bolak ak-b -bal alik ik tiga tiga fa fasa sa,, tig tiga a kaw kawat at peng pe nghi hitu tung ng da daya ya ny nyat ata a aru arus s bol bolak ak-b -bal alik ik tig tiga a fas fasa, a, em empa patt kawa kawatt penghi pen ghitun tung g daya daya nya nyata ta aru arus s bola bolak-b k-balik alik tig tiga a fasa fasa,, tiga tiga kaw kawat at den dengan gan bed beda a fasa 60°
6 : 7 :
penghi peng hitu tung ng day daya a nyat nyata a arus arus bola bolak-b k-bal alik ik tiga tiga fas fasa, a, tig tiga a kawa kawatt deng dengan an bed beda a fasa 90° penghi pen ghitun tung g daya daya nya nyata ta aru arus s bola bolak-b k-bali alik k tiga tiga fas fasa, a, emp empat at kaw kawat at den dengan gan bed beda a fasa 90°
2. Digit Digit ked kedua ua men menunj unjukk ukkan an bag bagian ian tam tambah bahan an 0 : tanpa bagian tambahan 1 : de deng nga an bag agia ian n ta tamb mba aha han n do dobe bell ta tari rif f 2 : de deng nga an bag bagia ian n ta tamb mbah ahan an da daya ya ma maks ksim imum um 3 : de deng ngan an ba bagi gian an ta tamb mbah ahan an do dobe bell tar tarif if at atau au da daya ya ma maksi ksimu mum m 4 : de deng ngan an ba bagi gian an ta tamb mbah ahan an da daya ya ma maksi ksimu mum m ata atau u sak sakela elarr res reset et 5 : de deng ngan an bag bagia ian n tamb tambah ahan an dob dobel el tar tarif if dan dan day daya a maks maksimu imum m dan dan sake sakelar lar re rese sett 3. Digit Digit ket ketiga iga men menunj unjukka ukkan n sam sambun bungan gan lua luar r 0 : untuk sambungan tetap 1 : un untu tuk k sa samb mbun ung gan de deng nga an tr tra afo ar arus us 2 : un untu tuk k sam sambu bung ngan an de deng ngan an tr traf afo o aru arus s dan dan te tega gang ngan an 4. Digit Digit keempa keempatt menunju menunjukka kkan n penyam penyambun bungan gan bagia bagian n tambaha tambahan n 0 : ta tanp npa a bagi bagian an tam tamba baha han n pada pada pen pengh ghit itun ung g daya daya mak maksi simu mum m deng dengan an piri piring ngan an putar 1 : satu ku kutub/fasa sa samb mbu ungan da dala lam m 2 : sambungan luar 3 : sa satu tu ku kutu tub/ b/fa fasa sa sa samb mbun unga gan n dal dalam am de deng ngan an sa samb mbun unga gan n ter terbu buka ka 4 : sa satu tu kut kutub ub/f /fas asa a samb sambun unga gan n dala dalam m deng dengan an sam sambu bung ngan an hub hubun ung g singk singkat at 5 : sa samb mbun unga gan n lu luar ar de deng ngan an sa samb mbun unga gan n te terb rbuk uka a 6 : sa samb mbun unga gan n lua luarr den denga gan n sam sambu bung ngan an hu hubu bung ng si sing ngka katt Sedangkan dua digit berikutnya adalah: 5. Pe Peno nomo mora ran n samb sambun unga gan n untu untuk k tarif tarif ja jam m 00 : ta tan npa de deng ngan an sa samb mbun unga gan n 01 : de deng nga an sa sake kela larr ha hari rian an 02 : de deng nga an sa sake kela larr mak maksi simu mum m 03 : de deng ngan an sa sake kela larr ha haria rian n da dan n ma maksi ksimu mum m 04 : de deng ngan an sa sake kela larr ha haria rian n da dan n min mingg ggua uan n 05 : de deng ngan an sak sakela elarr haria harian, n, maksi maksimu mum m dan dan mingg minggua uan n 06 : de deng nga an sa sake kela larr min mingg ggu uan 6. Pen Penomo omoran ran samb sambung ungan an untu untuk k penge pengenda ndalili pirin piringan gan 11 : de deng ngan an se sebu buah ah sa sake kela larr pem pemin inda dah h 12 : de deng ngan an du dua a sa sake kela larr pem pemin inda dah h 13 : de deng ngan an ti tiga ga sa sake kela larr pem pemin inda dah h 14 : de deng ngan an em empa patt sak sakel elar ar pe pemi mind ndah ah
49
Berikut ini adalah keterangan dari huruf/simbol pada gambar cara penyambungan alat pengukur daya. Z : sakelar/pemutus dobel tarif d : sa sake kela larr har haria ian n yan yang g dig diger erak akka kan n ole oleh h pem pemut utus us do dobe bell tar tarif if w : sakelar mingguan M : pemutus maksimum ML : putaran maksimum MR : maksimum re reset mo : pe pemu mutu tus s mak maksi simu mum m den denga gan n sam sambu bung ngan an te terb rbuk uka a mk : pe pemu mutu tus s maks maksim imum um den denga gan n samb sambun unga gan n hubu hubung ng sin singk gkat at M :
motor pe penggerak
E :
penamp pena mpan ang g peng pengen enda dalili put putar ar Beberapa contoh kode dan cara penyambungan alat pengukur atau penghitung sebagai berikut. Penyambungan dengan Code 1010 atau 1010-00 berarti: (1)) : pe (1 pengh nghitu itung ng den denga gan n daya daya nyat nyata a arus arus bolak bolak-ba -balik lik satu fasa (2)) : ta (2 tanp npa a ba bagi gian an ta tamb mbah ahan an (3)) : un (3 untu tuk k samb sambun unga gan n deng dengan an tra trafo fo aru arus s (4) : tan tanpa pa bag bagian ian tam tambah bahan an pad pada a pen penghi ghitun tung g day daya a maksimum dengan piringan putar
N 2.000
1
Gambar 2.17 Rangkaian Kwh satu fasa dengan trafo arus
Penyambungan dengan Code 2000 atau 2000-00 berarti: (2)) : pe (2 peng nghi hitu tung ng da daya ya ny nyat ata a ar arus us bo bola lakk-ba balilik k dua fasa (0) : tanpa ba bagian ta tambahan (0) : untuk sa sambungan te tetap (0) : ta tan npa ba bagi gia an tam tamba bah han pa pada da pe peng ng-hitung daya maksimum dengan piringan putar
50
1
3
4
6
L1 (1) L2 (3)
Gambar 2.18 Rangkaian Kwh dua fasa dengan sambungan tetap
3020
1
U
U L1 L2 L3
V
V
U
U
V
2 3
5
7 8
9
u
u
u
X
X
X
k
l
k
l
X
X
X
K
L
K
L
U
U
U
V L1 L2 L3
Gambar 2.19 Rangkaian Kwh tiga fasa dengan trafo arus dan trafo tegangan
Penyambungan dengan kode 3020 atau 3020-00 berarti: (3)) : pe (3 peng nghi hitu tung ng da daya ya ny nyat ata a aru arus s bol bolak ak-b -bal alik ik ti tiga ga fa fasa sa (0) : tanpa ba bagian ta tambahan (2)) : un (2 untu tuk k samb sambun unga gan n den denga gan n traf trafo o arus arus da dan n tra trafo fo te tega gang ngan an (0) : tan tanpa pa bagi bagian an tam tambah bahan an pada pada pen penghi ghitun tung g daya daya maks maksimu imum m denga dengan n pirin piringan gan put putar ar
51
Tabel 2.6 Standar Daya PLN
Langganan tegangan rendah sistem 220 V/380 V 220 volt satu fasa 380 volt tiga fasa Daya Tersambung (VA) 450 450 900 90 0 1.300 2.200 3.500 4.400 3.900 6.600 10.600 13.200 16.500 23.000 33.000 41.500 53.000 66.000 82.000 105.000 131.000 147.000 164.000 197.000 233.000 279.000 329.000 414.000 526.000 630.000
Pembatas Arus (A) 1x2 1x4 1x6 1 x 10 1 x 16 1 x 20 3x6 3 x 10 3 x 16 3 x 20 3 x 25 3 x 35 3 x 50 3 x 63 3 x 80 3 x 100 3 x 125 3 x 160 3 x 200 3 x 225 3 x 250 3 x 300 3 x 353 3 x 425 3 x 500 3 x 630 3 x 800 3 x 1.000
Pengukuran Alat ukur kwh meter satu fasa 220 V dua kawat
Alat ukur kwh meter tiga fasa 380 V empat kawat
Alat ukur kwh meter tiga fasa 380 V empat kawat dengan trafo arus tegangan rendah
Tarif tegangan rendah di atas 200 kVA hanya disediakan untuk tarif R-4
Sumber : PT PLN Jabar, 2002
2.1. 2. 1.6 6
Pane Pa nell Hub Hubun ung g Bag Bagii (PH (PHB) B)
PHB adalah panel hubung bagi/papan hubung bagi/panel berbentuk lemari ( cubicle), yang dapat dibedakan sebagai berikut. Panel Utama/MDP : Main Distribution Panel Panel Cabang/SDP : Sub Distribution Panel Panel Beban/SSDP : Sub-sub Distribution Panel
52
Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantaran utamanya merupakan kabel feeder dan biasanya menggunakan m enggunakan NYFGBY NYFG BY.. Di dalam panel biasanya busbar/rel dibagi di bagi menjadi dua segmen yang saling berhubungan dengan sakelar pemisah, yang satu mendapat saluran masuk dari APP (pengusaha ketenagalistrikan) dan satunya lagi dari sumber listrik sendiri (genset). Dari kedua busbar didistribusikan ke beban secara langsung atau melalui SDP dan atau SSDP. SSDP. Tujuan busbar dibagi menjadi dua segmen adalah jika sumber listrik dari PLN mati akibat gangguan ataupun karena pemeliharaan, maka suplai ke beban tidak akan terganggu dengan adanya sumber listrik sendiri (genset) sebagai cadangan.
Peralatan pengaman arus listrik untuk penghubung dan pemutus terdiri dari: Circuit Breaker (CB) MCB (Miniatur Circuit Breaker ) MCCB (Mold Case Circuit Breaker ) NFB (No Fuse Circuit Breaker ) Air Circuit Breaker ) ACB ( Air OCB (Oil Circuit Breaker ) VCB (Vacuum Circuit Breaker ) SF6CB ( Sulfur Circuit Breaker ) Sekering dan pe pemisah Switch dan Disconnecting Switch (DS) Peralatan tambahan dalam PHB antara lain: rele proteksi tra raffo te tegangan, tr trafo arus alat-a ala t-alat lat ukur ukur besar besaran an listrik listrik:: ampereme amperemeter ter,, voltmet voltmeter er,, frekue frekuensi nsi meter meter,, cos f meter meter lampu-lampu ta tanda dan lain-lain Contoh gambar diagram satu garisnya bisa dilihat pada Gambar 2.11. 2.11. Untuk PHB sistem tegangan menengah, terdiri dari tiga cubicle yaitu satu cubicle incoming dan cubicle outgoing . Hantaran masuk merupakan kabel tegangan menengah dan biasanya dengan kabel XLPE atau NZXSBY. NZXSBY. Saluran daya tegangan menengah ditransfer melalui mel alui trafo distribusi distri busi ke LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel ). ). Pengaman arus listriknya terdiri dari sekering dan LBS ( Load Break Switch). Peralatan dan rangkaian dari busbar sampai ke beban seperti pada PHB sistem tegangan rendah. Contoh gambar diagram satu garisnya bisa dilihat pada gambar 2.12.
53
Berikut ini adalah salah satu contoh cubicle yang ada di ruang praktek di POLBAN.
Gambar 2.20 Contoh cubicle di ruang praktek POLBAN
2.1.6.1
MCB (Miniatur Circuit Breaker )
MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi dengan komponen thermis (bimetal) untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relai elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu fasa dan tiga fasa. Keuntungan menggunakan MCB, yaitu: 1. Dapat memutus memutuskan kan rangkaia rangkaian n tiga fasa walaup walaupun un terjadi terjadi hubung hubung singkat pada salah satu fasanya. 2. Dapa Dapatt digunakan digunakan kembal kembalii setelah setelah rangkaia rangkaian n diperbaik diperbaikii akibat akibat hubung hubung singkat singkat atau beban lebih. 3. Memp Mempunyai unyai respo respon n yang baik apabila apabila terjad terjadii hubung hubung singkat singkat atau beban lebih. Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan elektromagnetis, pengaman termis berfungsi untuk mengamankan mengamank an arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan thermal overload yaitu menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal), pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya arus yang harus diamankan, sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah kumparan yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak.
54
MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu fasa, sedangkan untuk pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga s ehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut terputus. Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya, MCB dapat digolongkan menjadi lima jenis ciri yaitu: •
• • • •
Tip ipe e Z (ra (rati ting ng da dan n bre break akin ing g cap capac acit ity y keci kecil) l) Digunakan untuk pengaman rangkaian semikonduktor semikondukt or dan trafo-trafo yang sensitif terhadap tegangan. Tip ipe e K (ra (rati ting ng da dan n bre break akin ing g cap capac acit ity y keci kecil) l) Digunakan untuk mengamankan alat-alat rumah tangga. Tipe G (ra (ratin ting g bes besar ar)) unt untuk uk pe peng ngam aman an mo moto torr. Tipe L (rat (rating ing be besa sar) r) unt untuk uk pen penga gama man n kabe kabell atau atau jar jarin inga gan. n. Tipe H untu untuk k peng pengam aman an ins insta tala lasi si pen pener eran anga gan n bang bangun unan an..
Sumber: www.a-electric.net
(a) MCB 1 fasa
(b) MCB 3 fasa
Gambar 2.21 MCB (Miniatur Circuit Breaker)
2.1.6.2
MCCB (Moulded Case Circuit Breaker )
MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat untuk penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu, pengaman ini mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang dii nginkan.
55
Keterangan: 1. Ba Baha han n BMC BMC un untu tuk k bod bodii dan dan tu tutu tup p 2. Pere red dam bu busur ap api 3. Bl Blok ok sam sambu bung ngan an un untu tuk k pema pemasa sang ngan an ST dan UVT 4. Pe Peng ngge gera rak k lepa lepass-sa samb mbun ung g 5. Kontak bergerak 6. Da Data ta kel kelist istrik rikan an dan dan pab pabrik rik pe pemb mbua uatt 7. Uni nitt ma mag gne neti tik k tr trip ip
Sumber: www.global-b2b-network.com
Gambar 2.22 Moulded Case Circuit Breaker
2.1.6.3
ACB ( Air Air Circuit Breaker )
ACB ( Air Circuit Breaker ) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses switching maupun gangguan.
•
LV-ACB: Ue = 250V dan 660V Ie = 800A-6300A Icn = 45kA-170kA
•
LV-ACB: Ue = 7,2kV dan 24kV
Ie = 800A-7000A Icn = 12,5kA-72kA sumber : www.global-b2b-network.com
Gambar 2.23 ACB (Air Circuit Breaker)
Air Circuit Breaker dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Rating standar Air Circuit Breaker (ACB) yang dapat dijumpai di pasaran seperti ditunjukkan pada data di atas. Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat dilakuk an dengan bantuan solenoid motor ataupun pneumatik. Perlengkapan lain yang sering diintegrasikan dalam ACB adalah: Over Current Relay (OCR) • Under Voltage Relay (UVR) • 56
2.1.6.4
OCB (Oil Circuit Breaker )
Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak sebagai sarana pemadam busur api yang timbul saat terjadi gangguan. Bila terjadi busur api dalam minyak, maka minyak yang dekat busur api akan berubah menjadi uap minyak dan busur api akan dikelilingi oleh gelembung-gelembung uap minyak dan gas.
Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal conductivity yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga baik sekali digunakan sebagai bahan media pemadam loncatan bunga api.
Gambar 2.24 OCB (Oil Circuit Breaker)
2.1.6.5
VCB (Vacuum Circuit Breaker )
Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk memadamkan busur api pada saat circuit breaker terbuka ( open), sehingga dapat mengisolir hubungan setelah bunga api terjadi, akibat gangguan atau sengaja dilepas. Salah satu tipe dari circuit breaker adalah recloser . Recloser hampa udara dibuat untuk memutuskan dan menyambung kembali arus bolak-balik pada rangkaian secara otomatis.
57
Pada saat melakukan pengesetan besaran waktu sebelumnya atau pada saat recloser dalam keadaan terputus yang kesekian kalinya, maka recloser akan terkunci ( lock out ), ), sehingga recloser harus dikembalikan pada posisi semula secara manual.
(a) tampak dalam
Sumber : www.osha.gov
(b) tampak luar Gambar 2.25 VCB (Vacum Circuit Breaker)
58
2.1.6.6
SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker )
SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai sarana pemadam busur api. Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat memadamkan busur api yang baik sekali. Prinsip pemadaman busur apinya adalah gas SF6 ditiupkan sepanjang busur api. Gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya padam. Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV–760 KV. KV.
Sumber: www.zxgydq.com.cn
Gambar 2.26 SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)
2.1.7
Penghantar
Untuk instalasi listrik, penyaluran arus listriknya dari panel ke beban maupun sebagai pengaman (penyalur arus bocor ke tanah) digunakan penghantar listrik yang sesuai dengan penggunaannya. Ada dua macam penghantar listrik yaitu: -
Kawat Penghantar tanpa isolasi (telanjang) yang dibuat dari Cu, AL sebagai contoh BC, BCC, A2C, A3C, ACSR.
-
Kabel Penghantar yang terbungkus isolasi, ada yang berinti tunggal atau banyak, ada yang kaku atau berserabut, ada yang dipasang di udara atau di dalam tanah, dan masing-masing digunakan sesuai dengan kondisi pemasangannya.
Kabel instalasi yang biasa digunakan pada instalasi penerangan, jenis kabel yang banyak digunakan dalam instalasi rumah tinggal untuk pemasangan tetap ialah NYA dan NYM. Pada penggunaannya kabel NYA menggunakan pipa untuk melindungi secara mekanis ataupun melindungi dari air dan kelembapan yang dapat merusak kabel tersebut. 59
Penghantar NYA Kabel NYA NYA hanya memiliki satu penghantar berbentuk pejal. Kabel ini pada umumnya digunakan pada instalasi rumah tinggal.
Dalam pemakaiannya pada instalasi listrik harus menggunakan pelindung dari pipa union atau paralon/PVC ataupun pipa fleksibel.
Penghantar tembaga
Isolasi PVC
Gambar 2.27 Kabel NYA
Penghantar NYM Sedangkan kabel NYM adalah kabel yang memiliki beberapa penghantar dan memiliki isolasi luar sebagai pelindung. Konstruks i dari kabel NYM terlihat terl ihat pada gambar. Penghantar dalam pemasangan pada instalasi listrik boleh tidak menggunakan pelindung pipa. Namun untuk memudahkan saat peggantian kabel/revisi, sebaliknya pada pemasangan dalam dinding/beton menggunakan selongsong pipa. Penghantar tembaga Isolasi PVC Lapisan pembungkus inti
Selubung PVC
Gambar 2.28 Kabel NYM
60
Penghantar NYY Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai seperti NYY biasanya digunakan untuk kabel tenaga pada industri. Kabel ini juga dapat ditanam dalam dal am tanah dengan syarat diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis. Perlindungannya bisa berupa pipa atau pasir dan di atasnya diberi batu.
Penghantar tembaga Isolasi PVC Lapisan pembungkus inti Selubung PVC
Gambar 2.29 Kabel NYY
Pada prinsipnya susunan NYY ini sama dengan susunan NYM. Hanya tebal isolasi dan selubung luarnya serta jenis PVC yang digunakan berbeda. Warna selubung luarnya hitam. Untuk kabel tegangan rendah tegangan nominalnya 0,6/1 kV maksudnya yaitu: • •
0,6 kV : Tegangan nominal terhadap tanah. 1,0 kV : Tegangan nominal antarpenghantar.
Penggunaan utama NYY sebagai kabel tenaga adalah untuk instalasi industri di dalam gedung maupun di alam terbuka, di saluran kabel dan dalam lemari hubung bagi, apabila diperkirakan tidak akan ada gangguan mekanis. NYY dapat juga ditanam di dalam tanah asalkan diberi perlindungan secukupnya terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan mekanis.
61
Penghantar N2XY
Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai yang dipakai di PT Pupuk Kujang ialah N2XY. N2XY. Kabel N2XY intinya terdiri dari penghantar tembaga dengan isolasi XLPE, berpeli ndung bebat tembaga serta berselubung PVC dengan tegangan pengenal 0,6/1 kV (1,2 kV) yang dipasang sejajar pada suatu sistem fase tiga.
Penghantar tembaga Isolasi XLPE Lapisan pembungkus inti Selubung PVC
Gambar 2.30 Kabel N2XY
Penghantar NYFGbY Kabel tanah thermoplastik thermoplasti k berperisai seperti sepert i NYFGbY, NYFGbY, biasanya digunakan apabila apabil a ada kemungkinan terjadi gangguan kabel secara mekanis. Kabel NYFGbY intinya terdiri dari penghantar tembaga dengan isolasi PVC, penggabungan dua atau lebih inti dilengkapi selubung atau pelindung yang terdiri dari karet dan perisai kawat baja bulat. Perisai dan pembungkus diikat dengan spiral pita baja. Untuk menghindari korosi pada pita baja, maka kabel diselubungi pelindung PVC warna hitam.
Penghantar tembaga Isolasi Lapisan pembungkus inti Perisai kawat baja berlapis Spiral pita baja berlapis seng Selubung PVC
Gambar 2.31 Kabel N2XY
62
Berikut ini adalah gambar diagram satu garis untuk konsumen tegangan rendah dan konsumen tegangan tinggi. Pembangkit energi listrik
Jaringan transmisi GI
500 kV/ 170 kV
Jaringan distribusi
70 kV
GI
20 kV
Saluran primer
220 V/380 V Saluran sekunder
20 kV
Gambar 2.32 Diagram transmisi dan distribusi
2.1.8
Beban Listrik
Menurut sifatnya, beban listrik terdiri dari: a. Re Resi sist stor or (R) (R) yan yang g bers bersif ifat at res resis isti tif f b. In Indu dukt ktor or (L) (L) yan yang g bers bersif ifat at ind induk ukti tif f c. Ca Capa pasi sito torr (C) (C) yang yang ber bersi sifa fatt kapa kapasit sitif if Beban listrik adalah piranti/peralata piranti/peralatan n yang menggunakan/mengkonsumsi energi listrik. Jenis beban listrik yang akan di bahas secara garis besar sebagai berikut. -
Untuk penera Untuk peneranga ngan n denga dengan n lampulampu-lamp lampu u pijar pijar,, peman pemanas as listri listrik k yang yang bers bersifat ifat resis resistif. tif. Untuk Unt uk peral peralata atan n yang yang menggu menggunak nakan an motor motor-mo -motor tor listr listrik ik (pompa (pompa air air,, alat alat pendin pendingin gin// AC/freezer/ AC/fre ezer/kulkas kulkas,, peral peralatan atan labor laboratori atorium), um), pene penerang rangan an deng dengan an lampu tabu tabung ng yang menggunakan balast/trafo bersifat induktif (lampu TL, sodium, merkuri, komputer, TV,, dan lain-lain). TV lain-lain) .
63
Jika beban resistif diaktifkan (dinyalakan), maka arus listrik pada beban ini segera mengalir dengan cepatnya sampai pada nilai tertentu (sebesar nilai arus nominal beban) dan dengan nilai yang tetap hingga tidak diaktifkan (dimatikan). Lain halnya dengan beban induktif, misalnya pada motor listrik. Begitu motor diaktifkan (digerakkan), maka saat awal (start) menarik arus listrik yang besar (3 sampai 5 kali nilai arus nominal), kemudian turun kembali k e arus nominal. R S T
M~
M3~
Gambar 2.33 Rangkaian macam-macam beban sistem tiga fasa, 4 kawat
Jenis beban listrik dalam gedung/bangunan dapat dikelompokan menjadi: 1. Penerangan ( lighting ) 2. Stop kontak 3. Mo Moto torr-mo moto torr lis listr trik ik
2.1.8.1
Penerangan (Lighting )
Penerangan gedung merupakan penggunaan yang dominan, karena dibutuhkan oleh semua gedung dan juga waktu penggunaannya yang panjang. Jumlah lampu yang digunakan akan mempengaruhi pembagian grup dari panel penerangan; penampang penghantarnya dan pengamannya (sekring atau MCB) serta sakelar kendalinya. Pada rumah tinggal, penerangan listrik digunakan untuk ruang tamu, ruang keluarga, mushola, kamar tidur, dapur, kamar mandi/WC, garasi, gudang, teras dan taman. Masing-masing menggunakan lampu yang cocok/sesuai. Pada bangunan besar seperti perkantoran, sekolah, hotel, rumah sakit, pabrik, mal, gedung, olah raga, stadion, dan sebagainya, juga memerlukan penerangan untuk ruang kerja, kelas, laboratorium, bengkel, ruang lobi, ruang pertemuan, ruang pasien, ruang operasi, ruang mesin pada pabrik, toko, tempat olah raga dan sebagainya. Untuk di luar bangunan, penerangan yang diperlukan adalah PJU (Penerangan Jalan Umum), lampu reklame, dekorasi, dan sebagainya.
64
2.1.8.2
Stop Kontak
Stop kontak adalah istilah populer yang biasa digunakan sehari-hari. Dalam PUIL 2000, stop kontak ini dinamakan KKB (Kotak Kontak Biasa) dan KKK (Kotak Kontak K husus). KKB adalah kotak kontak yang dipasang untuk digunakan sewaktu-waktu (ti dak secara tetap) bagi piranti listrik jenis apapun yang memerlukannya, asalkan penggunaannya tidak melebihi batas kemampuannya. KKK adalah kotak kontak yang dipasang khusus untuk digunakan secara tetap bagi suatu jenis piranti listrik listri k tertentu yang diketahui daya maupun tegangannya. Dengan demikian, KKK mempunyai tempat/lokasi tertentu dengan beban tetap, dan dihubungkan langsung ke panel sebagai grup tersendiri. Sedangkan KKB tersebar diseluruh bangunan dengan beban tidak tetap, dan biasanya jadi satu dengan grup untuk penerangan.
Sumber : www.a-electric.net
Gambar 2.34 Macam-macam stop kontak
2.1. 2. 1.8. 8.3 3
Moto Mo torr-Mo Moto torr Li List stri rik k
Motor-motor listrik merupakan beban kedua terbanyak sesudah penerangan, motor listrik digunakan untuk menggerakkan pompa, kipas angin, kompresor yang merupakan bagian penting dari sistem pendingin udara, dan juga sebagai pengerak mesin-mesin industri, elevator, escalator dan sebagainya. Motor dikategorikan sebagai motor fraksional (kurang dari 1 HP), integral (di atas 1 HP), dan motor kelas medium sampai besar (di atas 5 HP). Motor-motor juga dapat dikelompokan berdasarkan jenis arus yang digunakan, yaitu: a. Motor ar arus se searah b. Mo Moto torr aru arus s bol bolak ak-b -bal alik ik sa satu tu fa fasa sa c. Mo Moto torr aru arus s bol bolak ak-b -bal alik ik tig tiga a fa fasa sa Masing-masing penggunaannya sebagian akan dibahas pada bab 5. Berikut ini adalah gambar berbagai piranti pi ranti yang menggunakan motor.
65
2.1. 2. 1.9 9
Perh Pe rhit itun unga gan n Aru Arus s Beb Beban an
a.
kompresor
d.
f.
b.
generator
elevator
pompa air
c.
e.
g.
lemari pendingin
kipas angin
Gambar 2.35 Piranti-piranti menggunakan motor
66
air conditioner
h.
bor listrik
Sebagai contoh perhitungan, mari kita lihat Gambar 2.10. Instalasi rumah tipe T-125 lantai dasar. Dari gambar perencanaan instalasi dapat dirinci sebagai berikut. • Beban Beb an diba dibagi gi menja menjadi di 3 grup grup,, yaitu yaitu 2 gru grup p untuk untuk lant lantai ai dasar dasar dan dan 1 grup grup seb sebaga agaii cadangan. • Grup Gru p 1 terd terdiri iri dari dari 1 x 15 W; 2 x 25 W; 3 x 40 40 W dan dan 4 x 200 200 VA. VA. Oleh Oleh kare karena na beba beban n lampu pijar bersifat resistif, maka faktor dayanya sama dengan 1, sehingga 15 W = 15 VA; 25 W = 25 VA dan 40 W = 40 VA. • Grup 2 sa sama ma dengan grup 1. • Grup Gr up 3 seb sebag agai ai ca cada dang ngan an un untu tuk k lan lanta taii ata atas. s. Jika beban lampu nyala semua dan semua stop kontak diberi beban penuh, maka: •
Arus nominal grup 1 :
(1×15)+(2×25)+(3×40)+(4×200) = 220
4,5 A
•
Arus nominal grup 2 :
(1×15)+(2×25)+(3×40)+(4×200) = 220
4,5 A
•
Arus utamanya
4, 5 + 4, 5 = 9 A
:
Jika faktor pemakaiannya dimisalkan 80%, maka arus totalnya = 80% x 9 = 7,2 A. Dengan demikian penggunaan pengaman arusnya sebagai berikut. •
I1 =
80% 80 % x 4, 4,5 5 = 3, 3,6 6 A, A, mak maka a MCB MCB ya yang ng di digu guna naka kan n 6A. 6A.
• •
I2 = I =
80% x 4, 80% 4,5 5 = 3, 3,6 6 A, A, mak maka a MCB MCB ya yang ng di digu guna naka kan n 6A. 6A. 80% x 9 = 7,2 A, maka MCB yang digunakan 10A.
Kwh
NYM 3 × 4 mm2
16A
6A
NYM 3 × 2,5 mm2, NYA 2,5 mm2, 1,5 mm2 (0) 5/8'; 6LP + 4 STK
6A
NYM 3 × 2,5 mm2, NYA 2,5 mm2, 1,5 mm2 (0) 5/8'; 6LP + 4 STK Cadangan
BC 6 mm2
Gambar 2.36 Diagram satu garis
67
2.1.10 2.1 .10
Bahan Bah an Kebut Kebutuha uhan n Kerja Kerja Pema Pemasan sangan gan Inst Instala alasi si LIstr LIstrik ik
Sebagai contoh rumah tipe T-125 gambar 2.10 halaman 2-13, dengan teknik pemasangan pipa dalam dinding dan pembagian beban dalam 3 grup, seperti pada tabel berikut ini. Tabel 2.7 Daftar Bahan untuk Pemasangan Instalasi Listrik Rumah Tinggal No.
Bahan/Komponen
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
PHB dari PVC MCB MCB Elektroda pentanahan BC NYM NYM NYM NYA NYA NY Kabel snur Pipa union/PVC Tule Sambungan lengkung Sock (sambungan) Kotak sambung 2 cabang Kotak sambung 3 cabang Kotak sambung 4 cabang Kotak sakelar/stop kontak Sakelar tunggal Sakelar seri Stop kontak Fitting duduk Fitting gantung Fitting WD Roset kayu Sangkang Lasdop Paku
68
Spesifikasi
1 utama/3 grup 10 A/250 V; 6 kA 6 A/250 V; 6 kA gasped Ø2,5"; 2,75 m 6 mm 2 3 x 4 mm 2 3 x 2,5 mm2 2 x 1,5 mm 2 2,5 mm2 1,5 mm2 1,5 mm2 5/8" 5/8" 5/8" 5/8" 5/8" 5/8" 5/8" 5/8" 6A/250V 6A/250V 6A/250V 6A/250V 6A/250V 6A/250V 5/8" 5/8" 3 x 2,5 mm2 4 mm
Satuan Jumlah
1 se t 1 buah 2 buah 1 se s et 6m 4m 30 m 20 m 30 m 20 m 10 m 10 batang 30 buah 20 buah 20 buah 10 buah 10 buah 10 buah 8 buah 9 buah 1 buah 8 buah 5 buah 5 buah 2 buah 12 buah 40 buah 60 bu buah ah 50 buah
Keterangan
dalam dinding
toefoer
lampu gantung
dengan arde
2.2 2. 2
Pera Pe ratu tura ran n Ins Insta tala lasi si Li List stri rik k
2.2 2. 2.1 Se Seja jarrah Si Sing ngk kat •
Peraturan Peratura n instala instalasi si listrik listrik ditu ditulis lis pada pada tahu tahun n 1924 1924–193 –1937 7 pada pada zama zaman n Belan Belanda da dang dangan an Voolschriften voor elechische sterkstroom instalaties (AVE). nama Algemene Voolschriften
•
Tahu ahun n 1956 1956 diter diterjema jemahka hkan n ke baha bahasa sa Indon Indonesia esia menj menjadi adi Pera Peratura turan n Umum Umum Instal Instalasi asi Listrik (PUIL-64) oleh Yayasan Dana Normalisasi Indonesia yang selesai tahun 1964.
•
Pada Pa da ta tahu hun n 197 1977 7 PUI PUILL-64 64 di dire revis visii menj menjad adii PUI PUILL-77 77..
•
Sepuluh Sepulu h tahun tahun kemud kemudian ian dire direvis visii lagi menj menjadi adi PUIL PUIL-87 -87 dan dan diter diterbit bitkan kan seba sebaga gaii SNI No : 225-1987.
•
Pada tahun Pada tahun 200 2000, 0, Pera Peratura turan n Umum Umum Inst Instalas alasii Listrik Listrik (PU (PUILIL-87) 87) diu diubah bah men menjadi jadi Persyaratan Umum Instalasi Listrik. Disingkat PUIL-2000 yang berorientasi untuk instalasi tegangan rendah dan menengah di dalam bangunan, serta memuat s istem pengaman bagi keselamatam manusia secara teliti.
2.2. 2. 2.2 2
Maks Ma ksud ud da dan n Tuj Tujua uan n PUI PUILL-20 2000 00
Agar pengusahaan instalasi listrik dapat terselenggara baik bagi keselamatan isinya dari kebakaran akibat listrik dan perlindungan lingkungan.
2.2.3
Rua uan ng Lingk gku up
Untuk perencanaan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pelayanan, pemeliharaan, maupun pengawasan instalasi listrik tegangan arus bolak-balik sampai dengan 1.000 volt dan tegangan arus searah sampai dengan 1.500 volt terdiri dari 9 bab.
2.2. 2. 2.4 4 2.2 2. 2.4.1
Gari Ga ris s Bes Besar ar Is Isii PUI PUILL-20 2000 00 Bab Ba b 1 Pe Pend ndah ahul ulu uan
•
Memuat hal Memuat hal umum umum yang yang berh berhubu ubunga ngan n denga dengan n aspek aspek legal legal,, admin administr istrati atiff nonte nontekni knis s dari PUIL.
•
Perb Pe rbed edaa aan n de deng ngan an PU PUIL IL-8 -87, 7, da dala lam m PUI PUILL-20 2000 00 -
Memu Me muat at per perli lind ndun unga gan n ling lingku kung ngan an (pa (pasa sall 1.1) 1.1)
-
Berl Be rlak aku u jug juga a unt untuk uk TM sa samp mpai ai de deng ngan an 35 kV (p (pas asal al 1. 1.2) 2)
-
Memu Me muat at ket keten entu tuan an/p /per erat atur uran an ya yang ng te terb rbar aru u (pas (pasal al 1.3 1.3))
-
Penamaa Pen amaan n PUIL PUIL menj menjadi: adi: Per Persyar syarata atan n Umum Umum Inst Instalas alasii Listri Listrik k 2000 2000 (aya (ayatt 1.4.1 1.4.1))
-
Panitia PUI Panitia PUIL L digan diganti ti menja menjadi di pani panitia tia teta tetap p PUIL PUIL (ayat (ayat 1.5. 1.5.1.3 1.3,, 1.5.2 1.5.2 dan pas pasal al 1.8). 1.8). Definisi mengacu pada: IEV, IEEE Dictionary, SA Wiring Rules, IEC MED, IEC MDE, istilah resmi dan Kamus Bahasa Indonesia.
-
69
2.2. 2. 2.4. 4.2 2 Ba Bab b2 •
•
•
Untuk menj Untuk menjami amin n kesela keselamat matan an manu manusia sia,, terna ternak k dan dan keama keamanan nan har harta ta bend benda a dari dari bahaya dan kerusakan yang timbul dari instalasi listrik seperti antara lain : arus kejut, suhu berlebih. Memuat Mem uat pas pasal al antar antara a lain: lain: prote proteksi ksi untu untuk k kesela keselamat matan, an, pro protek teksi si perlen perlengka gkapan pan dan instalasi listrik, perancangan, pemilikan dan perlengkapan listrik, pemasangan dan verifikasi awal instalasi listrik, pemeliharaan. Perbed Perb edaa aan n de deng ngan an PU PUIL IL-8 -87, 7, da dala lam m PU PUIL IL-2 -200 000 0 Peng Pe ngel elom ompo poka kan n ket keten entu tuan an-k -ket eten entu tuan an be berb rbed eda. a. Juml Ju mlah ah pa pasa sall sem semul ula a 15 15 men menja jadi di 6 pas pasal al..
2.2. 2. 2.4. 4.3 3 • •
• • •
2.2. 2. 2.4. 4.4 4
70
Bab Ba b 3 Pr Prot otek eksi si un untu tuk k Kes Kesel elam amat atan an
Menentuka Menent ukan n persya persyarat ratan an terp terpent enting ing untu untuk k melind melindung ungii manusi manusia, a, terna ternak k dan har harta ta benda. Protek Pro teksi si untuk untuk kese keselam lamata atan n melipu meliputi ti antar antara a lain: lain: prote proteksi ksi kejut kejut listr listrik, ik, prot proteks eksii efek efek termal, proteksi arus lebih, proteksi tegangan lebih (khusus akibat petir), proteksi tegangan kurang, (akan dimasukkan dalam suplemen PUIL), pemisahan dan penyaklaran (belum dijelaskan). Ditera Dit erapka pkan n pad pada a sel seluru uruh h ata atau u seb sebagi agian an inst instala alasi/ si/per perlen lengka gkapan pan.. Harus Ha rus diam diambil bil tind tindaka akan n tambah tambahan an deng dengan an peng pengga gabu bunga ngan n prote proteksi ksi jika jika siste sistem m proteksi tidak memuaskan dalam kondisi tertentu. Perb Pe rbed edaa aan n de deng ngan an PU PUIL IL-8 -87, 7, da dala lam m PU PUIL IL-2 -200 000 0 Memuat Mem uat pas pasal al baru baru ant antara ara lain lain:: penda pendahul huluan uan (pa (pasal sal 3.1) 3.1),, prote proteksi ksi dari dari keju kejutt listrik (pasal 3.2), proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis (pasal 3.7), proteksi dengan ikatan ekipotensial lokal bebas bumi, luas penampang penghantar proteksi dan penghantar netral (pasal 3.16), rekomendasi untuk sistem TT, TT, TN dan IT (pasal 3.17), proteksi dari efek termal (pasal 3.23), proteksi dari arus lebih (pasal 3.24). -
•
Pers Pe rsya yara rata tan n Da Dasa sar r
Memuat has Memuat hasilil perlu perluasa asan n dan dan revisi revisi ant antara ara lain : prote proteksi ksi dari dari sent sentuh uh lang langsun sung g maupun tak langsung (pasal 3.3), proteksi dari sentuh langsung (pasal 3.4), proteksi dengan menggunakan perlengkapan kelas II atau dengan isolasi ekivalen (pasal 3.8), proteksi dengan lokasi tidak konduktif(pasal 3.9), sistem TN atau sistem pembumi netral pengaman (pasal 3.13), sistem IT atau sistem penghantar pengaman (pasal 3.14), penggunaan gawai proteksi arus sisa (pasal 3.15).
Bab Ba b 4 Peran Peranca cang ngan an Inst Instal alas asii Listr Listrik ik
Memuat kete Memuat ketentu ntuan an yang yang ber berkait kaitan an deng dengan an pera peranca ncanga ngan n insta instalasi lasi list listrik, rik, bai baik k administratif-legal nonteknis maupun ketentuan teknis.
•
Terd erdiri iri atas atas 13 13 pasal pasal antar antara a lain lain : persya persyarat ratan an umum umum,, susuna susunan n umum, umum, kenda kendalili proteksi, cara perhitungan kebutuhan maksimum di sirkit utama konsumen dan sirkit cabang dan sirkit akhir, penghantar netral bersama, pengendalian sirkit yang netralnya dibumikan langsung, pengamanan sirkit yang netralnya dibumikan langsung, pengendalian dan pengamanan sirkit yang netralnya dibumikan tidak langsung, perlengkapan dan pengendalian api dan asap kebakaran, perlengkapan evakuasi darurat dan lift, sakelar dan pemutus sirkit, lokasi dan pencapaian PHB.
•
Perbed Perb edaa aan n de deng ngan an PU PUIL IL-8 -87, 7, da dala lam m PU PUIL IL-2 -200 000 0 Men eng gac acu u SA SA Wir Wirin ing g rul rules es ed edis isii 199 1995 5. Memuat Mem uat pas pasal al baru baru ant antara ara lain lain:: susun susunan an umu umum, m, kend kendali ali dan pro protek teksi si (pas (pasal al 4.2), lokasi dan pencapaian PHB (pasal 4.13). Sebagi Seb agian an besa besarr berub berubah ah anta antara ra lain lain:: cara cara perh perhitu itunga ngan n kebut kebutuha uhan n maksim maksimum um disirkit utama konsumen dan sirkit cabang, jumlah titik beban dalam tiap sirkit akhir, perlengkapan pengendalian api dan asap kebakaran, perlengkapan evakuasi darurat dan lift.
2.2. 2. 2.4. 4.5 5
Bab Ba b 5 Pe Perl rlen engk gkap apan an Li List stri rik k
•
Harus diran Harus dirancan cang g memenu memenuhi hi pesya pesyarat ratan an stan standar dar,, memenu memenuhi hi kiner kinerja, ja, kese keselam lamata atan n dan kesehatan serta dipasang sesuai dengan lingkungannya.
•
Dalam pemas Dalam pemasang angan annya nya disy disyara aratka tkan n : mudah mudah dala dalam m pelaya pelayanan nan,, pemeli pemelihar haraan aan dan dan pemeriksaan, diproteksi terhadap lingkungan antara lain lembap, mudah terbakar, pengaruh mekanis.
•
Bagian perl Bagian perleng engkap kapan an listr listrik ik yang yang meng mengand andung ung log logam am dan dan bert bertega eganga ngan n di atas atas 50 V harus dibumikan dan diberi pengaman tegangan sentuh.
•
Bab Ba b 5 te terd rdir irii ter terba bagi gi at atas as 17 pa pasa sal, l, ya yait itu: u:
•
-
Ketentuan umum
-
Peng ngaw awat atan an pe perl rle eng ngka kap pan list listri rik k
-
Arma Ar matu turr pen pener eran anga gan, n, fi fitin ting g lam lampu pu,, lam lampu pu da dan n ros roset et
-
Tusu suk k ko kont ntak ak da dan n ko kota tak k ko kon nta tak k
-
Motor, sir irk kit dan kontro roll
-
Generator
-
Piranti rendah
-
Tra rans nsfo form rmat ator or da dan n gar gardu du tr tran anfo form rmat ator or
-
Resistor da dan re reaktor
Perb Pe rbed edaa aan n de deng ngan an PU PUIL IL-8 -87, 7, da dala lam m PU PUIL IL-2 -200 000 0 -
Penambaha Penamb ahan n pers persyar yarata atan n menge mengenai nai pem pemanf anfaat aat den dengan gan pen pengge ggerak rak ele elektr ktro o mekanis (pasal 5.14), proteksi terhadap tegangan lebih (ayat 5.1.6), kategori perlengkapan I sampai denganIV (ayat 5.1.6.1. sampai dengan 5.1.6.3), pemanfaat untuk digunakan pada manusia (ayat 15.14.1.3), pemanfaat untuk tujuan lain (ayat 15.14.1.4).
71
-
Yang hila hilang ng atau atau tid tidak ak ada ada sepe seperti rti : per perlen lengka gkapan pan list listrik rik haru harus s dipasa dipasang ng dan dan seterusnya (pasal 500.A.2), perlengkapan penyearah (pasal 560.A.8.1).
