https://id.scribd.com/uploaddocument?archive_doc=269241065&escape=false&meta document?archive_doc=2692 41065&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A%22archiv data=%7B%22context%22%3A%22archive_view_res e_view_res tricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3Afalse% tricted%22%2C%22page%22%3A% 22read%22%2C%22action%22%3Afalse%2C%22logged_in%22%3Atrue 2C%22logged_in%22%3Atrue %2C%22platform%22%3A%22web%22%7D
ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH AIR ASAM TAMBANG DI IUP TAMBANG AIR LAYA PT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK. UNIT PERTAMBANGAN TANJUNG ENIM TAHUN 2013
MANUSKRIF SKRIPSI
Oleh RENNI SIPAHUTAR 10091001058
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013
HALAMAN PERSETUJUAN
Manuskr if skripsi ini dengan judul "Analisis Pengelolaan Limbah Air Asam Tambang di IUP Tambang Air La ya PT Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pertambangan Tanjung Enim Tahun 2013 " telah mendapat ar ahan dan bimbingan dari Pembimbing I dan/atau Pembimbing II serta disetujui pada tanggal 9 Oktober 2013. ,
Indralaya 9 Oktober 2013 ,
Pem bimbing 1. Rini Mutahar ,SKM, M.K.M
(
)
NI P 197806212003122003 .
( I~)
UY-
ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH AIR ASAM TAMBANG DI IUP TAMBANG AIR LAYA PT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK. UNIT PERTAMBANGAN TANJUNG ENIM TAHUN 2013
ANALYSE OF ACID MINE DRAINAGE WASTE MANAGEMENT IN TAMBANG AIR LAYA IUP PT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK. UNIT PERTAMBANGAN TANJUNG ENIM IN 2013 1
2
3
Renni Sipahutar , Rini Mutahar , Imelda G. Purba 1 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya 2 Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya 3 Bagian K3KL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya ABSTRACT Background: One of the problems faced by the mining company is the Acid Mine Drainage (AMD) which is caused by a reaction between sulfide minerals, oxygen and water. Characteristic of AMD is low pH and contain metals such as cadmium, manganese, and zinc, can cause environmental problems. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. UPTE consists of three IUP is Tambang Air Laya, Banko Barat, and Muara Tiga Besar potentially produce AMD during mining and post-mining. AMD source in Air Laya is Mine excavation, pile, and stockpile. To overcome the effects of AMD, is necessary to the proper management. Therefore, this study aims to identify and analyze the management of acid mine drainage waste in Tambang Air Laya IUP. Method: This research is descriptive, qualitative approach with in-depth interviews, document review and observation. Informants consisted of key informants 3 people and informants 5 people are determined by purposive sampling method. Data validation by triangulation. Result: PTBA have a policy of AMD management plan can be seen from the environment target, SOP, rules, and division of roles/responsibilities. Hierarchy of AMD Waste management is focused on processing the neutralization. Monitoring involves determining the location of the point of compliance and examination of waste parameters and reporting comply with applicable regulations, but there is no specific format of the hierarchical management of AMD in the r eport. Conclusion: It can be concluded that the waste management of AMD in terms of planning, hierarch y management, monitoring and reporting has been done. Management hierarchy AMD prefers AMD sewage treatment efforts at the end of the process, and no specific format for the management of AMD in the report. The research suggestions , PTBA improve the management of AMD to maximize the management hierarchy, and report all the results of the management hierarchy to improve leading practices in the management of AMD. Key words : Acid Mine Drainage, management, waste
ABSTRAK Latar Belakang : Salah satu masalah yang dihadapi perusahaan pertambangan adalah adanya Air Asam Tambang (AAT) yang disebabkan oleh adanya reaksi antara mineral sulfida, oksigen dan air. Ciri khas AAT yaitu pH yang rendah serta mengandung logam-logam seperti kadmium, mangan, dan seng, dapat menyebabkan permasalahan lingkungan. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. UPTE terdiri dari tiga IUP yaitu Tambang Air Laya, Banko Barat, dan Muara Tiga Besar yang berpotensi menghasilkan AAT pada saat penambangan maupun paska penambangan. Sumber AAT di Tambang Air Laya yaitu galian, timbunan, dan stockpile. Untuk mengatasi dampak AAT, perlu dilakukan upaya pengelolaan yang baik. Oleh karena itu, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pengelolaan limbah air asam tambang di IUP TAL Metode : Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi. Informan terdiri dari tiga orang informan kunci dan lima orang informan yang ditentukan dengan me tode purposive sampling . Validasi data dengan triangulasi . Hasil Penelitian : PTBA memiliki kebijakan perencanaan pengelolaan AAT dapat dilihat dari adanya sasaran lingkungan, SOP, peraturan, dan pembagian peran/tanggung jawab. Hirarki pengelolaan limbah AAT difokuskan pada proses pengolahan dengan netralisasi. Pemantauan meliputi penentuan lokasi titik penaatan
dan pemeriksaan parameter limbah serta pelaporan mengikuti peraturan yang berlaku, tetapi tidak ada format khusus mengenai hirarki pengelolaan AAT pada laporan. Kesimpulan : Dapat disimpulkan pengelolaan limbah AAT mulai dari perencanaan, hirarki pengelolaan, pemantauan dan pelaporan telah dilakukan. Hirarki pengelolaan AAT lebih mengutamakan upaya pengolahan limbah AAT di akhir proses, dan format khusus untuk pengelolaan AAT tidak ada. Saran penelitian ini, PTBA meningkatkan pengelolaan AAT dengan memaksimalkan hirarki pengelolaan, serta melaporkan semua hasil kegiatan hirarki pengelolaan untuk meningkatkan praktik unggulan dalam pengelolaan AAT. Kata Kunci : Air Asam Tambang, limbah, pengelolaan
menggunakan air dari Teluk Buyat baik secara langsung maupun tidak langsung mengalami penurunan karena ikan dan air minum mereka terkontaminasi logam berat (arsen dan mangan, sebagian mengandung merkuri)
