BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tempat kerja di mana dilakukan suatu proses kerja mengandung risiko atau bahaya yang berasal dari manusia, mesin, alat kerja dan material lainnya. Guna menghilangkan atau setidaknya mengurangi kerugian yang terjadi maka dilakukan serangkaian kegiatan identifikasi bahaya dan penilaian risikonya dengan metode yang ada di perusahaan tersebut kemudian dilakukan penilaian tingkat risiko bahayanya dan bagaimana tindakan pengendalian yang tepat sesuai risiko dan bahaya tadi (Sitorus, 2010). Tempat parker motor juga tidak luput dari yang namanya suatu risiko atau bahaya yang mungkin terjadi. te rjadi. Hal ini bias berasal dari apa saja. Risiko atau bahaya ini apabila tidak segera dilakukan upaya pengendalian akan menimbulkan suatu kerugian dan salah satunya adalah berdampak pada kesehatan manusia serta terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan. Tempar parkir motor Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) adalah salah satu lokasi yang berisiko terjadinya kecelakaan kerja seperti tersandung, terjatuh, tertimpa, tertabrak dll. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya pengendalian lebih lanjut agar tidak timbul korban lebih jauh. Kejadian kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, baik kerugian yang sifatnya ekonomi, dalam bentuk kerusakan, hilangnya waktu kerja, biaya perawatan dan pengobatan, menurunnya jumlah mutu dan produksi, maupun kerugian yang berupa penderitaan karena cidera, cacat atau bahkan kematian (A. M. Sugeng Budiono, 2005:223). Dalam makalah ini akan dibahas mengenai gambaran kondisi parkiran motor FKM saat ini beserta identifikasi risiko, penilaian risiko, manajemen risiko dan komunikasi risiko terkait hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian berupa kecelakaan kerja atau kerugian lain yang dapat terjadi di parkiran motor FKM. Nantinya makalah ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan langkah pencegahan dan perbaikan terkait parkiran motor yang ada di FKM.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana analisis “Bagaimana analisis tingkat risiko bahaya yang ada
di
Parkiran
Motor
FKM
Universitas
Airlangga,
serta
bagaiamana
pengendalianya?” 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui tingkat risiko bahaya yang ada di Parkiran Motor FKM Universitas Airlangga serta menentukan pengendaliannya Tujuan Khusus
1.
Melakukan risk assesment di di Parkiran Motor FKM Universitas Airlangga
2.
Melakukan risk mangagement Parkiran Motor FKM Universitas Airlangga
3.
Melakukan risk communication communication di Parkiran Motor FKM Universitas Airlangga
4.
Menentukan tingkat risiko bahaya di Parkiran Motor FKM Universitas Airlangga
5.
Menentukan bentuk pengendalian yang tepat berdasarkan analisis tingkat risiko bahaya di Parkiran Motor FKM Universitas Airlangga
1.3.2
Manfaat Penelitian
a. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Memberikan masukan kepada fakultas akan risiko bahaya apa saja yang terdapat di parkiran motor FKM agar bias dilakukan langkah pengendalian dan pencegahan. b. Bagi Warga FKM Memberikan
informasi
kepada
warga
FKM
yang
sehari-harinya
menggunakan parkiran motor FKM mengenai tingkat risiko bahaya apa saja yang dapat muncul dan upaya apa saja yang dapat dilakukan agar terhindar dari kerugian lebih lanjut.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Risiko 2.1.1
Definisi Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah pedekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastian (Permenkeu No. 191/2008). Menurut Ghofur (2007), manajemen risiko adalah suatu kegiatan yang didalamnya mengandung unsur identifikasi sistematis, analisis, perbaikan, monitoring, dan komunikasi terhadap suatu risiko. Menurut Hinsa S (2009), terdapat beberapa ciri khas definisi manajemen risiko, yaitu: 1.
Manajemen risiko Manajemen risiko adalah sebuah proses yang dinamis dan selalu memberi umpan balik kepada dirinya sendiri.
2.
Salah satu aspek proses manajemen risiko Salah satu aspek manajemen risiko adalah mencocokkan atau membandingkan risiko dengan risko menurut keyakinan perusahaan harus diambil. Menurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard, manajemen risiko
adalah “the culture, process, and structures that are directed towards the effective management of potential opportunities and adserve effects”.