-
Pergantia Pergan tian n istila istilah h seper seperti ti : pen pengam gaman an menj menjadi adi pro protek teksi, si, pek pekawa awatan tan men menjad jadii pengawatan, sensor menjadi pengindera, kontak tusuk menjadi kotak k ontak dan tusuk kontak.
2.2.4. 2.2 .4.6 6
Bab 6 Perle Perlengk ngkapa apan n Hubun Hubung g Bagi Bagi dan dan Kenda Kendali li (PHB (PHB))
•
Mengaturr persy Mengatu persyarat aratan an melip meliputi uti pema pemasang sangan, an, sirki sirkit, t, ruan ruang g pelay pelayana anan n dan dan pen penanda andaan an untuk semua perlengkapan yang termasuk kategori PHB, baik tertutup, terbuka, pasangan dalam, maupun pasangan luar.
•
PHB ada adalah lah per perlen lengka gkapan pan yan yang g berfu berfungs ngsii untuk untuk memb membagi agi ten tenaga aga list listrik rik dan/ dan/ata atau u mengendalikan dan melindungi sirkit dan pemanfaat listrik, mencakup sakelar pemutus tenaga, papan hubung bagi tegangan rendah dan sejenisnya.
•
Terd erdiri iri atas atas 6 pasal pasal anta antara ra lain: lain: ruang ruang ling lingkup kup,, ketent ketentuan uan umum umum,, perlen perlengka gkapan pan hubung bagi dan kendali tertutup, perlengkapan hubung bagi dan kendali terbuka, lemari hubung bagi, komponen yang dipasang pada perlengkapan hubung bagi dan kendali.
•
Perb Pe rbed edaa aan n de deng ngan an PU PUIL IL-8 -87, 7, da dala lam m PU PUIL IL-2 -200 000 0 -
2.2. 2. 2.4. 4.7 7
Terd erdapa apatt penam penambah bahan an pers persyara yaratan tan sep sepert ertii : pengg pengguna unaan an pemu pemutus tus daya daya mini mini MCB (ayat 6.2.4.1 dan ayat 6.2.7.2), gawai pemisah (ayat 6.2.8.1 sampai dengan ayat 6.2.8.2.4), gawai pemutus untuk pemeliharaan mekanik (ayat 6.2.8.3. sampai dengan 6.2.8.3.4). 6.2.8.3.4). Alat ukur dan indikator (ayat 6.6.3.2 sampai dengan 6.6.3.4).
Peng Pe ngha hant ntar ar dan dan Pem Pemas asan anga gann nnya ya
•
Mengaturr kete Mengatu ketentu ntuan an meng mengena enaii pengh penghanta antarr, pemb pembeban ebanan an peng penghan hantar tar dan proteksinya, lengkapan penghantar dan penyambungan, penghubungan dan pemasangan penghantar.
•
Terd erdiri iri atas atas 17 pasa pasal, l, yaitu: yaitu: umum umum,, identif identifikas ikasi, i, peng penghan hantar tar den dengan gan war warna, na, pembebanan penghantar, pembebanan penghantar dalam keadaan khusus, pengamanan arus lebih, pengaman penghantar terhadap kerusakan karena suhu yang sangat tinggi, pengamanan sirkit listrik, isolator, pipa instalasi dan lengkapannya, jalur penghantar, syarat umum pemasangan penghantar, sambungan dan hubungan, instalasi dalam bangunan, pemasangan penghantar dalam pipa instalasi, penghantar seret dan penghantar kontak, pemasangan kabel tanah, pemasangan penghantar udara di sekitar bangunan, pemasangan penghantar khusus.
•
Perbed Perb edaa aan n de deng ngan an PU PUIL IL-8 -87, 7, da dala lam m PU PUIL IL-2 -200 000 0 Pasal Pas al 760F 760F PUI PUIL-8 L-87 7 menge mengenai nai jara jarak k antar antara a pengh penghant antar ar dan dan bum bumii pada pada SUTT SUTT dan SUTET dihapus. Pengha Pen ghanta ntarr udara udara tel telanj anjang ang unt untuk uk tega teganga ngan n tingg tinggii dan dan jenis jenis kab kabel el tega teganga ngan n tinggi dihapuskan, tetapi ada penambahan jenis kabel.
72
-
-
2.2.4. 2.2 .4.8 8
Ada pen penamba ambahan han pena penampan mpang g untu untuk k pengh penghant antar ar bula bulatt terdi terdiri ri dari sekt sektor-se or-sektor ktor 2 2 2 800 mm , 1.000 mm dan 1.200 mm . Pengub Pen gubaha ahan n cara cara pen penulis ulisan an teg tegang angan an pen pengen genal al kabe kabell insta instalas lasii dan dan beba beban n tegangan kerja maksimum yang diperkenankan, misalnya 0,6/1 kV (PUIL-87) menjadi 0,6/kV (1,2 kV), tegangan dalam kurung menyatakan tegangan tertinggi peralatan. Penge Pe ngelom lompok pokan an tega teganga ngan n menjad menjadii dua dua kelomp kelompok, ok, yait yaitu u kabel kabel tega teganga ngan n renda rendah h dan tegangan menengah. Pengk Pe ngkore oreksia ksian n kesala kesalahan han-ke -kesal salaha ahan n dalam dalam PUIL PUIL-87 -87,, misaln misalnya ya KHA KHA kabel, kabel, fakt faktor or koreksi KHA dan lain-lain.
Ketent Ket entuan uan untu untuk k Berba Berbagai gai Rua Ruang ng dan dan Inst Instala alasi si Khus Khusus us
•
Memuat ber Memuat berbag bagai ai kete ketentu ntuan an untu untuk k lokasi lokasi maup maupun un inst instala alasi si yang yang peng penggun gunaan aannya nya mempunyai sifat khusus.
•
Ruang khus Ruang khusus us adal adalah ah ruan ruang g denga dengan n sifat sifat dan kea keadaa daan n terte tertentu ntu sep seperti erti rua ruang ng lembap, berdebu, bahaya kebakaran dan lain-lain.
•
Instalasi Instala si khus khusus us adal adalah ah inst instala alasi si deng dengan an kar karakte akterist ristik ik tert tertent entu u sehin sehingga gga penyelenggaraannya memerlukan ketentuan tersendiri misal instalasi derek, instalasi lampu penerangan tanda dan lain-lain.
•
Terd erdiri iri atas atas 23 pasa pasal, l, yaitu yaitu:: ruang ruang listri listrik, k, ruang ruang deng dengan an baha bahaya ya gas gas yang yang dapat dapat meledak, ruang lembap, ruang pendingin, ruang berdebu, ruang dengan gas dan atau debu korosif, ruang radiasi, perusahaan kasar, pekerjaan dalam ketel, tangki dan sejenisnya, pekerjaan pekerj aan pada galangan kapal, derek, intalasi rumah dan gedung khusus, instalasi dalam gedung pertunjukan, pasar dan tempat umum lainnya, instalasi rumah desa, instalasi sementara, instalasi semi permanen, instalasi dalam pekerjaan pembangunan, instalasi generator dan penerangan darurat, instalasi dalam kamar mandi, instalasi dalam kolam renang dan air mancur, penerangan tanda dan bentuk, instalasi fasilitas kesehatan dan jenis ruang khusus.
•
Perb Pe rbed edaa aan n de deng ngan an PU PUIL IL-8 -87, 7, da dala lam m PUI PUILL-20 2000 00 -
Ruang deng Ruang dengan an baha bahaya ya keba kebakara karan n dan dan ledaka ledakan, n, di di ubah ubah tota totall disesu disesuaika aikan n denga dengan n publikasi IEC.
-
Ditambahk Ditamb ahkan an inst instala alasi si listr listrik ik pada pada kola kolam m renan renang g dan dan insta instalas lasii listrik listrik di dala dalam m kamar mandi dengan pembagian zone seperti di IEC.
2.2.4.9 Pengusahaan Instalasi Listrik •
Berisi kete Berisi ketentu ntuan-k an-keten etentuan tuan meng mengena enaii pere perencan ncanaan aan,, pemb pembang angunan unan,, pema pemasang sangan, an, pelayanan, pemeliharaan, dan pengujian instalasi listrik serta pengamanannya.
•
Setiap oran Setiap orang/b g/bada adan n peren perencan cana, a, pema pemasan sang, g, peme pemeriks riksa a dan dan pengu pengujiji insta instalasi lasi list listrik rik harus mendapat ijin kerja dari instansi berwenang.
•
Setiap insta Setiap instalasi lasi listr listrik ik harus harus dilen dilengka gkapi pi denga dengan n rancan rancana a instal instalasi asi yang yang dibu dibuat at oleh oleh perencana yang mendapat ijin kerja dari instansi berwenang.
73
•
Terd erdiri iri atas atas 13 pasa pasal, l, yaitu: yaitu: ruang ruang ling lingkup kup,, izin, izin, pelapor pelaporan, an, prot proteksi eksi pema pemasan sangan gan instalasi listrik, pemasangan instalasi listrik, peraturan instalasi listrik bangunan bertikat, pemasangan kabel tanah, pemasangan penghantar udara TR dan TM, keselamatan dalam pekerjaan, pelayanan instalasi listrik, hal yang tidak dibenarkan dalam pelayanan, pemeliharaan, pemeliharaan ruang.
•
Perb Pe rbed edaa aan n de deng ngan an PU PUIL IL-8 -87, 7, da dala lam m PU PUIL IL-2 -200 000 0 Perubahan redaksional : izin (pasal 9.2) ditambahkan kata-kata “dibuat oleh perencana yang mendapat izin kerja dari instansi yang berwenang” pelaporan (pasal 9.3) kata “memberitahukan” menjadi “melaporkan”, “mel aporkan”, ayat 9.4.1.1 ada tambahan kata “bila menggunakan menggunak an GPAS GPAS lihat 3.15, ayat lainnya yang mengalami perubahan perubaha n ayat 9.4.5.5, 9.4.6.4, 9.5.2.3, 9.5.3.1, 9.5.3.2, 9.5.3.3,9.5.4.2, 9.5.4.3, 9.5.5.1, 9.5.6.3, 9.9.3.1.b) dan c), tabel 9.9-1, ayat 9.10.5.2, 9.10.6.c), 9.10.7.a), 9.12.2, 9.13.1.a).
2.2 .2.5 .5
Pera Pe ratu tura ran n Me Ment nte eri
Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik Lis trik (PUIL-200) yang merupakan Standar Nasional Indonesia SNI 04-0225-2000 terbitan yayasan PUIL, ada rambu-rambu perlistrikan lainnya yang diatur oleh menteri. Sebagai tindak lanjut Undang-Undang No. 15 tahun 1985, tentang ketenagalistrikan baik dengan PUIL-2000 maupun peraturan menteri (PERMEN) diharapkan dapat melengkapi aturan dalam bidang ketenagalistrikan, terutama menyangkut segi keselamatan dan bahaya kebakaran. Pada tanggal 23 Maret 1978 Menteri Pekerjaan Pekerj aan Umum dan Tenaga Tenaga Listrik Listri k mengeluarkan mengeluarka n dua surat Keputusan: 1. No : 23/P 23/PRT/ RT/78 78 tenta tentang ng Pera Peratur turan an Insta Instalasi lasi Listr Listrik ik (PIL) (PIL) 2. No : 24/PRT 24/PRT/78 /78 tenta tentang ng Syara Syarat-Sya t-Syarat rat Peng Pengemban embangan gan Listrik (SPL) PIL ditinjau kembali dengan terbitnya Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No: 01/P/40M.PE/1990 tentang instalasi ketenagalistrikan yang direvisi lagi dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No: 0045 tahun 2005 tentang instalasi ketenagalistrikan serta perubahannya dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No: 0046 tahun 2006. Sedangkan SPL telah mengalami revisi dua kali yaitu Peraturan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 02 P/400/M.PE/1984 tentang Syarat-Syarat Pengembangan Listrik, dan yang terakhir Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No: 03P/451/M.PE/1991 tentang Persyaratan Penyambungan Tenaga Tenaga Listrik.
2.2. 2. 2.5. 5.1 1
Inst In stal alas asii Ke Kete tena naga gali list stri rika kan n
Beberapa hal penting yang ditetapkan berdasarkan PERMEN-ESDM No: 0046 tahun 2006 antara lain: •
74
Instalasi Instal asi Kete Ketenag nagali alistri strikan kan yang yang sela selanju njutny tnya a disebu disebutt instala instalasi si adala adalah h bangun bangunananbangunan sipil dan elektromekanik, mesin-mesin peralatan, saluran-saluran dan perlengkapannya yang digunakan untuk pembangkitan, konversi, transformasi, penyaluran, distribusi dan pemanfaatan tenaga listrik.
•
Konsumen Konsum en adal adalah ah seti setiap ap oran orang g atau atau bada badan n usaha usaha/at /atau au bada badan/l n/lemb embaga aga lain lainnya nya yang menggunakan tenaga listrik dari instalasi milik pengusaha berdasarkan atas hak yang sah.
•
Penyediaa Penyed iaan n tenag tenaga a listrik listrik ada adalah lah pen pengad gadaan aan ten tenaga aga list listrik rik mula mulaii dari dari titik titik pembangkitan sampai dengan titik pemakaian.
•
Pemanfaata Pemanfa atan n tena tenaga ga listr listrik ik adala adalah h peng penggun gunaan aan tena tenaga ga listr listrik ik mulai mulai dar darii titik titik pemakaian.
•
Tena enaga ga listr listrik ik adala adalah h salah salah satu ben bentuk tuk ene energi rgi seku sekunde nderr yang yang diba dibangki ngkitkan tkan,, ditransmisikan dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, dan bukan listrik yang dipakai untuk komunikasi atau isyarat.
•
Perencanaan Perencan aan adal adalah ah suat suatu u kegia kegiatan tan memb membuat uat ranc rancang angan an yang beru berupa pa suat suatu u berka berkas s gambar instalasi atau uraian teknik.
•
Pengamana Pengam anan n adala adalah h segal segala a kegia kegiatan tan,, sistem sistem dan dan perl perleng engkap kapann annya, ya, unt untuk uk menmencegah bahaya terhadap keamanan instalasi, keselamatan kerja dan keselamatan umum, baik yang diakibatkan oleh instalasi instal asi maupun oleh lingkungan.
•
Pemeriksa Pemeri ksaan an adala adalah h segala segala kegiat kegiatan an untuk untuk menga mengada dakan kan penil penilaia aian n terhada terhadap p suatu suatu instalasi dengan cara mencocokkan terhadap persyaratan dan spesifikasi teknis yang ditentukan.
•
Pengujian ada Pengujian adalah lah sega segala la kegia kegiatan tan yang bert bertujua ujuan n untuk untuk meng mengukur ukur dan meni menilai lai unjuk unjuk kerja suatu instalasi.
•
Pengoperas Pengop erasian ian ada adalah lah suat suatu u kegia kegiatan tan usah usaha a untu untuk k menge mengenda ndalikan likan dan meng mengkoor koor-dinasikan antarsistem pada instalasi.
•
Pemelihar Pemeli haraan aan ada adalah lah seg segala ala keg kegiat iatan an yang yang mel melipu iputi ti prog program ram pem pemerik eriksaa saan, n, perawatan, perbaikan dan uji ulang, agar instalasi selalu dalam keadaan baik dan bersih, penggunaannya aman, dan gangguan serta kerusakan mudahdiketahui, dicegah atau diperkecil.
•
Rekondisi Rekond isi adal adalah ah kegi kegiata atan n untuk untuk memp memperb erbaik aikii kemamp kemampuan uan ins instal talasi asi peny penyedi ediaan aan tenaga listrik menjadi seperti kondisi semula.
•
Keselamatan Keselama tan ket ketena enagali galistri strikan kan ada adalah lah sua suatu tu kead keadaan aan yan yang g terwu terwujud jud apa apabila bila terpenuhi persyaratan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman bagi instalasi dan manusia, baik pekerja maupun masyarakat umum, serta kondisi akrab lingkungan dalam arti tidak merusak lingkungan hidup di sekitar instalasi ketenagalistrikan serta peralatan dan pemanfaat tenaga listrik yang memenuhi standar.
•
Instalasi Instala si terdir terdirii atas atas instala instalasi si penye penyedia diaan an tenag tenaga a listrik listrik dan dan instala instalasi si peman pemanfaa faatan tan tenaga listrik.
•
Taha ahapan pan peke pekerja rjaan an instala instalasi si penyed penyediaa iaan n tenaga tenaga listr listrik ik dan insta instalasi lasi pema pemanfa nfaata atan n tenaga listrik terdiri atas perencanaan, pembangunan dan pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pengoperasian dan pemeliharaan, serta pengamanan sesuai standar yang berlaku.
75
•
Perencan Peren canaan aan insta instalas lasii penyed penyediaa iaan n tenaga tenaga listrik listrik dan dan instala instalasi si pemanf pemanfaa aatan tan tena tenaga ga listrik konsumen tegangan tinggi dan tegangan menengah terdiri atas: gambar sit situ uasi si//tata le letak; gambar instalasi; dia iag gra ram m gar garis is tun ung gga gall ins insta tala lasi si;; gambar rinci; perhitungan teknik; daftar ba bahan in inst sta ala las si; da dan ura raia ian n da dan sp spesifik tekn knik ik..
•
Perancangan Perancan gan insta instalasi lasi pema pemanfaa nfaatan tan tena tenaga ga listr listrik ik konsu konsumen men tega tegangan ngan rend rendah ah terdir terdirii atas: -
gambar sit situ uasi si//tata le letak;
-
diag di agra ram m ga gari ris s tu tung ngga gall in inst stal alas asi; i; da dan n
-
ura raia ian n dan sp spes esif ifik ikas asii tek ekni nik. k.
•
Instalasi Instala si penyed penyediaa iaan n tenaga tenaga listr listrik ik yang yang selesa selesaii dibang dibangun un dan dan dipasa dipasang, ng, direk direkond ondisi, isi, dilakukan perubahan kapasitas, atau direlokasi wajib dil akukan pemeriksaan dan pengujian terhadap kesesuaian dengan ketentuan standar yang berlaku.
•
Instalasi Instala si peman pemanfaa faatan tan ten tenaga aga list listrik rik yang yang telah telah sele selesai sai diba dibangu ngun n dan dip dipasa asang ng wajib wajib dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap kesesuaian dengan standar yang berlaku.
•
Pengamanan Pengama nan inst instalas alasii peny penyedia ediaan an ten tenaga aga listr listrik ik dan inst instalas alasii peman pemanfaat faatan an ten tenaga aga listrik dilakukan berdasarkan persyaratan tehnik yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia di bidang ketenagalistrikan, standar internasional , atau standar negara lain yang tidak bertentangan dengan standar ISO/IEC.
2.2.5 2. 2.5.2 .2
Peratu Per aturan ran Pe Penya nyamb mbung ungan an Tena enaga ga Lis Listr trik ik
Beberapa hal penting yang ditetapkan berdasarkan PERMEN-TAMBEN PERMEN-TAMBEN No: 03P/451/ M.PE/1991 antara lain: •
Pemakai Pemak ai tenag tenaga a listrik listrik adal adalah ah setia setiap p orang orang atau atau bad badan an usaha usaha ata atau u badan/ badan/lem lemba baga ga lain yang memakai tenaga listrik dari instalasi pengusaha;
•
Jaringan Jaringa n tenag tenaga a listrik listrik adal adalah ah siste sistem m penyal penyaluran uran/pe /pendis ndistrib tribusia usian n tenag tenaga a listrik listrik yang dapat dioperasikan dengan tegangan rendah, tegangan menengah, tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi;
•
Sambunga Sambu ngan n tenaga tenaga list listrik rik – selan selanjut jutnya nya disin disingka gkatt “SL” “SL” – adalah adalah peng penghan hantar tar diba dibawah wah atau di atas tanah, termasuk peralatannya sebagai bagian instalasi pengusaha yang merupakan sambungan antara jaringan tenaga listrik milik pengusaha dengan instalasi pelanggan untuk menyalurkan menyalur kan tenaga listrik dengan tegangan rendah atau menengah atau tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi; -
76
Tega eganga ngan n ekstra ekstra tin tinggi ggi adal adalah ah tega teganga ngan n sistem sistem di di atas atas 245.00 245.000 0 (dua (dua ratus ratus empat puluh lima ribu) volt sesuai Standar Listrik Indonesia
-
•
Tega eganga ngan n tinggi tinggi adal adalah ah tega teganga ngan n sistem sistem di atas atas 35.0 35.000( 00(tig tiga a puluh puluh lima ribu ribu)) volt sampai dengan 245.000 (dua ratus empat puluh lima ribu) volt sesuai Standar Listrik Indonesia;
Tega eganga ngan n meneng menengah ah adala adalah h tegang tegangan an siste sistem m di atas atas 1.000 1.000 (se (seribu ribu)) volt sam sampai pai dengan 35.000 (tiga puluh lima ribu) volt sesuai Standar Listrik Indonesia; -
Tega eganga ngan n renda rendah h adala adalah h tegan tegangan gan sist sistem em di di atas atas 100 100 (ser (seratu atus) s) volt volt sampa sampaii dengan 1.000 (seribu) volt sesuai Standar Listrik Indonesia;
•
Alat pem pembat batas as adal adalah ah alat alat mili milik k pengu pengusah saha a yang yang meru merupak pakan an pemb pembata atasan san day daya a atau tenaga listrik yang dipakai pelanggan;
•
Alat pen penguk gukur ur adal adalah ah alat alat milik milik peng pengusa usaha ha yang yang mer merupa upakan kan bag bagian ian SL SL tegan tegangan gan rendah atau tegangan menengah atau tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi untuk pengukuran daya atau tegangan listrik dan energi yang digunakan pelanggan;
•
Instalasi Instala si pengu pengusah saha a adala adalah h instal instalasi asi kete ketenag nagalis alistrik trikan an milik milik atau atau yan yang g dikuas dikuasai ai pelanggan sesudah alat pembatas dan atau alat pengukur;
•
Instalasi Instala si pelan pelangga ggan n adala adalah h instala instalasi si keten ketenaga agalist listrika rikan n milik milik atau atau yang yang diku dikuasa asaii pelanggan sesudah alat pembatas dan atau alat pengukur;
•
Mutu tenag Mutu tenaga a listri listrik k yang yang disa disalur lurkan kan pen pengus gusaha aha har harus us meme memenuh nuhii persy persyara aratan tan sebagai berikut:
•
-
Tena enaga ga listri listrik k arus arus bolakbolak-bal balik ik yang yang disal disalurk urkan an baik baik fase fase tung tunggal gal,, maupun maupun fas fase e tiga dengan frekuensi 50 (lima puluh) Hertz.
-
Pada jaring Pada jaringan an tega teganga ngan n renda rendah h untuk untuk fas fase e tungg tunggal al denga dengan n tegan tegangan gan nom nomina inall antara fase dengan penghantar nol adalah 230 (dua ratus tiga puluh) volt dan untuk fase tiga tegangan antarfase adalah 400 (empat ratus) volt.
-
Pada jaring Pada jaringan an tega teganga ngan n menen menengah gah den dengan gan teg tegang angan an nomin nominal al 6.00 6.000 0 (enam (enam ribu) volt tiga fase tiga kawat 20.000 (dua puluh ribu) v olt tiga fase kawat atau empat kawat dan 35.000 (tiga puluh lima ribu) volt tiga fase tiga kawat atau fase empat kawat antarfase.
-
Varia ariasi si tegan tegangan gan yan yang g diper diperbol bolehk ehkan an maks maksimu imum m 5% (lim (lima a perse perserat ratus) us) di atas atas dan 10% (sepuluh perseratus) di bawah tegangan nominal sebagaimana termaksud pada huruf b dan huruf c di atas;
-
Pada jarin Pada jaringan gan tega tegang ngan an tingg tinggii dan tega teganga ngan n ekstra ekstra ting tinggi, gi, maka maka teg tegang angan an nominominal adalah sesuai standar yang berlaku;
Pekerjaan Pekerjaa n penya penyambun mbungan gan dan pema pemasang sangan an insta instalasi lasi han hanya ya dapa dapatt dilaku dilakukan kan apab apabila ila telah dipenuhi persyaratan teknis dalam Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi tentang Instalasi Ketenagalistrikan dan Persyaratan Penyambungan Tenaga Tenaga Listrik dalam peraturan menteri ini.
77
2.2. 2. 2.6 6
Pera Pe ratu tura ran n dan dan Unda Undang ng-U -Und ndan ang g Lain Lainny nya a
Pekerjaan instalasi listrik dalam suatu bangunan melibatkan berbagai instansi terkait, sehingga pelaksanaannya diatur berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia.
2.2. 2. 2.6. 6.1 1
Pera Pe ratu tura ran n dan dan Un Unda dang ng-U -Und ndan ang g
2.2.6.1.1 2.2. 6.1.1 Peraturan Peraturan mengenai mengenai bangu bangunan nan gedung gedung dan dan menyangkut menyangkut sarana/ sarana/fasil fasilitasny itasnya a sebagai berikut.
•
Keputusan Keputu san Ment Menteri eri P.0 P.0 No. No. 441/KP 441/KPTS/ TS/199 1998 8 “Persya “Persyarata ratan n Tekn Teknis is Bangun Bangunan an Gedung”.
•
Keputusan Keputusa n Menter Menterii P.0 P.0 No. No. 468/KP 468/KPTS/1 TS/1998 998 “Per “Persyara syaratan tan Tekni Teknis s Aksesibil Aksesibilitas itas pada Bangunan Umum”.
•
Keputusan Keputu san Mente Menteri ri Negara Negara P.U P.U No. 10/K 10/KPTS PTS/20 /2000 00 “Keten “Ketentua tuan n Tekn Teknis is Pengam Pengamana anan n terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Li ngkungan”.
•
Peraturan Peratu ran Ment Menteri eri Nake Nakertra rtrans ns No.03 No.03/ME /MEN/1 N/1999 999 “Sy “Syara arat-S t-Syar yarat at Kesel Keselama amatan tan dan Kesehatan Kerja Lif untuk Pengangkutan Orang dan Barang”.
•
Peratura Perat uran n Menter Menterii Nakertr Nakertrans ans No.05 No.05/M /MEN/ EN/199 1996 6 “Siste “Sistem m Manajem Manajemen en Kesela Keselamat matan an Kerja”.
•
Perat Pe ratura uran n Menter Menterii Nakertr Nakertrans ans No.0 No.02/M 2/MEN/ EN/199 1992 2 “Tata “Tata Cara Cara Penu Penunju njukan kan Ahli Ahli K3” K3”
•
Kepu Ke putu tusa san n Ment Menter erii Nake Nakert rtra rans ns No. No.18 186/ 6/ME MEN/ N/19 1999 99..
•
“Unit “U nit Pe Pena nang nggu gula lang ngan an Keb Kebak akar aran an di Tem Tempa patt kerja kerja”. ”.
•
Surat Dire Surat Direktu kturr Utama Utama PT PT PLN PLN No: No: 02075 02075/16 /161/D 1/DIRU IRUT/2 T/2007 007,, tentan tentang g “Syar “Syarat at Penyambungan Listrik”.
2.2. 2. 2.6. 6.1. 1.2 2
Peru Pe rund ndan angg-un unda dang ngan an
•
Undang Und ang-Un -Undan dang g RI RI No. No. 15/ 15/198 1985, 5, ten tentan tang g “Ket “Ketena enagal galist istrika rikan” n”
•
Unda Un dang ng-U -Und ndan ang g RI No. No. 18/ 18/19 1999 99,, tent tentan ang g “Jasa “Jasa Kon Konst stru ruks ksi” i”
•
Undan Un dang-U g-Unda ndang ng RI No No.. 28/2 28/2002 002,, ten tentan tang g “Ban “Bangun gunan an Ged Gedung ung””
•
Undang Und ang-Un -Undan dang g RI RI No. No. 18/ 18/199 1995, 5, ten tentan tang g “Ket “Ketena enagal galist istrika rikan” n”
•
Undang Und ang-Un -Undan dang g RI No. 8/1 8/1999 999,, tent tentang ang “Pe “Perlin rlindun dungan gan Kon Konsum sumen” en”
•
Peratu Per aturan ran Peme Pemerin rintah tah No. No. 102 102 Tahu Tahun n 2000, 2000, tenta tentang ng “Stan “Standar dardisa disasi si Nasion Nasional” al”
•
Peraturan Peratu ran Peme Pemerint rintah ah No. No. 3 Tahu Tahun n 2005 2005 (16 (16 Januar Januarii 2005) 2005) tenta tentang ng ”Peny ”Penyedi ediaan aan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik”.
Pasal 21 ayat (1) Setiap usaha penyediaan tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan. Pasal 22 ayat (2) Setiap instalasi ketenagalistrikan sebelum dioperasikan wajib memiliki sertifikat laik operasi.
78
Pasal 21 ayat (7) Pemeriksaan instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan rendah dilaksanakan oleh suatu lembaga inspeksi independen yang sifat usahanya nirlaba dan ditetapkan oleh menteri. 2.2.6. 2.2 .6.2 2 2.2.6. 2.2 .6.2.1 2.1
Pedoma Ped oman-P n-Pedo edoman man dan Sta Standa ndarr Terk Terkait ait Mengen Men genai ai protek proteksi si kebaka kebakaran ran dalam dalam bangu bangunan nan gedun gedung g
1. SN SNI. I.03 03-3 -398 987– 7–19 1995 95
Tat ata a ca cara ra pe pere renc ncan anaa aan n da dan n pe pema masa sang ngan an ap apii ri ring ngan an..
2. SN SNI. I.03 03-3 -398 985– 5–20 2000 00
Tat ata a cara cara per peren enca cana naan an dan dan pem pemas asan anga gan n sist sistem em det detek eksi si dan dan alarm kebakaran.
3. SN SNI. I.03 03-3 -398 989– 9–20 2000 00
Tat ata a car cara a per peren enca cana naan an da dan n pem pemas asan anga gan n sist sistem em sp sprin ringk gkle ler r otomatik.
4. SN SNI. I.03 03-1 -174 745– 5–20 2000 00
Tat ata a car cara a per peren enca cana naan an da dan n pem pemas asan anga gan n sis siste tem m pip pipa a teg tegak ak dan slang.
5.
SNI.03-1736–2000
Tata cara cara perenc perencana anaan an sistem sistem protek proteksi si aktif aktif untuk untuk pencegangan bahaya kebakaran.
6. SN SNI. I.03 03-1 -174 746– 6–20 2000 00
Tat ata a ca cara ra pe pere renc ncan anaa aan n dan dan pe pema masa sang ngan an sa sara rana na ja jala lan n kel kelua uar r penyelamatan terhadap bahaya kebakaran.
7.
SNI.03-1735–2000
Tata cara cara pere perenca ncanaa naan n akses akses bangu bangunan nan dan aks akses es lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran.
8.
SNI.03-1739–1989
Metode penguj ujia ian n ja jala larr ap api.
9. SN SNI. I.03 03-1 -171 714– 4–19 1989 89 2.2.6. 2.2 .6.2.2 2.2
Mengen Men genai ai : Prot Proteks eksii terh terhada adap p Peti Petir r
SNI.03-3990-1995 2.2. 2. 2.6. 6.2. 2.3 3
Meto Me tode de pe peng nguj ujia ian n tah tahan an ap apii kom kompo pone nen n str struk uktu turr ban bangu guna nan. n.
Tat ata a ca cara ra in inst sta ala lasi si pe pen nan ang gka kall pet petir ir un untu tuk k ban bang gun una an.
Meng Me ngen enai ai : Pengk Pengkon ondi disi sian an udar udara a
SNI.03-6572-2001
Tat ata a ca cara pe pera ranc ncan anga gan n sis siste tem m ven venti tila lasi si da dan n pe peng ngko kond ndis isia ian n udara.
79
2.2.6. 2.2 .6.2.4 2.4
Mengen Men genai ai : Tran ranspo sporta rtasi si Vert Vertika ikall
1.
SNI.05-2189-1999
Definisi da dan is istilah
2.
SNI.03-2190-1999
Syarat Syar at-s -sya yara ratt um umum um ko kons nstr truk uksi si li liff pe penu nump mpan ang g ya yang ng dijalankan dengan motor traksi.
3.
SNI.03 SNI .03-21 -2190. 90.1-2 1-2000 000 Syar Syarat at-s -syar yarat at um umum um kon konstr struk uksi si lif ya yang ng di dija jalan lanka kan n den denga gan n transmisi hidrolis.
4.
SNI. SN I.03 03-2 -219 190. 0.22-20 2000 00 Syarat Syarat-sy -syara aratt umu umum m kon konstr struks uksii lif pe pelay layan an (du (dumbw mbwait aiter) er) yang dijalankan dengan tenaga listrik.
5.
SNI. SN I.03 03-6 -624 247. 7.11-20 2000 00 Sy Syar arat at-sy -syar arat at um umum um ko kons nstr truk uksi si lif pa pasi sien en..
6.
SNI. SN I.03 03-6 -624 247. 7.22-20 2000 00 Syar Syarat at-sy -syar arat at umu umum m kons konstr truk uksi si lif lif penu penump mpan ang g khus khusus us untuk perumahan.
7.
SNI. SN I.03 03-6 -624 2488-20 2000 00
Syarat Syar at-s -sya yara ratt umu umum m kon konst stru ruks ksii eska eskala lato torr yan yang g dij dijal alan anka kan n dengan tenaga listrik.
8.
SNI.03-6573-2000
Tat ata a cara cara per peran anca cang ngan an sis siste tem m trans transpo port rtas asii vert vertik ikal al dalam gedung.
9.
SNI.03-7017-2004
Peme Pe meri riks ksa aan da dan n pen peng guj ujia ian n pe pesa sawa watt lif lif trak traksi si..
2.2. 2. 2.7 7
Pema Pe masa sang ngan an In Inst stal alas asii Lis Listr trik ik
Berdasarkan PUIL 2000 pekerjaan perencanaan, pemasangan dan pemeriksaan/ pengujian instalasi listrik di dalam atau di luar bangunan harus memenuhi ketentuan yang berlaku, sehingga instalasi tersebut aman untuk digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaannya, mudah pelayanannya dan mudah pemeliharaannya. Pelaksanaannya wajib memenuhi ketentuan keselamatan dan kesehatan bagi tenaga kerjanya, sesuai dengan peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku. 2.2.7.1 Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diberi tanggung jawab atas semua pekerjaan : perancangan, pemasangan, dan pemeriksaan/pengujian instalasi listrik harus ahli di bidang kelistrik an sesuai dengan ketentuan yang berlaku, antara lain: •
Yan ang g ber bersa sang ngku kuta tan n har harus us seh sehat at ja jasma smani ni dan dan ro roha hani ni
•
Mema Me maha hami mi per perat atur uran an ke kete tena naga gali list stri rika kan n
•
Mema Me maha hami mi ket keten entu tuan an ke kese sela lama mata tan n dan dan ke kese seha hata tan n ker kerja ja
•
Menguas Men guasai ai peng pengetah etahuan uan dan kete keteramp rampilan ilan peke pekerjaa rjaannya nnya dala dalam m bidan bidang g insta instalasi lasi listri listrik. k.
•
Dan Da n memil memiliki iki iji ijin n beke bekerja rja da dari ri ins insta tans nsii yang yang ber berwe wena nang ng..
80
2.2. 2. 2.7 7.2
Tem empa patt Ke Kerj rja a
Untuk pekerjaan perancangan bisa dilakukan di kantor setel ah mendapatkan data-data alamat, gambar denah beserta ukuran-ukuran ruangannya. Namun untuk jenis pekerj aan pemasangan dan pemeriksaan instalasi listrik dikerjakan di tempat bangunan yang dipasang instalasi listrik tersebut. Tempat kerja pemasangan instalasi listrik harus memenuhi keselamatan dan kesehatan kerja kerj a sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Di samping itu harus tersedia perkakas kerja, perlengkapan keselamatan, perlengkapan pemadam api, perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), ramburambu kerja dan perlengkapan lainnya yang diperlukan. Bila menggunakan perlengkapan peralatan yang dapat menimbulkan kecelakaan atau kebakaran, wajib dilakukan pengamanan yang optimal. Di tempat kerja pemasangan instalasi listrik harus ada pengawas yang ahli di bidang ketenagalistrikan. Untuk tempat kerja yang dapat mengganggu ketertiban umum harus dipasang rambu bahaya dan papan pemberitahuan yang menyebutkan dengan jelas pekerjaan pekerjaan yang sedang berlangsung, serta bahaya yang mungkin timbul, dan harus dilingkupi pagar dan diterangi lampu pada tempat yang pencahayaannya kurang. 2.2.7. 2.2 .7.3 3
Pemeri Pem eriksa ksaan an dan dan Penguj Pengujian ian Inst Instala alasi si Listr Listrik ik
Bila pekerjaan pemasangan instalasi listrik telah selesai, maka pelaksana pekerjaan pemasangan instalasi tersebut secara tertulis melaporkan kepada instansi yang berwenang bahwa pekerjaan telah selesai dikerjakan dengan baik. Memenuhi syarat proteksi dengan aturan yang berlaku dan siap untuk diperiksa/diuji. Hasil pemeriksaan dan pengujian instalasi y ang telah memenuhi standar juga dibuat secara tertulis oleh pemeriksa/penguji instalasi listrik jika hasilnya belum memenuhi standar yang berlaku, maka dilakukan perbaikan-pe perbaikan-perbaikan rbaikan sehingga sampai memenuhi standar. Pada waktu uji coba, semua peralatan listrik yang terpasang dan akan digunakan terus dijalankan baik secara sendiri-sendiri ataupun serempak sesuai dengan rencananya dan tujuan penggunaannya. 2.2. 2. 2.7. 7.4 4
Wew ewen enan ang g dan dan Tan Tangg ggun ung g Jawa Jawab b
•
Perancang Peranc ang sua suatu tu insta instalas lasii listrik listrik bert bertang anggun gung g jawab jawab terh terhada adap p ruang ruangan an insta instalasi lasi yang dibuatnya.
•
Pelaksana Pelaksan a instala instalasi si listrik listrik ber bertan tanggu ggung ng jawab jawab ata atas s pemasa pemasanga ngan n instal instalasi asi listr listrik ik sesua sesuaii dengan rancangan instalasi listrik yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang.
•
Jika terj terjadi adi kece kecelaka lakaan an yang diak diakibat ibatkan kan oleh kare karena na inst instalas alasii terseb tersebut ut diub diubah ah atau ditambah oleh pemakai listrik (konsumen/ user ), ), atau pemasangan instalasi lain, maka pelaksana pemasangan instalasi listrik yang terdahulu dibebaskan dari tanggung jawab.
•
Setiap pema Setiap pemakai kai listr listrik ik berta bertangg nggung ung jaw jawab ab atas atas pen penggu ggunaa naan n yang yang aman aman,, sesua sesuaii dengan maksud dan tujuan penggunaan instalasi tersebut. 81
•
2.3
Instansi Insta nsi yang yang berwe berwenan nang g berhak berhak memeri memerinta ntahka hkan n penghe penghenti ntian an seketi seketika ka penggu penggunaa naan n instalasi listrik yang dapat membahayakan keselamatan umum atau keselamatan kerja. Perintah tersebut harus dibuat secara tertulis disertai dengan alasannya.
Mac acam am--Mac aca am Inst Instal alas asii
Untuk melayani kebutuhan rumah tangga, industri maupun bangunan komersil, pekerjaan instalasi dapat dibedakan antara lain: Instalasi listrik Instalasi air Instalasi gas Instalasi te telepon Instalasi TV Dulu karena alasan keamanan instalasi air dan gas dilakukan pada saluran bawah tanah, sedangkan untuk instalasi listrik, telepon, dan TV di atas permukaan tanah (saluran udara). Tapi Tapi kini dengan perkembangan teknologi pengolahan bahan material konduktor dan isolasi, instalasi saluran udara dapat dipindahkan pada saluran bawah tanah, sehingga kesemrawutan instalasi pada saluran udara dapat ditiadakan. Di Indonesia, pembangunan sarana instalasi listrik, telepon, dan TV yang tadinya melalui saluran udara, kini sudah banyak dibangun melalui saluran bawah tanah, walaupun masih terbatas pada kawasan elite. Berikut contoh saluran bawah tanah/trotoar dari negara Belanda.
500
Dinding
1.800
Saluran PTT TV
0 0 0 0 6 7
Saluran gas
Trotoar
Saluran air
0 0 6
Bahu jalan
Saluran listrik
Kabel TR Pondasi
400
0 0 3
Batu bata/beton
Kabel TM 400
Gambar 2.37 Saluran instalasi bawah trotoar
82
Untuk selanjutnya buku ini hanya membahas instalasi listrik saj a, sedangkan instalasiinstalasi lainnya akan dibahas pada buku lainnya. Berdasarkan pemakaian tenaga listrik dan tegangannya, macam-macam instalasi listrik adalah: 1. Menu Menuru rutt arus arus list listri rik k yang yang disa disalur lurka kan: n: a. Instalasi arus searah Instalasi ini pada umumnya bekerja pada tegangan 110 V; V; 220 V; atau 440 V. Di Indonesia, penggunaannya adalah industri yang bekerja berdasarkan elektronika, PT Kereta Api Indonesia pada pelayanan KRL (Kereta Api Listrik). b.
Instalasi arus bolak-balik
Instalasi ini pada umumnya bekerja pada tegangan: 125 V; 220 V; 330 V; 500 V; 1.000 V; 3.000 V; 5.000 5.00 0 V; 6.000 V; 10.000 V; 15.000 V. V. Di Indonesia, jaringan dari PT PLN tegangan yang digunak an adalah 220 V; 380 V; 6.000 V; V; dan 20.000 V. V. Instalasi arus ar us bolak-balik bolak-bal ik banyak dipakai dipak ai untuk rumah tangga, industri maupun bangunan komersil. 2. Me Menu nurut rut te tegan ganga gan n ya yang ng dig diguna unaka kan n
3.
a.
Instalasi tegangan tinggi Dipergunakan pada saluran transmisi, karena mengalirkan daya yang besar pada tegangan tinggi selama arus baliknya kecil, sebagai muatan transmisinya tenaganya kecil.
b.
Instalasi tegangan menengah Dipergunakan pada pusat pembangkit listrik arus bolak-balik pada saluran distribusi, instalasi tenaga pada induk.
c.
Instalasi tegangan rendah Dipergunakan pada saluran distribusi, instalasi penerangan rumah tangga, PJU (Penerangan Jalan Umum), komersil.
Menu Me nuru rutt pem pemak akai aian an te tena naga ga lis listr trik ik a.
Instalasi penerangan/instalasi cahaya PT PLN menggunakan arus bolak-balik 127 volt (sistem lama) dan mulai tahun 1980-an dengan sistem 220 volt.
b.
Instalasi tenaga Sistem lama PT PLN menggunakan arus bolak-balik 127 volt dan sistem baru dengan tegangan 350 volt. Instalasi tenaga ini biasa dipakai bersama untuk penerangan maupun tenaga.
83
4.
Inst In stal alas asii lis listr trik ik kh khus usus us Dipergunakan pemakaian alat-alat, atau pada induksi-induksi yang memerlukan tenaga listrik untuk keperluan saluran seperti pada;
2.4 2. 4
-
Instal Ins talasi asi list listrik rik pad pada a kere kereta ta api api,, mobi mobil, l, kapa kapall laut, laut, pes pesawa awatt terb terbang ang
-
Instal Ins talasi asi list listrik rik pad pada a pem pemanc ancar ar rad radio, io, TV tele telepon pon,, tele telegra gram, m, rad radar ar
-
Insta In stalas lasii listri listrik k pada pada ind indus ustr trii pert pertam amba bang ngan an dan dan lai lainn-la lain in
Maca Ma camm-Ma Maca cam m Ruan Ruang g Kerj Kerja a List Listri rik k
Untuk memilih peralatan atau perlengkapan listrik, harus disesuaikan dengan keadaan ruang kerja listrik. Berdasarkan penggunaannya, penggunaannya, ada beberapa beberapa macam ruang kerja listrik antara lain: 1.
