G. Contoh Kasus
Judul : KONTRIBUSI POLA REKRUITMENT, SISTEM PENGGAJIHAN, JENJANG KARIER, DAN MOTIVASI PEGAWAI, TERHADAP KINERJA PEGAWAI Model ini terdiri dari tiga variabel bebas, pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier dengan dua variabel tergantung, yaitu variabel motivasi pegawai dan kinerja pegawai.
Dalam model ini adalah ingin mengukur besamya pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai secara langsung dan secara tidak langsung melalui variabel motivasi pegawai. Model diagram jalurnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Pola Rekruitment
Sistem Penggajihan
Motivasi
Kinerja
Jenjang Karier
Keterangan: -
Pola rekrutmen merupakan variabel bebas pertama dan diberi simbol X 1
-
Sistem penggajian merupakan variabel bebas kedua dan diberi simbol X 2
-
Jenjang karier merupakan variabel bebas ketiga dan diberi simbol X 1
-
Motivasi tertentu merupakan variabel tergantung satu dan diberi simbol si mbol Y 1
-
Kinerja merupakan variabel tergantung dua dan diberi simbol Y 2
12
MASALAH :
1. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel motivasi pegawai secara parsial atau sendirisendiri dan variabel mana yang pengaruhnya paling besar? 2. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel motivasi pegawai secara gabungan? 3. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai? 4. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai melalui variabel motivasi pegawai?
DATA :
Data seperti terlihat di bawah ini: Pola Rekrutment 18 15 18 14 15 17 13 19 15 19 15 16 15 16 11 13 20 16 16 16 12 18 14 15 14 11 14 12 12 9
Sistem Penggajian 18 18 15 15 15 16 17 19 16 19 16 12 14 17 14 16 12 13 13 15 12 16 16 15 13 11 17 13 14 15
Jenjang Karier 16 16 21 14 16 16 15 18 16 21 17 17 18 15 12 16 16 13 18 15 15 19 21 11 14 12 9 15 13 14
Motivasi 16 18 16 15 16 16 13 21 17 18 17 15 14 18 17 17 18 17 15 16 16 15 15 13 18 13 13 11 12 8
Kinerja 15 12 14 13 12 13 14 12 14 15 13 11 12 12 13 14 15 14 15 14 14 14 11 12 12 10 10 10 9 8
13
PENYELESAIAN :
Penyelesaian masalah akan dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1:
Menentukan model diagram jalurnya berdasarkan paradigma h ubungan antarvariabel sebagai berikut: €1 Pola Rekruitment
€2
Sistem Penggajihan
Kinerja
Motivasi
Jenjang Karier
Tahap 2:
Membuat diagram jalur persamaan strukturalnya sebagai berikut:
€1
X1
€2
X2
Y1
Y2
X3
Diagram jalur di atas terdiri atas dua persamaan struktural, di mana X 1, X 2, dan X3 adalah variabel eksogen dan Y 1 serta Y2 adalah variabel endogen. Persamaan strukturalnya dapat dilihat sebagai berikut: Persamaan substruktur 1:
Y1 = PY1 X1 + PY1 X 2 + PY1 X 3 + €1
Persamaan substruktur 2 :
Y2 = PY2 X1 + PY2 Y1 + PY 2 X 3 + PY 2 X 2 + €2
14
Tahap 3 : Tahap Analisis
Dalam tahap analisis ini akan digunakan SPSS. Analisis yang akan dilakukan terdiri dari dua langkah. Pertama: analisis untuk substruktur 1, dan kedua untuk substruktur 2.
I. Substruktur 1: Persamaan strukturalnya: Y1 = PY1 X1 +PY1 X 2 +PY1 X 3 + €1 di mana Y 1 = Motivasi X1 = Pola rekrutmen X2 = Sistem penggajihan X3 = Jenjang karier €1 = Error
Hasil penghitungan (output) adalah sebagai berikut:
Regresi Model Summary Model
R
R Square
1
,643
a
Adjusted R Square
.413
Std. Error of the Estimate
,345
2,055
a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment
b
ANOVA
Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 77.228 109,773 187.002
df
Mean Square
F
Sig.
