ARTIKEL BAHAN GALIAN INDUSTRI: DOLOMIT
DISUSUN OLEH : LALU JAMILUDIN JAMILUDIN (G1C 007 007 015) 015) NURUL NURUL WAZNI (G1C 007030) 007030) PUTU EKA WAHYU RATNANINGSIH (G1C 007032) RAHMAWATI RAHMAWATI (G1C 007033) 007033) TAUFIK ABDULLAH ABDULLAH (G1C 007 043)
PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS MATARAM 2010
BAHAN GALIAN INDUSTRI: DOLOMIT
Dengan semakin bertambahnya penduduk semakin bertambah pula kebutuhan manusia akan bahan-bahan terutama bahan-bahan tambang, baik dalam hal jumlah dan jenisnya. Manusia semakin berusaha mencari cara bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhannya, hal ini juga disebabkan karena kemajuan teknologi dari hasil kreasi manusia tersebut, sehingga banyak bermunculan berbagai industri yang memerlukan bahan baku dari bahan tambang. Meningkatnya perkembangan perkembangan industri secara langsung meningkatkan pula kebutuhan berbagai macam bahan tambang yaitu yang lebih dikenal dengan sebutan bahan galian industri. Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut manusia berupaya untuk mencari cadangan-cadangan baru bahan tambang tersebut. Yang termasuk dalam golongan bahan galian industri disini adalah bahan galian tambang untuk industri pupuk (potasium, pospat, nitrogen, belerang), industri kimia (garam NaCl, abu soda Na2CO3, Na2SO4, boraks (Na2B4O7.10H2O), industri bahan bangunan (tanah liat, batugamping, batugamping,gips gipsum), um), dan industri-indus industri-industri tri yang lain (bentonit, (bentonit, felspar, felspar, granit, granit, andesit, andesit, marmer, marmer, zeolit, zeolit, pasir kuarsa). kuarsa). Dolomit merupakan salah satu contoh bahan galian industi penting yang termasuk kelompok mineral karbonat. Batuan dolomite pertama kali kali di deskripsikan deskripsikan oleh mineralogist Francis bernama Deodat de Dolomieu pada tahun 1791 dari tempat terdapatnya di daerah Southern Alps. Batuan ini diberi nama Dolomit oleh de Saussure, dan sekarang pegunungan tersebut disebut dolomit. Pada saat Dolomieu menginformasikan bahwasannya batuan dolomite adalah seperti batu gamping, tetapi mempunyai sifat yang tidak sama dengan batu gamping, pada saat diteteskan larutan asam batuan dolomite tidak membuih. Mineral yang tidak beraksi tersebut dinamakan dolomite. Kadang-kadang dolomite juga disebut dolostone. Dolomit tergolong ke dalam batuan sedimen karbonat yang merupakan kelas batuan sedimen (batuan yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan) yang terutama terutama terdiri terdiri dari mineral mineral karbonat karbonat (terdiri (terdiri dari kalsit kalsit (CaCO3) dan mineral dolomit (CaMg (CO3)2) ). Mineral dolomit murni secara teoritis mengandung 45,6% MgCO 3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO 3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu.
Dolomit di alam jarang yang murni, karena umumnya umumnya mineral ini selalu terdapat bersamasama dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi. Proses terbentuknya terbentuknya dolomit ini tidak begitu jelas, tetapi pada umumnya dolomit ini bersifat sekunder atau sedikit banyak terbentuk setelah proses sedimentasi. Salah satu teori yang menyebutkan pembentukan porositas pada dolomit yaitu porositas timbul karena dolomitisasi (proses penggantian Ca oleh unsur Mg) batuan gamping sehingga molekul kalsit diganti dengan molekul dolomit, dan karena molekul dolomit lebih kecil daripada molekul kalsit maka hasilnya akan merupakan pengecilan volume sehingga tidak timbulah ronggarongga. Dolomit biasanya mempunyai porositas yang baik berbentuk sukrosit yaitu berbentuk menyerupai gula pasir. Ternyata Ternyata dolomit ini terbentuk terbentuk karena pembentukan kristal kristal dolomit yang bersifat euhedron dan tumbuh secara tidak teratur diantara diantara kalsit sehingga kebanyakan dolomite didapatkan bersama-sama bersama-sama dengan batu gamping. Kandungan unsur magnesium ini menentukan nama dolomit tersebut.
Tata Nama Batu Gamping Berdasarkan Kandungan Magnesium NAMA BATUAN
KADAR DOLOMIT (%)
KADAR MgO (%)
Batu Gamping
0–5
0,1 – 1,1
Batu Gamping Magnesium
5 – 10
1,1 – 2.2
Batu Gamping Dolomitan
10 – 50
2,2 – 10,9
Dolomit Berkalsium
50 – 90
10,9 – 19,9
Dolomit
90 – 100
19,9 – 21,8
Berkaitan dengan hal tersebut diatas karena sumber magnesium berasal dari air laut sedang batu gamping menjadi dolomite karena proses pelindihan maka kebanyakan secara statigrafis dolomite didapatkan di bagian bawah seri batu gamping. Disamping itu dolomite dapat diendapkan tersendiri sebagai evaporit. Dolomite sendiri bersifat massif, memiliki butiran butiran hakus hingga hingga kasar kasar dan mempunyai mempunyai sifat sifat mudah menyerap menyerap air serta serta mudah dihancurkan, berwarna abu-abu putih, kebiruan, kuning, dengan Kristal berbentuk heksagonal. Dolomite tidak larut dalam HCl, kadang dijumpai bersama halit dan gypsum. Kekerasann Kekerasannya ya antara antara 3,5 – 4, dengan dengan berat berat jenis 2,8 – 2,9 (Ajie, 2009) 2009)..
sifat kimia dolomite o
Suhu pembentukan refraktory = 905 – 1200 C, o
Suhu leleh = 1415-2800 C MgO lebih besar dari 19 %, SiO 2, Al2O3 + Fe2O3 kurang dari 2 % Dolomit harus dipanaskan dulu sebelum dipakai bata tahan api Pada temperatur 737
o
C akan terjadi reaksi searah dan akan terbentuk MgCO3n
CaCO3 dan MgO Sebelum membuat refractory dolomite harus distabilkan → 3 CaOSiO2 (mempunyai
daya tahan terhadap air ). SiO2 yang ditambahkan harus banyak untuk mengikat CaO bebas, umumnya dalam
bentuk silikat 3MgO 2SiO2 2H2O(serpentin) pembuatan refractory : diawali dengan penstabilan dolomit, dilakukan peremukan
dicampur dengan air (12%) dextrin (5%) dicetak, diangin-anginkankan kemudian o
dipanaskan 1350-1450 C (Anonim, 2009).
