PENENTUAN KEKERUHAN KEKERUH AN PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI TIRTANADI INSTALASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR AIR SUNGGAL MEDAN METODE TURBIDIMETRI KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
AHMAD KALI ANSORI NST 052401054
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
PENENTUAN KEKERUHAN KEKERUH AN PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI TIRTANADI INSTALASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR AIR SUNGGAL MEDAN METODE TURBIDIMETRI KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
AHMAD KALI ANSORI NST 052401054
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Judu
:
Kategori Nama Nomor Induk Mahasiswa Mahasiswa Program Studi Departemen Fakultas
: : : : : :
PENENTUAN KEKERUHAN PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI I NSTALASI PENGOLAHAN AIR SUNGGAL MEDAN METODE TURBIDIMETRI KARYA ILMIAH AHMAD KALI ANSORI ANSORI NST 052401054 DIPLOMA III KIMIA ANALIS KIMIA MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Mei 2008
Komisi Pembimbing : Diketahui Diketahui / Disetujui oleh Ketua Departemen Kimia FMIPA USU
DR. RUMONDANG BULAN, MS. NIP. 131 459 466
Dosen Pembimbing
Dra. YUGIA MUIS, M.Sc. NIP. 130 872 289 289
PERNYATAAN
PENENTUAN PENENTU AN KEKERUHAN PADA AIR RESERVOIR RESERVOI R DI PDAM TIRTANADI INSTALASI INSTALASI PENGOLAHAN PENGOLAHAN AIR SUNGGAL MEDAN MEDAN METODE TURBIDIMETRI
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. sumbernya.
Medan, Mei 2008
AHMAD KALI ANSORI NST 052401054
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Dalam penulisan Karya Ilmiah ini penulis memilih judul PENENTUAN KEKERUHAN PADA AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR SUNGGAL MEDAN METODE TURBIDIMETRI yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Kimia Analis. Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, bantuan dan saran kritik dari banyak pihak. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Yugia Muis, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian k arya ilmiah ini. 2. Ibu DR. Rumondang Bulan, MS., selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 3. Orang tua tercinta H. Nasrun Nst dan Hj. Nur Hawati Hsb yang telah mendidik, mendoakan dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. 4. Buat saudara-saudara ku yang telah memberikan dukungan yang begitu besar kepada penulis. 5. Sahabatku Acep, Rizky dan Beni yang telah memberikan saran, semangat, serta inspirasi kepada penulis. 6. Bang Iwan, Kak Asmidar, Kak Yurika sebagai Staf Pengendalian Mutu di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini. 7. Serta seluruh teman-teman mahasiswa Kimia Analis yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Dalam penulisan Karya Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar Karya Ilmiah ini dapat lebih sempurna lagi. Penulis berharap Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Akhir kata penulis ucapkan t erimakasih.
Medan, Mei 2008
Penulis Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Dalam hal ini PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan melakukan analisa kekeruhan pada air reservoir dengan menggunakan metode Turbidimetri. Upaya yang dilakukan untuk menurunkan kekeruhan yaitu melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu yang disebut flokulan. Nilai kekeruhan yang ditetapkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/VII/2002 adalah 5 NTU, dimana hasil analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai kekeruhan pada air reservoir masih jauh dibawah standar mutu air yang ditetapkan sehingga air hasil olahan PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan masih baik dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
DETERMINATION OF TURBIDITY ON RESERVOIR WATER AT PDAM TIRTANADI WATER PROCESSING INSTALLATION IN SUNGGAL MEDAN BY TURBIDIMETRY METHOD
ABSTRACT
Turbidity define the water optic determined based on amount of lihgts absorbed by materials in water. Turbidity caused by organic and inorganic materials which suspended and solved (such as mud and smooth sand), also organic and inorganic materials which in form of plankton and other microorganism. In this case, PDAM Tirtanadi Water Processing Installation in Sunggal Medan analyze the turbidity on reservoir water using Turbidimetry method. Effort to degrade the turbidity done by pouring some chemical substance with certain kinds that called floculant. Value of turbidity based on Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 907/MENKES/VII/2002 is 5 NTU, which this determination value show that the turbidity on reservoir water still away under water quality standard that certified so that the water that analyzed by PDAM Tirtanadi Water Processing Installation in Sunggal Medan still in good condition and deserve to consumed by people.