3 26 29
25.743 4.222
6.097
,003
a
a. Predictors: Predictor s: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: Motivasi pegawai
15
a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
1
5.134 .131 ,565 -.002
(Constant) Sistem penggajian penggaj ian Pola recruitment recruit ment Jenjang karir
Std. Error
Beta
3.073 ,193 ,180 ,161 ,161
t
Sig. 1.671 1.671 .677 3.143 -.013
,112 ,590 -.002
.107 .504 .004 .990
a. Dependent Variable: Motivasi pegawai
Korelasi Correlations Pola recruitment
Pola recruitment
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Sistem penggajian Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Jenjang karir
Pearson Correlation Siq. (2-tailed) N
Sistem penggajian
Jenjang karir
1
,412*
.534**
30
,024 30
,002 30
1
,285 ,127 30
,412* ,412* ,024 30
30
,534** ,002
,285 ,127
1
30
30
30
*. Correlation is significant significant at the 0.05 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the the 0.01 level (2-tailed).
PENAFSIRAN HASIL A. Analisis Regresi
Pada bagian ini analisis dibagi m enjadi dua, yaitu: Pertam a : melihat melih at pengaruh secara secara gabunga gabungan n Kedua
: melihat pengaruh secara parsial. Model Summary
a.
Model
R
R Square
1
,643
a
.413
Adjusted R Square ,345
Std. Error of the Estimate 2,055
Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment
a. Melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier secara gabungan terhadap motivasi
16
Pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap motivasi secara gabungan, maka dapat dilihat dari hasil perhitungan dalam model summary, khususnya angka R square di bawah ini:
Model Summary Model
R
R Square
1
,643
a
Adjusted R Square
.413
Std. Error of the Estimate
,345
2,055
a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment
Besarnya angka R square (r) adalah 0,413. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap motivasi dengan cara menghitung koefisien (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r x l00% = 0,413 x 100% KD = 41,3% Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap motivasi secara gabungan adalah 41,3%, sedangkan sisanya sebesar 58,7% (100%-41,3%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas motivasi yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier adalah sebesar 41,3%, sedangkan pengaruh sebesar 58,7% disebabkan oleh variabelvariabel lain di luar model ini. Untuk mengetahui kelayakan model regresi (Apakah model regresi sudah benar atau salah), maka diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis dapat menggunakan angka F pada table berikut: b
ANOVA
Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 77.228 109,773 187.002
df
Mean Square
F
Sig.
3 26 29
25.743 4.222
6.097
,003
a
a. Predictors: Predictor s: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: Motivasi pegawai
17
Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut: H0 :
Tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier dengan motivasi.
H1 :
Ada hubungan linier antara antara pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier dengan dengan motivasi.
Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara : Pertama, dengan membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel. Kedua, dengan membandingkan angka taraf signifansi (sig) hasil penghitungan dengan taraf signifikansi 0,05 (5%). *Menggunakan cara pertama atau membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel. Caranya sebagai berikut: 1. Menghitung F penelitian. F penelitian dari SPSS didapatkan sebesar 6,097. 2. Menghitung F tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat kebebasan (DK) dengan ketentuan numerator: jumlah variabel -1 atau 5-1 = 4; dan denumerator: jumlah kasus - 4 atau 30 - 4 = 26. Dengan ketentuan tersebut, diperoleh angka F tabel t abel sebesar 2,69. 2,69. 3. Menentukan kriteria uji hipotesis : -
Jika F penelitian > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
-
Jika F penelitian < F tabel maka H 0 diterima dan H1 ditolak.
Dari hasil perhirtungan didapatkan angka F penelitian sebesar 6,097 > F tabel sebesar 2,69 sehingga H 0 ditolak dan H1 diterima. Artinya : Terdapat hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier dengan motivasi. Dengan demikian, model regresi di atas sudah layak dan benar. Kesimpulannya : pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier secara gabungan mempengaruhi motivasi. Besamya pengaruh ialah 0,413 %. Besamya pengaruh variabel lain di luar model regresi tersebut dihitung dengan rumus: 1 - r
2
atau 1 - 0,413 = 0,587 atau sebesar 58,7%.
18
*Menggunakan
cara
kedua
atau
membandingkan
besarnya
angka
taraf
signifikansi (sig) penelitian dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 dengan kriterianya sebagai berikut: - Jika sig penelitian < 0,05 maka H 0 ditolak dan H1 diterima. - Jika sig penelitian > 0,05 maka H 0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,003 < 0,05 maka H 0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier.
b. Melihat pengaruh, pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier secara parsial terhadap motivasi pegawai
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap motivasi pegawai pegawai secara sendiri-sendiri/parsial, sendiri-sendiri/parsial, digunakan Uji T, sedangkan untuk melihat besamya pengaruh, digunakan angka Beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini.
a
Coefficients
Unstandardized Coefficients B Std.