Ruan Ru ang g kerj kerja a list listri rik k pada pada rum rumah ah tan tangg gga a
Biasanya terdiri terdir i dari ruang tamu, ruang keluarga, kamar kama r tidur, dapur, dapur, kamar mandi/ WC, luar, balkon, garasi, taman. 2. Rua Ruang ng ker kerja ja lis listri trik k untu untuk k indu industri stri bia biasa sa
Pada umumnya terdiri dari ruang tamu/lobi, ruang kerja administrasi, toil et, ruang produksi, tempat parkir, jalan. 3.
Ruang be berdebu
Industri yang bekerjanya menyebabkan debu antara lain: pabrik pemecah batu, kapur, semen, pabrik tepung dan sebagainya. Peralatan listrik lis trik yang digunakan harus tahan terhadap debu. Perlengkapan yang akan digunakan dalam ruang yang berdebu ditandai dengan penandaan untuk kelas A sebagai berikut. • DIP (Dust Ignition Protection), diikuti dengan A untuk kelas A, kemudian diikuti dengan 21 dan 22 untuk menyatakan zona dimana perlengkapan boleh ditempatkan. • Untuk Un tuk perl perlen engka gkapan pan kela kelas s B digun digunaka akan n penan penanda daan an yang yang sama, sama, hany hanya a denga dengan n mengganti tanda A dengan B. • Untuk Unt uk semu semua a perl perleng engkap kapan, an, mak maka a suhu suhu mak maksimu simum m yang yang diij diijinka inkan n dican dicantum tumkan kan pada selungkup. • Semua Sem ua perl perleng engkapa kapan n yang yang dite ditempat mpatkan kan dala dalam m Zona Zona 21 dan 22 har harus us meme memenuh nuhii ketentuan dalam publikasi IEC. Suhu maksimum permukaan yang diijinkan diiji nkan adalah suhu tertinggi pada permukaan perlengkapan listrik yang boleh dicapai dalam penggunaan untuk menghindari penyalaan. Zona 21 adalah suatu ruang di mana terdapat atau mungkin terdapat debu yang mudah terbakar berupa kabut, selama proses normal, pengerjaan, atau operasional pembersihan, dalam jumlah yang cukup untuk dapat menyebabkan terjadinya konsentrasi yang dapat meledak dari debu yang mudah terbakar atau menyala jika bercampur dengan udara.
84
Zona 22 adalah suatu ruang yang tidak dikl asifikasikan sebagai Zona 21, dimana kabut debu mungkin terjadi tidak terus menerus, dan muncul hanya dalam waktu singkat, atau di mana terdapat pengumpulan atau penumpukan debu yang mudah terbakar dalam kondisi abnormal, dan menimbulkan peningkatan campuran debu yang dapat menyala di udara.
Perlengkapan kedap debu kelas A Selungkup harus memenuhi syarat IP 6X Perlengkapan yang dilindungi terhadap debu kelas A Selungkup harus memenuhi persyaratan untuk IP 5X Perlengkapan kedap debu kelas B Perlengkapan harus sesuai dengan persyaratan IEC Perlengkapan kedap debu kelas B Perlengkapan harus sesuai dengan persyaratan IEC 4.
Ruang kerja listri listrik k untuk untuk industri industri yang yang mengan mengandung dung gas, bahan bahan atau debu yang yang korosif
Industri yang bekerjanya mengunakan gas dan rawan terhadap bahaya kebakaran dan ledakan antara lain : pabrik penyulingan minyak, pabrik pengolahan bahan bakar minyak dan sebagainya. Selain itu, mesin, pesawat, dan penghantar listrik listri k serta pelindung yang bersangkutan harus di desain, dilindungi, dipasang dan dihubungkan sedemikian rupa sehingga tahan terhadap pengaruh yang rusak dari bahan, debu, atau gas yang korosif itu. 5. Ruan Ruang g ke kerj rja a li list stri rik k te terku rkunc nci i • Dalam Da lam ruan ruang g kerja kerja list listrik rik terk terkun unci ci tida tidak k boleh boleh dipa dipasan sang g mesin mesin,, pesaw pesawat, at, instrumen ukur dan perlengkapan lain, yang setiap hari berulang kali secara teratur dilayani, diamati, atau diperiksa ditempat. • Bila Bil a ada ada pener peneran anga gan n lampu, lampu, lam lampu pu itu itu harus harus dipa dipasan sang g sede sedemik mikian ian rup rupa a sehingga dapat dinyalakan dari tempat yang berdekatan dengan jalan masuk utama dan harus memberi penerangan yang cukup. • Pintu Pin tu jala jalan n masuk masuk ke ruan ruang g kerja kerja list listrik rik terk terkunc uncii harus harus dia diatur tur sed sedemi emikian kian rup rupa a sehingga memenuhi syarat sebagai berikut. a) Se Semu mua a pint pintu u haru harus s membu membuka ka kelu keluar ar.. b) Sem Semua ua pintu pintu harus harus dapat dapat dibuka dibuka dari dari luar luar dengan dengan menggu menggunaka nakan n anak anak kunci. kunci. c) Semua pintu harus dapa dapatt dibuka dibuka dari dalam tanpa mengg menggunaka unakan n anak anak kunci.
85
6. Ru Ruang ang uji uji bahan bahan list listrik rik dan dan labor laborato atoriu rium m listr listrik ik
• • • • • • 7.
8.
Ruang uji Ruang uji bahan bahan list listrik rik dan dan labor laborato atoriu rium m listri listrik k sepert sepertii pada pada ruang ruang kerja kerja list listrik rik.. Untuk Un tuk inst instala alasi si pasan pasangan gan teta tetap p berlak berlaku u juga juga keten ketentua tuan n yang yang disyar disyaratk atkan an untuk untuk instalasi dalam ruang kerja listrik pada umumnya. Ruang Rua ng uji uji bahan bahan list listrik rik dan dan labo laborat ratoriu orium m listrik listrik tida tidak k boleh boleh ber berdeb debu, u, haru harus s bebas bebas bahaya kebakaran atau ledakan, serta tidak boleh lembap. Dalam Da lam pabr pabrik ik dan dan bengk bengkel, el, ruan ruang g uji bah bahan an listr listrik ik dan dan labora laborator torium ium list listrik rik haru harus s dipisahkan dari instalasi lain pabrik atau bengkel dengan baik dan tepat. Pada Pa da pint pintu u masuk masuk haru harus s dipasa dipasang ng papa papan n tanda tanda pe perin ringat gatan an laran laranga gan n masuk masuk bagi orang yang tidak berwenang. Harus Ha rus dice dicegah gah ora orang ng yang yang tida tidak k berwe berwena nang ng masuk masuk ked kedala alam m ruang ruang inst instala alasi si listrik tegangan menengah.
Ruan ang g sa sang nga at pa panas
•
Untuk inst Untuk instala alasi si listr listrik ik dala dalam m ruang ruang san sangat gat pan panas as berla berlaku ku kete ketentu ntuan an (rua (ruang ng lembap) kecuali jika ditetapkan lain.
•
Pada temp Pada tempat at yang yang bers bersuhu uhu dem demikia ikian n tingg tingginy inya a sehin sehingga gga ada kem kemung ungkin kinan an baha bahan n isolasi dan pelindung penghantar pasangan normal akan terbakar, meleleh, atau lumer, harus diperhatikan ketentuan berikut: a) Hany Hanya a armatur armatur pener peneranga angan, n, pesawa pesawatt pemanas pemanas,, dan alat alat perlen perlengkap gkapan an lainnya beserta penghantar yang bersangkutan bersangkut an itu saja yang boleh dipasang di tempat itu. b) Seba Sebagai gai pengha penghantar ntar dapat dapat dipaka dipakaii penghant penghantar ar regang regang pada pada isolato isolatorr dengan dengan jarak titik tumpu maksimum 1 meter meter,, atau kabel jenis tahan panas yang sesuai untuk suhu ruang itu. c) Pada temp tempat at dengan dengan baha bahaya ya kerusak kerusakan an mekanis mekanis,, penghan penghantar tar telanj telanjang ang harus seluruhnya dilindungi dengan selungkup logam yang kuat, atau dengan alat yang sama mutunya untuk mencegah bahaya sentuhan.
Ruang ra radiasi
•
Ruang sinar X o Se Selur luruh uh permu permukaa kaan n lantai lantai tempat tempat perl perlen engka gkapan pan sinar sinar X berdi berdiri ri harus harus dilapi dilapisi si bahan isolasi (sesuai dengan IEC). o Pada selur seluruh uh bagi bagian an loga logam m yang yang tida tidak k bertega bertegangan ngan dari perle perlengka ngkapan pan sinar X harus dipasang penghantar proteksi yang baik. o Sa Sakel kelar ar har harus us mud mudah ah dic dicapa apaii dan dan dike dikenal nal den dengan gan jel jelas. as. o Kabe Kabell fleksib fleksibel el yang yang digun digunakan akan har harus us dari dari jenis jenis pem pemakai akaian an kasar kasar dan ber berat at atau dari jenis berselubung logam yang fleksibel.
Catatan: khusus untuk penggunaan pada fasilitas pelayanan kesehatan agar merujuk ke publikasi IEC 336, 407, 522, 526, 601-2-8, 601-2-15, 6012-32, 627 dan 806
86
•
Ruang radiasi tinggi o Sem Semua ua insta instalas lasii perlen perlengka gkapan pan pan panel el penga pengatur tur haru harus s dipasa dipasang ng di di luar luar ruang ruang beradiasi. o Un Untu tuk k ins insta talas lasii ber berla laku ku pe pers rsya yara rata tan n dal dalam am
Catatan: khusus untuk penggunaan pada fasilitas pelayanan kesehatan agar merujuk ke publikasi IEC 336, 407, 522, 526, 601-2-8, 601-2-15, 6012-32, 627 dan 806. •
Ruang Mikroskop Elektron
o •
Peratura Perat uran n mengen mengenai ai instal instalasi asi dala dalam m ruang ruang mikro mikrosko skop p elektr elektron on akan akan ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
Sel Radioaktif
Sel radioaktif ialah suatu ruang untuk menyimpan, mengolah, m embentuk, atau memproses bahan radioaktif. o Sem Semua ua lampu lampu dala dalam m sel radi radioak oaktif tif haru harus s dipasa dipasang ng dala dalam m jarak jarak jangk jangkaua auan n dari manifulator m anifulator.. o Sem Semua ua lamp lampu u sedap sedapat at mung mungkin kin har harus us tert tertana anam m di dind dinding ing dan ditu ditutup tup dengan tutup yang tembus cahaya sedemikian rupa sehingga mudah dilepas hanya dengan menggunakan manifulator yang ada. o Sem Semua ua lampu lampu haru harus s dileta diletakka kkan n sedem sedemikia ikian n rupa rupa sehi sehingg ngga a dapat dapat dil diliha ihatt dari jendela pelindung. o Se Semua mua kab kabel el harus harus dipa dipasan sang g dalam dalam pipa pipa dan dan ditan ditanam am dalam dalam temb tembok ok (dinding sel) minimum sedalam 1cm dari permukaan dinding. o Se Semu mua a lamp lampu u har harus us dap dapat at di dilay layan anii dari dari lua luarr sel. sel. o Se Semua mua kot kotak ak konta kontak k yang yang ada di di dalamn dalamnya ya harus harus dap dapat at dilih dilihat at dari dari jendel jendela a pelindung.
•
o
Dalam ruang Dalam ruang di daera daerah h panas panas sekit sekitar ar sel sel radio radioakti aktiff yang yang meng mengandu andung ng udara udara radioaktif, semua pipa instalasi listrik sedapat mungkin harus ditanam dalam tembok. Kabel yang ada dilangit-langit supaya ditunjang dengan baik dengan ketinggian minimum 3 meter.
o
Semua permu Semua permukaa kaan n sakela sakelarr, tusuk tusuk konta kontak, k, dan dan kotak kotak konta kontak k harus harus terdir terdirii dari bahan yang tidak mudah terbakar, terbakar, harus licin, lici n, kuat dan tanpa lekukan yang tajam. Pemasangan dalam dinding harus r ata dalam satu bidang.
Ruang Gamma
Ruang gamma ialah suatu suatu daerah radiasi untuk penelitian penelitian dan proses dengan menggunakan sinar gamma. o
Semua alat Semua alat pela pelayan yanan an instal instalasi asi listr listrik ik dan dan opera operatorn tornya ya harus harus ber berada ada dala dalam m ruang tersendiri, di luar daerah ruang gamma.
o
Penghanta Pengha ntarr yang yang diguna digunakan kan haru harus s tahan tahan terha terhadap dap radi radiasi asi (pros (proses es radia radiasi si X-link).
o
Pemasanga Pemasa ngan n dalam dalam dind dinding ing haru harus s berbe berbelok lok-be -belok lok sehi sehingg ngga a sinar sinar gamm gamma a tidak mudah tembus.
87
o
Lampu pener Lampu penerang angan an haru harus s tahan tahan terha terhadap dap sin sinar ar gamma gamma,, misaln misalnya ya lampu lampu halogen. Catatan: khusus untuk penggunaan pada fasilitas pelayanan kesehatan agar merujuk ke publikasi IEC 601-2-11 601-2-11 part 2, 601-2-17 part 2 dan 798.
•
Ruang Linac (Linear Accelerator)
Linac ialah alat guna mempercepat partikel secara linier. o
Semua insta Semua instalas lasii listrik listrik yang yang dip dipasa asang ng dala dalam m ruang ruang linac linac haru harus s memenu memenuhi hi persyaratan untuk ruang lembab.
Catatan: a) Hal yang belu belum m diatur diatur disi disini ni akan akan diat diatur ur kemud kemudian. ian. b) Khusus untuk penggu penggunaan naan pada fasilit fasilitas as pelayana pelayanan n kesehat kesehatan an agar merujuk ke publikasi publikas i IEC 601-2-11 601-2-11 part 2, 601-2-17 part 2,798. •
2.5 2. 5
Ruang Neutron o Sem Semua ua perl perleng engkap kapan an listr listrik ik yang yang dipa dipasan sang g dalam dalam ruan ruang g neutr neutron on haru harus s memenuhi syarat untuk ruang ini. o Kab Kabel el yang yang digu digunak nakan an haru harus s dari dari jenis jenis yang yang tahan tahan ter terhad hadap ap peng pengaru aruh h sinar sinar neutron.
Prin Pr insi sip p Dasar Dasar Ins Insta tala lasi si Ban Bangu guna nan n (IEC (IEC 364364-1) 1)
1. Pr Prot otek eksi si un untu tuk k ke kese sela lama mata tan. n. 2. Per Peranc ancang angan an sesua sesuaii dengan dengan maks maksud ud pengg pengguna unaann annya. ya. 3. Pem Pemilih ilihan an perl perleng engkap kapan an yang yang mem memenu enuhi hi stand standar ar.. 4. Pemasangan Pemasangan perlen perlengkapa gkapan n listrik listrik dengan dengan rapi, secara baik dan dan tepat tepat (sesua (sesuaii dengan PUIL 2000 25.3.3). 5.
Peng Pe nguj ujia ian n insta instala lasi si list listri rik. k.
Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syaratsyarat kesehatan, keselamatan, lingkungan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berdasarkan pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
88
Prinsip-Prinsip Dasar Instalasi Listrik
Agar instal instalasi asi listr listrik ik yang dipasan dipasang g dapat digunaka digunakan n secara optimu optimum, m, maka ada beberapa prinsip dasar yang perlu sebagai bahan pertimbangan yaitu paling tidak memenuhi 5K+E (Keamanan, Keandalan, Ketersediaan, Ketercapaian, Keindahan dan Ekonomis). Keamanan
Instalasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kecelakaan. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya peralatan listrik dan benda-benda di sekitarnya dari suatu kerusakan akibat adanya gangguanganguan seperti hubung singkat, arus lebih, tegangan lebih dan sebagainya. Oleh karena itu pemilihan peralatan yang digunakan harus memenuhi standar dan teknik pemasangannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Keandalan
Keandalan atau kelangsungan kerja dalam mensuplai arus listrik ke beban/konsumen harus terjamin dengan baik. Untuk itu pemasangan instalasi listriknya harus dirancang sedemikian rupa, sehingga kemungkinan terputusnya aliran listrik akibat gangguan ataupun karena untuk pemeliharaan dapat dilakukan sekecil mungkin: •
dip di per erba baik ikii den denga gan n mud muda ah dan dan ce cepa pat, t,
•
diisolir pad diisolir pada a daera daerah h gangg gangguan uan saja seh sehing ingga ga kons konsume umen n pengg pengguna una list listrik rik tida tidak k terganggu.
Ketersediaan Artinya kesiapan suatu instalasi dalam melayani kebutuhan pemakaian listrik lebih berupa daya, peralatan maupun kemungkinan pengembangan/perluasan instalasi apabila konsumen melakukan perluasan instalasi, tidak mengganggu sistem instalasi yang sudah ada, dan mudah menghubungkannya dengan sistem instalasi yang baru (tidak banyak merubah dan mengganti peralatan yang ada). Ketercapaian
Penempatan dalam pemasangan peralatan instalasi listrik relatif mudah dijangkau oleh Penempatan pengguna, mudah mengoperasikannya dan tidak rumit. Keindahan Pemasangan komponen atau peralatan instalasi listrik dapat ditata sedemikian rupa, selagi dapat terlihat rapi dan indah dan tidak menyalahi aturan yang berlaku. Ekonomis Perencanaan instalasi listrik harus tepat sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan bahan dan peralatan seminim mungkin, mudah pemasangannya maupun pemeliharaannya, pemeliharaann ya, segi-segi daya listriknya juga harus diperhitungka diperhitungkan n sekecil mungkin. Dengan demikian hanya keseluruhan instalasi listrik tersebut baik untuk biaya pemasangan dan biaya pemeliharaannya bisa dibuat semurah mungkin.
89
2.6 2.6. 2. 6.1 1
Pencahayaan Sifa Si fatt Gel Gelom omba bang ng Ca Caha haya ya
Sumber cahaya memancarkan energi dalam bentuk gelombang yang merupakan bagian dari kelompok gelombang elektromagnetik. Gambar 2.38 menunjukkan sumber cahaya alam dari matahari yang terdiri dari cahaya tidak tampak dan cahaya tampak.
Gelobang Elektromagnetik Ti dak t amp ak
Ta mp ak
T i dak t amp a k Ultra Gel. Gel. Gel. Intra- Mikro Panjang Radio violed
Sinar Sinar Sinar Ultra Cosmo Gamma X Violet
10µ 0.2µ 0.4µ
1.000µ
Gambar 2.38 Kelompok gelombang elektromagnetik
Dari hasil percobaan Isaac Newton, cahaya putih dari matahari dapat dap at diuraikan diuraika n dengan dengan prisma kaca dan terdiri dari campuran spektrum dari semua cahaya pelangi. Putih Sinar Putih
Warna
Merah Kuning Hijau Biru Ungu
Gambar 2.39 Warna-warna Spektrum
Pada Gambar 2.39 dapat dilihat bahwa sinar-sinar cahaya yang meninggalkan prisma dibelokkan dari warna merah hingga ungu. Warna cahaya ditentukan oleh panjang gelombangnya. Kecepatan rambat V gelombang elektromagnetik elektromagnetik di ruang bebas = 3 ⋅ 1055 km/det. Jika frekuensi energinya = f dan panjang gelombangnya λ (lambda ), maka berlaku:
λ =
V f
90
Panjang gelombang tampak berukuran antara 380 mµ sampai dengan 780 m µ seperti pada tabel berikut ini. Tabel 2.8 Panjang Panja ng Gelombang Gelomban g War arn na
Panjang Ge Gelombang (m (mµ)
ungu
380–420
biru
420–495
hijau
495–566
kuning
566–589
jingg ji ngga a
589– 58 9–62 627 7
merah
627–780
Gambar 2.40 menunjukkan gambar grafik energi – panjang gelombang sebuah lampu pijar 500 W. Energi Spektrum Ultra ungu
Inframerah
Gambar 2.40 Energi – panjang gelombang – lampu pijar 500 W
Selain memiliki warna tertentu, setiap panjang gelombang yang memberi kesamaan intensitas tertentu. Dari gambar 2.41 terlihat bahwa mata manusia paling peka terhadap cahaya dengan λ = 555 mµ yang berwarna kuning – hijau. Kepekaan mata
Gambar 2.41 Grafik kepekaan mata
91
2.6.2
Pandangan Si Silau
Gambar 2.42 Pandangan silau
Kalau posisi mata kita seperti gambar di atas, dapat kita rasakan bahwa kita merasak an pandangan yang menyilaukan karena mata kita mendapatkan: • caha ca haya ya la lang ngsu sung ng da dari ri la lamp mpu u lilist stri rik, k, da dan n • caha ca haya ya ti tida dak k lan langs gsun ung/ g/pa pant ntul ulan an ca caha haya ya dari dari gambar gambar yang kita lihat. lihat. Dengan kondisi ini kita tidak dapat melihat sasaran objek gambar dengan nyaman. Pandangan silau dapat didefinisikan sebagai terang yang berlebihan pada mata kita karena cahaya langsung atau cahaya pantulan maupun keduanya. Supaya mata kita bisa melihat sasaran objek dengan nyaman/jelas, maka diatur sedemikian rupa agar cahaya jatuh pada sasaran objek dan bukan pada mata kita. Untuk memahami pandangan silau mempunyai gerakan penglihatan, kita perlu mempelajari sedikit tentang bekerjanya mata manusia (Gambar 2.43).
Lensa
Selaput pelangi
Selaput mata
Gambar 2.43 Mata manusia
92
Selaput pelangi bekerja sebagai tirai penutup untuk mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke mata. Seperti kita lihat l ihat bahwa cahaya adalah suatu bentuk energi radiasi yang lewat melalui lensa menuju lapisan saraf peka yang disebut retina di bagian belakang mata. Kemudian disampaikan oleh saraf optik ke otak yang menyebabkan perasaan cahaya. Melihat secara langsung pada sebuah sumber cahaya, menghasilkan suatu kesan yang kuat pada retina. Untuk mencegah kerusakan pada bagian mata yang sensitif ini, secara otomatis pelangi berkontraksi. Kondisi ini mengurangi intensitas bayangan yang diterima. Dengan menutupnya selaput pelangi ini akan menurunkan banyaknya cahaya yang diterima. Jadi adanya cahaya terang yang kuat pada posisi yang salah, benar-benar akan membuat penglihatan tidak nyaman, dan juga akan menimbulkan efek kelelahan pada mata. Untuk mencegah terjadinya pandangan silau diperlukan teknik pemasangan sumber cahaya maupun armaturnya dengan tepat.
2.6.3 2.6 .3 Satua Satuan-Sat n-Satuan uan Teknik Teknik Pencahayaa Pencahayaan n 2.6.3.1
Steradian
R
=
1 m
1 rad
1m
Gambar 2.44 Radian
Radian adalah sudut pada titik tengah lingkaran antara dua jari-jari di mana kedua ujung busurnya jaraknya sama dengan jari-jari tersebut (misal R = 1 m). Oleh karena keliling lingkaran = 2pR, maka: 1 Radian =
°
360
= 57 5 7, 3 °
2π
93
Sedangkan steradian adalah sudut ruang pada titik tengah bola antara jari-jar i terhadap batas luar permukaan bola sebesar kuadrat jari-jarinya.
= R
m 1
2
r A =
S t er a d ia n
Gambar 2.45 Steradian
Karena luas permukaan bola = 4pR 2, maka di sekitar titik tengah bola terdapat 4p sudut ruang yang masing-masing = 1 steradian. Jumlah steradian suatu sudut ruang dinyatakan dengan lambang Ω=
A R
2
Ω (omega) =
(steradian)
2.6.3. 2.6 .3.2 2 Inten Intensitas sitas Cahay Cahaya a (Luminous (Luminous Inten Intensity) sity)
Menurut sejarah, sumber cahaya buatan adalah lilin (candela). Candela dengan singkatan Cd ini merupakan satuan intensitas cahaya (I) dari sebuah sumber yang memancarkan energi cahaya ke segala arah.
Bagian gelap tidak mendapatkan cahaya
Gambar 2.46 Lilin yang menyinari buku
I=
F ϖ
94
(cd)
Keterangan: I = Intensitas cahaya (ϖd) F = Fluks cahaya (lumen) ϖ = Sudut rua ruan ng (s (ster era adia ian n)
2.6.3. 2.6 .3.3 3 Fluks Cahay Cahaya a (Lumin (Luminous ous Flux)
Adalah jumlah cahaya cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Lambang fluks cahaya adalah F atau Ø dan satuannya dalam lumen (lm). Satu lumen adalah fluks cahaya yang dipanc dipancarkan arkan dalam 1 steradian st eradian dari sebuah sebuah sumber sumber cahaya cahaya 1 Cd pada pada pemukaan bola dengan jari-jari R = 1 m.
Gambar 2.47 Fluks cahaya
Jika fluks cahaya dikaitkan dengan daya listrik maka: Satu watt cahaya dengan panjang gelombang 555 mµ sama nilainya dengan 680 lumen. Jadi dengan F = 555 mµ, maka 1 watt cahaya = 680 lumen. 2.6. 2. 6.3. 3.4 4
Lumi Lu mina nasi si (L (Lum umin inan ance ce))
Adalah suatu ukuran terangnya suatu benda baik pada pada sumber cahaya maupun pada suatu permukaan. Luminasi yang terlalu besar akan menyilaukan mata (contoh lampu pijar tanpa amatur). Luminasi suatu sumber cahaya dan suatu permukaan yang memantulkan cahayanya adalah intensitasnya dibagi dengan luas semua permukaan. Sedangkan luas semua permukaan adalah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu bidang rata yang tegak lurus pada arah pandang, jadi bukan permukaan seluruhnya. L=
I
(Cd/m2 )
As
Keterangan: L = Luminasi (Cd/m2) I = Intensitas (Cd) As A s = Luas semua permuk permukaan aan (m2)
95
2.6. 2. 6.3. 3.5 5
Ilum Il umin inas asii (I (Ilu lumi mina nanc nce) e)
Iluminasi sering disebut juga intensitas penerangan atau kekuatan penerangan atau dalam BSN disebut tingkat pencahayaan pada suatu bidang adalah fluks cahaya yang menyinari permukaan suatu bidang. Lambang iluminasi adalah E dengan satuan lux (lx). E=
F
(lux)
A
Keterangan: E = Ilumi Iluminasi/ nasi/inten intensitas sitas pener peneranga angan/kek n/kekuata uatan n penerang penerangan/ti an/tingkat ngkat penc pencahaya ahayaan an (lux) (lux) F = flu luk ks ca cahay aya a (l (lum ume en) A = luas perm permukaa ukaan n bidan bidang g (m2)
Gambar 2.48 Iluminasi
2.6.3.6
Efikasi
Adalah rentang angka perbandingan antara antara fluks cahaya (lumen) dengan daya listrik suatu sumber cahaya (watt), dalam satuan lumen/watt. Efikasi juga disebut fluks cahaya spesifik. Tabel berikut ini menunjukkan efikasi dari macam-m acam lampu. Efikasi ini biasanya didapat pada data katalog dari suatu produk lampu.
96
Tabel 2.9 Daftar Efikasi Lampu
Pijar Halogen TL Merkuri Sodium SON
Efikasi (lumen/watt) 14 20 45–60 38–56 100–120
Sodium SOX
61–180
Jenis Lampu
2.6 2. 6.4
Huku Hu kum m Pe Pene nera rang ngan an
Satuan-satuan penting yang digunakan dalam teknik penerangan antara lain: • Sudut ruang W Steradian (Sr) • Intensitas cahaya I Candela (Cd) • Fluks cahaya F(Ø) Lumen (Lm) • L um i n as i L ( C d / m 2) • Iluminasi E Lux (lx) 2.6. 2. 6.4. 4.1 1
Huku Hu kum m Ku Kuad adra ratt Ter erba bali lik k
Pada umumnya bidang yang diterangi bukan permukaan bola, tetapi bidang datar. 9A 4A A l = 1 cd Sumber cahaya
X
r=1m
r=2m
Y
Z r=3m
Gambar 2.49 Hukum kebalikan kuadrat iluminasi Tabel 2.10 Perhitungan Intensitas Penerangan Penerang an Bidang (Cd)
I (lm)
F (m2)
A (lux)
E
X Y
1 1
1 1
1 4
1 1/4
Z
1
1
9
1/9
Cahaya dari sumber 1 Cd yang menyinari bidang x (seluas 1 m 2) yang berjarak 1 m akan mengiluminasi 1 lux. Jika kemudian jarak tersebut dikalikan dua (ke bidang Z), maka iluminasi 1 lux tadi akan menyinari bidang seluas 4 m 2. Jadi iluminasi dari suatu permukaan akan mengikuti hukum kebalikan kuadrat yaitu:
97
1
E=
2
r
Keterangan: E = Iluminasi (lux) I = Intensitas penerangan (Cd) r = jarak dari sumber cahaya ke bidang (m)
2.6.4.2
Hukum Cos Cosinus l
α r h
α
E A A
EB B
Gambar 2.50 Kurva cosinus
Sesuai dengan hukum kebalikan kuadrat iluminasi, maka: pada titik A: Ea =
1 h
2
pada titik B: Eb ' =
1 2
r
Jadi Iluminasi pada titik B: Eb = Eb =
98
E’b ⋅ cos a 1 2
r
cos a
Jika letak titik sumber cahaya di atas bidang = h, maka: h
r=
cos cos a
sehingga: Eb =
l 2
⎛ h ⎞ ⎜⎜ ⎟ ⎟ ⎝ cos a ⎠
×c co os2 a
dan secara umum dapat ditulis: EB =
2.6. 2. 6.5 5
l h
2
⋅ cos3 a
Peny Pe nyeb ebar aran an Ca Caha haya ya
Penyebaran cahaya dari suatu cahaya bergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendirii dan armatur yang digunaka sendir d igunakan. n. Sebagian Sebagian besar besar cahaya cahaya yang yang direspon direspon mata mata tidak langsung di sumber cahaya, tetapi setelah setel ah dipantulkan atau melalui benda yang tembus cahaya. Untuk penerangan, secara garis besar penyebaran cahaya ada tiga macam yaitu: a. Pe Pene nera rang nga an Lang Langsu sun ng b. Pe Pene nera rang ngan an Tid idak ak La Lang ngsu sung ng c. Pe Pene nera rang nga an Ca Camp mpur uran an Jika kita berada dalam suatu ruang yang ada sumber cahaya dari sebuah lampu, maka ada dua sumber cahaya, yaitu sumber cahaya primer yang berasal dari lampu tersebut dan sumber cahaya sekunder yang merupakan pantulan dari fiting lampu tersebut. Dari dinding-dinding di sekitar ruangan, gambar 2.51 (a) menunjukkan empat jenis kemungkinan pemantulan pemantul an yang dapat terjadi dari lapisan penutup armatur yang berbeda. Sedangkan gambar 2.51 (b) menunjukkan m enunjukkan berbagai macam armatur.
99
(a) La Lang ngsu sung ng
Pemantulan berbentuk mangkuk dalam
Pemantulan penyebar
Pemantulan dari permukaan halus dan terpoles; sudut datang cahaya masuk sama dengan sudut pantul. Pemantulan berbentuk bak
Pemantulan pembaur
(b)) Set (b Seteng engah ah lang langsu sung ng
Tembus cahaya atau naungan dengan bagian atas terbuka
Pemantulan difusi dari permukaan yang dilapisi.
Berbentuk kanal atau V
Tertutup
(c)) Di (c Difu fusi si Um Umum um
Tertutup Gelas opal menyorot
Pemantulan yang menyebar dari permukaan setengah halus.
(d)) Set (d Seteng engah ah tidak tidak langsu langsung ng
Mangkuk terbalik tembus cahaya (e) Ti Tida dak k langs langsun ung g
Pemantulan difusi dari permukaan tidak merata
Sumber : Michael Neidle, 1999, 255
(a) Jenis pemantulan
Hiasan, peti, dan bentuk-bentuk arsitektur lainnya
Sumber : Michael Neidle, 1999, 255
(a) Berbagai bentuk armatur
Gambar 2.51 Jenis pantulan dan armatur
100
2.6. 2. 6.6 6
Pera Pe ranca ncanga ngan n Pe Pener nerang angan an Bua Buatan tan
Bila penerangan alami tidak dapat memenuhi persyaratan bagi penerangan ruang (dalam bangunan), maka penerangan buatan sangat diperlukan. Hal ini disebabkan oleh: Ruangan yang luas Lub Lu ban ang g cah caha aya ya yang ng tid idak ak ef efek ekti tif f Cuaca di lu luar me mendung/huja jan n Wakt ktu u mal malam am ha hari ri da dan n seb seba aga gain inya ya Perancangan penerangan buatan sebaiknya dilakukan sejak awal perancangan bangunan. Untuk itu perlu diperhatikan: Apakah Apak ah pen peneran erangan gan bua buatan tan digu digunak nakan an terse tersendir ndirii atau atau seba sebagai gai penu penunja njang/p ng/pelen elengka gkap p penerangan alami Bera Be rapa pa in inte tens nsita itas s pe pene nera rang ngan an ya yang ng di dipe perlu rluka kan n Distr Dis trib ibus usii dan dan va varia riasi si flu fluks ks ca caha haya ya ya yang ng di dipe perlu rluka kan n Ara Ar ah ca cahaya ya yang di diperl rlu uka kan n WarnaWa rna-war warna na caha cahaya ya yang yang digu digunak nakan an dala dalam m gedun gedung g dan dan efek efek warn warna a yang yang diing diinginka inkan n Derajat kesilauan brightness dari keseluruhan lingkungan visual Intensitas penerangan yang direkomendasikan tidak boleh kurang dari intensitas penerangan dalam tabel 2.11 yang diukur pada bidang kerja. Tabel 2.11 Tingkat Pencahayaan Pencahay aan Macam Pekerjaan
1.
2.
3.
Tingkat P enc aha yaa n (Lux)
Contoh Penggunaan
Pencah Penc ahay ayaa aan n unt untuk uk da daer erah ah yang tidak terus-menerus diperlukan.
20
Iluminasi minimum agar bisa membedakan barang-barang.
50
Parkir dan daerah sirkulasi di dalam ruangan.
Pencah Penc ahay ayaa aan n unt untuk uk be beke kerr ja di dalam ruangan.
100 10 0
Kamar tidur hotel, memeriksa dan menghitung stok barang secara kasar, merakit barang besar.
200 20 0
Membaca dan menulis yang tidak terusmenerus.
350 35 0
Pencahayaan untuk perkantoran, pertokoan, membaca, gudang, menulis.
400 40 0
Ruang gambar.
750 75 0
Pembacaan untuk koreksi tulisan, merakit barang-barang kecil.
Pencah Penc ahay ayaa aan n se sete temp mpat at untuk pekerjaan teliti.
1.000
Gambar yang sangat teliti.
2.000
Pekerjaan secara rinci dan presisi.
101
Secara rinci intensitas penerangan yang direkomendasikan untuk berbagai jenis bangunan/peruntukan bangunan/p eruntukan dapat dilihat pada tabel 2.12. Tabel 2.12 Tingkat Pencahayaan Minimum yang Direkomendasik Dir ekomendasikan an dan Renderasi Warna
Fungsi Ruangan Rumah Tinggal: Teras Ruang Tamu Ruang Makan Ruang Kerja Ruang Tidur Ruang Mandi Dapur Garasi Perkantoran: Ruang Direktur Ruang Kerja Ruang Komputer
Tingkat P enc aha ya an (lux)
Kelompok Renderasi Warna:
60 120 ~ 250 120 ~ 250 120 ~ 250 120 ~ 250 250 250 60
1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2 1 1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2 3 atau 4
350 350 350
1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2
Ruang Rapat Ruang Gambar
300 750
1 atau 2 1 atau 2
Gudang Arsip Ruang Arsip Aktif Lembaga Pendidikan: Ruang Kelas Perpustakaan Laboratorium Ruang Gambar Kantin Hotel & Restoran: Lobby & Koridor
150 300
3 atau 4 1 atau 2
250 300 500 750 200
1 atau 2 1 atau 2 1 1 1
100
1
Ballroom/Ruang Sidang
200
1
102
K e t e r a ng a n
Gunakan armatur berkisi untuk mencegah silau akibat pentulan layar monitor Gunakan pencahayaan setempat pada meja gambar.
Pen cahayaan pad a bida ng vertikal sangat penting untuk menciptakan suasana/kesan ruang yang baik. Si s t e m p e n c a h a y a a n h a r u s d i r an c an g u nt uk m e nc i pt ak a n suasana sesuai sistem pengendalian “Switching ” dan “dimming ” dapat digunakan untuk memperoleh berbagai efek pencahayaan.
Fungsi Ruangan
Ruang Makan Cafetaria Kamar Tidur
Tingkat Pe nca hay aa n (lux)
Kelompok Renderasi Warna:
250 250 150
1 1 1 atau 2
Dapur 300 Rumah Sakit/Balai Pengobatan: Ruang Rawat Inap 250 Ruang Operasi, 300 ruang bersalin Laboratorium Ruang Rekreasi & Rehabilitasi Pertokoan/Ruang Pamer: Ruang Pamer 500 dengan Objek Berukuran Besar (misalnya mobil) Toko Kue dan 250 Makanan Toko Buku dan d an Alat Tulis/Gambar 300 Toko Perhiasan, Arloji 500 Barang Kulit dan 500 Sepatu Toko Pakaian 500 Pasar Swalayan 500 Toko Alat Listrik (TV, Radio, Cassette, Mesin Cuci, dll.) Industri Umum: Gudang Pekerjaan Kasar Pekerjaan Sedang Pekerjaan Halus Pekerjaan Amat Halus Pemeriksaan Warna
Keterangan
Di p er l uk a n la m p u ta m ba h an pada bagian kepala tempat tidur dan cermin.
1 1 atau 2 1
1
Gunakan pencahayaan setempat pada tempat yang diperlukan.
Tingkat pencahayaan ini harus dipenuhi pada lantai.Untuk beberapa produk tingkat pencahayaan pada bidang vertikal juga penting.
1
1 1 1 1 1 atau 2
250
1 atau 2
100 100 ~ 250 200 ~ 500 500 ~ 1.000 1.000 ~ 2.000 750
3 2 atau 3 1 atau 2 1 1 1
Pencahayaan pada bidang vertikal pada rak barang.
103
Fungsi Ruangan (lux)
Tingkat P enc aha ya an Wa rn a
Kelompok Renderasi Rumah Tinggal:
Rumah Ibadah: Masjid
200
1 atau 2
Gereja
200
1 atau 2
Vihara
200
1 atau 2
K e t e r a ng a n
Untuk tempat-tempat yang membutuhkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dapat dapa t digunak digunakan an pencahayaan setempat Untuk tempat-tempat yang membutuhkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dapat digunakan pencahayaan setempat Untuk tempat-tempat yang membutuhkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dapat digunakan pencahayaan setempat
Ada tiga tipe sistem penerangan buatan, yaitu: a.
Sistem Sist em pe pene nera rang ngan an me mera rata ta Memberikan intensitas penerangan yang seragam pada seluruh ruangan, penggunaannya pada ruang-ruang yang tidak memerlukan tempat untuk mengerjakan pekerjaan visual khusus.
b.
Sistem Sist em pen pener eran anga gan n tera terara rah h Cahaya diarahkan kejurusan tertentu dalam ruangan, digunakan untuk menerangi suatu objek tertentu agar kelihatan menonjol, misal pada panggung atau pada ruangan untuk pameran. Pada sistem ini dapat menggunakan lampu dan reflektor yang diarahkan atau ”spotlight” dengan reflektor bersudut lebar.
c.
Sistem Sist em pen pener eran anga gan n sete setemp mpat at Cahaya dikonsentrasikan pada tempat mengerjakan pekerjaan visual khusus. Sistem ini digunakan untuk: pek eker erja jaan an vi visu sua al ya yang ng pre resi sisi si peng pe ngam amat atan an be bent ntuk uk/s /sus usun unan an be bend nda a dar darii arah arah te terte rtent ntu u mele me leng ngka kapi pi pe pene nera rang ngan an um umum um ya yang ng mu mung ngki kin n ter terha hala lang ng membantu me menambah da daya lih liha at menunja men unjang ng peke pekerjaa rjaan n visua visuall yang yang mung mungkin kin pad pada a awaln awalnya ya tida tidak k teren terencana cana pad pada a suatu ruangan Perancangan penerangan buatan secara kuantitas dapat dilakukan perhitungan dengan dua metode yaitu: point by point point method method ) a. Me Meto tode de ti titi tik k dem demii tit titik ik ( point b. Metode lumen
2.6. 2. 6.6. 6.1 1
Meto Me tode de Tit Titik ik Dem Demii Titi Titik k
Metode ini hanya berlaku untuk cahaya langsung, tidak memperhitungkan cahaya pantulan, dan sumber cahaya dianggap satu titik, serta mempunyai syarat sebagai berikut. 104
a) Dimensi Dimensi sumber sumber cahaya cahaya dibanding dibanding denga dengan n jarak jarak sumber sumber cahaya cahaya ke ke bidang bidang kerja kerja tidak boleh lebih besar dari 1 dibanding 5. l a
Keterangan: armatur la = lebar ar t
t = tinggi tinggi/ja /jarak rak anta antara ra armat armatur ur ke bida bidang ng kerja 1
lA 5 ≤ 5 t
Gambar 2.52 Sumber Cahaya di atas bidang kerja
b) Ber Berdas dasark arkan an diag diagram ram pol pola a inten intensita sitas s cahay cahaya. a. Panjang jari-jari dari 0 ke suatu titik dari grafik menyatakan intensitas cahaya kearah itu dalam suatu candela. Setiap gambar biasanya dilengkapi dengan data yang menunjukan nilai dalam lumen/Cd. (misal 500 lumen/Cd ; 1.000 lumen/Cd ; 2.000 lumen/Cd dan seterusnya). Diagram penyebaran intensitas cahaya ini ada yang berbentuk simetris dan tidak simetris. Untuk yang simetris biasanya hanya digambarkan setengahnya setengahnya saja. Diagram yang menunjukan karakteristik-karakteristik lampu dan armatur ini, dapat diperoleh pada buku katalog dari pabrik yang memproduksinya.
Gambar 2.53 Diagram polar intensitas cahaya lampu pijar
Gambar 2.54 Armatur lampu pijar
Intensitas cahaya sebuah lampu sebanding dengan fluks cahaya lain, nilai-nilai yang diberikan dalam diagram masih harus dikalikan dengan jumlah lumen lampu tersebut.