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan Pernyataan Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Permasalahan 1.3. Tujuan 1.4. Manfaat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air 2.2. Kualitas Air 2.3. Sumber Air 2.3.1. Air Sungai 2.3.2. Air Tanah 2.3.3. Air PAM (Perusahaan Air Minum) 2.4. Karakteristik Air 2.4.1. Karakteristik Fisik Air 2.4.2. Karakteristik Kimia Air 2.5. Syarat - Syarat Air Minum 2.5.1. Syarat – Syarat Fisika 2.5.2. Syarat – Syarat Kimia 2.5.3. Syarat – Syarat Bakteriologik 2.6. Komponen Pencemar Air 2.6.1. Bahan Buangan Padat 2.6.2. Bahan Buangan Organik 2.6.3. Bahan Buangan Anorganik 2.6.4. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan 2.6.5. Bahan Buangan Cairan Berminyak 2.6.6. Bahan Buangan Zat Kimia 2.6.7. Bahan Buangan Berupa Panas 2.7. Proses Pengolahan Air 2.8. Kekeruhan Air 2.9. Turbidimetri
i ii iii iv v vi viii ix 1 1 3 4 4 5 5 5 6 6 7 7 8 8 9 10 10 11 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 19 22
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Persiapan Sampel 3.2. Alat - Alat 3.3. Prosedur
26 26 26 26
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.2. Pembahasan
28 28 28
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran
30 30 30
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Syarat - Syarat Kekeruhan
10
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.Gambar Turbidimeter 2100N Lampiran 2.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:907/MENKES/VII/2002 Lampiran 3.Proses Pengolahan Air
32 34 35
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air adalah kehidupan, boleh dikatakan semua kehidupan dijagad raya ini bergantung pada ketersediaan air. Oleh karena itu air menjadi indikasi utama adanya kehidupan di suatu tempat di jagat raya.Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup yang lain. Air digunakan manusia untuk air minum, kebutuhan rumah tangga, maupun keperluan industri. Tanpa air manusia dan makhluk hidup lainnya tidak dapat hidup. Di Indonesia dengan penduduk 220 juta jiwa lebih, kebutuhan air sangat bergantung kepada sumber air baku yang didapat langsung dari alam, seperti air hujan, sungai, dan air tanah (sumur bor dan sumur gali). Oleh karena itu kelestarian sumber air baku adalah harga mati demi kontinuitas air. Permasalahan perkotaan yang memiliki kepadatan pernduduk yang relatif tinggi, sediaan air adalah salah satu masalah yang sangat pokok . Pengadaan air minum yang didominasi oleh pengolahan air baku dari air permukaan merupakan suatu pekerjaan
yang relatif kompleks. Sumber air baku yang masih banyak
mengandung partikel-partikel koloid dan logam-logam berat harus diolah terlebih Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
dahulu pada instalasi-instalasi pengolahan air minum dengan menggunakan bahan kimia yang terdiri dari koagulan, pH dan desinfektan. Air hasil olahan harus memenuhi persyaratan tertentu hingga aman untuk dikonsumsi seperti yang diisyaratkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 907/MENKES/VII/2002. Bahan kimia maupun materi ataupun energi yang umum digunakan dalam pengolahan air adalah tawas, PAC, bentonite dan lainnya yang berfungsi sebagai koagulan; klorin, kaporit, sinar UV dan bahan lainnya sebagai desinfektan; kapur, soda ash dan bahan lainnya sebagai pH kontrol. Pada Instalasi Pengolahan Air yang dimiliki PDAM Tirtanadi, koagulan yang digunakan adalah tawas. Tawas ini berfungsi mengikat partikel-partikel koloid dan logam-logam maupun zat-zat pencemar tertentu yang ada dalam air baku. Klor maupun kalsium hipoklorit atau yang sering kita sebut kaporit digunakan sebagai pengoksidasi logam-logam seperti besi dan mangan, juga u ntuk mendegradasi bentuk bentuk alga dan plankton pada proses sebelum penambahan klor. Proses sterilisasi dengan menggunakan desinfektan yaitu membunuh bakteri-bakteri pencemar dan patogen yang dikandung air baku. Selanjutnya kapur digunakan untuk menjaga kesadahan air pada tingkat pH antara 6,5-8,5. pH air hasil olahan perlu dijaga karena pengolahan air baku dengan menggunakan tawas sebagai koagulan dapat menurunkan pH air. Penggunaan zat-zat kimia tersebut biasanya aman, namun pada kadar tertentu memiliki potensi yang kurang menguntungkan. Aluminium yang dikandung tawas pada pH rendah dapat mengganggu kehidupan akuatik avertebrata, klorida pada konsentrasi tinggi menjadikan air berasa asin dan kapur yang lebih dapat mengurangi
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
daya kerja deterjen untuk menurunkan tegangan pemukaaan air. Pada air dengan tingkat kesadahan tinggi diperlukan lebih banyak det erjen untuk keperluan mencuci. Saat ini dimana perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat, pemanfaatan sumber daya alam yang aman dan efisien terus digali demi kesejahteraan umat manusia. Diversifikasi dan intensifikasi pengolahan air minum dan limbah domestik bahkan limbah industri terus dilakukan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meminimalisir penggunaan zat kimia. Bahan yang berasal dari alam untuk mengurangi efek negatif dari penggunaan zat-zat kimia merupakan alternatif dalam menjawab tantangan. Dengan demikian harapan untuk kehidupan yang lebih baik dengan kembali ke alam tak lama lagi akan menjadi kenyataan. Sesuai dengan kebutuhan manusia akan air yang akan di olah menjadi air minum sehingga perlu diperhatikan pengaruh-pengaruhnya terhadap kesehatan maka di tetapkanlah standar air minum yang ditetapkan oleh Dep.Kes.R.I., mencakup tiga pokok persyaratan yakni: fisik, kimia dan bakteriologis. Air yang diolah di PDAM Instalasi Sunggal berasal dari sungai Belawan yang sewaktu-waktu air sungai tersebut dapat keruh
pada musim penghujan, sehingga
menimbulkan tingkat kekeruhan yang tinggi. Tetapi dengan adanya proses-proses dalam pengolahan air sungai Sunggal tersebut yaitu dengan pengendapan, penyaringan dan penambahan bahan-bahan kimia sehingga diperoleh air yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Maka dari itu penulis memilih untuk menganalisis nilai kekeruhan dari air reservoir yang terdapat di PDAM Instalasi Sunggal dengan memakai alat Turbidimeter. Dan tentunya telah disesuaikan dengan standar mutu air Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 907/MENKES/VII/2002 . . Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
1.2. Permasalahan
Apakah air reservoir yang terdapat di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan masih memenuhi standar kualitas air minum yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/VII/2002.
