Tugas
: Keperawatan komunitas 1
Dosen
: Muhammad Muhammad Qasim S.Kep., NS., M.Kes
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DIABETES MELLITUS
OLEH: 1. Atenti febria (NH0116026) 2. Dina masbaitubun (NH0116037) 3. Elen dit resok far far (NH01160 4. Erniwati (NH01160 5. Nelynawati (NH0116 PROGRAM STUDI ILMU S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan Nya mungkin pen yusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan den gan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima terima kasih kepada dosen pengajar kami ibu Ns. Muh. Qasim Qasim dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "askep keluarga dengan diabetes melitus”. yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I KONSEP MEDIS
A. B. C. D. E. F. G. H.
Defenisi Etiologi Patofisiologi Manifestasi klinis Pemeriksaan diagnostik Penatalaksanaan Komplikasi Penyimpangan KDM
BAB II KONSEP KEPERAWATAN
A. B. C. D. E.
Pengkajian Diagnosa keperawatan Intervensi Implementasi Evaluasi
BAB III TINJAUAN KASUS
A. B. C. D. E.
Pengkajian Analisa data Diagnosa keperawatan Intervensi Implementasi dan evaluasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA
BAB I KONSEP MEDIS A. DEFINISI
Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,2002). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo,2002) aKesimpulan DM yaitu suatu kelainan pada seseorang yang di tandai naiknya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang di akibatkan karena kekurangan insulin.
B. ETIOLOGI
1. Diabetes tipe I : a. Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri: tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. b. Faktor-faktor imunologi Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen. c. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta. 2. Diabetes tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor resiko : 1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 th) 2. Obesitas 3. Riwayat keluarga
C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut: berkurangnya pemakaian glukosa oleh selsel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 200-1200 mg/dl. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah dan akibat dari berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160180mg/100ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah fan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa yang normal, atau toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat, jika hiperglikemianya parah atau melebihi ambang ginjal, maka timbul
glukosaria. Glukosaria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan mengeluarkan kemih (poliuria) harus testimulasi, akibatnya pasien akan minum dalam jumlah banyak karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang, rasa lapar semakin besar (polifagia) timbul sebagai akibat kehilangan kalori. (Price,2006)
D. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan potofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Menurut pupartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah: 1. Katarak 2. Glaukoma 3. Retinopati 4. Gatal seluruh badan 5. Pruritus vulvae 6. Infeksi bakteri kulit 7. Infeksi jamur di kulit 8. Dermatopati 9. Neuropati perifer 10. Neuropati viseral 11. Amiotropi 12. Ulkus neurotropik 13. Penyakit ginjal 14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner 16. Penyakit pembuluh darah otak 17. Hipertensi Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak. Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kadar glukosa a. Gula darah sewaktu/random>200mg/dl b. Gula darah puasa/nuchter >140mg/dl c. Gula darah 2jam PP (post prandial) >200mg/dl 2. Aseton plasma : hasil (+) mencolok 3. As lemak bebas : peningkatan lipid dan kolesterol 4. Osmolaritas serum (>330 osm/l) 5. Urinalisis : proteinuria, ketonuria, glukosuria
F. PENATALAKSANAAN
a. Diet
Perhimpunan
Diabetes
Amerika
dan
persatuan
Dietetik
Amerika
merekomendasikan50-60% kalori yang berasal dari: 1. Karbohidrat 60-70% 2. Protein 12-20% 3. Lemak 20-30% b. Obat hipoglikemik oral (OHO) 1. Sulfonilurea: obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara:
Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat ransangan glukosa
2. Biguanid: menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sempat di bawah normal. 3. Inhibitor a glukosidase: menghambat kerja enzim a glukosidase di dalam saluran cerna; sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial. 4. Insulin sensiting agen: thoazahdine diones meningkatkan sensivitas insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin tanpa menyebabkan hiperglikemia, tetapi obat ini belum beredar di Indonesia. 5. Insulin: Indikasi gangguan:
DM dengan berat badan menurun dengan cepat
Ketoasidosis asidosis laktat dengan koma hiperosmolar
DM yang mengalamistres berat (infeksi sistemik,operasi berat, dll)
DM dengan kehamilan atau DM gestasional yang tidak terkendali dalam pola makan
DM tidak berhasil di kelola dengan obat hipoglemik oral dengan dosis maksimal (kontradiksi dengan obat tersebut). Insulin oral/suntikan dimulai dari dosis rendah, lalu di naikkan perlahan, sedikit demi sedikit sesuai dengan hasil pemeriksaan gula darah pasien.