Gambar1. Dolomite http://bongkah.blogspot.com
A. Tempat Ditemukan
Penyebaran dolomite yang cukup besar terdapat di provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, dan Papua. Di beberapa daerah sebenarnya terdapat juga potensi dolomite namun jumlahnya relative jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan batu gamping. Propinsi Nangroe Aceh Darussalam: Aceh Tenggara, desa Kungki berupa marmer
dolomite. Cadangan masih berupa sumberdaya dengan kandungan MgO = 19%.
Propinsi Sumatra Utara : Tapanuli Selatan, desa desa Pangoloan, berupa lensa dalam batu
gamping. Cadangan berupa sumber daya dengan kandunan Mg) = 11-18 %. Propinsi Sumatera Barat : daerah Gunung kajai (antara Bukittinggi-Payakumbuh).
Umur diperkirakan permokarbon. Propinsi Jawa Barat : daerah Cibinong, yaitu Pasir Gedogan. Dolomite daerah ini
umumnya berwarna putih abu-abu dan putih serta termasuk batu gamping dolomitan yang bersifat eras, kompak, dan kristalin. Propinsi Jawa Tengah : 10 km timur laut Pamotan. Endapan batuan dolomite dan batu
gamping dolomitan. Propinsi Propinsi Jawa Jawa Timur Timur :
Gn. Ngaten dan Gn. Ngembang, Tuban. Formasi batu gamping pliosen. MgO 3
3
= 18,5% sebesar 9 juta m , kandungan MgO = 14,5% sebesar 3 juta m ; Temperan, Pacitan. Cadangan berupa sumberdaya dengan cadangan sebesar puluhan juta ton. Kandungan MgO = 18%.
Sekapuk, sebelah utara Kampung Sekapuk (Sedayu-Tuban). Terdapat di bukit Sekapuk, Kaklak, dan Malang. Formasi batu gamping umur pliosen, ketebalan 50 m, bersifat lunak dan berwarna putih. Cadangan sekitar 50 juta
3
;
kandungan MgO di sekapuk (7,1-20,54%); di Sedayu (9,95-21,20%); dan di Klakak (9,5-20,8%); Di gunung kaklak, Gresik, endapan dolomite terdapat dalam formasi batu 3
gamping pliosen, tebal ± 30 m dan cadangan sekitar 70 juta m .
Gunung Lengis, Gresik. Cadangan sumberdaya dengan kandungan MgO = 11,1 – 20,9% merupa merupakan kan batuan batuan dolomite dolomite yang yang bersifat bersifat pejal, pejal, kompak, kompak, dan dan kristalin.
Socah, Bangkalan, Madura : satu kilometer Socah. Cadangan 430 juta ton dan sumberdaya termasuk formasi Kalibeng berumur pliosen, warna putih, agak lunak, sarang. Ada di bawah batu gamping dengan kandungan MgO = 9,32 – 20,92%.
Paciatan, Sentul dan Pancen: batu gamping dolomitan 45,5 %-90,4%, berumur pliosen. Di bukit Kaklak
Propinsi Sulawesi Selatan ; di Tonasa, dolomite berumur Miosen dan merupakan merupakan
lensa-lensa dalam batu gamping.
Propinsi Papua : di abe Pantai, sekitar Gn. Sejahiro, Gn. Mer dan Tanah Hitam.
Kandungan MgO sebesar 10,7 – 21,8 %, dan merupakan lensa-lensa dan kantongkantong dalam batu gamping (Tekmira, 2009).
B. Teknik Penambangan
Gambar 2. Penambangan batu kapur dan dolomit Sumber. Tekmira, 2010
Pada umumnya dolomite terdapat dibawah deposit batu gamping yang biasa ditemukan dalam bentuk bukit. bukit. ditinjau dari segi teknik penambangan, bahan galian ini cukup cukup sulit untuk digali, karena letak endapannya yang berada di bawah batugamping, sehingga perlu membuat lubang-Iubang mendatar/ terowongan dari arah tepi bukit. Cara demikian memang cukup mudah, namun mengandung resiko yang cukup tinggi, karena atap gua sewaktu-waktu bisa runtuh. Penambangan akan lebih baik dan aman apabila batugamping yang berada di atasnya ditambang terlebih dahulu, walaupun untuk menambang batugamping tersebut cukup sulit, karena sifatnya yang sangat keras. Untuk deposit dolomit yang letaknya tidak begitu dalam (kurang dari 2 m), misalnya di pebukitan daerah Kemantren, maka 1
penambangannya bisa dilakukan dengan sistem tambang terbuka (Kusuma, Adang P ,2009). Untuk penambangan skala besar pembongkaran dilakukan dengan system peledakan beruntun dengan dibantu peralatan berat antara lain eescavator dan ripper (penggaru), sedang untuk penambangan skala kecil dilakukan dengan alat sederhana antara lain cangkul, ganco, dan sekop. Apabila batu gamping yang terletak di atasnya tidak keras, pemberaian dibantu dengan membuat sederetan lubang tembak yang diisi dengan lempung. Sesudah lempung diisikan pada masing-masing lubang lalu dituangkan air kedalamnya. Akibatnya lempung mengembang dan dengan bantuan linggis, batu gamping tersebut mudah dibongkar.
Gambar 3. Eskavator
Gambar 4. Ripper
Gambar 5. Ganco besi
Apabila skala penambangannya kecil, system yang diterapkan dalam kegiatan penambangan adalah system ‘gophering’, mengikuti bagian atau jalur batu gamping yang relative
mudah
dibongkar.
mempertimbangkan
ukuran
Disamping atau
bentuk
hal
tersebut
pembongkaran
teknik
penambangan
yang
diinginkan.
Karena
mempertimbangkan keselamatan kerja maka system gophering tidak dianjurkan.