1.3. Tujuan
Untuk membandingkan hasil analisa kekeruhan yang dilakukan terhadap air reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan dengan standar mutu air Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/VII/2002.
1.4. Manfaat
Adapun manfaaat penulisan tugas akhir ini adalah : -
Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang hasil analisa kekeruhan yang terdapat di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan.
-
Dengan mengetahui kadar kekeruhan dalam air hasil olahan maka dapat diketahui sejauh mana kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air merupakan bagian yang terpenting dalam budidaya lobster air tawar tersebut. Air yang berkualitas baik akan membuat pertumbuhan lobster menjadi baik dan terhindar dari penyakit. Maka air yang akan dipakai dalam budidaya sebaiknya terhindar dari kandungan penyakit atau pestisida maupun limbah industri. Kualitas air ini harus senantiasa diperiksa untuk memastikan tidak ada kandungan yang melebihi ambang toleransi dari pada lobster tersebut. Kandungan yang perlu diperiksa umumnya adalah pH, oksigen terlarut dan kekeruhan setiap minggu serta amoniak setiap bulannya. Alat ukur ini dapat didapatkan ditoko ikan hias dan toko perlengkapan laboratorium .
2.2. Kualitas Air
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Kualitas air yang baik ini minimal mengandung oksigen terlarut sebanyak lebih 5 mg/l. Oksigen terlarut ini dapat ditingkatkan dengan menambah oksigen ke dalam air dengan menggunakan aerator atau air yang terus mengalir. Kelebihan plankton dapat menyebabkan kandungan oksigen didalam air menjadi berkurang. Maka dengan itu plankton dalam kolam harus selalu dipantau. Kandungan amoniak yang tinggi pada air dapat membuat lobster tidak dapat bertahan hidup. Kandungan amoniak sebaiknya kurang dari 0.05 mg/L. Pakan yang tidak habis dimakan oleh lobster dapat membusuk di dasar kolam dan menjadi busuk. Busuknya pakan ini akan meningkatkan amoniak terutama pakan yang berasal dari pellet komersial Keasamaan air atau biasanya disebut pH yang baik untuk budidaya lobster air tawar adalah stabil diantara 7 sampai 8.5. Keasaman ini dapat dijaga dengan total alkalinitas, jumlah plankton yang tidak berlebihan dan kebersihan dari dasar kolam. Keasaman yang tinggi ini juga dapat dilakukan penggantian sebagian dari air pada kolam tersebut. Kekeruhan air ini dapat di pantau dengan menggunakan piringan Secci pada kedalaman antara 20 sampai 40 cm. Kekeruhan air ini juga bisa disebabkan oleh plankton yang berlebihan seperti pitoplankton. Sebagai gantinya piringan Secci ini dapat menggunakan CD bekas dengan bagian kilap / cermin ke atas. Jika dalam kedalaman 20 sampai 40 cm kita masih dapat melihat CD tersebut maka kekeruhan ini masih dalam batas yang baik. Untuk mengatasi kelebihan plankton ini adalah dengan mengurangi nutrisi yang dimasukkan ke dalam kolam tersebut atau dengan mengganti air yang ada.
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Tingkat keasinan air atau salinitas dalam budidaya air tawar ini sebaiknya tidak melebihi 5 ppm. Semakin asin air maka tingkat pertumbuhan juga akan semakin melambat hal ini ditandai dengan semakin jarangnya lobster tersebut mengganti kulit dan tingkat keberhasilan hidupnya juga tinggi. Lobster air tawar akan tumbuh optimal bila salinitas air menunjukan 0 ppm.
2.3. Sumber Air 2.3.1. Air sungai
Air sungai umumnya digunakan oleh peternak pembesaran yang membutuhkan debit air yang cukup banyak untuk pengisian kolam yang luas. Penggunaan air sungai ini sebaiknya melihat kebersihan daripada sungai tersebut. Limbah dari industri dan rumah tangga dapat meracuni lobster yang kita pelihara. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan pestisida pada tanaman-tanaman disekitarnya.
2.3.2. Air tanah.
Air tanah merupakan sumber air yang banyak dipergunakan. Penggunaan air tanah ini juga sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu. Kandungan zat air yang tidak sesuai dengan ambang budidaya lobster juga dapat merugikan peternak. Pengujian air yang lengkap ini dapat dilakukan di laboratorium perusahaan air minum.