PENDAHULUAN Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri pertambangan adalah adanya air asam tambang. Kegiatan pertambangan seperti pengupasan tanah penutup (overburden), penggalian batubara, serta waste material menyebabkan tersingkapnya tanah/batuan yang mengandung mineral sulfida, antara lain berupa pirit ( pyrite) dan markasit (marcasite). Mineral sulfida tersebut selanjutnya bereaksi dengan oksigen dan air membentuk air asam tambang. Air asam tambang tersebut akan mengikis tanah dan batuan yang mengakibatkan larutnya berbagai logam seperti besi (Fe), kadmium (Cd), mangan (Mn), dan seng (Zn). Oleh karena itu, selain memiliki pH yang rendah (nilainya berkisar antara 1,5 hingga 4), air asam tambang juga mengandung logam-logam dengan konsentrasi tinggi, sehingga dapat berakibat pada kesehatan masyarakat dan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik (Juari, 2006; 1 Marganingrum & Noviardi, 2010). Permasalahan lingkungan yang ditimbulkan karena pengaruh air asam tambang baik selama kegiatan penambangan adalah menurunnya kualitas air tanah, air permukaan terutama jika dialirkan ke sungai akan berdampak pada biota yang ada di perairan, terutama masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan rumah tangga. Berbagai kasus di Indonesia seperti di Banjarmasin, dimana sedikitnya empat kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara mendapat dampak tercemarnya Sungai Balangan oleh limbah cair tambang batubara
3
( Indonesian CorpWatch, 2008). Prinsip utama pengelolaan asam tambang adalah sedapat mungkin mencegah terbentuknya air asam tambang atau disebut 4
dengan upaya preventif (Gautama, 2012). Salah satu upaya yang dilakukan adalah mencegah terbentuknya air asam tambang di daerah penimbunan batuan penutup-rencana pengelolaan overburden (overburden management plan). Berdasarkan hasil pengamatan pada saat kegiatan magang (Februari 2013), bahwa salah satu upaya pencegahan yang dilakukan oleh PT. Bukit Asam (Persero) yaitu dengan menggunakan metode encapsuled . Tetapi pada kenyataannnya pada kegiatan penambangan terbuka hal tersebut tidak dapat mencegah secara total terjadinya air asam tambang, sehingga untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengolahan yang tepat (Gautama, 2012).4 Menurut Keputusan Menteri Negara 5
Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 bahwa setiap penanggungjawab usaha atau kegiatan pertambangan wajib melakukan pengolahan air limbah yang berasal dari kegiatan penambangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan pengolahan/pencucian, sehingga mutu air limbah yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah. Salah satunya adalah kewajiban setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan batubara untuk mengelola air yang terkena dampak dari kegiatan penambangan melalui kolam pengendapan ( pond). Pengolahan air asam tambang diperlukan agar air limbah dari pertambangan yang menjadi air asam tambang tersebut memenuhi baku mutu lingkungan sebelum dilepaskan ke badan perairan alami (lingkungan). Pengolahan air asam tambang pada umumya
2
PT. Adaro (Tempo, 2009). Limbah yang berasal dari jebolnya kolam pengendapan PT. Adaro pada hari Jumat tanggal 23 November Tahun 2009 menyebabkan sungai di sekitarnya berwarna coklat dengan pH yang asam. Berdasarkan pernyataan WALHI bahwa sumber pencemaran ini adalah arsen dan merkuri dari limbah tambang tersebut yang tidak dikelola dengan baik. Akibat pencemaran ini, kesehatan masyarakat yang 1
digolongkan menjadi dua yaitu pengolahan aktif (active treatment ) dan pengolahan pasif ( passive treatment) (Johnson & Barrie, 6 2005). Berdasarkan data survei awal pada kegiatan magang (Februari 2013) bahwa metode penambangan yang dilakukan di IUP Tambang Air Laya PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah penambangan terbuka (open pit mining ). Pengolahan air asam tambang di IUP Tambang Air Laya PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Unit Pertambangan Tanjung Enim dilakukan secara pasif ( passive treatment ) dan secara aktif (active treatment ). Pada daerah galian, penanganan dilakukan dengan memompakan air yang terakumulasi di dasar tambang kemudian menampungnya ke kolam pengendap lumpur. Selanjutnya air tersebut diberi kapur tohor (CaO) yang bertujuan untuk meningkatkan pH. Sedangkan pada daerah timbunan, penanganan dilakukan dengan pola pengaliran pada permukaan timbunan sehingga air limpasan mengalir ke dalam kolam pengendap lumpur. Kemudian dilakukan dengan cara yang sama seperti penanganan pada daerah galian. Pengolahan limbah air asam tambang secara pasif diaplikasikan dalam bentuk penggunaan wetland . Unit Pertambangan Tanjung Enim memiliki luas 66.414 Ha (Profil PT. Bukit 7
Asam Tbk) meliputi Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat, dan memiliki tiga daerah penambangan yaitu Tambang Air Laya (TAL), Tambang Muara Tiga Besar (MTB) dan Tambang Bangko Barat (BB). Tiga lokasi penambangan tersebut berpotensi menghasilkan limbah air asam tambang dalam proses maupun paska penambangan. Adapun sumber-sumber air asam tambang di IUP Tambang Air Laya yaitu air dari lokasi penambangan (galian), air dari lokasi timbunan dan air dari lokasi stockpile. Pada umumnya air pada lokasi penambangan/galian sangat ekstrim dengan pH 2 sampai 5. Air pengolahan limbah tersebut, disalurkan ke lingkungan melalui anak-anak sungai di
sekitar pertambangan, selanjutnya ke sungai besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan limbah air asam tambang di IUP Tambang Air Laya PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Unit Pertambangan Tanjung Enim ditinjau dari aspek Kebijakan dan perencanaan pengelolaan limbah air asam tambang, hirarki pengelolaan, pemantauan dan pelaporan. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di IUP Tambang Air Laya PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Unit Pertambangan Tanjung Enim. Data yang digunakan berupa data primer dengan wawancara mendalam dan observasi, serta data sekunder dengan telaah dokumen. Sumber informasi yaitu informan kunci dan informan yang ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan informan yang didasarkan pada suatu pertimbangan yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri dan sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya 8
(Notoatmodjo, 2010). Kerangka pikir dibuat berdasarkan teori The International Network For Acid Prevention (1998)9
dan Keputusan Menteri 5
Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 . Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara mendalam, alat perekam, kamera, buku catatan alat tulis dan daftar checklist. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dianalisis dengan teknik analisis kualitatif yaitu analisis isi (content analysis).