Pembersihan
Pengupasan
Persiapan
Pemboran
Lapangan
Tanah
pemboran
lubang
Pendorongan
Penambangan/pengambila
Peledakan
dan pemuatan
n batu gamping dan
deposit batu
Penumpahan/penimbunan pada pengangkutan
unit pengolahan
juga
Pengawetan Tanah
Maksud dari pengelolaan ini adalah mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan lapisan tanah lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah : Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut sampai
endapan bahan galian. Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada
tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya. Timbunan Timbunan tanah pucuk tidak boleh melebihi 2 meter. Pembentukan lahan sesuai dengan dengan susunan lapisan tanah semula. Tanah pucuk
ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimal 0,15 0,15 meter. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun dianjurkan
lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan khusus dengan cara mengisolasi dan memisahkannya. Pengupasan tanah sebaiknya dilakukan dalam keadaan basah untuk menghindari
pemadatan dan rusaknya struktur tanah. Bila tanah pucuk tipis, perlu dipertimbangkan :
1. Penentuan Penentuan daerah prioritas prioritas yaitu daerah yang sangat sangat peka peka terhadap terhadap erosi erosi sehingga perlu penanganan konservasi tanah dan pertumbuhan tanaman dengan segera, 2. Penempatan Penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman. penanaman. 3. Pencampuran Pencampuran tanah tanah pucuk pucuk dengan dengan tanah tanah lain. Tanah Tanah pucuk pucuk yang yang sangat sangat terbatas dapat dicampur dengan tanah bawah (sub soil). 4. Dilakukan Dilakukan penanaman penanaman langsun langsung g dengan dengan tanaman tanaman penutup penutup (cover crop) crop) yang cepat tumbuh dan menutup permukaan tanah
Peledakan
Secara garis besar jenis bahan peledak dibedakan menjadi : Bahan peledak mekanis (mechanical explosives) Bahan peledak kimia (chemical explosives) Bahan peledak nuklir (nuclear explosives)
Dari ketiga jenis bahan peledak tersebut diatas yang umum digunakan sebagai bahan peledak industry adalah jenis bahan peledak kimia yang berdasarkan atas kecepatan reaksinya dibedakan menjadi : Bahan peledak kuat, mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi yaitu 5000-24.000 fps
(1-6 mile per detik), tekanan yang dihasilkan sangat tinggi yaitu 50.000-4.000.000 psi. sifat reaksinya ialah detonasi, yaitu yaitu penyebaran gelombang kejut (shock wave). Yang termasuk jenis bahan bahan peledak kuat kuat yaitu semua jenis dinamit antara lain TNT (Tri Nitro Toluen), PETN (Penta Ery-Thritol Nitrate). Bahan peledak lemag, mempunyai kecepatan reaksi rendah yaitu kurang dari 5.000
fps (beberapa inchi sampai sampai beberapa feet per detik). Tekanan Tekanan yang dihasilkan kurang dari 50.000 psi. untuk penggunaan di tempat yang mengandung gas atau berdebu, bahan peledak ini harus lulus uji sebagai ‘permissible explosives’ (permitted explosive). bahan bahan peledak lemah yang tidak perlu lulus uji disebut non non permissible explosives. Contoh bahan peledak lain adalah black powder, propellant. a. Bahan Peledak Industri (Komersil) antara lain:
Black Powder Terbuat dari campuran arang, belerang, dan potasiun nitrat 8C + 3S + 10 KNO 3 → 3K 2SO4 + 2K 2CO3 + 6CO2 + 5N2 Dibuat dalam 2 bentuk yaitu: a. Bentuk Bentuk butiran butiran (granular) (granular) untuk isian sumbu sumbu api. api. b. Bentuk Bentuk pelle pellett untuk untuk isian isian lubang lubang tebak. tebak.
Dinamit Termasuk jenis bahan peledak kuat dengan bahan dasar Nitro Gliserin (NG). berdasarkan komposisinya dikenal: a. Stra Straig ight ht Dyn Dynam amit itee Komposisi: Komposisi: NG 20 – 67%, NaNO NaNO3 59-23% b. b. Gela Gelatin tinee Dyna Dynami mite te Kompisisi: campuran NG dan Nc (disebut (disebut Blasting Gelatine- BG) sebagai bahan dasar, ditambah NaNO 3 atau KNO3 sebagai sumber oksigen. Gelatine Dinamite tahan terhadap air sehingga mampu disimpan hingga 3 ta hun. c. Ammo Ammoni niaa Gelati Gelatine ne Dyn Dynam amite ite Komposisi: BG sebagai bahan dasar, ditambah ammonium nitrat (NH 4 NO3) sebagai sumber oksigen.
Permissible Explosives Komposisi: Ammonium gelatin dynamite ditambah sodium klorida (NaCl) yang berfungsi sebagai flame depressant untuk mendapatkan temperature ledakan yang rendah, volume gas sedikit dan penyalaan yang sesingkat mungkin sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya ledakan sekunder.
Blasting Agent Blasting agen merupakan bahan kimia yang apabila belum dicampur, belum mempunyai daya ledak. Tetapi setelah dicampur dengan perbandingan tertentu akan menjadi bahan peledak. Bahan peledak jenisini termasuk bahan peledak yang kuat. Contoh: ANFO (Ammonium Nitrat + Fuel Oil). Reaksi kimia: 3NH 4 NO3 + 2CH2 → CO2 + 3N2 + 7H2O (94%)
(4%)
Sifat ANFO: harganya murah, sangat mudah rusak karena air, sesuai digunakan dibatuan yang kering. Kecepata detonasi sangat dipengaruhi oleh diameter lubag tembak. Hasil terbaik apabila lubang tembak lebih dari 2,5 inchi (6,35 cm).
Slurry/Watergel Explosives/Emulsion Jenis ini tidak peka terhadap gesekan api ataupun rangsangan mekanis lainnya. Oleh karenanya dinilai sangat aman dalam penggunaannya dan tahan air. Terdiri dari campuran campuran AN dan SN (Sodium (Sodium Nitrat) Nitrat) dengan dengan combustible fuel sebagai sensitizer dan air (sampai 20%) ditambah bahan pengikat (gelling agent). Pada jenis emulsi bahan pengikatnya sejenis oli dan lilin (wax). Combustible fuel yang dipakai diantaranya : gula cair, serbuk gergaji, belerang, logam Mg atau Al, kadang-kadang TNT. Contoh bahan peledak jenis ini : a. Tove Tovex x (Pr (Prod oduk uksi si Duvo Duvont nt – USA) USA) b. b. Aqua Aquage gell (Pro (Produ duks ksii Atla Atlass – USA) USA) c. Emulit Emulitee (Pro (Produk duksi si Nitro Nitro Nobel Nobel – Swedia) Swedia) d. Gel. Gel. Powe Powerr (Pro (Produk duksi si Hercul Hercules es – USA) USA)
b. Sifat Gas Beracun
Bahan peledak yang meledak dapatmenghasilkan dua jenis gas yang berbeda sifatnya yaitu:
Smoke, tidak berbahaya terdiri dari uap atau asap putih.