c. Latihan Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metabolisme istirahat, dapat menurunkan BB, stress, dan menyegarkan tubuh. Latihan menghindari
kemungkinan trauma pada ekstermitas bawah, dan hindari latihan dalam udara yang sangat panas/dingin, serta pada saat pengendalian metabolisme buruk. Gumakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan. d. Pemantauan Pemantauan kadar glukosa secara mandiri. e. Terapi (jika diperlukan) f. Pendidikan
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes di klasifikasikan sebagai komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut terjadi akibat intoleransi glikosa yang berlangsung dalam jangka waktu pendek dan mencakup erikut: a. Hipoglikemia b. DKA c. HHNS Komplikasi kronik biasanya terjjadi 10-15 tahun setelah awitan diabetes melitus. Komplikasinya mencakup sebagai berikut : a. Penyakit makrovaskular (pembuluh darah besar): memengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak. b. Penyakit mikrovaskular (pembuluh darah kecil): memengaruhi mata (retinopati) dan ginjal (nefropati); kontrol kadar gula darahuntuk menunda atau mencegah awitan komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular c. Penyakit neuropatik : memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom serta berperan memunculkan sejumlah masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki.
H. PENYIMPANGAN KDM Defisiensi insulin Glukagon meningkat
Penurunan pemakaian glukosa oleh sel
glukoneogenesis Hiperglikemia
Lemak
protein
ketogenesis
BUN meningkat
Glycosuria Osmotic diuresis
Nitrogen urin
ketonemia Mual
Kekurangan
Dehidrasi
meningkat
volume cairan
Penurunan pH
muntah
Hemokonsentrasi asidosis Trombosis
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Koma Aterosklerosis
kematian
Mikrovaskule
Makrovaskuler
Jantung Nyeri akut
Selebral
Miokard infark
Ekstermitas
Retina
Gangren
Retinopati
Stroke
Ginjal Nefropati
diabetik Gangguan integritas kulit
Gagal Gangguan penglihatan
Resiko cidera
BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN
ginjal
1. Identitas klien 2. Riwayat kesehatan sekarang a. Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh-sembuh. b. Kesemutan c. Menurunnya BB d. Meningkatnya nafsu makan e. Sering haus f.
Banyak kencing
g. Menurunnya ketajaman penglihatan. 3. Riwayat kesehatan dahulu 4. Riwayat kesehatan keluarga 5. Pemeriksaan fisik : head to toe 6. Pemeriksaan penunjang a. Kadar glukosa
Gula darah sewaktu/random>200mg/dl
Gula darah puasa/nuchter>140 mg/dl
Gula darah 2jam pp (post prandial)>200mg/dl
b. Aseton plasma : hasil (+) mencolok c. As lemak bebas : peningkatan lipid dan kolesterol d. Osmoralitas serum (>330 osm/l)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan 4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik 5. Resiko cidera
C. INTERVENSI
DIAGNOSA
NOC
NIC
KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan
nutrisi Tautan NOC
Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Status nutrisi b.d factor biologis.
1. Tentukan
gizi pasien dan
Indicator outcome:
Batasan karakteristik:
1. Penurunan
berat
1. Asupan gizi, skala target
status
outcome
kemampuan pasien
untuk
badan dengan asupan
dipertahankan pada
memenuhi
makan adekuat.
1
kebutuhan gizi.
2. Cepat
kenyang
setelah makan 3. Gangguan rasa
menyimpang rentang
sensasi
(sangat dari
2. Tentukan jumlah
normal)di
kalori dan jenis
tingkatkan
ke
3
nutrisi
yang
(cukup menyimpang
dibutuhkan untuk
dari rentang normal)
memenuhi
2. Asupan
cairan
,
kebutuhan gizi.
skala target outcome
3. Tentukan
dipertahankan pada
yang
2
preferensi
(banyak
menyimpang
dari
rentang normal) di tingkatkan
ke
4
(sedikit menyimpang rentang normal)
dari
makanan pasien
apa menjadi
bagi
Kekurangan volume cairan Tautan NOC
Manajemen cairan
b.d kegagalan mekanisme Keseimbangan cairan regulasi.
1. Monitor tanda vital
Indicator outcome:
Batasan karakteristik:
tanda-
1. Keseimbangan intake
2. Peningkatan
dalam 24jam, skala
dan
target
status pasien
3. Kelemahan
output
berat
1. Haus
konsentrasi urine
dan
2. Timbang
outcome
dipertahankan pada 2
(banyak
terganggu) ke
3
(cukup terganggu) jenis
urin,
hidrasi
(
membrane mukosa lembab,
skala target outcome
adekuat,
dan
dipertahankan pada
tekanan
darah
1 (sangat terganggu)
ortostatik)
Kerusakan integritas kulit Tautan NOC Integritas jaringan : kulit
Batasan karakteristik:
dan membrane mukosa
1. Kerusakan integritas Indicator outcome : 1. Suhu
4. Berikan
cairan
dengan tepat Pengecekan kulit
b.d gangguan sensasi
asing
status
nadi
(sedikit terganggu)
2. Benda
3. Monitor
denyud
di tingkatkan ke 4
kulit
monitor
misalnya,
ditingkatkan
2. Berat
badan setiap hari
kulit
target
skala
1. Periksa kulit dan selaput
lender
terkait
dengan
adanya
outcome
kemerahan,
menusuk permukaan
dipertahankan pada
kehangatan
kulit
1 (sangat terganggu)
ekstrim,
di tingkatkan ke 3
atau drainase
(cukupp terganggu) 2. Hidrasi, skala target
2. Monitor
edema,
warna
dan suhu kulit
outcome
3. Monitor infeksi
dipertahankan pada
4. Periksa
pakaian
2
(banyak
terganggu)
yang terlalu ketat.