Model 1
(Constant) (Const ant) Sistem Sistem en a ian Pola recruitment recruitm ent Jenjang karir
5.134 .13 .131 ,565 -.002
3.073 ,19 ,193 3 ,180 ,161 ,161
Standardized Coefficients Beta ,112 ,112 ,590 -.002
t
Sig. 1.671 1.671 .677 .677 3.143 -.013
.107 .504 .504 .004 .990
a. Dependent Variable: Motivasi pegawai
b.1 Hubungan antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai, kita dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Pertama : Menentukan hipotesis H 0 : Tidak ada ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan motiv motivas asii pegawai.
19
H 1:
Ada hubungan linier antara pola rekrutmen rekrutm en dan motivasi pega pegawai wai..
Kedua: Menghitung besarnya angka t penelitian Hasil penghitungan penghitungan SPSS SPSS diperoleh angka t penelitian penelitian sebesar 3,143. Ketiga: Menghitung M enghitung besarnya angka t table tabl e dengan ketentuan sebagai sebagai berik berikut: ut: Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut diperoleh angka t tabel sebesar 2,048. Keempat: Menentukan kriteria Kriteria uji hipotesisnya sebagai berikut: Jika t penelitian > t tabel, t abel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika t penelitian < t tabel, maka H 0 diterima dan H1 ditolak.
Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar sebesar 3,14 3,143 3> t table sebesar 2,048 sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai. Besarnya pengaruh pola rekrutmen terhadap motivasi pegawai sebesar 0,590 atau 59,0%.
b.2 Hubungan antara sistem penggajian dan motivasi pegawai
Hipotesis : H0: Tidak ada hubungan linier antara antara sistem penggajian penggajian dan motiva motivasi si pegawai. H1: Ada hubungan hubungan linier antara sistem penggajian penggajian dan motivasi motivasi pegaw pegawai. ai.
Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 0,677. Dengan taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) = n -2, atau 30 2 = 28. akan diperoleh angka angka t tabel sebesar sebesar 2,048. Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 0,677 < t table sebesar 2,048 sehingga H 0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara sistem penggajian dan motivasi pegawai. Besamya pengaruh sistem penggajian terhadap motivasi pegawai sebesar 0,112 atau 11,2% dianggap tidak signifikan
20
b.3 Hubungan antara jenjang karier dan motivasi pegawai
Hipotesis : H0:
Tidak ada hubungan linier antara antara j enj ang karier dan motivasi pegawai.
H 1:
Ada hubungan linier antara jenjang karier dan motivasi peg pegawa awai. i.
Dari hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar -0,013. Dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) = n -2, atau 30 -2 = 28, diperoleh angka angka t tabel sebesar sebesar 2,048. 2,048. Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar -0,013 < t tabel sebesar -2,048 maka H 0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara jenjang karier dengan motivasi pegawai. Besarnya pengaruh jenjang karier dan motivasi pegawai sebesar -0,002 atau sebesar -0,2 % dianggap tidak signifikan si gnifikan..
B. Analisis Korelasi
Untuk menganalisis korelasi antar variabel pola rekrutmen, sistem pegawai, dan jenjang karier, karier , dapat dianalisis dianal isis dari da ri hasil hasi l penghitungan penghi tungan SPSS S PSS sebagai berikut: berikut:
Correlations Pola recruitment
Pola recruitment
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Sistem penggajian Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Jenjang karir
Pearson Correlation Siq. (2-tailed) N
Sistem penggajian
Jenjang karir
1
,412*
.534**
30
,024 30
,002 30
1
,285 ,127 30
,412* ,412* ,024 30
30
,534** ,002
,285 ,127
1
30
30
30
*. Correlation is significant significant at the 0.05 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the the 0.01 level (2-tailed).
