MAKALAH ILMU BEDAH MULUT IV
PERAWATAN ANKYLOGLOSSIA
Disusun oleh: Kelompok 3B
Faiznur Ridho Arintya Rahmania Rini Agustina Winna Riza Tita Arum Sari Sherly Birawati Nila Anatha Harlim Bekti Setyaningsih Aprilia Yuanita Rima Chaeriyana Wirda Febriana Michael Ganda Wijaya Berty Dextravia M Fadyl Yunizar Ayuningrum Ardhian Rahma K Hanny Tyas S N Shadrina I S Finsa Tisna Sari Aminda Faizura
8334 8336 8338 8340 8342 8344 8348 8352 8356 8360 8363 8364 8366 8368 8369 8370 8372 8374 8376 8378
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011
BAB I PENDAHULUAN
Banyak kondisi yang dijumpai pada lidah termasuk kedalam istilah “anomali lidah”. Beberapa kelainan tersebut tidak menunjukkan gambaran yang berarti yang cukup sering terjadi sehingga dapat dianggap sebagai suatu variasi normal. Beberapa kelainan menunjukkan kondisi klinis yang nyata pada lidah, pada beberapa kasus, dapat membantu untuk menentukan sejumlah kelainan yang diturunkan, dan sekelompok kondisi lainnya yang membuktikan bahwa kelainan lidah dapat disebabkan oleh kelainan perkembangan. Ankyloglossia atau pita lidah adalah suatu kelainan bawaan yang dialami bayi ketika dilahirkan dan dapat menyebabkan masalah-masalah tertentu pada bayi, anak-anak dan orang dewasa.
Ankyloglossia
merupakan
suatu
kelainan
dengan
kondisi
jaringan
yang
menghubungkan lidah ke dasar mulut (frenulum lingualis) terlalu tebal dan pendek sehingga membuat pergerakan atau mobilitas lidah menjadi sangat terbatas. Umumnya masalah yang timbul pada bayi akibat dari ankyloglossia adalah kesukaran untuk mendapatkan posisi yang tepat dan pas saat menyusu. Ketika beranjak dewasa, ankyloglossia dapat menyebabkan kesulitan mengunyah makanan, kesulitan berbicara (sulit mengucapkan huruf-huruf tertentu, misalnya ‘R’) karena pergerakan yang terbatas dari lidah. Akhirnya hal ini dapat menyebabkan bayi atau anak tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup. Umumnya beberapa dokter akan memantau apakah ankyloglossia yang dialami oleh anak akan menghambat pertumbuhannya atau tidak. Ankyloglossia ringan yang tidak terlalu mengganggu tidak memerlukan perawatan. Jika ankyloglossia sangat mengganggu dapat diatasi dengan prosedur bedah sederhana yaitu frenotomi atau frenektomi. Frenotomi atau frenektomi adalah pengambilan atau pemotongan jaringan frenulum dengan anestesi lokal (bius lokal). Efek samping yang jarang terjadi dari prosedur frenotomi atau frenektomi antara lain infeksi, ulserasi, kerusakan lidah atau kelenjar ludah dan frenulum dapat tumbuh lagi.
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi
Ankyloglossia atau umum disebut tongue-tie adalah anomali kongenital oral yang berciri khas adanya frenulum lingualis yang pendek atau perlekatan frenulum yang meluas hingga mencapai ujung lidah, sehingga mengikat lidah ke dasar mulut dan membatasi pemanjangan lidah tersebut. Ankyloglossia yang sudah parah sering menyebabkan diastema midline mandibular, kerusakan periodontal lingual mandibular, dan kesulitan bicara. Lidah tidak dapat protrusi melewati insisivus dan tidak dapat menyentuh palatum. Perlekatan dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, dengan prevalensi perlekatan sebagian yang lebih sering terjadi (Archer, 1975).
2. Etiologi
Ankyloglossia adalah anomali minor. Ankyloglossia disebabkan apoptosis yang tidak memadai selama diferensiasi prenatal lidah dari dasar mulut. Ankyloglossia dapat terisolasi atau terjadi dengan defek midline lainnya. Sel yang berikatan pada lidah dengan dasar mulut normalnya mundur dari anterior ke posterior, meninggalkan sisa perlekatan kecil yang disebut frenulum lingualis. Frenulum lingualis adalah perpanjangan mukosa oral ke lidah yang sedikit tervaskularisasi dan terinervasi pada saat lahir. Jika frenulum lingualis terlalu kaku, pendek, tidak mampu bergerak mundur dan maju di sepanjang lidah atau terletak terlalu dekat dengan batas gingiva maka fungsi lidah akan terbatas (Genna, 2008). Etiologi ankyloglossia disebabkan karena adanya kelainan bawaan atau kongenital sehingga mengakibatkan pendeknya frenulum. Kelainan ini juga dapat disebabkan karena pendeknya otot genioglosus yang membatasi gerak dari lidah (Archer, 1975). Adanya malformasi kongenital pada rongga mulut, termasuk pada dasar mulut diduga menjadi etiologi utama dari ankyloglossia. Malformasi ini menyebabkan terjadinya kesalahan pada proses embriogenesis atau sebagai hasil dari kerusakan perkembangan embrio intrauterin dan pertumbuhan janin (Mueller dan Callanan, 2007). Ankyloglossia merupakan hasil dari kegagalan mutasi pada gen yang mengkode transkripsi faktor TBX22. Malformasi kongenital ini juga diwujudkan dengan kurangnya perkembangan membran oro-nasal, atau ruptur parsial (Pauws dkk., 2009).