di
tingkatkan
ke
4
(sedikit terganggu) Nyeri akut b.d agens cidera Tautan NOC:
Manajemen nyeri
fisik.
kontrol nyeri
Batasan karakteristik:
Indicator outcome:
1. Bukti nyeri dengan menggunakan standar
daftar
1. Lakukan pengkajian nyeri
1. Mengenali
kapan
komprehensif
nyeri terjadi, skala
yang
target
lokasi,
outcome
meliputi
periksa nyeri untuk
dipertahankan pada
karakteristik,
pasien
1
onset/durasi,
yang
tidak
(tidak
pernah
dapat
menunjukkan),
mengungkapkannya.
ditingkatkan
2. Ekspresi
wajah
nyeri. 3. Keluhan
tentang
karakteristik
nyeri
frekuensi,
ke
3
kualitas,
(kadang-kadang
intensitas
menunjukkan)
beratnya
2. Menggunakan
dan
tindakan
atau nyeri factor
pencetus
dengan
pengurangan
menggunakan
tanpa
standar
skala target outcome
analgesic
dipertahankan pada
pasien dilakukan
2
dengan
instrument
nyeri 4. Mengekspresikan perilaku
analgesik,
(jarang
2. Pastikan perawatan bagi
menunjukkan)
di
pemantauan yang
gelisah, merengek ,
tingkatkan
4
ketat.
menangis
(sering
waspada
misalnya
nyeri
dan
ke
menunjukkan)
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
untuk
mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan
penerimaan pasien
terhadap
nyeri 4. Berikan informasi mengenai
nyeri,
seperti penyebab nyeri,
berapa
lama nyeri akan dirasakan,
dan
antisipasi
dari
ketidaknyamanan akibat prosedur Resiko cidera
Tautan NOC
Batasan karakteristik:
Keparahan cidera fisik
1. Gangguan
Pencegahan jatuh
1. Identifikasi
fungsi Indicator outcome:
kognitif
1. Lecet
kulit,
kognitif atau fisik
2. Hambatan fisik
skala target outcome
dari pasien yang
3. Moda
di pertahankan pada
mungkin
1
(berat)
meningkatkan
ditingkatkan
ke
potensi
transportasi
tidak aman 4. Gangguan sensori
integrasi
pada
kekurangan baik
3
(sedang) 2. Memar,
jatuh
pada lingkungan skala
tertentu.
outcome
2. Monitor
dipertahankan pada
berjalan,
2 (cukup berat) di
keseimbangan
tingkatkan
dan
tingkat
kelelhan
dengan
taerget
(ringan)
ke
4
gaya
ambulasi 3. Ajarkan bagaimana
pasien jika
jatuh
,
untuk
meminimalkan cidera 4. Identifikasi perilaku factor
dan yang
mempengaruhi resiko jatuh.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelompokkan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada perencanaan (Budi Anna Keliat : 1998). Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.Pada situasi nyata sering implemetasi jauh berbeda dengan rencana keperawatan.Hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana keperawatan tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang terlah dilaksanakan (Kurniawati, 2004).Langkah ini juga bertujuan untuk mengetahui perkembangan klien setelah melaksanakan tindakan keperawatan. Evaluasi dapat dilakukan dengan pendekatan SOAP (Subyeketif, Obyektif, Analisa dan Plan Of care) yaitu sebagai berikut :
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. A : Analisa ulang terhadap data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru. P : Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa maslah keperawatan.