2.3.3. Air PAM (Perusahaan Air Minum)
Air dari perusahaaan air minum juga banyak digunakan oleh peternak budidaya pembenihan terutama pada lokasi yang sulit mendapatkan air yang sesuai
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
dengan kualitas yang diinginkan. Karena budidaya lobster air t awar dapat dilakukan di rumah maka banyak diantaranya yang tidak bisa mendapatkan air tanah yang baik. Penggunaan air dari perusahaan air minum ini harus terlebih dahulu dilakukan aerasi selama 24 jam untuk menghilangkan kandungan kaporit yang ada pada air tersebut. Kandungan kaporit ini juga dapat dihilangkan dengan mengunakan filter kimia dengan bahan-bahan seperti karbon aktif dan batu zeolit. Karena bahan filter ini ada masa aktifnya maka pencucian dan penggantian berkala harus dilakukan. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan fungsi filterisasinya menjadi tidak bekerja (http://www.budidayalobsterair.com).
2.4. Karakteristik Air 2.4.1. Karakteristik Fisik Air A. Kekeruhan
Kekeruhan air ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri. B. Temperatur
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. C. Warna
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuhtumbuhan. D. Solid (Zat Padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat menyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar Matahari kedalam air. E. Bau dan Rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang tebentuk dalam kondisi anaerobik dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.
2.4.2. Karakteristik Kimia Air A. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa bersifat
lebih toksik dalam
bentuk molekular, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH. B. DO (Dissolved Oxygent) / Oksigen terlarut
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah oksigen terlarut maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturas i. C. BOD (Biological Oxygent Demand) / Kebutuhan Oksigen Biologis Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik(zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. Kebutuhan oksigen biologi dan kebutuhan oksigen kimia umumnya digunakan untuk memonitoring kapasitas penjernihan pada badan air penerima. Reaksi : Zat organik + mikroorganisme + O 2
CO2 + mikroorganisme + sisa material organik (CHONSP)
D. COD (Chemical Oxygent Demand) / Kebutuhan oksigen Kimia
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan bahan organik secara kimia. E. Kesadahan
Kesadahan air yang lebih tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air. F. Senyawa - senyawa Kimia yang Beracun
Kehadiran unsur Arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu perlu pembatasan yang agak ketat (±0,05 mg/L). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia (http://library.usu.ac.id).
2.5. Syarat - Syarat Air Minum Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
2.5.1. Syarat – Syarat Fisika •
Air tak boleh berwarna
•
Air tak boleh berasa
•
Air tak boleh berbau
•
Suhu Air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ± 25 o).
•
Air harus jernih Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air
minumdimana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya. Kadar (bilangan) yang diisyaratkan dan tidak boleh dilampaui adalah sebagai berikut : Tabel 1. Syarat – Syarat Kekeruhan
Kadar (bilangan) yang disyaratkan Keasaman sebagai pH Bahan – bahan padat Warna (skala Pt CO) Rasa Bau
7,0 – 8,5 Tak melebihi 50 mg/L Tak melebihi kesatuan Tak mengganggu Tak mengganggu
Kadar (bilangan) yang tak boleh dilampaui Di bawah 6,5 dan di atas 9,5 Tak melebihi 1.500 mg/L Tak melebihi 50 kesatuan -
2.5.2. Syarat – Syarat Kimia
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.
2.5.3. Syarat - Syarat Bakteriologik
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tak boleh mengandung bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air.
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar (faeces) dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah : •
Bakteri typhsum
•
Vibrio colerae
•
Bakteri dysentriae
•
Entamoeba hystolotica
•
Bakteri enteris (penyakit perut) Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi
(berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli (Sutrisno, 2006).
2.6. Komponen Pencemar Air
Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan terjadinya pencemaran air, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Bahan buangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan industri adalah penyebab utama terjadinya pencemaran air. Komponen pencemar air tersebut dikelompokkan sebagai berikut : 1. Bahan buangan padat. 2. Bahan buangan organik. 3. Bahan buangan anorganik. 4. Bahan buangan olahan bahan makanan. 5. Bahan buangan cairan berminyak. Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
6. Bahan buangan zat kimia. 7. Bahan buangan berupa panas.
2.6.1 Bahan Buangan Padat
Bahan buangan padat yang dimaksudkan disini adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar (butiran besar) maupun yang halus (butiran kecil). Kedua macam bahan buangan
padat tersebut apabila dibuang ke air lingkungan
(sungai) maka kemungkinan yang dapat terjadi adalah : -
Pelarutan bahan buangan padat oleh air.
-
Pengendapan bahan buangan padat di dasar air.
-
Pembentukan koloidal yang melayang di dalam a ir.
2.6.2. Bahan Buangan Organik
Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat membusuk atau terdegradasi maka akan sebaiknya bahan buangan yang termasuk kelompok ini tidak dibuang langsung ke air lingkungan karena dapat menaikkan populasi
mikroorganisme
di
dalam
air.