21
a. Korelasi antara pola rekrutmen rekrutmen dan sistem penggajian penggajian
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pola rekrutmen, dan sistem penggajian sebesar 0,412. Untuk menafsir angka tersebut, digunakan kriteria sebagai berikut: 0 - 0,25
: Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
> 0,25 - 0,5 : Korelasi cukup > 0,5-0,75 : Korelasi Korelasi kuat > 0,75 - 1
: Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,412 mempunyai maksud hubungan antara variabel
pola
rekrutmen dan sistem penggajian cukup kuat dan searah (karena hasilnya positif). Searah artinya jika pola rekrutmen tinggi maka sistem penggajian juga tinggi. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,024 < 0,05. Jika angka signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan. Sebaliknya, jika angka signifikansi (sig) > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signif signifika ikan. n.
b. Korelasi antara pola rekrutmen dan jenjang karier
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pola rekrutmen dan jenjang karier sebesar 0,534. Korelasi sebesar 0,534 mempunyai maksud hubungan antara variabel pola rekrutmen dan jenjang karier kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,002 < 0,01.
c. Korelasi antara antara sistem penggajian dan jenjang jenjang karier
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel sistem penggajian dan jenjang karier sebesar 0,285. Korelasi sebesar 0,285 mempunyai maksud hubungan antara sistem penggajian dan jenjang karier
22
cukup kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,127 > 0,05.
II. Substruktur 2
Persamaan strukturnya ialah: Y2 = PY2 X1 + PY2 Y1 + PY 2 X 3 + €2
Hasil Penghitungan dengan SPSS adalah sebagai berikut:
Regresi
a.
Model Summary R Square Adjusted R Square
Model
R
1
,646
a
,418
Std. Error of the Estimate
,324
1.595
Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola r ecruitment ecruitment
b
ANOVA
Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 45,601 63,598 109.199
df
Mean Square 11,400 2,544
4 25 29
F
Sig.
4,481
,007
a
a. Predictors: (Constant), (Constant), Moti vasi pegawai peg awai,, Jenjang karir, Sistem Sistem penggajian penggajian , Pola recruitment recruitment b. Dependent Variable: kinerja pegawai
a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
1
(Constant) Sistem penggajian penggaj ian Pola recruitment recruit ment Jenjang karir Motivasi pegawai
Std. Error
Beta
t
5,158 -,112 ,294 .087
2,510 .151 .164 .125
-.126 .402 .126
2.055 -.741 1,795 .696
.214
.152
.280
1.407
Sig. ,050 .466 .085 .493 .172
a. Dependent Variable: Kinerja pegawai
23
Korelasi
Correlations Pola Sistem recruitment penggajian
Pola recruitment
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30
Sistem penggajian penggaj ian Pearson Pearso n Correlation Correl ation Sig. (2-tailed) N
,412* ,024 30
30
Pearson Correlation Siq. (2-tailed) N
,534** ,002 30
,285 ,127 30
30
Pearson Correlation Siq. (2-tailed)
.634** .634** .000
,354 ,055
.344 ,062
1
30
30
30
30
Jenjang karir
Motivasi pegawai
1
Jenjang karir
N
,412* ,024 30
Motivasi pegawai
1
.534** ,002 30
.634* .634* ,000 30
,285 ,127 30
,354 ,055 30
1
.344 .062 30
*. Correlation is significant significant at the 0.05 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the the 0.01 level (2-tailed).
Penafsiran Hasil A. Analisis Regresi
Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua yaitu pengaruh secara gabungan dan melihat pengaruh secara parsial. a.
Melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai secara gabungan terhadap kinerja
Untuk melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan
motivasi
pegawai
secara
gabungan,
dapat
dilihat
dari
hasil
penghitungan dalam model summary, khususnya angka R square di bawah ini:
a.
Model Summary R Square Adjusted R Square
Model
R
1
,646
a
,418
,324
Std. Error of the Estimate
1.595
Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola r ecruitment ecruitment
24
Besamya angka R square (r~) adalah 0,418. Angka tersebut dapat digunakan untuk melihat melihat besamya pengaruh pengaruh pola rekrutmen, sistem sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai dengan cara menghitung Koefesien Determinasi (KD) dengan menggunakan menggunakan rumus sebagai berikut: 2
KD= r xl 00 % = 0,418x 0,418x100 100% % KD = 41,8% Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai secara gabungan terhadap kinerja pegawai adalah 41,8%, sedangkan sisanya sebesar 58,2% (100% - 41,8%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kinerja pegawai yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai adalah sebesar 41,8%, sedangkan pengaruh sebesar 58,2% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini. Uji hipotesis menggunakan angka F dari d ari tabel di bawah ini
b
ANOVA
Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 45,601 63,598 109.199
df
Mean Square 4 25 29
11,400 2,544
F
Sig.