105
Dalam gambar di muka intensitas cahayanya = 1.000 lumen, jika pada armaturnya diberi lampu 1.500 lumen, maka pada sudut 60° intensitas cahayanya: 1.500/1.000 × 140 Cd = 210 Cd c) Hanya ada satu sumbe sumberr cahaya cahaya yang akan diperh diperhitungk itungkan an pada pada saat itu. d) Bid Bidang ang kerja kerja yang yang diberi diberi pener penerang angan an harus harus berdime berdimensi nsi kecil. kecil. e) Daera Daerah h yang yang sumber sumber cahaya cahaya dan bidang bidang kerjan kerjanya ya bebas bebas dari dari permukaa permukaan n yan yang g memantulkan cahaya (refleksi cahaya tidak diperhitungkan). Untuk setiap titik yang berjarak sama dari sumber cahaya (dengan arah cahaya pada sudut normal), maka besar intensitas penerangannya akan selalu sama dan membentuk diagram melingkar. Jika ada dua titik lampu dengan jarak sama ke suatu target, maka total intensitas penerangannya sekitar dua kalinya. 2.6.6.2
Metod ode e Lum Lumen
Metode lumen adalah menghitung intensitas penerangan rata-rata pada bidang kerja. Fluks cahaya diukur pada bidang kerja yang secara umum mempunyai tinggi antara 75–90 cm diatas lantai. Besarnya intensitas penerangan (E) bergantung dari jumlah fluks cahaya dari luas bidang kerja yang dinyatakan dalam lux (lx). Keterangan: E:
Intensit ita as pe penerangan (l (lux)
F :
Fluks ca cahaya (l (luman)
A :
Luas bidang kerja (m2) E=
F A
Tidak semua cahaya dari lampu mencapai bidang kerja, karena ada yang dipantulkan (faktor refleksi = r), dan diserap (faktor absorpsi = a) oleh dinding, plafon dan lantai. Faktor refleksi dinding (rw) dan faktor refleksi plafon (rp) merupakan bagian cahaya yang dipantulkan oleh dinding dan langit-langit/plafon langit-langit/pl afon yang kemudian mencapai bidang kerja. Faktor refleksi bidang kerja (rm) ditentukan oleh refleksi lantai dan refleksi dinding antara bidang kerja dan lantai secara umum, nilai rm = 0,10 (jika rm tidak diketahui, maka diambil nilai rm 0,10). Faktor refleksi dinding/langit-langit untuk warna: Warna Putih
= 0,80
Warn rna a sa sangat mu muda = 0,70 Warna muda
= 0,50
Warna sedang
= 0,30
Warna gelap
= 0,10
106
n a a r i a s h a i i s l e e r m p e e d p r a o s t k a a m F k u t n u
n u h a t 3 n u h a t 2 n u h a t 1 1 , 0
9 1 , 0
0 5 7 6 , , g 0 0 n n t X a a a r g d e n 0 e i 0 b s r 8 7 n n , n , a 0 a 0 a r X r r o o o t t t o o o g 5 g 0 g n 8 n n 8 e , e , e P 0 P 0 P X 4 2 9 3 8 4 7 0 3 5 2 , 3 , 3 , 4 , 5 , 5 , 6 , 6 , 6 , , 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 6 2 6 1 6 9 2 5 6 , 3 , 1 , 2 7 3 0 0 0 2 , 2 , 4 , 4 , 5 , 5 , 5 , 6 , 6 , 6 , , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
g n u s g n a l n a g n a r e n e p r u t r a m r a i s n e i s i f E 3 1 . 2 l e b a T
u r a b n a a d a e k k u t n u n a g n a r e n e p i s n e i s i f E
5 , 0
7 2 0 6 0 4 9 2 4 6 8 2 , 3 , 4 , 4 , 5 , 5 , 5 , 6 , 6 , 6 , 6 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 , 0
9 4 2 9 4 9 4 8 1 4 6 1 , 2 , 3 , 3 , 4 , 4 , 5 , 5 , 6 , 6 , 6 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 6 3 7 2 7 0 3 6 8 , 3 , 1 , 3 8 , 3 , 6 0 0 0 2 , 2 , 4 , 4 , 5 , 5 , 6 , 6 , 6 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 , 0
7 2 1 7 1 5 0 3 5 8 9 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 6 , 6 , , 4 , 5 , 6 , 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 , 0
9 4 3 0 4 9 5 9 1 5 7 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 6 , , 4 , 4 , 5 , 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 3 8 2 8 1 4 7 9 7 , 3 , 1 , 3 8 , 2 , 4 , 4 , 5 , 5 , 6 , 6 , 6 , 6 , 0 0 0 2 , 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 8 2 6 1 4 6 9 1 r p 5 , r m 8 2 0 , 3 , 4 , 5 , 5 , 6 , 6 , 6 , 6 , 7 , , 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
W r k v
r u t r a m r A
5 , 6 , 1 2 , 5 , 2 5 , 3 4 5 3 , 8 4 0 0 0 1 1 2 , 0
%
n a g n a r e n e p
g n u s g n a l
5 1 S B T
5 1 S C T
W l 0 e 4 m L l a T i s x i 4 K
↑
2 7
↓
2 7
2 0 0 2 , n e t r a H n a V . P : r e b m u S
107
n a a r i s a a h i l s i e e r m p e e d p r a o s t k a a m F k u t n u g n u s g n a L r a s e B n a i g a b e S n a g n a r e n e P r u t r a m r A i s n e i s i f E 4 1 . 2 l e b a T
X
n u h a t 3 n u h a t 2 n u h a t 1 1 , 0
0 2 , 0
3 6 2 6 1 5 9 1 4 5 , 3 , 1 , 3 8 , 4 , 5 0 0 0 2 , 2 , 3 , 4 , 5 , 5 , 6 , 6 , 6 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
u r a b n a a d a e k k u t n u n a g n a r e n e p i s n e i s i f E
5 , 0
7 2 0 6 0 4 8 1 3 5 7 2 , 5 , 6 , , 3 , 4 , 4 , 5 , 5 , 6 , 6 , 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 , 0
1 6 5 2 6 1 7 0 3 7 9 2 , 3 , 4 , 6 , 6 , 6 , , 2 , 4 , 5 , 5 , 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 8 5 9 4 9 3 5 9 1 , 3 , 1 , 4 0 0 0 0 2 , 3 , 3 , 4 , 4 , 5 , 5 , 6 , 6 , 6 , 7 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 , 0
9 5 3 9 4 8 3 6 8 1 2 2 , 3 , 4 , 4 , 5 , 5 , 6 , 6 , 6 , 7 , 7 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 , 0
2 7 6 4 8 4 0 4 7 1 4 2 , 2 , 3 , 4 , 4 , 5 , 6 , 6 , 6 , 7 , 7 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 1 8 2 8 4 7 0 4 6 , 3 , 1 , 6 1 , 3 , 4 , 4 , 5 , 5 , 6 , 6 , 7 , 7 , 7 , 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 6 3 8 2 8 1 3 6 8 r p 5 , r m 2 3 0 , 3 , 4 , 5 , 5 , 6 , 6 , 7 , 7 , 7 , 7 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
w r k v
r u t r a m r A
108
5 0 7 7 , , g n 0 n 0 t X a a a r g d e n e i b s 5 r 0 n n 7 n 8 , , 0 a a a r X r 0 r o o o t t t o o o g g 0 g 0 n 9 n 8 n e , e , e P 0 P 0 P 5 3 9 3 8 3 7 9 2 4 2 , 3 , 3 , 4 , 4 , 5 , 5 , 5 , 6 , 6 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 , 6 , 8 , 1 2 , 5 , 2 5 , 3 4 5 4 4 0 0 0 1 1 2 , %
n a g n a r e n e p
W 5 6 g n F u L s T B g C x n a G 2 l
2 2
↑
7 8
↓
5 6
4 0 0 2 , n e t r a H n a V . P : r e b m u S
n u h a t 3 n u h a t 2 n u h a t 1 1 , 0
n a a r i a s h a i i s l e e r m p e e d p r a o s t k a a m F k u t n u
g n u s g n a L k a T g n u s g n a L r u t r a m r A i s n e i s i f E 5 1 . 2 l e b a T
u r a b n a a d a e k k u t n u n a g n a r e n e p i s n e i s i f E
4 1 , 0
5 0 7 6 , , g 0 0 n n t X a a a r g d e n e i 0 b s r 0 n n 7 , , n 8 a 0 a a r X r 0 r o o o t t t o o o g 5 g 0 g n n 8 n 8 e , e , e P 0 P 0 P X 7 3 7 0 3 8 0 2 5 7 1 , 2 , 2 , 3 , 3 , 4 , 4 , 4 , 4 , , 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 , 3 , 0 0
1 5 9 2 6 0 2 4 7 8 , 6 9 0 1 , 1 , 2 , 2 , 3 , 3 , 4 , 4 , 4 , 4 , 4 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 , 0
9 3 8 2 5 8 2 4 6 8 0 1 , 2 , 2 , 3 , 3 , 3 , 4 , 4 , 4 , 4 , 5 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 , 0
5 9 5 0 4 8 3 6 9 2 4 1 , 1 , 2 , 3 , 3 , 3 , 4 , 4 , 5 , 5 , , 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 , 3 , 0 0
1 9 4 7 1 6 9 1 4 6 , 8 2 0 1 , 2 , 2 , 3 , 3 , 4 , 4 , 4 , 5 , 5 , 5 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 , 0
2 6 3 8 1 5 9 2 4 6 8 2 , 3 , 3 , 4 , 5 , 2 , 4 , 4 , 5 , 5 , 5 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 , 0
7 1 8 4 8 3 9 2 5 9 2 1 , 2 , 3 , 5 , 5 , 6 , , 2 , 4 , 4 , 5 , 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 , 3 , 0 0
2 8 2 7 2 6 8 2 4 1 , 0 5 , 2 , 3 , 3 , 4 , 5 , 5 , 5 , 6 , 6 , , 4 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
r p 5 , 0
0 8 3 7 1 6 9 1 4 6 r m 6 2 , 3 , 3 , 4 , 4 , 5 , 5 , 5 , 6 , 6 , 6 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
w r k v
g n u s g g n n a u l s r g u t n r a a l m k r a A t
5 , 6 , 8 , 1 2 , 5 , 2 5 , 3 4 5 0 0 0 1 1 2 8 3
% r W j a 5 j 6 a F e s L r e B T t s x C G 2 o r
↑
1 8
↓
3 4
6 4 , 2 0 0 2 , n e t r a H n a V . P : r e b m u S
109
n u h a t 3 n u h a t 2 n u h a t 1 1 , 0
n a a r i s a a h i l s i e e r m p e e p d r a o s t k a a m F k u t n u
g n u s g n a L k a T g n u s g n a L r u t r a m r A i s n e i s i f E 5 1 . 2 l e b a T
1 1 , 0
X 0 8 , 0 5 8 , 0 8 1 1 , 2 , 0 0
g n a d e s n a r o t o g n e P 4 2 , 0
X 0 7 , 0 0 8 , 0 8 2 2 , , 3 0 0
t a r e b n a r o t o g n e P 5 3 , 0
X
X
X 8 2 4 3 , 4 , 4 , 0 0 0
3 1 5 7 1 5 8 1 4 6 , 3 , 1 , 4 6 , 1 , 2 , 2 , 2 , 3 , 3 , 4 , 4 0 0 0 1 , 3 , 4 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
u r a b n a a d a e k k u t n u n a g n a r e n e p i s n e i s i f E
5 , 0
8 0 5 9 1 5 9 1 3 6 8 1 , 2 , 2 , 2 , 3 , 3 , 3 , 4 , 4 , 4 , 4 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 , 0
2 5 0 5 8 2 7 1 4 8 1 1 , 1 , 2 , 2 , 2 , 3 , 3 , 4 , 4 , 4 , 5 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 4 9 2 6 1 4 7 1 4 , 3 , 1 , 6 9 0 0 0 1 , 1 , 2 , 2 , 3 , 3 , 4 , 4 , 4 , 5 , 5 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 , 0
0 4 9 4 7 1 5 8 1 4 6 2 , 2 , 3 , 3 , 4 , 4 , 4 , 5 , 5 , 5 , , 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 , 0
4 7 3 8 2 6 2 7 0 5 8 1 , 1 , 2 , 2 , 3 , 3 , 4 , 4 , 5 , 5 , 5 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 3 7 1 7 1 4 8 1 7 , 3 , 1 , 8 1 , 2 , 2 , 3 , 3 , 4 , 4 , 5 , 5 , 5 , 6 , 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 4 9 3 7 2 6 9 2 5 r p 5 , r m 3 2 , 3 , 4 , 5 , 6 0 , 2 , 4 , 5 , 5 , 6 , , 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 w
r
k v
5 , 6 , 1 2 , 5 , 2 5 , 3 4 5 , 8 0 0 0 1 1 2 8 3
%
r u t a m r a
110
n a g n i r n a r o t o g n e P 3 1 , 0
4 6 B N
u p m a l n a g n e d
W 0 0 3 r a j i p
↑
1 8
↓
3 4
6 4 , 2 0 0 2 , n e t r a H n a V . P : r e b m u S
n a a r i s a a h i l s i e e r m p e e d p r a o s t k a a m F k u t n u
g n u s g n a L k a T n a g n a r e n e P r u t r a m r A i s n e i s i f E 7 1 . 2 l e b a T
n u h a t 1
n a g n i r n a r o t o g n e P
n a l u b 6 1 , 0
0 8 , 0
8 5 , 0
g n a d X e s n a r o t o g n e P X
t a r X e b n a r o t o g n e P X
3 4 5 6 6 7 8 9 9 0 0 0 , 0 , 0 , 0 , 0 , 0 , 0 , 1 , 1 , , 0 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 5 6 7 8 9 9 0 1 1 , 3 , 1 , 4 4 , 1 , 0 0 0 0 , 0 , 0 , 0 , 0 , 0 , 0 , 0 , 1 , 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
u r a b n a a d a e k k u t n u n a g n a r e n e p i s n e i s i f E
5 , 0
1 2 4 5 6 7 8 9 0 0 1 0 , 1 , 1 , 0 , , 0 , 0 , 0 , 0 , 1 , 1 , 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 , 0
5 6 8 0 1 3 4 6 7 7 8 1 0 , 1 , 0 , 1 , 1 , 1 , , 0 , 1 , 1 , 1 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 9 1 3 4 6 7 8 9 0 , 3 , 1 , 6 7 , 1 0 0 0 0 , 0 , 0 , 1 , 1 , 1 , 1 , 1 , 2 , , 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 , 0
3 4 6 8 8 9 0 1 8 9 1 0 , 1 , 0 , 1 , 1 , 1 , 1 , 1 , 1 , 2 , 2 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 , 0
8 9 2 5 7 9 1 4 5 7 8 0 , 0 , 1 , 1 , 1 , 1 , 2 , 2 , 2 , 2 , 2 , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 7 9 1 4 6 7 9 0 7 , 3 , 1 , 0 1 , 1 , 1 , 1 , 1 , 2 , 2 , 2 , 2 , 2 , 3 , 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 8 0 2 4 7 8 0 1 3 r p 5 , r m 3 1 0 , 1 , 1 , 2 , 2 , 2 , 2 , 3 , 3 , 3 , , 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
r w k v
r u t r a m r A
k a t n a g n a r e n e p
5 , 1 2 , 5 , 2 5 , 3 4 5 , 6 , 8 1 1 2 0 0 0 0 7
%
g n u s g n a l
L T n a r g u n l e A d
↑
0 7
↓
0
7 4 , 2 0 0 2 , n e t r a H n a V . P : r e b m u S
111
•
Indeks ruang (K) K = p × l
tb (p +
Keterangan: p = Panja jan ng ruangan (m) l = Lebar ruangan (m) tB= Ting inggi gi sumbe sumberr cahaya cahaya di di atas atas bidang bidang kerj kerja a (m) Indeks ruang dihitung berdasarkan dimensi ruangan yang akan diberi penerangan cahaya lampu. Nilai k hasil perhitungan digunakan untuk menentukan nilai efisiensi penerangan lampu. Bila nilai k angkanya tidak ada (tidak tepat) pada tabel, maka untuk menghitung efisiensi (kp) dengan interpolasi: K p = K
− K 1 K ⎜ 1 2 − K 1 ⎝ p
K
p 1 K
− K p 2 ⎟ ⎠
Bila nilai k lebih besar s, maka nilai kp yang diambil adalah K = s, s , sebab nilai K di atas s, nilai kp-nya hampir tak berubah lagi. Faktor penyusutan/faktor depresiasi (Kd) menentukan hasil perhitungan intensitas penerangan. Hal ini disebabkan karena umur lampu; kotoran/debu; dinding yang sudah lama; adanya pengaruh akibat susut tegangan. K d =
E dalam dalam keadaa keadaan n dipak dipakai ai E dalam dalam keadaa keadaan n baru baru
Untuk memperoleh efesiensi penerangan dalam keadaan dipakai, nilai yang didapat dari tabel masih harus dikalikan dengan d. Faktor depresiensi ini dibagi menjadi tiga golongan utama yaitu: - Pe Peng ngot otor oran an rin ringa gan n (dae (daera rah h yang yang ham hampi pirr tida tidak k berd berdeb ebu) u) - Pengotoran biasa - Pe Peng ngot otor oran an be bera ratt (da (daer erah ah ba bany nyak ak de debu bu)) Oleh karena pengaruh efesiensi lampu (Kp) dan pengaruh faktor depresiasi (Kd), maka besarnya fluks cahaya yang sampai pada bidang kerja adalah. F’ = F ⋅ Kp ⋅ Kd Maka besarnya intensitas penerangan menjadi: E =
F ⋅ K p ⋅ K d A
Besarnya fluks (F) total merupakan perkalian antara jumlah armatur atau lampu dengan fluks cahaya tiap armatur atau lampu. Jadi F = n A ⋅ F A atau F = n l ⋅ Fl Keterangan : F = Fluks cahaya total (lumen) Fa = Fluks cahaya tiap armatur FL = Fluks cahaya tiap lampu na = Jumlah armatur nL = Jumlah lampu 112
dengan demikian untuk menentukan jumlah armatur atau jumlah lampu dari suatu ruangan yang akan diberi penerangan buatan dapat dihitung dengan rumus: na =
E ⋅p⋅l Fa ⋅ K p ⋅ Kd
atau E ⋅ p ⋅ l
F 1 ⋅ k p ⋅ kd
Keterangan: E = Intensitas pe penerangan (l (luman/m2 atau lux) p = Panjang ruangan (m) l = Lebar ruangan (m) Fa = Fl Fluk uks s cah cahay aya a tia tiap p arm armat atur ur (l (lum uman an)) FL = Fl Fluk uks s ca caha haya ya ti tiap ap la lamp mpu u (l (lum uman an)) K p = Efis isie ien nsi Penerangan K d = Faktor de depresiasi na = Jumlah armatur nL = Jumlah lampu 2.6.7 2.6 .7
Penggu Pen ggunaa naan n Energ Energii Untuk Untuk Pen Pencah cahaya ayaan an Buat Buatan an
Penggunaan energi untuk pencahayaan buatan dapat diperkecil dengan mengurangi daya dengan melalui pemilihan lampu yang berefikasi tinggi, serta balast dan armatur yang lebih efisien. Berdasarkan petunjuk teknis konservasi energi bidang sistem pencahayaan ditunjukan pada tabel 2.18. Tabel 2.18 Intensitas Penerangan Pener angan Macam Pekerjaan
1.
2.
Intensitas Penerangan (Lux)
Contoh Penggunaan
Pencah Penc ahay ayaa aan n unt untuk uk da daer erah ah yang tidak terus-menerus diperlukan.
20
Iluminasi minimum agar bisa membedakan barang-barang.
50
Parkir dan daerah sirkulasi di dalam ruangan.
Pencah Penc ahay ayaa aan n unt untuk uk be beke kerj rja a di di dalam ruangan.
100 10 0
Kamar tidur hotel, memeriksa dan menghitung stok barang secara kasar, merakit barang besar.
200 20 0
Membaca dan menulis yang tidak terus-menerus.
113
Macam Pekerjaan
3.
Intensitas Penerangan (Lux)
Contoh Penggunaan
350 35 0
Pencahayaan untuk perkantoran, pertokoan, membaca, gudang, menulis.
400 40 0
Ruang gambar.
750 75 0
Pembacaan untuk koreksi tulisan, merakit barang-barang kecil.
Pencah Penc ahay ayaa aan n se sete temp mpat at un untu tuk k pekerjaan teliti.
1.000
Gambar yang sangat teliti.
2.000
Pekerjaan secara rinci dan presisi.
Sumber : SNI, BSN, 2000
Tabel 2.19 Konsumsi Daya Listrik Lampu Konsumsi Daya Jenis Lampu
Tabung Fluoresen
Dua Tabung Tabung Fluoresen Fluo resen Kompak 2 pin/4 pin Non Integrated
Empat Tabung Fluoresen Kompak Electronic Integrated
Dua Tabung Tabung Fluoresen Fluo resen Kompak Integrated
114
Daya (W)
10 15 18 20 22 32 36 40 58 65 5 7 9 11 18 28 36 9 11 15 20 23 9 13 18 25
Konvensional Ballast (W)
20 24 28 30 32 42 46 50 72 79 10 12 14 16 24 31 46
9W 13 W 18 W 25 W
Low Lost Ballast (W)
Electronic Ballast (W)
24 26 28 38 42 46 67 74
20
40 64 6,5 8 10 14,5 20 28 40 9 11 15 20 23
Konsumsi Daya Jenis Lampu Halogen Double Ended 220 V
Tungsten Halogen 12V
Mercury tekanan tinggi
Metal Halide Double/ Single Ended (daya rendah) Metal Halide Double Single/Ended Tabung (T)/Ovoid daya tinggi
Sodium Tekanan Tinggi Tabung (T)/Ovoid ( T)/Ovoid
Sodium Rendah
Tekanan
Daya (W)
Konvensional Ballast (W)
200 300 500 750 1.000 1.500 2.000 20 50 75 50 80 125 250 400 1.000 70 150 250 250 400 1.000 1.800 2.000 50 70 100 150 250 400 1.000 18 35 55 90 135 180
200 W 300 W 500 W 750 W 1.000 W 1.500 W 2.000 W 25 W 58 W 85 W 57 W 90 W 139 W 268 W 424 W 1.040 W 84 167 273 268 424 1.046 1.868 2.092 60 80 114 168 274 430 1.050 26 47 65 103 158 213
Low Lost Ballast (W)
Electronic Ballast (W)
Sumber : SNI, BSN, 2000
115
2.6. 2. 6.7. 7.1 1
Pemi Pe mili liha han n La Lamp mpu u
Lampu fluoresen dan lampu pelepasan gas lainnya yang mempunyai efikasi lebih tinggi, harus lebih banyak digunakan. Lampu pijar memiliki efikasi yang rendah, sehingga pengunaannya dibatasi. 2.6 2. 6.7 .7.2 .2
Lamp La mpu u Fluo Fluore rese sen n
Lampu fluoresen efikasinya cukup, sangat dianjurkan penggunaannya di dalam bangunan gedung karena hemat energi dan tahan lama. Durasi pemakaian lampunya mencapai 8.000 jam, serta mempunyai temperatur warna dan renderasi yang bermacam-macam. Lampu fluoresen menurut jenis temperatur warnanya serta cara pemakaiannya dijelaskan sebagai berikut. ? Warm White (warna putih kekuning-kuningan) dengan temperatur warna 3.300 K. ? Cool White (warna putih netral) dengan temperatur warna antara 3.300 K sampai dengan 5.300 K. ? Daylight (warna putih) dengan temperatur warna 5.300 K. Daylight (warna Jenis temperature warna dari lampu fluoresen yang dianjurkan untuk digunakan pada berbagai fungsi ruang dalam bangunan gedung, rinciannya dapat dilihat pada tabel 2.20. Tabel 2.20 Temperatur Warna yang Direkomendasikan untuk Berbagai Fungsi/Jenis Ruangan Temperatur Warna
Fungsi/Jenis Ruangan Rumah Tinggal: Teras Ruang Tamu Ruang Makan Ruang Kerja Ruang Tidur Ruang Mandi Dapur Garasi Perkantoran: Ruang Direktur Ruang Kerja Ruang Komputer Ruang Rapat Ruang Gambar Lembaga Pendidikan: Ruang Kelas Perpustakaan Laboratorium
116
Warm White
Cool White
Day Light
Temperatur Warna
Fungsi/Jenis Ruangan Warm White Ruang Gambar Kantin Hotel & Restoran: Lobby, Koridor Ballroom/Ruang Ballroom/R uang Sidang Ruang Makan Cafetaria Kamar Tidur Dapur Pertokoan: Barang Antik/Seni Toko Kue dan da n Makanan Toko Bunga Bu nga Toko buku dan Alat Tulis/ Gambar Toko Perhiasan, Perhias an, Arloji Barang Kulit dan Sepatu Toko Pakaian Pasar Swalayan Toko Mainan Mai nan Toko Alat listrik (TV, Radio, Cassette, Mesin Cuci, dll.) Toko Alat Musik dan Olahraga Industri Umum: Gudang Ruang Cuci, Ruang Mesin Kantin Laboratorium Olahraga: Lapangan Olahraga Serbaguna Jalur Bowling Ruang Bowling
Cool White
Day Light
Sumber: SNI, BSN, 2000
2.6 2. 6.7 .7.3 .3
Ren enta tang ng Efi Efik kas asii
Pada tabel 2.21 ditunjukkan fluks cahaya dari beberapa jenis lampu serta efikasinya (lumen/watt).
117
Tabel 2.21 Fluks Cahaya dan Efikasi Lampu
No.
I. a.
b.
c.
II.. II
III. II I.
118
Type dan Daya Lampu (W)
Fluoresen Tabung Fl Fluoresen Warna standar: 18 18 36 36 Warna Super (CRI 85): 18 16 Kompak Fluoresen 2 pin – 2 tabung 5 7 9 11 4 Tabung Tabung – PL-C 10 13 18 26 2 Tab Tabun ung/ g/Fl Fluo uore rese sen n kom kompa pak k 9 13 18 25 Mer ercu curi ri Tek ekan anan an Tin ingg ggii 50 80 125 250 400 Halide Metal Daya Rendah 70 150 250 Daya Tinggi 250
Fluks Cahaya (Lumen)
Efikasi Efikasi (lumen/watt) (lumen/watt) Tanpa Rugi-Rugi dengan Rugi-Rugi Balast Balast (Konvensional)
1.050 1.150 2.500 2.800
58 64 69 78
38 42 54 61
1.350 3.300
75 92
48 72
250 400 600 900
50 57 67 82
24 33 43 56
600 100 1.200 1.800
60 69 67 69
38 50 50 54
400 600 900 1.200
44 46 50 48
1.800 3.700 6.200 12.700 22.000
36 46 50 51 55
30 41 45 47 52
5.100 11.000 20.500
73 73 82
60 66 75
17.000
68
63
No.
IV.. IV
V.
Type dan Daya Lampu (W)
400 1.000 Sodi So dium um Tek Tekan anan an T Tin ingg ggii Standar 50 70 150 250 400 CRI-83 35 50 100 Sodi So dium um Tek ekan anan an Ren enda dah h 18 35 55 90 135 180
Fluks Cahaya (Lumen)
Efikasi Efikasi (lumen/watt) (lumen/watt) Tanpa Rugi-Rugi dengan Rugi-Rugi Balast Balast (Konvensional)
30.500 81.000
76 81
72 77
3.500 5.600 14.500 27.000 48.000
70 80 97 108 120
58 67 86 99 112
1.300 2.300 4.800
37 46 48
32 48 42
1.770 4.550 7.800 13.000 20.800 32.500
99 123 140 146 161 179
68 99 114 114 132 161
Sumber : SNI, BSN, 2000
2.6 2. 6.7 .7.4 .4 Penggunaan Penggunaan Alat Alat Pengendali Pengendali pada Lampu Lampu Fluorese Fluoresen n dan Lampu Pelepasan Gas Pada instalasi listrik penerangan dibutuhkan peralatan yang disebut alat pengendali (balast starter ) yang mempunyai fungsi: ? Mem Membua buatt tegang tegangan an start start yan yang g lebih lebih ting tinggi gi untu untuk k menya menyalak lakan an lampu lampu.. ? Men Mensta stabil bilkan kan teg tegang angan an lam lampu pu sup supaya aya tet tetap ap men menyala yala.. ? Meng Menguran urangi gi ganggu gangguan an gelomb gelombang ang radio radio (rad (radio io inter interfere ferensi) nsi) yang mun mungkin gkin dihas dihasilka ilkan n oleh sistem pencahayaan (balast elektronik). Di samping itu perkembangan sistem dalam teknik pencahayaan pencahay aan juga menuntut supaya alat pengendali mempunyai dimensi yang kompak, mempunyai tingkat kebisingan operasi yang rendah, daya tahan dan durasi pemakaian yang panjang, tidak memakai energi yang besar pada waktu dibebani dengan lampu dan mempunyai faktor daya (cos f) yang tinggi.
119
2.6. 2. 6.7. 7.5 5
Pemi Pe mili liha han n Arma Armatu tur r
Dipilih armatur yang mempunyai karakteristik distribusi pencahayaan yang sesuai dengan penggunaannya, dan mempunyai efisiensi yang tinggi serta tidak mengakibatkan silau atau refleksi yang menggangu pandangan mata. Panas yang timbul pada armatur dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat dialirkan keluar ruangan. 2.6.7. 2.6 .7.6 6
Penggu Pen ggunaa naan n Pen Pencah cahaya ayaan an Set Setemp empat at
Penggunaan pencahayaan setempat di samping pencahayaan umum dengan intensitas penerangan yang lebih rendah akan lebih efisien dibandingkan pencahayaan umum saja dengan intensitas penerangan. 2.6.7. 2.6 .7.7 7
Penggu Pen ggunaa naan n Lampu Lampu pad pada a Ruan Ruangan gan yan yang g Tingg Tinggii
Pada ruangan yang tinggi, sebaiknya digunakan lampu pelepasan gas dengan armatur reflektor sebagai sumber pencahayaan utama seperti ditunjukkan pada tabel 2.22. Tabel 2.22 Contoh Jenis Lampu yang Dianjurkan untuk Berbagai Fungsi/Jenis Bangunan Fungsi/Jenis Bangunan Rumah Tinggal: Teras Ruang Tamu Ruang Makan Ruang Kerja Ruang Tidur Ruang Mandi Dapur Garasi Perkantoran: Ruang Direktur Ruang Kerja Ruang Komputer Ruang Rapat Ruang Gambar Lembaga Pendidikan: Ruang Kelas Perpustakaan Laboratorium Ruang Gambar Kantin
120
Lampu Pijar Standar v v v
Halogen
v
Standar
v v v
v v v
v v
v
Super
v
v v v
v
Lampu Fluoresen
v v v v v
v v v v
Mercuri
Sodium
Fungsi/Jenis Bangunan
Lampu Pijar Standar
Hotel & Restoran: Lobby & Koridor v Ballroom/Ruang v Sidang Ruang Makan v Cafetaria v Kamar Tidur v Dapur Rumah Sakit/Balai Pengobatan: Ruang Rawat Inap Ruang Operasi, Ruang Bersalin Laboratorium Ruang Rekreasi & Rehabilitasi v Pertokoan: Barang Antik/Seni v Toko Kue dan Makanan Toko Bunga v Toko Buku Buk u dan Alat Tulis/G Tulis/Gambar ambar Toko Perhiasan, v Arlojii Arloj Barang Kulit dan Sepatu v Toko Pakaian v Pasar Swalayan Toko Mainan v Toko Alat listrik (TV, Radio, v Cassette, Mesin Cuci, dll.) Toko Alat Musik v dan Olahraga Industri Umum: Gudang Ruang Cuci, Ruang Mesin Kantin v Laboratorium
Halogen
Lampu Fluoresen Standar
Super
Mercuri
Sodium
v v v v v v v v v v v v
v v
v v v
v v v v
v
v
v v
v
v v v
121
Fungsi/Jenis Bangunan Industri Khusus: Pabrik Elektronik Industri Kayu Industri Keramik Industri Makanan Industri Kertas Olahraga: Lapangan Olahraga Serbaguna Jalur Bowling Ruang Bowling Lain–Lain: Bengkel Besar Industri Berat Ruang Pamer
Lampu Pijar Standar
Halogen
Lampu Fluoresen Standar
Super
v v v v
v v v
Mercuri
Sodium
v v v
v
v
v v
v
v v v
v v
Sumber : SNI, BSN, 2000
2.6.7. 2.6 .7.8 8
Ketent Ket entuan uan Daya Daya Listri Listrik k Maksimu Maksimum m untuk Penca Pencahay hayaan aan Ruang Ruang
•
Daya listrik Daya listrik maksi maksimum mum yang yang diij diijink inkan an untuk untuk siste sistem m pencah pencahaya ayaan an di dalam dalam bang bangun unan an gedung/ruangan per meter persegi tidak boleh melebihi nilai maksimum untuk masing-masing jenis ruangan sebagaimana tercantum pada tabel 2.23.
•
Daya penca Daya pencahaya hayaan an untu untuk k tempa tempatt di luar loka lokasi si bang banguna unan n gedun gedung g tidak tidak bole boleh h melebihi nilai yang tercantum pada tabel 2.24.
•
Pengec Peng ecua uali lian an dar darii tabe tabell 2.23 2.23,, tabe tabell 2.24 2.24,, dan dan tabe tabell 2.25 2.25 : • Pencah Pen cahaya ayaan an untu untuk k biosk bioskop, op, sia siaran ran TV TV,, prese presenta ntasi si audi audio o visua visuall dan sem semua ua fasilitas hiburan (panggung dalam ruang serbaguna hotel, hotel , kelab malam, disko) dimana pencahayaan merupakan elemen teknologi yang utama untuk pelaksanaan fungsinya. • Penc Pe ncah ahay ayaa aan n kh khus usus us un untu tuk k bi bida dang ng ke kedo dokte ktera ran. n. • Fasi Fa sili lita tas s ol olah ah ra raga ga da dala lam m ru ruan anga gan n (indoor ). ). • Pencah Pen cahaya ayaan an yan yang g dipe diperluk rlukan an unt untuk uk pam pamera eran n di di gale galeri, ri, mus museum eum,, dan dan monumen. • Pen enca caha haya yaa an lua luarr unt untuk uk mon onum umen en.. • Penc Pe ncah ahay ayaa aan n khus khusus us unt untuk uk pen penel elit itia ian n di lab labor orat ator oriu ium. m. • Pencahayaan darurat ( emegency lighting ). ). • Daerah Dae rah yan yang g diid diident entifi ifikasi kasikan kan seb sebaga agaii daer daerah ah yan yang g memp mempuny unyai ai tin tingka gkatt keamanan dengan resiko tinggi yang dinyatakan oleh peraturan atau yang oleh petugas keamanan dianggap memerlukan pencahayaan tambahan.
122
•
Ruangan Ruanga n kelas kelas den dengan gan ran rancan cangan gan khu khusus sus unt untuk uk oran orang g yang yang memp mempuny unyai ai penglihatan yang kurang, atau untuk orang lanjut usia. Penc Pe ncah ahay ayaa aan n untu untuk k lampu lampu tand tanda a arah arah dalam dalam ban bangu guna nan n gedu gedung ng.. Jen Je nde dela la per era aga pad pada a to toko ko-t -to oko ko.. Kegiat Keg iatan an lain lain sepe seperti rti agro agro indu industr strii (rumah (rumah kac kaca), a), fasi fasilita litas s pemros pemrosesa esan, n, dan dan lain-lain.
• • •
Tabel 2.23 Daya Listrik Maksimum untuk Pencahayaan yang Diijinkan
Jenis Ruangan Bangunan
Daya Pencahayaan (Watt/m2) (Termasuk Rugi-Rugi Balast)
Ruang kantor
15
Auditoriu Audi torium m
25
Pasar Swalayan
20
Hotel: -
Kamar tamu
17
-
Daerah umum
20
Rumah sakit: -
Ruang pasien Ru
15
Gudang
5
Cafetaria
10
Garasi
2
Restoran
25
Lobby
10
Tangga
10
Ruang parkir
5
Ruang perkumpulan
20
Industri
20
Sumber: SNI, BSN, 2000
123
Tabel 2.24 2 .24 Daya Pencahayaan Maksimum untuk Tempat Tempat di Luar Lokasi Bangunan Gedung
Lokasi
Daya Pencahayaan (Watt/m2) (termasuk rugi-rugi ballast)
Pintu masuk dengan kanopi: -
Lalu li Lalu lin nta tas s si sibu buk k sep sepe ert rtii ho hote tel, l, bandara, dan teater. teate r.
30
-
Lalu li lin ntas se sedang seperti rumah sakit, kantor, dan sekolah.
15
Sumber : SNI, BSN, 2000
Tabel 2.25 2 .25 Daya Pencahayaan Maksimum untuk Jalan dan Lapangan
Lokasi
Daya Pencahayaan W/m2 (termasuk rugi-rugi balast)
Tempat penimbunan atau tempat kerja
2,0
Tempat untuk santai seperti taman, tempat rekreasi, dan tempat piknik
1,0
Jalan untuk kendaraan dan pejalan kaki
1,5
Tempat parkir
2,0
Sumber: SNI, BSN, 2000
2.6. 2. 6.7. 7.9 9
Prosedur Prosed ur Perhitu Perhitunga ngan n dan Optimas Optimasii Pemakai Pemakaian an Daya Daya Listrik Listrik untuk untuk Pencahayaan
•
Intensita Intens itas s penera peneranga ngan n dalam dalam suatu suatu gedu gedung ng perk perkant antora oran n maupu maupun n bangun bangunan an komersial akan menentukan kenyamanan visual penghuninya, dan akhirnya akan mempengaruhi produktivitas kerjanya.
•
Kebutuhan Kebutuh an penc pencahay ahayaan aan dala dalam m suatu suatu ged gedung ung perk perkant antoran oran dapa dapatt diper diperoleh oleh mela melalui lui sistem pencahayaan buatan dan melalui sistem pencahayaan alami (pengaturan sinar matahari) atau kombinasi keduanya.
•
Berdasar Berda sarkan kan keny kenyata ataan an yang yang ada, ada, besa besarny rnya a energi energi yang yang digu diguna nakan kan untu untuk k pencahayaan buatan di dalam suatu gedung perkantoran maupun bangunan komersial merupakan bagian yang cukup besar dari seluruh konsumsi energi yang digunakan di dalam gedung tersebut. Oleh karena itu perlu diketahui prosedur perhitungan daya terpasang per meter persegi konsumsi listrik untuk sistem pencahayaan, untuk mencari upaya penghematan konsumsi energi listrik pada tahap perencanaan maupun tahap renovasi.
•
Prosedur Prosed ur umum umum per perhit hitung ungan an besa besarny rnya a pemak pemakaia aian n daya daya listr listrik ik untu untuk k siste sistem m pencahayaan buatan diberikan pada Gambar 2.55.
124
2.6. 2. 6.7. 7.10 10
Kual Ku alit itas as Ca Caha haya ya War arna na
Kualitas cahaya warna dibedakan menjadi: •
Warna Cahaya Lampu (Correlated Colour Temperature/CCT) Warnanya sendiri tidak merupakan indikasi tentang efeknya terhadap terhad ap warna objek, tetapi lebih kepada memberi suasana. Dua lampu yang saling mirip warna cahayanya dapat berbeda komposisi distribusi spektralnya sehingga akan berbeda juga efeknya kepada warna objek yang diterangi. Warna cahaya lampu dikelompokkan menjadi: ( warm white), ο Warna putih kekuning-kuningan (warm white), kelompok 1 (< 3.300 K). ( Cool White), White), kelompok 2 (3.300 K sampai s ampai dengan 5.300 K). ο Warna putih netral (Cool (Daylight ), ), kelompok 3 (> 5.300 K). ο Warna putih (Daylight Pemilihan warna lampu bergantung pada tingkat iluminansi yang diperlukan agar diperoleh pencahayaan yang nyaman. Makin tinggi tingkat iluminansi yang diperlukan, maka warna lampu yang digunakan adalah jenis lampu dengan CCT sekitar > 5.000 K (daylight ( daylight ) sehingga tercipta pencahayaan yang nyaman. Sedangkan untuk kebutuhan tingkat iluminansi yang tidak terlalu tinggi, maka warna lampu yang digunakan < 3.300 K (warm ( warm white). white).
•
Renderasi Warna Di samping warna cahaya lampu, perlu diketahui efek suatu lampu kepada warna objek, untuk itu dipergunakan suatu indeks yang menyatakan apakah warna objek tampak alamiah apabila diberi cahaya lampu tersebut. Lampu-lampu diklarifikasikan dalam kelompok renderasi warna yang dinyatakan dengan Ra, sebagai berikut. ο Efek warna kelompok 1 : Ra indeks 80 ~ 100% ο Efek warna kelompok 2 : Ra indeks 60 ~ 80% ο Efek warna kelompok 3 : Ra indeks 40 ~ 60% ο Efek warna kelompok 4 : Ra indeks < 40% Sebagai contoh, lampu pijar (incandescent ( incandescent ) mempunyai indeks Ra mendekati 100, sedang lampu pelepasan gas jenis natrium tekanan tinggi ( High Pressure Sodium) Sodium) mempunyai indeks Ra = 20. Penggunaan lampu dengan Ra tertentu ditunjukkan pada Tabel Tabel 2.26.
125
INPUT : - Fungsi ru ruangan - Tin ingk gkat at pe pene nera rang ngan an minimum yang diperlukan
INPUT : - Jenis la lampu da dan renderasi warna - Jenis armatur - Warna di dinding
HITUNG FLUKS LUMINUS YANG DIPERLUKAN
HITUNG JUMLAH ARMATUR DAN JUMLAH LAMPU YANG DIPERLUKAN
HITUNG DAYA TERPASANG PER M2 (N)
TIDAK
N< 15 W/M2
N<15 W/M2 (daya listrik per satuan luas lantai yang dipersyaratkan khusus untuk jenis gedung)
YA
TENTUKAN PEMAKAIAN DAY DAYA A LISTRIK
Gambar 2.55 Diagram perhitungan dan optimasi daya listrik pada sistem pencahayaan buatan Tabel 2.26 Tingkat Pencahayaan Minimum yang Direkomendasikan dan Renderasi Warna Fungsi Ruangan Rumah Tinggal: Teras Ruang Tamu Ruang Makan Ruang Kerja Ruang Tidur Ruang Mandi Dapur Garasi Perkantoran: Ruang Direktur Ruang Kerja
126
Tingkat Penc aha ya an (lux)
Kelompok Renderasi Wa r na
60 120 ~ 250 120 ~ 250 120 ~ 250 120 ~ 250 250 250 60
1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2 1 1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2 3 atau 4
350 350
1 atau 2 1 atau 2
K e t e r a ng a n
Fungsi Ruangan
Tingkat P enc aha yaa n (lux)
Kelompok Renderasi Wa r na
Ruang Komputer
350
1 atau 2
Ruang Rapat
300
1 atau 2
Ruang Gambar Gudang Arsip Ruang Arsip Aktif Lembaga Pendidikan: Ruang Kelas Perpustakaan Laboratorium Ruang Gambar Kantin Hotel & Restoran:
Lobby & Koridor
750
1 atau 2
150 300
3 atau 4 1 atau 2
250 300 500 750 200
1 atau 2 1 atau 2 1 1 1
100
1
Ballroom/Ruang Sidang
200
1
Ruang Makan Cafetaria
250 250
1 1
Kamar Tidur
150
1 atau 2
Keterangan Gunakan armatur berkisi untuk mencegah silau akibat pantulan layar monitor. Gunakan pencahayaan setempat pada meja gambar.
Pencahayaan pada bidang vertikal sangat penting untuk menciptakan suasana/kesan ruang yang baik. Sistem pencahayaan harus dirancang untuk menciptakan suasana sesuai sistem pengendalian ”Switching ” dan ”dimming ” dapat digunakan untuk memperoleh berbagai efek pencahayaan.
Diperlukan lampu tambahan pada bagian kepala tempat tidur dan cermin.
127
Fungsi Ruangan Dapur Rumah Sakit/Balai Pengobatan: Ruang Rawat Inap Ruang Operasi, Ruang Bersalin
Laboratorium Ruang Rekreasi & Rehabilitasi Pertokoan/Ruang Pamer: Ruang Pamer dengan Objek Berukuran Besar (Misalnya Mobil)
Toko Kue dan Makanan Toko Buku dan Alat Tulis/Gambar Toko Perhiasan, Arlojii Arloj Barang Kulit dan Sepatu Toko Pakaian Pasar Swalayan
Toko Alat listrik (TV, Radio, Cassette, Mesin Cuci, dll.) Industri Umum: Gudang
128
Tingkat Penc aha ya an (lux)
Kelompok Renderasi Wa r na
300
1
250 300
1 atau 2 1
500
1
250
1
300
1
500
1
500
1
500 500
1 1 atau 2
250
1 atau 2
100
3
K e t e r a ng a n
Gunakan pencahayaan setempat pada tempat yang diperlukan.
Tingkat pencahayaan ini harus dipenuhi pada lantai. Untuk beberapa produk tingkat pencahayaan pada bidang vertikal juga penting.
Pencahayaan pada bidang vertikal pada rak barang.
