KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. Dalam makalah ini kelompok kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Halusinasi”. Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Akhir kata, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar dan teman-teman sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Halusinasi merupakan gangguan persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh atau baik B. Masalah a.
Bagaimana konsep dari halusinasi ?
b.
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Halusinasi ?
C. Tujuan a.
Untuk mengetahui konsep dari halusinasi itu sendiri
b.
Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan terhadap klien dengan
Halusinasi
BAB II TINJAUAN TERITIS A. Definisi Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh atau baik (DepKes RI, 1998) Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005). Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi merupakan bentuk kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak disertai stimulus fisik yang adekuat.
B. Etiologi 1. Faktor Predisposisi a. Biologis, lesi pada area frontal, temporal dan limbic, gangguan otak (kerusakan otak, keracunan zat halusinogenik), genetik b. Neurotransmiter, abnormalitas pada dopamin dan serotonin c. Psikologis, Teori psikodinamik untuk terjadinya respon neurobiologist yang maladaptive d. Sosiobudaya, Stress yang menumpuk dapat menunjang awitan skizofrenia
2. faktor presipitasi Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah : a.
biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Sterss lingkungan Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku. c. sumber koping. Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
C. Jenis - jenis dan Tanda Halusinasi 1. Halusinasi Pendengaran Halusinasi pendengaran adalah ketika mendengar suara atau kebisingan, paling sering mendengar suara orang. Suara berbentuk kebinsingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan. (stuart,2007) a. Data Objektif 1) Bicara atau tertawa sendiri. 2) Marah-marah tanpa sebab 3) Mengarahkan telinga kea rah tertentu
4) Menutup telinga b. Data Subjektif 1) Mendengar suara atau kegaduhan 2) Mendengar suara yang mengajak bercakap – cakap 3) Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya 2. Halusinasi Penglihatn
Halusinasi pengelihatan adalah stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan biasa yang menyenangkan atau menakut ksn seperti melihat monster. (stuart,2007) a. Data Objektif 1) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu 2) Ketakutan Kepada sesuatu yang tidak jelas b. Data Objektif 1) Melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster. 3. Halusinasi Penghidu Halusinasi Penghidu adalah membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenang kan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang , atau dimensia. (stuart,2007)
a. Data Objektif 1) Menghidu sedang membaui bau-bauan tertentu 2) Menutup hidung
b. Data Subjektif 1) Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses kadang-kadang bau itu menyenangkan 4. Halusinasi Pengecap Halusinasi pengecap adalah Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses. (stuart,2007) a. Data Objektif 1) Sering meludah 2) Muntah b. Data Subjektif 1) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses 5. Halusinasi Perabaan Halusinasi Perabaan adalah mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tesentrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain. (stuart,2007) a. Data Objektif 1) Menggaruk-garuk permukaan kulit b. Data Subjektif 1) Menyatakan ada serangga di permukaan kulit. 2) Merasa tersengat listrik 6. Halusinasi seksual Persepsi tentang alat genital yang palsu, penderita merasa adanya sensasi luar biasa pada alat genitalnya. 7. Halusinasi kinesti
Persepsi palsu pada seseorang setelah mengalami operasi besar/ mayor. 8. Agnosia Gangguan persepsi yang ditandai dengan ketidakmampuan mengenal dan menginterpretasikan kesan sensorik.
D. Proses Terjadinya Halusinasi Halusinasi berkembang melalui emat fase, yaitu sebagai berikut : 1. Fase Pertama Disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik : Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri. 2. Fase Kedua Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, malamun dan berfikir sendiri menjadi dominan. Mulai dirasakan adanya bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda – tanda system saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas. 3. Fase Ketiga Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk kedalam gangguan psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah. 4. Fase Keempat Adalah fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik
:
halusinasinya
berubah
menjadi
mengancam,
memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespons terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.
E. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan
Core Problem
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran Isolasi Sosial : Menarik Diri
Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah
Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat. Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya. Akibat adalah adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama.
F. Penatalaksanaan 1.
Penderita per Individu
2.
Farmakotherapi ( anti psikotik ) harus ditinjang oleh psikoterapi seperti Klorpromazin 150 – 600 mg / hari, Haloperidol 5 – 15 mg / hari, Porpenozin 12 – 24 mg / hari dan Triflufirazin 10 – 15 mg / hari. Obat dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan dosis tiap 2 minggu dan bisa pula dinaikkan sampai mencapai dosis ( stabilisasi ) , kemudian diturunkan setiap 2 minggu sampai mencapai dosis pemeliharaan. Dipertahankan 6 bulan – 2 tahun ( diselingi masa bebas obat 1 – 2 hari / minggu ). Kemudian tapering off, dosis diturunkan tiap 2 – 4 minggu dan dihentikan.
