BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
Beternak dan pemeliharaan sapi perah dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang meningkat. Upaya ini senantiasa didorong oleh pemerintah dalam mengusahakan pencapaian pemenuhan kebutuhan susu. Susu sapi digunakan untuk kebutuhan konsumsi susu segar dan industry makanan berbahan dasar susu seperti kue-kue, caramel, yoghurt dan lain-lain. Beberapa masalah yang perlu diketahui peternak dan pemeliharaan sapi perah adalah system pemeliharaan pemeliharaan ternak ternak dan kesehatan kesehatan hewan. Masalah Masalah penyakit-peny penyakit-penyakit akit parasit harus dipelajari agar terhindar dari kerugian ekonomis yang besar (Suhardono dkk, 1994). Penyakit parasit yang sering ditemukan pada ternak adalah Miasis. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh lalat Chrysomya bezziana. Lalat Chrysomya bezziana ditemukan untuk pertama kali pada miasis kuku sapi dalam bentuk infeksi campuran dengan lalat B. intonsus di daerah Minahasa (Kraneveld dan Pettinga,1948). Selanjutnya myasis dilaporkan ditemukan pada kuku sapi perah di daerah Bogor dalam bentuk infeksi campuran dengan Sarcophaga dux dan Musca domestica. Kejadian ini menjadi penting karena
lokasi luka kebanyakan terdapat pada kuku sehingga banyak sapi sakit yang tidak dapat dikerjakan bahkan harus dijual atau dipotong. Masalah miasis pernah menarik perhatian pada tahun 1976 1976 di Pt. Bina Mulya Ternak, Sulawesi Selatan.
1
Rupanya sapi-sapi impor asal Australia ( Brahman dan Brahman cross ) ini lebih peka terhadap serangan miasis dibandingkan dengan sapi-sapi local (Sigit dan Partoutomo, 1981). Miasis pada ternak sering ditemukan di sekitar mata, mulut, vulva, tanduk yang dipotong, luka kastrasi dan pusar hewan yang baru lahir. Awal infeksi larva terjadi pada daerah kulit yang terluka, selanjutnya larva bergerak lebih dalam menuju ke jaringan otot sehingga menyebabkan daerah luka semakin lebar. Kondisi ini menyebabkan tubuh ternak menjadi lemah, nafsu makan menurun, demam serta diikuti penurunan produksi susu dan berat badan bahkan dapat terjadi anemia (Spradbery,1991; Sukarsih dkk., 1999). Kejadian miasis di Indonesia masih menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pernyataan ini didukung oleh adanya beberapa laporan kasus myasis di Pulau Jawa, Madura, Kupang, Jaya Pura dan Sumatra. Penelitian dinamika kasus miasis di Kediri sepanjang tahun 2002-2004 menunjukkan peningkatan, yaitu 47 kasus (2002), 63 kasus (2003) dan 89 kasus (2004). Kasus miasis banyak terjadi pada sapi yang diikuti oleh pedet, kambing, cempe dan domba yaitu, pada induk pasca partus (miasis vulva) dan anak yang baru lahir (miasis umbikulus), sedangkan sisanya sebagai akibat luka traumatika seperti di leher (6,53%); kaki (6,03%); teracak (5,03%); moncong (5,03%); ekor (3,02%); preputium (2,01%) dan tanduk (2,01%). Sebanyak 0,5% luka traumatik terjadi di bagian kornea (mata), ambing, paha dan testis. Umumnya kasus miasis cukup tinggi menjelang musim hujan, yaitu pada bulan Oktober sampai April sedangkan kasus terendah terjadi pada 2
bulan Mei sampai Juli. Hasil ini sesuai dengan kasus myasis di pulau Lombok dan Sumba Timur yang dilaporkan tinggi pada musim hujan. Selain Kediri, kasus miasis di beberapa daerah di Pulau Jawa dideteksi antara lain Jember, Blitar, Daerah Istimewa Yogyakarta, Klaten dan Garut (W ardhana dan Muharsini, 2005). Angka kejadian miasis di lapangan masih tinggi, oleh sebab itu perlu adanya penanggulangan seperti memberikan perlakuan khusus pada ternak yang luka, melalukan pemeriksaan lebih rutin tidak hanya pada penyakit myasis namun dapat juga pada kasus penyakit lain.
TUJUAN
Tujuan karya tulis ini adalah untuk mengetahui kejadian Myasis yang disebabkan oleh Chrysomya bezziana yang terjadi di UPTD- BPBPTDK Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
MANFAAT
Hasil dari tugas akhir ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pengetahuan pada umumnya dan Ahli Madya khususnya dalam memahami penyakit Myasis. Baik mengenai gejala klinis awal, cara p engobatan, dan kerugian ekonomi yang timbul akibat penyakit tersebut. Selain itu peternak bisa lebih memperhatikan manajemen kesehatan sapinya sehingga dapat menghasilkan produksi serta kualitas ternak terutama susu yang maksimal dan optimal.
3