Fume, cukup berbahaya karena beracun, terdiri dari gas karbon monoksida (CO) dan Oksida Nitrogen (NO atau NO 2), gas tersebut berwarna kuning. Fumes dapat terjadi bila peledak : a. Yang diledakkan diledakkan tidak memiliki memiliki keseimb keseimbangan angan oksigen oksigen b. Telah dalam dalam keadaan keadaan rusak rusak karena karena lama lama atau penyim penyimpanan panan tidak benar benar Oleh karena timbul fames yang beracun dan cukup berbahaya bagi pekerja, maka
dalam setiap operasi peledakan baik dipermukaan maupun bawah tanah, salah satu prosedur yang harus diikuti adalah membiarkan tempat yang baru saja diledakan sekurang-kurangnya satu jam sampai diperkirakan tempat tersebut terbebas dari fumes.
c. Lokasi Penyimpanan Bahan Peledak
Beberapa persyaratan lokasi yang dimaksud:
Harus mudah dicapai, aman bagi daerah disekitarnya (lingkungannya) dan memperhatikan jarak keselamatan terhadap situasi sekeliling.
Bila dimungkinkan dipilih pada daerah berbukit yang dapat memberi perlindungan terhadap gedung, jalan raya, dan instalasi umum.
Sesuai fungsinya tempat penyimpanan dibedakan : a. Tempat Tempat peny penyimp impana anan n induk induk (main (main stor storage age)) b. Tempat penyimpana penyimpanan n sementara sementara dilapangan dilapangan
d. Gudang Penyimpanan Bahan Peledak
Gudang yang dimaksud harus memiliki ketentuan sebagai berikut:
Memiliki konstruksi yang cukup kuat, tahan peluru, tahan api dengan lantai tidak lembab.
Atap terbuat dari bahan yang ringan, pintu dilengkapi den gan kunci yang baik.
Terdiri dari 2 bangunan/bagian yang terpisah : a. Bangunan Bangunan pertama pertama khusus khusus untuk untuk menyim menyimpan pan bahan bahan peledak peledak b. Bangunan Bangunan kedua kedua khusus khusus untuk untuk menyimp menyimpan an detonat detonator or
Bahan peledak dan detonator tidak boleh disimpan dalam satu bangunan yang disatu tempat.
Dilengkapi dengan penangkal penangkal petir dan harus diperiksa setiap 6 bulan.
e. Tata Cara penyimpanan Bahan Peledak
tata cara penyimpanan bahan peledak harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
Bahan peledak disimpan dan disusun menurut system rak dengan tumpukan yang serendah-rendahnya, 30 cm di atas lantai.
Tinggi susunan bahan peledak tidak boleh lebih dari 1,80 m dan sirkulasi udara harus diperhatikan.
Didalam gudang bahan peledak tidak boleh disimpan benda lain.
Dilarang membuka peti bahan peledak pada jarak kurang dari 15 m dari gudang bahan peledak.
o
Suhu dalam gudang tidak boleh lebih dari 35 C.
Pembuatan Lubang Tembak
Lubang tembak dibuat pada batuan yang akan diledakkan dan : Dibuat dengan alat bor. Jumlah lubang tembak satu atau lebih t ergantung kepentingan. Kedalaman dan lebar lubang tembak menyesuaikan dengan jenis bahan peledak yang
dipakai. Sebelum diisi dengan bahan peledak tiap lubang harus dibersihkan dengan kompresor.
Sistem Peledakan
Untuk menghemat waktu dan tenaga untuk menghancurkan batuan dibuat lebih dari satu lubang tembak. Oleh sebab itu system peledakan dapat dilakukan dengan : Serentak, apabila peledakan dilakukan dengan skala kecil sehingga suara dan getaran
yang ditimbulkan tidak membahayakan. Benturan (delayed blasting), apabila peledakan dilakukan dengan skala menengah-
besar sehingga apabila dilakukan peledakan tunggal suara dan getaran yang dihasilkan diduga sudah berdampak negative. Dampak ini akan menjadi lebih besar apabila dilakukan serentak. Catatan: Tempat yang akan diledakkan agar diberi diberi tanda (biasanya dengan bendera merah yang
dapat dilihat dari jarak minimal 500 m). Berikan tanda peringatan awal (biasanya dengan bunyi sirine) agar daerah sekitar
diamankan. Pilih system peledakan sesuai dengan kepentingan dan berdampak seminimal
mungkin sebagai akibat suara dan getaran yang ditimbulkan.
Berikan tanda peringatan akhir (biasanya seperti pada tanda peringatan awal) apabila
lokasi ledakan sudah dinyatakan aman untuk melanjutkan pekerjaan/kegiatan. Yakinkan bahwa petugas kegiatan peledakan mempunyai kewenangan melaksanakan
pekerjaan tersebut (Sukandarrumidi, 2009).
Gambar 6. Kegiatan penambangan batu gamping dan dolomit
C. Pengolahan Bahan Galian Hasil Tambang
Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produk bahan galian yang bersangkutan. Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani pengolahan bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan. Dari segi ekonomis pengolahan ini bertujuan untuk : 1. Memudahkan Memudahkan dalam pengolahan pengolahan lebih lanjut. lanjut. Umumnya, setelah ditambang, bahan galian tidak dapat langsung digunakan. Namun kembali digunakan sebagai bahan baku dari industri lain dengan diadakannya pengolahan awal. Maka hal ini akan memudahkan konsumen untuk langsung menggunakan bahan galian tersebut tanpa harus mengeluarkan cost untuk pengolahan awal, sehingga konsumen akan dapat membeli bahan galian dengan harga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelum pengolahan awal. 2. Memaks Memaksima imalka lkan n jumlah jumlah daya daya angk angkut. ut.
Dengan dipisahkannya antara tailing dengan konsentrat, maka pada saat proses pemindahan bahan galian, kita tidak perlu memindahkan zat pengotornya, sehingga jumlah bahan galian yang dapat kita pindahkan menjadi maksimal dan hal ini akan mempengaruhi pada cost transportasi pemindahan bahan galian (Hauling) yang semakin rendah. 3. Mengur Mengurang angii ongko ongkoss pele pelebur buran. an. Dari segi teknis, pengolahan awal ini i ni juga memliki beberapa keuntungan, diantaranya : 1.
