dan lainnya. Perkembangan positif ini diharapkan dapat dipertahankan dengan lebih memacu peran serta petani bunga di daerah lain secara lebih luas. Untuk itu diharapkan pemda propinsi lain maupun pemda tingkat dua, dapat memberikan fasilitasi kepada petani bunga didaerahnya. Kasus gagal serah yang terjadi di daerah ini diantaranya spesifikasi produk yang tidak sesuai dengan kesepakatan terutama beras jenis baru, muncul mediator-mediator baru dimana pelaku bisnis bisa sewaktuwaktu jadi pembeli / penjual yang menghadang petani. Ada pula pihak yang berperan sebagai wakil pembeli / pabrik yang mengatas namakan perusahaan atau petani sehingga membingungkan. Pemda mengharapkan agar kasus gagal serah yang dilakukan petani dapat diatasi dengan pembinaan dari Dinas Pertanian. Daerah ini juga mengusulkan agar pemerintah pusat mengkoordinir sistem yang memungkinkan digunakannya kartu kredit dalam pembayaran pasar lelang. Kegiatan pasar lelang di daerah ini telah mendapat perhatian dari anggota DPRD yang mempertanyakan apakah kegiatan pasar lelang memberikan kontribusi kepada perekonomian daerah dan bukan hanya sekedar main-main. Pertemuan antara pembeli dan penjual pada malam menjelang hari penyelenggaraan pasar lelang memungkinkan mereka melakukan transaksi malam itu dan terus kembali pulang ke daerahnya dan tidak hadir pada saat dipanggil untuk bertransaksi pagi harinya. Daerah ini mengusulkan agar para pelaku pasar lelang segera diatur kewajiban-kewajibannya supaya kasus gagal serah dan gagal bayar semakin berkurang. Riau melaporkan bahwa pasar lelang didaerahnya didominasi oleh pedagang pengumpul sehingga harga yang didapat petani harus berbagi dengan para pelaku pasar lainnya yang masih panjang jalurnya. Daerah ini masih terkendala dengan tempat penyelenggaraan pasar lelang yang selalu berubah-rubah sehingga pembeli dan penjual seringkali tidak mendapat informasi yang tepat waktu dan mengakibatkan sejumlah peserta pasar lelang tidak datang meramaikannya. Kasus gagal serah tidak banyak terjadi, namun pihak pembeli umumnya harus mensortir kembali produk yang diterimanya akibat kualitas yang lebih rendah dari kesepakatan semula. Pasar lelang dikatakan belum berhasil memutuskan mata rantai tengkulak terutama untuk produk bahan olah karet, sehingga pihak petani belum mendapat manfaat secara optimal, sedangkan untuk gambir sebagai produk yang paling dominan, manfaat pasar lelang sudah dinikmati petani dengan membaiknya harga yang ditawarkan pedagang. Para pelaku pasar lelang dirasa kurang perhatian dalam melaporkan tindak lanjut kontraknya kepada penyelenggara, apakah terjadi gagal bayar atau gagal serah. Pihak Pemda / penyelenggara mengetahui adanya wanprestasi dari hasil survey yang dilakukannya. Pihak Bank Niaga memberikan tanggapan baik dan berminat menyediakan likuiditas kepada pelaku, namun memerlukan syarat tambahan agar mereka sebagai pihak yang melakukan kontrak dapat dipegang dalam pelaksanaannya. Dalam APBD Riau diprogramkan 4 kali penyelenggaraan pasar lelang selama 2005. Barlingmascakeb melaporkan bahwa para pelaku lokal lebih pasti dalam melaksanakan kontrak kesepakatannya dibandingkan pelaku terutama pembeli dari kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung. Pelaku gagal serah atau gagal bayar umumnya berasal dari luar daerah Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen. Dari peserta lelang yang berjumlah sekitar 150 orang ternyata memerlukan proses verifikasi melalui fit and proper test agar dapat dikonfirmasikan 27
keseriusan mereka dalam merealisasikan kontraknya. Pelaku wanprestasi umumnya kurang komitmennya terhadap harga yang sudah disepakati sebelumnya. Daerah ini mengusulkan agar masalah ini dicarikan solusinya, misalnya dengan penjaminan melalui mekanisme Bappebti, Kliring dan bank garansi Jawa Barat mempertanyakan berapa sebenarnya jumlah peserta lelang yang optimal agar berjalan wajar. Daerah ini mengusulkan agar fungsi bank penjamin segera direalisasikan, kalau perlu dengan SKB instansi terkait, untuk mendukung likuiditas pasar lelang. Pada tingkat Jawa Barat, pasar lelang diatur oleh Keputusan Gubernur No. 10 tahun 2003 dimana Dinas Agro merupakan pihak penyelenggara. Pelaku pasar disini sangat beragam meliputi perorangan, koperasi, PT, CV, pedagang, pasar swalayan, perusahaan daerah, eksportir, dengan jumlah peserta yang aktif dan teridentifikasi secara baik sekitar 50 orang. Kasus gagal serah di daerah ini, dari 218 transaksi, terjadi 21 kali atau 10 persen, dari angka ini 16 kasus diselesaikan secara arbitrase, sedangkan 5 kasus lagi masih belum tuntas dengan nilai transaksi 840 juta rupiah. Dinas Agro telah melakukan sosialisasi pasar lelang ke kabupaten-kabupaten, termasuk kelembagaannya, diantaranya di Garut akan dibangun sub terminal agri bisnis dengan biaya 10 milyar rupiah, yang saat ini menampung 63 penjual dan 14 pembeli, dengan produk yang meliputi tomat, cabe, kemiri, merica, paprika, pisang. Jawa Barat merencanakan pasar lelang dengan sistem multi buyer / seller sehingga memerlukan perubahan mekanisme transaksi melalui remote trading sehingga para peserta tidak saling mengetahui untuk menghindari hambatan psikologis dalam tawar menawar. Direncanakan pula diselenggarakannya pasar lelang khusus yang hanya memperdagangkan satu komoditas saja. Untuk itu diperlukan penyempurnaan sistem monitoring, penertiban terhadap peserta yang wanprestasi untuk menjamin integritas pasar, forum komunikasi pasar lelang, aspek permodalan untuk menutupi kelemahan sistem perbankan, standarisasi kualitas produk yang diperdagangkan, mekanisme penjaminan, koordinasi dengan Dinas Pertanian yang membina budidaya petani, dan aksi tindak lanjut bagi komoditas yang didaftarkan untuk ditawarkan di pasar lelang tetapi tidak ada transaksi. Jakarta melaporkan bahwa komoditas yang dominan diperdagangkan adalah beras dan jeruk, produk lain diantaranya jagung dan biji mete. Diberikan informasi bahwa Jakarta memerlukan sejumlah produk dengan konsumsi harian sebagai berikut. Beras 3000 ton, gula pasir 300 ton, minyak goreng 500 ton, ternak potong 400 ekor, ayam ras 37,5 ton, telur ayam ras 425 ton, ikan 600 ton, sayuran 1300 ton, buah-buahan 400 ton, kelapa 200,000 butir, terigu 1080 ton. Dilaporkan pula bahwa pihak rumah sakit, super market dan hyper market yang seharusnya dapat menjadi pembeli potensial, selama ini hanya datang sebagai penonton. Menurut pemasoknya, mereka belum menyadari keberadaan pasar lelang sehingga perlu disosialisasikan. Sumber informasi lain menyebutkan bahwa mereka enggan berpartisipasi dalam pasar lelang karena cara pembayaran yang berbeda dan ditentukan sepihak dimana posisi pemasok / petani berada pada sisi yang lebih lemah. Kerjasama yang tidak berdasarkan mitra setara ini menurut penuturan mereka sebenarnya melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Diinformasikan pula adanya Perda No. 8 tahun 2004 tentang peredaran tanaman, pengawasan buah-buahan, standard, restribusi, yang memberatkan para pelaku dan menghambat kegiatan pasar lelang. 28
Untuk itu pemerintah pusat dimintakan perhatiannya agar melakukan fungsinya mencabut Perda ini. Penutup : Pasar lelang merupakan mekanisme yang diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dari permasalahan rendahnya pendapatan petani skala kecil di pedesaan diantaranya yang paling menonjol fluktuasi harga komoditas agro. Posisi tawar petani yang dikejar kebutuhan hidup selalu tertekan kebawah berhadapan dengan pedagang yang membawa uang, permodalan dan potensi persekongkolan. Posisi petani menjadi sulit karena fluktuasi harga harian, mingguan, bulanan, bahkan musiman membuat petani sulit untuk membuat perencanaan produksi sehingga selalu menghadapi harga rendah pada saat panen dan faktor input mahal pada saat musim tanam. Petani juga menghadapi langkanya informasi pasar yang membuat transaksi jual beli lebih banyak ditentukan oleh pedagang yang selalu berupaya menutupi sumber informasi dan menghalangi terjadinya pembentukan harga yang transparan dan adil. Permodalan juga berpihak kepada kepentingan pedagang karena langkanya lembaga pembiayaan untuk kegiatan ekonomi pedesaan sehingga pola pembayaran pada transaksi antara petani dan pedagang lebih banyak berpola panjar, bayar kemudian dan ijon yang merugikan posisi petani. Dengan meningkatnya pemanfaatan mekanisme pasar lelang dikembangkan di sentra-sentra produksi agro, diharapkan posisi tawar petani akan menjadi lebih baik karena perubahan factor-faktor yang mempengaruhinya. Pembetukan harga yang adil dan transparan di pasar lelang ditentukan secara terbuka melalui penawaran tertinggi pada saat lelang komoditas yang bersangkutan. Pasar lelang lokal sebagai kelembagaan di sektor hulu yang berlokasi di pedesaan akan bersinergi dengan pasar lelang regional di tingkat propinsi atau pasar lelang antar pulau antar propinsi sehingga pelaku pasar terutama pihak pembeli menjadi lebih banyak dan bervariasi sehingga memperbaiki posisi tawar petani yang sebelumnya menghadapi pembeli terbatas dan tertentu yang rawan kolusi. Dengan dikembangkannya pasar lelang forward dimana penyerahan barang dilakukan dimasa datang tertentu sesuai kesepakatan pembeli-penjual, akan mempermudah petani melakukan perencanaan masa tanam sehingga lebih leluasa bergerak diantara tekanan pihak tengkulak. Namun pada akhirnya sarana pasar lelang yang diharapkan mampu membantu posisi petani, masih belum dalam tingkat pelaksanaan sepenuhnya seperti acuan pasar lelang di Jepang, Belanda, Thailand atau negara yang sudah mapan lainnya. Catatan keberhasilan pada pasar lelang spot lokal belum mencapai skala yang sebenarnya. Masih cukup banyak faktor-faktor yang perlu disempurnakan agar nantinya pada skala nasional, pelaksanaan pasar lelang benar-benar dapat secara standard dapat membawa manfaat bagi stake holder sesuai seperti yang diharapkan.(TM) (sumber : informasi internal dan hasil-hasil kajian Bappebti)
29
penjualan produknya dan sebagian yang tidak berhimpun melakukan penjualan melalui broker yang ada di sentra produksi. Petani produsen mendapatkan pembinaan dan perlindungan yang sangat baik dari pemerintah sehingga sangat jarang terjadi kelangkaan suplai yang menyebabkan terjadinya fluktuasi harga yang sangat tajam. Standard mutu diterapkan secara ketat untuk produk yang dilelang, termasuk pemeriksaan higienis. Mekanisme yang berlaku, sangat menjamin keamanan konsumen dalam memperoleh produk yang aman, sehat dan harga yang wajar serta dijamin produk tersebut selalu tersedia di pasar. Banyak hal yang perlu disosialisasikan kepada para pelaku pasar lelang maupun masyarakat luas, artikel ini akan menjelaskan apa siapa dimana, bagaimana dan berbagai dimensi pasar lelang serta harapan yang dibangun masyarakat petani pada khususnya terhadap pasar lelang untuk memberikan kontribusi dalam memberdayakan peran dan meningkatkan penghidupannya. Tulisan ini diasembling dari berbagai bahan internal Bappebti dan sumber informasi sekunder lainnya agar menjadi satu cerita utuh tentang pasar lelang. Harapan dan Tantangan Pasar Lelang : Pada saat ini pembangunan ekonomi nasional masih menghadapi berbagai tantangan besar dalam mengusahakan peningkatan kesejahteraan rakyat. Salah satu tantangan tersebut adalah proses globalisasi ekonomi dan dorongan perdagangan bebas. Bagi produk pertanian ini berarti meliputi seluruh sistim agribisnis melalui proses budi daya, penanganan pasca panen, industri pengolah, kegiatan perdagangan, institusi pasar, jasa penunjang termasuk kemampuan petani/produsen. Kegiatan di bidang agro masih menghadapi berbagai masalah seperti tidak konsistennya jumlah dan mutu produk yang dihasilkan, produktivitas yang rendah, pasar belum terorganisasi dengan baik, pasar yang tidak transparan, dimana semuanya ini menyebabkan rendahnya perolehan harga dan rendahnya pendapatan petani serta lemahnya daya saing produk. Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengembangkan institusi pasar dalam bentuk pasar lelang. Dalam pasar lelang akan dipertemukan secara langsung penjual (petani produsen) dengan pembeli, terciptanya harga yang transparan, memperpendek jalur pemasaran, mendorong peningkatan mutu dan produksi yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pasar, pasar lelang yang dikembangkan terdapat dalam dua bentuk yaitu pasar lelang spot, dimana penjual langsung membawa komoditas yang akan dijual ke pasar lelang dan pasar lelang forward (penyerahan dan penyelesaian kemudian), penjual cukup membawa contoh komoditas yang dijual. Dalam pasar lelang forward harga komoditi sudah terbentuk sebelum penyerahan dilakukan, hal ini dipakai oleh petani / pembeli / pedagang / prosesor dalam merencanakan usahanya. Daerah yang telah mengembangkan pasar lelang adalah Sumatera Utara (komoditi kakao dengan sistim spot), Jambi (karet-spot), Jawa Barat (agro, forward), Jawa tengah (forward-agro), Jawa Timur (forward-agro) dan Sulawesi Utara (forwardagro). Dengan melihat sebaran wilayah dan potensi komoditas diseluruh daerah di Indonesia, maka semua daerah memiliki potensi untuk mengembangkan pasar lelang komoditi di daerahnya masing-masing. 3
