MAKALAH TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN GANGGUAN PENYAKIT AKUT
makalah ini sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan komunitas 2
Disusun Oleh kelompok 1: MOH. IRWAN FAISAL
: 714.6.2.05
ULFATUL RISKA
: 714.6.2.05
ACH. ZULFAN W.
: 714.6.2.0551
DIANA NORMA ISLAMI
: 714.6.2.0554
PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVESITAS WIRARAJA SUMENEP 2017
i
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Alla h swt. Yang dengan rahmat dan inayah-nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Asuhan kep keperawa rawatan K eseha sehattan K omunitas unitas D engan ngan G angguan ngguan Peny Penya akit ki t “ Asuhan Akut Ak ut ” adapun tujuan penyusunan makalah ini sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan komunitas 2. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga Kami sampaikan kepada Dosen Pengajar yang telah memberikan kepercayaan untuk Kami dalam menulis makalah ini. Kami yakin makalah ini masih banyak kekurangannya, makalah ini tampil bukan tanpa cela. tegur sapa demi perbaikan isi dan bentuknya akan Kami sambut dengan senang hati. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kepada semua para pembaca untuk memberikan saran dan kritikan dalam rangka penyempurnaan makalah ini.untuk itu Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. sebesar-besarn ya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memenuhi harapan dan memberikan kemanfaatan yang besar bagi siapa saja yang membacanya, membacan ya, Amiin.. Semoga makalah ini tidak hanya di baca namun juga di pahami.
Sumenep, 06 Mei 2017 kelompok 1
i
DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB 1 TINJAUAN TEORI .................................................................................. 1
1.1 Konsep Keperawatan Komunitas ................................................................. 1 1.2 Peran Perawat Komunitas (PROVIDER OF NURSING CARE) ................ 4 BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................ 7
2.1 Pengertian..................................................................................................... 7 2.2 Etiologi ......................................................................................................... 8 2.3 Patofisiologi ............................................................................................... 10 2.4 Manifestasi Klinis ...................................................................................... 12 2.5 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................. 13 2.6 Riwayat kesehatan:..................................................................................... 13 2.7 Penatalaksanaan ......................................................................................... 14 2.8 Upaya pencegahan ..................................................................................... 15 BAB 3 TINJAUAN KASUS................................................................................ 16
3.1 Tahap Persiapan ......................................................................................... 16 3.2 Tahap Pelaksanaan ..................................................................................... 16 3.3 Analisa Data ............................................................................................... 20 3.4 Diagnosa Keperawatan............................................................................... 21 3.5 Perencanaan Keperawatan Komunitas ....................................................... 22 3.6 Pelaksanaan Keperawatan Komunitas ....................................................... 23 BAB 4 PENUTUP................................................................................................ 25
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 25 DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1 TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Keperawatan Komunitas
Menurut Kontjaraningrat (1990) Komunitas adalah, sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Betty Neuman (1989) berpendapat bahwa, komunitas juga dipandang sebagai klien “ Client is an interacting open system in t otal interface with both internal and external forces or stressors “. Sedangkan Logan dan Dawkin (1987) menuliskan bahwa pengertian keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kepeawatan. Pernyataan lain menurut Soerjono Soekanto (1982) komunitas adalah menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografi) dengan batas-batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari anggota-anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya. Adapun menurut WHO (1974) komunitas adalah kelompok sosial yang di tentukan oleh batas batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan interaksi antar anggota masyarakat. Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan pada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Salah satunya adalah konsep menurut (Christine Ibrahim, 1986) keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 (empat) konsep pokok, yang meliputi konsep manusia, kesehatan, masyarakat dan keperawatan. Par adigma keperawatan ini menggambarkan hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang mengatur teori-teori itu berhubungan satu dengan yang lain
1
sehingga menimbulkan hal-hal yang perlu di selidiki (Christine Ibrahim, !986). Model teori Neuman menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem terbuka yang mempunyai sumber energi (infra struktur) dan mempunyai 5 variabel yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam komunitas yaitu; Biologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual. Model teori Neuman dilandasi oleh teori sistem dimana terdiri dari individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga tingkat pencegahan yaitu; pencegahan primer, sekunder dan tersier. 1) Pencegahan Primer Pencegahan primer dari arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko yang terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit. 2) Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit. 3) Pencegahan Tersier Tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.
2
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Nasrul Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari : 1) Individu Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai
masalah
kesehatan
/
keperawatan
karena
ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial. 2) Keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan / keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggotaanggota keluarga lain, dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya. 3) Kelompok khusus Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis
kelamin,
umur,
permasalahan,
kegiatan
yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan, dan termasuk diantaranya adalah : a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhannya seperti ; Ibu hamil, bayi baru lahir, anak balita, anak usia sekolah, usia lanjut. b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah : -
Penderita penyakit menular seperti; TBC, AIDS, penyakit kelamin dan lainnya.