Gambar 2.1 Proses dalam Manajemen Risiko menurut AS/NZS 4360
3
Secara umum, tujuan dari manajemen risiko (risk management ) adalah untuk menghilangkan atau mengurangi risiko kecelakaan dan sakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Manajemen risiko memerlukan suatu tahapan proses yang meliputi identifikasi potensi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko dan evaluasi sarana pengendalian yang telah diimplementasikan (Tarwaka, 2008). 2.1.2
Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi peusahaan (Ramli, 2010). 2.1.3
Implementasi Manajemen Risiko K3
Implementasi K3 dimulai dengan perencanaan yan baik dimulai dengan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko ( Hazard Identification, Risk Assessment , dan Risk Control ). Penilaian Risiko menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan risiko yang terjadi setiap saat. Tabel 2.1 Ukuran Kualiatif dari “likelihood ” Menurut Standar AS/NZS 4360 Level
Descriptor
Uraian
5
Almost Certain
Dapat terjadi setiap saat
4
Likely
Sering terjadi
3
Possible
Dapat terjadi sekali-kali
2
Unlikely
Jarang terjadi
1
Rare
Hampir tidak pernah, sangat jarang terjadi
Sumber: AS/NZS 4360, 3rd Edition The Australian And New Zealand Standard on Risk Management, Broadleaf Capital International Pty Ltd, NSW Australia
4
Tabel 2.2 Ukuran Kualitatif dari “consequency” Menurut Standar AS/NZS 4360 Level
1
Descriptor
Tidak terjadi cedera, kerugian
Insignificant
2
Uraian
financial sedikit Cedera
Minor
kerugian
financial sedang Cedera
3
ringan,
Moderate
sedang,
perlu
medis,
kerugian
penanganan finansial besar
4
Cedera berat > 1 orang, kerugian
Major
besar, gangguan produksi Fatal > 1 orang, kerugian sangat
5
Catastrophic
besar dan dampak sangat luas, terhentinya seluruh kegiatan
Sumber: AS/NZS 4360, 3rd Edition The Australian And New Zealand Standard on Risk Management, Broadleaf Capital International Pty Ltd, NSW Australia Tabel 2.3 Matriks Analisa Risiko Secara Kualitatif Menurut Standar AS/NZS 4360 Dampak Risiko
Frekuensi Risiko
1
2
3
4
5
5
H
H
E
E
E
4
M
H
H
E
E
3
L
M
H
E
E
2
L
L
M
H
E
1
L
L
M
H
H
Sumber : Draper. R, AS/NZS 4360, Risk Management in Security Risk Analysis, Brisbane, Australia, ISMCPI Sedangkan pengendalian risiko menurut OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian risiko yang lebih spesifik untuk bahaya K3 dengan pendekatan sebagai berikut: 1. Eliminasi
5
2. Substitusi 3. Pengendalian teknis ( Engineering Control ) 4. Administratif 5. Alat pelindung diri (APD) 2.2 Komunikasi Risiko (Risk Communication)
Komunikasi seringkali menimbulkan masalah bagi berbagai kalangan mulai dari pemerintah, ilmuwan, media, masyarakat dll yang disebabkan oleh perbedaan sudut pandang dan kepentingan. Namun, tujuan dari kalangan ini sebenarnya sama yaitu; mereka ingin mengurangi risiko, mengalokasikan sumberdaya untuk risiko yang benar-benar besar dan guna meminimalkan waktu, tenaga, reaksi berlebihan terhadap risiko yang spekulatif. 2.2.1
Definisi Komunikasi Risiko
Komunikasi risiko adalah pertukaran informasi tentang nesarnya risiko kesehatan di lingkungan kerja, interpretasi dari risiko dan keputusan tindakan serta kebijakan yang bertujuan mengelola kesehatan dan risiko lingkungan kerja (Tualeka, 2013). Komunikasi risiko adalah bagian dari respon darurat kesehatan masyarakat. Komunikasi risiko memberi pengetahuan terhadap orang yang berisiko untuk memahami dan mengadopsi perilaku pencegahan dalam aspek epidemi, pandemi, krisis kemanusiaan dan bencana alam. Hal ini memudahkan para ahli untuk mendengar dan menanggapi kebutuhan masyarakat sehingga masukan/saran mereka benar-benar relevan, terpercaya dan dapat diterima. (WHO, 2015) 2.2.2
Tujuan Komunikasi Risiko
Komunikasi Risiko bertujuan untuk memberi pengertian kepada pekerja maupun masyarakat yang merupakan titik awal rantai pencegahan pencemaran. Selain itu, tujuan dari komunikasi risiko adalah membuat dan memelihara jalur komunikasi dalam memperoleh informasi isu-isu dan analisis risiko, memberi kesempatan stakeholder terkait agar dapat mengkaji-ulang dan memberikan komentar terhadap kebijakan mengenai analisis risiko, dan program-program manajemen risiko.