Program pengembangan pasar lelang bertujuan untuk menciptakan sistem perdagangan yang baik melalui mekanisme penentuan harga yang transparan. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem perdagangan. Mencukupi kebutuhan antar daerah, menciptakan insentif bagi peningkatan produksi dan mutu. Pendekatan yang dilakukan dalam mengembangkan pasar lelang adalah dengan membangun sistem melalui pendekatan kepada pelaku (penjual dan pembeli), menyiapkan mekanisme lelang, menyusun ketentuan lelang, sosialisasi kepada petani dan pelaku pasar dan pelatihan bagi pengelola dan pelaku. Sedangkan sarana fasilitas seperti gedung akan dilakukan kemudian setelah pasar lelang yang dibangun berhasil. Dalam mengembangkan pasar lelang, Departemen Perindustrian dan Perdagangan bersama pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten melakukan persiapan secara bersama. Deperindag memberikan bantuan teknis kepada pemerintah daerah dalam bentuk pengembangan sistem lelang antara lain pelatihan, sosialisasi, penyusunan ketentuan lelang, penyusunan mekanisme lelang, dan lainnya. Pasar lelang yang sudah melakukan kegiatan di Indonesia hingga saat ini berada di 17 lokasi yaitu: 4 lokasi pasar lelang kakao (spot) di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara; 7 lokasi pasar lelang karet (spot) di Jambi; 1 lokasi pasar lelang (forward) di Kabupaten Agam, Sumatera Barat; 1 lokasi pasar lelang agro (forward) di Bandung, Jawa Barat; 2 lokasi pasar lelang agro (forward) di Semarang dan Purwokerto, Jawa Tengah; 1 lokasi pasar lelang agro (forward) Surabaya, Jawa Timur; 1 lokasi pasar lelang agro ( forward ) Manado, Sulawesi Utara Manfaat yang diharapkan dari pasar lelang, bagi petani produsen, akan memiliki harga sebelum tanam atau panen, sehingga memungkinkan mereka merencanakan pola budi daya tanam. Dengan demikian petani berkonsentrasi untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas. Bagi industri pengolah, dapat memperoleh jaminan pasokan baha baku sesuai kapasitas dan rencana produksi. Bagi pedagang/eksportir, akan terlindungi dari kegagalan pengiriman, karena adanya kepastian perolehan produk dari pasar lelang. Bagi perbankan, ada jaminan penyaluran kredit yang lebih aman, karena adanya kontrak jual beli. Diharapkan pelaku agribisnis di setiap daerah dapat melakukan transaksi melalui pasar lelang di Indonesia. Dengan demikian pelaku agribisnis secara nasional akan dapat memanfaatkan pasar lelang untuk melakukan kegiatan usahanya. Mengingat keadaan wilayah dan sebaran komoditas yang terpencar, maka untuk memperluas perdagangan produk agribisnis antar daerah atau antar pulau, maka sedang dikembangkan sistim lelang dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui internet. Dengan sistim ini pembeli dan penjual dapat melakukan transaksi lewat internet dari daerahnya masing-masing tanpa datang ke pasar lelang dan dapat memperoleh informasi harga yang terkini dan volume komoditi yang diinginkan. Setiap pasar lelang forward akan menggunakan sistim standar yang disediakan Deperindag yang meliputi perangkat lunak/aplikasi, jaringan komunikasi data/visual, prosedur operasional dan peraturan tata tertib. Sistem front office digunakan untuk memfasilitasi bertemunya order jual dan order beli serta mencetak order jual dan beli yang terjadi di Pasar Lelang berikut kontrak jual beli dan dilengkapi dengan spesifikasi teknis kontrak. Sistem back office digunakan untuk mencatat/registrasi setiap transaksi di pasar lelang, memonitor penyelesaian transaksi, melaporkan posisi hak dan kewajiban peserta lelang, dan menyediakan laporan/informasi lainnya sesuai kebutuhan. 4
Dalam upaya meningkatkan dan memelihara integritas pasar dan integritas keuangan pasar lelang, akan dilakukan penjaminan penyelesaian transaksi yang terjadi di pasar lelang baik pelaksanaan penyerahan barang maupun pembayarannya yang akan dilaksanakan oleh PT (Persero) Kliring Berjangka Indonesia bersama pelaku pasar. Tujuan dari skema ini untuk meminimalisir terjadinya gagal serah oleh penjual dan gagal bayar oleh pembeli. Penerapan sistim ini akan dilakukan secara bertahap mulai dari keanggotaan penjaminan, pengelolaan uang muka pembelian dan uang jaminan penjualan, sampai kepada penanggulangan cidera janji oleh anggota penjaminan. Upaya untuk memperluas informasi pasar dan teknologi dilakukan melalui kerjasama antara pemda, PT Pos Indonesia, operator jasa internet, perbankan, perguruan tinggi maupun lembaga litbang dan instansi terkait termasuk bekerjasama dengan media visual (televisi dan media cetak). Kerjasama ini dimaksudkan dalam rangka mengembangkan pusat informasi bisnis, inkubator bisnis, dukungan teknologi, manajemen dan pendanaan. Oleh karena itu informasi pasar dapat disebarluaskan ke sentra-sentra produksi maupun kepada pengguna lain untuk dapat dimanfaatkan dalam perencanaan usahanya Pasar lelang dikembangkan untuk menjadi kegiatan institusi pasar yang dimiliki, dikelola dan dirasakan manfaatnya oleh peserta lelang. Dan diharapkan sebagai bagian dari kegiatan pembangunan ekonomi di daerah. Keberhasilan pasar lelang sangat ditentukan kesediaan dan kesiapan para stakeholder (kelompok tani, pemerintah daerah, swasta, perbankan serta instansi terkait). Dalam rangka mendukung pemberdayaan pasar dalam negeri menuju pasar global, perlu diupayakan pembangunan institusi pasar lelang baik pasar lelang lokal maupun antar daerah sehingga memberikan akses pasar yang mudah dan transparan kepada semua pelaku usaha dimanapun berada. Pengembangan pasar lelang memiliki peran yang sangat strategis dalam menciptakan pasar yang transparan, dapat memperkecil masalah pemasaran komoditas produk lokal, masalah mutu, dan masalah pengendalian resiko harga. Dengan demikian kegiatan produksi dan pemasaran dalam negeri menjadi efektip dan efisien, serta memperkuat daya saing di pasaran global. Perkembangan Pasar Lelang : Pasar lelang mulai marak dibina dan dikembangkan oleh Departemen Perdagangan sejak tahun 1993 pada saat Badan Pelaksana Bursa Komoditi melakukan studi kelayakan bekerjasama dengan Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian IPB. Kajian ini dilakukan di Sumatera Utara dan difokuskan kepada komoditas hortikultura yang meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias, tanaman obatobatan. Hortikultura diunggulkan oleh koperasi tani dan menjadi sasaran binaan utama pemerintah untuk mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri termasuk agro industri dan memenuhi kebutuhan pasar luar negeri. Untuk Sumatera Utara, terutama kabupaten Simalungun, Karo, Tapanuli Utara dan Selatan, serta Dairi, komoditas yang menjadi target saat itu meliputi bawang merah, bawang putih, bawang daun, kentang, kubis, sawi, lobak, wortel, kacang merah, kacang panjang, cabe, tomat, terung, buncis, ketimun, labusiam, kangkung, bayam, ketimun. Daerah-daerah di Indonesia umumnya memiliki keunggulan komparatif untuk komoditas agro dari sumberdaya yang dimilikinya seperti lahan perkebunan yang
5
luas, kesuburan lahan, iklim yang menunjang, curah hujan dan tenaga kerja berlimpah. Pasar lelang forward di Bandung mengawali sejarah dengan pelaksanaan perdananya bulan Desember 2002, disusul Semarang bulan November 2003, Surabaya Januari 2004, Purwokerto dan Kabupaten Agam bulan Februari 2004 dan Manado April 2004. Terhitung 22 Juni 2004, pasar lelang forward sudah terbentuk pada 10 lokasi di 9 propinsi dan akan terus berkembang karena tuntutan pasar, seperti dilaporkan oleh sejumlah pemerintah daerah yang meminta pembentukan pasar lelang didaerahnya. Sarana ini merupakan harapan baru bagi para pelaku pasar untuk memperpendek jalur distribusi petani - konsumen, tempat proses pembentukan harga yang transparan berdasarkan kepastian kualitas, kuantitas, waktu penyerahan dan pembayaran. Petani diharapkan dapat dibina untuk meningkatkan produksi melalui transparansi informasi dan pembentukan harga sehingga dapat diajak bekerjasama dalam mengelola pola tanam agar distribusi pasokan komoditas diatur sepanjang tahun sesuai dengan kemampuan daya serap pasar. Mekanisme pasar lelang dapat menyediakan sarana dengan fungsi tersebut apabila terkumpul volume komoditas yang akan dilelang dengan jumlah signifikan dan berkesinambungan sepanjang tahun dengan frekuensi teratur setiap minggu, bulan atau tahunnya. Pelaku pasar lelang: Struktur pasar agro didaerah pada tingkat pedagang pengumpul umumnya mendekati struktur pasar bersaing, sedangkan pada tingkat grosir mendekati struktur oligopoly dimana jumlah penjual yang banyak berhadapan dengan pembeli yang relatif sedikit. Dengan struktur seperti ini tidak hanya suplai dan permintaan yang mempengaruhi harga tetapi juga perilaku kelompok pedagang tertentu. Pedagang yang melakukan jual beli komoditas agro umumnya tidak mengkhususkan diri kepada produk tertentu tetapi berdagang sekelompok produk, demikian pula petaninya umumnya menanam bermacam-macam jenis sayuran. Pola kerja pedagang pengumpul umumnya melakukan pembayaran tunai kepada petani, kemudian menjualnya kepada pedagang antar kota dengan cara yang tidak tunai. Pembayaran barang yang telah diterima sebelumnya, dilakukan pada saat barang partai berikutnya diserahterimakan. Pedagang antar kota kemudian mendatangi pasarpasar untuk menjual barang dagangannya yang pada umumnya dalam satu minggu dua sampai tiga kali untuk pasar tujuan yang agak jauh dan hampir setiap hari untuk pasar yang berjarak lebih dekat. Pelaku pasar lainnya adalah kolektor yang merupakan kakitangan eksportir. Mereka melakukan cara pembelian yang berbeda dibandingkan pedagang. Kolektor membeli sayur di kebun petani dengan hitungan per pohon bukan satuan berat seperti pedagang lainnya dan dilakukan dua sampai tiga minggu sebelum panen. Kolektor saat itu akan memberikan panjar tanda jadi dan kemudian melunasinya pada saat panen. Biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum panen ditanggung secara tanggung renteng, petani membayar tenaga kerja dan kolektor bertanggung jawab terhadap biaya pestisida. Kolektor mendapat komisi dari eksportir sekitar 5 – 10 persen sebagai pembayaran jasanya.