3. Satu macam pendekatan terapi tidak cukup, tujuan utama perawatan dirumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan system pendukung masyarakat. ( Arif Mansjoer, 1999 : 2000 ).
G. Asuhan keperawatan 1. Pengkajian Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005). Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi : a.
Identitas klien
b.
Keluhan utama atau alasan masuk
c.
Faktor predisposisi
d.
Aspek fisik atau biologis
e.
Aspek psikososial
f.
Status mental
g.
Kebutuhan persiapan pulang
h.
Mekanisme koping
i.
Masalah psikososial dan lingkungan
j.
Pengetahuan
k.
Aspek medik Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua
macam sebagai berikut : a) Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. b) Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data primer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai data sekunder. Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah sebagai berikut : a) Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan 1. Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya
memerlukan
pemeliharaan
kesehatan
dan
memerlukan tindak lanjut secara periodik karena tidak ada masalah serta klien telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah. 2. Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan promosi, sebagai program antisipasi terhadap masalah. b) Ada masalah dengan kemungkinan 1. Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.
2. Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung. c) Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboartif. Menurut FASID pada tahun 1983 dan INJF di tahun 1996, umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat, 2005). 3. Diagnosa keperawatan a. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran b. Isolasi Sosial : Menarik Diri c. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah d. Resiko Perilaku Kekerasan
4. Rencana tindakan keperawatan Dx: Gangguan persepsi sensori halusinasi Tujuan umum: klien tidak mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan Tujuan Khusus : 1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi : a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.
b. Dorong klien mengungkapkan perasaannya. c. Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati. 2.
Klien dapat mengenal halusinasinya.
Intervensi : a. Adakan kontak sering dan singkat. b. Observasi segala perilaku klien verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi. c. Terima halusinasi klien sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak nyata bagi perawat. d. Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan situasi. e. Diskusikan dengan klien faktor predisposisi terjadinya halusinasi.
3.
Klien dapat mengontrol halusinasi.
Intervensi : Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang dilakukan bila halusinasinya timbul.
4.
Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinanya.
Intervensi : a. Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya. b. Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi. c. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasinya.
5.
Klien mendapat sistem pendukung keluarga dalam mengontrol
halusinasinya. Intervensi : a. Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya. b. Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi. c. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasinya. d. Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya.
1. Kaji kemampuan keluarga tentang tindakan yg dilakukan dalam merawat klien bila halusinasinya timbul. 2. Diskusikan juga dengan keluarga tentang cara merawat klien yaitu jangan biarkan klien menyendiri, selalu berinteraksi dengan klien, anjurkan kepada klien untuk rajin minum obat, setelah pulang kontrol 1 x dalam sebulan. 5. Implementasi a. Strategi pelaksanaan klien Sp pasien: -
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu), mengajarkan bahwa suara itu tidak nyata, bagaimana respon dia, bsagaimana respon orang lain ketika halusinasinya timbul, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi.
-
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:bercakap-cakap dengan orang lain
-
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal
-
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
b. Strategi pelaksanaan keluarga •
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi. •
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien
langsung •
dihadapan pasien
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
6. Evaluasi a. Evaluasi pasien Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi dengan cara yang efektif yang dipilihnya. Klien juga diharapkan sudah mampu melaksanakan program pengobatan berkelanjutan mengingat sifat penyakitnya yang kronis Evaluasi asuhan
keperawatan berhasil jika keluarga klien juga
menunjukkan kemampuan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk klien mengatasi masalah gangguan jiwanya. Kemampuan merawat di rumah dan menciptakan lingkungan kondusif bagi klien di rumah menjadi ukuran keberhasilan asuhan keperawatan, di samping pemahaman keluarga untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika muncul gejala-gejala relaps.
b. Evaluasi keluarga Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah. Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah: 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi. 3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien 4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn.AR dengan halusinasi di ruang cendrawasih 1. FORMAT PENGKAJIAN RUANG RAWAT: Ruang Cenderawasih
TANGGAL RAWAT: 3 April 2010
A. IDENTITAS KLIEN Inisial
: Nn.AR
Tanggal Pengkajian
Umur
: 25 tahun
No. RM
Informan
: Ny.N
: 6 April 2010
: 001/RSEB/RM/2010
B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT Pasien masuk RS 2 hari yang lalu, pasien sering menjerit berkata “tidak” dan “pergi” sambil menutup telinganya kemudian menangis. Pasien berteriak dan ketakutan. Ia berkata ada seseorang yang ingin membunuhnya. Keluarga sudah membawa pasien tersebut ke dukun untuk diobati tetapi pengobatan itu tidak berhasil.
C. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? Ya
Tidak
2. Pengobatan sebelumnya? Berhasil
Kurang Berhasil
Tidak Berhasil
√
3. Penganiayaan
Pelaku/Usia
Korban/Usia
Aniaya Fisik
√
23
Aniaya Seksual
√
23
Saksi/Usia
Penolakan KDRT Tindakan Kriminal Penjelasan no.1,2,3
: Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu. Pasien pernah mengalami aniaya fisik (korban pemerkosaan) pada usia 23 tahun. Dan pasien pernah mengalami aniaya seksual (korban pemerkosaan) pada usia 23 tahun.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri :Harga Diri Rendah 4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Ya Hubungan Keluarga
Gejala
Tidak
√
Riwayat Pengobatan/Perawatan
Masalah Keperawatan : 5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Pasien mengatakan sering diintip oleh teman lelaki saat ia berada di dalam kamar mandi sekolah pada saat ia duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Masalah Keperawatan : Berduka disfungsional, Harga Diri Rendah (HDR).
D. MASALAH FISIK 1. Tanda Vital
2. Ukur
TD: 100/80 mmHg
N: 100 x/menit
RR: 24 x/menit
T: 36,70 C
TB: 165 cm
BB: 47 kg
3. Keluhan Fisik
Ya √
Jelaskan
Tidak
: Pasien sering mengeluh sakit pada alat kelaminnya saat BAK dan sering mengeluh gatal pada alat kelaminnya pada saat malam hari sehingga pasien takut dan malu untuk berinteraksi dan takut untuk diketahui oleh orang lain.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah, Isolasi Sosial. E. PSIKOSOSIAL 1. Genogram (3 Generasi)
Keterangan:
: Laki-laki : Perempuan : Pasien (25 tahun) : Garis Perkawinan : Garis Keturunan
Jelaskan
: Komunikasi pada keluarga pasien (Nn.An) tidak efektif. Setiap anak AR mendapatkan masalah, ia tidak pernah mau untuk menceritakan masalah kepada orang tuanya maupun kepada saudara kandungnya. Ia biasanya hanya memendamnya sendiri. Bila ada masalah dalam keluarga,
biasanya tidak dibicarakan kepada seluruh anggota keluarga. (buat yang tinggal satu rumah dengan garis putus2) Masalah Keperawatan : Komunikasi inefektif. 2. Konsep Diri a. Gambaran diri
: Pasien merasa jijik dengn dirinya, ia merasa kotor dan merasa tidak berguna lagi ia hidup di dunia ini.
b. Identitas diri
: Menyadari bahwa ia terlahir sebagai wanita.
c. Peran
: Pasien merasa sedih karena semenjak kejadian tersebut pasien berhenti kuliah karena merasa malu dengan temantemannya.
d. Ideal diri
: Pasien bercita-cita ingin menjadi seorang guru SMA.
e. Harga diri
: Semenjak kejadian tersebut keluarga pasien jarang mengajak pasien untuk berkomunikasi.
Masalah Keperawatan: Pasien mengalami gangguan gambaran diri, peran, ideal diri, dan gangguan harga diri rendah. 3. Hubungan Sosisl a. Orang yang berarti: Ayah dan ibu. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat (dirumah dan di RS): •
Di lingkungan masyarakat: Pasien dulu aktif di lingkungan di masyarakat, pasien tergabung dalam Remaja Islam masjid.
•
Di Lingkungan Rumah Sakit: Pasien mau mengikuti kegiatan kelompok yang diadakan oleh perawat seperti TAK.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain (di rumah dan di RS):
•
Di lingkungan masyarakat: Pasien merasa sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain karena pasien merasa malu dan jijik dengan dirinya dan merasa semua orang membencinya.
•
Di lingkungan rumah sakit: Pasien merasa sulit untuk berinteraksi dengan pasien lain dan petugas kesehatan karena pasien merasa malu.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah dan Isolasi Sosial. 4. Spiritual a. Nilai dan Keyakinan : Pasien menganut agama islam. b. Kegiatan ibadah : (di rumah dan di RS) •
Pada saat sebelum kejadian pemerkosaan pasien sangat tekun beribadah namun setelah kejadian itu pasien kadang-kadang beribadah dan kadangkadang tidak.
•
Pada saat dirumah sakit pasien tidak pernah sholat sehingga pasien merasa gelisah dan tidak tenang
Masalah Keperawatan : Distress spiritual.
F. STATUS MENTAL 1. Penampilan √ Tidak Rapi
Jelaskan
Penggunaan pakaian
Cara berpakaian
tidak sesuai
seperti biasanya
: pakaian pasien tidak rapi, letak kancing tidak benar, dan pakaiannya kusut.