BAB III TINJAUAN KASUS A. IDENTITAS KELUARGA
1. Data dasar a. Kepala keluarga 1. Nama
: Ny. S
2. Umur
: 56 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Agama
: Islam
5. Pendidikan
: SD
6. Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
7. Alamat
: Sudiang
b. Komposisi keluarga
Jenis
Agama
Hubungan
No Nama
Umur Kelamin
1
Ny. S
56 th
Perempuan Islam
Ibu Ny. S
Tidak sekolah -
2
Tn. A
25 th
Laki-laki
Islam
Anak
SMP
Wiraswasta
3
An. D
7 th
Perempuan Islam
Cucu
SD
Pelajar
dengan KK
Pendidikan
Pekerjaan
c. Genogram
1976
Ny. S 56 th DM 1992
Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Penderita : Laki-laki meninggal : Perempuan meninggal : Menikah : Tinggal Serumah
d. Tipe keluarga Keluarga klien merupakan tipe keluarga besar yang terdiri dari ibu, anak, dan cucu. e. Latar belakang budaya Suku keluarga Ny. S adalah suku Makassar, begitu pula anak dan cucunya. Berkomunikasi sehari-hari antar keluarga menggunakan bahasa Makassar, kebiasaan yang berpengaruh terhadap kesehatan tidak ada. Struktur keluarga banyak dipengaruhi oleh budaya tradisional dalam masyarakat yang berpengaruh pada keluarga yaitu suku Makassar, karena di masyarakat tempat keluarga tinggal mayoritas suku Makassar. Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan modern yaitu rutin memeriksakan kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan/Puskesmas. f. Identifikasi agama Agama yang ada di keluarga Ny. S yaitu agama Islam, di dalam keluarga tidak ada perbedaan agama, antara anggota keluarga terlihat taat dalam menjalankan ibadahnya dan dalam keluarga agama dijadikan sebagai dasar keyakinan dalam kehidupan.
g. Rekreasi keluarga Dalam keluarga Ny. S pernah melaksanakan reksreasi ke tempat wisata (pantai, taman). Selama ini, Ny. S rekreasi 4 bulan sekali dibiayai oleh lurah/kepala desa.
2. Riwayat kesehatan keluarga
a. Riwayat kesehatan keluarga dalam 6 bulan terakhir
Pada 6 bulan terakhir ini Ny. S mengatakan menderita diabetes mellitus dari awal Mei 2018. Ny. S mengatakan saat ini yang dirasakan adalah lutut, ngilungilu, saat lapar klien mengatakan keluar keringat dingin dan merasa ingin pingsan, Ny. S bila makan nasinya lebih sedikit dari sayurnya, klien mengatan sering kencing terutama pada malam hari, penglihatannya kurang baik. Untuk mengatasi keluhan ini Ny. S rutin memeriksakan diri ke Puskesmas dan saat ini masih rutin minum obat glibenklamid 1 x 1, arthrifen dan B-komplek 3 x 1 diminum saat kaki terasa capek atau ngilu-ngilu. Sebelumnya Ny. S mengatakan makannya lebih sedikit selama dia sakit. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TD: 130/80 mmHg, nadi: 78 x/menit, suhu: 36,10C, respirasi: 20 x/menit, BB: 53 kg. Test urin negatif dan hasil terakhir GDS Ny. S pada bulan Mei: 192 mg/dl, Juni: 209 mg/dl, dan Juli: 250 mg/dl. Sebelumnya Ny. S mempunyai kebiasaan minum yang manis-manis (kopi). Diit yang dilakukan Ny. S adalah hanya mengurangi porsi makan dan menghindari mengkonsumsi makanan yang manis-manis.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksa Fisik
No
1
Ny. S
An. D
Tn. A
Keadaan umum
Baik
Baik
Baik
-
TD
130/80 mmHg
-
120/80 mmHg
-
Nadi
-
Suhu
78 x/menit
90 x/menit
80 x/menit
-
TB
36,10C
36,10C
36,50C
-
RR
159 cm
-
-
-
Berat badan
-
Kesadaran
20 x/menit
21 x/menit
20 x/menit
-
Tes urine
53 kg
16 kg
-
-
LK perut
Pemeriksa Fisik
No
-
2
3
4
LK lengan
Ny. S
Composmentis
An. D
Tn. A
Composmentis Composmentis
Normal
-
-
83
-
-
26
-
-
Simetris
Simetris
Simetris
Bersih
Bersih
Bersih
Beruban
Hitam
Hitam
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Jelas
Jelas
Jelas
Simetris
Simetris
Simetris
Isokor
Isokor
Isokor
Anikterik
Anikterik
Anikterik
Ananemis
Ananemis
Ananemis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Simetris
Simetris
Simetris
Kepala -
Bentuk
-
Kulit kepala
-
Warna rambut
-
Luka
-
Nyeri tekan
Mata -
Penglihatan
-
Bentuk
-
Pupil
-
Skela
-
Konjungtiva
-
Nyeri tekan
Telinga -
Bentuk
-
Pengeluaran
Pemeriksa Fisik
No
Ny. S
Cairan -
Tidak ada
Ketajaman pendengaran
An. D
Tidak ada
Tn. A
Tidak ada
Dapat menjawab Dapat
Dapat
pertanyaan
menjawab
pertanyaan dengan baik
dengan baik
pertanyaan dengan baik
5
6
7
Hidung -
Bentuk
-
Polip
Simetris
Simetris
Simetris
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Lembab
Lembab
Lembab
Caries
Tidak caries
caries
Bersih
Bersih
Bersih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Simetris
Simetris
Simetris
Mulut -
Mukosa bibir
-
Gigi
-
Kebersihan
Leher -
P.Kelenjar tonsil Tidak ada
-
Peningkatan tekanan
vena
jugularis
8
-
Lesi
-
Nyeri
Paru -
Bentuk
-
Suara nafas
menjawab
Pemeriksa Fisik
No
9
Ny. S
An. D
Tn. A
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Simetris
Simetris
Simetris
Elastis
Elastis
Elastis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Elastis
Elastis
Elastis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
<3 detik
<3 detik
<3 detik
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Normal
Normal
Normal
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5
Abdomen
10
-
Bentuk dada
-
Turgor
-
Lesi
-
Asites
-
Pemb. Hepar
-
Nyeri tekan
Ektremitas -
Turgor
-
Lesi
-
Capillary refill
-
Sianosis
-
Kaki
-
Kekuatan otot
3. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini
5
Tahap perkembangan keluarga Ny. S saat ini adalah tahap keluarga dengan usia dewasa (pelepasan) karena anak-anaknya sudah menikah dan hanya tinggal satu anak bungsu (Tn. A) yang belum menikah dan tinggal bersama Ny. S
Tugas perkembangan yang belum terpenuhi
Menurut keluarga selama ini tugas perkembangan dapat terpenuhi dengan baik meskipun selama ini yang mencari nafkah adalah anaknya atau dibantu anaknya. Tetapi ada tugas-tugas perkembangan yang belum terpenuhi yaitu menikahkan anak bungsunya dan meningkatkan keakraban dengan pasangan karena suami Ny. S tidak ada.