4,481
,007
a
a. Predictors: (Constant), (Constant), Moti vasi pegawai peg awai,, Jenjang karir, Sistem Sistem penggajian penggajian , Pola recruitment recruitment b. Dependent Variable: kinerja pegawai
Hipotesis: H0 : Tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian, penggaji an, jenjang jenj ang karier kar ier dan d an motivasi mot ivasi pegawai dengan kinerja kiner ja pegawai H1 : Ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai dengan kinerja pegawai Pengujian hipotesis: Dengan membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel. F penelitian dari SPSS didapatkan sebesar 4,481
25
Dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat kebebasan (DK) dengan numerator: jumlah variabel -1 atau 5-1=4; dan denumerator: jumlah kasus - 4 atau 30 - 4 = 26, diperoleh angka F tabel sebesar 2,74. Jika F penelitian > F tabel maka H 0 ditolak dan H1 diterima. Jika F penelitian < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dari hasil perhitungan didapatkan angka F penelitian sebesar 4,481 > F tabel sebesar 2,74 sehingga H 0 ditolak dan HI diterima. Artinya, ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai dengan kinerja pegawai. Dengan demikian, model regresi di atas sudah layak dan benar. Kesimpulannya ialah pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai secara gabungan mempengaruhi kinerja pegawai. Besarnya pengaruh ialah 41,8%. Besarnya pengaruh variabel lain di luar model regresi tersebut dihitung dengan rumus 1 2
r atau 1 - 0,418 = 0,582 atau sebesar 58,2%.
b. Melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai secara seca ra sendiri send iri-sendiri/parsial, digunakan Uji T, sedangkan untuk melihat besamya pengaruh, Coefficient di bawah ini. digunakan angka Beta atau Standardized Coefficient a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
1
5,158 -,112 ,294 .087 .214
(Constant) Sistem penggajian penggaj ian Pola recruitment recruit ment Jenjang karir Motivasi pegawai
Std. Error
Beta
t
2,510 .151 .164 .125
-.126 .402 .126
2.055 -.741 1,795 .696
.152
.280
1.407
Sig. ,050 .466 .085 .493 .172
a. Dependent Variable: Kinerja pegawai
26
b. 1 Hubungan antara sistem penggajian dan kinerja pegawai
Hipotesis: H0 :
Tidak ada hubungan linier antara sistem penggajian dan kinerj kinerjaa pegawai.
H1 :
Ada hubungan linier antara sistem penggajian dan kinerja pegawai.
Menghitung besamya angka t penelitian: Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar -0,741. Menghitung besamya angka t tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n - 2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut diperoleh angka t tabel t abel sebesar 2,048. Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H0 diterima. Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H0 ditolak. Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar -0,741 < t tabel sebesar -2,048 sehingga H 0 diterima dan H 1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara sistem penggajian dan kinerja pegawai. Besamya pengaruh sistem penggajian terhadap kinerja pegawai sebesar -0,126 atau 12,6% dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermiii dalam angka signifikansi sebesar sebes ar 0,466 yang lebih besar dari 0,05.
b.2 Hubungan antara pola rekrutmen dan kinerja pegawai
Hipotesis: H0 : Tidak ada ada hubimgan hubimgan linier antara pola rekrutmen rekrutmen dan kinerja pegawai. H 1:
Ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan kinerja peg pegaw awai ai..
Menghitung besamya angka t penelitian: Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 1,795. Menghitung besaniya angka t tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048.
27
Jika t penelitian > tabel maka H 0 ditolak dan H1 diterima dan Jika t penelitian < t tabel t abel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar 1,795 < t tabel sebesar 2,048 sehingga H 0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan kinerja pegawai. Besamya pengaruh pola rekrutmen terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 0,402 atau 40,2% yang dianggap tidak signifikan. Hal ini juga sesuai dengan nilai signifikansi sebesar 0,085 yang lebih besar dari 0,05.
b.3 Hubungan antara jenjang karier dan kinerja pegawai
Hipotesis: H0 : Tidak ada hubungan linier antara jenjang karier dan kinerja pegawai. pegawai. H 1 : Ada hubungan linier antara jenjang karier dan kinerja pegaw pegawai ai.. Menghitung besamya angka t penelitian: Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 0,696. Menghitung besamya angka t tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048. Jika t penelitian > t tabel maka H 0 ditolak dan H1 diterima. jika t penelitian < t tabel maka H 0 diterima dan H1 ditolak. Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 0,696 < t tabel sebesar 2,048 sehingga H 0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara jenjang karier dan kinerja pegawai. Jika dilihat dari angka Beta, besarnya pengaruh pengaruh layanan ter-hadap loyalitas sebesar 0,126 atau 12,6% dianggap tidak signifikan.
b.4 Hubungan Hubungan antara motivasi pegawai dan kinerja kinerja pegawai
Hipotesis: H0: Tidak ada hubungan linier antara motivasi pegawai dan kine kinerja rja pegawai. H1 : Ada hubungan linier antara motivasi pegawai dan kinerja pega pegawa wai. i.
