1.
Definisi Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak (rubeola) ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta riveri limfonodi pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis posterior. Campak Jerman atau rubela ini biasanya hanya menyerang anak-anak sampai usia belasan tahun. Tapi, bila penyakit ini menyerang anak yang lebih tua dan dewasa, terutarna wanita dewasa, infeksi kadang-kadang dapat berat, dengan manifestasi keterlibatan sendi dan purpura. Dan bila penyakit ini menyerang menyerang ibu yang yang sedang mengandung dalam tiga bulan pertama, bisa menyebabkan cacat bayi waktu dilahirkan. Rubella pada awal kehamilan dapat menyebabkan anomali kongenital berat. Sindrom rubella kongenital adalah penyakit menular aktif dengan keterlibatan multisistem, spektrum ekspresi klinis luas, dan periode infeksi aktif pasca lahir dengan pelepasan virus yang lama
2.
Penyebab Rubella disebabkan oleh virus yang mengandung RNA pleomorfik, yang sekarang didaftar pada famili Togaviridae, genus Rubivirus. Virus ini sferis, berdiameter 50-60 nm, dan berisi asam ribonukleat helai-tunggal. Virus biasanya diisolasi pada biakan jaringan, dan keberadanya diperagakan oleh kemampuan sel ginjal kera hijau Afrika (African green monkey kidney) [AGMK] terinfeksi rubella menahan tantangan dengan enterovirus. Selama penyakit klinis virus berada dalam sekresi nasofaring, darah, tinja, dan urin. Virus telah ditemukan dari nasofaring 7 hari sebelum eksantem, dan 7-8 hari sesudah menghilangnya. Penderita dengan penyakit subklinis juga infeksius.
3.
Patofisiologi Periode inkubasi rata-rata 18 hari (12-23 hari). Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Rubella baik yang bersifat klinis maupun sub klinis akan bersifat sangat menular terhadap sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring selama fase prodromal yang berlanjut sampai satu minggu sesudah muncul gejala klinis. pada
1
rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
4.
Manifestasi Klinik - Demam ringan - Merasa mengantuk - Sakit tenggorok - Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat. - Kelenjar leher membengkak - durasi 3 – 5 hari
5.
Klasifikasi Rubella Terdapat 2 tipe serologis yang berbeda pada HSV, yaitu : a. HSV – 1 Asimtomatik dan hampir berada dimana-mana, bagian yang paling disukai adalah lendir mukosa dimata dan mulut, hidung dan telinga. Berupa vesikel-visekel kecil terbesar. Virus ini ditularkan melalui infeksi primer pada saluran perbafasan. b. HSV – 2 Bagian yang paling disukai adalah pada alat kelamin dan perinatal, berupa bercak vesikel tebal, besar dan berpusat.
6.
Penatalaksanaan Medik Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup. Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.
2
Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.
7.
Pencegahan a. Untuk perlindungan terhadap serangan virus rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps Mrasies Rubella). vaksin rubella dapat diberikan kepada anak yang sistem kekebalan tubuhnya sudah berkembang yaitu pada usia 12 – 18 bulan. Bila pada usia tersebut belum diberikan, vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. sedangkan vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. Sedangkan vaksinasi ulangan di anjurkan pada usia 10 – 12 tahun atau 12 – 18 tahun (sebelum pubertas). Infeksi rubella, pada umumnya merupakan penyakit ringan. b. vaksin rubella tidak boleh diberikan pada ibu hamil, terutama pada awal kehamilan, dapat mendatangkan petaka bagi janin yang dikandungnya. Dapat terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindron rubella kongenital. oleh karena itu, sebelum hamil pastikan bahwa anda telah memiliki kekebalan terhadap virus rubella dengan melakukan pemeriksaan anti – rubella IgG dan anti – rubella Ig M. 1) Jika hasil keduanya nagatif, sebaiknya anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi, namun anda baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi. 2) Jika anti – rubella IgG saja yang positif, atau anti rubella IgM dan anti rubella- IgG positif, dokter akan menyarankan anda untuk menunda kehamilan. 3) Jika anti – rubella IgG saja yang positif, berarti anda pernah terinfeksi dan anti bodi yang terdapat dalam tubuh anda dapat melindungi dari serangan virus rubella. Bila Anda hamil , bayi anda pun akan terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital. bila anda sedanghamil dan belum mengetahui apakah tubuh anda telah terlindungi dari infeksi Rubella, maka anda di anjurkan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgG :
3
jika anda telah memiliki kekebalan( Anti- Rubella IgG ), berarti janin adapun terlindungi dari ancaman virus rubella. Jika belum memiliki kekebalan (Anti – Rubella IgG dan Anti – Rubella IgG positif),, maka : - Sebaiknya anda rutin kontrol ke dokter - Tetap menjaga kesehatan dan tingkatan daya tubuh - Menghindari orang yang dicurigai terinfeksi rubellamaka deteksi infeksi rubella pada ibu hamil yang belum memiliki kekebalan terhadap infeksi rubella sngat penting. ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi rubella, yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti rubella IgG pada contoh darah dari ibu hamil. Sedangkan untuk memastikan apakah janin terinfeksi / tidak maka dilakukan pendeteksian virus rubella dengan teknik PCR (Polymerose Chain reaction). - Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban ( cairan amnion) / darah janin. Pengambilan ampel air ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan dan hanya dapat dilakukan setelah usia kehamilan diatas 22 minggu. - Apabila wanita hamil dalam trimester I menderita viremia, maka abortus buatan perlu dipertimbangkan. setelah trimester I, kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang yaitu 6,8% dalam trimester II dan 5,3% dalam trimester III.
8.
Terapi Pengobatan 1. Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan 2. Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil 3. Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan 4. Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama kehamilan : Amantadine dan Ribavirin.
4
9. TES
Umum : darah lengkap, urinalisis, kimia klinik Aspirat lesi kulit : pengecatan Gram dan kultur
Tidak spesifik Sangat membantu pada lesi pustular atau petekial. Positif hingga 50% pada kasus meningococcemia akut Infeksi jamur, penyakit granulomatous, vaskulitis Imunofluoresen : Rocky Mountain spotted fever (RMSF), SLE
Biopsi
Kultur dari sumber lain : Darah Hapus tenggorok / rektum Tenggorok, rektum, uretra, cervix, sendi Tes serologis
Pengecatan Wright atau Giemsa dari cairan vesikular
10.
APLIKASI
Semua kasus bakteremia dan sebagian fungemia Infeksi virus Infeksi gonokokal yang menyebar Infeksi streptokokal dan rickettsial, infeksi spiroketal ( sifilis, leptospirosis, Lyme ), mikoplasma, infeksi jamur ( kriptokokosis, koksidioidomikosis ), infeksi virus ( hepatitis B, EpsteinBarr, CMV, campak, adenovirus ), trichinosis, SLE Infeksi virus herpes ( multinucleated giant cell )
Diagnosis Untuk mendiagnosa pasti suatu rubella, dapat dilakukan dengan isolasi virus, hanya saja ini sulit dilakukan dan biayanya juga mahal atau dapat pula dengan titer antibodi. Tes yang biasa dilakukan adalah tes ELISA untuk antibodi IgG dan IgM. Antibodi rubella dapat ditemukan pada hari kedua ruam dan mengalami peningkatan pada hari 10 – 21. biopsy jaringan atau darah dan CSF dapat pula digunakan untuk menunjukkan adanya antigen rubella dengan antibodi monoklonal dan
5
untuk mendeteksi RNA rubella dengan hibridisasi dan reaksi polymerase berantai dari tempat asal. 11.
Diagnosis Banding Karena gejala serupa dan ruam da¬pat terjadi pada banyak infeksi virus yang lain, rubella merupakaan penyakit yang sukar untuk didiagnosis secara klinis kecuali bila penderita ditemukan selama epidemi. Riwayat telah mendapat rubella atau vaksin rubella tidak dapat dipercaya, Imunitas harus ditentukan dengan uji untuk antibodi. Terutama pada bentuk lebih berat, rubella dapat terancukan dengan tipe dernam skarlet dan rubeola ringan. Roseola infantum (eksantema subitum) dibedakan dari rubella oleh keparahan demamnya dan oleh munculnya ruam pada akhir episode demam bukannya pada saat gejala-gejala dan tanda-tandanya sedang naik. Ruam karena obat mungkin sangat sukar dibedakan dari rubella. Pembesaran khas limfonodi sangat mendukung diagnosis rubella. Pada mononukleosis infeksiosa ruam dapat terjadi menverupai ruam rubella, dan pembesaran limfonodi pada setiap penyakit dapat menimbulkan kerancuan. Tanda-tanda hematologik mononukleosis infeksiosa akan cukup membedakan dua penyakit tersebut. Infeksi enterovirus yang disertai dengan ruam dapat dibedakan dari beberapa keadaan pada manifestasi pernafasan atau saluran cerna dan tidak adanya adenopati retroaurikuler.