3
-
Penderita yang menderita penyakit tidak menular, seperti; Diabetes melitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lainnya.
-
Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya : WTS, pengguna narkoba, pekerja tert entu, dan lainnya
-
Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah: Panti Werdha, panti asuhan, pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental, sosial dan lainnya), penitipan anak balita.
4) Tingkat Komunitas Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.
1.2 Peran Perawat Komunitas ( PROVI DER OF NURSING CARE )
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah : 1) Sebagai Pendidik ( Health Education) Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisirdalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. 2) Sebagai Pengamat Kesehatan ( Health Monitor ) Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
4
3) Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Servises) Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam
sistem
pelayanan
kesehatan.
Dengan
demikianpelayanan
kesehatan yang diberikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan yang lainnya. 4) Sebagai Pembaharuan ( Inovator ) Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. 5) Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator ) Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan motivasi dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya: kegiatan
posyandu,
dana
sehat,
mulai
dari
tahap
perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian, sehingga ikut dalam berpartisipasi
dalam
kegiatan
pengembangan
pengorganisasian
masyarakat dalam bidang kesehatan. 6) Sebagai Panutan ( Role Model ) Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh masyarakat. 7) Sebagai Tempat Bertanya ( Fasilitator ) Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi sehari-hari. Dan perawat kesehatan diharapkan dapat membantu
5
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi. 8) Sebagai Pengelola ( Manager ) Perawat
kesehatan
masyarakat
diharapkan
dapat
mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
6
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring)
mengalami inflamasi
yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450). ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa inggris yakni Acute Respiratory Infections (ARI). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia.(WHO) Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari
7
penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).
2.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus,
Haemophylus,
Bordetella
dan
Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,
Adenovirus,
Coronavirus,
Picornavirus,
Micoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain. Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus. 1) Faktor Pencetus ISPA
a. Usia Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah. b. Status Imunisasi Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap. c. Lingkungan
8
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kotakota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
2) Faktor Pendukung terjadinya ISPA
a. Kondisi Ekonomi Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita. b. Kependudukan Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA. c. Geografi Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. 3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak
9
terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.
a. Lingkungan dan Iklim Global Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman
kesehatan
terutama
penyakit
ISPA.
Demikian
pula
perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA. Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan
penyebab
utama
yakni
golongan
A
-hemolityc
streptococus, clamydia trachomatis, mycoplasma danstaphylococus, haemophylus influenzae, pneumokokus. Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas. Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru. Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).
2.3 Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
10
1) Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa. 2) Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah. 3) Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu: a. Dapat sembuh sempurna. b. Sembuh dengan atelektasis. c. Menjadi kronos. d. Meninggal akibat pneumonia. Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
11
2.4 Manifestasi Klinis
1) Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas 2) Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt. Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451). 3) Demam. Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC. 4) Meningismus. Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski. 5) Anorexia. Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum. 6) Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. 7) Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus. 8) Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric. 9) Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret. 10) Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
12
11) Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis
ISPA
oleh
karena
virus
dapat
ditegakkan
dengan
pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah : 1) Biakan virus 2) Serologis 3) Diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura. Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan. a. Pola, cepat (tachynea) atau normal. b. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen. c. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin. d. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan. e. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.
2.6 Riwayat kesehatan:
1) Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan) 2) Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa) 3) Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang)
13
4) Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien) 5) Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien) Pemeriksaan fisik à difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan : a) Inspeksi 1. Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan 2. Tonsil tampak kemerahan dan edema 3. Tampak batuk tidak produktif 4. Tidak ada jaringan parut pada leher 5. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung. b) Palpasi 1. Adanya demam 2. Teraba
adanya
pembesaran
kelenjar
limfe
pada
daerah
leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis\ 3. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid c) Perkusi : Suara paru normal (resonance) d) Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru e) 2.7 Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) . Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
14
2.8 Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan : 1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
a. Immunisasi. b. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. c. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. 2. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain : a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari b. Meningkatkan makanan bergizi c. Bila demam beri kompres dan banyak minum d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat. f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek Pengobatan antara lain : a. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan
diminumkan.
Memberikan
kompres,
dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). b. Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
15
BAB 3 TINJAUAN KASUS ASKEP KOMUNITAS DENGAN MASALAH ISPA DI RT 05 DESA PANDIAN KEC SUMENEP
Asuhan
keperawatan
komunitas
yang
telah
dilaksanakan
oleh
mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Wiraraja dalam praktek dimasyarakat berlangsung mulai tanggal 17 Januari – 17 Maret 2017 di RT 05 Desa Pandian Kecamatan Sumenep.