6
Eksportir komoditas agro terdiri dari 4 kategori, terutama pada kasus di Sumatera Utara. Pertama, eksportir produsen yaitu perusahaan yang menanam kemudian mengekspor hasilnya ke pasar luar negeri. Kedua, eksportir murni yaitu perusahaan yang hanya melakukan ekspor komoditas yang dibelinya dari petani dan tidak bercocok tanam sama sekali. Ketiga, eksportir musiman yaitu perusahaan yang tidak secara berkesinambungan melakukan ekspor hanya pada saat harga sedang rendah di kala panen raya, dan terakhir, eksportir yang menggunakan nama perusahaan lain melalui mekanisme sub-kontraktor. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa sosialisasi pasar lelang cukup alot di kalangan petani, diantaranya konotasi pasar lelang yang terlanjur melekat sebagai tempat menjual barang antik terutama di luar negeri, atau pasar barang bekas, barang sitaan, atau barang agunan pasca krisis yang banyak menimpa perusahaan perbankan nasional. Nasib petani memang belum bisa lepas dari lingkaran setan kegagalan pasar. Harga hasil bumi mereka selalu rendah diwaktu panen dan sebaliknya harga input terutama pupuk, tinggi diwaktu musim tanam. Lebih susahnya lagi mereka tidak punya pilihan untuk keluar dari kegiatan bertani karena tidak punya sumberdaya lain kecuali menggeluti nasibnya yang sudah turun-temurun. Harga sayur-mayur misalnya, cenderung selalu berfluktuasi dengan tingkat frekuensi tinggi. Pembentukan harga di pasar borongan maupun di tingkat petani terjadi melalui tawar menawar antara individu petani dengan individu pedagang dimana mekanisme rebut tawar selalu menempatkan petani pada posisi lemah karena lemahnya posisi ekonomi petani dan lemahnya penguasaan informasi yang dimiliki petani. Pembentukan harga tidak terjadi secara transparan, lebih banyak ditentukan oleh tengkulak yang memegang uang melawan petani yang dikejar kebutuhan. Pelaku pasar lelang meliputi penjual, pembeli, panitia lelang, lembaga penjaminan, perbankan. Pihak penjual dapat meliputi petani produsen individu skala besar, kelompok tani, koperasi/KUD, perusahaan agro bisnis. Sedangkan pihak pembeli dapat meliputi pedagang pengumpul tingkat kabupaten, pedagang pengumpul antar daerah, eksportir, industri pengolahan, importir atau agennya. Sistem dan mekanisme pasar lelang memerlukan kesederhanaan, dengan keanggotaan berskala nasional yang didukung sistem verifikasi dan akreditasi. Dari segi lokasi, pasar lelang dapat dilaksanakan dimana saja, namun harus tertib dan berkelanjutan, dengan sistem nasional terpusat, sedangkan pelaksanaannya didaerah dilakukan secara desentralisasi. Dengan sistem terpusat secara nasional dimungkinkan dikembangkannya transaksi lelang jarak jauh antar daerah berbasis internet berbiaya efisien yang dalam jangka menengah menuju kepada sistem remote trading Dengan beroperasinya pasar lelang, tidak berarti hilangnya peran pedagang didaerah operasinya. Peran mereka justru lebih diperlukan untuk berperan aktif sebagai penjual maupun pembeli. Tujuan pasar lelang adalah membentuk sistem informasi yang transparan dan wahana pembentukan harga yang menguntungkan bagi semua pihak.
7
Faktor penunjang : Pasar lelang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup petani melalui perbaikan mekanisme pembentukan harga komoditas yang dihasilkan melalui transparansi sistem yang dianut tanpa adanya manipulasi informasi pasar. Kualitas komoditas yang diperdagangkan diharapkan meningkat melalui mekanisme pembentukan harga tersebut karena mutu komoditas yang lebih baik akan mendapatkan penawaran yang lebih tinggi dibandingkan yang berkualitas lebih rendah. Jaminan sistematis akan harga yang lebih baik ini akan mendorong petani termotivasi kuat untuk menghasilkan komoditas dengan mutu yang lebih baik agar diterima di pasar domestik maupun pasar ekspor. Pasar lelang akan membuka akses luas kepada para pelaku pasar sehingga akan lebih banyak penjual dan pembeli yang akan melakukan transaksi sehingga persekongkolan pihak yang terbatas dapat dikurangi secara signifikan. Dampak daripada pasar lelang akan menghilangkan sistem ijon, tebasan, panjar, konsinyasi yang kurang disenangi petani karena merugikan posisi tawar petani yang selalu dalam kondisi dikejar kebutuhan sehingga dimanfaatkan oleh tengkulak. Pasar lelang yang transaksinya tunai akan lebih menarik petani dan pedagang pengumpul tingkat kecamatan sehingga akan lebih banyak menarik para pihak untuk berpartisipasi disini. Petani yang tidak berminat berpartisipasi di pasar lelang karena skala usaha yang masih kecil atau sebab lain, perlu diaktifkan melalui kelompok tani atau koperasi unit desa sebagai wadah pelaksana pasar lelang bagi penjualan komoditas yang dihasilkan anggotanya. Sebagai sarana ekonomi modern, pasar lelang memiliki unit penunjang yang diskenariokan sebagai dukungan teknologi informasi dan telekomunikasi yang disebut dengan front office dan back office. Front office merupakan sistem yang digunakan ketua lelang dalam memandu lelang, informasi komoditas yang dijual yang meliputi penjual, jenis, mutu, harga, volume, periode penyerahan, rekapitulasi transaksi yang terjadi. Sedangkan manfaat back office bagi pelaku pasar, penyelenggara, dan Badan Pengawas, adalah memberikan informasi tentang transaksi, hak dan kewajiban pembeli dan penjual, gagal bayar dan gagal serah, peringatan dini, aktivitas kinerja dari setiap penyelenggara pasar lelang dan peserta lelang, trend proyeksi perdagangan, registrasi keanggotaan pasar lelang secara nasional, dan pengolahan data statistik.
Kendala kendala : Meskipun manfaat pasar lelang sedemikian besar, namun memiliki pula kendala yang dapat menggembosi kegiatan transaksi pada pembentukan harga dimana suplai dan permintaan luar negeri ikut mempengaruhi bahkan lebih kuat dibandingkan suplai dan permintaan di dalam negeri. Pedagang perantara maupun eksportir masih dapat mengganggu dengan melakukan pembelian langsung dari petani sebelum panen, maupun setelah panen dikebun atau diatas truk sebelum sampai ke pasar lelang. Masih ada pula kemungkinan terjadinya persekongkolan diantara pelaku pasar yang turut dalam pasar lelang dan mempengaruhi harga untuk kepentingannya sendiri atau kelompoknya. Komoditas yang diperdagangkan di pasar lelang sangat bervariasi dari sayur-mayur yang cepat rusak, buah-buahan yang 8
agak tahan, dan bijih-bijihan yang tahan tahunan. Karakteristik yang berbeda ini membutuhkan penanganan yang berbeda pula baik penanganan fisik maupun administrasi dan sistemnya sehingga menimbulkan kompleksitas dilapangan bagi pengelola pasar lelang. Kendala lain diantaranya fluktuasi harga yang tajam dengan frekuensi yang tinggi, sistem pemasaran yang belum efisien dan tidak transparan, dan fasilitas pemasaran yang belum menunjang program pengembangan secara menyeluruh. Informasi pasar juga masih didominasi para eksportir dan belum transparan pada tingkat petani, demikian pula sarana produksi yang memadai seperti yang diminta pasar, merupakan faktor yang perlu segera diatasi. Aturan main pasar lelang : Ketentuan pasar lelang yang berlaku secara nasional tercantum dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomer 650/MPP/Kep/10 / 2004 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Pasar Lelang Dengan Penyerahan Kemudian (forward) Komoditi Agro yang dikeluarkan tanggal 18 Oktober 2004. Perumusan ketentuan ini berangkat dari pengalaman penyelenggaraan pasar lelang lokal spot di berbagai daerah dan acuan dari praktek-praktek pasar lelang yang dilakukan sejumlah negara. Meskipun diselenggarakan secara periodik dalam jangka waktu tertentu, pasar lelang harus memenuhi persyaratan tertentu supaya kepentingan para pelaku terjamin keamanannya. Pasar Lelang hanya dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha atau Dinas Propinsi / Kabupaten / Kota yang membidangi perdagangan, setelah memperoleh persetujuan dari Badan Pengawas. Penyelenggara Pasar Lelang : Penyelenggara Pasar Lelang diwajibkan memiliki susunan organisasi yang meliputi Ketua Lelang, Bidang Penyelenggaraan Transaksi, Bidang Pengawasan dan Penyelesaian Transaksi, Bidang Administrasi dan Keanggotaan. Susunan tersebut dapat diperluas dengan pembentukan bidang-bidang lain sesuai kebutuhan transaksi komoditi. Sistem lelang dengan penyerahan kemudian (forward contract) yang diselenggarakan secara teratur, wajar, efisien, transparan dan berkeadilan, merupakan faktor penting bagi keberhasilan pasar lelang dalam menjalankan misinya. Pihak penyelenggara perlu mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan Pasar Lelang, menetapkan tempat dan tanggal pelaksanaan, menentukan spesifikasi komoditi, dan mengatur sesi lelang; mengevaluasi dan menguji kualifikasi calon serta menerima atau menolak calon tersebut menjadi Anggota Pasar Lelang; memantau harga yang terjadi di pasar spot bersama dengan Lembaga Kliring Penjaminan menetapkan besarnya uang simpanan anggota dan biaya layanan penyelenggaraan lelang; melakukan pengawasan penyelesaian kontrak jual beli Anggota yang terjadi di Pasar Lelang secara berkala dan sewaktuwaktu diperlukan; melakukan tindakan yang dianggap perlu untuk mengamankan transaksi Pasar Lelang, termasuk mencegah kemungkinan terjadinya manipulasi harga dan kualitas komoditi; menetapkan mekanisme penyelesaian pengaduan dan perselisihan sehubungan dengan transaksi Pasar Lelang; mengambil langkah-
9
langkah untuk menjamin terlaksananya mekanisme transaksi Pasar Lelang; mengirimkan rekaman data transaksi harian dan data penyelesaian transaksi, serta order jual beli yang belum matching kepada Lembaga Kliring dan Penjaminan dan Badan Pengawas. Untuk mendukung terlaksananya tujuan pendirian Pasar Lelang, Penyelenggara Pasar Lelang bekerja sama dengan Lembaga Kliring Penjaminan dalam melakukan penyelesaian transaksi. Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) : Lembaga Kliring Penjaminan hanya dapat dilakukan oleh badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas yang telah memperoleh persetujuan dari Bappebti. Lembaga Kliring Penjaminan mempunyai struktur organisasi minimal terdiri dari bidang Kliring dan Penyelesaian, Pengendalian Risiko, Teknologi Informasi, Akuntansi dan Keuangan, serta Audit dan Kepatuhan. Lembaga Kliring dan Penjaminan bertugas dan berwenang untuk memastikan bahwa kegiatan operasional kliring sehari-hari dilaksanakan sesuai dengan Peraturan; menetapkan persyaratan, menerima atau menolak calon Anggota Penjaminan; menetapkan persyaratan bagi Anggota Penjaminan; menetapkan dana jaminan dan biaya layanan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi; meminta dan mendapatkan informasi yang diperlukan dari Penyelengaraan Pasar Lelang yang berhubungan dengan transaksi yang dilakukan oleh Anggota Penjaminan; mengambil langkah-langkah untuk menjamin terlaksananya mekanisme kliring dan penjaminan transaksi Pasar Lelang dengan baik; mengambil tindakan tertentu yang dianggap perlu bila Anggota Penjaminan gagal memelihara persyaratan keuangan yang telah ditetapkan atau tidak memenuhi kewajiban yang jatuh tempo kepada Lembaga Kliring dan Penjaminan; mengambil tindakan yang menurut pertimbangannya layak atau perlu untuk menegakkan ketaatan terhadap Peraturan dan Tata Tertib Lembaga Kliring dan Penjaminan; melakukan audit atau meminta pihak lain untuk melakukan audit, memeriksa catatan-catatan Anggota Penjaminan sewaktu-waktu dan melakukan dengar pendapat dengan Anggota Penjaminan sehubungan dengan kepatuhan Anggota Kliring terhadap Peraturan dan Tata Tertib Lembaga Kliring dan Penjaminan.Untuk mendukung terlaksananya fungsi Pasar Lelang, pihak Penyelenggara Pasar Lelang dapat membentuk Komite Komoditi, Komite Lelang dan Keanggotaan, Komite Arbitrase, serta Komite lainnya yang dianggap perlu. Komite Komoditi bertugas membantu Penyelenggara Pasar Lelang dalam merumuskan spesifikasi standar setiap komoditi yang meliputi jenis, asal, ukuran, kualitas, pengemasan, batas waktu maksimum, tempat penyerahan dan kriteria lain yang dibutuhkan Pasar Lelang. Anggota Komite Komoditi terdiri dari praktisi yang mewakili para pelaku yang memahami bisnis komoditi yang bersangkutan. Komite Lelang dan Keanggotaan bertugas untuk membantu Penyelenggara Pasar Lelang di bidang pelaksanaan lelang, keanggotaan serta membantu menyelesaikan perselisihan yang timbul dalam kegiatan perdagangan tersebut. Anggota Komite Lelang dan Keanggotaan terdiri dari wakil pelaku usaha yang memahami sistem, mekanisme operasional, peraturan tata tertib dan keanggotaan pasar lelang, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10