6
2.2.3
Prinsip dan Elemen Kunci Komunikasi Risiko
1. Menetapkan tujuan secara jelas Pemahaman terhadap alasan adanya program komunikasi risiko dibutuhkan dan pengaturan capaian tujuan adalah secara kritis untuk mencapai perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku. 2. Memahami Risiko Reaktivitas dari penduduk dan individu terhadap pesan dan akhirnya terjadi perubahan perilaku adalah bagian terkait dengan persepsi terhadap risiko. 3. Memahami khalayak sasaran atau audiens Khalayak sasaran perlu ditandai dari segi persepsi risiko dan titiktitik pengungkit tertentu yang mungkin efektif dalam memotivasi dalam perubahan perilaku. 4. Membangun dan menguji pesan Memotivasi audiens untuk memperoleh pesan dan perubahan perilaku, menginformasikan skill yang dibutuhkan untuk mencapai perubahan perilaku. 5. Menyampaikan pesan secara efektif Mengatur waktu pengiriman pesan dengan tepat, menyeleksi saluran/media dengan tepat, menyeleksi juru bicara yang tepat dan memberikan pemahaman yang tepat adalah bagian dari menyampaikan pesan yang efektif. 6. Memilih media yang tepat Media massa merupakan sumber utama informasi risiko kesehatan bagi masyarakat umum. Media dan professional kesehatan berbagi klien yang sama. 2.3 Emisi Gas Buang Kendaraan Motor
Motor menjadi salah satu kendaraan bermotor yang memiliki dampak bahaya yang besar akibat pemakaian yang terus menerus. Semakin banyak mahasiswa yang membawa motor untuk mobilisasi, maka semakin banyak emisi gas buang dari kendaraan tersebut. Emisi gas buang ini mengakibatkan polusi udara yang dapat menyebakan gangguang kesehatan seperti gangguan saluran pernafasan,
7
gangguan organ dalam seperti paru-paru, hati, dan lainnya, gangguan syaraf, gangguan reproduksi, dan menurunkan kecerdasan. Gas buang yang bersumber dari kendaraan bermotor yaitu banyak mengandung senyawa kimia yang berbahaya bagi manusia. Senyawa kimia yang berbahaya itu seperti oksida sulfur (SOx), oksida nitrogen (NOx), oksida karbon (COx), hidrokarbon (HC), logam berat seperti Pb dan partikulat lainnya. Emisi gas buang kendaraan merupakan hasil sisa pembakaran bahan bakar di dalam mesin yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Proses pembakaran yang terjadi di dalam mesin berupa reaksi kimia antara oksigen di dalam udara dengan senyawa hidrokarbon di dalam bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Sehingga, apabila reaksi yang terjadi adalah reaksi sempurna, hasil sisa buang dari emisi gas kendaraan bermotor berupa karbondioksida (CO2), uap air (H2O), Oksigen (O2) dan Nitrogen (N2). Dalam prakteknya, pembakaran yang terjadi di dalam mesin kendaraan tidak selalu berjalan sempurna sehingga di dalam gas buang mengandung senyawa berbahaya seperti karbonmonoksida (CO), hidrokarbon (HC), Nitrogenoksida (NOx) dan partikulat. Di samping itu, untuk bahan bakar yang mengandung timbal dan sulfur, hasil pembakaran di dalam mesin kendaraan juga akan menghasilkan gas buang yang mengandung sulfurdioksida (SO2) dan logam berat (Pb). Emisi gas buang kendaraan yang ada dapat mencemari udara dan lingkungan serta mengganggu status kesehatan yang berada di sekitar sumber bahaya. Dampak yang ditimbulkan dari emisi gas buang kendaraan tidak hanya berdampak pada manusia tetap terhadap makhluk hidup lainnya seperti tanaman. Gas buang yang dihasilkan dari kendaraan motor yang berada di udara, akan berubah karena terjadinya suatu reaksi misalnya adanya reaksi dengan sinar matahari dengan uap air, atau juga dengan antar senyawa. Untuk bahan pencemar yang sifatnya lebih stabil seperti limbah (Pb), beberapa hidrokarbon-halogen dan hidrokarbon poliaromatik, dapat jatuh ketanah bersama air hujan atau mengendap bersama debu, dan mengkontaminasi tanah dan air. Senyawa tersebut selanjutnya juga dapat masuk ke dalam rantai makanan yang pada akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia melalui sayuran, susu ternak, dan produk lainnya dari ternak hewan. Karena banyak industri makanan saat ini akan