Masalah Keperawatan : defisit perawatan diri 2. Pembicaraan Cepat
Keras
Gagap
√ Agitasi
Apatis
LambatMembisu
Tidak mampu memulai Pembicaraan
Jelaskan
: pasien tampak tegang saat berbicara, mata melotot tertuju pada satu titik, lalu tiba-tiba pasien menjerit sambil menutup telinga.
Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi verbal (agitasi), halusinasi 3. Aktifitas Motorik √ Tik
Grimsen
Jelaskan
Tremor
Kompulsif
: mata tampak melotot dan tertuju pada satu titik dan pasien tampak terlihat ketakutan.
Masalah Keperawatan : Halusinasi penglihatan 4. Alam perasaan Sedih Jelaskan
√ Ketakutan
Putus asa
Khawatir
Gembira berlebihan
: Pasien tampak ketakutan sambil menutup mata dan telinga serta mengatakan “tidak”, bahkan pasien sampai menangis.
Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan : ketakutan. 5. Afek Datar Jelaskan
Tumpul
√ Labil
Tidak sesuai
: Pasien kadang tampak diam dan tiba-tiba menjerit dengan mata melotot dan gerakan tangan seperti menghalau sesuatu.
Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan :labil. 6. Interaksi selama wawancara √
Bermusuhan
Tidak kooperatif
Mudah tersinggung
Kontak mata kurang
Defensif
Curiga
Jelaskan
: Pasien tampak tidak kooperatif ketika menjawab pertanyaan dari perawat, pasien menutup mata dan menutup telinga.
Masalah Keparawatan : Kerusakan komunikasi verbal. 7. Persepsi halusinasi √ Pendengaran Pengecapan Jelaskan
√ Penglihatan
Perabaan
Penghidu : Kapan terjadinya,respon pasien terhadap kita saat terjadi halusinasi, frekuensi halusinasi, lamanya halusinasi, isi halusinasi, fase halusinasi pasien tampak ketakutan sambil menutup telinga dan memandang pada satu titik lalu berkata “tidak” dan “pergi”. Tangan pasien seperti menghalau sesuatu yang ada di depannya.
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran dan penglihatan. 8. Proses pikir √
Sirkumstansial
Tangensial
Kehilangan asosiasi
Flight of idea
Blocking
Pengulangaan pembicaraan/ Preservasi
Jelaskan
: Ketika menjawab pertanyaan perawat pasien terlihat berbelit-belit
(tujuannya
pertanyaan perawat Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
sampai)
dalam
menjawab
9. Isi pikir Obesesi Depolarisasi
√ Phobia
Hipokondria
Ide yang terkait
Pikiran magis
Agama
Somatik
Kebesaran
Nihilistik
Sisip pikir
Siar pikir
Waham
Jelaskan
√ Curiga Kontrol pikir
: pasien tampak ketakutan dengan mata melotot pada satu titik dan menutup telinga. Dan pasien terlihat curiga terhadap perawat yang mencoba berinteraksi dengannya
Masalah Keperawatan : Halusinasi penglihatan dan pendengaran. Waham curiga 10. Tingkat kesadaran √
Bingung
Sedasi
Stupor
Disorientasi Waktu Jelaskan
Tempat
√ Orang
: Pasien selalu salah menyebutkan nama orang yang ditunjuk oleh perawat
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir 11. Memori Gangguan daya ingat jangka panjang
√ Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini Jelaskan
: Ketika ditanya oleh perawat terhadap aktivitas yang baru saja dilakukan pasien tidak ingat
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir. 12. Tingkat konsentrasi dan berhitung Mudah beralih
√ Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan
: saat ditanya pasien tidak mampu berkonsentrasi. Pasien terlihat bingung dan menggeleng.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir. 13. Kemampuan penilaian √ Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan
: pasien masih dapat melakukan kegiatan seharihari seperti makan dan minum sendiri (jika diberikan pertanyaan mis. Apakah mau mandi dulu apa mau makan dulu).
Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir. 14. Daya tilik diri Mengingkari penyakit yang diderita Jelaskan
√ Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
: pasien menyalahkan orang tuanya yang tidak mau mendengarkan
dan
membantu
menyelesaikan
masalahnya. Pasien juga menyalahkan laki-laki yang telah memperkosanya karena kasus perkosaan itu menyebabkan dia merasa kehilangan masa depannya. Masalah Keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri
G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG (dikaji kemampuan pasien selama di RS) 1. Makan dan minum √
Bantuan minimal Jelaskan
Bantuan Total : Pasien masih dibantu dalam hal menyiapkan makan dan minum namun dapat makan dan minum sendiri.