Komite Arbitrase bertugas membantu Penyelenggara Pasar Lelang untuk memfasilitasi penyelesaian perselisihan yang timbul antara Anggota Pasar Lelang yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maupun mediasi/konsiliasi. Komite Keanggotaan membahas setiap permohonan dan kemudian menetapkan hari dan tanggal wawancara dengan calon anggota. Persetujuan atau penolakan menjadi Anggota Pasar Lelang disampaikan kepada pemohon oleh Penyelenggara Pasar Lelang melalui Surat Pemberitahuan. Bagi pemohon yang telah memenuhi persyaratan, diberikan persetujuan sebagai anggota pasar lelang. Penyelenggara Pasar Lelang memberikan persetujuan menjadi Anggota Pasar Lelang kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Tata Tertib. Kepada pemohon juga diberikan Sertifikat Tanda Keanggotaan setelah pemohon menandatangani pernyataan untuk tunduk pada ketentuan yang berlaku. Keanggotaan Pasar Lelang berlaku secara nasional dan berlaku selama yang bersangkutan aktif dalam kegiatan pasar lelang. Apabila Tanda Keanggotaan tersebut hilang atau rusak, Penyelenggara Pasar Lelang dapat memberikan penggantian. Lembaga Penjaminan berfungsi untuk mengarahkan Penyelenggara Pasar Lelang Forward untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu apabila diyakini dapat menimbulkan keadaan yang mengakibatkan pelaksanaan pasar lelang tidak berjalan dengan tertib dan teratur; melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan Penyelenggara Pasar Lelang Forward, Lembaga Penjaminan dan pelaku pasar; menyetujui prosedur operasional standar yang ditetapkan oleh Penyelenggara Pasar Lelang Forward dan Lembaga Penjaminan; melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat akibat pelanggaran terhadap peraturan berlaku. Bappebti berwenang mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran terhadap peraturan ini. Sanksi administratif dapat berupa peringatan tertulis; denda administratif; pembekuan persetujuan; atau pencabutan persetujuan. Lembaga Perbankan berperan dalam penyelesaian transaksi pasar lelang melalui skema transfer dana atau fasilitas SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri). Uang muka dan uang jaminan transaksi disimpan di Bank yang bekerjasama dengan LKP dalam rekening terpisah atas nama masing-masing pelaku. Didalam perkembangannya dengan adanya kepastian penyelesaian kontrak jual beli forward yang dijamin oleh LKP, bank dapat memberikan dukungan pembiayaan kepada pelaku pasar. Lembaga Sertifikasi Mutu Komoditi berperan memastikan kualitas komoditas, untuk itu diperlukan peran lembaga independen yang dapat menerbitkan sertifikat mutu komoditas yang bersangkutan. Lembaga Pergudangan diperlukan untuk menyimpan dan memelihara jumlah maupun kualitas komoditas yang disimpan. Lembaga Asuransi memberikan perlindungan terhadap resiko kehilangan, kebakaran dan sebagainya. Keanggotaan Pasar Lelang terdiri dari pedagang, kelompok tani/usaha, koperasi, petani / produsen, pabrikan, industri, swalayan dan eksportir; serta perantara perdagangan. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi Anggota Pasar Lelang 11
adalah Perorangan Warga Negara Indonesia, Perusahaan berbentuk Perseroan Komanditer atau Firma, Badan Usaha Nasional berbadan hukum; bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Mempunyai reputasi dan integritas yang baik dalam usaha. Menyetorkan jaminan keanggotaan yang besarnya dan tata cara penyetorannya ditetapkan Penyelenggara Pasar Lelang dalam peraturan tersendiri. Di samping persyaratan yang tersebut, pemohon baik badan usaha ataupun perorangan harus memiliki tenaga ahli di bidang perdagangan komoditi Agro. Tata cara untuk menjadi Anggota Pasar Lelang adalah dengan Mengajukan surat permohonan kepada Penyelenggara Pasar Lelang. Pemohon yang berasal dari petani produsen (penjual) wajib melampirkan surat rekomendasi dari Dinas Pertanian. Untuk pedagang, pabrikan, eksportir (pembeli) melampirkan surat rekomendasi dari Dinas Industri dan Perdagangan setempat. Hak dan kewajiban Anggota Pasar Lelang: Hak-hak Anggota Pasar Lelang mendapat perlakuan dan perlindungan yang sama dari Penyelenggara Pasar Lelang; memperoleh infomasi pasar yang dihimpun oleh Penyelenggara Pasar Lelang; menerima amanat dari prinsipalnya di dalam dan luar negeri bagi Anggota Pasar Lelang yang bertindak selaku Perantara Perdagangan; dapat menunjuk pihak yang mewakili perusahaan untuk melakukan transaksi di pasar lelang. Kewajiban-kewajiban Anggota Pasar Lelang mentaati dan menjunjung tinggi disiplin, kode etik serta ketentuan-ketentuan yang berlaku di Pasar Lelang; menyelenggarakan administrasi yang tertib dan teratur atas transaksi yang dilakukannya; memenuhi kewajiban keuangan sebagai anggota dan menyetorkan dana jaminan sebagai anggota penjaminan; memberikan kesaksian dalam penyelesaian perselisihan yang timbul bila diminta oleh Penyelenggara Pasar Lelang; bertanggung jawab atas setiap kelalaian, kesalahan dan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku di Pasar lelang; melaksanakan amanat sesuai perintah prinsipalnya bagi Anggota Pasar Lelang yang bertindak selaku Perantara Perdagangan. Keanggotaan Pasar Lelang dapat berakhir disebabkan karena yang bersangkutan meninggal dunia bagi perseorangan; dinyatakan oleh Penyelenggara Pasar Lelang berada dalam keadaan tidak sanggup memenuhi kewajiban keuangan; mengundurkan diri dengan pernyataan tertulis; dijatuhi hukuman oleh pengadilan karena suatu tindak pidana yang menurut pertimbangan Penyelenggara Pasar Lelang dapat merugikan Pasar Lelang; tidak mengikuti kegiatan pasar lelang selama satu tahun. Pengembalian Uang Simpanan Anggota dan Dana Jaminan, dalam hal keanggotaan berakhir disebabkan hal-hal tersebut diatas, maka uang simpanan anggota dan dana jaminan akan dibayarkan kembali kepada yang bersangkutan atau kepada ahli waris yang sah bagi anggota perseorangan yang keanggotaannya berakhir karena meninggal dunia, setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap Anggota Pasar Lelang dianggap telah mengetahui segala peraturan yang berlaku sehubungan dengan penyelenggaraan Pasar Lelang termasuk
12
peraturan pelaksanaannya, dan wajib untuk tunduk serta patuh terhadap ketentuanketentuan yang tersebut dalam peraturan dimaksud. Persyaratan Keuangan : Setiap anggota wajib membayar uang simpanan anggota dan biaya layanan penyelenggaraan pasar lelang yang besarnya ditetapkan oleh Penyelenggara.`Setiap anggota penjaminan wajib membayar dana jaminan dan biaya layanan kliring dan penjaminan yang besarnya ditetapkan oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan. Uang simpanan anggota dibayarkan kepada Penyelenggara pada waktu diterima sebagai anggota dan dipergunakan untuk memenuhi kewajiban anggota yang belum diselesaikan. Pengelolaan uang simpanan anggota dilakukan oleh Penyelenggara terpisah dari harta Penyelenggara dan disimpan pada bank yang ditunjuk oleh Penyelenggara. Dana Jaminan dibayarkan kepada Lembaga Kliring dan Penjaminan pada waktu kontrak jual beli diregistrasi di Lembaga Kliring dan Penjaminan untuk memperoleh fasilitas penjaminan. Pengelolaan dana jaminan dilakukan oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan terpisah dari harta Lembaga Kliring dan Penjaminan dan disimpan pada bank yang ditunjuk oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan. Mekanisme Transaksi : Penawaran jual dan beli di Pasar Lelang dilakukan dengan cara terbuka atas dasar contoh dan/atau spesifikasi mutu. Setiap Anggota Pasar Lelang dapat turut serta secara langsung dalam lelang baik sebagai Penjual, Pembeli ataupun Perantara Perdagangan dengan ketentuan bahwa yang bersangkutan tetap terikat pada ketentuan yang berlaku. Anggota Pasar Lelang dapat memberi kuasa kepada pihak lain untuk melakukan transaksi di Pasar Lelang dengan persetujuan Penyelenggara Pasar Lelang. Pemberi kuasa bertanggung jawab sepenuhnya atas setiap tindakan pihak lain yang diberi kuasa dalam melakukan transaksi di Pasar lelang. Anggota Pasar Lelang mendaftarkan komoditi yang akan dilelang kepada petugas sesuai formulir pendaftaran yang disediakan untuk itu, sebelum lelang berlangsung, paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari lelang. Spesifikasi komoditi yang akan diperdagangkan harus dinyatakan secara lengkap dan jelas dalam formulir yang disediakan. Dalam hal penjual/pembeli menyertakan contoh komoditi, maka contoh harus disampaikan bersamaan pada waktu pendaftaran sebanyak 2 (dua) unit satuan. Formulir pendaftaran yang telah diisi dan ditandatangani diserahkan kepada petugas administrasi lelang untuk diperiksa kelengkapannya dan diparaf, selanjutnya petugas (operator) lelang memasukkan data penawaran beli/jual kedalam sistem elektronik pasar lelang. Petugas administrasi lelang memeriksa pendaftaran yang telah di input ke dalam sistem sesuai dengan nomor urut pendaftaran. Lelang dilakukan berdasarkan nomor urut tersebut yang disesuaikan dengan kehadiran peserta lelang. Apabila terdapat beberapa pendaftaran dengan komoditas, jenis/mutu dan bulan penyerahan yang sama, maka ketua lelang akan mengadakan lelang sekaligus untuk semua pendaftaran tersebut. 13
Skema Pasar Lelang Forward
PENJUAL
Petani produsen koperasi petani
PANITIA LELANG
Order beli & order jual dicatat pada papan order (quote board)
KONTRAK JUAL Penjual memperoleh kontrak jual
Order ditransaksikan dengan cara lelang
Jika terjadi transaksi kedua pihak menandatangani kontrak jual beli
LEMBAGA PENJAMINAN
Menjamin penyelesaian setiap transaksi hasil lelang
Pembayaran
Industri pengolahan, pedagang, eksportir Pedagang pendamping
Pedagang pendamping
Penjual menerbitkan order jual
PEMBELI
Pembeli Menerbitkan order beli
KONTRAK BELI Pembeli memperoleh kontrak beli
Penyerahan barang
PERBANKAN
Penyelesaian transaksi keuangan