8
dapat memberikan dampak yang tidak diinginkan pada masyarakat kota maupun desa. Bahaya gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan tergantung dari toksitas (daya racun) masing-masing senyawa dan seberapa luas masyarakat terpajan olehnya. Sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak bahan pencemar yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut : 1. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida nitrogen, ozon dan oksida lainnya. 2. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam. 3. Bahan-bahan
pencemar
yang
dicurigai
menimbulkan
kanker
seperti
hidrokarbon. 4. Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dll. Dampak masing-masing senyawa di dalam gas buang terhadap kesehatan adalah sebagai berikut: 1. CO (Karbon Monoksida) Karbonmonoksida dapat mengurangi jumlah oksigen dalam darah, sehingga bisa mengganggu cara berfikir, penurunan refleks dan gangguan jantung, dan apabila terkomsumsi dalam jumlah besar akan mengkibatkan kematian. 2. HC (Hidrokarbon) Hidrokarbon dapat mengakibatakan iritasi pada mata, batuk, rasa mengantuk, bercak kulit dan perubahan kode genetik. 3. PM10 (Partikulat) Partikulat memiliki ukuran yang kecil jika masuk dalam sistem pernafasan sampai ke bagian paru-paru terdalam sehingga menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas, jantung, bronchitis, asma. 4. Pb (Timbal) Timbal dapat meracuni sistem pembentukan darah merah, sehingga mengakibatkan gangguan pembentukan sel darah merah, anemia, tekanan darah
9
tinggi dan mengurangi fungsi pada ginjal, pengaruh pada anak-anak adalah penurunan kemampuan otak dan kecerdasan. 5. SOx (Oksida Belerang) Oksida belerang dapat menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas, sehingga menimbulkan batuk sampai sesak nafas, meningkatkan kasus asma 6. NOx (Oksida Nitrogen) Oksida nitrogen bisa menimbulkan gangguan jaringan paru seperti, melemahkan sistem pertahan paru, asma, infeksi saluran nafas.
10
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Risk Assessment
Berdasarkan permasalahan terkait faktor risiko pada tempat parkir Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, maka akan dianalisis dengan menggunakan metode HIRARC antara lain: 1.
Indentifikasi bahaya ( Hazard Identification) Dalam identifikasi bahaya ini, dirumuskan terkait faktor-faktor bahaya yang berisiko terjadi di tempat parkir Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Tabel 3.1 Identifikasi Bahaya pada Tempat Parkir Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
No.
1.
Nama Tempat
Jenis
Contoh
Bahaya
Risiko
Parkir Fakultas - Faktor Fisik - Suhu Panas Kesehatan
- Parkir
Masyarakat
mepet
Universitas
sempit
Airlangga
- Dehidrasi, Lemas,
terlalu
Kelelahan
dan - Luka/tergores - Gangguan
- Kebisingan
pendengaran,
- Getaran
gangguan konsentrasi, stres - Kelelahan, gangguan kenyamanan
- Faktor Biologi
- Bakteri
- Infeksi
- Jamur - Virus
- Faktor
- Asap
- Sesak
Kimia
- Debu
Penyakit
- Uap
paru
Napas, paru-
11
- Gas
- Iritasi,
penyakit
paru-paru - Iritasi - Asphiksia
- Faktor
- Jam Kerja yang - Pusing, stres
Psikologi
lama / istirahat - Lelah kurang
- Menjaga kendaraan pengunjung - Faktor
- Berdiri
Ergonomi
terlalu - Pegal-pegal
lama
- Kram
- Gerakan tangan
- LBP, pegal-pegal
- Merapikan sepeda motor 2.
Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Tabel 3.2 Penilaian Risiko pada Tempat Parkir Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga No
Jenis Bahaya
Bahaya
Faktor
Dehidrasi,
Fisik
Lemas,
Penilaian Resiko L (likelihood)
S (Severity)
LxS=R
C
3 (Sedang)
T (resiko tinggi)
C
3 (Sedang)
T (resiko tinggi)
C
3 (Sedang)
T (resiko tinggi)
C
2 (Kecil)
S (resiko
Kelelahan Luka/tergores 1
Gangguan pendengaran, gangguan konsentrasi, stres Kelelahan,
12
gangguan
sedang)
kenyamanan 2
Faktor
Infeksi
Biologi Faktor
Penyakit paru
Kimia
Iritasi
3
Sesak napas Asphiksia
4
5
Faktor
Pusing, stress
Psikologi
dan lelah
Faktor
Pegal-pegal dan
Ergonomi
kram LBP
C
2 (Kecil)
E
4 (Berat)
C
2 (Kecil)
C
3 (Sedang)
D
3 (Sedang)
S (resiko sedang) T (resiko tinggi) S (resiko sedang) T (resiko tinggi) S (resikos edang) S (resiko
C
2 (Kecil)
B
2 (Kecil)
T (resiko tinggi)
C
3 (Sedang)
T (resiko tinggi)
sedang)
Keterangan :
1. R (resiko ringan)
: Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa
pengendalian telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar. 2. S (resiko sedang)
: Perlu tindakan untuk mengurangi resiko, tetapi biaya
pencegahan yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi. 3. T (resiko tinggi)
: Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan
sampai resiko telah direduksi, perlu pertimbangan sumberdaya yang akan dialokasikan untuk mereduksi resiko. 4. E (resiko ekstrim)
: Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan
sampai resiko telah direduksi. Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi risiko dengan sumberdaya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat dilaksanakan.
13
Tabel 3.3 Daftar Konsekuensi dan Tingkat Peluang pada Tempat Parkir Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga LIKELIKOOD (Kemungkinan)
SEVERITY (Konsekuensi) Tidak
Kecil
Signifikan
Sedang
Berat
Bencana
Hampir pasti terjadi Sering terjadi
Pegal-pegal dan kram
- Kelelahan,
Dapat terjadi
a. Dehidrasi,
gangguan
Lemas,
kenyamanan
Kelelahan
- Infeksi
b. Luka/tergores
- Iritasi
c. Ganggua
- Pusing, stress dan lelah
pendengaran, gangguan konsentras, stress d. Sesak napas e. LBP
Kadang-kadang
Asphiksia
terjadi Penyakit
Jarang terjadi
3.
paru
Pengendalian Resiko (Risk Control) Adapun pengendalian risiko yang harus dilakukan, antara lain: a.
Pengendalian Secara Teknis Pengendalian faktor fisik berupa suhu panas dan radiasi sinar matahari, dapat dilakukan dengan pemasangan dan substitusi atau penggantian atap parkiran menggunakan bahan yang dapat memantulkan panas matahari. Pengendalian parkir yang terlalu mepet dan sempit dapat
14
dilakukan dengan memperluas area parkir atau membangun tempar parkir tambahan. Pengendalian getaran dapat dilakukan dengan memperbaiki lantai parkiran yang tidak rata. b.
Pengendalian Secara Administratif Pengendalian faktor psikologi berupa jam kerja yang lama/istirahat kurang serta menjaga kendaraan pengunjung, dapat dilakukan dengan pengaturan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga penjaga parkir tidak mengalami kelelahan, pusing dan stress. Pengendalian faktor ergonomi berupa berdiri terlalu lama juga dapat dilakukan dengan pengaturan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengendalian gerakan tangan dan merapikan sepeda motor, dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan mengenai cara kerja yang aman serta posisi badan yang benar dalam merapikan sepeda motor.
c.