Riwayat keluarga inti
Dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga, keluarga Ny.S mengatasinya dengan bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga dan yang mengambil keputusan adalah anak laki-lakinya yang nomor 2. Keluarga Ny. S mengatakan mampu menyelesaikan masalah keluarganya sendiri.
Riwayat keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Ny. S sebelumnya tidak ada yang menderita penyakit diabetes mellitus seperti yang dialami Ny. S saat ini, orang tua Ny. S atau bapak Ny. S meninggal karena stroke.
4. Lingkungan
Karakteristik rumah
Status kepemilihan rumah adalah milik sendiri, tipe rumah permanen dengan lantai semen dan dinding tembok, luas rumah 6 x 9 m2, jumlah ruangan terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang TV/keluarga, 1 ruang dapur, dan setiap ruangan mempunyai jendela yang setiap hari dibuka dan memiliki ventilasi yang cukup. Perabot rumah tangga diletakkan sesuai pada tempatnya. Jenis WC yang digunakan adalah bowel, dengan jarak septic tank 10 m dari sumber air dan
sumber air minum berasal dari sumur gali. Halaman dan pekarangan sekitar rumah tampak kotor oleh sampah plastik dan daun-daunan.
Karakteristik komunikasi dan tetangga
Keluarga tinggal di daerah yang tidak jauh dari pusat kota, hubungan anggota keluarga dengan tetangga sekitar baik, mayoritas penduduk petani dan aturan atau norma dalam lingkungan daerah tempat tinggal Ny. S ditentukan bersama-sama dengan jalan musyawarah.
Mobilitas geografi keluarga
Keluarga Ny. S tinggal di daerah tersebut sejak Ny. S masih kecil dan keluarga tidak pernah pindah-pindah tempat tinggal.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga melakukan sosialisasi dengan masyarakat seperti setiap malam Jum’at secara rutin mengikuti yasinan, dan setiap Selasa siang mengikuti kegiatan pengajian ke masjid dan klien juga mengikuti kegiatan senam lansia setiap hari Jum’at dan minggu, keluarga sangat akrab dengan lingkungan sekitar.
5. Struktur keluarga
Pola dan proses komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang digunakan oleh keluarga yaitu pola terbuka antara Ny. S dan anaknya yang berusia 25 tahun dan ibunya Ny. S. Keluarga yang dominant berbicara di rumah Ny. S, dalam berkomunikasi tidak ada masalah.
Struktur kekuatan keluarga
Dalam mengambil keputusan biasanya dilakukan oleh anak ke-2 Ny. S dengan jalan musyawarah untuk mencapai kesepakatan demi kepentingan keluarga.
Struktur peran
Keluarga tidak pernah mengeluh tentang peran masing-masing. Ny. S menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, dan yang bertugas sebagai pencari nafkah anaknya yang membantu Ny. S, semenjak Ny. S sakit diabetes mellitus dan keluarga yang lain menjalankan perannya dengan baik.
Nilai atau norma dalam keluarga
Di dalam keluarga tidak ada kesepakatan yang mempengaruhi kesehatan, jika ada keluarga yang sakit keluarga selalu membawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
6. Fungsi keluarga
Fungsi afektif
Hubungan dengan keluarga harmonis, keluarga merasa nyaman dengan keadaan saat ini, antara keluarga saling menghargai, menghormati, dan tidak saling memaksakan kehendak.