Ketua Lelang melakukan penyebutan kembali harga, satuan, jumlah, jenis, mutu, asal barang, waktu dan tempat penyerahan, pengemasan dari penawaran beli atau penawaran jual yang dicatat dan apabila terjadi kesalahan, maka pihak yang dirugikan dapat meminta pengecekan kembali. Harga, satuan, jumlah, jenis, mutu, asal barang, waktu dan tempat penyerahan, pengemasan dari penawaran beli atau penawaran jual yang diucapkan penawar akan diulangi kembali oleh Ketua Lelang dan apabila dalam pengulangan kembali oleh Ketua Lelang terjadi kekeliruan maka pihak penawar tersebut dapat mengajukan keberatannya langsung kepada Ketua Lelang untuk diperbaiki. Atas setiap transaksi yang terjadi, Ketua Lelang menegaskan kembali transaksi yang terjadi dengan menyebutkan nomor peserta penjual dan pembeli, harga, komoditi dan jumlah transaksi yang terjadi. Dalam hal sistem elektronik tidak berfungsi, atau terjadi gangguan teknis lainnya, maka Penyelenggara Pasar Lelang dapat menghentikan sementara pelaksanaan pasar lelang atau melanjutkan pelaksanaan pasar lelang dengan secara manual selambat-lambatnya 1 (satu) jam setelah transaksi dinyatakan terjadi, penjual dan pembeli wajib menandatangani kontrak jual beli dan menyerahkan kepada Penyelenggara Lelang yang kemudian wajib mendaftarkan Kontrak jual beli komoditi tersebut kepada Lembaga Kliring dan Penjaminan, dengan menyerahkan tindasannya, selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya transaksi. Tindasan kontrak jual beli tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan aslinya. Hari dan Jam Lelang dilakukan setiap hari kerja atau pada waktu yang telah ditetapkan oleh Penyelenggara Pasar Lelang. Lelang diadakan dalam 2 (dua) sessi
14
yang masing-masing Sesi Pagi – Pukul 09.00 – 12.00 WIB, Sesi Sore – Pukul 13.00 – 16.00 WIB, atau waktu lain sesuai kebutuhan yang ditetapkan oleh Penyelenggara Pasar Lelang. Harga yang ditawarkan dicatat dan dinyatakan dalam mata uang Rupiah. Harga yang terjadi dicantumkan dalam kontrak jual beli komoditi (termasuk variasi harga berdasarkan variasi kualitasnya) dan tidak dapat diubah baik oleh penjual maupun pembeli, sampai dengan penyelesaian transaksi (penyerahan komoditi dan pembayarannya). Periode penyerahan komoditi dalam lelang adalah mingguan dan bulanan atau periode lain yang disepakati. Periode penyerahan komoditi paling lama untuk 6 (enam) bulan ke depan. Komoditi yang dapat ditransaksikan di pasar lelang tidak dibatasi. Spesifikasi mutu komoditi yang ditransaksikan dinyatakan secara tertulis dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kontrak jual beli. Penyerahan dapat dilakukan di gudang / di tempat penjual atau di gudang / di tempat pembeli atau di tempat yang disepakati antara penjual dengan pembeli. Pelaksanaan Lelang : Lelang dipimpin oleh Ketua Lelang atau oleh Ketua Lelang Pengganti dengan dibantu oleh beberapa petugas lelang. Ketua Lelang membuka lelang dengan mengucapkan “selamat pagi” dan lelang sessi pagi dibuka secara resmi. Berdasarkan data pendaftaran yang tertera dilayar lebar komputer melalui infokus, Ketua lelang memastikan kepada penjual atau pembeli tentang komoditas, jenis, mutu, asal barang, waktu dan tempat penyerahan, jumlah dan harga yang akan ditransaksikan. Peserta lelang kemudian dapat mengajukan tawaran jual atau beli yang diinginkan dengan menyebutkan harga dan jumlah, kualitas, waktu dan tempat penyerahan dan informasi relevan lainnya. Peserta Lelang tidak di benarkan mengucapkan harga dan jumlah jual atau beli sebelum Ketua Lelang selesai mengucapkan informasi diatas. Ketua Lelang memberi kesempatan dengan hitungan 3 kali, apabila tidak ada kecocokan penawaran jual/beli, maka Ketua lelang menyebutkan “ transaksi nihil”, dan kemudian dapat membuka kesempatan berikutnya. Ketua Lelang menyebutkan “terjadi transaksi“ bila telah terjadi kecocokan antara penjual dan pembeli terhadap semua hal yang ditransaksikan. Ketua lelang harus memberikan kesempatan kepada penjual dan pembeli untuk melakukan tawar menawar sehingga menghasilkan transaksi yang terbaik. Setiap transaksi yang terjadi, penjual dan pembeli wajib menandatangani kontrak jual beli. Pencatatan : Setiap harga dan jumlah jual atau beli yang terjadi di pasar lelang dicatat oleh petugas (operator) lelang dengan sistem komputer yang tersedia. Penyelenggara Pasar Lelang wajib memelihara catatan sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun. Penyelenggara Pasar Lelang wajib menyampaikan konfirmasi transaksi jual beli komoditi yang telah terjadi di Pasar Lelang kepada penjual dan pembeli Penyelenggara Pasar Lelang wajib menyampaikan informasi mengenai hak dan kewajiban setiap penjual dan pembeli atas setiap transaksi yang belum diselesaikan.
15
Setiap penjual dan pembeli wajib melaporkan realisasi penyelesaian transaksinya kepada Penyelenggara Pasar Lelang. Pelaporan : Setelah lelang ditutup, petugas lelang segera membuat Laporan transaksi berdasarkan data yang diperoleh selama lelang berlangsung. Laporan tersebut dibuat 2 kali, sesi pagi dan sesi Sore. Laporan transaksi diperbanyak untuk dibagikan kepada setiap anggota yang ingin mengetahui dan disebar luaskan melalui media massa cetak dan elektronik. Ketua Lelang diwajibkan melaporkan kepada atasannya mengenai kejadian-kejadian yang dilihat dan diketahuinya selama lelang berlangsung. Penyelenggara Pasar Lelang wajib melaporkan secara tertulis pelaksanaan dan hasil lelang kepada Badan Pengawas selambat-lambatnya 1 (satu) hari setelah pelaksanaan lelang. Penyelenggara Pasar Lelang wajib melaporkan realisasi kontrak jual beli, baik penyelesaian penyerahan komoditi maupun pembeliannya setiap akhir bulan. Penyelenggara Pasar Lelang wajib melaporkan terjadinya cidera janji sesegera mungkin kepada Badan Pengawas. Keadaan Darurat dan Force Majeure : Dalam keadaan darurat, pelaksanaan lelang tidak dapat diselenggarakan, antara lain karena adanya praktek-praktek yang dapat mempengaruhi operasi pasar lelang. Akibatnya perdagangan yang tertib dan terbuka menjadi tidak memungkinkan lagi. Kemungkinan pula apabila terjadi situasi yang mengakibatkan penyerahan komoditi menjadi tertunda, atau harga komoditi berkembang kearah yang tidak wajar atau tidak terkendali. Dalam situasi darurat seperti itu, Penyelenggara Lelang dapat mengambil langkah-langkah penyelesaian yang dianggap perlu. Dalam keadaan force majeure dimana pelaksanaan lelang tidak dapat diselenggarakan disebabkan oleh keadaan atau suatu kondisi, antara lain banjir, gempa bumi, perang, negara dalam keadaan bahaya, maka Penyelenggara Lelang dapat mengambil langkah-langkah penyelesaian yang dianggap perlu. Langkahlangkah penyelesaian dimaksud dapat berupa : menunda penyelesaian kontrak dan/atau memperpanjang tanggal penyerahan dan/atau pembayaran yang disebut dalam kontrak untuk jangka waktu tertentu; mengizinkan dilakukannya penggantian komoditi dari kontrak yang jatuh tempo dengan komoditi yang sama tetapi jenis dan/atau mutu yang berlainan, atau dengan komoditi lainnya yang berkaitan; menghentikan sementara kegiatan Pasar Lelang; memberikan pengarahan dan petunjuk kepada anggota untuk dapat membantu mengatasi keadaan, serta mengambil langkah-langkah pengamanan lainnya yang dianggap oleh Penyelenggara Pasar Lelang dapat mengatasi keadaan. Penyelesaian Perselisihan : Setiap perselisihan yang terjadi dalam pelaksanaan kontrak jual beli di Pasar Lelang wajib diupayakan terlebih dahulu dapat diselesaikan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila musyawarah untuk mencapai mufakat sebagaimana dimaksud tidak tercapai, maka para pihak wajib menggunakan sarana mediasi atau konsiliasi yang disediakan oleh Penyelenggara Pasar Lelang. Apabila
16
upaya sebagaimana dimaksud tidak tercapai, maka masalahnya wajib diselesaikan melalui arbitrase. Penyelenggara Pasar Lelang membentuk Komite Arbitrase yang memfasilitasi penyelesaian melalui arbitrase. Komite Arbitrase menyiapkan Daftar Arbiter yang akan menjadi anggota Panel Arbitrase. Untuk dapat diangkat menjadi anggota panel Arbiter, calon anggota wajib memahami sistem dan mekanisme operasional Pasar Lelang, permasalahan komoditi dan penyelesaian transaksinya. Setiap Panel Arbitrase berjumlah ganjil, terdiri dari minimal 3 orang Arbiter. Masing-masing pihak yang berselisih memilih seorang dan kemudian kedua Arbiter tersebut kemudian memilih seorang Arbiter ketiga sebagai ketua. Apabila dalam jangka waktu 5 hari, kedua Arbiter belum sepakat memilih Arbiter ketiga sebagai ketua, maka Penyelenggara Pasar Lelang berhak menunjuk Arbiter ketiga dimaksud. Dalam hal salah satu pihak tidak menunjuk seorang Arbiter, dianggap yang bersangkutan menyerahkan penunjukan Arbiter kepada Penyelenggara Pasar Lelang. Apabila para pihak yang bersangkutan tidak menunjuk Arbiter, maka Penyelenggara Pasar Lelang akan menunjuk 3 orang Arbiter dan salah satu diantaranya diangkat menjadi Ketua. Apabila salah satu pihak mempunyai keberatan terhadap seorang atau lebih Arbiter, maka ia diwajibkan mengajukan alasannya dan apabila alasan tersebut diterima, Penyelenggara Pasar Lelang berhak menunjuk Arbiter lainnya. Komite Arbitrase menentukan waktu dan tempat penyelenggaraan arbitrase. Setiap permohonan penyelesaian perselisihan melalui arbitrase, diajukan kepada Komite Arbitrase dan dikenakan biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Komite Arbitrase. Tindasan permohonan harus segera disampaikan Komite Arbitrase kepada pihak lawan yang berselisih setelah dilakukan pembayaran biaya administrasi sebagaimana dimaksud, untuk ditanggapi selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja dengan menyebutkan Arbiter yang dipilihnya. Setiap permohonan penyelesaian perselisihan wajib diajukan secara tertulis kepada Komite Arbitrase selambat-lambatnya 7 hari setelah tidak tercapainya upaya mediasi atau konsiliasi. Komite Arbitrase meneliti kelengkapan dokumen permohonan penyelesaian perselisihan. Dalam hal seluruh dokumen sudah lengkap, Komite Arbitrase menyerahkan berkas permohonan penyelesaian perselisihan kepada Panel Arbitrase untuk diproses lebih lanjut. Keputusan Arbitrase bersifat final dan mengikat serta tidak dapat dimintakan banding. Pelanggaran dan sanksi : Pelanggaran terhadap semua ketentuan/Peraturan Tata Tertib Pasar Lelang dapat diklasifikasikan dalam pelanggaran ringan dan pelanggaran berat. Yang termasuk dalam pelanggaran ringan ialah bertindak tidak sesuai dengan normanorma yang lazim dalam perdagangan; melakukan kegiatan yang cenderung dapat merusak martabat atau nama baik Pasar Lelang; melakukan pelanggaran administrasi yang berlaku di Pasar Lelang. Yang termasuk dalam pelanggaran berat adalah secara sadar berkelompok untuk mengadakan transaksi yang telah disepakati lebih dahulu; membuat atau melaporkan transaksi palsu atau fiktif; melakukan pemerasan atau mencoba memeras terhadap Anggota Pasar Lelang lainnya atau prinsipalnya; memanipulasi harga atau mencoba memanipulasi harga untuk 17