Memudahkan dalam pengolahan lanjutan. Dengan sudah terpisahnya konsentrat dan tailing, maka pengolahan lanjutan untuk konsentrat ini akan menjadi lebih mudah.
2.
Kemungkinan mendapatkan mineral ikutan. Pada saat pengolahan, proses utama yang dilakukan adalah memisahkan bahan galian utama dengan material lain. Namun dalam beberapa kasus, material tersebut juga dapat berupa bahan galian ekonomis,seperti adanya unsur emas pada penambangan tembaga yang dilakukan PT Free Port P ort Indonesia.
3.
Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan
4.
Proses pemisahan (pengolahan) secara fisik jauh lebih sederhana dan menguntungkan daripada proses pemisahan secara kimia.
Pengolahan dolomit dilakukan dengan cara sederhana, bongkah-bongkah dolomit hasil dari penambangan diangkut ke unit pengolahan. Kemudian bongkah-bongkah ini di reduksi ukurannya dengan alat pemecah batu dan selanjutnya digiling untuk mendapatkan dolomit yang berukuran halus (tepung) dengan ukuran tertentu yang disesuaikan dengan permintaan. Tahap-tahap utama dalam proses PBG dolomite t erdiri dari: a. kominusi atau reduksi ukuran (comminution)
Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses pengolahan bahan galian yang bertuju bertujuan an untuk :
Membebaskan / meliberasi (to liberate) mineral berharga dari material pengotornya.
Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada proses berikutnya.
Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat lain, misalnya reagen flotasi.
Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu :
Peremukan / pemecahan (crushing)
Penggerusan / penghalusan (grinding)
Disamping itu kominusi, baik peremukan maupun penggerusan, bisa terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
Tahap pertama / primer (primary stage)
Tahap kedua / sekunder (secondary stage)
Tahap ketiga / tersier (tertiary stage)
Kadang-kadang ada tahap keempat / kwarter (quaternary stage)
1. Peremu Peremukan kan / Pemeca Pemecahan han (Crush (Crushing ing)) Peremukan Peremukan adalah adalah proses reduksi reduksi ukuran ukuran dari bahan galian galian yang langsun langsung g dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Peralatan yang dipakai antara lain adalah : Jaw crusher, , Cone crusher, Gyratory Gyratory crusher crusher
crusher , Roll crusher Impact ,Impact crusher , Rotary breaker , dan Hammer mill.
Gambar 7. Impact crusher
gambar 8. Cone crusher
2. Pengge Penggerus rusan an / Penghal Penghalusa usan n (Grindi (Grinding) ng) Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri dari :
Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls).
Batang-batang baja (steel rods).
Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang disebut
semi autagenous mill (SAG).
Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling
menggerus dan disebut autogenous mill . Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah :
Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja atau keramik.
Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja.
Semi autogenous mill (SAG) bila media penggerusnya sebagian adalah bahan galian atau bijihnya sendiri.
Autogenous mill bila media penggerusnya adalah bahan galian atau bijihnya sendiri.
Gambar 9. Ball mill
Gambar 10. Rod mill
gambar 11. Se Semi Autogenous mill
b. Pemisahan Berdasarkan Ukuran (Sizing) Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh bermacammacam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses pengolahan yang berikutnya.
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium. Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :
Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).
Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium adalah :
Hand sieve
Tyler r vibrating sive Vibrating sieve series / Tyle
Sieve shaker / rotap
Wet and dry sieving
Gambar 12. Hand sieve
Gambar 13. Rotap
Sedangkan ayakan (screen) yang yang berskala industri antara lain : Stationary grizzly, Roll
grizzly, Sieve bend , Revolving screen, Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.), Shaking screen, Rotary shifter (Tambang Unhas, 2009) .
Gambar 14. Vibrating screen
Gambar 15. Stationary grizzly
D. Reklamasi
Dampak Penambangan Bahan Galian Kelayakan tambang merupakan salah satu elemen penting dalam evaluasi proyek penambangan. Penilaian yang dimaksud meliputi penilaia n dampak ekonomi, lingkungan dan sosial dari suatu kegiatan pertambangan, yang bertujuan menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan proyek serta resiko-resiko besar yang akan timbul hingga implikasi penutupan tambang. Beberapa permasalahan umum yang dijadikan variabel analisis kelayakan kelayakan tambang tambang diantaranya diantaranya adalah :
Potensi area yang terganggu.
Sensitifitas lingkungan flora dan fauna.
Volume dan jenis limbah yang akan dihasilkan, termasuk batuan sisa dan tailing.
Karakterisasi limbah.
Stabilitas geoteknik pada permukaan tanah dan struktur hasil rekayasa.
Persyaratan hukum mengenai rancangan dan penutupan tambang.
Usulan rancangan untuk fasilitas penyimpanan limbah dan biaya rehabilitasi serta penutupan tambang.
Pengembangan dan keberlanjutan sosial dan ekonomi, seperti : usaha lokal, penggunaan
lahan
dan
infrastruktur
serta
program-program
masyarakat lainnya. Dampak lingkungan kegiatan pertambangan antara lain berupa :
Penurunan produktivitas tanah.
Pemadatan tanaH.
Terjadinya erosi dan sedimentasi.
pengembangan
Terjadinya gerakan tanah/ longsoran.
Terganggunya flora dan fauna.
Terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk.
Perubahan iklim mikro.
Perubahan bentuk lahan yang diakibatkan oleh aktifitas pertambangan merupakan salah satu dampak yang tidak dapat dihindari. Namun tahapan reklamasi lahan yang diterapkan dengan baik dapat mengembalikan fungsi lahan. Jika lahan dibiarkan tanpa ada rekayasa teknik reklamasi dapat berakibat tingginya intensitas erosi yang terjadi sehingga dapat berakibat hilangnya lapisan tanah yang subur.
Rencana Reklamasi
Keberhasilan reklamasi bergantung pada beberapa hal seperti : persiapan penanaman, cara penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar kegiatan reklamasi dapat berhasil dengan baik, antara lain pemilihan jenis tumbuhan, metode penanaman, pemupukan, serta pemeliharaan tanaman.