3. Indikasi dan kontraindikasi
Perawatan ankyloglossia dilakukan dengan tindakan bedah berupa frenotomi dan frenektomi. Indikasi dan kontraindikasi prosedur ini akntara lain:
Indikasi: 1.
Frenulum lingualis yang tebal, lebar dan kaku sehingga menyebabkan terbatasnya pergerakan lidah
2.
Menimbulkan masalah kesulitan dalam menyusu (breast feeding ) Jaringan ikat antara lidah dan dasar mulut (frenulum) pendek dan tebal serta kaku akibatnya bayi akan sukar melaksanakan proses menyusu dengan baik
3.
Kesulitan berbicara (sulit untuk melafalkan beberapa huruf)
4.
Gangguan pada gigi dan mulut ( tongue heart shape)
5.
Gangguan pada sistem tubuh, misalnya gangguan pencernaan
6.
Snoring dan sleep apnea
7.
Alasan pribadi atau sosial a. Menjilat es krim b. Kissing (Palmer, 2001)
8.
Pada bayi yang mempunyai frenulum tidak normal Frenulum lingual pada bayi yang baru lahir biasanya pendek dan hampir menyentuh
ujung
lidah,
sehingga
akan
mengganggu
proses
menyusui,
keterlambatan bicara dan membuat gigi anak menjadi jarang dan tidak rapi. 9.
Pada orang dewasa untuk memperbaiki bicara atau dental problem (Sorrin S.,1969)
Kontraindikasi : 1. Keadaan yang buruk menyebabkan kontra indikasi untuk ti ndakan operasi. 2. Keadaan kesehatan yang buruk dimana penyembuhan luka kurang dapat diharapkan. 3. Infeksi, seperti acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG) atau herpetik ulseromembranosa stomatitis. (Hopkins, 1989)
4. Prosedur Perawatan
Pada ankyloglossia, frenulum lingualis melekat terlalu jauh ke depan dan terlihat pada posisi bervariasi, yang paling parah bila terletak pada ujung anterior lidah. Pergerakan lidah dapat terhambat dan penderita tidak dapat menyentuh palatum keras dalam posisi mulut tebuka. Kasus ringan tidak membutuhkan perawatan, sedangkan kasus yang berat berhasil diobati dengan bedah untuk memperbaiki perlekatan f renulum. (Sudiono, 2007) Beberapa kepustakaan menyebutkan meskipun tindakan bedah yang dilakukan sederhana tetapi tidak dianjurkan dilakukan pada anak di bawah 1 tahun, dengan alasan sukar untuk mengontrol perdarahan, infeksi dan injuri pada otot lidah (Gunadi dan Yusuf, 2003). Tindakan bedah yang dilakukan untuk ankyloglossia lebih dikenal dengan nama frenotomi dan frenektomi.
Frenotomi
Frenotomi diindikasikan terutama hanya pada kasus dimana pasien menderita ankyloglossia ringan. Frenotomi adalah memperbaiki perlekatan frenulum dengan memotong atau menggunting frenulum tersebut. Dipergunakan topikal anestesi kemudian lokal anestesi. Dengan gunting yang tajam frenulum lingualis digunting pada perlekatannya antara lidah dan dasar mulut +1 cm panjangnya. Insisi ini dijahit pada perlekatan yang baru. Kadang-kadang tidak perlu dijahit, cukup diberi tampon steril pada luka insisi (Tjiptono dkk., 1989). Frenotomi merupakan prosedur bedah yang aman, sederhana, serta efektif untuk dilakukan pada usia 12 bulan hingga 3-4 tahun. Dapat meningkatkan kenyamanan, efektivitas, dan kemudahan dalam menyusui. Anestesi topikal yang sering digunakan adalah benzocaine yang diusapkan pada bagian frenulum dengan kapas. Perdarahan dan traumatik yang dialami pada proses ini sangatlah minimal. Dapat diberikan acetaminophen tetes sebanyak 10mg/kg BB dalam 24 jam apabila dibutuhkan (Coryllos, 2004).