Masalah Keperawatan : 2. BAB/BAK Bantuan minimal Jelaskan
Bantuan Total : Pasien dapat melakukan BAB/BAK tanpa bantuan orang lain
Masalah Keperawatan : 3. Mandi Bantuan minimal Jelaskan
Bantuan Total : Pasien dapat mandi sendiri tanpa bantuan dari orang lain
Masalah Keperawatan : 4. Berpakaian/berhias √
Bantuan minimal
Jelaskan
Bantuan Total : Pasien masih di bantu untuk menyisir rambut.
Masalah Keperawatan : Deficit perawatan diri (berhias). 5. Istirahat dan tidur √ Tidur siang lamanya: 1 jam √ Tidur malam lamanya: sulit, sering mendengar suara-suara yang ingin
membunuhnya. √ Kegiatan sebelum/sesudah tidur: membaca doa.
Jelaskan
: Tidur siang lamanya 1 jam, saat tidur malam pasien mengalami kesulitan untuk tidur dan sering mendengar suara-suara yang ingin membunuhnya, kegiatan yang dilakukan pasien sebelum tidur yaitu membaca doa.
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur. 6. Penggunaan obat √ Bantuan minimal
Jelaskan
Bantuan Total : Pasien selalu diingatkan untuk minum obat.
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan penatalaksanaan program teraupetik.
Dikaji kemampuan pasien yang dapat dilakukan di rumah : 7. Pemeliharaan kesehatan
Ya
Perawatan lanjutan
√
Sistem pendukung
√
Jelaskan
Tidak
: Pasien dapat mengatasi halusinasinya dengan bantuan keluarga
Masalah Keperawatan : 8. Kegiatan di dalam rumah Mempersiapkan makanan Menjaga kerapian rumah
Ya
Tidak
√ √
Mencuci pakaian
√
Pengaturan keuangan
√
Jelaskan
: Pasien tidak dapat melekukan kegiatan didalam rumah seperti mencuci pakaian dan mengatur keuangan.
Masalah Keperawatan : 9. Kegiatan di luar rumah Ya
Tidak
Belanja
√
Transportasi
√
Jelaskan
: Pasien dapat berbelanja namun dengan melihat catatan belanja dan pasien dapat menggunakan transportasi
(angkutan umum)
untuk berbelanja Masalah Keperawatan : H. MEKANISME KOPING Adaptif
Maladaptif
Bicara dengan orang lain
Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah
Reaksi lambat/berlebih
Teknik Relokasi
Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif
√ Menghindar
Olahraga
Mencederai diri
Lainnya ...........
Lainnya ..............
Jelaskan
: Ketika sedang menghadapi masalah pasien lebih sering menghindar dan melupakan masalah tersebut.
Masalah Keperawatan : Koping individu inefektif.
ANALISA DATA DATA SUBJEKTIF
MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Pasien mengatakan bahwa ada Gangguan
persepsi
sensori:
halusinasi
orang
yang
akan (pendengaran dan penglihatan)
membunuhnya. - Pasien mengatakan bahwa ia melihat segerombolan lakilaki
yang
menghampirinya
datang dan
akan
memperkosanya. - Pasien mengatakan bahwa ia merasa ketakutan. OBJEKTIF - Pasien tampak ketakutan - Pasien menutup kedua telinga sambil berkata “tidak” dan “pergi”. - Bibir pasien tampak gemetar - Pasien tampak berkeringat - Pandangan tertuju pada satu titik. - Pasien menggerakan tangan seperti mengusir sesuatu SUBJEKTIF • Pasien
mengatakan
bahwa Isolasi Sosial : Menarik Diri
hidupnya sudah tidak berguna lagi
dan
kotor
setelah
diperkosa. • Pasien
mengatakan
bahwa
sering merasakan kesepian dan ditolak oleh orang tua maupun saudara-saudaranya. • Pasien
mengatakan
bahwa
hubungannya dengan orang lain tidak ada gunanya. OBJEKTIF • Pasien tidak mau bicara. • Pasien menyendiri dan ridak mau
berinteraksi
dengan
orang yang terdekat (orangtua maupun saudara-saudaranya). • Menjawab pertanyaan kurang spontan. • Pasien apatis. SUBJEKTIF • Pasien
mengatakan
bahwa Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah
hidupnya sudah tidak berguna lagi
dan
kotor
setelah
diperkosa. • Pasien mengatakan tidak mau berinteraksi
dengan
orang
mengejek
dan
lain. OBJEKTIF • Pasien
mengkritik dirinya. • Pasien tidak berani menatap mata perawat atau orang lain bila diajak berbicara. • Bicara pasien lambat dengan nada suara lemah. • Pasien berpakaian tidak rapi dan
tidak
dirinya.
memperdulikan
I. ASPEK MEDIK Diagnosa medis : Skizofrenia Terapi medik
: Dengan pemberian psikofarmakoterapi. Yaitu dengan menggunakan
obat-obatan anti psikotik yaitu: •
golongan butiroferon: Haloperidol, Haldol, Serenace, Ludomer. Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi melalui Intramuskular (IM) dengan dosis 3x5 mg. Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam. Setelah klien diberikan obat per oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.