Pemilihan Jenis Tumbuhan Pada umumnya program revegetasi tambang diarahkan pada penanaman jenis tumbuhan asli. Sebaiknya dipilih jenis tumbuhan lokal yang sesuai dengan iklim dan kondisi tanah setempat. Jenis tumbuhan yang dipilih juga tergantung pada penggunaan lahan tersebut di masa yang akan datang. Harus selalu diperhatikan kemungkinan bahaya kebakaran pada daerah yang ditanami kembali. Apabila revegetasi bertujuan untuk menghidupkan kembali bermacam spesies lokal dan bersifat permanen, maka proses pemilihan spesies yang sesuai perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Pengamatan Pengamatan spesies spesies tumbuhan tumbuhan yang yang tumbuh tumbuh secara secara alamiah pada pada setiap daerah daerah yang yang sudah sudah lama tergang terganggu gu dekat dekat lokasi lokasi reklamasi reklamasi sehing sehingga ga pengelompo pengelompokan kan dan pertumbuhannya dapat diidentifikasi. 2. Pengamatan Pengamatan tanah tanah dan kondisi kondisi penirisan penirisan dimana dimana spesies spesies lokal lokal yang berbed berbedaa dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lokasi tambang. 3. Pemilihan Pemilihan jenis tanaman tanaman yang yang dapat dapat menghasilkan menghasilkan biji biji dan dapat dapat memperbany memperbanyak ak diri sendiri. 4. Jenis
tanaman tanaman
yang yang
bernilai bernilai
ekonomi/ ekonomi/
pertimbangan peruntukan lahannya (RUTR).
komersi komersiil il
dapat
digunaka digunakan n
dengan dengan
5. Pertimbangan Pertimbangan prasyar prasyarat at habitat, habitat, dimana kemungkin kemungkinan an kembalinya kembalinya binatang binatang liar liar ke daerah tersebut merupakan unsur penting dari penggunaan lahan pasca penambangan (post mining land use). 6. Pertimbangka Pertimbangkan n penanaman penanaman tumbuhan tumbuhan pangkas pangkas (trubus) (trubus) karena karena tumbuhan tumbuhan ini sering sering merupakan kelompok tumbuhan yang baik dan akan memperbaiki kesuburan tanah. Perlu selalu mengikuti perkembangan pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman yang cocok untuk kegiatan revegetasi lokasi bekas tambang.
Metode Penanaman Terdapat beberapa pilihan metode penanaman kembali dari tumbuhan asli. Metode penanaman yang dipilih tergantung pada ukuran dan sifat dari lokasi dan tersedianya jenis tanaman. Metode yang perlu diperhatikan antara lain : 1. Penyemaian Penyemaian langsung langsung : Metode Metode yang sangat sangat ekonomis ekonomis untuk revege revegetasi tasi tetapi tetapi hanya pada tingkat tumbuh biji dan penyemaian yang yang cukup tinggi. Keuntungannya Keuntungannya adalah upah buruh yang rendah, penaburan biji secara acak dan tidak memerlukan pengecekan terhadap tingkat pertumbuhan setelah selesai penanaman. Kelemahannya adalah resiko kegagalan yang lebih tinggi bila kondisi iklim kurang baik, persaingan dengan rumput liar, hilangnya bijih oleh pemangsa serta daya kecambah bijih yang rendah. 2. Penanaman Penanaman semaian semaian : pada metode metode ini diperlukan diperlukan pemasok yang yang dapat dapat dipercaya dipercaya atau pembangunan semaian di lapangan. Keuntungannya adalah penggunaan biji yang tersedia menjadi efisien, pengendalian terhadap adanya campuran jenis biji dan tidak ada pembatasan jenis-jenis tumbuhan yang termasuk dalam program revegetasi. 3. Pencangkoka Pencangkokan n : pencangkokan pencangkokan pohon pohon dewasa dewasa dan semak semak dapat dapat dilkaukan dilkaukan pada pada lokasi tertentu. Keuntungannya termasuk efek pertumbuhan langsung dan kemungkinan memperoleh sumber biji yang tepat. Kelemahannya adalah mempunyai resiko kegagalan yang tinggi.
Pemupukan Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan revegetasi antara lain : 1. Pengg Penggun unaa aan n gips gipsum um : Gipsum digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah yang mengandung
banyak lempung dan untuk mengurangi pembentukan kerak tanah pada tanah padat. Penggunaan gipsum akan menggantikan ion sodium dengan ion kalsium sehingga dapat meningkatkan struktur tanah, meningkatkan daya resap tanah
terhadap air, aerasi (udara), pengurangan kerak tanah, mengurangi kadar garam. Bila lapisan tanah bagian bawah (sub soil) yang diperbaiki, maka perlu dibuat
alur garukan yang dalam agar gipsum dapat terserap. Jika tanah kerak yang diperbaiki sebarkan gipsum pada lapisan permukaan saja.
Pengolahan biasanya dilakukan sekali saja. Pengaruh pengolahan dengan gipsum akan tahan selama beberapa tahun, pada saat tumbuh-tumbuhan sudah mampu bahan-bahan organik yang memberikan dampak positif bagi tumbuhan
2. Peng Penggu guna naan an Kap Kapur ur : Kapur digunakan khususnya untuk mengatur pH akan tetapi dapat juga untuk
memperbaiki struktur tanah. Pengaturan pH dapat merangsang tersedianya zat hara untuk tanaman dan
mengurangi zat-zat racun. Kapur biasanya digunakan dalam bentuk tepung gamping serta kapur
dolomitan. Kapur atau batugamping giling kasar dan kapur dolomit mempunyai daya
kerja lebih lambat akan tetapi pengaruhnya dalam menetralisir pH lebih lama dibandingkan kapur tohor. 3. Penggunaan Penggunaan mulsa, mulsa, Jerami Jerami dan dan Bahan Bahan Organik Organik Lainnya. Lainnya. Mulsa adalah bahan yang disebarkan di permukaan tanah sebagai upaya
perbaikan kondisi tanah untuk penyesuaian biji pada pertumbuhan awal. Tanaman penutup berumur pendek dapat juga digunakan sebagai mulsa. Selain untuk mengendalikan erosi juga bermanfaat untuk mempertahankan
kelembaban tanah dan mengatur suhu permukaan tanah. Pada umumnya penggunaan mulsa terbatas pada lokasi yang memerlukan
reklamasi yang cepat, perlindungan tempat-tempat tertentu (seperti tanggul) atau jika perbaikan tanah atau media akar dibutuhkan. Jerami atau batang padi umumnya digunakan sebagai mulsa daerah yang luas. Berbagai jenis bahan organik atau limbah pertanian dapat digunakan sebagai
mulsa yang penggunaannya bergantung dari ketersediaan dan harganya. Bahan-bahan yang baik digunakan sebagai mulsa antara lain tumbuhan yang tergusur pada waktu pengupasan tanah, potongan-potongan kayu dan serbuk gergaji, ampas pabrik tebu dan berbagai jenis kulit kacang-kacangan.