Fungsi Ruangan Pekerjaan Kasar Pekerjaan Sedang Pekerjaan Halus Pekerjaan Amat Halus Pemeriksaan Warna Rumah Ibadah: Masjid
Gereja Vihara
Tingkat P enc aha yaa n (lux)
Kelompok Renderasi Wa r na
100 ~ 250 200 ~ 500 500 ~ 1.000 1.000 ~ 2.000
2 atau 3 1 atau 2 1 1
750
1
200
1 atau 2
200 200
1 atau 2 1 atau 2
Keterangan
Untuk tempat-tempat yang membutuhkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dapat digunakan pencahayaan tempat Idem Idem
Sumber : SNI, BSN, 2000
2.6. 2. 6.7. 7.1 11
Per eran anca cang nga an
Umum Pada bagian ini akan dibahas hal-hal rinci yang menyangkut prosedur perhitungan perhitungan tata pencahayaan berkait kepada pemakaian daya/energi listrik baik untuk sistem pencahayaan buatan maupun untuk pemanfaatan sistem pencahayaan alami. Sistem tata cahaya harus dirancang sedemikian rupa sehingga didapatkan lingkungan visual yang nyaman, efektif dan fleksibel serta s erta penggunaan daya listrik yang optimal. Dalam melakukan perhitungan terhadap sistem pencahayaan dan pemakaian energi listrik, selain hal-hal yang telah disebutkan sebelum ini seperti: • Tingkat pencahayaan (illumination level ). ). • Fluks Flu ks lumin luminous ous (Lum (Lumen) en) dari dari jen jenis is lampu lampu yan yang g digun digunaka akan n serta serta efika efikasi si lampu lampu.. • War arna na ca caha haya ya la lamp mpu u ya yang ng di digu guna naka kan n (Correlated Colour Temperature, CCT ). ). • Rend Re nder eras asii wa warn rna a kep kepad ada a obj objek ek (ln (lnde deks ks Ra Ra/C /CRI RI). ). Maka beberapa faktor atau pertimbangan lain perlu disertakan dan ikut diperhitungkan diperhitungkan,, yang dalam hal ini dapat disebutkan antara lain: •
Kontras ruangan (Luminance Distribution) Distribution ) dan faktor refleksi sebagai berikut. ο Plafon = 60% ~ 80% Dind ndiing = 30 30% % ~ 50 50% % ο Di ο Meja = 20% ~ 50% ο Lantai = 15% ~ 25%
129
• • • •
Pemera Peme rata taan an di distr strib ibus usii ca caha haya ya (U (Uni nifo form rmit ity). y). Siste Si stem m dist distri ribu busi si cah cahay aya a dari dari arm armat atur ur yan yang g digu diguna naka kan. n. lnten lnt ensi sita tas s penca pencaha haya yaan an yang yang kons konsta tan n (meng (menghi hind ndar arii flicke flicker) r) Menghindari ke kesilauan.
Dengan memperhitungkan faktor refleksi yang tinggi serta menggunakan lampu dengan fluks cahaya yang tinggi, dan lain-lain, maka hal tersebut di atas akan mengurangi pemakaian energi listrik untuk sistem pencahayaan, serta ikut mengurangi pembebanan termal dari sistem pengkondisian udara ruangan yang pada akhirnya akan ikut mengurangi pemakaian energi listrik secara menyeluruh. Intensitas penerangan rata-rata diukur pada bidang kerja dalam hal ini pada bidang vertikal maupun pada bidang horizontal. Untuk bidang horizontal, pengukuran untuk bidang kerja biasanya dilakukan terhadap bidang pada ketinggian 70–90 cm di atas lantai. 2.6. 2. 6.7. 7.12 12
Sist Si stem em Pe Penc ncah ahay ayaa aan n Buat Buatan an
Prosedur •
Tent entuka ukan n intens intensita itas s penera peneranga ngan n minimu minimum m (lux) (lux) yang dire direkom komend endasi asikan kan sesua sesuaii dengan fungsi ruangan (tabel 2.27).
•
Tent entuka ukan n sumber sumber cahay cahaya a (jenis (jenis lampu lampu)) yang pali paling ng efisi efisien en (efik (efikasi asi tingg tinggi) i) sesuai sesuai dengan penggunaan termasuk renderasi warnanya.
•
Tent entuka ukan n armatu armaturr yang yang efisi efisien, en, yang yang meny menyera erap p cahaya cahaya mini minimal mal,, mempun mempunyai yai distribusi cahaya sesuai dengan rancangan yang dikehendaki dan yang memancarkan panas yang minimal ke dalam ruangan (gunakan Petunjuk Teknis Teknis Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, Direktorat Bina Teknik Teknik Departemen Pekerjaan Umum).
•
Tent entuka ukan n cara cara pemasa pemasanga ngan n armatu armaturr dan pem pemili ilihan han jen jenis, is, baha bahan n dan warn warna a permukaan ruangan (dinding, lantai, langit-langit).
•
Hitung Hit ung jum jumlah lah flu fluks ks lumi luminus nus (lux (lux)) yang yang dip diperlu erlukan kan dan jum jumlah lah lam lampu. pu.
•
Tent entuka ukan n jeni jenis s penca pencahay hayaan aan,, penca pencahay hayaan aan mer merata ata ata atau u setem setempat pat..
•
Hitung jum Hitung jumlah lah day daya a terpa terpasan sang g dan dan perik periksa sa apak apakah ah daya daya ter terpas pasang ang per m 2 tidak melampaui harga maksimum yang telah ditentukan.
•
Rancang Rancan g siste sistem m penge pengelom lompok pokkan kan peny penyala alaan an sesu sesuai ai deng dengan an letak letak luba lubang ng caha cahaya ya yang dapat memasukkan cahaya alami.
•
Rancang Rancan g sistem sistem penge pengenda ndalia lian n penyal penyalaa aan n yang dapat dapat mengi mengikut kutii atau atau meman memanfaa faatka tkan n semaksimal mungkin pencahayaan alami yang masuk ke dalam ruangan.
Bagan prosedur perhitungan sistem pencahayaan dalam hal ini perhitungan terhadap daya listrik yang digunakan, digambarkan pada Gambar 2.56.
130
Fungsi ruangan
Tentukan tingkat pencahayaan umum
Tentukan sumber cahaya yang paling efisien sesuai dengan penggunaan
Tentukan armatur yang efisien
Cara pemasangan armatur
Koefisien penggunaan (K p) harus besar
Pemeliharaan kebersihan, armatur, dan ruangan
Koefisien depresiasi (K d) harus besar
Tentukan faktor refleksi langit-langit dan dinding
E = (F/A) x Kp x Kd
Jumlah armatur dan jumlah jum lah lam lampu pu
Pengendalian pengelompokkan penyalaan
Pencahayaan pada sistem pencahayaan
Tentukan pencahayaan merata dan pencahayaan setempat
Periksa Daya yang diperlukan Watt/m2
Gambar 2.56 Prosedur perencanaan teknis pencahayaan buatan
131
Tabel 2.27 Ikhtisar Iluminasi untuk Beberapa Jenis Gedung Jenis Gedung/Ruangan PERUMAHAN, HOTEL dan FLAT Umum (Perumahan) Staircase, Koridor Portal Hotel Jalan mobil Dapur
Illuminasi (Lux) 50 - 100 30 - 50 100 10 200
Keterangan Warna cahaya ”sedang” atau ”hangat”
Efek warna di dapur sekurangnya 70
100 10 0 Kamar mandi PERKANTORAN Umum Ruang gambar Ruang sidang SEKOLAH Ruang belajar
Idem untuk berhias sekurangnya 85 300 atau lebih 500 200 200 - 300 500
Papan tulis, panggung INDUSTRI Pekerjaan Kasar Pekerjaan Sedang Pekerjaan Halus Pekerjaan amat halus Pemeriksaan warna PERTOKOAN Penerangan umum Pameran, penjualan Supermarket, umum Estalase I Estalase II
Warna cahaya ”sedang” efek warna sekurangnya 70
100 - 200 200 - 500 500 - 1.000 1.000 - 2.000 750 100 500 500 500 - 1.000 1.000 - 2.000
Warna cahaya “sedang” atau “hangat” Efek warna sekurangnya 70
Warna cahaya ”sejuk” atau ”sedang” Efek warna menurut peranan warna dalam jenis pekerjaannya Efek warna untuk pemeriksaan warna di atas 85 Warna cahaya ”sedang” Efek warna di atas 70 I. Di da daer erah ah pe peru ruma maha han n II.. Di daer II daerah ah pert pertoko okoan an Efek warna untuk etalase 85–100
RESTORAN DAN FUNCTION ROOM Meja makan Function room Kantin Bar
132
100 atau kurang 300 atau lebih 200 20 200
Warna cahaya “hangat” Efek warna di atas 70
Jenis Gedung/Ruangan
Illuminasi (Lux)
Biduanita, pemusik Dapur
200
GEDUNG PERTEMUAN UMUM Foyer
200
Auditurium Auditurium Panggung Ruang dansa Ruang pameran
100 - 200 sampai 500 50 200
50 GEDUNG KEBUDAYAAN Barang peka Barang kurang peka Perpustakaan, umum
150 200
Keterangan
Warna cahaya “sedang” atau “hangat” Efek warna di atas 70
Warna cahaya ”sejuk” atau “sedang” atau “hangat” Efek warna di atas 70, atau di atas 85
300 50
Meja baca Almari buku 100 - 200 GEDUNG IBADAH Umum Pusat perhatian
300 atau lebih 100
RUMAH SAKIT Ruang pasien Kepala tempat tidur Jaga malam Penerangan malam Lampu pemeriksaan Kori rid dor : Sia iang ng : Malam Ruang operasi, umum Meja operasi Ruang-ruang anesthetika Recovery, plaster Endoskopi, laboratorium Lampu pemeriksaan Ruang X-ray
100 5 0,1 - 0,5 300 100 5 300 10.000–20.000
Warna cahaya “sedang” atau “hangat” Efek warna di atas 70
Warna cahaya ”sejuk” atau “sedang” Efek warna di atas 85
300 300 75–100
300 LABORATORIUM
Warna cahaya “sedang” atau “hangat” Efek warna di atas 70
Warna cahaya ”sejuk” atau “sedang”
133
Jenis Gedung/Ruangan
Illuminasi (Lux)
Umum
Keterangan
500
Efek warna untuk identifikasi warna di atas 85
200
Warna cahaya ”sejuk” atau “sedang” Efek warna menurut peranan warna dalam jenis olahraganya
Identifikasi warna GEDUNG OLAH RAGA Olahraga kecekatan
1.000 atau lebih
Olah raga combat
100 - 200 300 - 500 200 200 300 - 500
Olahraga sasaran Olahraga bola Sport-hall Gymnasia Coveraga Sumber: SNI, BSN, 2000
Berikut ini disajikan format untuk perhitungan sistem pencahayaan untuk dalam ruangan dari petunjuk teknik konservasi energi bidang sistem pencahayaan, Direktorat Pengembangan Energi. PERHITUNGAN SISTEM PENCAHAYAAN UNTUK DALAM RUANGAN PROYEK: DATA RUANG:
ARMA ARM ATUR YANG DIGUNAKAN
RUANGAN: Panjang
p
Meter
Lebar
l
Meter
Tinggi
t
Meter
Ketinggian bidang kerja
tk
Meter
Jarak armatur ke bidang kerja
tb
Meter
Daya/armatur
Pa
Watt
Fluks cahaya/lampu
Fl
Lumen
Fluks cahaya/armatur
Fa
Lumen
E=
Lux
Type armatur dan lampu (lihat tabel 2.20)
TINGKAT PENCAHAYAAN YANG DIANJURKAN (LIHAT (LIH AT TABEL 2.17, 2.17 , TABEL TABEL 2.20) 2.2 0)
Indeks ruang K =
134
P×L Tb (P + L) L)
=
...... ......× × ...... ...... ......(... ......(...... ... + ......) ......)
=
...... ......
= ……
FAKTOR REFLEKSI
Warna/cat plafon
0,1 ; 0,3 ; 0,5 ; 0,8
r p
( p) p) Warna Muda ( p) p)
Warna/cat dinding
Idem
r d
= 0.8
Warna/cat biang kerja
idem
r k
KOEFISIEN PENGGUNAAN (K p) = lihat tabel PENGOTORAN
Ruang bersih
Pembersihan setelah 1 th
Kd
(Kd) :
Ruang sedang
Pembersihan setelah 1 th
Kd
0,7
(Koefisien Depresiasi)
Ruang kotor
Pembersihan setelah 1 th
Kd
0,6
Jumlah armatur yang harus dipasang N =
E×P×L Fa × K d × K d
=
0,8
0,85
...×...×... ...×...×...
135
2.7 2. 7 2.7. 2. 7.1 1
Seja Se jarah rah Pe Perk rkemb embang angan an Su Sumb mber er Cah Cahaya aya Sumb Su mber er Cah Cahay aya a deng dengan an Lem Lemak ak dan dan Min Minya yak k
Di alam semesta ini ada dua macam sumber cahaya, yaitu sumber cahaya alami dan sumber cahaya buatan. Sumber cahaya alami yang tidak pernah padam adalah matahari. Sedangkan sumber cahaya buatan pada awalnya ditemukan nenek moyang kita dulu secara tidak sengaja. Ketika melihat kilat menyambar sebatang pohon kemudian terbakar dan muncullah api. Atau semak-semak yang tiba-tiba hangus terbakar ter bakar karena panas dan menimbulkan api. Sejak itulah manusia mengenal api dan memanfaatkannya sebagai penghangat tubuh, untuk memasak dan sekaligus memberikan penerangan di malam hari. Api dapat diperole diperoleh h dengan cara menggo menggosok-gosokka sok-gosokkan n batu atau kayu kering. Bakaran kayu kering/fosil/rumput/bulu binatang kemungkinan bisa dikatakan sebagai sumber cahaya buatan manusia yang pertama, sehingga terbebas dari kegelapan malam atau rasa takut terhadap ancaman binatang buas maupun rasa dingin di malam hari.
Gambar 2.57 Membuat api dari gesekan batu
136
Gambar 2.58 Penerangan dengan api
Pembakaran kayu dapat menimbulkan cahaya namun sebagai bentuk penerangan sangat terbatas dan berbahaya karena sulit diatur. Munurut catatan sejarah dari hasil penggalian situs kuno di Peking, China, sejak 400.000 tahun yang lalu api telah dinyalakan manusia di gua-gua huniannya. Ditemukan juga pelita-pelita primitif di gua-gua di Lascaux , Perancis, yang menurut para ahli berumur 15.000 tahun. Pelita itu terbuat dari dar i batu yang dilubangi dan ada juga yang terbuat dari kerang atau tanduk binatang yang diberi sumbu dari serabut-serabut tumbuhan dan diisi dengan lemak binatang. Lampu buatan tangan manusia dengan bahan bakar minyak nabati antara lain minyak zaitun dan lemak binatang muncul di Palestina 2.000 tahun SM. Kemudian di abad 7 SM di Yunani mulai digunakan lampu gerabah yang mudah pembuatannya sehingga lebih murah dan penggunaannya pun semakin luas. Dengan merekayasa merekay asa tempat minyak lampu yang tadinya terbuka menjadi tertutup, membuat pemakainya praktis/mudah dibawa dan dipindah-pindahkan.
137
Pada abad 4 M ditemukan lilin yang digunakan sebagai pencahayaan. Lilin pada awalnya terbuat dari bahan yang dihasilkan oleh lebah madu atau dari sejenis minyak kental.
Gambar 2.59 Api lilin
Pada tahun 1860 hingga kini kekuatan sinar lilin dijadikan patokan dasar standar internasional pengukuran kekuatan cahaya (satuannya disebut candela) dari suatu lampu. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang lebih baik mengenai proses pembaharuan dan ditemukannya bahan bakar minyak dari perut bumi, sejak mulai abad ke-18 penggunaan lampu minyak mulai berkembang pesat. Lampu minyak dengan bahan bakar minyak korosin dapat digunakan sebagai sumber cahaya secara aman (tidak mudah meledak) dan murah, sehingga lampu-lampu lilin tidak terpakai lagi, kecuali untuk dekorasi atau kepentingan khusus.
Sumber : www.lamps-manufacturer.com
Gambar 2.60 Lampu minyak
138
Sumber : www.agentur-fuer-wohnen.de
Gambar 2.61 Lampu minyak dengan tekanan
2.7. 2. 7.2 2
Sumb Su mber er Ca Caha haya ya de deng ngan an Ga Gas s
Dengan penemuan gas bumi di Amerika Serikat dan Kanada menyebabkan turunnya harga gas, sehingga pemakaian pencahayaan dengan gas menjadi semakin luas. Seorang ilmuwan dari Inggris bernama William Murdock pada tahun 1820 berhasil membuat sumber cahaya dari gas.
Gambar 2.62 Lampu gas
Semula menggunakan alat pembakar yang sederhana, sederhana , dimana warna kuning daripada suluh itu sendiri menjadi sumber cahaya. Namun pada tahun-tahun berikutnya diperoleh suatu bentuk alat pembakar dengan memasukkan udara panas yang bisa diatur suhunya.
139
Bahan yang dibakar tersebut harus tahan bakar. Semakin panas suhunya semakin putih bahan tersebut dan cahayanya bertambah semakin terang. Dalam penyempurnaannya penyempurna annya bahan tahan bakar tersebut dikembangkan pula Mantel Welsbach yang berbentuk silindris atau linier l inier yang direndam dalam garam thorium atau cerium. Lampu gas ini cukup baik untuk penerangan, namun karena mengeluarkan aroma yang kurang sedap sering mengganggu kesehatan.
2.7.3
Lampu Busur
Lampu listrik yang pertama kali dibuat adalah berupa lampu busur. Lampu ini memanfaatkan sebuah busur sebagai sumber cahaya. Busur tersebut terjadi antara dua buah elektroda yang dibuat dari karbon. Lampu busur ini sangat cocok untuk penerangan jalan, karena mempunyai efisiensi dan tingkat kehandalan yang tinggi, lagipula warna cahayanya menarik untuk dilihat. Bentuk busur yang terjadi tergantung dari sumber tegangan listrik yang dipakai.
Gambar 2.63 Lampu busur
Bila dengan sumber arus searah, maka pada ujung elektroda karbon sisi positif akan membara lebih kuat, sehingga pada ujungnya akan berkurang. Sedangkan ujung elektroda sisi negatif juga membara dan menjadi tajam (seperti Gambar 2.63 (b) di depan). Bila dengan sumber arus bolak-balik, maka busur yang terjadi seperti pada Gambar 2.63 (a).
140
2.8 2. 8
Maca Ma camm-Ma Maca cam m La Lamp mpu u Li List stri rik k
Lampu busur termasuk lampu listrik, namun tidak dikembangkan karena penggunaannya terbatas (hanya cocok digunakan di luar ruangan). Untuk sementara ini berdasarkan prinsip kerjanya, lampu listrik dibedakan menjadi dua macam, yaitu lampu pijar dan lampu tabung/neon sign. Cahaya dari lampu pijar merupakan pemijaran dari filament pada bohlam. Macammacam lampu pijar merupakan GLS (General Lamp Service) yang terdiri dari: a. Bohlam Be Bening b. Bohlam Buram c. Bo Bohl hlam am Be Berb rben entu tuk k Li Lili lin n d. Lampu Ar Argenta e. Lampu Superl rlu ux f. Lampu Luster g. Lampu Halogen Sedangkan lampu tabung cahaya yang dihasilkan dihasil kan berbeda dengan filamen lampu pijar, tetapi melalui proses eksitasi gas atau uap logam yang terkandung dalam tabung lampu yang terletak di antara 2 elektroda yang bertegangan cukup tinggi. Macam-macam lampu tabung antara lain: 1. Neon Neon Si Sign gn (L (Lam ampu pu Tab abun ung) g) a. TL b. La Lam mpu He Hema matt Ene nerg rgii c. Lampu Reklame 2.
Lampu Me Merkuri a. Fluoresen b. Reflector c . Blended d. Halide
3.
Lampu Sodium a. SOX b. SON
Untuk penjelasan tiap lampu akan dibahas lebih l ebih detail pada uraian selanjutnya.
2.8.1
Lampu Pijar
Bola lampu listrik sebenarnya ditemukan pada tahun 1879 secara bersamaan antara Sir Joseph Wilson Swan dan Thomas Alva Edison. Edison. Pada tanggal 5 Februari 1879, Swan adalah orang pertama yang merancang sebuah bola lampu listrik. Dia memperagakan lampu pijar dengan filamen karbon di depan sekitar 700 orang, tepatnya di kota Newcastle Upon Tyne, Inggris.
141
Namun, ia mengalami kesulitan untuk memelihara keadaan hampa udara dalam bola lampu tersebut. Di Laboratorium Edison – Menlo Park, Edison mengatasi masalah ini, dan pada tanggal 21 Oktober 1879, ia berhasil menyalakan bola lampu dengan kawat pijar yang terbuat dari karbon yang terus menyala selama 40 jam, setelah melakukan percobaanpercobaan lebih dari 1.000 kali. Saat itu efikasi lampunya sebesar 3 lumen/watt. Gambar 2.64 Joseph Swan dan lampu percobaannya
Gambar 2.65 Edison dan lampu percobaannya
Pada tahun 1913, filamen karbon lampu Edison diganti dengan filamen tungsten atau wolfram, sehingga efikasi lampu dapat meningkat menjadi 20 lumen/ watt. Sistem ini disebut sistem pemijaran (incandescence ( incandescence). ). Pada tahun yang sama bola lampu kaca yang tadinya dibuat berupa udara, kemudian diisi dengan gas bertekanan tinggi. Pada mulanya digunakan gas nitrogen (N), setahun kemudian diganti dengan gas argon ( Ar Ar ) yang lebih stabil dan mempunyai sifat mengalirkan panas lebih rendah.
Pada riset lainnya ditemukan bahwa dengan membentuk filamen menjadi spiral, maka panas yang timbul menjadi berkurang, sehingga meningkatkan efikasi lampu. Untuk meningkatkan efikasi lampu pijar, filamennya dibuat berbentuk spiral. Dengan berkembangnya teknologi, produksi lampu pijar hingga kini masih berjalan, bahkan lampu pijar mempunyai berbagai macam tipe. Secara umum lampu pijar mempunyai cahaya berwarna kekuningan yang menimbulkan suasana hangat, romantis dan akrab, sehingga cocok digunakan pada ruang-ruang berprivasi seperti ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan toilet.
142
Lampu pijar ini mempunyai keunggulan antara lain: + Mempunyai nilai ” color rendering index ” 100% yang cahayanya tidak merubah warna asli objek; + Mem Mempuny punyai ai bentu bentuk k fisik fisik lampu lampu yang sede sederhan rhana, a, macam macam-mac -macam am bentu bentuknya knya yang menarik, praktis pemasangannya; + Har Hargan ganya ya relat relatif if lebih lebih mur murah ah serta serta muda mudah h didap didapat at di di tokotoko-tok toko; o; + Ins Instal talasi asi mur murah, ah, tid tidak ak per perlu lu per perlen lengka gkapan pan tam tambah bahan; an; + La Lamp mpu u da dapa patt la lang ngsu sung ng me meny nyal ala; a; + Ter eran angg-re redu dupn pnya ya da dapa patt dia diatu turr den denga gan n dimmer ; + Ca Caha haya yany nya a da dapa patt di difo foku kusk skan an..
Sedangkan kelemahan lampu pijar antara lain: Mempun Mem punyai yai efis efisien iensi si renda rendah, h, karen karena a energ energii yang yang dihas dihasilk ilkan an untu untuk k cahaya cahaya hany hanya a 10% dan sisanya memancar sebagai panas (400°C); Memp Me mpun unya yaii efik efikas asii rend rendah ah yai yaitu tu sek sekit itar ar 12 12 lume lumen/ n/wa watt tt;; Umurr lampu Umu lampu pij pijar ar relat relatif if pende pendek k diband dibanding ingkan kan lamp lampu u jenis jenis lain lainnya nya (sek (sekitar itar 1.00 1.000 0 jam); Sen ensi siti tiff te terh rha ada dap p te teg gan ang gan an;; Silau. Sudah lebih dari 1 abad manusia dapat menerangi kegelapan dengan lampu pijar ini yang kini telah mempunyai berbagai macam tipe pada GLS, antara l ain: a. b. c. d. e. f. g.
Bohlam Be Bening Bohlam Buram Bohl Bo hlam am Be Berb rben entu tuk k Li Lili lin n Lampu Ar Argenta Lampu Superlu lux x Lampu Lu Luster Lampu Ha Halogen
2.8. 2. 8.1. 1.1 1
Lamp La mpu u Boh Bohla lam m Ben Benin ing g Tabung gelasnya bening, tidak berlapis, ber lapis, sehingga dapat menghasilkan menghasilk an cahaya lebih tajam dibanding jenis lampu bohlam lainnya. Idealnya untuk penerangan tidak langsung, terutama dengan armatur tertutup tertut up dan lebih mementingkan cahaya terang.
Gambar 2.66 Bohlam bening
143
2.8. 2. 8.1. 1.2 2
Lamp La mpu u Boh Bohla lam m Bur Buram am
Gambar 2.67 Bohlam buram
Tabung gelasnya dibuat buram untuk menahan cahaya, sehingga tidak silau. 2.8. 2. 8.1. 1.3 3
Lamp La mpu u Berb Berben entu tuk k lili lilin n Lampu jenis ini biasanya digunakan untuk lampu hiasan atau lampu dekorasi kristal pada ruang tamu.
Gambar 2.68 Bohlam lilin
2.8 2. 8.1 .1.4 .4
Lam La mpu Arg rge ent nta a Tabung gelas bagian dalam dari lampu argenta dilapisi serbuk lembut cahaya, sehingga distribusi cahayanya merata, lembut dan tidak silau. Lampu argenta mempunyai efikasi yang sama dengan bohlam bening.
Gambar 2.69 Argenta
144
2.8 2. 8.1 .1.5 .5
Lam ampu pu Su Supe perrlu lux x Lampu superlux merupakan perpaduan lampu bohlam bening dengan lampu argenta. Tiga perempat dari tabung gelas dilapisi serbuk tembus cahaya yang dihasilkan lampu ini sebagian besar didistribusikan ke bawah.
Gambar 2.70 Superlux
2.8 2. 8.1 .1.6 .6
Lamp La mpu u Lus uste ter r Lampu ini biasanya digunakan untuk dekorasi, karena warnanya bermacam-macam, dayanya rendah dan bentuknya ada yang bulat dan ada yang berbentuk lilin.
Gambar 2.71 Luster bulat
2.8 2. 8.1 .1.7 .7
Lamp La mpu u Ha Halo loge gen n Lampu halogen dibuat untuk mengatasi masalah ukuran fisik dan struktur pada lampu pijar dalam penggunaannya sebagai lampu sorot, lampu projector, lampu projector film. Dalam bidang-bidang ini diperlukan ukuran lampu yang kecil sehingga sistem pengendalian arah dan fokus cahaya dapat dilakukan lebih presisi.
Sumber : www.electronics-online.savingshour.co.uk
Gambar 2.72 Halogen
145
Lampu halogen bekerja pada suhu 2.800°C jauh lebih tinggi dari kerja lampu pijar yang hanya 400°C, karena adanya tambahan gas halogen, seperti iodium, oleh karena itu walaupun lampu halogen termasuk jenis lampu l ampu pijar tetapi mempunyai efikasi sekitar 22 lumen/watt. Cahaya lampu halogen dapat memunculkan warna asli objek yang terkena cahaya, karena cahaya yang dihasilkan lampu halogen umumnya lebih terang dan lebih putih dibanding cahaya lampu pijar (pada daya yang sama). Lampu halogen pada umumnya ukuran fisiknya kecil, rumit pembuatannya sehingga harganya relatif lebih mahal dibanding lampu pijar dan neon. Gambar 2.73 Halogen dengan reflektor Tabel 2.28 Karakteristik Lampu Halogen
Daya (watt)
Fluks Cahaya (lumen)
300
5.000
500
9.500
Efikasi : Usia Pemakaian : Posisi Pos isi Pen Penyal yalaan aan : Kualitas Wa Warna :
146
20 lumen/watt ± 2.000 jam Lampu Lam pu dio dioper perasi asikan kan sec secara ara men mendat datar ar Baik
2.8. 2. 8.2 2
Neon Ne on Sig Sign n (Lam (Lampu pu Tab Tabun ung) g)
Menjelang akhir abad ke-19, George Claude, Claude, seorang ilmuwan Perancis malakukan percobaan-percobaan dengan membuat busur antara dua elektroda dalam sebuah pembuluh pipa vakum dengan diisi gas neon.
Sumber : alibaba.com
Gambar 2.74 Lampu tabung
Bila pada kedua elektroda dipasang tegangan yang tinggi, maka terjadi suatu c ahaya merah yang dalam. Oleh karena di dalam tabung diisi dengan gas neon, lampu tabung ini sering disebut juga lampu neon. Pengisian pada tabung dengan jenis gas-gas yang lain dapat menghasilkan beraneka warna-warni cahaya, sehingga lampu ini banyak digunakan untuk keperluan hiasan dan iklan. Perkembangan jenis lampu tabung ini terjadi sekitar tahun 1950-an, yaitu dibuatnya lampu-lampu pelepas gas merkuri dan sodium. Berbeda dengan jenis lampu pijar pijar,, lampu tabung tidak menghasilkan cahaya dari filamen pijar,, tetapi melalui proses eksilasi gas atau uap logam yang terkandung di dalam tabung pijar gelas. Warna dari cahaya yang dipancarkan bergantung pada jenis gas atau uap logam yang terkandung di dalam tabung. Beberapa contohnya sebagai berikut. Tabel 2.29 Warna Warn a Cahaya Lampu La mpu Tabung Tabung
Bahan yang Terkandung dalam Tabung
Warna Cahaya
Gas Neon
Oranye, putih, kemerahan
Gas Argon
Hijau/biru
Gas Hidrogen
Merah muda/pink
Gas Kalium
Kuning gading
Uap Logam Merkuri
Hijau, ungu, merah
Uap Logam Sodium
Kuning, oranye
147
2.8. 2. 8.2. 2.1 1
Lamp La mpu u Flu Fluor ores esen en / TL TL
Konstruksi lampu fluoresen terdiri dari tabung gelas berwarna putih susu, karena dinding bagian dalam tabung dilapisi serbuk pasphor. Bentuk tabungnya melingkar ada yang memanjang dan melingkar. Jenis lampu ini di dalam tabung gelas mengandung gas yang menguap bila dipanasi. Cara kerja lampu fluoresen sebagai berikut (perhatikan gambar a, b, dan c).
1
2 A 4
B 3
4
5 6
7
Keterangan: 1. Tabu abung ng bol bola a beri berisi si gas gas arg argon on (st (start arter) er) 2. Kont nta akk-ko kont nta ak meta metall 3. Ran ang gka kaia ian n C fi filt lter er 4. Fi Fila lame men n ta tabu bung ng/e /ele lekt ktro roda da 5. Tabung 6. Balast 7. Ka Kapa pasi sito torr ko komp mpen ensa sasi si 8. Su Sumb mber er teg tegan anga gan n arus arus bol bolak ak-b -bal alik ik
8
Gambar (a)
Padam
Padam
Gambar (b)
148
Tegangan sumber yang normal tidak akan cukup untuk mengawali pelepasan muatan elektron di antara elektroda tanpa bantuan balast dan ”starter”. Bila sumber listrik disambung, maka ada beda tegangan antara kontak-kontak bermetal A dan B. Oleh karena di dalam ”tabung” bola terdapat gas argon, maka terjadi loncatan elektron di antara kontak-kontak bermetal A dan B (timbul bunga api di dalam tabung bola antara kontak A dan B), sehingga bimetal panas dan kotak A dan B terhubung.
Dengan terhubungnya A dan B, maka tidak ada loncatan elektron pada gas argon (starter padam), sehingga suhu di dalam tabung bola dingin kembali dan bimetal kontak A dan B lepas. Pada saat inilah terjadi tegangan induksi yang tinggi dari balast dan tabung panjang mengeluarkan cahaya. Keadaan ini bisa terjadi berulang-ulang.
Padam
Menyala
Terjadinya tegangan induksi yang tinggi membuat tegangan antara kedua elektroda di dalam tabung panjang menjadi tinggi. Hal ini akan meningkatkan gerakan elektron bebas dalam tabung dan menabrak elektron gas yang lentur. Gambar 2.75 Tahapan kerja lampu fluoresen fluores en
Elektroda
Gambar 2.76 Gerakan elektron gas
Dari gambar di atas terlihat proses gerakan elektron dari katoda dengan kecepatan tinggi menabrak elektron gas, sehingga sehingg a menimbulkan radiasi cahaya. Kapasitor di antara kontak A dan B berfungsi sebagai filter, sedangkan kapasitor yang tersambung pada jala-jala berfungsi untuk memperbaiki faktor daya. Warna cahaya yang dihasilkan oleh lampu tabung tergantung tergantun g dari gas yang digunakan. Misalnya gas neon mengeluarkan cahaya oranye, putih dan kemerah-merahan. Gas hidrogen mengeluarkan cahaya pink (merah jambu). Kelebihan lampu fluoresen antara lain: + Memp Mempunyai unyai efika efikasi si lebih lebih tingg tinggii daripa daripada da lampu lampu pija pijar, r, sehin sehingga gga lebi lebih h ekonomi ekonomis s + Cah Cahaya aya yang yang dipa dipanca ncarka rkan n lebih lebih teran terang g daripa daripada da lampu lampu pija pijarr pada pada daya daya yang yang sama + Du Dura rasi si pem pemak akai aian an leb lebih ih lam lama a 8.00 8.000– 0–20 20.0 .000 00 jam jam Sedangkan kekurangannya antara lain: Memp Me mpun unya yaii CRI CRI (C (Col olor or Re Rend nder erin ing g Ind Index ex)) yang yang re rend ndah ah Efek Efe k cahaya cahaya dih dihasi asilka lkan n terhad terhadap ap obje objek k terlih terlihat at tida tidak k sepert sepertii warna warna asl asliny inya. a.
149
2.8. 2. 8.2. 2.2 2
Lamp La mpu u Hem Hemat at En Ener ergi gi Kini terdapat lampu neon jenis terbaru yang mempunyai komponen listrik yang terdiri dari balast, starter dan kapasitor kompensasi yang terpadu dalam satu kesatuan. Lampu teknologi baru ini disebut sebagai ”Compact Fluorescence” dan beberapa produsen lampu menyebutnya sebagai lampu SL dan PL. Pada dasarnya lampu hemat energi merupakan lampu fluoresen dalam bentuk mini, yang dirancang strukturnya seperti lampu GLS. Lampu ini dibuat dalam berbagai macam bentuk dan ukuran, sehingga dapat dipasang pada suatu fitting lampu pijar. Gambar di samping menunjukkan tiga jenis lampu hemat energi dari suatu produk yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Lampu hemat energi yang berbentuk lubang akan memancarkan cahaya radial. Sedangkan yang berbentuk huruf D ganda datar akan memancarkan cahaya ke arah atas dan ke bawah. Keunggulan lampu hemat energi adalah: + Pen Pengg gguna unaan an da daya ya list listrik rik leb lebih ih ef efisi isien en di diban bandi ding ng lampu GLS (sebagai contoh sebuah lampu hemat energi 8 watt akan memberikan daya keluaran yang sama dengan lampu GLS berdaya 40 watt). + Me Memp mpun unyai yai re rent ntan ang g usia usia pe pema maka kaia ian n yang yang leb lebih ih panjang, yaitu sekitar 8 kali usia pemakaian lampu GLS.
Gambar 2.77 Bentuk lampu hemat energi
Kekurangan lampu hemat energi antara lain: Untuk Unt uk meny menyala ala den dengan gan cah cahaya aya nor norma mal, l, meme memerlu rlukan kan wak waktu tu beb bebera erapa pa men menit. it. Lampu Lam pu ini ini tidak tidak dapat dapat diat diatur ur redup redup-te -teran rangny gnya a dengan dengan sake sakelar lar peng pengatu aturr (dimm (dimmer) er).. Harg Ha rgan anya ya re rela lati tiff le leb bih ma maha hal. l. 2.8. 2. 8.2 2.3
Lam La mpu Re Rekl klam ame e
Lampu reklame dirancang untuk membuat daya tarik orang. Bentuknya bisa bermacammacam, besar/kecil, berbentuk huruf atau gambar, dan cahayanya berwarna-warni. Tabung kaca dibentuk melalui proses pros es pemanasan pada suhu tertentu di tungku pemanas sehingga bisa sesuai dengan bentuk yang dikehendaki.
150
Setiap bentuk tabung, masing-masing ujungnya dipasang sebuah elektroda dan diinjeksikan suatu jenis gas tertentu untuk menghasilkan efek warna cahaya yang dikehendaki. Gas neon akan memberikan efek warna merah, gas argon memberikan cahaya warna hijau atau biru, dan gas hidrogen memberikan memberi kan efek warna cahaya merah muda. Ukuran diameter tabung ada beberapa macam dan masing-masing ukuran tabung memiliki kemampuan untuk dialiri arus listrik. Beberapa ukuran tabung yang sering digunakan antara lain seperti tabel berikut ini. Tabel 2.30 Kemampuan Tabung Tabung Dialiri Arus Ar us Listrik
Diameter Tabung (mm)
10
15
20
30
Arus Listrik (A)
25
35
60
150
Sumber : Trevor Linsley, 2004, 186
Untuk menyalakan lampu reklame, rekl ame, beberapa bentuk tabung yang telah diisi gas, masingmasing elektrodanya disambung seri, kemudian ujung satunya dan ujung lainnya disambungkan ke belitan sekunder trafo tegangan menengah. Untuk menentukan tegangan trafo dan menghitung dayanya digunakan rumus: US = UT + UE
Keterangan: US = Tegan egangan gan sekunde sekunderr trafo trafo (V) UT = Teg egang angan an tabun tabung g UE = Tega egangan ngan elek elektrod troda a
P = US ⋅ IS ⋅ cos f ⋅ (? )
Keterangan: P = Daya trafo (W) U = Tegangan sekunder trafo (V) I = Arus sekunder trafo (A) cos co s f = Fa Fakt kto or da daya ya tra rafo fo
dan
Untuk gas neon tiap pasang elektrodanya, tegangan VE = 300 V, dan setiap tabung yang berdiameter 15 mm tegangan VT = 400 V/m. Pemasangan lampu reklame diatur pada bagian 8.26 PUIL 2000. Contoh: Sebuah lampu reklame bertuliskan “SMK” yang tiap hurufnya terpisah antara satu dengan lainnya. Tabung Tabung kaca yang digunakan diameternya 15 mm dan panjang totalnya 9 m. Jika faktor daya trafo = 0,8, hitunglah tegangan belitan sekunder trafo dan daya keluarannya!
151
Karena kata “SMK” terdiri dari 3 huruf, maka diperlukan elektroda sejumlah 3 pasang dan panjang tabung 9 m. Dengan demikian persamaan tegangannya sebagai berikut. Rel Pentanah Transformator Kontak Pengaman
Saklar Lampu Neon
MCB
PHB
ZA
L N PE
Gambar 2.78 Contoh lampu reklame
152
US = = = =
UT + UE (9 m × 400 V/m V/m)) + (3 × 300 300 V) 3.60 3. 600 0 V + 900 900 V 4.500 V
Jadi lampu ini dapat disuplai dengan trafo tap tengah 4.500V, sehingga tegangannya terhadap titik pentanahan 2.250V dan sesuai dengan bagian 8.26.3.2° PUIL 2000, yaitu tegangan sekunder trafo yang ujungnya dibumikan tidak boleh melebihi 7.500V. Daya = US ⋅ IS ⋅ cos f ⋅ (? ) = 4.500 ⋅ 35 ⋅ 10 –3 ⋅ 0,8 = 126 W Dan sesuai dengan bagian 8.26.3.2b PUIL 2000, yaitu daya trafo maksimum 4.500 VA.
2.8 .8..3
Lampu Merkuri Prinsip kerja lampu merkuri sama dengan prinsip kerja lampu fluoresen, yaitu cahaya yang dipancarkan berdasarkan terjadinya loncatan elektron (peluahan muatan) di dalam tabung. Sumber: www.tlc-direct.co.uk
Gambar 2.79 Lampu merkuri
Sedangkan konstruksinya berbeda dengan lampu fluoresen. Lampu merkuri terdiri dari dua tabung, yaitu tabung dalam dari gelas kuarsa dan bohlam luar. Tabung dalam berisi uap merkuri dan sedikit gas argon. Dua elektroda utama dibelokkan pada kedua ujung tabung, dan sebuah elektroda pengasut dipasang pada posisi berdekatan dengan salah satu elektroda utama. Saat sumber listrik disambung, arus listrik yang mengaliri tidak akan cukup untuk mencapai terjadinya loncatan muatan di antara kedua elektroda utama. Namun, ionisasi terjadi diantara salah satu elektroda utama (E1) dengan elektroda pengasut (Ep) melalui gas argon. Ionisasi
gas argon ini akan menyebar didalam tabung dalam menuju elektroda utama yang lain (E2). Panas akan timbul akibat pelepasan elektron yang terjadi dalam gas argon, dan cukup untuk menguapkan merkuri. Hal ini menyebabkan tekanan gas dalam tabung meningkat tinggi. Arus mula bekerja sekitar 1,5 hingga 1,7 arus normal. Lampu akan menyala dalam waktu 5 sampai 7 menit. Cahaya awal berwarna kemerahan dan setelah kerja normal berwarna putih. Jika sumber listrik diputuskan, maka lampu tidak dapat dinyalakan kembali sampai tekanan di dalam tabung berkurang. Untuk dapat menghidupkan kembali lampu merkuri ini, perlu waktu sekitar 5 menit atau lebih. Bohlam luar dari gelas yang di sisi dalamnya dilapisi dengan bubuk fluoresen berfungsi sebagai rumah lampu dan untuk menstabilkan suhu di sekitar tabung. Karena lampu merkuri ini adalah bagian dari lampu tabung, maka untuk mengoperasikannya harus menggunakan balast sebagai pembatas arus. Biasanya balast ini berupa reaktor atau transformator, bergantung dari karakteristik lampunya. Lampu merkuri bekerja pada faktor daya yang rendah, sehingga untuk meningkatkannya diperlukan kapasitor kompensasi yang dipasang secara paralel. Ada berbagai macam jenis lampu merkuri yang ada di pasaran. Hanya saja s aja masingmasing produsen lampu merkuri memberikan nama-nama yang berbeda, sehingga menyulitkan konsumen untuk mengenal setiap jenis lampu merkuri ini.
153
Tabel berikut menujukkan berbagai jenis lampu merkuri yang diproduksi oleh pabrik yang berbeda. Tabel 2.31 Jenis Lampu Merkuri
Jenis Lampu M e rk u r i Fluoresen Reflektor Blended
Australia dan Inggris
Jepang
Amerika
Eropa
MBF MBF-R MBFT
HF HFR HFM
H/DX HR HSB
HPL-N HPLR ML
Tabel 2.32 Karakteristik Lampu Merkuri Tekanan Tinggi
Daya Lampu (watt)
Fluks Cahaya Lampu (lumen)
50 80 125 250 400 750 1.000
1.800 3.350 5.550 12.000 21.500 38.000 54.000
Efikasi : Usia Pemakaian : Posisi Pe Penyalaan : Kual Ku alit itas as Pan Pantu tula lan n War Warna: na:
38 sampai 56 lumen/watt 7.500 jam dapat di dioperasikan pa pada se segala po posisi cuku cu kup p ba baik ik
Rangkaian dasar untuk mengendalikan lampu merkuri tekanan tinggi sebagai berikut. Keterangan: L : Lampu merkuri B : Balast C : Kapasitor ko kom mpensa sasi si
B L
C L N
Gambar 2.80 Rangkaian dasar lampu merkuri tekanan tinggi
154
2.8. 2. 8.3. 3.1 1
Lamp La mpu u Me Merk rkur urii Fl Fluo uore rese sen n
Lampu ini termasuk lampu merkuri tekanan rendah. Di dalam tabung berisi merkuri dan gas argon, sedangkan di bagian dalam dilapisi serbuk fluoresen (fosfor). Fungsi serbuk fluoresen adalah untuk merubah radiasi ultra violet menjadi cahaya tampak. Gambar rangkaiannya sama persis seperti lampu tabung fluoresen, yang y ang membedakan adalah isi gas dari tabungnya. Lampu merkuri fluoresen ini mempunyai diamater tabung rata-rata 38 mm, sedangkan panjangnya bergantung dari dayanya. Berikut ini adalah tabel data lampu merkuri fluoresen. Tabel 2.33 Data Lampu Merkuri Fluoresen Fluore sen
Daya Lampu (watt)
Data Total (watt)
Fluks Cahaya (lumen)
50 80 125 250 400 700 1.000
61 93 140 268 426 737 1.044
1.800 3.300 5.800 12.500 21.250 38.250 54.200
Besarnya daya yang tertera pada lampu tidak sama dengan daya total rangkaian, disebabkan karena adanya daya yang hilang (menjadi energi panas) pada balast. Lampu merkuri fluoresen yang mempunyai efikasi 45 sampai 60 lumen/watt biasanya digunakan untuk penerangan jalan dan industri. 2.8. 2. 8.3. 3.2 2
Lamp La mpu u Me Merk rkur urii Re Refl flek ekto tor r Lampu merkuri reflektor dirancang hanya untuk penerangan ke bawah bohlam langsung menjadi reflektornya, dengan cahaya yang diarahkan ke bawah. Perbedaan lampu merkuri reflektor dengan merkuri fluoresen hanya dalam bentuk konstruksi bohlamnya saja, sedangkan rangkaian dan penggunaan ballast nya nya sama. Lampu ini mempunyai rentang usia antara 12.000 sampai 16.000 jam menyala. Bisanya digunakan pada penerangan di kawasan industri dengan ketinggian 10 sampai 20 m.