Dengan
bertambahnya
populasi
mikroorganisme di dalam air maka tidak tertutup pula kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia. Bahan buangan organik sebaiknya dikumpulkan untuk diproses menjadi pupuk buatan (kompos) yang berguna bagi tanaman.
2.6.3. Bahan Buangan Anorganik Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Bahan buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsurunsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Air raksa (Hg), Kroom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co), dan lain-lain. Apabila ion-ion logam yang terjadi di dalam air berasal dari logam berat maupun logam ringan maka akan sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
2.6.4. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan
Apabila bahan buangan olahan bahan makanan mengandung protein dan gugus amin maka pada saat didegradasi oleh mikroorganisme akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk. Mengingat akan hal ini maka pembuangan limbah yang berasal dari industri pengolahan bahan makanan perlu mendapat pengawasan yang seksama agar bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia tidak berkembang biak didalam air lingkungan.
2.6.5. Bahan Buangan Cairan Berminyak
Minyak tidak dapat larut didalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan air. Lapisan minyak di permukaan air lingkungan akan menggangu kehidupan organisme di dalam air. Hal ini disebabkan oleh :
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
a. Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen yang terlarut di dalam air akan berkurang. b. Adanya lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintetis oleh tanaman air tidak dapat berlangsung . c. Tidak hewan air saja yang terganggu akibat adanya lapisan minyak pada permukaan air tersebut, burung air pun ikut terganggu karena bulunya jadi lengket.
2.6.6. Bahan Buangan Zat Kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksudkan dalam kelompok ini adalah bahan pencemar air yang berupa : a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya), b. Bahan pemberantas hama (insektisida), c. Zat warna kimia, d. Larutan penyamak kulit, e. Zat radio aktif.
2.6.7. Bahan Buangan Berupa Panas
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Hal itu disebabkan karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). (Wardhana, 2001).
2.7. Proses Pengolahan Air a. Bendungan
Sumber air baku adalah air permukaan dari Sungai Belawan yang berhulu di Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal. Untuk menampung air tersebut, dibuat bendungan dengan panjang 25 m (sesuai dengan lebar sungai) dan tinggi
±
4 m. Pada sisi kanan bendungan, dibuat sekat ( channel) berupa saluran
penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake / pipa masuk. b. Intake / Pipa Masuk Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadapan air baku. Bangunan ini
merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar), berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar dan fine screen (saringan halus), berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran
maupun sampah berukuran kecil yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air (sluice gate) dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik
untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk.
c. Raw Water Tank (RWT) / Tampungan Air Terbuka
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Raw Water Tank merupakan bangunan yang dibangun setelah intake / pipa
masuk yang terdiri dari dua unit (4 sel). Setiap unit berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi ± 5
m yang dilengkapi dengan dua buah pintu masuk, dua buah pintu keluar, pintu
pengaturan ketinggian dan pintu bilas dua buah. Raw Water Tank berfungsi sebagai tempat pengendapan partikel-partikel kasar
dan lumpur-lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem gravitasi. Di Instalasi Sunggal, volume air baku pada dua buah tampungan air terbuka memiliki volume
±
1400 m3. Waktu pengendapan ( detention time) untuk air baku yang akan diolah di penampungan air terbuka Instalasi Sunggal kurang dari 15 menit agar menghasilkan air baku dengan nilai kekeruhan yang lebih rendah (Gani, 2006). d. Raw Water Pump (RWP) / Pompa Air Baku Raw Water Pump (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompa air dari
RWT ke penjernihan. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap pompa 110 L/det dengan rata-rata kepala 18 m memakai motor AC dengan daya nominal 75 KW. e. Clearator / Penjernihan
Bangunan clearator (bangunan untuk proses penjernihan air) terdiri dari 5 unit dengan kapasitas masing-masing 350 L/det. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisah antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil olahan). Alat penjernihan air ini dilengkapi dengan pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flokulasi tersebut kemudian dibuang, sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisah antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil dahan) dan selanjutnya dialirkan ke filter . Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang dilengkapi seksi-seksi pemisah untuk proses-proses sebagai ber ikut :
Primary Reaction Zone / Daerah Reaksi Utama
Secondary Reaction Zone / Daerah Rekasi Sekunder
Return Reaction Zone / Daerah Reaksi Hasil
Clarification Reaction Zone / Daerah Reaksi Penguraian
Concentrator / Pemekat.
