MAKALAH
EPIDEMIOLOGI HIV AIDS Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah penyakit p enyakit menular dan tidak menular
Disusun Oleh:
Andi Saeful Mubarak NIM. 1112101000093
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
A. Latar Belakang
Perkembangan epidemi yang meningkat di awal tahun 2000-an telah ditanggapi dengan keluarnya Peraturan Presiden nomer 75 tahun 2006 yang mengamanatkan perlunya intensifikasi penanggulangan AIDS di Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan epidemi yang berkembang paling cepat (UNAID S, 2008). Kementerian Kesehatan memperkirakan, Indonesia pada tahun 2014 akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AID S dibandingkan pada tahun 2008 (dari 277.700 orang menjadi 813.720 orang). Ini dapat terjadi bila tidak ada upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang bermakna dalam kurun waktu tersebut. Peningkatan
penanggulangan
HIV
dan
AIDS
yang
efektif
dan
komprehensif di Indonesia memerlukan pendekatan yang strategik, yang menangani faktor-faktor struktural melibatkan peran aktif semua sektor. Tantangan yang dihadapi sungguh besar dilihat secara geografik dan sosial ekonomi, Indonesia berpenduduk terbesar ke empat di dunia dan terdiri lebih dari 17.000 pulau, Kasus HIV telah dilaporkanoleh lebih dari 200 kabupaten dan kota di seluruh 33 provinsi. Mengingat epidemi HIV merupakan suatu tantangan global dan salah satu masalah yang paling rumit dewasa ini, maka keberhasilan penanggulangan HIV dan AID S di Indonesia, tidak saja memberikan manfaat
bagi Indonesia tetapi juga penanggulangan AIDS secara global. (Komisi Penaggulangan HIV AIDS Republik Indonesia)
B. Definisi HIV AIDS
HIV adalah kependekan dari Humman Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan dianggap menurun ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya menurun ( Immunodeficient ) menjadi lebih rentan terhadap berbagai infeksi, (kesehatan remaja) AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome yaitu suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS bukan penyakit turunan, akan tetapi suatu penyakit yang didapat atau ditularkan dari satu orang ke orang lainnya. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS. AIDS merupakan fase terminal dari infeksi HIV (kesehatan remaja).
C. Gejala klinis HIV AIDS
Selama masa inkubasi, seseorang yang menderita AIDS biasanya tidak bisa diketahui selama belum dilakukan pemeriksaan. Namun gejala klinis yang dapat dilihat berdasarkan gejala umum pada penderita HIV/AIDS, yakni
•
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
•
Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
•
Demam (>38 °C) berkepanjangan lebih dari 1 bulan
•
Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
•
Bercak putih/luka dalam mulut
•
Bercak merah kebiruan pada kulit atau mulut (Erick lewokeda)
D. FAKTOR HOST, AGENT, ENVIRONTMENT 1.
AGENT
Virus HIV termasuk Netrovirus yang sangat mudah mengalami mutasi sehingga sulit untuk menemukan obat yang dapat membunuh, virus tersebut. Daya penularan pengidap HIV tergantung pada sejumlah virus yang ada didalam darahnya, semakin tinggi/semakin banyak virus dalam darahnya semakin tinggi daya penularannya sehingga penyakitnya juga semakin parah. Virus HIV atau virus AIDS, sebagaimana Virus lainnya sebenarnya sangat lemah dan mudah mati di luar tubuh. Virus
akan mati bila dipanaskan sampai temperatur 60 selama 30 menit, dan lebih cepat dengan mendidihkan air. 2. HOST
Mengingat masa inkubasi AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas maka infeksi terbesar terjadi pada kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20-30 tahun. Pada tahun 2000 diperkirakan Virus AIDS menular pada 110 juta orang dewasa dan 110 juta anak-anak. Hampir 50% dari 110 juta orang itu adalah remaja dan dewasa muda usia 13 -25 tahun. Informasi yang diperoleh dari Pusat AIDS International fakultas Kesehatan Masyarakatat Universitas Harvard, Amerika Serikat sejumlah orang yang terinfeksi virus AIDS yang telah berkembang secara penuh akan meningkat 10 kali lipat.