Sumber : prosrom.en.al prosrom.en.alibaba.com ibaba.com
Gambar 2.81 Merkuri reflector
155
2.8. 2. 8.3. 3.3 3
Lamp La mpu u Merk Merkur urii Blen Blende ded d Lampu ini merupakan kombinasi lampu pijar dengan lampu merkuri fluoresen, sehingga disebut lampu merkuri blended. Filamen tungsten dihubungkan seri dengan salah satu elektroda utama yang berfungsi untuk membatasi arus saat lampu bekerja.
Sumber : www.global-b2b-network.com
Gambar 2.82 Merkuri blended
Dengan demikian lampu merkuri blended ini tidak memerlukan balast lagi di luar filamen tungsten. Di samping sebagai pembatas arus, juga berfungsi untuk menghasilkan cahaya dominan infra merah.
Sedangkan yang dihasilkan lampu merkuri fluouresen cahayanya dominan ultra violet. Filamen ini akan menyerap sebagian panas yang dihasilkan lampu, sehingga berakibat mengurangi efikasi lampu dan rentang usia pemakaian. Oleh karena itu efikasinya hanya antara 12 sampai 25 lumen/watt, sedangkan rentang usianya 4.000 sampai dengan 6.000 jam menyala. Penggunaan lampu merkuri blended ini merupakan alternatif pengganti lampu pijar untuk penerangan industri dan komersil dengan efikasi dan rentang usia pemakaian yang lebih tinggi, sehingga biaya pemasangan awal yang lebih rendah. Tabel 2.34 Daya Lampu Merkuri Merk uri Blended
Daya Lampu (watt)
Data Total (watt)
Fluks Cahaya (lumen)
160 250 450 750
160 250 450 750
2.450 5.000 1.250 21.500
Besarnya daya yang tertera pada lampu sama dengan daya total rangkaian karena tidak adanya balast yang dipasang di luar. 2.8.3. 2.8 .3.4 4
Lampu Lam pu Merk Merkuri uri Hal Halide ide (Me (Metal tal Hal Halide ide Lam Lamp p) Pada prinsipnya karakterisitk elektris lampu merkuri halide sama dengan lampu merkuri fluoresen, tetapi untuk penyalaan awal (saat pengasutan) memerlukan tegangan yang lebih tinggi.
Sumber : news.thomasnet.com
Gambar 2.83 Lampu metal halide
156
Penambahan tegangan pengasutan ini diperoleh dari transformator rangkaian pengasut yang menghasilkan transien. Isi gas pada tabung seperti pada lampu merkuri fluores en, tetapi ada penambahan logam iodides (thalium, sodium, s odium, scandium, thorium, dan lainlain), sehingga menghasilkan CRI (Colour Rendering Index) lampu yang sangat baik. Di samping itu, efikasinya lebih tinggi dari lampu merkuri fluoresen yaitu 80 sampai 90 lumen/watt. Oleh karena CRI-nya sangat baik, lampu ini biasa digunakan untuk penerangan komersial, penerangan ruang pameran, penerangan lapangan bola, dan sebagainya.
2.8.4
Lampu So Sodium
Lampu sodium juga sering disebut lampu natrium. Tabung Tabung gelas lampunya berbentuk U yang tahan terhadap cairan sodium. Berdasarkan tekanan kerja pada tabung, lampu sodium dibedakan menjadi dua macam, yaitu lampu sodium tekanan rendah (SOX) dan lampu sodium tekanan tinggi (SON). Masing-masing akan dibahas pada uraian berikut ini. 2.8. 2. 8.4. 4.1 1
Lamp La mpu u Sodi Sodium um Tek Tekan anan an Ren Renda dah h Tabung busur apinya berbentuk huruf U yang terbuat dari gelas khusus yang tahan terhadap bahan kimia sodium. Tabung U ini berada didalam tabung gelas luar bening (seperti gambar di samping). Ada dua jenis lampu sodium tekanan rendah, yaitu SOX yang mempunyai sebuah pegangan lampu dan SLI/H yang mempunyai pegangan lampu dengan pin ganda pada masing-masing ujungnya. Karena dalam suhu ruangan tabung busur api mempunyai tekanan rendah, maka loncatan muatan pada uap sodium tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu pada tabung busur api ditambahkan gas neon untuk pengasutan. Pengasutan dilakukan dengan menggunakan tegangan tinggi (kira-kira dua kali tegangan antarelektroda) melalui transformator.
Sumber : www.arch.tu.ac.th
Gambar 2.84 Lampu SOX
Tegangan ini akan mengakibatkan loncatan muatan di dalam gas neon yang akan memanaskan sodium. Penguapan sodium perlu waktu 6 sampai 11 menit, sehingga lampu menyala dengan terang. Perubahan warnanya dari merah menjadi kuning terang. Jalur busur api lampu sodium tekanan rendah lebih panjang daripada jalur busur api lampu merkuri. Lampu ini memancarkan cahaya berwarna kuning terang, dan mempunyai kualitas pantulan warna yang kurang baik. Panjang gelombang cahaya lampu ini mendekati panjang gelombang cahaya di mana manusia mempunyai sensitifitas maksimum, sehingga diperoleh efikasi yang tinggi (untuk (untu k saat ini paling tinggi dibandingkan dengan jenis lampu lainnya). Penggunaan lampu ini harus dipasang secara mendatar/horizontal, kondensasi sodium terjadi secara merata sepanjang tabung U. Untuk penerangan jalan raya lampu ini cocok jika digunakan, karena efisiensinya tinggi. 157
Keuntungan lampu sodium tekanan rendah antara lain: + me memp mpun unya yaii efi efika kasi si ya yang ng ti ting nggi gi;; + leb lebih ih efi efisi sien en jik jika a diba diband ndin ing g lamp lampu u merk merkur uri; i; + dur durasi asi pem pemaka akaian iannya nya cuk cukup up lam lama a + 40. 40.000 000–60 –60.00 .000 0 jam. jam. Sedangkan kekurangannya antara lain: untu un tuk k men menya yala la pe perlu rlu wa wakt ktu u 6 sa samp mpai ai 11 men menit it;; pemasa pem asanga ngan n lam lampu pu tid tidak ak beb bebas as (ha (harus rus men mendat datar/ ar/hor horizo izonta ntal); l); kualit kua litas as pant pantula ulan n warna warnanya nya kur kurang ang bai baik, k, karen karena a warna warna cah cahaya aya yang yang dih dihasi asilka lkan n merupakan warna monokromatik dari kuning; meme me merlu rluka kan n bal balas astt unt untuk uk me mens nsta tabi bilka lkan n teg tegan anga gan. n. Tabel 2.35 Karakteristik Karakt eristik Lampu Sodium Tekanan Tekanan Rendah
Jenis Lampu SOX
SLI / H
Efikasi Usia Pemakaian SOX Posisi Pe Penyalaan SL SLI/H Posisi Penyalaan
: : : :
Kual Ku alit itas as Pan Pantu tula lan n warn warna a:
Daya Lampu (watt)
Fluks Cahaya Lampu (lumen)
35
4.300
55
7.500
90
12.500
135
21.500
140
20.000
200
25.000
200 Ho
27.500
61 sampai 160 lumen/watt 6.000 jam 4.000 ja jam l a mp u di di o p e r a s i k an se s e c ar a me men d a t a r at a t a u da da p at membentuk sudut 20° terhadap posisi mendatar sang sa ngat at je jele lek k
Rangkaian dasar untuk mengendalikan mengendalika n lampu sodium tekanan rendah sebagai berikut. Keterangan: L L : Lampu so sodium T L T : Transformator C : Kapa pasi sittor ko kom mpe pen nsa sasi si N
Gambar 2.85 Rangkaian dasar lampu sodium tekanan rendah
158
2.8.4. 2.8 .4.2 2
Lampu Lam pu Sodi Sodium um Teka Tekanan nan Tin Tinggi ggi (Na (Natri trium) um) Tabung gelas lampu sodium s odium ini berbentuk huruf U, dilengkapi dengan dua elektroda yang masingmasing mempunyai emiter. Di dalam tabung diisi dengan cairan natrium ditambah dengan gas neon dan 1% argon sebagai gas bantu.
SON
SON/T
Sumber : www.solded.com
Gambar 2.86 Lampu SON
Lampu natrium yang mempunyai gas tekanan rendah bekerja pada suhu 270°C dengan tekanan uap jenuhnya ± 1/3 atau untuk mempertahankan suhu kerja tersebut, maka tabung berbentuk U ditempatkan dalam sebuah tabung pelindung dari kaca lampu udara yang berfungsi sebagai isolasi panas.
Lampu natrium banyak di gunakan untuk penerangan ruang terbuka dan penerangan jalan raya. Tabung busur api lampu sodium s odium tekanan tinggi berisi sodium dan sejumlah kecil gas argon atau xenon untuk membantu proses pengasutan. Tabung ini terletak di dalam bohlam gas yang sangat keras dan mampu menahan proses reaksi kimia dari sodium yang bertekanan tinggi. Gambar di atas menujukkan gambar lampu l ampu sodium tekanan tinggi tipe SON dan SON/T SON/T.. Bila lampu disambung ke sumber listrik, maka penyulut elektronik 2.000 V atau lebih akan mengakibatkan loncatan muatan dalam gas asut. Ionisasi ini akan menjadikan pemanasan sodium. Setelah 5 sampai 7 menit sodium panas ini akan menguap dan lampu menyala dengan terang. Jika tekanan sodium semakin meningkat, cahaya yang dipancarkan dipancarka n akan putih keemasan. Efikasi lampu ini cukup baik, demikian juga kualitas pantulan warnanya, serta usia pemakaian yang panjang. Oleh karena itu, lampu ini banyak digunakan untuk penerangan di kawasan pabrik, lampu penerangan di area parkir,, dermaga, mercu suar di lapangan terbang, dan lain-lain. parkir Tabel 2.36 Karakteristik Lampu Sodium Tekanan Tekanan Tinggi
Jenis Lampu SON SON/T
Daya Lampu (watt)
Fluks Cahaya Lampu (lumen)
250
19.500
400
36.000
250
21.000
400
38.000
159
Efikasi : Usia Pemakaian SON : Posi Po sisi si Pe Peny nyal alaa aan n SON SON/T /T : Posisi Penyalaan : Kua uali lita tas s Pan Pantu tula lan n Wa Warn rna a:
100 sampai 120 lumen/watt 4.000 jam 6.00 6. 000 0 ja jam m Bebas cuku cu kup p
Rangkaian dasar untuk mengendalikan lampu sodium tekanan tinggi sebagai berikut. L P C N
L B
Gambar 2.87 Rangkaian dasar lampu sodium tekanan tinggi
160
Keterangan: L : Lampu sodium P : Pen eny yulu lutt ele elek ktr tro onik B : Balast C : Kap apas asit ito or ko komp mpen ensa sasi si
2.9 2. 9
Kend Ke ndal alii Lamp Lampu/ u/Be Beba ban n Lain Lainny nya a
Penerangan listrik pada suatu bangunan dengan sistem satu fasa, lampu-lampu listrik yang digunakan dikendalikan oleh sakelar. Demikian juga peralatan listrik lainnya seperti pemanas, pendingin udara, pompa air dan lain-lain. Untuk beberapa peralatan listrik seperti TV, radio, setrika listrik, kulkas, komputer dan sebagainya penyambungnya melalui stop kontak. Beberapa sakelar yang sering digunakan sebagai kendali peralatan l istrik antara lain: 1. Sa Sake kela larr ku kutu tub b tu tung ngga gall 2. Sa Sake kela larr ku kutu tub b ga gand nda a 3. Sa Sake kela larr ku kutu tub b ti tiga ga 4. Sakelar se seri 5. Sake kela larr kel kelompok 6. Sakelar tukar 7. Sakelar si silang Untuk mempermudah pengertian membaca buku ini, berikut ini ditampil kan tiga macam gambar yaitu: a. Ga Gamb mbar ar ra rang ngka kaia ian n list listri rik k b. Ga Gam mba barr pen eng gaw awat ata an c. Gambar sa saluran
161
1. Sa Sake kela larr Kutu Kutub b Tun Tungg ggal al Gambar di samping menunjukkan instalasi sakelar kutub tunggal yang mengenda mengendalikan likan sebuah lampu listrik dan sebuah stop kontak yang menggunakan arde.
L
Saluran fasa disambungkan ke ujung sakelar, dan ujung sakelar lainnya disambungkan ke beban lampu listrik dan selanjutnya disambungkan ke saluran netral.
N
a. Sakelar kutub tunggal
L N A
3
4
3
3
Untuk penyambungan stop kontak satu fasa yang terdiri tiga terminal, masingmasing disambungkan secara langsung pada saluran fasa (L), netral (N), dan arde (A).
b. Gambar pengawatan sakelar kutub tunggal
3
4 2
3 2
3 3
c. Gambar saluran sakelar kutub tunggal Gambar 2.88 Pemasangan sakelar kutub tunggal dan sebuah stop kontak
162
Sakelar kutub tunggal mempunyai satu tuas/kontak dengan dua posisi yaitu posisi sambung berarti lampu menyala dan sebaliknya lampu mati jika sakelar dalam posisi lepas.
Dari gambar b, jumlah kabel yang diperlukan dapat dihitung dan pada gambar c, jumlah kabel dinotasikan dalam angka.
2. Sa Sak kela larr Kut Kutub ub Ga Gand nda a Untuk mengendalikan beban listrik seperti pemanas pada gambar di samping menggunakan sakelar kutub ganda.
L
Sakelar kutub ganda terdiri dari 4 terminal. Dan beban pemanas listrik terdiri dari 3 terminal. Pada sakelar 2 terminal masuk masingmasing mendapatkan saluran fasa (L) dan saluran netral (N).
N
a. Gambar Gambar rangka rangkaian ian listri listrik k sakelar sakelar kutub kutub ganda
L N A
3
5
3
Sedangkan 2 terminal lainnya masingmasing disambungkan ke 2 terminal beban pemanas. Satu terminal lainnya pada bodi beban, disambungkan secara langsung ke saluran arde.
b. Gambar pengawatan sakelar kutub ganda
3
5
3 3
4
c. Gambar saluran sakelar kutub ganda Gambar 2.89 Rangkaian sakelar kutub ganda
163
3. Sa Sak kela larr Kut Kutub ub Ti Tiga ga Sakelar kutub tiga terdiri dari 3 terminal masuk dan 3 terminal keluar. Sakelar ini digunakan sebagai kendali beban tiga fasa.
L1 L2 L3
Terminal masuk dihubungkan ke jaringan tiga fasa L1, L2 dan L3, sedangkan saluran keluar disambungkan ke beban tiga fasa misalnya motor tiga fasa daya kecil.
a. Gambar rangkaian listrik sakelar kutub tiga
L1 L2 L3 N P
Pada sakelar ini terdapat 3 tuas/kontak yang dikopel, dengan dua posisi yaitu posisi lepas dan sambung. Beban motor tiga fasa yang dikendalikan sebelumnya sudah tersambung hubung Y dan ? (dalam gambar di samping dihubung Y), sehingga 3 ujung belitan lainnya disambungkan ke terminal sakelar kutub tiga. Bodi dari motor dihubungkan ke arde, sebagai pengaman/proteksi arus bocor bocor..
b. Gambar pengawatan sakelar kutub tiga
5
5 4
4 M3~
c. Gambar saluran listrik sakelar kutub tiga Gambar 2.90 Rangkaian sakelar kutub tiga
164
4. Sakelar Se Seri
L1
Sakelar seri digunakan untuk mengendalikan dua lampu listrik. Terdiri dari 3 terminal, yaitu 1 terminal masuk yang disambung ke saluran fasa (L) dan 2 terminal keluar yang masing-masing disambungkan ke lampu L1 dan lampu L2. Selanjutnya masing-masing ujung lainnya dari masing-masing lampu L1 dan L2 disambungkan ke netral (N).
L2
a. Gambar rangkaian listrik sakelar seri
L N P
3
5
4
Kondisi kedua lampu L1 dan L2 bisa dikendalikan oleh sakelar seri seperti pada tabel berikut ini. Tabel 2.37 Kondisi Lampu Sakelar Seri
3
No I
II 1
2
3
5 3
SI
S II
Kondisi L1
L2
1.
Le pa s
L ep a s
Mati
Mati
2.
Sa mb u ng
L ep a s
Nyala
Mati
3.
Sa mb u n g
S a m b u n g Nyala
Nyala
4.
Le p as
S a m b u n g Mati
N ya l a
4
b. Gambar pengawatan sakelar seri
3
Posisi Sakelar
4 2
Lampu seri biasa digunakan pada pengendalian lampu-lampu di ruang tamu dan ruang keluarga, kamar mandi dan WC, teras depan atau samping, ruanganruangan yang luas seperti ruang kelas, ruang serbaguna, aula, dan sebagainya.
3 2
c. Gambar saluran sakelar seri Gambar 2.91 Rangkaian sakelar seri
165
5. Sa Sak kela larr Ke Kelo lom mpo pok k Sakelar kelompok mengendalikan dua lampu listrik secara sec ara bergantian. Terdiri Terdiri dari 3 terminal, yaitu 1 terminal masuk yang disambung ke saluran fasa (L) dan 2 terminal keluar yang masing-masing disambungkan ke lampu L1 dan L2.
L I
II
L1
L2
Selanjutnya masing-masing ujung lainnya dari masing-masing lampu L1 dan L2 disambung ke netral (N).
N
a. Gambar Gambar rangk rangkaia aian n listrik listrik sakel sakelar ar kelompok 3
L N A
5
I
I
4
3
Kondisi kedua lampu L1 dan L2 bisa dikendalikan dikendalika n oleh sakelar kelompok seperti pada tabel berikut ini.
II
Tabel 2.38 2. 38 Kondisi Lampu Sakelar Kelompok
II I
II
No
b. Gambar Gambar pengaw pengawatan atan listri listrik k sakela sakelar r kelompok
3
5 3
4 2
3 2
c. Gambar Gambar salu saluran ran list listrik rik sake sakelar lar kelompok Gambar 2.92 Pemasangan sakelar kelompok
166
Berbeda dengan sakelar seri yang menggunakan 2 tuas/kontak, sakelar kelompok ini hanya memiliki 1 tuas/kontak. Jadi tidak ada posisi sambung semua atau lepas semua.
Posisi Sakelar SI
S II
Kondisi L1
L2
1.
Le pa s
L e pa s
Mati
Mati
2.
Sa mb u ng
L ep a s
Nyala
Mati
3.
Le p as
S a m b u n g Mati
Nyala
6.1.
Sakelar Tu Tukar Sebuah sakelar tukar tidak bisa digunakan untuk mengendalikan sebuah lampu, tetapi harus berpasangan, artinya harus dengan 2 buah sakelar tukar.
L
Gambar di samping sebuah lampu yang dikendalikan oleh dua sakelar tukar dari dua tempat yang berbeda. Kondisi lampu bisa dikendalikan seperti pada tabel berikut ini.
N
Tabel 2.39 2 .39 Kondisi Lampu Sakelar Tukar I
a. Gambar rangkaian listrik sakelar tukar
3
L N P
5
6
3
I II A
B
b. Gambar pengawatan sakelar tukar
3
5 3
6 2
3 3
No
Posisi Sakelar
Kondisi
A
B
1.
I
I
Mati
2.
II
I
Nyala
3.
II
II
Mati
4.
I
II
Nyala
Sepasang sakelar tukar biasanya digunakan pada gang/koridor yaitu sebuah sakelar tukar pada ujung gang masuk dan lainnya pada ujung gang keluar. Atau juga pada tangga dari lantai 1 ke lantai 2 dan seterusnya, dan juga pada garasi. Sakelar tukar sering disebut sebagai sakelar hotel, karena didalam hotel banyak terdapat koridor yang lampu-lampunya dikendalikan dengan sakelar tukar.
c. Gambar saluran sakelar tukar Gambar 2.93 Pemasangan sepasang sakelar tukar
167
6.2.. 6.2
Sakela Sak elarr Tuka Tukarr deng dengan an Peng Penghem hemata atan n Kabel Kabel Dengan rangkaian seperti gambar di samping jumlah kabel yang tadinya 6 menjadi 5 kabel.
L
Kondisi lampu bisa dikendalikan seperti tabel berikut. Tabel 2.40 2. 40 Kondisi Lampu Sakelar Tukar II N
No.. No
a. Gambar rangkaian listriknya
3
L N P
5
3
I II
b. Gambar pengawatannya
3
5 3
5 2
3 3
c. Gambar salurannya Gambar 2.94 Pemasangan sepasang sakelar tukar dengan penghantar kabel
168
Posisi Sakelar
Kondisi
A
B
1.
I
I
Mati
2.
II
I
Nyala
3.
II
II
Mati
4.
I
II
Nyala
7. Sakelar Si Silang Dalam penggunaannya sakelar silang selalu dilengkapi dengan sepasang (dua buah) sakelar tukar untuk mengendalikan sebuah lampu.
L
N
a. Gambar rangkaian listrik sakelar silang 3
L N A
5
5
4
3
Bila dikehendaki perluasan/penambahan, tempat kendali lampu tinggal menambahkan sejumlah sakelar silang saja, yang disambung secara serial di antara sakelarsakelar silang dengan ujung awal dan ujung akhir yang merupakan pasangan sakelar tukar tukar.. Kondisi lampu bisa dikendalikan seperti pada tabel sebagai berikut. Tabel 2.41 2 .41 Kondisi Lampu Sakelar Silang
I
No
II A
B
C
b. Gambar pengawatan sakelar silang
3
5 3
5 4
4 3
3 2
c. Gambar saluran sakelar silang Gambar 2.95 Pemasangan sakelar silang dengan sepasang sakelar tukar
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Posisi Sakelar
Kondisi
A
B
C
L
I II II II I I II I
I I II II II II I I
I I I II I II II II
Mati Nyala Mati Nyala Mati Nyala Mati Nyala
Penggunaan sakelar-sakelar silang dan sepasang sakelar tukar ini biasa digunakan untuk mengendalikan lampu dari banyak tempat/posisi, seperti ruang tengah, masjid dengan kendali lampu pada pintupintu depan, samping kiri dan samping kanan. Pada koridor yang panjang, penerangan lampunya juga sering menggunakan sakelar-sakelar ini.
169
Macam-Macam Sakelar
Gambar 2.96 Macam-macam sakelar lampu
170
2.10 2.1 0
Peranc Per ancang angan an dan dan Pemasa Pemasang ngan an Pipa Pipa pada pada Inst Instala alasi si List Listrik rik
Sebelum pemasangan instalasi listrik, terlebih terl ebih dahulu diperlukan data teknis bangunan/ objek yang akan dipasang, misalnya dinding dibuat dari papan kayu/bata merah; batako/ asbes atau lainnya, dan langit-langit berupa ber upa plafon atau beton dan sebagainya. Dengan demikian dalam perancangan instalasi dapat ditentukan jenis penghantar yang akan digunakan. Jika yang digunakan penghantar NYA, maka harus menggunakan pelindung pipa, sedangkan untuk jenis lain misalnya NYM atau NYY tidak diharuskan, tetapi jika menggunakan pipa akan diperoleh bentuk yang lebih baik dan r api. Penggunaan pipa pada instalasi listrik dapat dipasang didalam tembok/beton maupun di luar dinding/pada permukaan papan kayu, sehingga terlihat rapi. Pemasangan didalam tembok sangat bermanfaat di samping sebagai pelindung penghantar juga saat dilakukan penggantian penghantar di kemudian hari akan mudah dan efisien. Pengerjaan pipa ini meliputi memotong, membengkok dan menyambung. Jenis Pipa Pelindung Untuk sementara ini jenis pipa yang digunakan pada instalasi listrik ada tiga macam, yaitu: 1. Pipa union 2. Pi Pipa pa pa para ralo lon n ata atau u PV PVC 3. Pipa fl fleksibel
2.10.1
Pipa Union
Gambar 2.97 Pipa union
Pipa union adalah pipa dari bahan plat besi yang diproduksi tanpa menggunakan las dan biasanya diberi cat meni berwarna merah. Pipa union dalam pengerjaannya mudah dibengkok dengan alat pembengkok dan mudah dipotong dengan gergaji besi.
171
Jika lokasi pemasangannya mudah dijangkau tangan, maka harus dihubungkan dengan pentanahan, kecuali bila digunakan untuk menyelubungi kawat pentanahan (arde). Umumnya dipasang pada tempat yang kering, karena untuk menghindari terjadi korosi atau karat.
2.1 2. 10.2
Pip ipa a Pa Para ralo lon/ n/PV PVC C
Gambar 2.98 Pipa paralon/PVC
Pipa ini dibuat dari bahan paralon/PVC. Jika dibandingkan dengan pipa union, keuntungan pipa PVC adalah lebih ringan, lebih mudah pengerjaannya (dengan pemanasan) dan merupakan bahan isolasi, sehingga tidak akan mengakibatkan hubung singkat antarpenghantar.. Di samping itu penggunaannya sangat cocok untuk daerah lembap, antarpenghantar karena tidak menimbulkan korosi. Namun demikian, pipa PVC memiliki kelemahan yaitu tidak tahan digunakan pada temperatur kerja di atas 60°C.
172
2.10.3
Pipa Fle Fleksibel
Gambar 2.99 Pipa fleksibel
Pipa fleksibel dibuat dari potongan logam/PVC pendek yang disambung sedemikian rupa sehingga mudah diatur dan lentur. Pipa ini biasa digunakan sebagai pelindung kabel yang berasal dari dak standar ke APP APP,, atau juga digunakan sebagai pelindung penghantar instalasi tenaga yang menggunakan motor listrik, misalnya mesin press, mesin bubut, mesin skraf, dan lain-lain.
2.10 2. 10.4 .4
Tul ule/ e/Se Selu lubu bung ng Pi Pipa pa
Gambar 2.100 Tule
Pipa untuk instalasi listrik (khususnya union) pada bagian ujung pipa terdapat bagian yang tajam akibat bekas pemotongan dari pabrik maupun pada pelaksanaan pekerjaan. Agar tidak tidak merusak kabel maka bagian yang tajam tajam ini harus diratakan/dihaluskan diratakan/dihaluskan dan perlu waktu yang cukup lama. l ama. Untuk mengantisipasi masalah ini cukup dipasang tule pada bagian ujung pipa yang tajam tadi.
173
2.10.5
Kle lem m/S /Se engkang
Gambar 2.101 Klem
Klem atau sering disebut juga sengkang adalah komponen untuk menahan pipa yang dipasang pada dinding tembok atau dinding kayu atau pada plafon. Klem dibuat dari bahan besi atau PVC dan mempunyai ukuran yang sesuai dengan pipa yang digunakan. Pemasangannya dengan menggunakan sekrup kayu.
2.10 2. 10.6 .6
Samb Sa mbun unga gan n Pip Pipa a (So (Sock ck))
Gambar 2.102 Sambungan pipa
Pada pekerjaan instalasi dengan menggunakan pipa, sering diperlukan sambungan untuk menyesuaikan posisi. Sambungan pipa yang lurus disebut juga sock, dibuat dari bahan pelat atau PVC. Penyambung pipa lurus ini banyak tersedia di pasaran dengan berbagai macam ukuran dan bentuk sesuai dengan ukuran pipanya.
174
2.10.7
Sambungan Sik Siku
Gambar 2.103 Sambungan siku
Selain sambungan pipa lurus, kadang kala dalam pekerjaan instalasi diperlukan juga sambungan siku, pada posisi yang berbelok. Penggunaan sambungan siku ini akan memudahkan dan mempercepat pekerjaan, jika dibanding harus melakukan pekerjaan membengkok pipa sendiri, dan hasilnya pun akan lebih baik. Seperti sambungan pipa lurus, penyambung pipa siku ini terbuat dari bahan pelat maupun PVC. Di pasaran tersedia dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan ukuran pipanya. Namun karena kondisi, adakalanya dalam keadaan terpaksa atau darurat, kita harus membuat lengkungan sendiri dengan cara membengkokkan pipa (seperti gambar di samping).
2.1 .10 0.8
Kotak Sa Sambung
Gambar 2.104 Kotak sambung cabang tiga
175
Menurut peraturan, penyambungan kawat tidak boleh dilakukan di dalam pipa. Oleh karena itu untuk pemasangan sakelar/stop kontak, menyambung kawat atau untuk percabangan saluran diperlukan kotak sambung. Bentuk kotak sambung ada empat macam, sesuai dengan keperluan sambungan yaitu: •
Kotak sambu Kotak sambung ng caba cabang ng satu satu unt untuk uk tempa tempatt penya penyambu mbunga ngan n kawat kawat den dengan gan sak sakela elar r atau stop kontak
•
Kota Ko tak k sam sambu bung ng ca caba bang ng du dua a unt untuk uk sa samb mbun unga gan n lur lurus us
•
Kota Ko tak k samb sambun ung g caba cabang ng tig tiga a untu untuk k sambu sambung ngan an per perca caba bang ngan an
•
Kotak Kot ak samb sambung ung cab cabang ang emp empat at unt untuk uk sam sambun bungan gan cro cross/c ss/caba abang ng em empat pat
176
2.11 2.1 .11 1.1
Sist stem em Pen enttan anah ahan an Pend Pe nda ahul ulua uan n
Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistem-sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan. Namun setelah sistem-sistem tenaga listrik berkembang semakin besar dengan tegangan yang semakin tinggi dan jarak jangkauan semakin jauh, baru diperlukan sistem pentanahan. Kalau tidak, hal ini bisa menimbulkan potensi bahaya listrik yang sangat tinggi, baik bagi manusia, peralatan dan sistem pelayanannya sendiri. Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang y ang menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan komponen-komponen komponen-komponen instalasi dari bahaya tegangan/arus abnormal. Oleh karena itu, sistem pentanahan menjadi bagian esensial dari sistem tenaga listrik. Pentanahan tidak terbatas pada sistem tenaga saja, namun mencakup juga sistem peralatan elektronik, seperti telekomunikasi, komputer, kontrol di mana diterapkan komunikasi data secara intensif dan sangat peka terhadap interferensi gelombang elektromagnet dari luar. Pentanahan di sini lebih dititikberatkan pada keterjaminan sinyal dan pemrosesannya. Oleh karena itu, secara umum, tujuan sistem pentanahan adalah: 1. men menjam jamin in keselam keselamatan atan orang orang dari dari sengata sengatan n listrik listrik baik baik dalam keada keadaan an normal normal atau atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan langkah; 2. men menjam jamin in kerj kerja a perala peralatan tan list listrik rik/el /elekt ektron ronik; ik; 3. men menceg cegah ah kerus kerusaka akan n perala peralatan tan list listrik rik/el /elekt ektron ronik; ik; 4. men menyalu yalurka rkan n ener energi gi ser serang angan an pet petir ir ke tana tanah; h; 5. men menstabi stabilkan lkan tegang tegangan an dan mempe memperkeci rkecill kemungkin kemungkinan an terjadi terjadinya nya flashov flashover er ketika ketika terjadi transient; 6. meng mengalihka alihkan n energi energi RF liar liar dari dari peralatanperalatan-perala peralatan tan seperti seperti:: audio, audio, video, video, kontrol, kontrol, dan komputer. Sistem pentanahan yang dibahas pada bagian ini adalah sistem pentanahan titik netral sistem dan pentanahan peralatan. Di samping itu, juga akan dibahas elektroda pentanahan serta tahanan pentanahannya pentanahannya..
2.1 2. 11. 1.2 2
Pent Pe ntan anah ahan an Ne Netr tral al Si Sist stem em
Pentanahan titik netral dari sistem tenaga merupakan suatu keharusan pada saat ini, karena sistem sudah demikian besar dengan jangkauan yang luas dan tegangan yang tinggi. Pentanahan titik netral ini dilakukan pada alternator pembangkit listrik dan transformator daya pada gardu-gardu induk dan gardu-gardu distribusi.
177
Ada bermaca bermacam-macam m-macam pentanah pentanahan an sistem. Antara satu dan lainnya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing. Bahasan berikut ini tidak dimaksudkan membahas kekurangan dan kelebihan metode tersebut, namun lebih menitikberatkan pada macammacam pentanahan titik netral yang umum digunakan. Jenis pentanahan sistem akan menentukan skema proteksinya. Oleh karena itu, jenis pentanahan ini sangat penting diketahui. Ada lima macam skema pentanahan pentanahan netral sistem daya, daya, yaitu: 1.
TN (Terra Neutral ) System System,, terdiri dari 3 jenis skema, yaitu: a. TN-C, b. TN-C-S, dan c . TN-S.
2.
TT (Terra Terra) Terra)
3.
IT (Impedance Terra) Terra)
(Terra (T erra = bahasa Perancis yang berarti bumi atau tanah)
TN-C (Terra (Terra Neutral-Combined ): ): Saluran Tanah dan Netral-Disatukan Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman disatukan pada sistem secara keseluruhan. Semua bagian sistem mempunyai saluran PEN yang merupakan kombinasi antara saluran N dan PE. Di sini seluruh bagian sistem mempunyai saluran PEN yang sama. L1 L2 L3 PEN PE N
R B
Gambar 2.105 Saluran tanah dan netral disatukan (TN-C)
TN-C-S (Terr ( Terra a Neutral-Combined-Separated ): ): Saluran Tanah dan Netral Disatukan dan Dipisah Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman dijadikan menjadi satu saluran pada sebagian sistem dan terpisah pada sebagian sistem yang lain. Di sini terlihat bahwa bagian sistem 1 dan 2 mempunyai satu hantaran PEN ( combined ). ). Sedangkan pada bagian sistem 3 menggunakan dua hantaran, N dan PE secara terpisah (separated (separated ). ).
178
L1 L2 L3 N PE
R B 1
2
3
Gambar 2.106 Saluran tanah dan netral disatukan pada sebagian sistem (TN-C-S)
TN-S (Terra (Terra Neutral-Separated ): ): Saluran Tanah dan Netral-Dipisah Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman terdapat pada sistem secara keseluruhan. Jadi semua sistem mempunyai dua saluran N dan PE secara tersendiri (separated ( separated ). ). L1 L2 L3 N PE
R B
Gambar 2.107 Saluran tanah dan netral dipisah (TN-S)
TT (Terra ( Terra Terra) Terra) System System:: Saluran Tanah dan Tanah Sistem yang titik netralnya disambung langsung ke tanah, namun bagian-bagian instalasi yang konduktif disambungkan ke elektroda pentanahan yang berbeda (berdiri sendiri). Dari gambar berikut ini terlihat bahwa pentanahan peralatan dilakukan melalui sistem pentanahan yang berbeda dengan pentanahan titik netral.
179
L1 L2 L3 N
PE
R B
R A
Gambar 2.108 Saluran tanah sistem dan saluran bagian sistem terpisah ( TT)
IT (Impedance (Impedance Terra) Terra) System System:: Saluran Tanah melalui Impedansi Sistem rangkaian tidak mempunyai hubungan langsung ke tanah namun melalui suatu impedansi, sedangkan bagian konduktif instalasi dihubungkan langsung ke elektroda pentanahan secara terpisah. Sistem ini juga disebut sistem pentanahan impedansi. Ada beberapa jenis sambungan titik netral secara tidak langsung ini, yaitu melalui reaktansi, tahanan tahana n dan kumparan petersen. Antara ketiga jenis media sambungan ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun, secara teknis jenis sambungan kumparan petersen yang mempunyai kinerja terbaik. Permasalahannya adalah harganya yang mahal. L1 L2 L3 N
Impedance
R B
PE
R A
Gambar 2.109 Saluran tanah melalui impedansi (IT)
2.1 2. 11. 1.3 3
Pent Pe ntan anah ahan an Per Peral alat atan an
Pentanahan peralatan sistem pentanahan netral pengaman (PNP) adalah tindakan pengamanan dengan cara menghubungkan badan peralatan/instalasi yang diproteksi dengan hantaran netral yang ditanahkan sedemikian rupa sehingga apabila terjadi kegagalan isolasi tidak terjadi tegangan sentuh yang tinggi sampai bekerjanya alat pengaman arus lebih. Pentanahan ini berbeda dengan pentanahan sistem seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Yang Yang dimaksud bagian dari peralatan ini adalah
180
bagian-bagian mesin yang secara normal tidak dilalui arus listrik namun dalam kondisi abnormal dimungkinkan dilalui arus listrik. Sebagai contoh adalah bagian-bagian mesin atau alat yang terbuat dari logam (penghantar listrik), seperti kerangka dan rumah mesin listrik, dan panel listrik. Selain tegangan sentuh tidak langsung ada dua potensi bahaya sengatan listrik yang dapat diamankan melalui pentanahan ini, yaitu tegangan langkah dan tegangan eksposur .
Tegangan Sentuh Tidak Langsung Tegangan sentuh tidak langsung adalah tegangan pada bagian alat/instalasi yang secara normal tidak dilalui arus namun akibat kegagalan isolasi pada peralatan/ instalasi, pada bagian-bagian tersebut mempunyai tegangan terhadap tanah (Gambar 2.100). Bila tidak ada pentanahan maka tegangan sentuh tersebut sama tingginya dengan tegangan kerja alat/instalasi. alat/instalas i. Hal ini, sudah tentu membahayakan manusia yang mengoperasikannya atau yang ada di sekitar tempat itu. Selama alat pengaman arus lebih tidak bekerja memutuskan rangkaian, keadaan ini akan tetap bertahan. Namun dengan adanya pentanahan secara baik, kemungkinan tegangan sentuh selama terjadi gangguan dibatasi pada tingkat aman (maksimum 50 V untuk ac). 200 A
200 A
L
L Arus bocor
Arus Bocor
N
N
E
E
0,1 ohm
Saluran pentanahan
Gambar 2.110 Tegangan Tegangan sentuh sent uh tidak langsung langsu ng
Dalam gambar ini terlihat jelas perbedaan antara sebelum dan setelah ada pentanahan pada alat yang terbungkus dengan bahan yang terbuat dari logam (penghantar). Pada keadaan sebelum diketanahkan, bila terjadi arus gangguan (arus bocor), maka selungkup alat mempunyai tegangan terhadap tanah sama dengan tegangan sumber (tegangan (t egangan antara L-N). L-N) . Tegangan Tegangan ini sudah tentu sangat membahayakan operator atau orang yang menyentuh selungkup alat tersebut dan pengaman arus beban lebih tidak bekerja memutuskan aliran bila tidak melampaui batas kerjanya. Sehingga kalau pun terjadi sengatan sen gatan pada manusia alat pengaman ini masih belum akan bekerja karena arus listrik lis trik yang mengalir ke tubuh tidak cukup besar untuk bekerjanya pengaman akibat dari adanya tahanan tubuh yang relatif besar.. Sedangkan, pada keadaan setelah dilakukan pentanahan, maka bila terjadi besar arus gangguan, karena tahanan pentanahan sangat kecil (persyaratan), maka akan mengalir arus gangguan yang sangat besar sehingga membuat bekerjanya
181
pengaman arus lebih, yaitu dengan memutuskan peralatan dari sumber listrik. Dalam waktu terjadinya arus gangguan ini, dan dengan tahanan pentanahannya sangat rendah, tegangan sentuh dapat dibatasi pada batas amannya.
Tegangan langkah Tegangan langkah adalah tegangan yang terjadi akibat aliran arus gangguan yang melewati tanah. Arus gangguan ini relatif besar dan bila mengalir dari tempat terjadinya gangguan kembali ke sumber (titik netral) netral ) melalui tanah yang mempunyai tahanan relatif besar maka tegangan di permukaan tanah akan menjadi tinggi. Gambar 2.101 mengilustrasikan tegangan ini. Bila kita perhatikan Gambar 2.101 (a), satu tangan memegang dudukan lampu dan tangan satunya lagi memegang keran air. Antara keran air dan dudukan lampu dalam keadaan normal tidak bertegangan. ber tegangan. Tetapi Tetapi ketika terjadi gangguan ke tanah, arus mengalir kembali ke sumber melalui pentanahan RA dan RB. Adanya aliran arus gangguan ini menimbulkan tegangan antara letak gangguan dan RA sebesar VF dan antara keran air dan dudukan lampu sebesar sebes ar VB. Besar kedua tegangan ini ditentukan oleh besar arus gangguan dan tahanan pentanahannya. Semakin besar arus dan tahanan akan semakin besar pula tegangan sentuhnya. Besar tegangan ini harus dibatasi dalam batas aman begitu juga lama waktu terjadinya tegangan harus dibatasi sependek mungkin. Lama waktu terjadinya tegangan ini dibatasi oleh waktu kerja alat pengaman arus lebih. 3/N, 50Hz, 380/220 V
L1 L2 L3 N
Letak gangguan
10 m
20 m V S V S
R B R A
V B V F
a)
V E
VS
Jarak Tegangan langkah
VE
Tegangan tanah
b)
Gambar 2.111 2.111 Tegangan Tegangan sentuh sent uh dan tegangan tegan gan langkah
182
International Electrotechnical Commission (IEC) merekomendasikan besar dan lama tegangan sentuh maksimum yang diperbolehkan seperti dalam tabel berikut ini. Tabel 2.42 Besar Tegangan Sentuh dan Waktu Pemutusan Maksimum
Teg egan anga gan n Sent Sentuh uh RMS RMS Ma Maks ksim imum um (V)
Wak aktu tu Pe Pemu mutu tusa san n Ma Maks ksim imum um (Detik)
< 50 50 75 90 110 150 220 280
~ 5,0 1,0 0,5 0,2 0,1 0,05 0,03
Berdasarkan tabel ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tegangan sentuh semakin pendek waktu pemutusan yang dipersyaratkan bagi alat pengamannya (proteksinya). Untuk tegangan sentuh kurang dari 50 V AC tidak ada persyaratan waktu pemutusannya, yang berarti bahwa tegangan itu diperkenankan sebagai tegangan permanen. Untuk dapat memenuhi persayaratan tersebut maka tahanan pentanahan sebesar : 50
RB < kI (O) n di mana: In = aru arus s nomi nominal nal ala alatt peng pengama aman n arus arus leb lebih ih (A) k = bil bilang angan an yan yang g terg tergant antung ung pad pada a kara karakte kteris ristik tik ala alatt peng pengama aman n = 2,5 2,5–5 –5 untuk untuk peng pengama aman n lebur lebur (seke (sekerin ring) g) = 1,2 1,25–3 5–3,5 ,5 untuk untuk peng pengama aman n jenis jenis lainny lainnya a Bila terjadi gangguan tanah seperti yang digambarkan pada Gambar 2.101 (b), di mana ada salah satu saluran fasa putus dan menyentuh tanah, maka akan terjadi tegangan eksposur eksp osur dengan gradien seperti seper ti ditunjukkan oleh ole h gambar. Tegangan ini ditimbulkan oleh adanya arus gangguan tanah yang besar yang mengalir melalui tanah untuk kembali lagi ke sumber sumber.. Gradien tegangan semakin menurun dengan semakin jauhnya jarak dari letak gangguan. Tegangan Tegangan ini sangat membahayakan orang yang ada di atas tanah/lantai sekitar terjadinya terjadi nya gangguan tersebut walaupun yang bersangkutan tidak menyentuh bagian-bagian mesin. Tegangan ini adalah tegangan antarkaki dan karena itulah kemudian disebut tegangan langkah. Tegangan langkah harus dibatasi serendah mungkin dan dalam waktu yang sependekpendeknya. Besar tegangan langkah diminimalisir dengan sistem pentanahan sedangkan waktu pemutusannya dilakukan dengan peralatan pengaman.