menyudutkan pasar; membuat dengan sengaja penyataan tertulis atau informasi yang tidak benar kepada Penyelenggara Pasar Lelang atau Badan lainnya yang berkaitan dengan Pasar Lelang; dengan sadar menyebarkan laporan palsu mengenai kondisi persediaan komoditi atau keadaan pasar yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi suatu komoditi di Pasar Lelang; membeli atau menjual suatu komoditi dengan maksud untuk mengacaukan transaksi pembelian atau penjualan dalam Pasar Lelang. Bagi pelanggaran yang diklasifikasikan sebagai pelanggaran ringan akan dikenakan peringatan secara tertulis maksimum 2 (dua) kali, dan atas pelanggaran selanjutnya akan dikenakan sanksi pembekuan Keanggotaan yang tidak melebihi 6 bulan dan/atau denda sebesar-besarnya Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah). Bagi pelanggaran yang diklasifikasikan sebagai pelanggaran berat, maka atas setiap pelanggaran dapat dikenakan sanksi yaitu pemberhentian Keanggotaan dan/atau denda sebesar-besarnya Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). Ketentuan mengenai pengenaan denda akan diatur lebih lanjut oleh Penyelenggara Pasar Lelang. Tata cara penentuan terjadinya pelanggaran dilakukan oleh Penyelenggara Pasar Lelang dan/atau pihak lain yang ditunjuknya dengan mengadakan penelitian terhadap kasus yang diketahui atau diduga merupakan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku di Pasar Lelang, baik atas inisiatif sendiri maupun atas pengaduan pihak yang berkepentingan. Apabila terdapat petunjuk bahwa memang telah terjadi pelanggaran, maka Penyelenggara Pasar Lelang dapat melakukan pengusutan lebih lanjut terhadap Anggota Pasar Lelang yang melanggar. Anggota Pasar Lelang tersebut, dan/atau Anggota Pasar Lelang lainnya yang tersangkut, diperiksa pembukuannya maupun catatan-catatannya serta diminta dokumen-dokumen yang dianggap perlu menyangkut masalah tersebut, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan investigasi. Kemudian dibuat Iktisar hasil pemeriksaan sebagai bahan pengambilan keputusan oleh Penyelenggara Pasar Lelang. Pada tahap awal, Pasar Lelang diselenggarakan oleh dinas/institusi Provinsi, Kota, Kabupaten yang bertanggung jawab di bidang perdagangan komoditi agro. Dengan berlakunya Peraturan Tata Tertib ini, semua peraturan mengenai pelaksanaan pasar lelang komoditi agro yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Tata Tertib ini tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib atau selama belum diatur dalam Peraturan Tata Tertib ini. Penomeran keanggotaan pasar lelang komoditi agro didasarkan oleh kode wilayah Propinsi / Kabupaten / Kota, diambil dari kode area telpon, contohnya Bandung dengan kode 022, Bogor dengan kode 251 (nol dihilangkan). Apabila dalam satu wilayah lebih dari satu lokasi pasar lelang (kalau kode telepon berbeda, maka yang dipakai adalah 3 digit diatas). Bentuk Usaha diberi kode 1, perseorangan (petani / produsen) dengan kode 2, kelompok Tani / Usaha dengan kode 3, Koperasi 4, pabrikan 5, eksportir 6, perantara perdagangan 7, pasar swalayan 8. Kode seterusnya berupa nomor urut anggota yang dikeluarkan oleh Penyelenggara Pasar Lelang sesuai dengan urutan pendaftarannya. Contohnya, anggota Pasar Lelang
18
Komoditi Agro Bandung, Jawa Barat yang memiliki bentuk usaha usaha sebagai Koperasi dengan nomor urut anggota 020, akan memperoleh Nomor Anggota 022 1 3 020 4 20. Penjelasannya adalah, Kode 022 Bandung, Propinsi Jawa Barat 1, Penyelenggara Pasar Lelang Komoditi Agro di Bandung 3, bentuk usaha sebagai Koperasi 020, Nomor urut pendaftaran anggota dengan urutan ke 20. Transaksi jual beli komoditi yang dilaksanakan dalam pasar lelang dimulai dengan informasi tentang komoditi. Informasi ini didapat dari pihak penjual dan sebagian diverifikasi oleh penyelenggara lelang, diantaranya informasi tersebut mencakup nama komoditi, jenis, kualitas, asal komoditi, harga satuan, volume, satuan, nilai transaksi, kemasan, tempat penyerahan, waktu penyerahan, dan tanggal. Evaluasi keberhasilan pasar lelang : Keberhasilan pasar lelang dapat diukur dari sejumlah kriteria kinerja, diantaranya meningkatnya frekuensi penyelenggaraan pasar lelang yang memberikan indikator semakin tingginya kebutuhan penjual dan pembeli, meningkatnya jumlah pelaku dan mutu barang yang diperdagangkan, besarnya variasi jenis barang yang diperjualbelikan, harga yang terbentuk dipasar semakin mendekati harga eceran, semakin pendeknya rantai distribusi produsen-konsumen, kasus wanprestasi (gagal serah atau gagal bayar) dan peningkatan omset transaksi pasar lelang dari waktu kewaktu. Rencana strategis pasar lelang : Sebagai suatu kelembagaan yang berskala nasional, pasar lelang perlu memiliki rencana strategis yang berupa blue print dalam periode paling tidak 5 tahun kedepan yang akan menjadi acuan pelaksanaan pasar lelang secara berkelanjutan. Rencana strategis tersebut meliputi tujuan, sasaran, prioritas dan berbagai strategi pengembangan pasar lelang dalam periode waktu tertentu sebagai arahan bagi para stakeholder . Indikator keberhasilan pasar lelang juga perlu ditetapkan dengan menentukan dasar evaluasi kinerja pengelola pasar lelang. Indikator ini seharusnya berupa faktor-faktor yang dapat diukur secara sederhana. Dengan rencana strategis ini pihak manajemen dapat merespond berbagai perubahan kondisi, kegiatan yang tidak terencana dan penyimpangan dari perencanaan, termasuk mengantisipasi berbagai permasalahan dan membuat langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pihak manajemen akan memiliki acuan dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki pasar lelang secara lebih efisien seperti pengalokasian tenaga kerja, perlengkapan pasar lelang, bangunan dan permodalan. Secara operasional perumusan rencana strategis ini dilakukan dengan metoda partisipatif dari seluruh stakeholder sehingga mereka dapat memiliki tanggung jawab moral dan berbagi visi pengembangan pasar lelang secara berkelanjutan. Evaluasi frekuensi penyelenggaraan : Frekuensi penyelenggaraan pasar lelang diserahkan pada mekanisme pasar di daerah masing-masing. Namun stakeholder pada sejumlah daerah mengharapkan setidaknya penyelenggaraan pasar lelang dilakukan satu bulan satu kali . Dari 10 pasar lelang forward yang telah beroperasi di 9 propinsi, tidak semua daerah dapat aktif
19
menyelenggarakan pasar lelang sebanyak yang diharapkan. Pasar lelang Bandung yang mulai beroperasi 25 Juli 2002, sampai dengan 13 Oktober 2004 sudah menyelenggarakan 24 kali pasar lelang forward. Dengan penyelenggaraan 24 kali dari 28 bulan selama periode Juli 2002 – Oktober 2004, pasar ini merupakan yang paling aktif diantara 9 pasar lelang forward lainnya. Pasar lelang forward Medan, Pakanbaru, Jakarta dan Makasar yang diresmikan serentak bulan Juni 2004, sampai akhir November 2004 juga memberikan data berbeda. Pasar lelang Medan hanya sekali saat itu saja, Pekanbaru 2 kali, DKI Jakarta 2 kali, Makassar satu kali. Pasar lelang Semarang yang beroperasi sejak 21 Oktober 2003 sudah menyelenggarakan 6 kali. Purwokerto dengan penyelenggaraan perdana tanggal 31 Januari 2004 sudah menyelenggarakan 4 kali. Manado sudah menyelenggarakan pasar lelang 5 kali dalam periode 3 April 2004 - akhir Oktober 2004. Sedangkan Surabaya telah menyelenggarakan pasar lelang 4 kali sejak acara perdana 23 Desember 2003 sampai dengan akhir Oktober 2004. Dari perkembangan ini dapat dikatakan bahwa setiap kota atau pemda tingkat propinsi belum berhasil secara rutin terjadwal satu bulan satu kali menyelenggarakan pasar lelang seperti menjadi acuan semula. Frekuensi penyelenggaraan pasar lelang forward tidak selalu menunjukkan dinamika para pelaku dunia usaha setempat. Sejumlah pemerintah daerah melaporkan bahwa pihak penjual maupun pembeli didaerahnya selalu saja ada yang mendesak untuk mengadakan pasar lelang, namun tidak selalu bisa dilaksanakan karena sejumlah kendala diantaranya infrastruktur telekomunikasi dan transportasi untuk mengumpulkan para pelaku bisnis terutama para penjual yang umumnya petani produsen, kelompok petani, koperasi di sentrasentra produksi komoditas agro yang umumnya masih tidak mudah untuk dijangkau alat komunikasi. Kendala transportasi juga masih mengganggu pada sejumlah daerah karena untuk jarak dibawah radius 100 kilometer, ada pelaku yang membutuhkan waktu bermalam di lokasi pasar lelang sehingga menghambat kelancaran logistik. Kegiatan standarisasi kualitas produk komoditas dan penimbangan memberikan kontribusi terbesar lamanya proses pasar lelang yang juga secara psikologis membuat para petani bosan menunggu dan akhirnya tidak terlalu antusias lagi mengikutinya pada sesi berikutnya. Secara nasional, target yang dikejar dalam pengembangan pasar lelang memang bukanlah angka-angka kuantitatif tetapi mengacu kepada pengembangan pasar lelang yang memiliki integritas pasar, transparan dan berkeadilan yang mungkin memerlukan waktu bertahap dan panjang dalam proses pembentukannya. Evaluasi harga : Seperti dilaporkan oleh team IPB bahwa proyek pasar lelang lokal desa Panerokan Jambi telah berhasil meningkatkan harga pada tingkat petani. Hal ini berarti meningkatkan penerimaan petani produsen. Indikator kenaikan harga ini diberikan oleh semakin menyempitnya perbedaan antara harga yang terbentuk di pasar lelang dengan harga internasional yang dihitung dengan harga FOB kadar karet kering 100 persen yaitu perbedaan dari rata-rata berkisar 50 – 60 persen menjadi rata-rata sekitar 75 – 82 persen. Harga yang terbentuk di pasar lelang lokal
20
Panerokan juga telah diakui oleh para petani disekitar wilayah ini sebagai harga tertinggi yang telah dapat dicapai di sekitar Panerokan. Evaluasi jenis variasi produk : Dari sejumpah pasar lelang yang telah beroperasi penuh, pada tingkat pasar lelang lokal spot, umumnya variasi jenis produk yang dilelang tidak banyak berubah karena sifatnya yang terbatas, baik pelaku peserta lelang, produk yang dilelang, radius jarak cakupan, penyelenggara dan fasilitasnya. Pasar lelang dalam konteks ini misalnya pasar lelang karet di sejumlah desa di Sumatera Utara, dan Jambi, pasar lelang sayur juga di Sumatera Utara, kakao di Sulawesi dan lainnya. Pada kasus pasar lelang regional seperti Bandung, Surabaya, Purwokerto, Semarang, Jakarta, Medan, Pakanbaru, Makasar, Manado, jenis produk yang dilelang sangat bervariasi dan beragam, berbeda dari hari ke tanggal pelelangan. Beras dan bahan pangan lainnya sangat menonjol dilelang di pasar lelang terutama di pulau Jawa (Surabaya, Purwokerto, Semarang, Bandung, Jakarta) dan Makassar, sedangkan pasar lelang di pulau Sumatera (Medan dan Pakanbaru) lebih banyak didominasi oleh bahan baku industri agro non pangan, seperti karet. Namun variasi jenis komoditas lebih luas di lelang di Medan dan Pakanbaru, sayangnya banyak penjual yang tidak dapat menemukan pembeli yang berminat, contohnya untuk produk jangkrik (jangkrik hidup, jangkrik kering, tepung jangkrik, minyak jangkrik), yang ditawarkan oleh kelompok peternak jangkrik yang cukup banyak anggotanya. Tahun lalu peternakan jangkrik sangat menjanjikan yang konon kabarnya jangkrik banyak dicari untuk bahan baku obat dan kosmetik. Sejumlah penjual di Pakanbaru juga menawarkan aneka ragam produk herbal yang juga tidak menemukan pihak yang berminat. Pada kasus pasar lelang Bandung, selama periode 25 Juli 2002 – 13 Oktober 2004, telah diselenggarakan 24 kali lelang. Produk yang dilelang terutama beras aneka ragam jenis meliputi beras IR64, Sarinah Super, ketan hitam, IR64 Super, Saigon Super, Setra Garut, Jembar Garut Super, Ciherang Kering, IR64 Medium, IR64 Wedas, Beras Organik, IR64 Murni PWK, Muncul Super, Selip Super, Setra Ramos, Beras Wangi dan lainnya. Evaluasi peningkatan mutu produk Kualitas komoditas agro umumnya tidak memiliki standard mutu tertentu yang bisa dijadikan acuan dalam perdagangan sehingga menekan posisi petani produsen. Mekanisme pembentukan harga tidak transparan. Harga didasarkan pada negosiasi antara petani dan pedagang pengumpul, antara wholesaler dan retailer. Marjin keuntungan biasanya terpusat pada pedagang perantara. Petani tidak memperoleh informasi mengenai harga dan situasi pasar karena tidak pernah ada keterbukaan. Petani kekurangan dana dan tidak ada kesempatan untuk mengembangkan mutu. Lokasi produksi komoditas agro memiliki sejumlah masalah di lapangan. Alur distribusi sangat rumit. Pedagang pengumpul sekarang ini harus berkeliling ke sentrasentra produksi skala mikro mengumpulkan barang dari petani, pensortir, pengemas dan mendistribusikan kepada pedagang wholesaler . Produk agro umumnya dikemas dengan bahan seadanya yang tersedia di desa seperti keranjang bambu, kotak kayu,
21