Nitrogen mungkin perlu ditambahkan untuk memenuhi kekurangan nitrogen
yang terjadi pada saat mulsa segar mulai membusuk/ terurai. Pelaksanaan Reklamasi
Setiap lokasi pertambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi pelaksanaan reklamasi. Kegiatan ini meliputi : Persiapan lahan :
pemindahan/ pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak digunakan dari lahan yang akan direklamasi.
Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/ limbah beracun dan berbahaya dengan perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan.
Pembuangan atau penguburan potongan beton dan ”scrab” pada tempat khusus.
Penutupan lubang bukaan tambang dalam secara aman dan permanen.
Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang akan direklamasi.
Pengaturan Bentuk Lahan :
Pengaturan bentuk lereng : pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air limpasan (”run off”), erosi, sedimentasi serta longsor. Diusahakan lereng jangan terlalu tinggi atau terjal te rjal dan dibentuk berteras-teras.
Pengaturan Saluran Pembuangan Air (SPA) : dimaksudkan untuk mengatur air agar mengalir pada tempat tertentu sehingga bisa mengurangi kerusakan lahan akibat erosi. Jumlah dan kerapatan serta bentuk SPA tergantung dari bentuk lahan (topografi) dan luas areal yang direklamasi.
Pengaturan/ penempatan Low Grade Maksud pengaturan dan penempatan low grade (bahan tambang yang mempunyai nilai ekonomis rendah) adalah agar bahan tambang tersebut tidak tererosi/ hilang apabila ditimbun dalam waktu yang lama karena belum dapat dimanfaatkan. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi. Pengendalian erosi merupakan hal yang mutlak dilakukan selama kegiatan penambangan dan setelah penambangan. Erosi dapat mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur dan sedimentasi di alur-alur sungai. Untuk mengendalikan erosi dilakukan tindakan konservasi tanah, baik fisik maupun vegetatif. Erosi pada panambangan pada umumnya disebabkan oleh air. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi oleh air adalah : curah hujan, kemiringan lahan (topografi), jenis tanah, tata guna lahan dan tanaman penutup lahan.
Beberapa cara yang diusulkan untuk mengendalikan erosi dan air li mpasan adalah 1. Meminimalisa Meminimalisasikan sikan area terganggu terganggu dengan dengan : Membuat rencana detil kegiatan penambangan dan reklamasinya. Membuat batas-batas yang jelas areal penambangan. Penebangan pohon sebatas areal yang akan dilakukan penambangan. Pengawasan yang ketat pada pelaksanaan penebangan pepohonan.
2. Membatasi/ Membatasi/ mengur mengurangi angi kecepatan kecepatan air air limpasan limpasan dengan dengan : Pembuatan teras-teras. Pembuatan saluran diversi (pengelak). Pembuatan SPA. Pembuatan dam pengendali. Pembuatan check dam.
3. Meningkatka Meningkatkan n infiltra infiltrasi si (peresapan (peresapan air tanah. tanah. Dengan penggaruan tanah searah kontur. Akibat penggaruan, tanah menjadi gembur dan volume tanah meningkat
sebagai media tumbuh tanaman. Pengelolaan air yang keluar dari lokasi tambang Penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan harus di dalam wilayah Kuasa Pertambangan.
membuat
bendungan
sedimen
untuk
menampung
air
yang
banyak
mengandung sedimen.
Bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang kuat dan permanen yang dilengkapi saluran pengelak.
Bila endapan sedimen telah mencapai setengah dari badan bendungan, sebaiknya sedimen sedimen dikeruk dan dapat digunakan sebagai lapisan tanah atas (top soil).
Kurangi kecepatan aliran dengan membuat teras, checkdam dari beton, kayu, batu atau lainnya.
Air Asam Tambang Air Asam Tambang (AAT) atau ”acid mine drainage” dapat dikenal dari warna jingga/ kuning dari endapan ferihidroksida di dasar aliran (streambeds) dan adanya bau belerang, tetapi hal itu tidak selalu terjadi. Keasaman tanah bisa juga menjadi indikasi masalah AAT yang potensial. potensial. Pembersihan vegetasi dan pemberian pupuk nitrogen dapat
menjadikan tanah yang bersifat asam, dimana keasaman ini tidak berhubungan dengan oksidasi pirit. Sekali AAT AAT terbentuk terbentuk maka maka akan sulit sulit dan membutuh membutuhkan kan biaya biaya besar untuk untuk menanganinya. Karena kebanyakan ion-ion logam akan bertambah daya larutnya dengan berkurang berkurangnya nya pH. AAT sering sering menyebabkan menyebabkan masalah masalah terjadinya terjadinya logam logam berat. Untuk pengelolaan dan pencegahannya perlu diketahui karakteristik dari tanah penutup dan bahan buangan dan pengetahuan tentang hidrologi di daerah tersebut. Jadi kemungkinan timbulnya AAT bisa diduga dari material yang berpotensi menimbulkan asam harus diseleksi dan diisolasi.
E. Kegunaan Dolomit
Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batugamping dan magnesit. Kadang-kadang penggunaan dolomit ini sejalan atau sama dengan penggunaan batugamping atau magnesit untuk suatu industri tertentu. Akan tetapi, biasanya dolomit lebih lebih disukai karena banyak terdapat di alam. Bahan tambang dolomit dapat dipergunakan secara langsung, dolomit yang sudah dikalsinasi, maupun kimia dari dolomit. 1. Untuk pengg penggunaan unaan dolomit dolomit secara secara langsun langsung g diantarany diantaranyaa untuk. untuk.
Pertanian : untuk menetralisir tanah yang sudah masam dan menahan keasaman yang ditimbulkan oleh pupuk urea. urea. Pemberian pupuk yang terlalu banyak (dengan urea maupun kalium) akan menurunkan Mg sehingga menyebabkan kehilangan kemampuan berasimilasi dengan CO2. Dengan pemberian dolomit, pH tanah akan meningkat sehingga unsur-unsur N, P, K akan menjadi semakin baik.
Semen klinker mortar : penambahan dolomit terhadap semen akan mempercepat hidrasi semen.
Dempul rekahan : selain batugamping, dolomit dolomit atau campuran keduanya keduanya dapat digunakan sebagai penyemen rekahan-rekahan pada kayu.