183
Tegangan Eksposur Ketika terjadi gangguan tanah dengan arus yang besar akan memungkinkan timbulnya beda potensial antara bagian-bagian yang dilalui dilal ui arus dan antara bagianbagian yang tidak dilalui arus terhadap tanah yang disebut tegangan eksposur. Tegangan ini bisa menimbulkan menimb ulkan busur busu r tanah (grounding ( grounding arc ) yang memungkinkan terjadinya kebakaran atau ledakan. Arus gangguan tanah di atas 5 A cenderung tidak dapat padam sendiri sehingga menimbulkan potensi kebakaran dan ledakan. Dengan sistem pentanahan ini membuat potensial semua bagian struktur, peralatan dan permukaan tanah menjadi sama (uniform ( uniform)) sehingga mencegah terjadinya loncatan listrik dari bagian peralatan ke tanah. Yang Yang tidak kalah pentingnya adalah ketika terjadi gangguan tanah, tegangan fasa yang mengalami gangguan akan menurun. Penurunan tegangan ini sangat mengganggu kinerja peralatan yang sedang dioperasikan. Kejadian ini pula bisa mengganggu kerja paralel generatorgenerator sehingga secara keseluruhan akan mengganggu kinerja sistem tenaga. Rural Electrification Administration (REA), AS, merekomendasi tegangan langkah dan waktu pemutusan maksimum yang diperbolehkan seperti tabel berikut ini. Tabel 2.43 2 .43 Tegangan Langkah dan Waktu Pemutusan Gangguan Maksimum Maksimum yang Diizinkan
Lama Gangguan t
Tegangan Langkah yang Diizinkan
(detik)
(V)
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 1,0 2,0 3,0
7.000 4.950 4.040 3.500 3.140 2.216 1.560 1.280
Jadi secara singkat, pentanahan peralatan ini dimaksudkan untuk: • mengam men gamank ankan an manu manusia sia dari dari sen sengat gatan an listr listrik ik baik baik dari dari tega teganga ngan n sentuh sentuh mau maupun pun tegangan langkah; • mence me ncegah gah tim timbu bulny lnya a kebaka kebakaran ran atau atau leda ledakan kan pad pada a bangu bangunan nan akib akibat at busur busur api api ketika terjadi gangguan tanah; • mem emp per erba baiiki ki kine nerj rja a si sist ste em.
184
2.11.4 2.1 1.4
Elektr Ele ktroda oda Pent Pentana anahan han dan dan Taha Tahanan nan Pent Pentana anahan han
Tahanan pentanahan harus sekecil mungkin untuk menghindari bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh adanya arus gangguan tanah. Hantaran netral harus diketanahkan di dekat sumber listrik atau transformator, pada saluran udara setiap 200 m dan di setiap konsumen. Tahanan Tahanan pentanahan satu elektroda di dekat sumber listrik, transformator atau jaringan saluran udara dengan jarak 200 m maksimum adalah 10 ohm dan tahanan pentanahan dalam suatu sistem tidak boleh lebih dari 5 ohm. Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa tahanan pentanahan diharapkan bisa sekecil mungkin. Namun dalam prakteknya tidaklah selalu mudah untuk mendapatkannya karena banyak faktor yang mempengaruhi tahanan pentanahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar tahanan pentanahan adalah: •
Bentuk elektroda. Ada be berma rmaca camm-mac macam am ben bentuk tuk el elek ektr troda oda ya yang ng ban banya yak k digunakan, seperti jenis batang, pita dan pelat.
•
Jenis bahan dan ukuran elektroda. Sebagai konsekuensi peletakannya di dalam tanah, maka elektroda dipilih dari bahan-bahan tertentu yang y ang memiliki konduktivitas sangat baik dan tahan terhadap sifat-sifat yang merusak dari tanah, seperti korosi. Ukuran elektroda dipilih yang mempunyai kontak paling efektif dengan tanah.
•
Jumlah/konfigurasi elektroda. Untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang dikehendaki dan bila tidak cukup dengan satu elektroda, elektr oda, bisa digunakan lebih banyak elektroda dengan bermacam-macam konfigurasi pemancangannya di dalam tanah.
•
Kedalaman pemancangan/penanaman di dalam tanah. Pemancangan ini tergantung dari jenis dan sifat-sifat tanah. Ada yang lebih efektif ditanam secara dalam, namun ada pula yang cukup ditanam secara dangkal.
•
Faktor-faktor alam. Jenis tanah: tanah : tanah gembur gembur,, berpasir, berbatu, dan lain-lain; moisture tanah tanah:: semakin tinggi kelembapan atau kandungan air dalam tanah akan memperendah tahanan jenis tanah; kandungan mineral tanah: tanah : air tanpa kandungan garam adalah isolator yang baik dan semakin tinggi kandungan garam akan memperendah tahanan jenis tanah, namun meningkatkan korosi; dan suhu tanah: suhu akan berpengaruh bila mencapai suhu beku dan di bawahnya. Untuk wilayah tropis seperti Indonesia tidak ada masalah dengan suhu karena suhu tanah ada di atas titik beku.
2.1 2. 11. 1.5 5
Jeni Je niss-Je Jeni nis s Elektr Elektrod oda a Pentan Pentanah ahan an
Pada prinsipnya jenis elektroda dipilih yang mempuntai kontak sangat baik terhadap tanah. Berikut ini akan dibahas jenis-jenis elektroda pentanahan dan rumus-rumus perhitungan tahanan pentanahannya.
185
Elektroda Batang (Rod) Elektroda batang ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil yang dipancangkan ke dalam tanah. Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini. Elektroda ini banyak digunakan di gardu induk-gardu induk. Secara teknis, elektroda batang ini mudah pemasangannya, yaitu tinggal memancangkannya ke dalam tanah. Di samping itu, elektroda ini tidak memerlukan lahan yang luas. Kotak kontrol
Contoh rumus tahanan pentanahan untuk elektroda batang–tunggal: ρ
R G = R R = 2πL R
4LR ln − 1 AR
di mana:
Batang
RG = ta taha hana nan n pent pentan anah ahan an (oh (ohm) m) R R = tahana tahanan n pen pentan tanaha ahan n un untuk tuk batang tunggal (ohm) r = t a h a n a n j e ni s t a n a h ( oh m meter) L R = pa panj njan ang g elek elektr trod oda a (met (meter er)) AR = di diam amet eter er elek elektr trod oda a (mete (meter) r)
Gambar 2.112 2.112 Elektroda batang bat ang
Elektroda Pita Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk pita atau berpenampang bulat atau hantaran pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal. Kalau pada elektroda jenis batang, pada umumnya ditanam secara dalam. Pemancangan ini akan bermasalah apabila mendapati lapisan-lapisan tanah yang berbatu. Di samping sulit pemancangannya, untuk mendapatkan nilai tahanan yang rendah juga bermasalah. Ternyata sebagai pengganti pemancangan secara vertikal ke dalam tanah, dapat dilakukan dengan menanam batang hantaran secara mendatar (horizontal) dan dangkal.
186
Kotak kontrol
Di samping kesederhanaannya itu, ternyata tahanan pentanahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh bentuk konfigurasi elektrodanya, seperti dalam bentuk melingkar, radial atau kombinasi antarkeduanya.
Elektroda pita
Contoh rumus pentanahan:
perhitungan
R G = R W = πL ln W ρ
2LW dW ZW
+
tahanan
− 5, 6
1, 4LW AW
di mana: RW = Tahanan dengan kisi-kisi (grid) kawat (ohm) ahanan nan jeni jenis s tanah tanah (ohmm (ohmmete eter) r) ρ = Taha LW = Pa Panj njan ang g tota totall grid grid kawa kawatt (m) (m) dW = di diam amet eter er ka kawa watt (m) (m) ZW = ke keda dala lama mam m pena penana nama man n (m) (m) AW = lua luasan san yan yang g dica dicakup kup ole oleh h grid grid (m2) Gambar 2.113 2.113 Elektroda pita dalam beberapa konfigurasi
Elektroda Pelat Elektroda pelat ialah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang) atau dari kawat kasa. Pada umumnya elektroda ini ditanam dalam. Elektroda ini digunakan bila diinginkan tahanan pentanahan yang kecil dan sulit diperoleh dengan menggunakan jenis-jenis elektroda yang lain. Kotak kontrol
Contoh rumus perhitungan tahanan pentanahan elektroda pelat tunggal: di mana: ρ
Pelat tembaga
Gambar 2.114 Elektroda pelat
R G = R p = 2πLW RP = ρ = LP = WP = TP =
8W p ln 0, 5 Wp + T P
− 1
Taha ahanan nan pent pentana anahan han pela pelatt (ohm) (ohm) Tahanan jenis tanah ( ohmmeter ohmmeter ) Panj Pa njan ang g pel pelat at (m (m)) Leb eba ar pe pela latt (m (m) Teb ebal al pe pela latt (m) (m)
187
2.1 2. 11. 1.6 6
Tah ahan anan an Je Jeni nis s Tan anah ah
Tahanan jenis tanah sangat menentukan tahanan pentanahan dari elektroda-el ektroda pentanahan. Tahanan jenis tanah diberikan dalam satuan ohmmeter. Dalam bahasan di sini menggunakan satuan ohmmeter ohmmeter,, yang merepresentasikan tahanan tanah yang diukur dari tanah yang berbentuk kubus yang bersisi 1 meter. Yang menentukan tahanan jenis tanah ini tidak hanya tergantung terg antung pada jenis tanah saja melainkan dipengaruhi oleh kandungan moistur, kandungan mineral yang dimiliki dan suhu (suhu tidak berpengaruh bila di atas titik beku air). Oleh karena itu, tahanan jenis tanah bisa berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain tergantung dari sifat-sifat yang dimilikinya. Sebagai pedoman kasar, tabel berikut ini berisikan tahanan jenis tanah yang ada di Indonesia. Tabel 2.44 2.4 4 Tahanan Jenis Tanah Jenis Tanah
Tanah Rawa
Tanah Liat dan Tanah Ladang
Pasir Basah
Kerikil Basah
Pasir dan Kerikil Kering
Tanah Berbatu
Tahan jenis je nis (ohmmeter)
30
100
200
500
1.000
3.000
Pengetahuan ini sangat penting khususnya bagi para perancang sistem pentanahan. Sebelum melakukan tindakan lain, yang pertama untuk diketahui terlebih dahulu adalah sifat-sifat tanah di mana akan dipasang elektroda pentanahan untuk mengetahui tahanan jenis pentanahan. Apabila perlu dilakukan pengukuran tahanan tanah. Namun perlu diketahui bahwa sifat-sifat tanah bisa jadi berubah-ubah antara musim yang satu dan musim yang lain. Hal ini harus betul-betul dipertimbangkan dalam perancangan sistem pentanahan. Bila terjadi hal semacam ini, maka yang bisa digunakan sebagai patokan adalah kondisi kapan tahanan jenis pentanahan yang tertinggi. Ini sebagai antisipasi agar tahanan pentanahan tetap memenuhi syarat pada musim kapan tahanan jenis pentanahan tinggi, misalnya ketika musim kemarau.
2.11.7 2.1 1.7
Taha ahanan nan Penta Pentanah nahan an Berda Berdasa sarka rkan n Jenis Jenis dan Ukur Ukuran an Elektroda
Tabel berikut ini dapat digunakan sebagai acuan kasar harga tahanan pentanahan pada tanah dengan tahanan jenis tanah tipikal berdasarkan jenis dan ukuran elektroda.
188
Tabel 2.45 2 .45 Tahanan Pentanahan Pentan ahan pada Jenis Tanah dengan Tahanan Jenis ?1=100 ohmmeter ohmmete r
Jenis Elektroda
Tahanan pentanahan
Pita atau Hantaran Pilin
Batang atau Pipa
Panjang (m)
Panjang (m)
Pelat Vertikal 1 m di Bawah Permukaan Tanah dalam m2
10
25
50
100
1
2
3
4
0,5 x 1
1x1
20
10
5
3
70
40
30
20
35
25
Untuk tahanan jenis tanah yang lain, nilai nil ai tahanan pentanahan adalah nilai pentanahan dalam tabel dikalikan dengan faktor: ρ ρ
1
=
ρ
100
2.11.8 2.1 1.8 Luas Penam Penampang pang Elekt Elektroda roda Pentan Pentanahan ahan Ukuran elektroda pentanahan akan menentukan besar tahanan pentanahan. Berikut ini adalah tabel yang memuat ukuran-ukuran elektroda pentanahan yang umum digunakan dalam sistem pentanahan. Tabel ini dapat digunakan sebagai petunjuk tentang pemilihan jenis, bahan dan luas penampang penampang elektroda pentanahan. Tabel 2.46 2 .46 Luas Penampang Minimum Elektroda Pentanahan
Jenis Elektroda
Elektroda Pita
Bahan Baja Berlapis Seng - Pit ita a baj baja a 100 100 mm2, tebal 3 mm, - Hantaran pilin 95 mm2
Elektroda Batang
Pipa baja 1” Baja profil L 65 × 65 × 7, U 6 ½ T6, × 50 × 3
Elektroda Pelat
Pelat besi tebal 3 mm, luas 0,5–1 m2
Baja Berlapis Tembaga
Tembaga
50 mm2
Pita tembaga 50 mm2, tebal 2 mm Hantaran pilin, 35 mm2
Baja F 15 mm dilapisi tembaga 2,5 mm Pelat tembaga tebal 2 mm, luas 0,5–1 m 2
189
2.1 2. 11. 1.9 9
Luas Lua s Penam Penampa pang ng Hant Hantar aran an Peng Pengam aman an
Efektivitas sistem pentanahan tidak hanya ditentukan oleh elektroda pentanahan, namun juga oleh hanta hantaran ran penta pentanahan nahan atau hanta hantaran ran peng pengaman aman.. Hant Hantaran aran penga pengaman man ini harus diusahakan mempunyai tahanan yang sekecil-kecilnya dan disesuaikan dengan komponen instalasi lain seperti pengaman arus lebih dan hantaran fasanya. Alat pengaman arus lebih dan ukuran hantaran fasa adalah sepaket karena alat pengaman tersebut juga berfungsi sebagai pengaman hantaran. Oleh karena itu, dal am penentuan ukuran hantaran pengaman dapat dilakukan berdasarkan ukuran hantaran fasanya. Kondisi hantaran mempunyai konsekuensi terhadap dampak yang mungkin terjadi. Hantaran berisolasi berinti satu mempunyai kondisi yang berbeda dengan yang berinti banyak, begitu juga hantaran telanjang yang dilindungi dan y ang tidak dilindungi juga mempunyai konsekuensi yang berbeda. Pada tabel berikut ini memberikan petunjuk tentang luas penampang minimum dari beberapa jenis kondisi hantaran pengaman. Tabel 2.47 Luas Penampang Minimum Hantaran Pengaman
Hantaran Fasa
190
Hantaran Pengaman Berisolasi
Hantaran Pengaman Cu Telanjang
Kabel Inti 1
Kabel Tanah Berinti 4
Dilindungi
Tanpa Perlindungan
0,5
0,5
....
....
....
0,75
0,75
....
....
....
1
1
....
....
....
1,5
1,5
1,5
1,5
4
2,5
2,5
2,5
1,5
4
4
4
4
4
4
6
6
6
4
4
10
10
10
6
6
16
16
16
10
10
25
16
16
16
16
35
16
16
16
16
50
25
25
25
25
70
35
35
35
35
95
50
50
50
50
120
70
70
50
50
150
70
70
50
50
Hantaran Fasa
Hantaran Pengaman Berisolasi
Hantaran Pengaman Cu Telanjang
Kabel Inti 1
Kabel Tanah Berinti 4
Dilindungi
Tanpa Perlindungan
185
95
95
50
50
240
....
120
50
50
300
....
150
50
50
400
....
185
50
50
191
2.12 2. 12
Peng Pe nguj ujia ian n Tah ahan anan an Pe Pent ntan anah ahan an
Seperti yang telah dibahas pada bagian sistem pentanahan, betapa penting sistem pentanahan baik dalam sistem tenaga listrik ac maupun dalam pentanahan peralatan untuk menghindari sengatan listrik bagi manusia, rusaknya peralatan dan terganggunya pelayanan sistem akibat gangguan tanah. Untuk menjamin sistem pentanahan memenuhi persyaratan perlu dilakukan pengujian. Pengujian ini sebenarnya adalah pengukuran tahanan elektroda pentanahan yang dilakukan setelah dilakukan pemasangan elektroda atau setelah perbaikan atau secara periodik setiap tahun sekali. Hal ini harus dilakukan untuk memastikan tahanan pentanahan yang ada karena bekerjanya sistem pengaman arus lebih akan ditentukan oleh tahanan pentanahan ini. Pada saat ini telah banyak beredar di pasaran alat ukur tahanan pentanahan yang biasa disebut Earth Tester atau Tester atau Ground Tester . Dari yang untuk beberapa fungsi sampai dengan yang banyak fungsi dan kompleks. Penunjukkan alat ukur ini ada yang analog ada pula yang digital dan dengan cara pengoperasian yang mudah serta aman. Untuk lingkungan kerja yang cukup luas, sangat disarankan untuk memiliki alat semacam ini. Bahasan dalam bagian ini menjelaskan tentang prinsip-prinsip pengujian pengukuran tahanan pentanahan, teknik pengukuran yang presisi baik untuk elektroda tunggal maupun banyak.
2.12 2. 12.1 .1
Peng Pe nguk ukur uran an Tah Tahan anan an Pen Penta tana naha han n (Earth (Earth Tester )
Ada berbagai macam instrumen pengukur tanahan pentanahan, salah satu contohnya adalah Earth Hi Tester . Pada instrumen cara pengukuran ada dua macam yaitu: • peng pe nguk ukur uran an no norm rmal al (m (met etod ode e 3 ku kutu tub) b),, dan dan • peng pe nguk ukur uran an pr prak akti tis s (me (meto tode de 2 kut kutub ub). ). 2.12.1 2.1 2.1.1 .1
Penguk Pen gukura uran n Nor Normal mal (Me (Metod tode e 3 Kut Kutub) ub)
Langkah awal adalah memposisikan sakelar terminal pada 3a, sel anjutnya: 1.
Cek teg Cek tegan anga gan n bat bater erai ai!! (Range (Range sakelar : BA BATT TT,, aktifkan sakelar/ON). Jarum harus dalam range BATT.
2.
Cek teganga tegangan n pentana pentanahan han (Rang (Range e sakelar sakelar : ~ V, V, matikan matikan sakela sakelar/OFF) r/OFF)
3. Cek Cek tan tanah ahan an pe pent ntan anah ahan an ba bant ntu u (Range (Range sakelar : C & P, matikan sakelar/OFF). jarum harus dalam range P/C (lebih baik posisi jarum berada sakelar 0). 4.
192
Ukurlah tahanan Ukurlah tahanan penta pentanaha nahan n (Range (Range sakelar sakelar : x1 O ke x100 O) dengan dengan mene menekan kan tombol pengukuran dan memutar selektor, hingga diperoleh jarum pada galvanometer seimbang/menunjuk angka nol. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukkan pada selektor dikalikan dengan posisi range sakelar (x1 O) atau (x100 O). O) .
Galvanometer
Rx 5–10 m
Selektor P C V
5–10 m
1 0 0 | 0 |
Sakelar terminal
Tombol pengukuran
Gambar 2.115 2.115 Pengukuran metode 3 kutub
2.12.1 2.1 2.1.2 .2
Penguk Pen gukura uran n Prak Praktis tis (Me (Metod tode e 2 Kut Kutub) ub)
Langkah awal adalah memposisikan sakelar terminal pada 2a. Perhatikan! Jika jalur pentanahan digunakan sebagai titik referensi pengukuran bersama, maka semua sambungan yang terhubung dengan pentanahan itu selalu terhubung dengan tanah. Jika terjadi bunyi bip, maka putuskan dan cek lagi. 1. Cek tega teganga ngan n batera bateraii dan cek tega teganga ngan n penta pentanah nahan an Caranya hampir sama dengan metode pengukuran normal, hanya pengecekan tekanan tahanan bantu tidak diperlukan. 2. Ukur Ukur tahana tahanan n pentan pentanaha ahan n (Range (Range sake sakelar lar:: x10 O atau atau x100 x100 O). Hasil pengukuran = R x + Ro P
S
AC 100 V
Galvanometer E Ro
P
C
Rx lebih 5 m 2a x10
Ω atau 100 Ω
Gambar 2.116 2.116 Pengukuran metode 2 kutub
193
Misalkan berdasarkan pengukuran diperoleh V = 20 V dan I = 1 A, maka tahanan elektroda adalah: R = V/I = 20/1 = 20 ohm Sumber arus
Amperemeter (I)
Voltmeter (V) Elektroda tanah yang diuji
X
Elektroda bantu tegangan
Y
Elektroda bantu arus
Z
R TANAH
Gambar 2.117 Prinsip pengukuran tahanan elektroda pentanahan menggunakan metode jatuh tegangan – 3 titik
Dalam pengukuran yang menggunakan alat ukur tahanan pentanahan, tidak dilakukan pengukuran satu per satu seperti di atas, namun alat ukur telah dilengkapi dengan sistem internal yang memungkinkan pembacaan secara langsung dan mudah.
2.12.2 2.1 2.2
Posisi Pos isi Ele Elektr ktroda oda Ban Bantu tu dal dalam am Pen Penguk gukura uran n
Dalam setiap pengukuran diinginkan hasil pengukuran yang presisi. Apa artinya sebuah data bila tidak mendekati kebenaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketelitian dalam pengukuran tahanan pentanahan ini adalah letak elektroda bantu yang digunakan dalam pengukuran. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang presisi adalah dengan meletakkan elektroda bantu-arus Z cukup jauh dari elektroda yang diukur tahanannya, X, sehingga elektroda bantu-tegangan Y berada di luar daerah yang disebut daerah resistansi efektif dari kedua elektroda (elektroda pentanahan dan elektroda bantu arus). Apa sebenarnya yang dimaksud dengan daerah resistansi efektif ini, dapat diperhatikan Gambar 2.118. 2.118.
194
X
Y'
Y Y''
Z
Daerah resistansi efektif (tumpang-tindih) i s n a t s i s e R
Perbedaan pembacaan
Jarak antara X & Z (100%)
Gambar 2.118 2.118 Daerah resistansi efektif dari dua elektroda yang tumpang-tindih
Bila arus diinjeksikan ke dalam tanah melalui elektroda Z ke elektroda X, pada kedua elektroda tersebut akan membangkitkan fluks magnet yang arahnya melingkari batangbatang elektroda. Daerah yang dilingkupi oleh fluks magnet dari masing-masing elektroda disebut daerah resistansi efektif. Gambar 2.118 menggambarkan daerah resistansi efektif yang tumpang tindih dari kedua elektroda. Peletakan elektroda Y harus di luar daerah tersebut agar penunjukan alat ukur presisi. Cara mudah untuk mengetahui apakah elektroda Y berada di luar daerah resistansi efektif adalah dengan melakukan pengukuran beberapa kal i dengan mengubah posisi elektroda Y di antara X dan Z, yaitu, misalnya pertama pada Y, kemudian dipindah ke arah X, yaitu ke Y’ dan kemudian ke arah Z ke Y”. Perlu digambarkan kurva resistansi (tahanan) sebagai fungsi jarak antara X & Z untuk mengetahui ini. Bila penunjukanpenunjukan alat ukur tersebut menghasilkan harga resistansi (tahanan) yang berubah secara signifikan, menunjukkan bahwa elektroda Y ada di dalam daerah resistansi efektif yang berarti hasil pengukuran tidak presisi. Sebaliknya, bila diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.119, maka elektroda Y berada di luar daerah resistansi efektif dan hasilnya presisi. Dalam gambar ditunjukkan grafik resistansi sebagai fungsi posisi Y. Bila diperoleh perbedaan yang besar (Gambar 2.118) menunjukkan ketidakpresisian hasil pengukuran, sebaliknya jika perbedaan pembacaan kecil diperoleh hasil pengukuran yang presisi (Gambar 2.119) 2.119) dalam arti bahwa inilah tahanan elektroda X yang paling tepat.
195
X
Y' Y Y''
Z
i s n a t s i s e R
Daerah resistansi efektif (tumpang-tin (tumpang-tindih) dih) Perbedaan pembacaan Jarak antara X & Z (100%)
Gambar 2.119 2.119 Posisi elektroda Y di luar daerah resistansi efektif dari dua elektroda yang tidak tumpang-tindih
2.12.3 2.1 2.3
Pengukura Penguk uran n Taha Tahanan nan Ele Elektr ktroda oda Pen Pentan tanaha ahan n Menggunakan Metode 62 %
Metode 62% digunakan setelah mempertimbangkan secara grafis dan setelah dilakukan pengujian. Ini merupakan metode yang paling akurat namun hanya terbatas pada elektroda tunggal. Metode ini hanya dapat digunakan untuk elektroda-elektroda yang yang tersusun berjajar secara garis lurus dan pentanahannya menggunakan menggunakan elektroda tunggal, pipa, atau pelat, dan lain-lain l ain-lain seperti pada Gambar 2.120.
Terminal ground
Y
Kabel
Pengukuran ke-3 –10% –10 %
X 0%
Z
Pengukuran ke-2 +10%
Y 52% 62% 72% Jarak antara X dan Z
Z 100%
Gambar 2.120 Pengukuran resistansi elektroda pentanahan menggunakan metode 62%
196
Elektroda tanah X
Elektroda bantu (tegangan) Y
Elektroda bantu (arus) Z
Daerah resistansi efektif tumpang-tindih
i s n a t s i s e R
Jarak dari Y ke X
Gambar 2.121 Daerah resistansi efektif tumpang-tindih t umpang-tindih
Perhatikan Gambar 2.121, menunjukkan daerah resistansi efektif dari elektroda pentanahan X dan elektroda bantu-arus Z. Daerah resistansi saling salin g tumpang-tindih (over( overlap). lap ). Jika dilakukan pembacaan dengan memindah-mindahkan elektroda bantu-tegangan Y ke arah X atau Z, perbedaan pembacaan akan sangat besar dan sebaiknya tidak dilakukan pembacaan pada daerah ini. Dua daerah sensitif saling overlap dan menyebabkan peningkatan resistansi resistans i ketika elektroda Y dipindah-pindah menjauh dari X. Sekarang perhatikan Gambar 2.122, di mana elektroda X dan Z dipisahkan pada jarak yang cukup sehingga daerah-daerah resistansi efektif tidak tumpang-tindih. Jika resistansi hasil pengukuran diplot akan ditemukan suatu harga pengukuran di mana ketika Y dipindah-pindah dari posisi Y awal memberikan nilai dengan perubahan yang ada dalam batas toleransi. Posisi Y dari X berjarak 62% dari jarak total dari X ke Z. Daerah toleransi ditentukan oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk persen dari hasil pengukuran awal: ± 2%, ± 5%, ± 10%, dan lain-lain.
197
Elektroda bantu (tegangan)
Elektroda tanah yang diuji X
Elektroda bantu (arus)
Y
Z
D 62% D i s n a t s i s e R
38% D
Resistansi elektroda bantu (arus)
Daerah resistansi efektif tidak tumpangtindih
Resistansi elektroda tanah Jarak dari Y ke X
Gambar 2.122 Daerah pengukuran 62%
2.12 2. 12.4 .4
Jara Ja rak k Pele Peleta taka kan n Elekt Elektro roda da Ban Bantu tu
Tidak ada ketentuan secara pasti tentang jarak antara X dan Z, karena jarak tersebut relatif terhadap diameter dan panjang elektroda yang diuji, kondisi tanah dan daerah resistansi efektifnya. efektif nya. Walaupun begitu, ada beberapa hasil empiris yang dapat digunakan sebagai bantuan dalam penentuan jarak seperti yang ditunjukkan ditunjukk an dalam tabel di bawah ini. Harga jarak ini dibuat pada kondisi tanah homogen, diameter elektroda 1”. (Untuk diameter ½”, memendekkan jarak 10%; untuk diameter 2” memanjangkan jarak 10%). Tabel 2.48 Jarak Elektroda-Elektroda Elekt roda-Elektroda Bantu Menggunakan Metode 62% (ft)
198
Kedalaman Pemancangan (ft)
Jarak ke Y (ft)
Jarak ke Z (ft)
6 8 10 12 18 20 30
45 50 55 60 71 74 86
72 80 88 96 115 120 140
2.12 2. 12.5 .5
Sist Si stem em Mu Mult ltii-El Elek ektr trod oda a
Elektroda batang tunggal yang dipancangkan ke dalam tanah merupakan cara pembuatan sistem pentanahan yang paling ekonomis dan mudah. Tetapi kadangkadang satu elektroda batang tunggal tidak dapat memberikan tahanan pentanahan yang cukup rendah. Untuk mengatasi ini, ditanam beberapa/sejumlah elektroda dan dihubungkan secara paralel menggunakan konduktor (kabel) pentanahan. Biasanya digunakan dua, tiga atau empat elektroda elektr oda pentanahan yang ditanam berjajar dan dalam garis lurus. Bila ada empat elektroda atau lebih yang akan digunakan biasanya dibentuk konfigurasi penanaman segi empat dengan jarak yang sama antarelektroda (Gambar 2.123). Elektroda-elektroda ini dihubung secara paralel menggunakan konduktor atau kabel pentanahan. Untuk sistem multi-elektroda seperti ini, metode 62 % tidak dapat digunakan secara langsung. Jarak elektroda-elektroda elektroda -elektroda bantu pada keadaan ini didasarkan pada jarak grid maksimum. Misalnya, untuk konfigurasi persegi empat yang digunakan adalah diagonalnya, untuk konfigurasi garis lurus digunakan panjang jarak totalnya.
a
a
a
a
Diagonal D i a g o n a l
Gambar 2.123 Sistem multi-elektroda
Tabel berikut ini merupakan hasil empiris yang dapat digunakan sebagai pedoman penentuan jarak elektroda-elektroda bantu.
199
Tabel 2.49 Sistem Sist em Multi-Elektroda
(Jarak dalam ft) Jarak grid maksimum
Jarak ke Y
Jarak ke Z
6 8 10 12 14 16 18 20 30 40 50 60 80 100 120 140 160 180 200
78 87 100 105 118 124 130 136 161 186 211 230 273 310 341 372 390 434 453
125 140 160 170 190 200 210 220 260 300 340 370 440 500 550 600 630 700 730
2.12.6 2.1 2.6
Metod Me tode e Penguk Pengukura uran n Dua-Titi Dua-Titik k (Metod (Metode e Penyed Penyederh erhana anaan) an)
Metode ini merupakan metode alternatif bila sistem pentanahan yang akan diukur atau diuji merupakan sistem yang sangat baik. Pada suatu daerah yang terbatas di mana sulit mencari tempat untuk menanam dua elektroda bantu, metode pengukuran dua-titik bisa diterapkan. Pengukuran yang diperoleh adalah pengukuran dua pentanahan secara secar a seri. Untuk itu, pipa air atau yang lain harus mempunyai tahanan yang sangat rendah sehingga dapat diabaikan dalam pengukuran akhir. akhir. Resistansi (tahanan) kabel penghubung akan diukur juga dan harus diperhitungkan dalam penentuan hasil ukur akhir akhir.. Pengukuran ini tidak seakurat metode tiga-titik (62%) akibat pengaruh dari jarak antara elektroda yang diuji dan grounding grou nding lain atau pipa air. Metode pengukuran ini hendaknya tidak digunakan sebagai suatu prosedur standar kecuali sebagai kondisi dalam keterpaksaan. Bagaimana pengukuran ini dilakukan, lihat Gambar 2.124.
200
Konduktor pengetanahan
Elektroda tanah
Terminal dihubung singkat dengan jump ju mper er
Elektroda bantu (Y-Z dihubung singkat)
Permukaan tanah
Gambar 2.124 Metode pengukuran dua-titik
2.12 2. 12.7 .7
Peng Pe nguk ukur uran an Kon Konti tinu nuit itas as
Pengukuran kontinuitas dari hantaran pentanahan dimungkinkan dengan menggunakan terminal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.125.
Gambar 2.125 Pengukuran kontinuitas hantaran pentanahan
2.12.8 2.1 2.8 •
Petunj Pet unjukuk-Pet Petunju unjuk k Tek eknis nis Pen Penguk gukura uran n
Derau (noise (noise)) tinggi Derau atau noise yang sangat tinggi bisa menginterferensi pengujian akibat dari kabel yang digunakan dalam pengukuran yang relatif panjang ketika melakukan pengujian dengan metode tiga-titik. Untuk mengidentifikasi noise ini dapat digunakan voltmeter. Hubungkan X, Y, Y, dan Z menggunakan kabel-kabel standar untuk pengujian tahanan pentanahan. Pasang voltmeter pada terminal X dan Z seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.126.
201
l a n d i n m u r o e r T g
Elektroda Y
Elektroda Z
Elektroda tanah X
Gambar 2.126 Metode pengukuran derau dalam sistem pentanahan
Hasil pembacaan tegangan pada voltmeter harus ada di dalam daerah toleransi yang dapat diterima oleh alat pengukur tahanan pentanahan (grounding ( grounding tester ) ini. Jika tegangan noise ini melampaui harga yang dapat diterima, dapat dicoba caracara berikut ini.
Belitkan kabel-kabel secara bersama seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.127. Dengan cara ini seringkali dapat menetralisir interferensi interferensi noise dari luar.
Elektroda Y
Elektroda Z
Elektroda tanah X
Gambar 2.127 Cara menetralisi noise dengan melilitkan kabel-kabel ukur secara bersama-sama
202
Jika cara pertama mengalami kegagalan, cobalah dengan merentang kabelkabel bantu ini sehingga tidak paralel (sejajar) dengan saluran daya baik yang di atas maupun di bawah tanah (Gambar 2.128).
Lepas terminal elektroda yang uji
Gambar 2.128 Cara menghindari noise dengan pengaturan rentangan kabel-kabel ukur
Jika tegangan noise masih belum juga rendah, bisa dicoba dengan menggunakan kabel-berperisai (shielded (shielded cables). cables). Perisai ini akan menangkal interferensi dari luar dengan menetralkan ke tanah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.129.
Perisai ground d n u o r g l a n i m r e T
Hubungkan ketida perisai menjadi satu X
Perisai mengambang
Perisai mengambang
Y
Z
Gambar 2.129 Pentralisiran noise menggunakan kabel perisai (shielded perisai (shielded cables)
Resistansi elektroda bantu yang tinggi
Salah satu fungsi dari alat uji pentanahan ( ground tester ) adalah kemampuannya dalam mencatu air yang konstan ke tanah dan mengukur jatuh tegangan dengan bantuan elektroda-elektroda bantu. Tahanan yang sangat tinggi dari salah satu atau kedua
203
elektroda dapat menghalangi kerja alat. Ini disebabkan oleh tahanan tanah yang sangat tinggi atau kurang baiknya kontak antara elektroda bantu dengan tanah sekitarnya (Gambar 2.130). Untuk mendapatkan kontak yang baik dengan tanah, masukkan tanah ke k e sekitar elektroda untuk menutup celah ketika menancapkan elektroda. Jika tahanan jenis tanah yang jadi masalah, kucurkan air ke sekitar s ekitar elektroda bantu. Ini akan mengurangi tahanan kontak antara elektroda dengan tanah sekitarnya tanpa mempengaruhi pengukuran.
Air
Celah udara TANAH
Gambar 2.130 Cara mengatasi tahanan kontak antara elektroda dengan tanah sekitarnya
Lantai beton
Kadang-kadang ditemui elektroda pentanahan yang terletak di suatu tempat yang sekelilingnya terbuat dari lantai keras sehingga tidak dapat dilakukan penanaman elektroda bantu. Dalam hal ini dapat digunakan kawat kasa ( screen screen)) sebagai ganti elektroda bantu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.131.
Elektroda tanah
Air Kawat kasa
Gambar 2.131 Penggunaan kawat kasa sebagai pengganti dari elektroda bantu
Letakkan kawat kasa di atas lantai dengan jarak yang sama dengan bila menggunakan elektroda bantu biasa dengan metode tiga-titik. Tuangkan air pada kawat kasa dan biarkan meresap. Agar kawat kasa menempel dengan baik k e permukaan lantai bisa dilakukan penekanan atau dengan meletakkan pemberat. Dalam k eadaan ini, kawatkawat kasa bertindak sebagai elektroda-elektroda bantu.
204
2.13 2. 13
Memb Me mbua uatt Lapo Lapora ran n Peng Pengop oper eras asia ian n
Sebelum instalasi listrik disambung ke saluran masuk, maka laporan pengoperasian harus memenuhi persyaratan dan spesifikasi teknis yang ditentukan sesuai dengan lampiran VIII Peraturan Peratur an Menteri dan Sumber Daya Mineral No: 0045 tahun 2005 antara lain berisi: Yang pertama adalah judul laporan, yaitu: LAPORAN UJI LAIK OPERASI INSTALASI PEMANFAATAN PEMANFAATAN TENAGA TENAG A LISTRIK LISTR IK KONSUMEN TEGANGAN RENDAH Yang kedua adalah data pengguna/pemilik antara lain nama, alamat, nama instalatir, nomor Jaringan Instalatir Listrik (JIL) dan data untuk instalasi lama/baru/perubahan daya. Yang ketiga adalah data pemeriksaan meliputi: A.. Gambar instalasi A 1. Gambar instalasi sesuai dengan yang terpasang 2. Di Diag agra ram m gar garis is tu tung ngga gall ses sesua uaii den denga gan n yan yang g ter terpa pasa sang ng
Ya/tidak Ya/tidak
B. Protek Proteksi si ter terhad hadap ap sen sentuh tuh lan langsu gsung ng GPAS< 30 mA
ada/ tidak ada
C. Protek Proteksi si terhad terhadap ap bahaya bahaya kebak kebakara aran n akibat akibat listri listrik k GPAS< 500 mA
ada/ tidak ada
D. Protek Proteksi si terh terhada adap p sentu sentuh h tak tak langs langsung ung Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis: 1. Si Sist stem em pe pemb mbum umia ian n : TT/ TT/ TN TN-C -C-3 -3 2. Pe Peng ngha hant ntar ar pr prot otek eksi si PE b. Pada saluran/ sirkit masuk ada/ tidak ada c . Pada sirkit cabang/ sirkit akhir ada/ tidak ada d. Pada kotak kontak ada/ tidak ada 3. Penghantar PE dan penghantar netral (N) pada PHB: dihubungkan/ tidak ada. E. Penghantar 1. Sa Salu lura ran/ n/ si sirk rkit it ut utam ama: a: a. Jenis penghantar: NY NYA A dalam pipa/NYM/ NYY/Lainnya: b. Warna insulasi: a. Fase b. Netral c . Penghantar PE 2.
Salura Salu ran/ n/ si sirk rkit it ca caba bang ng:: a. Jenis penghantar: NY NYA A dalam pipa/NYM/ NYY/Lainnya: b. Warna insulasi: a. Fase b. Netral c . Penghantar PE
205
3.
Salura Salu ran/ n/si sirk rkit it ak akhi hir: r: a. Jen Jenis is pengh penghant antar: ar: NY NYA dalam dalam pipa/ pipa/NYM NYM// NYY/La NYY/Lainn innya: ya: b. Warna insulasi: a. Fase b. Netral c . Penghantar PE
4. Penghantar bumi: a. Penampang .............mm 2 dengan pelindung/tanpa pelindung b. Warna insulasi kabel: loreng hijau-kuning/warna lain
F.
5.
Penguk Pen gukura uran n resista resistans ns insula insulasi: si: Tega Teganga ngan n uji 500 500 V
6.
Peng Pe nguk ukur uran an resi resist stan ans s pengh penghan anta tarr bumi bumi
7.
Hubung Hubu ngan an pe peng ngha hant ntar ar N dan dan PE PE:: Cara penyambungan: /Hub /Hubunga ungan n penghant penghantar ar N dan dan PE dilak dilakukan ukan deng dengan an terterminal di PHB /Hubungan penghantar N dan PE dilakukan di luar PHB
Perle Pe rleng ngka kapa pan n Hubu Hubung ng Bag Bagii (PHB (PHB)) 1. Te Terminal: 2.
b.
A A
Sirk rkit it ca caba bang ng:: jum jumla lah h Sirkit cabang 1: MCB/Sekering Sirkit cabang 2: MCB/Sekering Sirkit cabang 3: MCB/Sekering
A, penghantar A, penghantar A, penghantar
x x x
mm 2 mm 2 mm 2
Sir irki kitt ak akhi hirr ju jum mla lah h Sirkit cabang 1: MCB/Sekering Sirkit cabang 2: MCB/Sekering Sirkit cabang 3: MCB/Sekering
A, penghantar A, penghantar A, penghantar
x x x
mm 2 mm 2 mm 2
PHB cabang a.
206
ada/tidak ada ada/tidak ada
PHB utama Sakelar ut utama: /MCB/ 10A/ 25A/ Lainnya /MCB/ 10A/ 25A/ Lainnya /Tidak ada a.
3.
PE Netral
buah
PHB cabang 1: Sakelar utama: /MCB/ 10A/ 25A/ Lainnya /MCB/ 10A/ 25A/ Lainnya /Tidak ada Sirkit akhir jumlah Sirkit cabang 1: MCB/Sekering A, penghantar Sirkit cabang 2: MCB/Sekering A, penghantar Sirkit cabang 3: MCB/Sekering A, penghantar
A A
x x x
mm 2 mm 2 mm 2
b.
c.
PHB cabang 2: Sakelar utama: /MCB/ 10A/ 25A/ Lainnya /MCB/ 10A/ 25A/ Lainnya /Tidak ada Sirkit akhir jumlah Sirkit cabang 1: MCB/Sekering A, penghantar Sirkit cabang 2: MCB/Sekering A, penghantar Sirkit cabang 3: MCB/Sekering A, penghantar
A A
x x x
mm 2 mm 2 mm 2
PHB cabang 3 dst.
G. Elek Elektr trod ode e bum bumii Jenis pipa inci Masif mm Lainnya
m
H. Polaritas 1. Fiting lampu 2. Kotak kontak: Fase, N dan PE 3. Sakelar
sesuai/ tidak sesuai sesuai/ ti tidak se sesuai sesuai/ tidak sesuai
I.
Pemasangan 1. PHB, ketinggian cm dari lantai 2. Kotak kontak a. Ketinggian terendah cm dari lantai b. Jen Jenis is puta putar/j r/jeni enis s biasa biasa/je /jenis nis tut tutup/ up/jen jenis is lain lain 3. Pemasangan a. Men ene empel/ l/te tert rta ana nam m b. NY NYA A dalam dalam Pipa/NTM Pipa/NTM diklem diklem,, jarak jarak antarklem. antarklem...cm/N ..cm/NY YA dengan dengan insulat insulator or rol c. Rapi/tidak rapi d. Sam Sambun bungan gan peng penghan hantar tar dala dalam m kotak/ kotak/ tida tidak k dalam dalam kotak kotak e. Ke Kesi sina namb mbun unga gan n sir sirki kit: t: pe peng ngha hant ntar ar si sirk rkit it ak akhi hirr ba baik ik// tid tidak ak ba baik ik
J.
Perlengka Perlen gkapa pan/k n/kele elengk ngkap apan an instal instalasi asi berta bertand nda a SNI 1. MCB ya/tidak 2. Kotak kontak ya/tidak 3. Sakelar ya/tidak 4. Penghantar ya/tidak
K. Inst Instal alas asii khus khusus us kam kamar ar man mandi di Sakelar dalam kamar mandi sesuai/ tidak sesuai Kota Ko tak k ko kont ntak ak da dala lam m ka kam mar man and di sesu se sua ai/ ti tida dak k ses sesua uaii Pemeriksaan dan pengujian dilaksanakan pada tanggal: Dan yang terakhir adalah data yang melaksanakan pemeriksaan dan pengujian antara lain tanggal/waktu pelaksanaannya, pelaksanaanny a, nama anggota pemeriksa dan disaksikan oleh pemasang instalasi/instalatir, serta tanda tangan dari pemeriksa dan saksi dari instalatir instalatir..