Pengendalian Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Pengendalian faktor fisik berupa suhu panas dan radiasi sinar matahari, dapat dilakukan dengan pemakaian pakaian berwarna cerah agar cahaya matahari dapat dipantulkan. Pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan pemakaian ear plug atau ear muff untuk mengurangi intensitas kebisingan. Pengendalian getaran dapat dilakukan dengan pemakaian sarung tangan untuk mengurangi dampak getaran pada tangan. Pengendalian faktor biologis berupa bakteri, jamur, dan virus dapat dilakukan dengan pemakaian masker dan sarung tangan untuk mencegah terjadinya kontak langsung dengan faktor biologis tersebut. Selain itu, menjaga hygiene diri seperti rajin mencuci tangan, juga dapat mencegah infeksi akibat bakteri, jamur, dan virus. Pengendalian faktor kimia seperti asap, debu, uap dan gas juga dapat dilakukan dengan pemakaian masker. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terhirupnya zat kimia ke dalam saluran pernafasan.
15
4.
Kesimpulan Berdasarkan identifikasi dan penilaian risiko diatas dapat ditemukan potensi bahaya Tempat Parkir Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, seperti faktor fisik, faktor biologi, faktor kimia, faktor psikologi, dan faktor ergonomi yang masing-masing memiliki tingkat risiko yang beragam mulai dari risiko sedang sampai risiko tinggi. Namun risiko tersebut dapat dikendalikan dan diminimalisir dengan adanya pengendalian yang tepat, antara lain melakukan pengendalian teknis, pengendalian administratif, dan pengendalian dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
3.2 Risk Management Adapun bagian dari risk management , antara lain: 1. Risk Evaluation Evaluasi resiko adalah penilaian terhadap satu resiko apakah masih dapat diterima (ALARP: As Low As Possible Reasonably Practicable) berdasarkan standar yang digunakan atau juga didasarkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi resiko tersebut. Contoh sederhana adalah sebagai berikut. Pertama dalam penilaian resiko, sebagai contoh secara kualitatif, adalah dengan menentukan kategorisasi masing-masing kemungkinan dan tingkat keparahan. Tabel 3.4 Risk Evaluation pada Tempat Parkir Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga No.
Risiko
Probabilitas
Dampak
Kejadian
Terhadap
(Likelihood)
Manusia
Total
Kategori
(Keparahan)
1.
Kaki terlukaterkena motor
5
3
15
Moderate
lain 2.
Jatuhdari motor
1
3
3
Trivial
3.
Tersandung
5
3
15
Moderate
4.
Kulitmelepuhterkenaknalpo
1
3
3
Trivial
t yang masihpanas
16
5.
Menabrak motor lain
3
5
15
Moderate
6.
Tertabrak motor yang
1
5
5
Tolerable
1
5
5
Tolerable
akanparkir 7.
Sesaknafasakibatemisikend araanbermotor
Setelah dilakukan pemeringkatan resiko maka langkah selanjutnya adalah evaluasi terhadap resiko apakah dapat diterima atau tidak oleh perusahaan (masuk kategori ALARP). Sehingga dapat dilihat bahwa untuk risiko kaki terluka, tersandung, dan menabrak motor lain diperlukan tindakan untuk mengurang irisiko. Untuk risiko tertabrak motor dan sesak nafas harus dilakukan pemantauan untuk memastikan bahwa pengendalian dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar. Untuk risiko jatuh dari motor dan kulit melepuh tidak memerlukan tindakan lebih lanjut dan tidak memerlukan catatan karena risiko ini sangat jarang ditemui. Tindakan pengendalian yang dilakukan sebaiknya pun mengikuti hirarki pengendalian dimana eleminasi, subtitusi, dan rekayasa engineering lebih diutamakan dari pengendalian secara administratif dan APD. 2. Emission and exposure control - Pengendalian paparan emisi gas kendaraan bermotor (CO, CO2, Pb, dan lain-lain) karena dapat menyebabkan gangguang pernapasan, kerusakan otak, dan iritasi saluran pernapasan pada orang dewasa. - Menambah RTH (Ruang Terbuka Hijau) di dalam parkiran motor karena jumlah kendaraan bermotor meningkat dari tahun sebelumnya. Penambahan RTH dimaksudkan untuk mengimbangi banyaknya jumlah motor. Salah satu RTH yaitu dengan menambahkan beberapa tanaman yang dapat mengurangi pencemaran udara seperti kembang sepatu, serai, peace lily dan lain sebagainya. - Himbauan menggunakan masker kepada civitas akademika pengguna kendaraan bermotor. Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan gas dan debu kepada pengguna motor civitas akademika FKM Unair. Sehingga dapat mengurangi risiko timbulnya gangguan pernapasan.