Fungsi sosialisasi
Hubungan keluarga Ny. S dengan tetangga sekitar bejalan dengan baik tidak pernah ada pertengkaran dengan tetangga sekitar, kegiatan kemasyarakatan yang diikuti oleh anggota keluarga Ny. S adalah pengajian yang dilaksanakan Selasa siang dan yasinan setiap malam Jum’at dan Minggu.
Fungsi ekonomi
Setiap anggota keluarga tidak semua mempunyai penghasilan. Semenjak sakit, Ny. S tidak diperbolehkan bekerja oleh anak-anaknya, yang mempunyai penghasilan adalah Tn. A. dan dibantu oleh anak ke-2 Ny. S setiap bulan Rp. 250.000 – Rp. 300.000, penghasilan tersebut belum digabung dengan penghasilan Tn. A. Dengan uang dari pemberian anaknya tersebut, Ny. S mengatakan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Fungsi reproduksi
Keluarga Ny. S tidak memiliki rencana untuk menambah keluarga baru dan tidak ada upaya yang dilakukan untuk mengendalikan jumlah keluarga karena Ny. S sudah menopause. Pandangan keluarga terhadap pendidikan seks yaitu keluarga menganggap pendidikan seks pada anak-anak harus disesuaikan pada usia anak.
Fungsi
perawatan/pemeliharaan
kesehatan
kesehatan a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
keluarga
dalam
bidang
Keluarga menganggap kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan karena berkaitan dengan kehidupan dan apabila salah satu anggota keluarga ada yang sakit, keluarga segera mengatasinya dengan membawa ke Puskesmas terdekat. Namun, karena keterbatasan pendidikan, keluarga kurang mengerti tanda dan gejala, akibat lanjut serta perawatan bagi penderita diabetes mellitus. b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan Ny. S mengatakan sudah 8 bulan menderita penyakit diabetes mellitus dan tiap tanggal 24 setiap bulannya Ny. S rutin memeriksakan diri ke Puskesmas untuk
mengetahui
perkembangan
penyakit
dan
untuk
mendapatkan
pengobatan yang sesuai. Keluarga selalu memberikan dorongan kepada Ny. S untuk memeriksakan kesehatannya dan keluarga merasa senang karena Ny. S selalu mengikuti apa yang dianjurkan oleh keluarga. c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Ny. S dan keluarga kurang mengetahui bagaimana cara merawat penderita penyakit diabetes mellitus, Ny. S hanya mengetahui nama penyakit yang dideritanya adalah kencing manis dimana Ny. S tidak boleh mengkonsumsi banyak gula. Namun, keluarga Ny. S tidak mengetahui bagaimana perjalanan penyakit, faktor penyebab dan cara merawat anggota keluarga yang menderita penyakit diabetes mellitus. Ny. S hanya tahu cara merawat penderita diabetes mellitus yaitu dengan memakai sandal dan mengurangi porsi makan. d. Kemampuan keluarga merawat lingkungan Keluarga kurang mengerti tentang manfaat dan pemeliharaan kebersihan lingkungan bagi kesehatan lingkungan luar rumah yang kurang terawat banyak sampah plastik dan daun-daun, dalam rumah klien rapi, namun Ny. S tetap menjaga faktor resiko yang menyebabkan terjadinya luka. e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan Keluarga mengetahui keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dan juga mengetahui manfaat yang diperoleh dari fasilitas kesehatan yaitu tempat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang efisien. Keluarga percaya terhadap petugas kesehatan sebagai pemberi pelayanan den gan sarana fasilitas yang ada keluarga belum pernah mengalami pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
7. Masalah kesehatan spesifik Kegiatan sehari-hari Ny. Sym ibu dari Ny. S hanya tinggal di rumah saja dan terkadang membantu Ny. S untuk membersihkan rumah. Sedang Ny. S selalu mengikuti program kesehatan yang diadakan oleh Puskesmas misalnya senam lansia, Ny. S selalu aktif mengikuti senam lansia setiap minggu 2 x (Jum’at dan Minggu), Ny. S menderita diabetes mellitus sejak 8 bulan yang lalu.
8. Stres dan koping keluarga
Stres
Dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, tidak terdapat permasalahan dalam anggota keluarga kecuali Ny. S yang mengalami permasalahan yaitu menderita penyakit diabetes mellitus sejak 8 bulan yang lalu.
Koping
Dalam keluarga Ny. S apabila ada permasalahan diselesaikan secara bersamasama seperti yang sedang dialami saat ini yakni anak-anak Ny. S selalu memberi dorongan dan semangat terhadap Ny. S untuk selalu berobat ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan.