f. Filter / Penyaring Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses
penyaringan flok-flok sangat kecil dan sangat ringan yang t idak tertahan (lolos) dari clearator . Filter yang dipakai dalam pengolahan air minum di Instalasi Sunggal
adalah sistem penyaringan permukaan (surface filter ). Media filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung secara pararel, menggunakan jenis saringan cepat berupa pasir silika, menggunakan motor AC dengan daya nominal 0,75 KW. Dimensi tiap filter yaitu 8,25 m x 4 m x 6,25 m. Tinggi maksimum permukaan air adalah 5,05 m dan tebal media filter 120 m dengan susunan lapisan sebagai berikut :
Pasir kwarsa, diameter 0,5 mm – 1,5 mm dengan ketebalan 60 cm
Pasir kwarsa, diameter 1,8 mm – 2,0 mm dengan ketebalan 10 cm
Kerikil halus, diameter 4,75 mm – 6,3 mm dengan ketebalan 10 cm
Kerikil sedang, diameter 6,3 mm – 10 mm dengan ketebalan 10 cm
Kerikil sedang, diameter 10 mm – 20 mm dengan ketebalan 10 cm
Kerikil kasar, diameter 20 mm – 40 mm dengan ketebalan 20 cm
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air di atas media filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan ( clogging) media filter oleh flokflok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian media filter dengan menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air yang disuplai dari pompa reservoir . Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali fungsi filter
(Fauzan, 2007). Banyaknya air yang dibutuhkan untuk pencucian kembali satu buah filter 3
adalah 200 – 300 m dan pencucian dilakukan 1 x 24 – 72 jam, tergantung pada lancar tidaknya penyaringan. g. Reservoir / Kolam Air Bersih
Berfungsi untuk menampung air minum/air olahan dengan kapasitas total 13.400 m3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi di berbagai cabang. Air yang mengalir dari filter ke reservoir, sebelumnya dibubuhi klor ( post chlorination) dengan pembubuhan
± 2
gr/m3 air dan untuk proses
netralisasi dibubuhkan larutan kapur jenuh (soda ash) dengan kebutuhan pada kisaran 5 – 7 gr/m2 air. Secara periodik reservoir ini dicuci dengan mempergunakan pompa bermotor AC dengan daya nominal 15 KW. Dimensi panjang 50 m x 40 m x 4 m. h. Finish Water Pump (FWP) / Pompa Akhir
Finish Water Pump Instalasi Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas 150 L/det. Total kepala menggunakan motor AC rata-rata dengan daya nominal 132 KW. Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
i. Sludge Lagoon / Penampungan Endapan
Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke penampungan untuk didaur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di unit Instalasi Sunggal dengan membangun unit pengendapan 3
dengan kapasitas 9.600 m . j. Monitoring System (Sistem Pengawasan)
Metode pengawasan selama proses
pengolahan masing-masing unit oleh
petugas dilakukan secara langsung juga dilakukan denga sistem pengawasan secara tidak langsung. Fasilitas ini dapat memperlihatkan secara langsung kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap berbagai kuantitas, kualitas maupun kontinuitas
olahan.
Fasilitas
ini
didesain
sedemikian
rupa
sehingga
dapat
mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan ketentuan yang berlaku (Gani, 2006).
2.8. Kekeruhan Air
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahana-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan turbiditas, yang setara dengan 1 mg/liter SiO2. Peralatan yang pertama kali digunakan untuk mengukur turbiditas atau kekeruhan
adalah Jackson
Candler
Turbidimeter, yang
dikalibrasi
dengan
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
menggunakan silika. Kemudian, Jackson Candler Turbidimeter dijadikan sebagai alat baku atau standar bagi pengukuran kekeruhan. Satu Unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU. Pengukuran kekeruhan dengan
menggunakan Jackson Candler Turbdimeter bersifat visual, yaitu membandingkan air sampel dengan standar. Selain dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter , kekeruhan sering diukur dengan metode Nephelometric. Pada metode ini, sumber cahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standar. Satuan kekeruhan yang diukur dengan menggunakan metode Nephelometric adalah NTU ( Nephelometric Turbidity Unit ). Satuan JTU dan NTU sebenarnya tidak dapat saling mengkonversi, akan tetapi Sawyer dan MC Carty (1978) mengemukakan bahwa 40 NTU setara dengan 40 JTU. Menurut Lloyd (1985), peningkatan nilai turbiditas pada perairan dangkal dan jernih sebesar 25 NTU dapat mengurangi 13%-50% produktivitas primer. Peningkatan turbiditas sebesar 5 NTU di danau dan sungai dapat mengurangi produktivitas primer berturut-turut sebesar 75% dan 3%-13%. Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi, tetapi tidak berarti memiliki kekeruhan yang tinggi. Kekeruhan pada air yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersupensi yang berupa koloid dan partikel–partikel halus. Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan permukaan Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya, pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air (Effendi, 2003). Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi : tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya. Nilai yang menunjukkan kekeruhan didasarkan pada bahan-bahan tersuspensi pada jalannya sinar melalui sampel. Nilai ini tidak secara langsung menunjukkan banyaknya bahan tersuspensi, tetapi ia menunjukkan kemungkinan penerimaan konsumen terhadap air tersebut. Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang membahayakan, tetapi ia menjadi tidak disenangi karena rupanya. Untuk membuat air memuaskan untuk penggunaan rumah tangga, usaha penghilangan secara hampir sempurna bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan, adalah penting. Standar yang ditetapkan oleh U.S. Public health Service mengenai kekeruhan ini adalah batas maksimal 10 ppm dengan skala silikat, tetapi dalam angka praktik angka standar ini umumnya tidak memuaskan. Kebanyakan bangunan pengolahan air yang modern menghasilkan air dengan kekeruhan 1 ppm atau kurang. Menurut Clair N Sawyer dkk. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 2006).