3.1 Tahap Persiapan
Kegiatan praktek keperawatan komunitas diawali dengan kegiatan penerimaan mahasiswa yang dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2017 di Balai Desa Pandian Kec Sumenep. Dalam acara serah terima tersebut , mahasiswa mendapatkan penjelasan dari Bapak Camat, Pihak Pendidikan, Puskesmas dan Kelurahan, Acara tersebut dilanjutkan dengan orientasi ke wilayah Desa Pandian Kec Sumenep pada RT 05, selanjutnya mahasiswa merencanakan temu kenal dengan masyarakat.
3.2 Tahap Pelaksanaan Pengkajian
1) Data Demografi RT 05 termasuk dalam wilayah Desa Pandian yang terdiri atas 10 RT. Batas wilayah yang dijadikan target pengkajian, sebelah utara dibatasi oleh RT 04, dan sebelah selatan dibatasi oleh RT 06. 2) Data Lingkungan Fisik RT 05 memiliki berbagai fasilitas umum yang terdiri dari sebuah Masjid, sebuah gereja,
sebuah Sekolah Dasar, sebuah balai RT serta
lokasi pemakaman umum. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh RT 05 adalah Puskesmas Pandian. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga di RT 05 meliputi kegiatan PKK yang diadakan setiap hari selasa, selain itu pengajian Ibu-Ibu yang
16
dilaksanakan pada hari kamis dan kegiatan remaja. Sepeti kegiatan olahraga sepak bola oleh remaja mesjid dan gereja serta bapak-bapak di RT 05. 3) Kondisi Kesehatan Umum RT 05 terdiri ats 100 KK dengan 350 jiwa yang terdiri dari 50 anak Usia Balita, 60 Usia sekolah , 80 orang remaja,
110 orang Usia
Produktif, dan 50 orang lanjut usia. Berdasarkan pengkajian, selama 6 bulan terakhir riwayat penyakit yang terjadi di RT 05 adalah masalah dengan ISPA. Hasil pengkajian dengan Questioner disajikan dalam bentuk tabel seb agai berikut : a. Tabel 1, Persentasi Jumlah Penduduk RT 05 Desa Pandian berdasarkan Usia No
Usia
Frekuensi
Persentasi
1
0-5 tahun
50
14,28%
2
6-12 tahun
60
17, 14%
3
13-20 tahun
80
22,85 %
4
21-35
80
22,85%
5
35-45
30
8,57 %
6
>45
50
14,28%
Total
350
100%
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk RT 05 berdasarkan usia yaitu 05 tahun sebanyak 14,28 %, 6-12 tahun sebanyak 17,14 %, 13-20 tahun sebanyak 22,85 %, 21-35 tahun sebanyak 22,85 % , 35-45 tahun sebanyak 8,57 % serta >45 sebanyak 14,28 % b. Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama No
Agama
Frekwensi
Persentasi
1
Kristen
10
10 %
2
Muslim
90
90 %
Total
100
100%
Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk yang berdominan adalah agama muslim sebanyak 90 %
17
c. Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Penduduk
(usia
13-20 tahun)
Berdasarkan Pendidikan No
Pendidikan
Frekwensi
Persentasi
1
SMP
12
15 %
2
SMU
28
35 %
3
Mahasiswa
30
37,5 %
4
Tidak Sekolah
5
62,5 %
5
Petani
5
62,5%
Total
80
100%
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar penduduk yang berusia 13-18 tahun pekerjaan adalah sebagai mahasiswa sebesar 37,5 % d. Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembuangan Sampah No
Sistem
Frekwensi
Persentasi
2
2%
Pembuangan 1
Tempat Pembuangan Umum
2
Di Sungai
25
25%
3.
Ditimbun
10
10%
4.
Dibakar
10
10%
5.
Disembarang
53
53%
100
100%
Tempat Total
Berdasarkan tabel diatas, frekuensi berdasarkan pembuangan sampah adalah disembarang tempat sebesar 53% e. Kondisi Kesehatan berdasarkan usia 13-20 tahun f.