•
Golongan fenotiazine: Chlorpromazine/ Largactile/
Promactile.
Biasanya
diberikan per oral. Pada kondisi akut biasanya diberikan 3x100 mg. Apabila kondisi sudah stabil, dosis dapat dikurangi 1x100 mg pada malam hari saja.
J. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran 2. Isolasi Sosial : Menarik Diri 3. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah 4. Resiko Perilaku Kekerasan 5. Defisit Perawatan diri 6. Regimen perawatan tidak efektif 7. Distress spiritual
K. POHON MASALAH (buat cabang dari masalah keperawatan yang terdapat di pengkajian) Resiko Perilaku Kekerasan
Core Problem
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran Isolasi Sosial : Menarik Diri
Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah
L. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran 2. Isolasi Sosial : Menarik Diri 3. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah 4. Resiko Perilaku Kekerasan
1. ANALISA DATA Diagnosa Keperawatan Gangguan
Perencanaan Tujuan Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
umum:
persepsi
Klien
sensori;
berhubungan
Halusinasi
dengan orang lain
Pendengaran
untuk
dan
timbulnya
penglihatan
halusinasi.
-Ekspresi wajah bersahabat, 1.
Tujuan khusus:
klien nampak tenang, mau percaya dengan klien dengan percaya
1.
dapat
mencegah
Klien
Bina
hubungan
dapat berjabat tangan, membalas menggunakan/
membina hubungan salam, mau duduk dekat terapeutik saling percaya.
perawat.
saling 1.
sapa klien
dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, nama
perawat,
tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan jujur
tujuan
dan
sebagai
saling dasar
komunikasi interaksi perawat dan klien.
yaitu
perkenalkan
Hubungan
pertemuan,
menepati
janji,
bersikap empati dan menerima
klien apa adanya. 2.
Dorong
2.
Mengetahui
masalah
klien yang dialami oleh klien.
mengungkapkan perasaannya.
3.
Agar
klien
merasa
3. Dengarkan klien dengan diperhatikan. penuh perhatian dan empati. -Klien dapat membedakan antara 2.
Klien
dapat nyata.
nyata
dan
1.
Menghindari
tidak 1. Adakan kontak sering dan kosong singkat.
yang
menyebabkan
waktu dapat
timbulnya
mengenal
halusinasi.
halusinasinya.
2. Halusinasi harus kenal 2. Observasi segala perilaku terlebih
dahulu
agar
klien verbal dan non verbal intervensi efektif yang
berhubungan
dengan 3.
halusinasi. 3.
Terima
Meningkatkan
realita
klien dan rasa percaya halusinasi
klien klien.
sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak nyata bagi 4. Peran serta aktif klien perawat.
membantu
dalam
4. Diskusikan dengan klien melakukan
intervensi
situasi yang menimbulkan dan keperawatan.
tidak menimbulkan situasi.
5.
Dengan
5. Diskusikan dengan klien faktor
diketahuinya predisposisi
faktor predisposisi terjadinya membantu halusinasi.
dalam
mengontrol halusinasi.
-Klien dapat menyebutkan 3.
Klien
dapat tindakan
yang
dapat
mengontrol
dilakukan
halusinasi.
halusinasinya timbul.
1.
apabila
yang tentang
akan
yaitu suara
mendengar,
yang 1.
halusinasi
Meningkatkan
pengetahuan klien tentang
melawan
itu
mengatakan
tindakan
cara timbul.
dengan
dalam
dapat dilakukan bila halusinasinya
menyebutkan memutuskan
dilakukan
tindakan
1. Diskusikan dengan klien mengontrol halusinasinya.
. -Klien
Mengetahui
cara
memutuskan
dengan 1. Diskusikan dengan klien halusinasi. tidak
mau tentang
cara
memutuskan 2. Hasil diskusi sebagai
lakukan halusinasinya.
kegiatan
bukti dari perhatian klien
: 2. Dorong klien menyebutkan atas apa yg dijelaskan
menyapu/mengepel, minum kembali
cara
memutuskan 3. Meningkatkan harga diri
obat secara teratur, dan halusinasi.
klien
lapor pada perawat pada 3. Berikan reinforcement positif saat timbul halusinasi.
atas
keberhasilan
klien
menyebutkan 4.