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut. Kekeruhan ini sendiri diakibatkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 µm. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebut tidak lain adalah kwarts, t anah liat, sisa tanaman, ganggang dan sebagainya. Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifatsifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas, namun dapat pula garam Fe (III), atau salah satu polielektrolit organis. Selain pembubuhan flokulan
diperlukan
pengadukan
sampai
flok-flok
terbentuk.
Flok-flok
ini
mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid tersebut ( bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama mengendap (Alaerts, 1987). Kekeruhan dipengaruhi oleh : 1. Benda-benda halus yang disuspensikan, seperti lumpur dan sebagainya. 2. Adanya jasad-jasad renik (plankton) dan 3. Warna air. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang tidak keruh, agak keruh, dan paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya (Ghufron, 2007).
2.9. Turbidimetri
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Beberapa senyawaan yang tak dapat larut, dalam jumlah-jumlah sedikit, dapat disiapkan dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh suspensi yang sedang-sedang stabilnya. Sifat-sifat dari setiap suspensi akan berbeda-beda menurut konsentrasinya fase-terdispersinya. Bila cahaya dilewatkan melalui suspensi itu, sebagian dari energi radiasi yang jatuh didisipasi (dihamburkan) dengan penyerapan (absorpsi), pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), sementara sisanya ditransmisi (diteruskan). Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisikan sebagai fungsi dari konsentrasi fase-terdisfersi adalah dasar
dari analisis turbidimetr i. Bila suspensi
dipandang dengan sudut tegak-lurus terhadap arah cahaya yang jatuh, sistem nampak opalesen (berpendar seperti mutiara) disebabkan oleh pantulan cahaya dari partikel partikel suspensi itu (efek Tyndall). Cahaya dipantulkan tak beraturan dan membaur, sehingga istilah cahaya-baur ini ( dengan sudut tegak lurus terhadap arah jatuh cahaya jatuh) sebagai fungsi dari konsentrasi fase-terdisfersinya adalah dasar dari analisis nefelometri (Gr nefhele= awan). Analisis nefelometri adalah paling peka untuk
suspensi-suspensi yang sangat encer (>100 mg per liter). Teknik-teknik untuk analisis turbidimetri dan analisis nefalometri masing-masing menyerupai analisis filter fotometri dan fluometri.
Membuat kurva kalibrasi dianjurkan dalam penerapan-penerapan nefelometri dan turbidimetri, karena hubungan antara sifat-sifat optis suspensi dan konsentrasi fase terdisfersinya paling jauh adalah semi-empiris. Agar kekabutan atau kekeruhan (turbidity) itu dapat diulang penyiapannya haruslah seseksama mungkin. Endapan harus sangat halus, sehingga tidak cepat mengendap. Intensitas cahaya-baur bergantung pada banyaknya dan ukuran partikel-partikel dalam suspensi, dan asalkan
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
ukuran rata-rata dari pertikel-partikel itu cukup dapat diulang, aplikasi secara analitik adalah dimungkinkan. Kondisi-kondisi berikut hendaknya dikendalikan dengan hati-hati untuk menghasilkan suspensi dengan sifat-sifat yang cukup seragam: 1. Konsentrasi-konsentrasi kedua ion yang bergabung (bersenyawa) yang menghasilkan endapan,maupun rasio dari konsentrasi-konsenrsinya dalam larutan-larutan yang dicampurkan. 2. Cara, urut-urutan, dan laju pencampuran. 3. Banyaknya garam-garam dan zat-zat lain yang ada serta, terutama koloidkoloid pelindung (gelatin,gom arab,dekstrin dan sebagainya). 4. Temperatur. Kolorimeter-kolorimeter visual dan fotoelektrik
dapat digunakan sebagai
turbidimeter. Filter biru biasanya menghasilkan kepekaan yang lebih besar. Sebuah kurva kalibrasi harus dibuat dengan memakai beberapa larutan standar karena cahaya yang ditransmisi oleh suatu larutan yang keruh umumnya tak mengikuti hukum BeerLambert dengan tepat (Vogel,1994). Turbiditas merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisikondisi lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan kedalam tiga golongan : 1. Pengukuran
perbandingan
intensitas
cahaya
yang
dihamburkan
terhadap intensitas cahaya yang datang.
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
2. Pengukuran perbandingan cahaya yang diteruskan terhadap cahaya yang datang. 3. pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh. Instrumen pengukuran perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada nefalometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar. Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas bergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya (Khopkar, 1984). Hamburan Tyndall adalah hamburan radiasi elektromagnetik oleh molekul atau partikel yang teragregasi dalam bentuk suspensi atau koloid yang pertikel-partikelnya lebih besar dari ukuran molekul. Sifat hamburan Tyndall ini adalah frekuensi dan panjang gelombang sama dengan sumber radiasi. Hamburan Tyndall dimanfaatkan untuk turbidimetri dan nefelometri sebagai penentuan kekeruhan (Mulja, 1995).
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Persiapan Sampel
Sampel yang dipergunakan adalah sampel dari air reservoir yang diperoleh di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal yang terdiri dari air reservoir I dan air reservoir II.