HASIL PENELITIAN Kebijakan dan Pengelolaan Limbah Tambang
Perencanaan Air Asam
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci bahwa pengelolaan limbah air asam tambang merupakan salah satu 2
kebijakan dalam sistem manajemen lingkungan dan diintegrasikan dengan sistem manajemen perusahaan dengan adanya sasaran lingkungan, salah satunya menjamin keluaran air dari tambang telah memenuhi baku mutu limbah cair. ….Jadi
kebijakan itu kita buat sasaran lingkungan, salah satunya air buangan dari tambang ini memenuhi baku mutu limbah cair (AM) … Itu kita masukkan dalam sistem manajemen lingkungan, kita gabung dengan sistem di perusahaan (AR)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan informan bahwa SOP pengelolaan lingkungan dituangkan dalam bentuk Tata Laksana (TL) dan Tata Cara Kerja (TCK) yang disusun dengan mengacu pada SML dan Peraturan perundang-undangan mengenai baku mutu limbah cair. Untuk mengefektifkan pelaksanaan SOP di lapangan, diadakan juga upaya sosialisasi SOP tersebut ke seluruh bagian yang bertanggung jawab dan juga adanya pelatihan bagi karyawan mengenai SOP tersebut. Evaluasi SOP dilakukan setiap adanya informasi mengenai metode/teknik yang baru yang lebih efektif dan efisien. ….kalau
untuk PT.BA SOP itu disusun dalam Tata Laksana, dan setelah itu disederhanakan lagi menjadi Tata Cara Kerja (Pr) Standart penyusunan SOP untuk pengelolaan air asam tambang itu adalah SML ISO 14001 versi 2007 (AR) …kalau standart SOP itu yaitu baku mutu limbah cair untuk limbah yang kita buang,(SH) ..jadi kami menginformasikannya ke kawan-kawan di lapangan itu bisa lewat safety talk, atau pas kita ke lapangan,(Am)
Berdasarkan kegiatan observasi saat kegiatan safety talk yang dilaksanakan seminggu sekali, bahwa dalam kesempatan tersebut asisten manajer dan supervisor menyampaikan pedoman praktis mengenai pekerjaaan mereka seperti yang tertulis pada rumusan SOP tersebut. Pada umumnya format SOP tersebut terdiri dari judul, kode dokumen, nama dan tanda tangan yang membuat, memeriksa dan menyetujui, tujuan, ruang lingkup, defenisi, acuan, peralatan dan bahan (jika pedoman teknis), rincian tata kerja,
bagan alir tata cara kerja, keterkaitan dokumen, lampiran, riwayat perubahan. Di setiap halaman tercantum nomor dokumen, nomor revisi dan nomor halaman. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan informan bahwa Dalam pengelolaan air asam tambang, PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. menggunakan peraturan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. yang menjadi acuan ….undang-undang payungnya lah… , kemudiaan turun ke masalah Permen, KEPMEN masalah air, ada KepMenLH , KepMen ESDM, PP, perda juga, perda kita itu Pergub Sumsel, (AR)
Berdasarkan telaah dokumen hasil pemeriksaan parameter limbah bahwa peraturan yang digunakan dalam penentuan nilai baku mutu limbah cair yaitu Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 18 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Limbah Industri, Hotel, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan Batubara. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan informan bahwa Pengelolaan air asam tambang menjadi tanggung jawab perusahaan, yang melibatkan semua departemen (bagian). ..Ada tiga fungsi disini, fungsi perencanaan ada di perencanaan, kemudian setelah pengelola itu yang disebut fungsi pengelolaan itu ada di keloling , ada monitoring atau pengawasan (AR)
Berdasarkan observasi dan telaah dokumen bahwa dalam pengelolaan lingkungan temasuk salah satunya pengelolaan limbah AAT, PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. UPTE membagi peran dan tanggung jawab mulai dari perencanaan, pengelolaaan dan pengawasan. Ke 3 (tiga) fungsi tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Senior Manajer Perencanaan dengan beberapa satuan kerja yang terkait dalam perencanaan misalnya perencanan penambangan, operasi, lingkungan dan harian berperan sebagai pembuat kebijakan. Satuan Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Penunjang Tambang berperan sebagai pelaksana perencanaan yang telah disusun oleh Satuan kerja pada perencanaan. Satuan Kerja 3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan (K3/KL) berperan sebagai pengawas pelaksanaan pengelolaan.
Hirarki Pengelolaan Limbah Air Asam Tambang Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan informan bahwa PTBA telah melakukan uji geokimia batuan bekerja sama dengan LAPI ITB, pada umumnya formasi batuan di IUP Tambang Air Laya terdiri dari batuan Potencial Acid Forming (PAF). Metode pencegahan yaitu metode encapsuled. Tetapi dalam pelaksanaannya, metode ini belum maksimal dilakukan karena kurangnya material batuan non asam. ..jadi untuk di sini lapisan PAF nya hanya 75%90%, sisanya batuan yang berpotensi non asam,itu iasanya apisan itu a a iantara - yang a a NAF nya, jadi hanya sedikit yang ada NAF nya…..bahkan ada sebagian yang tidak ada NAF nya (AR) Jadi kita melakukannya dengan encapsul (Sh)
… Kita
belum ada pemulihan kandungan dari air limbah itu untuk produk yang lain, misalnya menggunakan Fe sama Mn, (AR) …kalau itu dulu yang digunakan adalah lumpur dari KPL, Jadi begini , setiap tahun kan diadakan pengurasan lumpur, itu digunakan untuk timbunan (Am) 10
Berdasarkan hasil telaah dokumen RKL diketahui bahwa sumber dampak air asam tambang adalah pengupasan tanah pucuk, penimbunan lapisan tanah penutup, penyaliran/penirisan tambang serta penggalian dan penimbunan batubara. Air tersebut disalurkan ke Kolam Pengendapan Lumpur (KPL) melalui inlet. Tabel 1. Hasil Pengukuran Di Inlet (Juli, 2013)
No
Lokasi Sampling
pH
TSS (mg/L)
Besi (Fe) (mg/L)
1
Inlet KPL Suban Inlet KPL Sungai apa an Inlet KPL Sungai Limau Inlet KPL Sun ai Tupak TowerKPL 4 Inlet Inlet KPL Sungai Mere Inlet KPL Saluran ALP Inlet KPL Stockpile II Inlet KPL Stockpile 1 (Cik Ayib) Inlet KPL Tim. MTBU Pit. 1 Utara
5.5
20.70
0.044
Manga n (Mn) (mg/L ) 0.011
5.5
18.30
0.055
0.201
5.4
24.00
0.047
0.008
5.5
20.5
0.014
0.005
5.6 5.5
24.9 17.70
0.027 0.214
0.011 0.014
5.6
18.70
0.044
0.036
5.7
16.00
0.114
0.027
5.7
19.8
0.051
0.011
5.5
26.4
0.145
0.025
5.6
25.3
0.501
0.221
5.5
19
0.045
0.018
2
3
hanya di MTB, itu pun hanya sedikit NAF nya antara lapisan A1-A2 , jadi susah. Untuk yang tidak ada NAF nya, belum ada program Berdasarkan hasil wawancara dengan pencegahan (Sh)
informan kunci dan informan bahwa mitigasi dilakukan dengan mengatur aliran air asam tambang dari setiap sumbernya, mengurangi volume air di sumber sebelum dialirkan ke taha en olahan den an reuse untuk penyiraman jalan dan alat-alat berat, recyle air tambang untuk air bersih perkantoran. orang penambangan harus mengeringkan mine sump ,untuk di galian juga kita buat KPL, kalau di timbunan kita buat juga KPL, jadi untuk mengalihkannya kita buat saluran .. untuk di Tambang Air Laya air yang berasal dari mine sump dikumpulkan di kolam reuse lalu dialihkan ke WTP untuk direcyle (Sh) ,,,, ada paling kita gunakan untuk penyiraman jalan, dengan menggunakan tanki (AR)
4
5 6
7
8
9
….Itu
Berdasarkan hasil wawancara dengann n orman unc an n orman a wa upaya recovery lumpur dan air asin tidak diterapkan, lum ur han a di unakan untuk daerah timbunan.