Klien
kembali
cara
dapat -Klien mau minum obat memutuskan halusinasinya.
memanfaatkan obat dengan teratur.
1.
dalam
pengetahuan klien tentang
mengontrol
halusinanya.
Meningkatkan
1. Diskusikan dengan klien fungsi obat yang diminum tentang obat untuk mengontrol agar klien mau minum obat halusinasinya.
5. Klien mendapat -Klien sistem
mendapat
secara teratur.
sistem
pendukung pendukung keluarga.
keluarga
1.
dalam
Mengetahui
yang
dilakukan
tindakan oleh
mengontrol
1. Kaji kemampuan keluarga keluarga dalam merawat
halusinasinya.
tentang tindakan yg dilakukan klien. dalam
merawat
klien
bila
halusinasinya timbul.
2.
2. Diskusikan juga dengan pengetahuan
Meningkatkan keluarga
keluarga tentang cara merawat tentang cara merawat klien. klien yaitu jangan biarkan klien menyendiri, selalu berinteraksi dengan klien, anjurkan kepada klien untuk rajin minum obat, setelah pulang kontrol 1 x
dalam sebulan.
2. CATATAN PERKEMBANGAN No
Tanggal
Diagnosa
Tujuan
Implementasi
Evaluasi
Keperawatan 1.
6-4-2010
Gangguan
Tujuan umum:
persepsi
Klien
sensori:
berhubungan dengan
Halusinasi
orang
Pendengaran
mencegah timbulnya
dan
halusinasi.
penglihatan
Tujuan khusus: 1.
dapat lain
Klien
membina
untuk
dapat 1. Membina hubungan saling S: hubungan percaya dengan klien dengan - Klien menjawab salam dari perawat
saling percaya.
menggunakan/
komunikasi - Klien menyebutkan nama lengkap dan
terapeutik yaitu sapa klien nama panggilannya. dengan ramah, baik secara -
Klien
mengatakan
dia
sering
verbal maupun non verbal, mendengar suara-suara yang mengancam perkenalkan nama perawat, akan membunuhnya.
tanyakan nama lengkap klien - Klien Pasien mengatakan bahwa ia dan panggilan yang disukai, melihat segerombolan laki-laki yang jelaskan tujuan pertemuan, datang jujur
dan
bersikap
menepati empati
Mendorong
dan
akan
janji, memperkosanya. dan O:
menerima klien apa adanya. 2.
menghampirinya
- Klien sudah mau berbicara dan menatap
klien perawat.
mengungkapkan perasaannya. - Klien tidak lagi takut dengan orang lain. 3.
Mendengarkan
klien A:
dengan penuh perhatian dan - Klien mampu membina hubungan empati.
saling percaya dengan perawat -
Klien
mampu
mengungkapkan
perasaannya. P: Pasien: - Klien mengulang kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan jadwal kegiatan harian
yang
telah
dibuat
bersama
perawat. Perawat : - Mengevaluasi kegiatan yang telah
dilakukan dan melanjutkan ke rencana 2.
Klien
dapat
tindakan selanjutnya.
mengenal
1. Mengadakan kontak sering
halusinasinya.
dan
singkat. S:
2.
Mengobservasi
segala
-
-
Pasien
menyebutkan
perilaku klien verbal dan non
halusinasinya
verbal
pedengaran dan penglihatan
yang
berhubungan
dengan halusinasi.
-
-
Pasien
yaitu
jenis
halusinasi
menyebutkan
3. Menerima halusinasi klien
halusinasinya,
sebagai hal yang nyata bagi
segerombolan
klien, tapi tidak nyata bagi
datang menghampirinya dan akan
perawat.
memperkosanya dan juga suara-
4.
Mendiskusikan
klien
dengan
situasi
menimbulkan
tidak
laki-laki
melihat yang
suara yang mengancam akan
yang
dan
ia
isi
membunuhnya. -
-
Pasien
dapat
menyebutkan
menimbulkan halusinasi.
frekuensi (seberapa sering) dia
5.
mengalami halusinasi, yaitu 5
Mendiskusikan
klien
faktor
dengan
predisposisi
terjadinya halusinasi.
kali dalam sehari. -
- Pasien menyebutkan situasi yang
dapat
menyebabkan
timbulnya halusinasi, yaitu saat
dia sendirian di kamar -
- Pasien mengatakan respon/caracara yang digunakannya untuk mengatasi
halusinasi
yaitu
dengan mengusir halusinasinya dengan
menutup
telinga
dan
mengusirnya dengan mengatakan “pergi”. -
O: -
-
A:
-
-
Klien
mampu
mengenal
halusinasinya P: Pasien : -
Menganjurkan
pasien
untuk
mengingat kembali hal-hal apa yang
meyebabkan
munculnya
halusinasi dan kapan waktunya. 3.