9. Harapan keluarga Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yaitu dapat memberikan pelayanan yang lebih baik pada masyarakat. B. ANALISA DATA
DATA
KEMUNGKINAN PENYEBAB
MASALAH KEPERAWATAN
Defisiensi insulin
DS:
Ny
S
mengatakan
makannya
lebih
Ketidakseimbangan kurang
Glukagon meningkat
tubuh
sedikit dari biasanya. DO:
Glukoneo genesis
1. Klien
hanya
makan sedikit 2. Klien nampak
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
kurus Defisiensi insulin
DS:
Klien
mengatakan
lututnya ngilu-ngilu DO:
Klien
Penurunan pemakaian glukosa oleh sel
nampak
meringis kesakitan
Hiperglikemia
Glycosuria
Osmotic diuresis
Dehidrasi
Hemokonsentrasi
Trombosis
Aterosklerosis
Makrovaskuler
Jantung
Nyeri akut
dari
nutrisi
kebutuhan
Miokard infark
Nyeri akut defisiensi insulin
DS:
1. Klien mengatakan
penurunan pemakaian glukosa oleh sel
lututnya terasa mengilu 2. Klien mengatakan
hiperglikemia glycosuria osmotic diuresis
penglihatannya kurang bagus
dehidrasi hemokonsentrasi trombosis aterosklerosis mikrovaskuler retina retinopati diabetik gangguan penglihatan resiko cidera
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko cidera
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cideta fisik 3. Resiko cidera
D. INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakseimbangan kurang
dari
NOC
NIC
nutrisi Tautan NOC
Manajemen nutrisi
kebutuhan Status nutrisi
tubuh b.d factor biologis. Batasan karakteristik:
1. Penurunan
berat
1. Tentukan status gizi pasien
Indicator outcome:
1. Asupan
gizi,
target
skala outcome
badan
dengan
dipertahankan pada 1
asupan
makan
(sangat
adekuat. 2. Cepat
kenyang
setelah makan 3. Gangguan
sensasi
rasa
menyimpang
dan
kemampuan untuk
pasien
memenuhi
kebutuhan gizi. 2. Tentukan
jumlah
dari rentang normal)di
kalori dan jenis nutrisi
tingkatkan ke 3 (cukup
yang
dibutuhkan
menyimpang
untuk
memenuhi
dari
rentang normal)
kebutuhan gizi.
2. Asupan cairan , skala target
outcome
dipertahankan pada 2 (banyak
3. Tentukan menjadi
apa
yang
preferensi
makanan bagi pasien
menyimpang
dari rentang normal) di tingkatkan ke 4 (sedikit menyimpang
dari
rentang normal) Nyeri akut b.d agens cidera Tautan NOC: fisik.
Kontrol nyeri
Batasan karakteristik:
Indicator outcome:
Manajemen nyeri
1. Lakukan nyeri
pengkajian komprehensif
1. Bukti nyeri dengan menggunakan
1. Mengenali kapan nyeri target
karakteristik,
daftar
outcome dipertahankan
onset/durasi,
periksa nyeri untuk
pada 1 (tidak pernah
frekuensi,
kualitas,
pasien
menunjukkan),
intensitas
atau
standar
yang
terjadi,
tidak
skala
yang meliputi lokasi,
dapat
ditingkatkan
mengungkapkannya.
(kadang-kadang
2. Ekspresi
wajah
nyeri.
ke
3
tentang
karakteristik
nyeri
menunjukkan)
2. Pastikan
dilakukan
tanpa
skala
pemantauan
target
menggunakan
dipertahankan pada 2
standar
(jarang
nyeri
di
4. Mengekspresikan perilaku
analgesic bagi pasien
nyeri
nalgesic,
outcome
menunjukkan)
tingkatkan
ke
(sering menunjukkan)
misalnya
dan
perawatan
pengurangan
dengan
instrument
nyeri
factor pencetus
2. Menggunakan tindakan
3. Keluhan
beratnya
4
dengan yang
ketat. 3. Gunakan
strategi
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan
gelisah, merengek ,
penerimaan
menangis
terhadap nyeri
dan
waspada
4. Berikan
pasien
informasi
mengenai seperti nyeri,
nyeri, penyebab
berapa
lama
nyeri akan dirasakan, dan
antisipasi
dari
ketidaknyamanan akibat prosedur
Resiko cidera
Tautan NOC
Batasan karakteristik:
Keparahan cidera fisik
1. Gangguan
fungsi Indicator outcome:
Pencegahan jatuh
1. Identifikasi kekurangan
baik
kognitif
1. Lecet pada kulit, skala
2. Hambatan fisik
target
3. Moda
pertahankan
transportasi
tidak aman 4. Gangguan sensori
integrasi
outcome
kognitif atau fisik dari
di
pasien yang mungkin
1
meningkatkan potensi
(berat) ditingkatkan ke
jatuh pada lingkungan
3 (sedang)
tertentu.
pada
2. Memar, skala taerget
2. Monitor
gaya
outcome dipertahankan
berjalan,
pada 2 (cukup berat) di
keseimbangan
tingkatkan ke 4 (ringan)
tingkat
dan
kelelhan
dengan ambulasi 3. Ajarkan
pasien
bagaimana jika jatuh , untuk meminimalkan cidera 4. Identifikasi dan
factor
perilaku yang
mempengaruhi resiko jatuh.