10
11
12
Inlet KPL Timbunan MTS Inlet KPL wetland MTBU ne
.
.
.
.
Lawai
4
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan informan bahwa untuk mengolah air asam tambang di IPAL (yaitu kolam pengendapan lumpur), PTBA menggunakan metode aktif dengan menetralkan asam dan logam menggunakan senyawa kimia dan pasif dengan menggunakan wetland di IUP Tambang Air Laya. Kedua metode ini efektif dilakukan karena disesuaikan dengan kondisi air limbah yang akan diolah, tetapi dari aspek biaya metode aktif menggunakan biaya yang lebih besar termasuk biaya senyawa kimia dan biaya perawatannya . …..ya,
kalau aktif saat ini kita menggunakan kapur tohor (AR) ,, Kalau pasif kita menggunakan wetland, ,,Kalau keduanya kita disini termasuk efektif, karena kita menggunakan metode tersebut sesuai limbahnya ,, Yah, ya jelas lebih murah wetland, kan Cuma pembuatannya aja itu butuh biaya, kalau kapur kita hampir 3 triliun setiap tahunnya kita gunakan kapur (Sh)
Berdasarkan observasi di lapangan, bahwa perlakuan aktif dilakukan pada kolam pengendapan lumpur. Bahan yang sering digunakan untuk penanganan pH, logam Fe dan Mn adalah kapur tohor (CaO) disebabkan karena memiliki keunggulan dibanding bahan yang lain. Adapun karakteristik limbah air asam tambang dengan lokasi sampel di effluent (outlet) akan disajikan dalam tabel berikut; Tabel 2. Hasil Pengukuran Di Outlet (Juli, 2013) No
1
KPL Suban
6.2
TSS (mg/ l) 4.18
2
KPL
6.2
4.18
0.066
0.0 25 0.025
6.2 6.1
7.94 5.9
0.182 0.056
0.215 0.044
6.3
5.4
0.143
0.002
6.1
6.44
0.084
0.0951
6.1 6.2 .
7.10 4.85 .
0.361 0.104 .
0.0981 0.1134 .
6.2
6.0
0.014
0.076
3 4 5 6
7 8
11
Lokasi Sampling
Mahayung 1 KPL Napalan KPL Lima S. Lintang KPL Em at S. Lintang KPL TPA/Predum p KPL Limau KPL Tupak ower Mere KPL Saluran ALP
pH
Fe (mg/l)
0.066
Mn (mg/l)
No
Lokasi Sampling
pH
12
KPL Stockpile 2 KPL Stockpile 1 (Cik Ayib) KPL Back Filling MTBS KPL Back Filling MTBS (S. Lawai Lama) KPL Timbunan MTBU PIT.1 Utara KPL Timbunan MTS KPL Wetlend MTBU KPL Galian MTB Wetlend
13
14 15
16
17
18 19
6.1
TSS (mg/ l) 3.48
0.114
0.041
6.1
8.24
0.055
0.075
6.3
4.1
0.115
0.104
6.0
3.52
0.451
0.431
6.1
178
4.03
0.105
6.8
5.15
0.036
0.88
6.9
6.9
0.114
0.024
7.0
4.63
0.056
0.014
Fe (mg/l)
Mn (mg/l)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan informan bahwa dalam hirarki pengelolaan limbah air asam tambang, upaya yang paling dominan dilakukan adalah upaya kuratif. …..mungkin
pencegahan belum ya, karna kita lebih ke upaya kuratif..
Pemantauan Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan informan bahwa lokasi penaatan pembuangan air limbah diajukan ke pemerintah setempat sebagai bentuk perizinan. Adapun lokasi titik penaatan pembuangan limbah air asam tambang di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. UPTE yaitu di outlet KPL. …… Pada awalnya kita mengacu pada peta perencanaan, dari situ kita lihat dulu apakah ada pembuangan limbah cair, kalau sekarang kita harus buat dulu KPL nya, baru kita ajukan ke pemer n a se empa er asar an a uran yang berlaku, nanti pihak pemerintah setempat berdasarkan Izin Usaha Pertambangan (AW) ,,,,,titik penaatan itu biasanya yang pasti di outlet, jadi dititik akhir outlet sebelum masuk ke parairan (Pr)
Berdasarkan data hasil emeriksaan m a a r am ang yang guna an pa a penelitian ini (sumber: pengawas lingkungan) pengukuran berjumlah 19. Tetapi berdasarkan observasi di lapangan bahwa saat ini terdapat 18 titik penaatan untuk limbah air asam am ang am ang r aya. informan
kunci
dan
informan
bahwa 5
pemeriksaan parameter limbah dilakukan harian dan bulanan. Adapun parameter yang dipantau secara harian adalah pH dan debit air dilakukan oleh pihak internal PTBA, sedangkan untuk bulanan yaitu ph, TSS, Fe dan Mn yang dilakukan oleh pihak internal dan eksternal (BLH Sumatera Selatan) PTBA. Sebagai evaluasi, baku mutu yang digunakan adalah baku mutu berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan. …… Kalau swapantau harian dilakukan oleh pihak keloling, jadi diadakan pengukuran setiap harinya (Am) …., kalau untuk yang bulanan, itu BLH selalu datang untuk mengecek, jadi itu pihak ke tiga kita untuk melakukan pengukuran ……kita juga lakukan pengukuran setiap bulannya sebagai pembanding (Zh) …..jadi untuk air itu kita pakai, eh,,, pergub no 18 tahun 2005, sebenaranya ada juga permen lh dari 113 tahun 2003, kalau yang pergubnya yang 16 2005, itu untuk baku mutu sungai ya, kalau yang 113 2003 itu tentang limbah pertambangan, jadi yang kita gunakan yang pergub,,,(pr)
Berdasarkan dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) metode yang dilakukan untuk pemantauan kualitas air (timbulnya air asam tambang) adalah dengan melakukan analisis kimia dan perpaduan sifatsifat kimia/fisika air di lapangan dan membandingkannya dengan ketentuan baku mutu air sungai seperti tercantum pada Peraturan Pemerintah Daerah yang berhubungan dengan kualitas buangan air limbah. Berdasarkan hasil observasi di lapangan bahwa PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. melakukan pemantauan terhadap parameter limbah air asam tambang harian maupun bulanan. Harian dilakukan setiap hari oleh petugas lapangan dari satuan kerja Pengelolaan Lingkunga, bulanan dilakukan dua kali dalam sebulan oleh Pengawas Lingkungan (internal) dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi (eksternal).