207
2.14 2.14 2. 14.1 .1
Gangguan Listrik Geja Ge jala la Um Umum um Ga Gang nggu guan an Li List stri rik k
1. Terj erjadi adinya nya hil hilang ang day daya a list listrik rik tot total al 2. Terj erjadi adi hil hilang ang day daya a list listrik rik seb sebagi agian an 3. Terjad erjadii kegaga kegagalan lan kerja insta instalasi/ lasi/perala peralatan tan listri listrik k karena: karena: a. keg kegaga agalan lan kes keselu eluruh ruhan an sis sistem tem/pe /peral ralata atan n b. ke kega gaga gala lan n seb sebag agia ian n per peral alat atan an c. re resi siste stens nsii iso isola lasi si me menj njad adii kec kecil il d. beb beban an lebih lebih dan dan peral peralata atan n protek proteksi si yang yang bekerja bekerja berk berkali ali-ka -kalili e. rel relaiai-rela relaii ele elektr ktroma omagne gnett tid tidak ak men mengun gunci ci
2.1 2. 14.2
Pen eny yeba bab b Gang Ganggu gua an
Gangguan merupakan kejadian yang tidak terencana yang y ang diakibatkan oleh: 1. Kelala Kelalaian, ian, karen karena a kurangn kurangnya ya perhati perhatian an dan dan pemeli pemeliharaa haraan n yang yang layak layak 2. Pe Peng nggu guna naan an ya yang ng sa sala lah h 3. Pe Pema maka kaia ian n yan yang g mel meleb ebih ihii bat batas as
2.1 2. 14.3
Dia Di agn gnos osis is Ga Gang nggu guan an
Sebelum seorang teknisi mulai mendiagnosis penyebab suatu gangguan, ia harus: Memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang instalasi dan peralatan listrik, serta disiplin menerapkan K3 Mengumpulkan informasi yang diperlukan saat kejadian Memperkirakan penyebab gangguan berdasarkan informasi data katalog Mengidentifikasi penyebab gangguan dengan pendekatan logika
2.14 2. 14.4 .4 1. 2.
Menc Me ncar ari/ i/Me Mene nemu muka kan n Ga Gang nggu guan an
Mengidentifikas Mengidenti fikasii jenis gangg gangguan uan dan meng menghimp himpun un infor informasi masi Menganalisi Menga nalisis s daya yang yang ada ada dan melaku melakukan kan penguj pengujian ian standar standar,, serta peme pemeriksa riksa visual untuk memperkirakan penyebab gangguan 3. Meng Mengintre intrepreta pretasikan sikan hasil peng pengujia ujian n dan mend mendiagn iagnosis osis penyeb penyebab ab ganggua gangguan n 4. Mem Mempe perba rbaiki iki gangg gangguan uan/m /meng enggan ganti ti peral peralata atan n 5. Me Mela laku kuka kan n peng penguj ujiian
208
2.15 2. 15 Pe Peme meli liha hara raan an/P /Per eraw awat atan an Suatu sistem pemeliharaan yang baik terhadap peralatan/komponen dari suatu unit kerja mutlak diperlukan, guna menjamin kelangsungan kerja yang normal. Oleh karena itu perlu dibentuk Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) yang mengatur pemeliharaan/ perawatan peralatan, sesuai dengan kebutuhan. Artinya bagian-bagian/divisi-divisi dari UPT ini disesuaikan dengan banyaknya/macam-macamnya peralatan yang perlu dimaintenance (dipelihara). Macam-macam pemeliharaan/perawata pemeliharaan/perawatan: n: 1.
Peme Pe meli liha hara raan an Ru Ruttin Yaitu pemeliharaan yang telah terprogram dan terlebih dahulu direncanakan, direnc anakan, meliputi jadwal waktu, prioritas yang dikerjakan lebih dahulu, target waktu pelaksanaan berdasarkan data katalog, data pengalaman dan data-data l ainnya.
2. Pe Peme meli liha hara raan an Tak Tak Ter Teren enca cana na Yaitu pemeliharaan yang tidak terprogram, terpr ogram, terjadi sewaktu-waktu secara mendadak akibat dari suatu gangguan atau bencana alam dan harus segera dilakukan.
2.15 2. 15.1 .1 a.
Peme Pe meli liha hara raan an Ru Ruti tin n
Peme Pe meli liha hara raa an Serv Servis is Pemeliharaan dalam jangka waktu pendek, meliputi pekerjaan ringan, misalnya: membersihkan peralatan, mengencangkan sambungan terminal, pengukuran tegangan.
b.
Peme Pe meli liha hara raan an In Insp spek eksi si Pemeliharaan dalam jangka waktu panjang, meliputi pekerjaan penyetelan, perbaikan, dan penggantian peralatan. Jadwal pemeliharaan rutin dapat diprogramkan, misalnya: Pemeliharaan mi mingguan Pemeliharaan bulanan Pemeliharaan sem sementara Pemeliharaan tahunan
2.15.2 2.1 5.2
Pemeli Pem elihar haraan aan Tanp anpa a Ja Jadwa dwal/M l/Mend endada adak k
Pemeliharaan ini sifatnya mendadak, akibat adanya gangguan atau kerusakan peralatan peral atan atau hal lain di luar kemampuan kita, sehingga perlu dilakukan: pemeriksaan perbaikan penggantian peralatan
209
2.15 2. 15.3 .3
Obje Ob jek k Pe Peme meri riks ksaa aan n
Berikut ini dicontohkan objek pemeriksaan dari beberapa kondisi pada sistem TR dan TM.. TM 1a. Sistem Sistem TR dalam dalam kondisi kondisi bertegan bertegangan gan Pemeriksaan/pengukuran ran tegangan, arus Pemeriksaan/penguku Pemeriksaan/penggantian penggantian sekering Pemeriksaan/ Pemeriksaan/penggantian gantian bola lampu Pemeriksaan/peng Pemeriksaan suhu pada kabel Pemeriksaan sistem pembumian 1b. Sistem Sistem TR dalam kondisi kondisi bebas bebas tegangan tegangan Pemeriksaan fisik Pemeriksaan/pengukuran n sambungan rangkaian, kontak peralatan Pemeriksaan/pengukura Pemeriksaan rangkaian kontrol dan fungsi peralatan Pemeriksaan beban 2a. Sistem Sistem TM dalam dalam kondisi kondisi berteg bertegangan angan Pemeriksaan/pengamatan atan trafo distribusi dari jauh pada jarak yang aman Pemeriksaan/pengam Pemeriksaan satuan kabel TM Pemeriksaan PHB TM dari luar/depan pintu PHB 2b. Sistem Sistem TM dalam kondisi kondisi bebas bebas tegangan tegangan Pemeriksaan fisik Pemeriksaan/pengukuran n sambungan rangkaian, kontak peralatan Pemeriksaan/pengukura Pemeriksaan/penggantan /penggantan rangkaian kontrol dan fungsi peralatan (busbar, CB, Pemeriksaan LBS, DS, CT, PT, sistem proteksi, sambungan terminal, kabel daya, kabel kontrol, kabel pengukuran, sambungan sistem pembumian)
2.15.4 2.1 5.4 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
210
Pemeli Pem elihar haraa aan n PHB PHB – TR (T (Tega eganga ngan n Rend Rendah) ah)
Menyiapkan peralatan kerja pemeliharaan pemeliharaan perlengkapan PHB Menyia Men yiapka pkan n perleng perlengkap kapan an K3 Menyiapk Meny iapkan an materia materiall yang diperluk diperlukan an Periksa tegangan tegangan (antarfasa, (antarfasa, masing-masing masing-masing fasa fasa dengan netral; netral dengan rangka) Membebaska Memb ebaskan n tegangan tegangan dari dari saluran saluran masuk masuk Membersihk Memb ersihkan an perlengkap perlengkapan an PHB dari dari kotoran, kotoran, noda Pemeriksaa Peme riksaan n pada sambu sambunganngan-sambu sambungan ngan Pengencang Penge ncangan an terhadap terhadap terminal terminal sambung sambungan an Penggantia Pengg antian n perlengkapan perlengkapan yang yang rusak/tidak rusak/tidak sesuai sesuai Membuat Memb uat laporan laporan pemel pemelihara iharaan an
2.15 2. 15.4 .4.1 .1
Contoh Ident Contoh Identifik ifikasi asi Jeni Jenis s Gangg Gangguan/ uan/Keru Kerusaka sakan n Perala Peralatan tan Inst Instalas alasii Listrik TR pada Gedung
Tabel 2.50 2 .50 Contoh Identifikasi Jenis Gangguan Peralatan Instalasi Listrik TR pada Gedung Nama/Bagian Kabel hantaran utama, kabel feeder/ cabang, kabel beban
Frekuensi & Jenis Gangguan Jarang gangguan: panas dan hubung singkat
Penyebab Gangguan -
PHB Utama, PHB Cabang/SDP dan Panel/PHB Beban
Kelompok bebanbeban terpasang: lampu penerangan; mesin listrik; beban yang lain
Agak sering: - Alat in indikator da dan alat ukur tidak jalan ja lan - Gangguan op operasi pada sistem - Pengaman se se r i n g trip atau kontaknya macet
-
Sering: a. La Lamp mpu u tid tidak ak ny nyal ala a terang, susah nyala pada lampu TL, usia lampu pendek b. Mo Moto torr lis listr trik ik at atau au mesin listrik tidak bekerja optimal, trip saat starting, bodi motor nyetrum c. Be Beba ban n yan yang g lai lain n seperti pemanas, AC, atau beban b eban portable yang tersambung pada kontak-kontak
-
-
-
-
-
Cara Menanggulangi
Be b a n l e b i h Ka b el me n um p uk Sambungan tidak baik/kendor Isola las si jele lek k atau tertarik/tertekan
-
Proteksi kabel kontrol/ pengukuran putus/ MCB/fuse trip/ putus Kabel ko kontrol gangguan/putus/ lepas Beban lebih atau ada yang hubung singkat, panas yang berlebihan pada alat pengaman, lembap
-
Tegangan ke lampu kurang, balas atau starter rusak, dudukan lampu/TL kendor atau kotor, sambungan pada lampu kendor atau tegangan masuk yang melebihi rating tegangan pada lampu Tegangan ma ma s u k di motor kurang, sambungan kendor, putaran terganggu, ada isolasi pada kumparan motor yang rusak Pe man a s : p ut us
-
-
-
-
-
-
Tidak dibebani sampai penuh Tumpukan ka kabel diperbaiki Kabel cukup terlindungi Per b ai k i / ga nti dengan pengaman yang tepat Lacak jalur kabel kontrol, perbaiki koneksinya/ sambungannya Perik iks sa beban dan kondisi kabel, periksa koneksi pada pengaman, pasang heater di dalam PHB
Hitung te tegangan jatuh, perbaiki sambungan pada terminal lampu, periksa balas dan starter, sesuaikan rating tegangan terhadap teg.lin Pe r i k s a p u t a r a n motor manual, hitung ulang rating arus pada pengaman, cek R isolasi lilitan, hubungkan bodi terhadap PE Cek rating tegangan
211
2.15 2. 15.4 .4.2 .2
Contoh Ident Contoh Identifik ifikasi asi Jeni Jenis s Ganggu Gangguan/K an/Kerus erusaka akan n Perala Peralatan tan Inst Instalas alasii Listrik TM pada Gedung
Tabel 2.51 Contoh Identifikasi Jenis Gangguan Peralatan Instalasi Listrik TM pada Gedung Nama/Bagian Hantaran/Kabel TM
Frekuensi & Jenis Gangguan Jarang gangguan: panas dan hubung singkat
Penyebab Gangguan -
-
Ka b el me n u mp u k Suhu ru ruangan/ saluran kabel yang tinggi Ada is isolasi ru rusak
Cara Menanggulangi -
PHB/Panel Distribusi: - B us bar - CB - LBS - DS/S - Kabel Co Control - Konekting ka kabel daya - G r ound i ng - Pemanas Trafo Distribusi - Minyak Trafo - Bushing TM - Bushi ng TR - I nd i k at or
212
Agak sering: - Alat in indikator da dan alat ukur tidak jalan ja lan - G an gg u an operasi pada sistem - Pengaman se se r i n g trip
-
Jarang gangguan: - Pa na s b er l e bi h an - Adanya suara atau mendengung yang melampaui batas yang ditetapkan
-
-
Proteksi kabel kontrol/ pengukuran putus/MCB/fuse trip/putus Kabel ko kontrol terputus/lepas Kondi si ru r u ang an dalam panel lembap
-
Beban berlebih, minyak pendingin sudah kotor atau kekentalan sudah berkurang, sambungan pada terminal trafo daya kendor atau kotor Beban yang sudah melebihi kapasitas pada rating daya, kondisi/struktur pada belitan trafo berongga
-
-
-
Tumpukan ka kabel diperbaiki M em p e r b a i k i sirkulasi udara pada ruangan/ saluran kabel Cek i s ol as i k ab el Per b ai k i / ga nti dengan pengaman rangkaian kontrol Lacak jalur kebel kontrol, perbaiki koneksinya Periksa jalur kabel, pasang heater di dalam PHB Beban dikurangi sesuai kapasitas, indikator suhu pada minyak trafo diperiksa, kondisi minyak pendingin trafo dicek secara visual atau secara laboratoris. Periksa semua sambungan pada terminal trafo dalam kondisi off
Nama/Bagian Pendukung - O CR - CT - PT - Alat Ukur
Frekuensi & Jenis Gangguan Sering: Tidak bekerja saat dibutuhkan, bekerja yang tidak perlu pada OCR, alat ukur tidak berfungsi, CT dan PT jarang jara ng gangg gangguan uan
Penyebab Gangguan -
-
-
2.15 2. 15.5 .5
Pengawatan pa pada rangkaian kontrol terganggu, kelas dan polaritas CT yang salah Kabel ko kontrol at atau kabel pengukuran terganggu Kon di s i r ua nga n dalam panel lembap
Cara Menanggulangi -
-
-
Periksa at atau ce cek ulang diagram pengawatan rangkaian proteksi, periksa polaritas CT, kelas CT Pe r i k s a j a l u r kabel kontrol dan kabel pengukuran Cek suhu atau kelembapan di dalam panel
Peme Pe meli liha hara raan an Ti Tian ang g
Menyiapkan peralatan peralat an kerja dan perlengkapan K3 Pemeriksaan terhadap kondisi tiang Membebaskan JTR dari tegangan kerja Memasang tangga pada tiang Memastikan sambungan sistem pembumian dalam kondisi baik Memeriksa kondisi kawat/kabel/armatur lampu Membersihkan kotoran/debu atau benda asing yang mengganggu Memeriksa pengikatan kawat pada brecket dan mengencangkan kembali Perbaikan/penggantian Perbaikan/penggantia n bila ada perlengkapan JTR yang rusak Membuat laporan pemeliharaan
2.15 2. 15.6 .6 Pem Pemeli elihar haraan aan Pembumi Pembumian an
Pemeriksaan secara visual kondisi pembumian Pemeriksaan/penyetelan terhadap baut klem yang kendor kendor,, lepas atau putus Pembersihan/pengukuran Pembersihan/pengu kuran tahan pembumian Penggantian peralatan/kawat yang rusak Membuat laporan pemeliharaan
213
2.15.7 2.15 .7
Contoh Conto h Identi Identifikas fikasii Ganggu Gangguan an pada Pemb Pembumia umian n Netra Netrall Pengam Pengaman an R S T N b c
d
a
RB
RE
Sumber : Materi Pelatihan PLN Cibogo
Gambar 2.132 Kasus putusnya penghantar netral pada sistem PNP
Pada gambar di atas terjadi gangguan dengan putusnya penghantar netral pada tempat yang berbeda, yaitu pada: a. an anta tara ra pan panel el cab caban ang g deng dengan an be beba ban n b. an anta tara ra li line ne de deng ngan an pa pane nell caba cabang ng c. ant antara ara pane panell cabang cabang satu satu fasa fasa deng dengan an panel panel caba cabang ng tiga tiga fasa fasa d. ant antara ara pan panel el utam utama a denga dengan n panel panel cab cabang ang sat satu u fasa fasa Berikut ini diuraikan analisa tiap kasus. 1.
214
Kasus a: ♦ Arus balik balik beban beban terputus, terputus, sehingga sehingga beban beban listrik tidak bekerja bekerja netr al pada beban dengan badan bada n bertegangan berteganga n 220 V ♦ Terminal netral ♦ Bahaya lainnya tidak ada
2.
Kasus b:
♦
Arus balik beban menga mengalir lir melalui hantara hantaran n pembu pembumian, mian, elektrod elektroda a pembu pembumian mian konsumen sehingga peralatan/beban yang dibumikan bertegangan sebesar: VB = IB ⋅ RE
♦
Tegangan sentuh jika seseorang menyentuh badan beban tersebut: RE
V = R + R ⋅ 200 V E B
♦ 3.
Ini sangat berbahaya, karena semua badan beban yang dihidupkan/tidak dihidupkan/ tidak akan bertegangan.
Kasus c:
♦
Bila beban tiga fasa terbagi rata/seimbang, maka arus pada penghantar netral di terminal netral PHB akan saling sal ing mengaliri (=0), sehingga IE = 0. Tetapi Tetapi hal seperti ini jarang terjadi.
♦
Bila beban tidak seimbang, maka arus netral yang diteruskan ke tanah: IE = IR + IS + IT
♦
Tegangan badan beban yang tersambung ke netral malalui penghantar pembumian: VE = IE . RE sehingga semakin besar arus tidak seimbang akan semakin besar VE.
♦ ♦ 4.
Kejadian seperti kasus b. Di samping itu sebagian beban akan mendapatkan tegangan lebih dari 220 V dan sebagian lainnya mendapatkan tegangan kurang dari 220 V. V. Hal ini akan merusak peralatan/beban.
Kasus d:
♦
Kejadian seperti kasus c.
215
2.15.8 2.1 5.8
Contoh Con toh Pengu Pengukur kuran an dalam dalam Pengu Pengujia jian n Kontinui Kontinuitas tas Peng Penghan hantar tar Tabel 2.52 Contoh Pengukuran dalam Pengujian Kontinuitas Penghan tar
Pengujian
Hubungan Ohmmeter
Nilai resistor yang diukur
Langkah 1
L1 dan L2 N1 dan N2 A1 dan A2
RL RN R A
Langkah 2
Penghantar fasa dan netral pada setiap soket
R LN
Langkah 3
Penghantar fasa dan pembumian
RLA
Pembacaan Ohmmeter
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa saluran kabel dalam rangkaian melingkar dalam kondisi kontinu, artinya tidak putus dan tidak terjadi interkoneksi (antar L dengan N atau L dengan A), sehingga semua sambungan dalam kondisi baik ditinjau ditinjau secara fisik maupun listrik. Di samping itu pengujian ini juga bertujuan untuk memverifikasi polaritas dari masing-masing terminal soket. Pengujian ini dilakukan tanpa sumber tegangan, dengan cara memutuskan sambungan dari kedua ujung penghantar fasa dengan sekering utama, dan alat ukur yang digunakan adalah ohmmeter. Langkah 1 Mengukur resistansi dari penghantar fasa L 1 dan L2, penghantar netral N1 dan N2, dan penghantar arde A1 dan A2, dengan posisi seperti pada Gambar 2.133. Hasil pengukuran dicatat pada tabel 2.52. Langkah 2 Pada langkah kedua ini, penghantar fasa dan netral disambungkan sementara waktu seperti pada Gambar 2.34 Pengukuran dengan ohmmeter dilakukan di antara terminal fasa dan netral pada setiap soket dari rangkaian melingkar. melingkar. Pembacaaan hasil pengukuran secara substansial haruslah sama sebagai indikasi bahwa tidak terdapat titik-titik pemutusan atau hubung singkat dalam rangkaian melingkar. Bila rangkaian penghantar dalam kondisi baik, maka hasil setiap pembacaan pengukuran nilainya berkisar setengah dari hasil pengukuran penghantar penghantar fasa atau penghanta penghantarr netral atau penghantar arde yang dilakukan pada Gambar 2.133. Langkah 3 Langkah ketiga ini hubungan rangkaiannya sama dengan pada langkah kedua, hanya saja penghantar netralnya diganti dengan penghantar arde. Hubungannya seperti pada Gambar 2.135. Bila kondisi rangkaian penghantar melingkar baik, sama dengan yang diterangkan pada langkah kedua di muka.
216
L1
E1 N 1
L2
E2 N 2 L1 L2 N1 N2 E1 E2
ohm ohm meter
ohm meter
Gambar 2.133 Pengukuran resistansi kawat fasa, netral dan pembumian
L1
E1 N 1
L2
E2 N 2 L1 L2 N1 N2 E1 E2
ohm meter
Gambar 2.134 Pengukuran resistansi kawat penghantar melingkar fasa dan netral
L1
E1
N1
L2
E2 N 2 L1 L2 N1 N2 E1 E2
ohm meter
Gambar 2.135 Pengukuran resistansi kawat penghantar melingkar fasa dan pembumian
217
2.16
Latihan So Soal
1. Sebutkan bagian-bagian bagian-bagian apa saja yang dilalui arus listrik dari pusat pusat pembangkit listrik sampai ke pamakai! 2. Dalam perencanaan perencanaan instalasi instalasi listrik pada pada suatu bangunan, bangunan, dokumen apa apa saja yang yang wajib dibuat? 3. Jelaska Jelaskan n perbedaan perbedaan instalasi penyedia penyedia dengan instalasi instalasi pemanfaatan! pemanfaatan! 4. Sebutkan peraturan peraturan apa saja yang digunakan untuk pemasangan pemasangan instalasi instalasi listrik di Indonesia! 5. Dari gambar diagram diagram di bawah ini, tentukan berapa jumlah kawat pada: a, b, c, d, e, f, g, h, I, j, k, l, m, n!
a
b
d
e
g
i
j
l
n m
c
f
h
k
6. Sebutkan jenis jenis kabel apa saja yang sering digunakan digunakan pada instalasi instalasi rumah tinggal! tinggal! 7. Untuk pekerjaan pekerjaan instalasi listrik, listrik, mana pipa pipa listrik yang yang lebih menguntungkan? menguntungkan? (union atau paralon atau fleksibel) 8. Gamba Gambarkan rkan rangkaian rangkaian dasar dasar pemasanga pemasangan n lampu neon! neon! 9. Dari beberapa beberapa macam-ma macam-macam cam lampu listrik, listrik, manakah manakah yang paling: paling: a. awet b. re ren nda dah h efi fika kasi siny nya a c. ting ngg gi efi fika kasi sin nya d. hemat e. je jele lek k kua kuali lita tas s war warna nany nya a f. baik ku kualitas wa warn rna anya 10.. Buatlah gambar 10 gambar instalasi listrik dengan denah denah rumah Anda Anda masing-masing! masing-masing! Gambarkan pula gambar situasi dan diagram satu garisnya!
218
DAFTAR PUSTAKA 1
A R Bean Bean,, Lighti Lighting ng Fitt Fittings ings Perf Performa ormance nce and Desi Design, gn, Perg Pergamou amou Pres Press, s, Braunschweig, 1968
2
A.R.. van C. Warr A.R Warring ington ton,, Protect Protective ive Rela Relays, ys, 3rd 3rd Editio Edition, n, Chapm Chapman an and and Hall, Hall, 1977 1977
3
A. Das Daschl chler er,, Elekt Elektrot rotech echnik nik,, Verl Verlag ag – AG, Aar Aaraw aw,, 1982 1982
4
A.S.. Pabla, A.S Pabla, Siste Sistem m Distri Distribus busii Daya List Listrik, rik, Pene Penerbi rbitt Erlangg Erlangga, a, Jakart Jakarta, a, 1994 1994
5
Abdul Kadir Abdul Kadir,, Distribu Distribusi si dan dan Utilisas Utilisasii Tenag Tenaga a Listrik, Listrik, Pener Penerbit bit Univers Universitas itas Indon Indoneesia, Jakarta, 2000
6
Abdul Abd ul Kadir Kadir,, Pengan Pengantar tar Tekn Teknik ik Tena Tenaga ga Listr Listrik, ik, LP3ES LP3ES,, 1993 1993
7
Aly S. S. Dadras, Dadras, Ele Electr ctrica icall System Systems s for Arch Archite itects cts,, McGraw McGraw-Hi -Hill, ll, USA, USA, 199 1995 5
8
Badan Standa Badan Standaris risasi asi Nasio Nasional nal SNI SNI 04-0225 04-0225-20 -2000, 00, Persy Persyara aratan tan Umum Umum Instal Instalasi asi Listrik 2000, Yayasan PUIL, Jakarta, 2000
9
Bambang Bam bang,, Soepata Soepatah., h., Soepa Soeparno, rno, Repa Reparasi rasi Listr Listrik ik 1, DEPD DEPDIKBU IKBUD D Dikmen Dikmenjur jur,, 1980. 1980.
10
Benyamin Stein cs, Mechan Benyamin Mechanical ical and Electri Electrical cal Equipm Equipment ent for Build Buildings, ings, 7th Edition Volume II, John Wiley & Sons, Canada, 1986
11
Bernha Ber nhard rd Boeh Boehle le cs, cs, Swit Switchg chgear ear Man Manual ual 8th edi editio tion, n, 1988 1988
12
Brian Scaddam Brian Scaddam,, The The IEE IEE Wiring Wiring Regul Regulation ations s Explain Explained ed and and Illustra Illustrated, ted, 2nd Edition, Clags Ltd., England, 1994
13
Brian Bria n Scadda Scaddan, n, Instala Instalasi si Listri Listrik k Rumah Rumah Tangga angga,, Penerb Penerbit it Erlangg Erlangga, a, 2003
14
By Terrell Terrell Croft cs, Americ American an Electri Electrician’ cian’s s Handboo Handbook, k, 9th 9th Edition Edition,, McGraw-H McGraw-Hill, ill, USA, 1970
15
Cata Ca talog log,, Arma Armatu turr dan dan Komp Kompon onen en,, Phil Philip ips, s, 199 1996 6
16
Cata Ca talo log, g, Ph Phil ilip ips s Li Ligh ghti ting ng..
17
Catalo Cat alog, g, Spre Spreche cher+S r+Schu chuh h Verk Verkauf auf AG AG Auswa Auswahl, hl, Schw Schweiz eiz,, 1990 1990
18
Cathey, Jimmie Cathey Jimmie .J, Electr Electrical ical Machi Machines nes : Analysis Analysis and Desig Design n Applyin Applying g Matlab, Matlab, McGraw-Hill,Singapore,2001
19
Chang,T.C,Dr Chang,T .C,Dr,, Program Programmable mable Logi Logic c Controlle Controller, r,Schoo Schooll of Indus Industrial trial Engi Engineeri neering ng Purdue University
20
Diesel Emergensi Diesel Emergensi,, Materi Materi kursus kursus Teknisi Teknisi Tu Turbin/ rbin/Mesin Mesin PL PLT TA Modul Modul II, PT PLN PLN Jasa Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta 1995.
21
E. Philipp Philippow ow,, Tasche Taschenbuch nbuch Elektr Elektrotechn otechnik, ik, VEB VEB Verlag Verlag Techni echnik, k, Berlin, Berlin, 1968 1968
22
Edwin B. Kurt Edwin Kurtz, z, The The Linema Lineman’s n’s and and Cable Cableman man’s ’s Handb Handbook ook,, 7th Editi Edition, on, R. R. R. Dournelley & Sons, USA, 1986
23
Eko Putr Putra,A a,Agfi gfiant anto, o, PLC PLC Konsep Konsep Pemr Pemrogr ograma aman n dan Aplik Aplikasi asi (Omro (Omron n CPM1A CPM1A / CPM2A dan ZEN Programmable Relay). Gava Media : Yogyakarta,2004
219
24
Ernst Hornem Ernst Hornemann ann cs, Electr Electrical ical Powe Powerr Engine Engineerin ering g profic proficienc iency y Course, Course, GTZ GmbH, Braunschweigh, 1983
25
F. Suyatmo Suyatmo,, Teknik Teknik Listri Listrik k Instalasi Instalasi Pener Penerangan angan,, Rineka Rineka Cipt Cipta, a, 2004 2004
26
Friedrich, Fried rich, “T “Tabelle abellenbuch nbuch Elektr Elektrotech otechnik nik Elektr Elektronik” onik” Umule Umuler-Bou r-Boum, m, 1998
27
G. Lamule Lamulen, n, Fachku Fachkunde nde Mecha Mechatron tronik, ik, Verla Verlag g EuropaEuropa-Leh Lehrmit rmittel, tel, Noure Nourenweg nweg,, Vollmer Vo llmer GmbH & Co.kc, 2005
28
George Mc George Mc Pherso Pherson, n, An Intro Introducti duction on to Elect Electrical rical Machi Machines nes and Tran Transforme sformers, rs, John Wiley & Sons, New York, York, 1981
29
Graham Gra ham Dix Dixon, on, Elec Electri trical cal Appl Applian iances ces (Hay (Haynes nes for for home home DIY) DIY),, 2000 2000
30
Gregorr Haberk, Grego Haberk, Etall Etall,, Tabell Tabelleubu eubuch ch Elektro Elektrotekni teknik, k, Verlag, Verlag, GmbH GmbH,, Berlin, Berlin, 1992
31
Gunter G.Sei Gunter G.Seip, p, Electri Electrical cal Instal Installati lation on Hand Hand Book, Book, Third Third Editi Edition, on, John John Wiley Wiley & sons, sons, Verlag, 2000
32
H. R. Ris, Ris, Elec Electro trotec techni hnik k Fur Prak Praktik tiker er,, AT AT Verla Verlag g Aarau, Aarau, 1990 1990..
33
H. Wayne Wayne Beot Beoty y, Electric Electrical al Engin Engineerin eering g Materia Materials ls Referen Reference ce Guide, Guide, McGra McGraw-Hill w-Hill,, USA, 1990
34
Haberle Haberl e Heinz, Heinz, Etall, Etall, Fachku Fachkunde nde Elekt Elektrot rotech echnik nik,, Verlag Verlag Euro Europa pa – Lehr Mitte Mittel, l, Nourwey, Vollmer, GmbH, 1986
35
Haberle, Habe rle, Hein Heinz,T z,Tabelle abellenbuch nbuch Elekt Elektrotec rotechnik, hnik, Ferlag Europ Europa-Leh a-Lehrmit rmittel, tel, 1992
36
Hutauruk,, T.S., Hutauruk T.S., Peng Pengetan etanaha ahan n Netral Netral Sistem Sistem Tenag Tenaga a dan Pengeta Pengetanaha nahan n Peralatan, Peralatan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999.
37
Iman Suga Sugandi ndi Cs, Pand Panduan uan Insta Instalasi lasi Listr Listrik, ik, Gagasa Gagasan n Usaha Usaha Penun Penunjang jang Tenag enaga a Listrik - Copper Development Centre South East Asia, 2001.
38
Instruksi Kerja Instruksi Kerja Peng Pengujia ujian n Rele, Rele, Pengope Pengoperasia rasian n Emergen Emergency cy Diesel Diesel Genera Generator tor,, PT. PT. Indonesia Indones ia Power UBP. UBP. Saguling. Saguling .
39
J. B. Gupta Gupta,, Utilizat Utilization ion of of Electric Electric Powe Powerr and Elect Electric ric Tracti Traction, on, 4th 4th Edition Edition,, Jullundur Jullundur City, 1978
40
Jerome F. Jerome F. Mueller Mueller,, P.E, P.E, Standa Standard rd Applicat Application ion of of Electrical Electrical Detail Details, s, McGraw-Hi McGraw-Hill, ll, USA, 1984
41
Jimmy Jimm y S. Juwan Juwana, a, Pandua Panduan n Sistem Sistem Bangu Bangunan nan Tin Tinggi, ggi, Pener Penerbit bit Erlang Erlangga, ga, 2004 2004..
42
John E. Traiste Traisterr and Rona Ronald ld T. T. Murray Murray,, Commerc Commercial ial Electri Electrical cal Wiring, Wiring, 2000 2000..
43
Kadir, Abdul, Transformator , PT Elex Media Komputindo, Jakarta,1989.
44
Karyanto, Karyan to, E., E., Pandu Panduan an Repar Reparasi asi Mesi Mesin n Diesel Diesel.. Penerb Penerbit it Pedom Pedoman an Ilmu Ilmu Jaya, Jaya, Jakarta, 2000.
45
Klaus Tkotz, Fachku Fachkunde nde Electr Electrotech otechnik, nik, Verlag Europ Europa a – Lehrm Lehrmittel ittel,, Nourney Nourney,, Vollmer Vo llmer GmBH & Co. kG., 2006
220
46
L.A .A.. Br Brya yan, n, E. E.A A. Bry ryan an,, Programmable Controllers Theory and Implementation Implementation,, Second Edition, Industrial Text Company, United States of America, 1997
47
M. L. L. Gupta, Gupta, Worksho Workshop p Practic Practice e in Electr Electrical ical Engi Engineeri neering, ng, 6th Editio Edition, n, Metrop Metropoliolitan Book, New Delhi, 1984
48
Michael Neidle Michael Neidle,, Electrica Electricall Installati Installation on Techn Technolog ology y, 3rd editio edition, n, dalam dalam bahasa bahasa Indonesia penerbit Erlangga, 1999
49
Nasar,S. Nasar ,S.A, A, Electro Electromec mechan hanics ics and and Electri Electric c Machine Machines, s, John John Wiley Wiley and Sons, Sons, Canada, 1983.
50
P.C.SE .C.SEN, N, Princi Principles ples of Electric Electric Machi Machines nes and Power Electr Electronics onics,, Canada, Canada, 1989.
51
P. Van Van Harten, Harten, Ir Ir.. E. Setiawa Setiawan, n, Instalasi Instalasi Listrik Arus Kuat Kuat 2, Tri Trimitra mitra Mandiri Mandiri,, Februari Februari 2002.
52
Peter Hasse Peter Hasse Overvolt Overvoltage age Prote Protection ction of Low Low Voltage Voltage System System,, 2nd, 2nd, Verlag Verlag GmbH, Koln, 1998
53
Petruz Pet ruzella ella,, Frank D, Indus Industri trial al Electro Electronic nics, s, Glencoe Glencoe/Mc /McGra Graw-H w-Hill, ill,199 1996. 6.
54
PT PLN PLN JASDIKL JASDIKLA AT, Generat Generator or.. PT PLN Perse Persero. ro. Jakar Jakarta, ta,199 1997. 7.
55
PT PLN PLN JASDIKLA JASDIKLAT T, Pengoper Pengoperasia asian n Mesin Mesin Diesel. Diesel. PT PLN PLN Persero Persero.. Jakarta, Jakarta, 1997. 1997.
56
R.W.. Van R.W Van Hoek, Hoek, Teknik Teknik Elektro untuk Ahli bangu bangunan nan Mesin, Mesin, Bina Cipt Cipta, a, 1980 1980
57
Rob Ro b Lute Lutes, s, eta etal, l, Hom Home e Repa Repair ir Han Handb dboo ook, k, 199 1999 9
58
Robert Robe rt W. W. Wood, Wood, Tr Trouble oubleshooti shooting ng and and Repair Repairing ing Small Home Appli Appliances, ances, 1988
59
Rosenberg, Robe Rosenberg, Robert, rt, Electri Electric c Motor Motor Repai Repairr, Holt-Sau Holt-Saunders nders Intern Internation ational al Editio Edition, n, New York, York, 1970. 19 70.
60
Saptono Sapt ono Istiaw Istiawan an S.K., Ruang artis artistik tik denga dengan n Pencah Pencahayaan ayaan,, Griya Griya Kreas Kreasi, i, 2006 2006
61
SNI,, Konvers SNI Konversii Energi Energi Selu Selubun bung g bangun bangunan an pada pada Bangu Bangunan nan Gedu Gedung, ng, BSN, BSN, 2000 2000
62
Soedhana Soedha na Sapii Sapiie e dan Osamu Osamu Nish Nishino ino,, Penguk Pengukura uran n dan AlatAlat-ala alatt Ukur Listri Listrik, k, Pradya Paramita, 2000
63
Soelaiman,TM Soelaiman, TM & Mabu Mabuchi chi Magari Magarisawa, sawa, Mesin Tak Seremp Serempak ak dalam dalam Prakte Praktek, k, PT PT Pradnya Paramita, Jakarta,1984
64
Sofian Yahya, Diktat Prog Sofian Programma rammable ble Logi Logic c Controll Controller er (PLC), (PLC), Polit Politeknik eknik Neger Negerii Bandung, 1998.
65
Sumant Sum anto, o, Mesin Mesin Arus Arus Searah, Searah, Pener Penerbit bit Andi Andi Offse Offset, t, Yogy Yogyaka akarta rta,, 1995. 1995.
66
Theraja, Thera ja, B.L, B.L, A Text Book Book of of Electrical Electrical Tecnolo ecnology gy,, Nirja, Nirja, New New Delhi, Delhi, 1988. 1988.
67
Thomas E. Kissel Thomas Kissell, l, Modern Modern Indus Industri trial al / Electric Electrical al Motor Motor Contro Controls, ls, Pretie Pretience nce Hall, Hall, New Jersey, 1990
221
68
Trevo revorr Linsley Linsley,, Instala Instalasi si Listri Listrik k Dasar Dasar, Penerb Penerbit it Erlan Erlangga gga,, 2004
69
T. Davis, Davis, Prote Protection ction of Industri Industrial al Power Power System System,, Pregamon Pregamon Press, UK, 1984
70
Zan Scb Scbots otsma man, n, Ins Instal talasi asi Edi Edisi si kel kelima ima,, Erla Erlangg ngga, a, 199 1993 3
71
Zuhal,, Dasar Zuhal Dasar Tenag enaga a Listrik Listrik dan Elektr Elektronika onika Daya, Grame Gramedia, dia, Jakart Jakarta, a, 1988.
72
http ht tp:/ ://w /www ww.h .how owst stuf uffw fwor orks ks.c .com om
73
http://www http: //www.rein .reinhause hausen.com n.com/rm/e /rm/en/pro n/products/ ducts/oltc_a oltc_accessor ccessories/, ies/, oil + breat breather her
74
http:/ htt p://ww /www w.my .myinsu insulato lators.c rs.com/ om/hun hungar gary/bu y/busin sing.h g.html tml
75
http:/ htt p://ww /www w.ge .geind industr ustrial. ial.com com/pr /produ oducts/ cts/app applica licatio tions/p ns/pt-o t-opti ptiona onal-ac l-access cessori ories.h es.htm tm
76
http:// htt p://www www.rei .reinha nhausen usen.co .com/m m/messk essko/e o/en/p n/prod roducts ucts/oi /oil_te l_tempe mperatu rature/ re/
77
h t t p : / / w w w . a b b . c o m / c a w p / c n a b b 0 5 1 / 21aa5d2bbaa4281a412567de003b3843.aspx
78
http ht tp:/ ://w /www ww.ce .ceda daspe spe.c .com om/p /pro rodo dott tti_ i_in ing. g.ht html ml
79
http ht tp:/ ://w /www ww.e .eod od.g .gvsu vsu.e .edu du/~ /~ja jack ckh/ h/bo books oks/p /plcs lcs//
80
http ht tp:/ ://w /www ww.a .ans nswe wers rs.c .com om/t /top opic ic/m /mot otor or
81
h t t p: p : / / ka k a i ji j i e l i. i . e n .a . a l i ba b a b a. a . c o m/ m / p r od o d u c t/ t / 5 0 10 1 0 5 6 21 2 1 / 50 5 0 4 7 63 6 3 8 0 /M / M o to to r s / Heavy_Duty_Single_Phase_Induction_Motor.html
82
http: ht tp://w //www ww.ai .airra rraid idsir siren ens.c s.com om/te /tech_ ch_mo motor tors.h s.htm tmll
83
http:/ htt p://sm /smsq. sq.pl/ pl/wik wiki.p i.php? hp?tit title= le=Ind Induct uction ion_mo _motor tor
84
http:/ htt p://ww /www w.al .allab labout outcirc circuit uits.co s.com/v m/vol_ ol_2/c 2/chpt hpt_13 _13/1 /11.h 1.html tml
85
http ht tp:/ ://w /www ww.t .tpu pub. b.co com/ m/ne neet ets/ s/bo book ok5/ 5/18 18d. d.ht htm m
86
http ht tp:/ ://w /www ww.e .ece ce.o .osu su.e .edu du/e /ems ms//
87
http://www http://ww w.eato .eatonelect nelectrical. rical.com/ com/unsec unsecure/h ure/html/1 tml/101bas 01basics/M ics/Module odule04/Ou 04/Output/ tput/ HowDoesTransformerWork.html
88
http:// htt p://www www.da .dave-c ve-cushm ushman.n an.net/ et/elec elect/tr t/transf ansforme ormers.h rs.html tml
89
http:/ htt p://ww /www w.en .eng.c g.cam. am.ac.u ac.uk/D k/Desig esignOf nOffic fice/m e/mdp/ dp/elec electric tric_we _web/A b/AC/A C/AC_9 C_9.htm .htmll
90
http://clay http: //claymore. more.engin engineer eer.gvsu. .gvsu.edu/~ edu/~jackh/ jackh/books/ books/plcs/f plcs/file_clo ile_closeup/ seup/ =>cli =>clip p arts
91
http://im http ://img.ali g.alibaba baba.com/ .com/phot photo/51 o/514551 455199/T 99/Three_ hree_Phase Phase_EPS _EPS_T _Transf ransforme ormerr.jpg
92
http://mic http: //micro.ma ro.magnet. gnet.fsu.e fsu.edu/ele du/electrom ctromag/ele ag/electrici ctricity/gen ty/generator erators/ind s/index.htm ex.htmll
93
http ht tp:/ ://w /www ww.e .e-le -leeh eh.o .org rg/t /tra rans nsfo form rmer er//
94
http:/ htt p://ww /www w.clr .clrwtr wtr.co .com/p m/prod roduct_ uct_sele selectio ction_g n_guid uide.h e.htm tm
95
http:/ htt p://ww /www w.no .north rthernt erntool. ool.com com/im /image ages/pr s/produ oduct/i ct/imag mages es
96
http ht tp:/ ://w /www ww.a .ali lib bab aba. a.co com m
97
http ht tp:/ ://w /www ww.a .adb dbio io.co .com/ m/im imag ages es/o /odo dor r
222
98
http: ht tp://w //www ww.d .dans ansdat data.c a.com om/im /imag ages/ es/2fa 2fans ns
99
http:/ htt p://ww /www w.sa .samst mstore ores.c s.com/ om/_im _image ages/p s/prod roduct ucts s
100 10 0 htt http:/ p://ww /www w.wp .wpclip clipart. art.com com/to /tools/ ols/dri drillll 101 10 1 http http://w ://www ww.atm .atm-wor -worksho kshop.co p.com/i m/image mages s 102 10 2 htt http:/ p://ww /www w.oa .oasissis-eng engine ineeri ering. ng.com com 103 10 3 http http://ww ://www w.mik .mikroele roelektron ktronika. ika.co.yu co.yu/eng /english/ lish/ind index.ht ex.htm m 104 10 4 htt http:/ p://ww /www w.in .indus dustri trialte altext.c xt.com om 105 10 5 htt http:/ p://ww /www w.pe .pesqu squalit ality y.co .com m 106 10 6 http: http://www //www.abz.abz-power power.com/ .com/en_2 en_25e7d4 5e7d4dc000 dc0003da6 3da6a7621 a7621fb56 fb56.html .html 107 10 7 http:// http://www www.usace.ar .usace.army my.mil/pu .mil/publicatio blications/armyt ns/armytm/tm5-6 m/tm5-694/c-5.p 94/c-5.pdf df 108 10 8 http://ww http://www w.cumminsp .cumminspower ower.com/www/li .com/www/literature/t terature/technicalpap echnicalpapers ers 109 http://www. http://www.cumminsp cumminspower ower.com/www/ .com/www/literature/t literature/technicalpap echnicalpapers/F-1538ers/F-1538DieselMaintenance.pdf 110 http://www.sbsbattery http://www.sbsbattery.com/UserFiles/F .com/UserFiles/File/Power%20 ile/Power%20Qual/PT-7004 Qual/PT-7004-Maintenance.pdf
223
A
6
ISBN 978-979-060-081-2 ISBN 978-979-060-084-3
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk digunakan dalam Proses Pembelajaran.
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 12.386,00