3. ENVIRONTMET
Lingkungan biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan penyebaran AIDS. Lingkungan biologis adanya riwata ulkus genitalis, Herpes Simpleks dan STS (Serum Test for Sypphilis) yang positip akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-luka ini menjadi tempat masuknya HIV. Faktor biologis lainnya adalah penggunaan obat KB. Faktor sosial, ekonomi, budaya dan agama secara bersama-sama atau
sendiri-sendiri
masyarakat.
sangat
berpengaruh
terhadap
perilaku
seksual
E. TRANSMISI HIV AIDS a. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril sangat mampu mendorong seseorang terkena penyakit AIDS, para pengguna Narkoba yang terkadang saling bertukar jarum suntik sangat rentan tertular penyakit ini, karena penularan HIV AIDS sangat besar presentasenya terjadi karena cairan pada tubuh penderita yang terkena HIV AIDS berpindah ke tubuh normal (sehat). b. Sex bebas yang kurang yang kurang sehat
Berhubungan intim yang tidak sehat dan tidak menggunakan pengaman adalah peringkat pertama terbesar penyebab menularnya virus HIV AIDS, transmisi atau penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dalam hubungan seksual peluang terjadinya sangat besar, karena pada saat terjadi kontak antara sekresi pada cairan vagina pada alat kelamin. Hubungan seksual kurang aman dan tanpa dilengkapi pelindung (Kondom) akan lebih sangat berisiko dibandingkan hubungan seksual yang tanpa dilengkapi pelindung (Kondom) dan risiko hubungan seks anal lebih besar dibanding hubungan seks biasa dan oral seks, meskipun tidak berarti bahwa kedua jenis seks tersebut tidak beresiko.
c. Penyakit Menurun
Seseorang
ibu
yang
terkena
AIDS
akan
dapat
menurunkan
penyakitnya pada janin yang dikandungnya, transmisi atau penularan HIV melalui rahim pada masa parinatal terjadi pada saat minggu terakhir pada kehamilan dan pada saat kehamilan, tingkat penularan virus ini pada saat kehamilan dan persalinan yaitu sebesar 25%. Penyakit ini tergolong penyakit yang dapat dirutunkan oleh sang ibu terhadap anaknya, menyusui juga dapat meningkatkan resiko penulaan HIV AIDS sebesar 4%. d. Transfusi Darah yang tidak steril
Cairan didalam tubuh penderita AIDS sangat rentan menular sehingga dibutuhkan pemeriksaan yang teliti dalam hal transfusi darah pemilihan dan penyeleksian donor merupakan tahap awal untuk mencegah penularan penyakit AIDS, Resiko penularan HIV AIDS di sangat kecil presentasenya di negara-negara maju, hal ini disebabkan karena dinegara maju keamanan dalam tranfusi darah lebih terjamin karena proses seleksi yang lebih ketat. F. Prevalensi Kasus AIDS per 100.000 Penduduk Berdasarkan Propinsi di indonesia
no
Propinsi/Province
Prepalensi
1
Papua
275.11
2
Bali
85.95
3
DKI jakarta
65.56
4
Kalimantan barat
38.65
5
Sualwesi utara
31.49
6
Papua barat
24.59
7
Kepuluan riau
22.75
8
Di Yogyakarta
22.62
9
Maluku
23.15
10
Bangka Belitung
22.07
11
Sulawesi selatan
19.25
12
Jawa timur
18.41
13
Sumatera barat
16.55
14
Riau
15.51
15
Jambi
12.42
16
Maluku utara
11.85
17
Nusa tenggara timur
10.59
18
Jawa barat
9.59
19
Kalimantan timur
9.34
20
Bengkulu
9.33
21
Jawa tengah
9.23
22
Banten
8.62
23
Sulawesi tenggara
8.42
24
Sulawesi tenggara
8.33
25
Gorontalo
5.77
26
Sulawesi Tengah
4.82
27
Sumatera selatan
4.32
28
Kalimantan tengah
4.20
29
Sumatera utara
3.97
30
Kalimantan selatan
3.69
31
Lampung
3.18
32
Nad aceh
3.05
33
Sulawesi barat
0.35
Nasional
18.38
Pada
table
ini
tingakt
prevalensi
(status satistik kasus hiv /aids Juni 2013)
tertinggi
adalah
provinsi
papua
G. Obat Herbal / Tradsional
Menurut
Dr.
Ir.
Raffi
Paramawati,
M.Si
dari
balai
besar
pengembangan mekanisasi pertanian semua bahan-bahan mengandung antioksidan, namun yang paling tinggi kandungan antioksidannya hanya dalam buah manggis yaitu terdapat pada kulitnya. Kesaksian serupa juga diungkapkan oleh H. Ki Ageng S. Dewantara seorang therapist herbal yang berpraktik di Bali menegaskan bahwa selama dia menggunaka ekstrak kulit manggis sudah 4 pasiennya yang terkena virus HIV dapat disembuhkan. Hasil penelitian Vlietinck, 1998 memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan di Cina yang juga menyimpulkan bahwa ekstrak kulit manggis menunjukkan potensi dalam menghambat HIV-1 protease yang mempengaruhi replica HIV.