anyaman rotan dan bahan sejenisnya sehingga kurang sesuai bagi komoditas tertentu dan banyak menyebabkan kerusakan barang dalam transportasi. Pihak petani tidak pernah fokus mengembangkan produk tertentu tetapi mengembangkan produk secara sembarangan sehingga proses produksi berjalan tidak efisien. Rasa saling percaya kurang berhasil dibangun diantara petani dan pengurus KUD. Jumlah petani yang menjadi anggota KUD sangat kecil dan KUD tidak memiliki fungsi sebagai pengumpul komoditas. Petani tidak memandang KUD sebagai koperasi mereka dan tidak memiliki kerangka berpikir yang akan menurunkan biaya. Petani hanya mengharapkan barang dan jasa dari KUD beserta dukungan pemerintah. Team IPB melaporkan bahwa pada kasus pasar lelang lokal karet di desa Panerokan Jambi telah terjadi peningkatan mutu bahan olah karet (bokar) yang dijual. Persentase bokar mutu rendah dengan sejumlah kriteria telah menurun dari sekitar 65 persen menjadi sekitar 40 persen. Evaluasi lokasi pasar lelang: Lokasi pasar lelang lokal biasanya berada di sentra produksi komoditas agro dengan variasi produk terbatas, pelaku tertentu disekitar lokasi dan volume transaksi berskala terbatas. Keterbatasan infrastruktur jalan dan komunikasi merupakan kendala pengembangan lebih lanjut dari pasar lelang lokal dan sebenarnya juga ada manfaatnya tetap berskala lokal agar dapat mengakomodasi keperluan lokal namun memiliki akses ke pasar lelang lebih hilir yang disebut pasar lelang regional distribusi atau pasar lelang tingkat propinsi. Lokasi pasar lelang lokal diantaranya berada di Kabupaten Asahan Sumatera Utara dengan komoditas kakao; desa Sijabut KUD Harapan Jaya, Alim Hasak PHT Sejahtera, Penggalangan KSM Maju Jaya, Lubuk Palas KUD Rezeki Jambi bahan olah karet penyelenggara KUD, desa Lubuk Landai Kabupaten Bungo, desa Alai Ilir blok D Kabupaten Tebo, desa Panerokan, desa Alai Ilir Blok A Kabupaten Tebo, desa Bukit Baling, desa Pelepat, desa Rantau Pandan Kabupaten Bungo. Pasar lelang lokal akan dikembangkan pula di Jember untuk tembakau, Siborongborong, Simalungun, Karo, Pangalengan, Cianjur, Kabupaten Bandung untuk sayur mayur, Tarutung untuk kemenyan, Kabupaten Kolaka, Ladongi dan Pakue Sulawesi Selatan untuk kakao. Pasar lelang forward Purwokerto merupakan kerjasama 5 kabupaten di Jawa Tengah yang meliputi Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen yang disingkat BARLINGMASCAKEB. Kerjasama pada bidang pemasaran komoditas agro ini merupakan terobosan baru yang unik dalam memanfaatkan network daerah dan pemasaran bersama. Berdasarkan kasus pasar lelang di daerah Pangalengan, team Universitas Padjadjaran memberikan rekomendasi agar penentuan lokasi tempat pasar lelang haruslah memiliki akses yang tinggi dengan kriteria lokasinya dekat dengan pasar Pangalengan, memiliki tempat parkir yang luas mengingat pelaku pasar umumnya menggunakan kendaraan bermotor, dan terdapat bangunan fisik yang dapat menampung para pelaku pasar dan contoh produk yang akan dilelang dan tempat transaksi lelang.
22
Pada kasus pasar lelang forward di Bandung, pelaksanaan lelang yang sudah 24 kali diselenggarakan bergantian di sejumlah tempat yang meliputi kantor Indag Agro (3kali), kantor Bank Jabar (1 kali), hotel Imperium (6 kali), kantor pemda jalan Sampurna (14 kali). Dari catatan statistik ternyata lokasi di hotel Imperium cenderung mendatangkan lebih banyak peserta lelang, lebih banyak produk yang dilelang dan
KEBUTUHAN SARANA PASAR LELANG (Team survey UNPAD di wilayah Pangalengan)
No 1.
2.
3.
4. 5.
6.
7.
KEGIATAN DAN KEBUTUHAN SARANA TRANSAKSI SAYUR MAYUR Tempat pendaftaran peserta lelang Tempat transaksi lelang Timbangan, keranjang, box dan kemasan lain Ruang administrasi dan keuangan Tempat bongkar muat yang ergonomis Papan informasi pembentukan harga Perlengkapan lelang DISTRIBUSI Sarana transportasi Tempat parkir Gudang Cold storage, coolroom Keranjang, box KOMUNIKASI DAN INFORMASI Telepon dan faximile Komputer Operator Internet dan intranet PROMOSI Ruang promosi Display, tempat peragaan contoh PENINGKATAN DAN JAMINAN MUTU Sanitasi, air bersih dan pengolahan limbah Tempat dan sarana sortasi, grading pengemasan Pembinaan mutu produk Pengujian mutu produk PEMBINAAN PELAKU PASAR LELANG Ruang pertemuan pelaku pasar lelang Penyuluh agibisnis
LEMBAGA KEUANGAN (PERBANKAN)
SASARAN - Memperlancar transaksi yang adil dan transparan - Pembayaran lancar dan aman
- Efisiensi distribusi - Distribusi tepat waktu, jumlah dan sasaran - Kerusakan produk minimum - Kebutuhan pasar dapat segera diinformasikan ke produsen dan pedagang - Memperbaiki efisiensi pemasaran - Keterbukaan informasi pasar - Mempromosikan produk yang ditransaksikan di pasar lelang - Jaminan mutu - Produk bersih, sehat dan d menarik sesuai permintaan pasar
- Pembinaan pelaku pasar lelang - Wadah tempat bertemunya para pelaku bisnis yang berkepentingan dengan pasar lelang - Menyediakan fasilitas dan skim pembiayaan - Mempermudah transaksi antar pelaku
23
lebih besar volume transaksinya. Apakah lokasi di hotel telah membuat para peserta pasar lelang lebih bersemangat untuk bertransaksi ...??, Wallahu Alam. !!, Yang terang berdasarkan rekomendasi team UNPAD, lokasi pasar lelang harus memiliki lahan parkir yang luas agar para peserta lelang yang umumnya menggunakan kendaraan dapat lebih leluasa melaksanakan kegiatannya. Terjadi pembuangan produk dalam kuantitas yang besar di pasar setiap hari disebabkan masalah mutu dan pengemasan sehingga menciptakan masalah besar bagi pengelola pasar. Meskipun pasar bagi masyarakat merupakan fasilitas umum dan tempat transaksi , namun dalam perkembangannya, pasar menjadi tempat tinggal bagi wholesaler dan retailer mengingat kegiatan pasar yang berlangsung 24 jam. Wholesaler dan retailer diijinkan melakukan usaha di pasar hanya apabila masih ada tempat, sedangkan perijinan telah dibuat sebelum tempat diperoleh. Karena itu terdapat banyak wholesaler di pasar yang membuat transaksi menjadi lebih rumit. Tidak ada tempat penjualan tetap untuk setiap barang dan wholesaler dan retailer memiliki lokasi yang tidak teratur di pasar sehingga menghambat arus barang dengan menempatkan barang sembarang tempat yang menyebabkan banyak kemacetan dan hambatan logistik. Transaksi didasarkan pada negosiasi antara wholesaler dan retailer sehingga membuat transaksi tidak transparan. Barang dagangan harus dijual pada hari yang sama, dan kalau bersisa, akan dijual pada hari berikutnya. Tidak ada peraturan yang dilaksanakan di pasar yang telah ditetapkan penguasa pasar. Wholesaler tidak mempunyai kewajiban untuk melaporkan jumlah dan harga yang ditransaksikan setiap hari yang menyebabkan kesulitan bagi penguasa pasar untuk menghitung kegiatan transaksi setiap hari secara akurat. Informasi mengenai harga dan kuantitas serta informasi pasar tidak terbuka bagi masyarakat. Evaluasi wanprestasi : Kasus wanprestasi terjadi apabila sebelumnya penjual dan pembeli telah sepakat untuk bertransaksi dengan membuat kontrak penyerahan kemudian (forward), namun pada saat jatuh tempo terjadi wanprestasi di pihak penjual (gagal serah) atau pembeli (gagal bayar) sehingga merugikan lawan transaksinya. Umumnya wanprestasi terjadi apabila terjadi perubahan harga antara saat kontrak dengan harga pada tanggal delivery. Apabila harga naik secara signifikan, yang potensial melakukan wanprestasi adalah pihak penjual karena melaksanakan kontrak, berarti untung yang lebih besar akan hilang, lebih baik dia menjual barang yang bersangkutan ke pembeli lain. Sebaliknya bila harga turun signifikan, yang potensial melakukan wanprestasi adalah pihak pembeli, karena dia akan untung lebih banyak bila membeli di tempat lain secara tunai (spot) pada saat kontraknya jatuh tempo. Berdasarkan ketentuan pasar lelang, pihak yang melakukan wanprestasi diwajibkan untuk dikenakan penalti guna menjaga integritas pasar lelang. Namun saat ini penalti belum dapat dilaksanakan karena belum banyak peserta lelang paham akan ketentuan yang harus ditegakkan. Hal ini menjadi dilemmatis, disatu sisi integritas pasar lelang dipertaruhkan agar secara jangka panjang tetap dihargai pelaku pasar, sehingga penalti harus ditegakkan, di pihak lain, kalau itu dilakukan, maka dikhawatirkan akan membuat pelaku wanprestasi tidak datang lagi sehingga kurang mendukung kelestarian pasar lelang.
24
Evaluasi pelaku : Team survey IPB melaporkan bahwa pada kasus di Panerokan Jambi, jumlah petani yang menjual karetnya di pasar lelang meningkat dari sekitar 120 orang menjadi sekitar 300 orang dimana sejumlah petani diantaranya berkelompok. Sejumlah petani dari luar desa Panerokan telah ikut bergabung menjual karetnya di pasar lelang. Daya tarik ini kemungkinan besar diakibatkan oleh berita dari mulut kemulut yang menyatakan kepuasannya dengan keberadaan pasar lelang, diantaranya dengan adanya harga indikasi dan tidak adanya potongan berat atau basi seperti sistem penjualan yang dilakukan selama ini. Berkumpulnya petani dalam jumlah banyak tersebut pada suatu kegiatan ekonomi secara sukarela merupakan fenomena yang cukup mengesankan dan efektif sebagai etalase kegiatan dan wahana penyuluhan. Dalam keterkaitannya dengan budaya pasar mingguan, kegiatan pasar lelang dapat pula menjadi suatu bentuk aktivitas sosial berupa diskusi antar petani, petani dengan pengurus KUD dan dengan pemerintah daerah, selain sebagai aktivitas ekonomi yang berupa jual beli. Pada sisi lain, majalah Gatra 6 November 2004 memuat berita pendek dari petani Malang yang mengeluhkan harga kubis di tingkat petani 25 rupiah per kilogram, padahal biaya produksinya saja sudah 350 rupiah, sedangkan harga pasar pada tingkat pasar kampung setempat mencapai 1000 rupiah. Informasi ini apabila benar adanya, telah mengungkapkan kepentingan rakyat arus bawah yang mungkin terjadi pula pada komoditas lain dan didaerah lain dimana posisi petani selalu dirugikan sedangkan posisi pedagang selalu lebih baik dan diuntungkan oleh mekanisme pasar yang tidak adil. Peran para pedagang sangat dominan dalam mendikte pasar. Hal ini terjadi terutama dalam mekanisme pasar tradisional dan dalam sistem pasar lelang lokal dan sulit diatasi pada pasar lelang agro antar pulau / propinsi. Posisi pedagang dan posisi petani yang jomplang ini potensial melemahkan program pasar lelang. Peran dominan pedagang dan posisi lemah petani seperti ini banyak dilaporkan dalam kajian-kajian yang dilakukan Bappebti bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi Indonesia di berbagai daerah sejak 1993 – 2002. Rekomendasi hasil kajian tentang dominasi pedagang dalam mendikte pasar terjadi di semua pasar lelang lokal di berbagai daerah kelihatannya belum diupayakan secara optimal untuk mencari solusinya. Daerah Malang Jawa Timur secara relative memiliki infrastruktur jalan, komunikasi, alat transport, informasi, yang jauh lebih baik dibandingkan daerah luar Jawa. Dapat dibayangkan bagaimana lebih dominannya posisi pedagang di pasar-pasar di daerah di luar Jawa dengan infrastruktur jauh dari memadai, sehingga dapat merupakan faktor yang menghambat keberhasilan program pasar lelang. Untuk mengupayakan adanya solusi bagi masalah ini mungkin diperlukan adanya dialog yang lebih intensif dengan para peneliti dan para pihak terkait di daerah yang selama ini menjadi mitra kerja pemerintah untuk mencari masukan. Evaluasi daerah: Setiap propinsi dimana pasar lelang ini berada memiliki perkembangan yang berbeda satu sama lainnya tergantung dari sumberdaya yang dimilikinya, kreativitas pemerintah daerah, maupun perilaku para pelaku pasar.