Klien
dapat
-
mengontrol halusinasi.
Klien mengulang kegiatan yang telah
1.
Mendiskusikan
dengan
dilakukan
berdasarkan
jadwal kegiatan harian yang telah
.
klien tentang tindakan yang
dibuat bersama perawat.
dilakukan bila halusinasinya Perawat : timbul yaitu: -
Mengevaluasi kegiatan yang telah
Mengajarkan cara
klien dilakukan dan melanjutkan ke rencana
menghardik tindakan selanjutnya yaitu mengajarkan
halusinasi -
klien mengontrol halusinasi.
Mengajarkan untuk
klien
berbincang- S: - Klien
bincang dengan orang O: lain -
-
Mengajarkan untuk
klien seperti
menyapu,
mengepel
mempraktekkan
cara
menghardik halusinasi
melakukan
aktivitas,
Klien
-
Klien berbincang-bincang dengan orang lain (perawat atau pasien lain)
lantai dll.
-
Klien mengepel lantai, menyapu dll.
A: Klien mampu mengontrol halusinasi P: 4.
Klien
memanfaatkan
dapat obat
Pasien : Klien mengulang kegiatan yang telah
dalam
mengontrol 1.
halusinanya.
Mendiskusikan
kepada dilakukan
(berlatih
cara
mengontrol
klien
tentang
penggunaan halusinasi) berdasarkan jadwal kegiatan
obat
untuk
mengontrol harian
yang
telah
dibuat
bersama
halusinasi, meliputi: 4 Benar perawat. (Benar obat, dosis, waktu, Perawat: cara penggunaan), indikasi Mengevaluasi obat, efek samping obat.
kegiatan
yang
telah
dilakukan dan melanjutkan ke rencana tindakan selanjutnya. S: -
Klien menyebutkan tentang cara penggunaan obat dengan 4 Benar.
-
Klien menyebutkan indikasi obat
-
Klien dapat menyebutkan efek samping obat.
O:
Klien menggunakan obat dengan
benar A: Klien mampu mengontrol halusinasi 5.
Klien
sistem keluarga
mendapat
dengan mengkonsumsi obat
pendukung dalam 1.
P: Mengkaji
kemampuan Pasien :
mengontrol
keluarga tentang tindakan yg Menganjurkan klien untuk mengingat
halusinasinya.
dilakukan klien
dalam
bila
merawat tentang
obat
dan
halusinasinya memasukkan jadwal minum obat ke
timbul. 2.
penggunaan
jadwal kegiatan harian yang telah dibuat
Mendiskusikan
juga bersama perawat.
dengan keluarga tentang cara Perawat : merawat klien yaitu jangan Mengevaluasi biarkan selalu
klien
kegiatan
yang
telah
menyendiri, dilakukan dan melanjutkan ke rencana
berinteraksi
dengan tindakan selanjutnya.
klien, anjurkan kepada klien untuk
rajin
minum
obat, S:
setelah pulang kontrol 1 x
-
dalam sebulan
Keluarga menyebutkan tindakan yang harus dilakukan / cara merawat klien.
-
Keluarga
menyebutkan
mengatasi
klien
bila
cara klien
mengalami halusinasi kembali. -
Keluarga
menyebutkan
cara
menganjurkan
klien
untuk
menggunakan
obat
dalam
mengontrol halusinasinya
O: -
Keluarga
merawat
dan
mendukung klien. -
Keluarga mengatasi klien saat klien mengalami halusinasi.
A: Keluarga mendukung klien dalam proses perawatan klien dirumah. P: Keluarga : Menganjurkan
keluarga
mendukung
klien dalam mengontrol halusinasi. Perawat : Mengevaluasi
kegiatan
yang
telah
dilakukan dan melanjutkan ke rencana tindakan selanjutnya.
Lampiran Format pengkajian Asuhan keperawatan jiwa Petunjuk pengisian format pengkajian asuhan keperawatan jiwa
BAB IV
PENUTUP A. Kesimpulan Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik. B. Saran Sebagai perawat baiklah kita untuk lebih mengkaji lebih dalam mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan peritonitis agar kita dapat mengangkat diagnosa – diagnosa yang akan di ambil demi kualitas asuhan keperawatan di lapangan dan demi membangun kualitas keberasilan dari asuhan keperawatan.