2. Untuk dolomi dolomitt yang sudah sudah dikalsin dikalsinasi asi dapat dapat digunakan digunakan untuk :
Semen Magnesium Oksiklorida : digunakan dalam industri komponen kendaraan mobil.
Semen Magnesium Oksisulfat : seman ini banyak digunakan untuk mempercepat pembuatan jalan raya, pavement dan berbagai konstruksi serta untuk mengisi rekahan-rekahan.
Busa Magnesium Anorganik : untuk bahan pintu, pelapis, dinding tahan api, bata penyekat dan pencegahan keling baja dari korosi. korosi.
Bata Silika.
3. Untu Untuk k kim kimia ia dolo dolomi mite te Magnesium Oksida (MgO), digunakan untuk :
Industri gelas dan kaca lembaran : sebagai bahan pencampur.
Industri keramik dan porselen.
Industri refraktori (bahan tahan api) : merupakan salah satu bahan pembentuk barang tahan api basa. Dolomit dipakai sebagai refraktory karena mempunyai sifat fisik : warna putih, merah muda, muda, kuning, kekerasan = 3,5 – 4,0, berat jenis = 2,8 – 2,9. Pembuatan refractory refractory diawali dengan penstabilan penstabilan dolomit, dilakukan peremukan, dicampur dengan air (12%), dextrin (5%) dicetak, o
diangin-anginkan kemudian dipanaskan 1350-1450 C.
Industri peleburan dan pemurnian logam : MgO dipakai sebagai bahan imbuh (influx) (influx) pada tanur tinggi tinggi yang yang berfungsi berfungsi untuk menurunkan menurunkan titik lebur dan mengikat unsur2 ikutan/ kotoran yang berupa silika, alumina menjadi slag. Dolomit dipakai karena punya sifat sarang tetapi keras, lunak dan hancur sebelum mencapai titik lebur logamnya.
Industri bahan penggosok : dikenal dengan nama Viena Lime, merupakan bahan penggosok pada beberapa macam logam dan mutiara.
Magnesium Hydroksida (MgOH) :
digunakan
sebagai
filler
pada
industri
plastik,
berfungsi
untuk
memperlambat pengaruh panas atau api. Proses Proses pembuatan pembuatan magnesia magnesia dolomite dolomite melalui 3 tahapan tahapan yaitu Proses Proses kalsinasi kalsinasi dolomit, proses ini untuk mendapatkan MgO dan CaO dengan kadar maksimal. Pada proses ini dolomite di panaskan dengan suhu 900 oC selama 3 jam dengan ukuran 3-5 cm. Reaksi yang terjadi adalah : CaCO.MgCO 3
-
→
CaO + MgO + 2CO2 + Kkal
proses ekstraksi magnesium hidroksida Mg(OH)2. Ekstraksi magsiun hidroksida dilakukan dalam media air laut. MgO dalam dolomit yang terkalsinasi dipisahkan dengan CaO kemudian diberi air sehingga terbentuk magnesium hidroksida. CaO + MgO + H2O → Ca (OH)2 + Mg(OH)2 + Kkal
Reaksi Reaksi ini spontan spontan dan menghasilkan menghasilkan panas panas dan disebut disebut proses slacking. slacking. Selanjutnya Selanjutnya adalah adalah proses pencucian, dan diteruskan kalsinasi terhadap magnesium magnesium hidroksida Mg(OH)2 → MgO + H2O
4. Penggu Penggunaa naan n dolo dolomit mit lainnya lainnya :\
Industri Industri alkali Pengikat Pengikat senyawa sulfur sulfur dari bahan-bahan bahan-bahan yang banyak mengandung sulfur.
Sebagai pembersih air : untuk mengikat SiO2 dalam air.
Sebagai bahan pengisi (filler) pada industri ban, cat, kertas, plywood.
Sebagai bahan baku obat-obatan dan kosmetik.
Sebagai campuran makanan ternak (Uulgrs, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Ajie. 2009. Dolomit . Http://bongkah.blogspot.com/20 Http://bongkah.blogspot.com/2009/03/what-is-dolomit.html 09/03/what-is-dolomit.html [12 Maret 2010]. Anonim. 2009. Dolomit . Http://www.scribd.com/doc/2269497 Http://ww w.scribd.com/doc/22694972/DOLOMIT-KULIAH-7 2/DOLOMIT-KULIAH-7 [18 Maret 2010]. Nurhakim. 2007. Dasar-Dasar Pengolahan Bahan Galian . Http://nurhakim.zoomshare.com/ files/bgi/bahankuliah-bgi-05.pdf files/bgi/bahankuliah-bgi-0 5.pdf [12 Maret 2010]. Kusuma, Adang P. 2002. Sebaran dan Kelayakan Penambangan Bahan Galian Non Logam Http://katalog.pdii.go.id/index.php/searchkatalog/ atalog/ Di Kabupaten Kabupaten Lamongan, Lamongan, Jawa Timur Timur . Http://katalog.pdii.go.id/index.php/searchk downloadDatabyId/45/45.pdf [11 Maret Maret 2010]. Kusuma, Adang P. 2007. Penyelidikan Geologi Lingkungan Pertambangan Bahan Galian
Golongan C Kabupaten Lamongan, Jawa Timur . Http://katalog.pdii.go.id/index.php/ searchkatalog/downloadDatabyId/40/40.pdf searchkatalog/downloadDatabyId/40/40 .pdf [11 Maret 2010]. Sherviendo, Rheo. 2009. Bahan Galian Industri . Http://www.minerhe.co.cc/2009/07/ bahan-galian-industri.html [13 Maret 2010]. Sukandarrumidi. 2009. Bahan Bahan Galian Industri Industri. Yogyakarta: Gajah Mada University P ress. Tambang Unhas. 2009. Pengolahan Bahan Galian. Tekmira. 2009. Dolomit . Http://www.tekmira.esdm.go.id/data/dolomit/ ulasan.asp?xdir=Dolomit&commId=10&com=Dolomit ulasan.asp?xdir=Dolomit&commId=1 0&com=Dolomit [18 Maret 2010]. Tekmira. 2010, Rancangan dan Desain Penambangan Dolomit Sistem Room and Pillar . Uulgrs. 2010. Industri Batu Gamping Lamongan . Http://uulgrs.wordpress.com/category Http://uulgrs.wordpress.com/category// industri-penambangan-nasionalis industri-penambangan-nas ionalis [18 Maret 2010].