Pelaporan Hasil Pengelolaan Limbah Air Asam Tambang Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dan informan bahwa pelaporan bukti pengelolaan limbah ke
eksternal sesuai dengan peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dalam laporan tersebut tidak ada bab khusus untuk pengelolaan air asam tambang , melainkan digabung dengan bab yang lain. Adapun pihak eksternal yang dituju yaitu pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten dan Kementerian ESDM setiap tiga bulan sekali. ..jadi kita mengrimkan laporan itu ke dua pihak yaitu ke ESDM dan ke BLH, jadi formatnya kita ada dua, ada versi ESDM dan versi BLH. Jadi kita gabungkan ke laporan triwulan, kita tidak ada bab pengelolaan air asam tambang, jadi tidak ada, jadi digabung aja jadi satu, jadi pengelolaan air asam tambang …
tidak ada point abc, kalau laporannya dibuat aja misalnya pengurasan lumpur, hasil pengukuran parameter air, itu semua dilaporkan ke pusat, jadi tidak ada spesifikasi untuk laporan hasil pengelolaan air asam tambang (Ts) Jadi kita melaporkan yang berhubungan dengan pengolahan air asam tambang, yaitu ada mengenai kondisi KPL, kita melaporkan ke BLH provinsi, kabupaten, danke kepala pengendalian pencemaran pertambangan; energi dan migas yang dijakarta. pelaporan kita lakukan setiap sekali 3 bulan ….(Ts)
Hasil observasi diketahui bahwa pelaporan pengelolaan lingkungan digabung 11 dalam laporan Triwulan , yang disampaikan ke instansi-instansi sebagai berikut: 1. Deputi IV. Men.LH Bid. Pengelolaan B3 dan LB3 Pertambangan Energi dan Migas, Jakarta 2. Asdep II. Bid. Pengendalian Pencemaran Pertambangan, Energi dan Migas, Jakarta 3. Kepala Pusat Pengelolaan LB3 4. Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Selatan 5. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Muara Enim 6. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lahat. Berdasarkan observasi pada laporan triwulan bahwa data yang dimuat di dalamnya yang berhubungan dengan pengelolaan limbah air asam tambang adalah hanya data upaya mitigasi, data pengolahan limbah AAT dan hasil pemeriksaan parameter limbah. Data mengenai upaya pencegahan tidak dicantumkan dalam laporan tersebut.
6
PEMBAHASAN Kebijakan dan Pengelolaan Limbah Tambang
Perencanaan Air Asam
Kebijakan merupakan kekuatan dari semua sistem yang mampu memberikan semangat dan daya gerak untuk keberhasilan suatu usaha (Ramli, 2009).12 Setiap perusahaan harus mempunyai kebijakan pengendalian dan pengelolaan lingkungan baik untuk tahap pencegahan, minimalisasi limbah maupun pengolahan limbah pada unit Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL). Hal ini 13 sesuai dengan hasil penelitian Pratiwi (2013) bahwa kebijakan pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan penanggulangan pencemaran dalam meningkatkan baku mutu lingkungan. Menurut The International Network For Acid Prevention9 setiap perusahaan pertambangan harus membuat suatu pengendali operasional termasuk salah satunya adalah Standard Operational Procedure. Pada umumnya standar yang digunakan untuk panduan pengelolaan air asam tambang di setiap negara adalah air limbah keluaran dari tambang yaitu memenuhi setiap peraturan yang berlaku, tetapi juga hal ini harus tetap memperhatikan efektif dan efisiennya upaya pengelolaan (The 9
International Network For Acid Prevention) . Dalam hal ini PTBA telah menyediakan SOP dalam bentuk TL dan TCK untuk masingmasing kegiatan dalam pengelolaan limbah air asam tambang dengan mengikuti standar peraturan lingkungan. 14 Menurut EPA (2007) setiap organisasi mempunyai format internal yang bervariasi tergantung masing-masing organisasi tersebut. 14
Tetapi EPA (2007) menyarankan format umum yang digunakan terdiri dari judul halaman, identifikasi SOP (terdiri dari kode, nomor, tanggal penerbitan, tanggal revisi, nama lembaga yang berlaku, divisi atau cabang SOP berlaku, nama dan tanda tangan orang-orang yang menulis, memeriksa da menyetujui), daftar isi (jika SOP panjang), isi
atau teks SOP (terdiri dari tujuan, informasi peraturan dan standar, ruang lingkup, istilah khusus, prosedur sekuensial yang harus diikuti, keterangan peralatan, kualifikasi personal, pertimbangan keamanan), penjelasan semua kegiatan sesuai prosedur, daftar kutipan dan referensi. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada umumnya format SOP tersebut terdiri dari judul, kode dokumen, nama dan tanda tangan yang membuat, memeriksa dan menyetujui, tujuan, ruang lingkup, defenisi, acuan, peralatan dan bahan (jika pedoman teknis), rincian tata kerja, bagan alir tata cara kerja, keterkaitan dokumen, lampiran, riwayat perubahan. Di setiap halaman tercantum nomor dokumen, nomor revisi dan nomor halaman. 14 Menurut EPA (2007), bahwa SOP harus secara sistematis ditinjau/evaluasi secara periodik, misalnya setiap 1-2 tahun, tanggal dan frekuensi revisi harus dicantumkan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa setiap SOP dilakukan revisi sebagai upaya perbaikan jika ada teknologi atau metode yang lebih baik dari sebelumnya. Jadi SOP direvisi hanya jika menemukan metode yang baru yang lebih efektif dan efisien. Pada kolom notasi pengendalian dokumen dituliskan jumlah revisi dan tanggal terakhir direvisi. Dari segi perencanaan pengelolaan air asam tambang, PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. UPTE telah menyediakan SOP untuk setiap kegiatan pengelolaan limbah air asam tambang yang mencakup beberapa bagian/satuan kerja. SOP tersebut mempunyai standar yang sesuai peraturan, menggunakan format tertentu, direvisi sesuai adanya metode/teknik baru, dan disosialisasikan kepada karyawan. Dari segi pengadaan SOP untuk pengelolaan limbah air asam tambang telah dilakukan baik oleh perusahaan ini. Tetapi yang paling penting dari adanya SOP di suatu perusahaan adalah penerapan/implementasi SOP tersebut. Menurut The International Network For 9 Acid Prevention bahwa setiap perusahaan pertambangan, terlepas dari ukuran besar 7