17
- Himbauan kepada civitas akademika untuk menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Hal ini dilakukan untuk mengurangi emisi dari kendaraan bermotor serta membudayakan hidup sehat. Selain itu, dilakukan himbauan juga untuk mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung antioksidan sehingga dapat membantu proses biotransformasi dan detoksifikasi racun dalam tubuh yang diakibatkan oleh paparan emisi kendaraan bermotor. - Himbauan kepada civitas akademika untuk tidak merokok dalam parkiran agar tidak menambah paparan emisi dan gas dalam parkiran. Sehingga kondisi udara dalam parkiran tidak menjadi lebih buruk. - Melakukan rotasi kerja atau shift kerja terhadap petugas parkir FKM. Hal ini dilakukan untuk menghindari waktu paparan yang berlebihan dan kelelahan terhadap petugas parkir sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. - Perawatan secara berkala terhadap kendaraan bermotor yang digunakan dan menggunakan bahan bakar yang kandungan timbalnya sedikit. Sehingga dapat mengeliminasi pencemaran udara di parkiran FKM Unair. - Perawatan secara berkala terhadap bangunan parkiran dan memperbaiki bangunan yang rusak seperti jalan yang berlubang sehingga mengurangi terjadinya kecelakaan dalam parkiran.
3. Risk monitoring Jenis-jenis monitoring , antara lain: 1. Monitoring secara terus menerus (on going) Monitoring secara terus menerus dilakukan dengan menenmpatkan petugas untuk memantau fakor resiko fisik, biologi, kimia, psikologi maupun ergonomi yang terletak di lokasi parkir. Monitoring dilakukan kepada setiap aspek bahaya yang ada di lokasi parkir. Baik itu yang belum dikendalikan maupun yang sudah di kendalikan. Hasil dari monitoring ini bisa di gunakan sebagai masukan untuk penaganan resiko berikutnya dan juga sebagai optimalisasi penganaganan resiko agar tidak menimbulkan kecelakaan dan gangguan kesehatan. 2. Monitoring secara berkala
18
Monitoring secara berkala dapat dilakukan 6 bulan sekali, dengan cara mengukur resiko bahaya yang ada di lokasi parkir sudah sesuai dengan parameter-parameter yang sudah di tentukan memelui perundang-undangan. Pengukurang dilakukan pada beberapa factor resiko berupa suhu panas, luas tempat ideal, kebisingan, getaran, debu, gas, dan factor resiko lainya. 3. Review unit pemilikresiko Pada lokasi tempat parker tidak ada factor resiko spesifik dan sangat berbahaya. Sehingga untuk monitoring jenis ini tidak terlalu di butuhkan. Tetepi ketika terdapat faktor resiko yang sifatnya spesifik dan sangat berbahaya menimbulkan potensi resiko besar perlu dilakuakan review unit pemilik resiko. 4. Audit Audit dapat dilakukan oleh pihak internal maupun internal. Audit merupakan monitoring yang lebih mendalam.Audit tidak melihat kondisi yang ada di lokasi parker tetapi melihat sistem yang berjalan sehingga menyebabkan kondisi tempat parkir yang masih memiliki faktor resiko. Audit digunakan untuk menilai apakah sistem yang digunakan untuk mengatasi resiko di lokasi parker sudah baik atau belum. Rekomendasi dari hasilnya dapat menjadi saran dan juga masukan untuk memperbaiki kondisi yang ada.