Frenektomi
Frenektomi adalah memperbaiki perlekatan frenulum dengan mengambil frenulum tersebut (Tjiptono dkk., 1989). Perawatan bedah frenektomi dilakukan dengan bantuan anestesi, anestesi umum diperlukan bila perbaikan meliputi daerah yang luas atau jika diperlukan reposisi otot. Pada anak-anak diberikan obat sedative seperti Versed (midazolam) atau choral hydrate dan Vistarik (hydroxyzine), dikombinasi dengan nitrat oksida atau bahan kimia lain yang sesuai, dilakukan sebelum tindakan pembedahan (Gunadi dan Yusuf, 2003; Griese, 2004).
Teknik insisi dengan menggunakan hemostat
Topikal anestesi diaplikasikan pada daerah di bawah lidah, kemudian anestesi lokal yang mengandung 1:100.000 epinefrin diinfiltrasikan ke dalam daerah frenulum lingualis, dipergunakan submukus infiltrasi anestesi (Pedersen, 1996; Thoma, 1969). Setelah dianestesi lokal, lidah diretraksi ke atas posterior dengan menarik suture pada ujung lidah. Frenulum kemudian dipegang kira-kira di tengah dari panjang vertikal dengan menggunakan hemostat, lurus paralel dengan dasar mulut. Bagian jaringan yang dijepit dieksisi menggunakan scalpel, pertama di atas hemostat kemudian di bawah hemostat (Fragiskos, 2007). Frenulum lingualis dipotong menyilang secara horizontal sampai perlekatan permukaan bawah lidah ke dasar mulut dicapai. Diseksi tersebut akan menghasilkan suatu luka di permukaan bawah lidah dan di dasar mulut, meluas ke papilla salivaris (Pedersen, 1996; Thoma, 1969). Kerusakan ditutup dengan dua atau 3 jahitan simpel interrupted dengan 3-0 catgut resorbable (Pedlar dan Frame, 2001). Pasien harus disarankan untuk tidak menggerakkan lidah berlebihan selama masa penyembuhan (Koerner, 2006).
Teknik insisi tanpa menggunakan hemostat Frenulum lingual dihilangkan dengan scalpel tanpa bantuan hemostat. Secara lebih spesifik, setelah meretraksi lidah, frenulum diinsisi dengan insisi yang terpusat pada area perlekatan lingual dan di sisi yang lain. Setelah frenulum dikurangi dan lidah terlepas, lidah diretraksi ke atas dan belakang untuk memfasilitasi pemindahan sandaran (adaptasi) frenulum. Setelah itu, tepi luka dijahit. Prosedur bedah harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari injuri karena letak frenulum dekat dengan vena lingual dan duktus glandula submandibula (Fragiskos, 2007).
5. Perawatan Post-Operasi
Penyembuhan post operasi biasanya memerlukan waktu beberapa minggu. Karena lidah memiliki banyak pembuluh darah, frenektomi lingualis dapat menyebabkan perdarahan, meskipun komplikasi pasca perawatan sangatlah jarang terjadi, seperti infeksi, ulserasi, kerusakan lidah atau kelenjar ludah, dan frenulum yang dapat tumbuh lagi. Berkumur dengan larutan garam akan menjaga area sekitar operasi tetap bersih dan meminimalkan terjadinya pembengkakan. Sikat gigi dan flossing di area sekitar operasi harus dilakukan secara hati-hati (Sands, 2011). Setelah operasi sebaiknya dilakukan latihan lidah perlahan-lahan dengan menyentuhkan lidah pada palatum, menggeser lidah, serta menjulur-julrkan lidah (Anonim, 2004). Menurut Coryllos (2004), perawatan post-operasi meliputi:
Perdarahan dapat dikontrol dengan penekanan menggunakan gauze pad pada bagian bawah lidah.
Dilakukan re-evaluasi dengan membuka mulut yang lebar, periksa penambahan protrusi lidah, serta elevasi.
Follow up: dapat dilakukan kontrol setelah 1 minggu, 2 bulan, atau sejauh mana dibutuhkan.
6. Komplikasi dan Prognosis
Tongue tie surgery
merupakan prosedur bedah yang aman dan jarang sekali
menimbulkan komplikasi. Komplikasi ringan merupakan rasa nyeri pasca bedah yang dapat diatasi dengan pemberian analgesik. Frenotomi pada neonatus mempunyai prognosis terapi sangat baik dimana bayi tersebut akan menunjukkan kemampuan menyusu maupun berbicara yang lebih baik pasca operasi (Fieldman dan Winter, 2004).
Komplikasi :
Pemotongan yang kurang was-was pada anak kecil dapat menyebabkan hemoragi dan lidah dapat menjadi terlalu mobil sehingga tertelan dan menyebabkan asfiksia.