luasnya pertambangan perlu mematuhi peraturan perundang-undangan nasional di negara mereka beroperasi, misalnya di Indonesia adanya Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003. Tetapi menurut peraturan ini, setiap usaha/kegiatan dapat menggunakan peraturan daerah misalnya peraturan dari gubernur atau bupati, dengan syarat nilai baku mutu harus sama atau lebih ketat dari Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 113. Meskipun perusahaan pertambangan tidak diwajibkan untuk mematuhi pedoman global yang kecuali itu adalah kondisi pendanaan, akan dianggap praktik Good Corporate untuk mematuhi pedoman tersebut kecuali hal itu bertentangan dengan peraturan atau persyaratan lainnya (The International Network For Acid 9 Prevention ). Dari segi perencanaan perusahaan ini telah mengakses dan mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku baik global, nasional maupun daerah. Bukti ketaatan terhadap peraturan yang berlaku merupakan salah satu komitmen yang harus dimiliki setiap perusahaan. Pada umumnya peraturan yang digunakan mengarah kepada nilai baku mutu air limbah yang dihasilkan dari perusahaan. Dalam hal ini, PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. UPTE menggunakan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 18 Tahun 2005. Jadi apabila perusahaan tersebut telah memenuhi peraturan itu, menurut The International Network For Acid 9 Prevention perusahaan tersebut dianggap telah mengikuti praktik Good Corporate. Peran/fungsi, tanggung jawab dan kewenangan harus ditetapkan, didokumentasikan dan disampaikan untuk menunjang terciptanya manajemen lingkungan yang efektif (ISO 14001:2007). Menurut The International Network For Acid 9
Prevention , kunci atau komponen struktur pengelolaan air asam tambang terdiri atas senior manajer untuk sistem manajemen lingkungan perusahaan, departemen lingkungan sebagai pengawas, kepala ahli geologi, para manajer tambang sebagai pelaksana.
Hirarki Pengelolaan Limbah Air Asam Tambang Menurut Gautama (2012) 4 prinsip utama pengelolaan air asam tambang adalah sedapat mungkin mencegah terbentuknya air asam tambang. Menurut The International Network 9
For Acid Prevention , kunci dari upaya pencegahan adalah dengan cara menutup batuan yang dapat menghalangi suplai oksigen dan air. Metode yang umum diterapkan dalam penimbunan overburden adalah encapsulation dan layering yaitu metode dengan menempatkan material PAF dan NAF sedemikian rupa. Demikian halnya upaya pencegahan yang dilakukan di IUP Tambang Air Laya yaitu dengan metode encapsuled. Tetapi upaya ini belum maksimal dilakukan karena kurangnya material NAF untuk menutupi material PAF. Menurut informan ahli, bahwa jika material PAF lebih besar daripada material NAF maka dalam proses enkapsulasi perlu dilakukan proses kompaksi, jika diperlukan menggunakan roller dan dilakukan secara berlapis (stratified). Melakukan upaya pencegahan terbentuknya air asam tambang dapat meminimalkan beban pengendalian dan pengolahan. Hasil penelitian 15
Santoso dan Setiawan (2009) di PT. KPC Tambang Batubara bahwa hasil pengukuran pH kolam paska tambang (kolam Sangatta North dan Kolam Surya) relatif stabil walaupun tidak diberikan perlakuan. Hal ini disebabkan proses penanganan air asam tambang yang diawali dengan proses pencegahan pembentukan AAT sudah dilakukan dengan pemisahan material PAF dan NAF sehingga penanganan penutupan menjadi proporsional. Prinsip dasar pencegahan pencemaran adalah suatu proses perencanaan dan perancangan untuk mencegah dan menghentikan proses-proses hidrologi, kimia, dan termodinamika yang menyebabkan pencemaran pada lingkungan perairan (The 9
International Network for Acid Prevention) . Minimalisasi limbah adalah segala upaya mengurangi beban berbagai fasilitas 8
pengolahan, penyimpanan, atau pembuangan limbah berbahaya dengan mengurangi jumlah 16
atau daya racunnya (USEPA; KLH, 2008) . Upaya mitigasi dapat menghindari dampak air asam tambang tersebut terhadap kualitas air di sekitarnya. Hasil penelitian Santoso dan 15
Setiawan (2009) bahwa pengalihan air dari timbunan batubara diarahkan ke KPL dapat menghindari dampak air asam tambang terhadap kualitas badan air permukaan terdekat. Upaya pencegahan pencemaran atau minimalisasi dampak dengan mitigasi telah dilakukan di IUP Tambang Air Laya dengan mengalihkan limbah air asam dari setiap sumber dengan adanya saluran dan KPL, serta upaya reuse dan recyle air sebelum dialirkan ke IPAL. Pergeseran paradigma telah terjadi dalam penanganan dan pengelolaan residu pengolahan, seperti lumpur dan air asin (The 9
International Network For Acid Prevention) Recovery pada lumpur juga dapat menghasilkan produk sampingan seperti pigmen atau pewarna. Hasil penelitian Hedin 17