3.3 Risk Comunication
Risk communication merupakan berbagai cara mengkomunikasikan atau menginformasikan hasil penilaian risiko dan tindakan yang diambil dari hasil temuan pada tahapan risk assesment di lokasi parkir FKM kepada seluruh pemangku kepentingan yang meliputi pegawai fakultas, petugas penjaga parkir dan mahasiswa pengguna lahan parkir. Tujuan dari dilakukannya risk communication yaitu agar hasil atau kebijakan yang diambil dapat dimengerti dan dilaksanakan. Implementasi tahap risk communication dapat berupa : 1. Kegiatan Focus Group Discusion (FGD) Focus Group Discusion dengan konsep sharing dan diskusi kelompok terarah yang bertujuan untuk saling bertukar informasi dan menambah masukan
19
mengenai permasalahan yang bersifat lokal maupun spesifik terkait hasil penilaian risiko dan tindakan yang diambil dari hasil temuan pada tahapan risk assesment di lokasi parkir FKM. Kegiatan FGD dihadiri oleh perwakilan pemangku kepentingan yang meliputi pegawai fakultas, petugas penjaga parkir, mahasiswa pengguna lahan parkir serta seseorang yang berperan sebagai notulen dan moderator. 2. Membuat media promkes Pembuatan media promkes bertujuan untuk mengkomunikasikan, memberikan peringatan atau informasi, anjuran serta menginggatkan kembali kepada semua pemangku kepentingan yang meliputi pegawai fakultas, petugas penjaga parkir, mahasiswa pengguna lahan parkir mengenai jenis potensi bahaya di lokasi, misalnya spanduk peringatan tentang selalu memakai helm saat berkendara. Jenis media promkes yang diterapkan dapat berupa poster ataupun spanduk peringatan yang diletakkan di tempat strategis,
mudah dilihat dan
dimengerti. 3. Kegiatan sosialisasi Alasan yang mendasari mengapa perlu diadakan sosialisasi yaitu publik berhak mengetahui risiko yang dihadapi serta kebijakan apa yang ada untuk mengatur risiko tersebut, dan berhak berpartisipasi dalam pengkajian risiko serta pengambilan keputusan manajemen. Selain itu sosialisasi juga dapat digunakan untuk mencegah munculnya kekacauan situasi akibat informasi risiko yang mungkin saling bertentangan sesuai dengan pemaknaan atau persepsi serta kepentingan
masing-masing
pihak
tentang
bahaya
dan
dampak
yang
ditimbulkannya.
20
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan identifikasi dan penilaian risiko yang terdapat pada tempat parkir Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, dapat ditemukan beberapa potensi bahaya di tempat parkir. Untuk risk assessment didapatkan hasil seperti faktor fisik, faktor biologi, faktor kimia, faktor psikologi, dan faktor ergonomi. Faktor-faktor tersebut memiliki tinggi risiko yang beragam, mulai dari yang kecil, sedang hingga yang tinggi . risiko tersebut dapat mengakibatkan dampak kesehatan. Risk management terdiri dari risk evaluation, emission and exposure control dan risk monitoring dimana dalam risk management ditentukan dan dikategorikan masing-masing bahaya dan seberapa besar tingkat keparahannya sehingga dapat ditentukan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi risi ko. Sedangkan untuk risk communication dilakukan oleh pegawai fakultas, penjaga parkir, dan mahasiswa dengan kegiatan diskusi, pembuatan media promosi kesehatan agar mengetahui risiko bahaya apa saja yang terdapat di tempat parkir. Namun risiko tersebut dapat dikendalikan dan diminimalisir dengan adanya pengendalian yang tepat, antara lain melakukan pengendalian teknis, pengendalian administratif, dan pengendalian dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
4.2 Saran
Untuk mengurangi atau meminimalkan resiko yang terjadi, dapat dilakukan upaya pengendalian risiko seperti pengendalian secara teknis, pengendalian secara administratif, dan pengendalian menggunakan alat pelindung diri (APD)
21
DAFTAR PUSTAKA
AS/NZS 4360. 2004. 3rd Edition The Australian And New Zealand Standard on Risk Management . NSW Australia: Broadleaf Capital International Pty Ltd.. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PKM.09/2008 Tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan. Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta: PT. Dian Rakyat Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Prespektif K3 OHS Risk Management . Jakarta: Dian Rakyat. Tualeka, Abdul R. 2013. Analisis Risiko. Surabaya: Graha Ilmu Mulia. WHO. 2015. Risk Communication. http://www.who.int/risk-communication/en/. Di sitasi tanggal 5 Januari 2016.
22