Keluhan
No
Keluhan
Frekuensi
Persentasi
1
Ya
70
87,5 %
2
Tidak
10
12,5%
Total
80
100%
18
Berdasarkan tabel diatas, maka kebanyakan penduduk usia 13-20 tahun mengalami keluhan sebesar 87,5% g. Jenis Penyakit yang dialami penduduk usia 13-20 tahun pada 6 bulan terakhir No
Jenis Penyakit
Frekuensi
Persentasi
1
Thypoid
6
7,5 %
2
Hipertensi
5
6,25 %
3
Ispa
60
75 %
4
DM
5
6,25 %
5
Diare
4
5%
Total
80
100%
Berdasarkan tabel diatas, penyakit tertnggi dialami oleh usia 13-20 tahun pada 6 bulan terakhir adalah Ispa sebesar 75 % h. Sering mengalami sesak No
Sesak
Frekuensi
Persentasi
1
Ya
50
62,5 %
2
Tidak
30
37,5 %
Total
80
100%
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar usia 13-20 tahun dmemiliki pola makan lebih dari 1 piring setiap makan 62,5 % i. No
Frekuensi pola makan lebih dari 1 piring setiap makan Pola Makan
Frekuensi
Persentasi
Lebih dari 1 piring 1
Ya
60
75 %
2
Tidak
20
25 %
Total
80
100%
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar usia 13-20 tahun dmemiliki pola makan lebih dari 1 piring setiap makan 75 %
19
3.3 Analisa Data No
Sytomp
Etiologi
Problem
1
Ds : masyarakat mengatakan
Pola /gaya hidup
Peningkatan
bahwa 6 bulan terakhir penyakit
yang buruk
angka kejadian
yang paling banyak adalah ISPA
ISPA di RT 05
( infeksi saluran pernafasan atas)
Desa Pandian
DO :
Kec Sumenep
1. Berpendidikan mahasiswa sebanyak 37,5 % 2. Pembuangan
sampah
adalah disembarang tempat sebesar 53% 3. Sering
mengalami
sesak
sebanyak 62,5% 4. Memiliki pola makan lebih dari 1 piring setiap makan 75% 5. jumlah penduduk dengan usia
13-20
tahun
yang
mengalami ISPA sebesar 75%.
20
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan angka kejadian ISPA di RT 05 Desa Pandian Kec Sumenep b/d Pola /gaya hidup yang buruk d./d DS : Masyarakat mengatakan bahwa 6 bulan terakhir penyakit yang paling banyak adalah ISPA ( infeksi saluran pernafasan atas) DO : 1. Tidak berpendidikan SD sebanyak 62,5 % 2. pembuangan sampah adalah disembarang tempat sebesar 53% 3. Sering mengalami sesak sebanyak 62,5% 4. Memiliki pola makan lebih dari 1 piring setiap makan 75% 5. jumlah penduduk dengan usia 13-20 tahun yang mengalami ISPA sebesar 75%.
21
3.5 Perencanaan Keperawatan Komunitas No
Dx Kep.
Tujuan
Sasaran
Strategi
Intervensi
Hari, tgl
Tempat
Komunitas
1
Kriteria
Peningkatan
Setelah
Ibu-
angka
dilakukan
dan
penyuluhan tentang Februari
kejadian
tindakan
Bapak-
Penyakit
bapak
pada
ISPA di RT keperawatan 05
Evaluasi
Desa selama 1 kali
ibu K.I.E
1.Berikan
Ibu
Bapak-bapak
Sabtu,
15 Balai
ISPA 2016, dan Jam 14.0015.30 WIB
RT 05
Verbal
Standar
a.Pengertian Infeksi saluran pernapasan atas b.Tanda
dan
gejala Ispa
Pandian Kec pertemuan
c.Tindakan yang
Sumenep b/d diharapkan
dapat dilakukan
Pola
gaya masyarakat RT
bila
hidup
yang 05 Desa Pabian
keluarga sakit
buruk
Kec
anggota
Sumenep
mampu : a.Mengenali tanda
dan
gejala ISPA b.Menggunakan pelayanan kesehatan
22
yang ada di lingkungan c.Memodifikasi lingkungan yang sehat d.Dapat merawat anggota keluarga.
3.6 Pelaksanaan Keperawatan Komunitas No
1
Diagnosa
Tanggal
Peningkatan angka kejadian 16 ISPA di Desa Pandian Kec
2016
Implementasi
evaluasi
Februari Penyuluhan pada masyarakat Evaluasi struktur : tentang ISPA Ibu- ibu dan
Sumenep b/d Pola gaya
Bapak-bapak di Desa Pandian
hidup yang buruk..
Kec Sumenep
a. Rencana penyuluhan telah dilakukan seminggu sebelum acara dilakukan. b. Undangan penyuluhan disebarkan 3 hari sebelum acara dilaksanakan. Evaluasi proses : a. Peserta yang hadir sebanyak 60 orang
23
b. 30%
perserta
aktif
bertanya
terhadap
materi
penyuluhan. c. Penyuluhan dilaksanakan di balai Desa Pabian Kec Sumenep
24
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk dari asuhan keperawatan komunitas yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua masyarakat yang ada dalam wilayah yang dikaji. Jadi apabila ada keluarga riwayat keluarga ini,keluarga harus merawatnya dengan baik seperti melakukan pengontrolan kesehatan di rumah sakit/puskesmas agar penyakit ini bisa di sembuhkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Wahit
Iqbal
Mubarak,Bambang
Adi
Santoso,Khoirul
Rozikin,Siti
Patonah(2005).Ilmu Keperawatan Komunitas 2.jakarta 2005 2. Dian karimawati, 2013. Askep komunitas (online). http://www.scriebd.com 06
Mei 2017
26