(2003) , diketahui dari 2000 ton lumpur dari saluran bekas pertambangan batubara dibarat daya Pennsylavania, diproses dan menghasilkan 100 ton pewarna mentah. Kandungan lumpur yang digunakan yaitu logam besi. Tetapi menurut The International 9
For Acid Prevention bahwa pemulihan lumpur dan air asin harus mempertimbangkan dampak lingkungan jangka panjang. Upaya recovery belum dilakukan di Tambang Air Laya karena teknologi yang kurang memadai. Sementara saat ini, sebagian lumpur digunakan untuk daerah timbunan. Data hasil pemeriksaan parameter limbah dibandingkan dengan nilai baku mutu limbah cair menurut KepMen LH No. 113 Tahun 5 2003. Pada umumnya keadaan di inlet menunjukkan parameter keasaman (PH) masih berada dibawah BMCL. Menurut The 9
International Network for Acid Prevention , metode pengolahan air asam tambang ada tiga yaitu pengolahan aktif (active treatment),
pasif (passive trearment) dan in situ treatment . Pada umumnya setiap metode tersebut melakukan beberapa perlakuan yaitu penetralan, penghapusan logam, desalinasi, dan pengobatan target polutan tertentu. Metode aktif dilakukan dengan cara mengolah air asam tambang dengan bahan kimia dengan tujuan meningkatkan pH, menetralkan keasaman dan mengendapkan logam terlarut. Menurut The International 9
Network for Acid Prevention beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih senyawa alkali untuk netralisasi termasuk diantaranya adalah penanganan bahan (termasuk jalan/transportasi bahan, penyimpanan, penyusunan dan penggunaan dosis). Perusahaan ini menggunakan netralisasi dengan senyawa kimia kapur tohor. Hal ini dilakukan dengan perawatan yang terus menerus sehingga perlakuan aktif memerlukan biaya yang besar. Untuk itu diupayakan perlakuan pasif dengan metode wetland. Tetapi metode ini hanya digunakan untuk air asam dengan debit rendah dan parameter air yang tidak ekstrim. Hasil Penelitian Cynthia et all (2010)18 bahwa sistem passive treatment yang merupakan gabungan sistem kapur (ALD) dan rawa buatan (wetland) secara efektif dan efisien dalam meningkatkan ph dan menurunkan kandungan padatan tersuspensi, logam dan sulfat air asam tambang. Limbah air asam tambang yang diberi perlakuan dengan proses pasif dan aktif dialirkan ke lingkungan melalui titik outlet. Analisa dilakukan pada kualitas air yang masuk ke luar dari KPL dengan membandingkannya dengan nilai Baku Mutu Lingkungan menurut KepMen LH 5
No. 113 Tahun 2013 . Limbah air tambang dari PT. Bukit Asam (Persero) pada umumnya sudah memenuhi Baku Mutu Lingkungan dan mempunyai kelayakan untuk dialirkan ke perairan disekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian dan dibandingkan dengan teori yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa hirarki pengelolaan limbah air asam tambang di PT. Bukit Asam 9
(Persero), Tbk. sudah diterapkan. Tetapi masih terdapat beberapa upaya peningkatan pelaksanaan di lapangan, sehingga fokus pengelolaan bukan hanya kualitas limbah yang sudah diolah, tetapi sebelum limbah tersebut masuk ke IPAL ( settling pond) dengan adanya upaya pencegahan, minimalisasi dan recovery yang menghasilkan produk sampingan bernilai jual.
Pemantauan Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003 bahwa lokasi titik penaatan ditetapkan oleh Bupati/Walikota setelah adanya pengajuan dari perusahaan yang bersangkutan. Lokasi titik penaatan tersebut harus berada pada saluran air limbah yaitu di Outlet kolam pengendapan lumpur. Demikian halnya dengan upaya penentuan lokasi titik penaatan yang dilakukan di Tambang Air Laya yaitu dengan mengajukannya ke pemerintah setempat berdasarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Lokasi titik penaatan tersebut berada di outlet. Tetapi terdapat perbedaan jumlah titik penaatan di setiap satuan kerja yang menangani pengelolaan air asam tambang. Hal ini akan mempengaruhi biaya pemeriksaaan parameter limbah oleh eksternal perusahaaan. Indikator keberhasilan pengelolaan air asam tambang adalah air limbah keluaran dari unit pengolahan limbah sesuai atau dibawah Baku Mutu Limbah Cair (BMLC). Dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 6 113 Tahun 2013 beberapa hal yang dipersyaratkan dalam peraturan ini yaitu: a. Melakukan swapantau (self monitoring ) kadar parameter baku mutu air limbah, sekurang-kurangnya memeriksa pH air limbah dan mencatat debit air limbah harian . Kegiatan ini dilakukan oleh Pengelola Lingkungan. Dalam hal ini, PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. UPTE telah memenuhi aturan yang berlaku. b. Mengambil dan memeriksa semua kadar parameter baku mutu air limbah secara periodik sekurang-kurangnya 1 kali dalam
1 bulan yang dilaksanakan oleh pihak laboratorium yang terakreditasi. Pemeriksaan parameter air limbah bulanan yang dilakukan oleh PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. UPTE sebanyak dua kali, satu kali dilakukan oleh internal (PTBA) dan satu kali dilakukan oleh pihak eksternal (BLH Provinsi) yang telah terakreditasi. Dalam hal ini, perusahaan ini telah memenuhi aturan yang berlaku. c. Untuk parameter air limbah yang dipantau adalah pH,TSS, Besi, Mangan. Demikian halnya dengan perusahaan ini, parameter yang dipantau setiap bulannya yaitu pH, TSS, Besi, dan Mangan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pemantauan parameter limbah meliputi penentuan lokasi titik penaatan dan pemeriksaan parameter limbah di Tambang Air Laya telah dilakukan 6
sesuai Kepmen LH No. 113 Tahun 2003 .