3.2. Alat – alat
-
Turbidimeter 2100 N
-
Kuvet
-
Tissue
-
Beaker gelass
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
3.3. Bahan – bahan
-
Air Reservoir I
-
Air Reservoir II
3.4. Prosedur
-
Dihidupkan alat Turbidimeter dengan menekan switch on di belakang alat, layar akan menunjukkan angka 2100
-
Diisi kuvet dengan air sampel sampai tanda batas
-
Dibersihkan kuvet dengan tisue sampai kering dan bersih
-
Diletakkan kuvet sampel kedalam tempat sampel kemudian ditutup
-
Dicatat angka yang tertera di layar setelah angka konstan
-
Diisi format ketidaksesuaian jika nilai pengukuran yang diperoleh melebihi standar yang ditetapkan.
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Data penentuan kekeruhan pada air reservoir NO
JAM (WIB)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
KEKERUHAN (NTU) RESERVOIR I RESERVOIR II 1,02 0,32 1,41 0,18 0,30 0,18 0,59 0,20 0,30 0,17 0,55 0,32 0,57 0,29 0,86 0,32 0,40 0,39 0,46 0,44
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
4.2. Pembahasan
Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap air reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan diperoleh nilai kekeruhan yang cukup tinggi pada air reservoir I, yakni pada jam 08.00 dan jam 09.00 yaitu sebesar 1,02 dan 1,41. Hal ini disebabkan karena pada salah satu filter / penyaring yang akan diteruskan ke reservoir I kehilangan tekanan (loos of head) dari air diatas saringan yang terlalu tinggi, yaitu karena adanya lapisan lumpur pada bagian atas dari saringan, maka saringan dicuci kembali (back wash) dengan air bertekanan dari bawah sehingga nilai kekeruhan turun kembali. Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang sangat membahayakan, tetapi satu hal yang harus dipertimbangkan karena sifat optiknya tersebut membuatnya menjadi tidak disenangi oleh konsumen / masyarakat. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa tingkat kekeruhan pada air reservoir sudah baik, ini disesuaikan dengan standar mutu air. Dibandingkan dengan standar mutu air Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/VII/2002 maka air tersebut tidak melampaui kadar maksimum standar mutu yang ditetapkan sehingga air tersebut mempunyai kualitas yang baik dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan terhadap air reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan diperoleh nilai kekeruhan yang masih jauh dari ambang batas standar mutu air yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/VII/2002, maka air tersebut masih memenuhi persyaratan dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
5.2. Saran Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
-
Disarankan kepada masyarakat yang berada di dekat sumber air pengolahan untuk menjaga kelestarian sungai.
-
Disarankan kepada PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan agar tetap menjaga kualitas dan kuantitas air hasil olahan.
-
Disarankan kepada bagian pengendali mutu hendaknya lebih cermat dan teliti pada setiap pemeriksaan parameter air yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G. 1984. Metoda Penelitian Air . Surabaya : Usaha Nasional. Fauzan. 2007. Buletin Tirtanadi (Butir). Selayang Pandang IPA Limau Manis. No 2. Medan. Gani, K. A. 2006. Buletin Tirtanadi (Butir). Belajar dari Proses Pengolahan Air Minum di IPA Sunggal. No 4. Medan.
Ghufron, M. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi Daya Perairan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Hefni, E. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan lingkungan Perairan.Yogyakarta : Kanisius.
http://library.usu.ac.id. Diakses tanggal 01 April, 2008. http://www.budidayalobsterairtawar.com. Diakses tanggal 01 April, 2008. Khopkar, S. M. 1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Bandung : ITB Press. Sutrisno, T. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta. Rineka Cipta. Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Wardhana, W.A. 2001. Dampak pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Lampiran 1. Gambar Turbidimeter 2100N
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 907/MENKES/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009
Persyaratan Kualitas Air Minum A. Kimia 1. Bahan-bahan inorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan) Kadar maksimum yang Parameter Satuan Keterangan diperbolehkan 1 2 3 4 Antimony (mg/liter) 0,005 Air raksa (mg/liter) 0,001 Arsenic (mg/liter) 0,01 Barium (mg/liter) 0,7 Boron (mg/liter) 0,3 Cadmium (mg/liter) 0,003 Kromium (mg/liter) 0,05 Tembaga (mg/liter) 2 Sianida (mg/liter) 0,07 Fluorida (mg/liter) 1,5 Timah (mg/liter) 0,01 Molybdenum (mg/liter) 0,07 Nikel (mg/liter) 0,02 Nitrat (Sebagai NO3 ) (mg/liter) 50 Nitrit ((Sebagai NO2 ) (mg/liter) 3 Selenium (mg/liter) 0,01
2 Bahan-bahan inorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada
.
konsumen) Parameter
Satuan
1
2 (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter) (mg/liter)
Ammonia Aliminium Klorida Copper Kesadahan Hidrogen Sulfida Besi Mangan pH Sodium Sulfate Total padatan terlarut Seng
Kadar maksimum yang diperbolehkan 3 1,5 0,2 250 1 500 0,05 0,3 0,1 6,5-8,5 200 250 1000 3
Keterangan 4
B. Bakteriologis Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008. USU Repository © 2009