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Hari/
Diagnosa keperawatan
tanggal
25/11/2018
1.
Ketidakseimbangan 1.
nutrisi kebutuhan
kurang tubuh
factor biologis.
Implementasi
Evaluasi
keperawatan
keperawatan
Tentukan
dari pasien
status
dan
b.d pasien
gizi S
:
Ny
S
kemampuan mengatakan
untuk
memenuhi makannya lebih
kebutuhan gizi
sedikit
dari
Hasil : Adanya peningkatan biasanya. berat badan sesuai dengan O tujuan.
:Klien
nampak kurus A
:
Masalah
2. Tentukan jumlah kalori belum teratasi dan
jenis
nutrisi
dibutuhkan
yang P : Lanjutkan untuk Intervensi
memenuhi kebutuhan gizi. Hasil : Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
3.
Tentukan
apa
yang
menjadi preferensi makanan bagi pasien
Hasil
:
Tidak
terjadi
penurunan berat badan yang berarti 2. Nyeri akut b.d agens
S
cidera fisik.
mengatakan 1. Melakukan
:
Klien
pengkajian lututnya
ngilu-
nyeri komprehensif yang ngilu meliputi
lokasi, O
karakteristik,
durasi, nampak
frekuensi
dan
:
Klien
factor meringis
pencetus.
kesakitan
Hasil : Nyeri terdapat
A
pada
skala
:
Masalah
melalui belum teratasi
pengukuran numeric. 2. Memberikan
P : Lanjutkan
informasi intervensi
mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri
akan
dirasakan dan antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur. Hasil : Keluarga pasien memahami
apa
disampaikan
yang oleh
perawat
1. Identifikasi 3. Resiko cidera
kekurangan
baik
kognitif
fisik
dari
atau
pasien
mungkin
yang S
:
Klien
meningkatkan
mengatakan
potensi jatuh pada penglihatannya lingkungan tertentu.
kurang bagus
Hasil : Mengetahui O : keadaan lingkungan A
:
Masalah
untuk
belum teratasi
meminimalkan
P
potensi
2. Monitor
gaya
berjalan, keseimbangan dan tingkat
kelelahan
dengan ambulasi :
Mampu
memodifikasi hidup
lanjutkan
kejadian intervensi
jatuh pada pasien.
Hasil
:
gaya untuk
mencegah injury.
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN
Untuk penderita penyakit diabetes mellitus pada prinsipnya harus melakukan pengaturan makan dengan mengurangi karbohidrat kompleks. Makanan pokok yang banyak mengandung serat seperti ubi sangat dianjurkan dibandingkan dengan nasi dan kentang. Diet bagi penderita diabetes harus dikonsultasikan dengan dokter untuk mengatur jumlah, jadwal, dan jenisnya. Jumlah kalori mesti pas sesuai kebutuhan, tak lebih atau kurang. Jadwal harus dibuat tiga kali makan utama dan tiga kali makan antara dalam selang waktu tiga jam. Penderita harus membatasi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, dan tinggi kolesterol. Makanan yang dianjurkan adalah sayur dan buah yang kurang manis, seperti apel, pepaya, tomat, kedondong, salak, dan pisang. Tujuan perawatan diet bagi penderita penyakit diabetes melitus adalah: 1.
Mencegah terjadinya hiperglikemia postprandial yang berlebihan.
2.
Mencegah terjadinya hipoglikemia apabila penderita memakai obat insulin
3. Memelihara agar tidak terjadi kelebihan berat badan
4. Menjaga agar kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah penderita tetap pada batas yang normal 5. Mencegah kerusakan pada pembuluh darah. Pola makan adalah pola makan yang seimbang antara zat gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang seimbang adalah makanan yang tidak mementingkan salah satu zat gizi tertentu dan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan (Ramadhan, 2008). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pola diartikan sebagai suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Pengaturan makan merupakan pilar utama dalam pengelolaan Diabetes Mellitus, namun penderita Diabetes Mellitus sering memperoleh sumber informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut seperti penderita tidak lagi menikmati makanan kesukaan mereka, sebenarnya anjuran makan pada penderita Diabetes Mellitus sama dengan anjuran makan sehat umumnya yaitu makan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masingmasing penderita Diabetes Mellitus (Badawi, 2009).
B. SARAN
Pengaturan pola makan pada penderita Diabetes Melitus sangatlah penting dan membutuhkan kesabaran baik dari penderita DM sendiri, maupun dari perawat itu sendiri. Setelah membaca dan mediskusikan makala ini diharapkan kelak mahasiswa sebagai calon perawat dapat mengaplikasikan dalam profesinya, agar seluruh konsep dan pembahasan dari makalah dapat bejalan sesuai dengan tujuan penulisan makalah ini.