Pelaporan Menurut Kepmen LH No. 113 tahun 2003 setiap usaha pertambangan batubara wajib melaporkan hasil analisis air limbah dan debit harian sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan gubernur dan menteri, serta instansi lain yang terkait sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal ini telah dilakukan oleh PT. Bukit Asam (Persero), Tbk UPTE dengan mengikuti peraturan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kementrian Energi Sumber Daya Mineral. Hasil penelitian Mudd (2005) pada perusahaan pertambangan yang menerapkan sustainable of mining di India bahwa sedikit perusahaan pertambangan yang melakukan pelaporan mengenai batuan sisa Baquni (2007) menyarankan untuk menunjukkan praktik unggulan pelaporan ekplisit mengenai batuan sisa (tailing dan batuan berpotensi sumber AAT) dan proporsinya yang mengandung mineral sulfide dapat dimasukkan ke dalam persyaratan pelaporan. Pelaporan hasil pengelolaan limbah air asam tambang telah dilakukan oleh PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. 10
UPTE dengan mengikuti Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 bahwa setiap perusahaan pertambangan wajib melaporkan hasil analisis air limbah dan debit air ke pemerintah setempatnya sekurangkurangnya tiga bulan sekali. Dalam hal ini sudah baik dalam teknis pelaporan ke pihak eksternal. Tetapi untuk meningkatkan praktik unggulan dalam pengelolaan AAT, perusahaan ini perlu mencatumkan data lain seperti data upaya pencegahan dengan metode enkapsulasi. Meskipun pelaporan data ini tidak diwajibkan oleh peraturan setempat, tetapi hal ini dapat meningkatkan citra perusahaan dalam pengelolaan limbah air asam tambang.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1. Kebijakan pengelolaan lingkungan diintegrasikan dengan sistem manajemen perusahaan dengan adanya sasaran lingkungan. Standard Operating Procedure dituangkan dalam bentuk Tata Kerja (TCK). Peraturan yang digunakan untuk pengelolaan air asam tambang yaitu mulai dari peraturan global, nasional dan daerah. Pengelolaan limbah air asam tambang di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. dilakukan oleh Satuan kerja Perencanaan Lingkungan sebagai perencana, Satuan Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Penunjang Tambang sebagai eksekutor, dan Sub Satuan Kerja Pengawas Lingkungan sebagai fungsi monitoring. 2. Upaya pencegahan air asam tambang dilakukan dengan metode encapsuled belum maksimal dilakukan. Minimalisasi dengan mitigasi dilakukan dengan pengalihan air asam dari setiap sumbernya dan dengan upaya reuse untuk penyiraman jalan dan alat berat serta recyle untuk persediaan air bersih perkantoran. Upaya recovery lumpur dan air asin tidak dilakukan karena teknologi yang belum
memadai. Pada pengukuran di inlet parameter yang belum memenuhi baku mutu lingkungan yaitu pH. Metode pengolahan air asam tambang yang diterapkan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. UPTE yaitu pengolahan aktif dengan menggunakan kapur tohor, dan pengolahan pasif dengan menggunakan wetland . Dalam Hirarki Pengelolaan Limbah Air Asam Tambang, upaya yang paling dominan dilakukan yaitu upaya pengolahan air limbah di akhir proses. 3. Dalam pemantauan diketahui bahwa upaya penentuan lokasi titik penaatan dan pemeriksaan parameter limbah t elah sesuai dengan KepMen LH No. 113 Tahun 2003. Tetapi dalam teknis terdapat kekurangan yaitu mengenai jumlah titik penaatan. 4. Upaya pelaporan yang dilakukan telah dilakukan sesuai dengan KepMen LH No. 113 Tahun 2003. Tetapi PT. Bukit Asam perlu mencamtumkan semua upaya pengelolaan dalam hirarki pengelolaan sebagai bukti perusahaan menerapkan praktik unggulan dalam hirarki pengelolaan limbah air asam tambang. Adapun saran yang untuk penelitian ini yaitu 1. Meningkatkan pelaksanaan SOP, akses terhadap peraturan dan kerja sama serta koordinasi disetiap satuan kerja yang bertanggung jawab dalam pengelolaan air asam tambang. 2. Mengoptimalkan upaya pengelolaan sesuai dengan hirarki pengelolaan terutama upaya pencegahan, pengendalian pencemaran dan minimalisasi. 3. Setiap satuan kerja yang bertanggung jawab terhadap pemantauan harus mempunyai informasi yang sama mengenai jumlah titik penaatan untuk menghindari adanya pemborosan biaya pemeriksaan parameter limbah. 4. Mencatumkan semua upaya pengelolaan sesuai dengan hirarki pengelolaan untuk meningkatkan praktik unggulan dalam pengelolaan limbah AAT.
11
DAFTAR PUSTAKA 1. Marganingrum, Dyah & Noviardi, R. Pencemaran Air dan Tanah Di Kawasan Pertambangan Batubara Di PT. Berau Coal Kalimantan Timur . Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI. (Riset Geologi dan Pertambangan), [Online] Dari: http://www.geotek.lipi.go.id/riset . 2010 2. Tempo. 28 Oktober. Pencemaran Limbah PT. Adaro, Lumpuhkan Balangan dan Amuntai. Banjarmasin. Dari http://www.tempo.co/read/news/2009/10/2 8. 2009. 3. Indonesian CorpWatch. PT. Newmont Minahasa Raya, Pencemar Teluk Buyat. Minahasa: Watch Newmont Minahasa Raya. Dari http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/in dustri/070821. 2007. 4. Gautama, Rudy Sayoga. Pengelolaan Air Asam Tambang . Forum Pengelola Lingkungan Pertambangan Mineral & Batubara, Bandung. 2012 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan Atau Kegiatan Pertambangan Batubara. 6. Johnson, D. Barrie & Kevin B. Hallberg. 2005. Acid mine drainage remediation options : a review. Science of the Total Environment 338. School of Biological Sciences, University of Wales, Bangor ’ An International Journal of Environment, [online].Dari: http://www.hsph.harvard.edu 7. PT. Bukit Asam Tbk. 2009. Laporan Annual Tahun 2009 Report . [online] dari http://ptba.co.id/assets/datafiles 8. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 2010 9. The International Acid For Prevention (INAP).1998. Mine Waste Treatment . [online] dari www.gardguide.com 10. PT. Bukit Asam. 2004. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Pengembangan Unit Pertambangan Tanjung Enim PT. Tambang Batubata Bukit Asam (Persero), Tbk. di Kabupaten Muara Enim dan Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.
11. PT. Bukit Asam. 2013. Laporan Triwulan II Tahun 2013 Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan UPTE . 12. Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk Manajement . P. Dian Rakyat: Jakarta. 2010. 13. Pratiwi, Anti Dewi. Pengaruh Pelaksanaan Kebijakan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap Manajemen Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Manajemen Penangggulangan Pencemaran Air Dalam Meningkatkan Baku Mutu Lingkungan. Jurnal. 2013 14.Environmental Protection Agency (EPA). Guidance For Standard Operating Procedures (SOPs). United States Environmental Protection Agency, Washington . 2007 15. Santoso, Arif Dwi, Agus Setiawan. 2009. Mengapa pH Kolam Bekas Tambang Relatif Stabil (studi kasus pada Kolam Surya dan Sangatta North di Areal PT. KPC Sangatta Kalimantar Timur . Badan Pengkajian dan Penerapan Lingkungan, Jakarta 16. Tim Penyusun Buku KLH. 2008. Pedoman Teknis Pengelolaan Air Limbah Tambang Batubara Terbuka. Kementerian Negara Lingkungan Hidup 17. Hedin, Roberts S. 2003. Recovery of marketable iron oxide from mine drainage in the USA”. ©2003 EPP Publications Ltd, [online] dari http://www.hedinenv.com, tanggal 13 September 2013. 18. Cynthia, Henni, et all. 2010. Pengolahan Air Asam Tambang Menggunakan Sistem Treatment ” , Pusat Penelitian “ Passive Limnologi-LIPI. 19. Mudd, GM. 2005. An Assessment of the Sustainability of the Mining Industry in Australia,’ Proceedings Environmental Engineering & Sustainability 2005 National Conference, Society for Sustainability and Environmental Engineering (Engineers Australia), Sydney, Australia, p. 6. Praktek 20. Baiquni Hendry (eds). 2007. Unggulan Berkelanjutan Untuk Industri Pertambangan : Mengelola Drainase Asam dan Logam Commonwealth Copyright Administration, Intellectual Property Branch, Department of Communications, Information
Technology
and
the
Arts,
Australia
12
13