Infeksi juga sering terjadi pada basis lidah dengan terbentuknya ulser besar dan penyebaran stomatitis. (Ghom dan Mhaske 2010)
Nyeri
Perdarahan
Pembengkakan
Febris/Demam
Sakit kepala/Nyeri sinus ( Wood, 2011)
Prognosis : Prognosis dari prosedur frenotomi sangat tergantung keparahan ankyloglossia dan usia pasien, tetapi secara umum prognosis dari prosedur frenotomi yang tidak mengalami komplikasi adalah cukup baik. Umumnya, jarang sekali terjadi komplikasi dari prosedur frenotomi ( Chaubal dan Dixit, 2011).
BAB III KESIMPULAN
1. Ankyloglossia merupakan kelainan pada perlekatan pada frenulum lingual atau frenulum yang pendek sehingga pergerakan lidah menjadi terbatas 2. Ankyloglossia dapat menyebabkan kesulitan mengunyah makanan dan kesulitan berbicara 3. Pada kasus yang berat, tindakan bedah dapat dilakukan untuk memperbaiki perlekatan frenulum melalui prosedur frenotomi atau frenektomi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Lingual Frenectomy, frenectomy.pdf. 19/12/11.
http://www.kingswayos.com/pdfs/Lingual-
Archer WH, 1975, Oral Surgery, Philadelphia: WB Saunders Company. Chaubal , Tanay V. dan Dixit, Mala Baburaj, 2011, Ankyloglossia and its management, J Indian Soc Periodontal.2011 Jul-Sep, 15(3): 270 Coryllos, E., 2004, Congenital Tongue-tie and Its Impact on Breastfeeding , http://www.aap.org/breastfeeding/files/pdf/bbm-8-27%20Newsletter.pdf, 19/12/11. Feldman L dan Winter MD, 2004, Pediatricians Needed To Make National Breastfeeding Awareness Campaign Successful, American Academy of Pediatrics, USA Fragiskos DF. 2007. Oral Surgery. Berlin: Springer Genna, CW., 2008, Supporting sucking skills in breastfeeding infants, Jones and Bartlett Publishers, USA, p.181 Ghom, Amil dan Mhaske, Shubhangi, 2010, Textbook of Oral Pathology, Jaypee Brothers Publishers, New Delhi, h 556 Griese M. 2004. Ankyloglossia, AKA Tongue-Tie, Tight Lingual Frenum, Frenulum. http://www.Ankyloglossia information on arnyrdh_com.html. Diunduh tanggal 19 Desember 2011/ Gunadi H, Yusuf HZ. 2003. Perawatan Bedah pada Tongue-Tie (Laporan Kasus pada Anak). Majalah PABMI. 6-10 Hopkins,R., 1989, Atlas Berwarna Bedah Mulut Preprastetik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, h.,19-25. Koerner KR. 2006. Manual of Minor Oral Surgery for The General Dentist . London: Blackwell Publishing Company. Mueller DT, Callanan VP, 2007, Congenital malformations of the oral cavity, Otolaryngol Clin North Am., 40(1):141. Nirwanda, D. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19493/4/Chapter%20II.pdf tanggal 18 Desember 2011. Palmer, B., 2001, Frenum, Tonge-tie, http://www.brianpalmerdds.com/pdf/frenum_pdf.pdf, 18/12/11
2010. diunduh
Ankyloglossia,
Pauws E, Hoshino A, Bentley L, Prajapati S, Keller C, Hammond P, Barbera JP, Moore GE, Pedersen GW. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (Oral Surgery). Alih Bahasa: Purwanto, Basoeseno. Jakarta: EGC. 128-29
Pedlar J., Frame JW. 2001. Oral and Maxillofacial Surgery: An Objective-based Textbook. Philadelphia: Churchill Livingstone Sands KB. 2011. Frenectomy. Available from: http://www.dentalfind.com/info/frenectomy#b Accessed December 18, 2011. Sorrin S.1969. The Practise of Periodontia. McGraw Hill Book Company. London Stanier P, 2009, Tbx22null Mice Have A Submucous Cleft Palate Due To Reduced Palatal Bone Formation and Also Display Ankyloglossia and Choanal Atresia Phenotypes, Human Molecular Genetics, Vol. 18(21): 4171 – 4179. Sudiono, Janti. 2007. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Thoma KH. 1969. Oral Surgery 5th ed. St. Louis: The C.V Mosby Company. Tjiptono TR, Harahap S, Arnus S, Osmani S. 1989. Ilmu Bedah Mulut edisi 5. Medan: Cahaya Sukma. 198-200. Wood,
J. Lang, 2011, Periodontal Surgery Complications, http://www.ehow.com/about_5595482_periodontal-surgery-complications.html. Diunduh: 19 Disember 2011
http://www.citydirectory.co.id/kesehatan/berita/Ankyloglosia-Kelainan-yang-SebabkanGerak-Lidah-Terbatas