6
12.
Pathways
A. Pengkajian
a. Tahap pertumbuhan Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b. Tahap perkembangan.
Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
7
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya. Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5
tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan
prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baiknakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana
sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes. Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir
umur 5 tahun.Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat.Sudah bisa menamai objek
yang
familiar
seperti
binatang,
bagian
tubuh,
dan
nama-nama
temannya.Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
8
B. Pemeriksaan fisik ( had to toe ) a) Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital. b) Kepala dan leher -
Inspeksi : Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
-
Palpasi : adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang,
c) Mulut -
Inspeksi : Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
d) Toraks -
Inspeksi : Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung.Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
-
Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e) Abdomen -
Inspeksi : Bentuk dari perut anak.Ruam pada kulit.
-
Auskultasi Bising usus.
-
Perkusi
9
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau pembengkakan. e) Kulit -
Inspeksi : Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
-
Palpasi : Turgor kulit menurun
2.
Analisa Data Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan
dilakukan analisa serta sintesa data.Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif objektif. Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.
B. Diagnosa Keperawatan
Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan / masalah kesehatan. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah sebagai berikut : 1.
Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
2.
Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d
penumpukan secret pada nasofaring. 3.
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
4.
Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
5.
Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
6.
Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum
anak kurang baik.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami. 10
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang normal. Dengan criteria hasil : a.
Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b. Anak bebas dari demam. Intervensi No 1
Intervensi
Rasional
Monitor perubahan suhu tubuh,
Sebagai
pengawasan
terhadap
adanya
denyut nadi.
perubahan keadaan umum pasien sehingga dapat diakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat.
2
Lakukan tindakan yang dapat
Upaya – upaya tersebut dapat membantu
menurunkan suhu tubuh sperti
menurunkan suhu tubuh pasien serta
lakukan
kompres,
meningkatkan kenyamanan pasien.
pakaian
tipis
berikan dalam
memudahkan
proses
penguapan. 3
Libatkan
keluarga
perawatan
serta
menurunkan
dalam
ajari suhu
Meningkatkan rasa nyaman anak.
cara dan
mengevaluasi perubahan suhu tubuh. 4
Kaji sejauh mana pengetahuan Mengetahui keluarga
dan
anak
Kolaborasi
infomasi
dari
tentang pasien dan keluarga mengenai perawatan
hypertermia
5
kebutuhan
pasien dengan hypertemia.
dengan
dokter Antipiretik menurunkan/mempertahankan
dengan memberikan antipiretik suhu tubuh anak. dan antibiotic sesuai dengan ketentuan.
11
Diagnose II Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan secret pada nasofaring. Tujuan : bersihan jalan napas efektif Dengan criteria hasil : a.
Tidak mengalami aspirasi
b. Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dala m paru. Intervensi No 1
Intervensi
Rasional
Kaji fungsi pernapasan, contoh Ronci, mengi menunjukkan akumulasi bunyi napas, kecepatan, irama
secret/
ketidakmampuan
dan kedalaman dan penggunaan
membersihkan jalan napas yang dapat
otot aksesori.
menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan
dan
untuk
peningkatan
kerja
pernapasan. 2
Catat kemampuan untuk batuk Pengeluaran secret sulit bila secret sangat efektif.
tebal ( mis. Efek infeksi dan atau tidak adekuat hidrasi ).
3
Berikan
posisi
semi
fowler Posisi
membantu
memaksimalkan
tinggi. Bantu klien untuk batuk ekspansi paru dan menurunkan upaya dan latihan napas dalam. 4
Bersihkan secret dari mulut dan Mencegah trakea
5
pernapasan.
;
pengisapan
sesuai
obstruksi
atau
aspirasi.
Pengisapan dilakukan bila klien tidak
keperluan.
mampu mengeluarkan secret.
Pertahankan masukan cairan
Pemasukan tinggi cairan membantu untk mengencerkan secret.
6
Berikan lingkungan yang aman
Meningkatkan kenyamanan untuk anak
Diagnose III Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili. Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane mukosa.
12