25
Sumatera Utara yang baru 2 kali menyelenggarakan pasar lelang, menyatakan bahwa pihak petani didaerahnya sulit diberi pengertian tentang pentingnya kualitas produk yang dijualnya, meskipun mekanisme pasar memberikan harga yang lebih baik bagi mutu produk yang lebih baik. Para petani juga sulit diorganisir dalam kegiatan sosialisasi maupun penyuluhan tentang pengendalian kualitas. Pihak LSM bidang pertanian seperti HKTI, HSNI dan sejenisnya belum berperan banyak dalam membantu peningkatan kualitas, demikian pula stake holder lainnya. Pihak eksportir yang lebih kuat posisi pasarnya ikut bermain di pasar lelang dan menenggelamkan peran pedagang lokal dalam menyerap produk yang dijual petani produsen. Pada tahun 2005 produk yang ditargetkan ikut pasar lelang diantaranya beras, kakao, kopi, karet dan jagung. Pelaku pasar lokal akan dipacu agar mampu lebih berperan dalam pasar lelang agar pihak pembeli semakin beragam. Pada saat kegiatan tawar menawar, pihak calon pembeli hanya satu dan berhadapan di panggung dengan satu penjual, sehingga pihak penjual posisinya agak dirugikan terdesak oleh harga penawaran pembeli pertama. Penjual pada beberapa kasus menyatakan kurang puas dan mengharapkan agar penyelenggara mencarikan pembeli-pembeli lainnya. Seharusnya Ketua Lelang memanggil satu penjual bergiliran dan menawarkan produk satu persatu kepada hadirin yang kemudian meneriakkan harga tawarannya masing-masing. Seorang hadirin yang memberikan penawaran paling tinggi baru kemudian maju kedepan untuk bertransaksi lebih lanjut. Sumatera Utara yang baru dua kali menyelenggarakan pasar lelang melaporkan bahwa didaerahnya belum terjadi adanya gagal serah dari pihak penjual maupun gagal bayar dari pihak pembeli. Harga yang terbentuk di pasar lelang ternyata kemudian menjadi harga pasar didaerah ini pada periode beberapa waktu setelah penyelenggaraan pasar lelang dan pedagang mendapat harga yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya meskipun transaksi terjadi diluar pasar lelang. Sulawesi Utara sudah melaksanakan 7 kali pasar lelang atau hampir satu kali setiap bulannya. Pelaku aktif meliputi 48 pembeli dimana 37 perusahaan diantaranya memiliki badan hukum resmi serta 149 penjual yang meliputi 77 perusahaan dan 72 kelompok tani atau perorangan. Produk yang dilelang sekitar 23 hasil pertanian, perkebunan dan peternakan, sedangkan yang paling aktif adalah kopra putih dan nata de coco. Dari kontrak lelang selama ini telah terjadi 27,9 persen kasus wanprestasi dimana gagal serah 19,5 persen dan gagal bayar 8,4 persen. Dari pengamatan, telah terjadi perubahan skala usaha pada sejumlah kelompok tani sebagai dampak positif dari penyelenggaraan pasar lelang, namun terbatasnya sumberdana lokal menyebabkan pengembangan lebih lanjut menjadi terkendala. Mereka mengusulkan agar Bank pemerintah dan Bank daerah mau mendanai kegiatan pasar lelang. Pihak penyelenggara menyatakan kesulitannya untuk menetapkan tanggal pasar lelang secara permanen. Kegiatan lelang juga dirasakan pincang karena pembeli hanya satu sehingga tidak terjadi proses tawar menawar antara sejumlah calon pembeli yang memungkinkan harga penawaran semakin tinggi. Dengan posisi satu calon penjual dan pembeli, apabila tidak terjadi kesepakatan harga, maka habislah harapan petani untuk dapat menjual dengan harga wajar. Jawa Timur melaporkan cenderung semakin banyaknya produk bunga potong ditawarkan di pasar lelang diantaranya bunga sedap malam, mawar, gladiol, 26
indikatornya disesuaikan dengan perkembangan harga internasional. Dalam mekanisme transaksi, para pembeli mengadakan penawaran secara terbuka. Harga penawaran tertinggi merupakan harga realisasi transaksi yang kemudian diselesaikan dengan pembayaran tunai. Sejarah panjang pasar lelang mulai dilaksanakan sejak akhir periode 1980an di sentra-sentra produksi karet di Sumatera Utara yang kemudian berkembang ke daerah lain dan ke komoditas lain. Pasar lelang ini merupakan pasar lelang spot sekaligus pasar lelang lokal. Disebut pasar lelang tunai atau spot (spot market) karena pedagang membawa barangnya dan pembeli membawa uang tunai. Dengan fasilitasi pengelola pasar, terjadi transaksi cash and carry antara penjual dan pembeli. Disebut pasar lelang lokal karena pembeli dan penjual berdomisili disekitar lokasi pasar dan produk yang diperjualbelikan sangat terbatas satu atau dua komoditas dengan volume transaksi yang juga terbatas. Dari sifat penyerahan barang, dikenal pasar lelang spot dan pasar lelang forward, sedangkan dari sisi banyaknya pelaku pasar dikenal pasar lelang lokal dan pasar lelang regional. Pasar lelang forward berbeda dengan pasar lelang spot karena penyerahan barang dilakukan pada waktu waktu yang disepakati di masa datang (forward contract), sedangkan pasar lelang spot merupakan transaksi cash and carry . Mekanisme pasar lelang forward merupakan cara penyimpanan produk pertanian dengan biaya paling rendah karena komoditasnya disimpan di alam dimana dia tumbuh, berkembang, dipanen dan kemudian diserahkan. Sebagai rujukan dalam mengembangkan pasar lelang nasional, pemerintah mengacu kepada sejumlah pasar lelang yang sukses menjalankan fungsinya, diantaranya pasar lelang Belanda dan pasar lelang Jepang. Pasar lelang Belanda terdiri dari 5 pasar lelang bunga sebagai penggabungan dari bayak pasar lelang kecil. Pasar ini dikelola oleh lembaga koperasi dengan anggota para petani dan pengurusnya dipilih dari anggota. Komoditas yang dilelang diantaranya bunga, sayur-mayur, tanaman hias dan buah-buahan hasil produksi petani belanda. Sistem lelang dilakukan dengan auction clock dan melalui internet e-buying secara elektronik dengan computer secara jarak jauh. Pasar lelang menentukan standard mutu komoditas dan kemasannya untuk masing-masing jenis komoditas. Petani mengikuti standard dan mencantumkan mutu komoditas. Sebelum lelang pihak pasar melakukan pemeriksaan untuk memastikan mutu komoditas tersebut. Berdasarkan perkembangan pasar lelang di Belanda terjadi perubahan mendasar dimana peserta lelang melakukan transaksi langsung dengan kontrak forward antara petani dengan pembeli skala besar seperti hypermarket sehingga memperbaiki system lelang menjadi remote trading. Pasar lelang Jepang dikembangkan sejak 1923 dan saat ini meliputi 88 central wholesale market yang berlokasi di 56 kota. Pasar ini merupakan lembaga swasta yang dibentuk, diawasi dan dibina oleh Pemerintah Daerah dimana seluruh pelaku usaha yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung di pasar lelang, masing-masing memiliki peran dan aturan yang jelas sebagaimana diatur dalam UU pasar grosir 1971. Produk yang dilelang adalah ikan laut dan air tawar, bunga, tanaman hias, sayur-mayur, buahbuahan dan jamur yang sebagian besar berasal dari produksi para petani Jepang yang memiliki keseragaman dan standard mutu yang tinggi melalui pembinaan langsung di sentra-sentra produksi binaan Departemen Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Jepang. Petani produsen kecil telah berhimpun dalam wadah koperasi dalam melakukan 2
penjualan produknya dan sebagian yang tidak berhimpun melakukan penjualan melalui broker yang ada di sentra produksi. Petani produsen mendapatkan pembinaan dan perlindungan yang sangat baik dari pemerintah sehingga sangat jarang terjadi kelangkaan suplai yang menyebabkan terjadinya fluktuasi harga yang sangat tajam. Standard mutu diterapkan secara ketat untuk produk yang dilelang, termasuk pemeriksaan higienis. Mekanisme yang berlaku, sangat menjamin keamanan konsumen dalam memperoleh produk yang aman, sehat dan harga yang wajar serta dijamin produk tersebut selalu tersedia di pasar. Banyak hal yang perlu disosialisasikan kepada para pelaku pasar lelang maupun masyarakat luas, artikel ini akan menjelaskan apa siapa dimana, bagaimana dan berbagai dimensi pasar lelang serta harapan yang dibangun masyarakat petani pada khususnya terhadap pasar lelang untuk memberikan kontribusi dalam memberdayakan peran dan meningkatkan penghidupannya. Tulisan ini diasembling dari berbagai bahan internal Bappebti dan sumber informasi sekunder lainnya agar menjadi satu cerita utuh tentang pasar lelang. Harapan dan Tantangan Pasar Lelang : Pada saat ini pembangunan ekonomi nasional masih menghadapi berbagai tantangan besar dalam mengusahakan peningkatan kesejahteraan rakyat. Salah satu tantangan tersebut adalah proses globalisasi ekonomi dan dorongan perdagangan bebas. Bagi produk pertanian ini berarti meliputi seluruh sistim agribisnis melalui proses budi daya, penanganan pasca panen, industri pengolah, kegiatan perdagangan, institusi pasar, jasa penunjang termasuk kemampuan petani/produsen. Kegiatan di bidang agro masih menghadapi berbagai masalah seperti tidak konsistennya jumlah dan mutu produk yang dihasilkan, produktivitas yang rendah, pasar belum terorganisasi dengan baik, pasar yang tidak transparan, dimana semuanya ini menyebabkan rendahnya perolehan harga dan rendahnya pendapatan petani serta lemahnya daya saing produk. Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengembangkan institusi pasar dalam bentuk pasar lelang. Dalam pasar lelang akan dipertemukan secara langsung penjual (petani produsen) dengan pembeli, terciptanya harga yang transparan, memperpendek jalur pemasaran, mendorong peningkatan mutu dan produksi yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pasar, pasar lelang yang dikembangkan terdapat dalam dua bentuk yaitu pasar lelang spot, dimana penjual langsung membawa komoditas yang akan dijual ke pasar lelang dan pasar lelang forward (penyerahan dan penyelesaian kemudian), penjual cukup membawa contoh komoditas yang dijual. Dalam pasar lelang forward harga komoditi sudah terbentuk sebelum penyerahan dilakukan, hal ini dipakai oleh petani / pembeli / pedagang / prosesor dalam merencanakan usahanya. Daerah yang telah mengembangkan pasar lelang adalah Sumatera Utara (komoditi kakao dengan sistim spot), Jambi (karet-spot), Jawa Barat (agro, forward), Jawa tengah (forward-agro), Jawa Timur (forward-agro) dan Sulawesi Utara (forwardagro). Dengan melihat sebaran wilayah dan potensi komoditas diseluruh daerah di Indonesia, maka semua daerah memiliki potensi untuk mengembangkan pasar lelang komoditi di daerahnya masing-masing. 3