28
Menghitung besarnya angka t penelitian: Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 1,407. Menghitung besarnya angka t tabel: Dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048. Jika t penelitian > t tabel t abel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Didasarkan hasil penghitungan, diperol eh angka t penelitian sebesar sebesar 1,4 1,407 07 < t tabel sebesar 2,048 sehingga H 0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara motivasi pegawai dan kinerja pegawai. Besarnya pengaruh motivasi pegawai ter-hadap kinerja pegawai adalah sebesar 0,280 atau 28,0% yang dianggap tidak signifikan. Hal ini juga sesuai dengan nilai signifikansi sebesar 0,172 yang lebih besar dari 0,05.
B. Analisis Korelasi
Korelasi antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Correlations Pola Sistem recruitment penggajian
Pola recruitment
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30
Sistem penggajian penggaj ian Pearson Pearso n Correlation Correl ation Sig. (2-tailed) N
,412* ,024 30
30
Pearson Correlation Siq. (2-tailed) N
,534** ,002 30
,285 ,127 30
30
Pearson Correlation Siq. (2-tailed)
.634** .634** .000
,354 ,055
.344 ,062
1
30
30
30
30
Jenjang karir
Motivasi pegawai
N
1
,412* ,412* ,024 30
Jenjang karir
Motivasi pegawai
1
.534* ,002 30
.634 ,000 30
,285 ,127 30
,354 ,055 30
1
.344 .062 30
*. Correlation is significant significant at the 0.05 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the the 0.01 level (2-tailed).
29
a. Korelasi antara pola pola rekrutmen rekrutmen dan sistem sistem penggajian penggajian
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel pola rekrutmen dan sistem penggajian sebesar 0,412. Untuk menafsir angka tersebut, digunakan kriteria sebagai berikut: 0 - 0,25
: Korelasi sangat le all (dianggap tidak ada)
> 0, 25 -0 ,5
: Korela Korelasi si cukup cukup
> 0,5 -0,75 -0,7 5
: Korelasi Korelasi kuat
> 0,75 - 1
: Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,412 mempunyai maksud hubungan antara variabel pola rekrutmen dan sistem penggajian cukup kuat dan searah (karena hasilnya positif). Searah artiiiya jika pola rekrutmen tinggi maka sistem penggajian juga tinggi. Korelasi dua variabel bersifat sigiiifikan karena angka signifikansi sebesar 0,024 < 0,05. Jika angka signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan. Sebaliknya, jika angka signifikansi (sig) > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.
b. Korelasi antara pola rekrutmen dan jenjang karier
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pola rekrutmen dan jenjang karier sebesar 0,534. Korelasi sebesar 0,534 mempunyai maksud hubungan antara variabel pola rekrutmen dan jenjang karier kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,002 < 0,01. Catatan: angka 0,01 digunakan karena hasil penghitungan SPSS memberikan
angka signifikansi sebesar 0,01 yang ditandai dengan dua bintang (**). Standar SPSS antara 0,01 sampai dengan 0,05.
c. Korelasi antara sistem penggajian dan jenjang karier
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel sistem penggajian dan jenjang karier sebesar 0,285. Korelasi sebesar 0,285 mempunyai maksud hubungan antara variabel sistem penggajian dan jenjang karier cukup kuat
30
dan searah. Korelasi dua variabel tidak bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,127 < 0,05.
d. Korelasi antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel rekrutmen dan motivasi pegawai sebesar 0,634. Korelasi sebesar 0,634 mempunyai maksud hubungan antara variabel rekrutmen dan motivasi pegawai kuat dan searah. Korelasi dua variabel var iabel bersifat signifikan karena karena angka signifik signifikansi ansi sebesar sebesar 0,00 0,00 < 0,01. Catatan: digunakan angka 0,01 karena hasil penghitungan SPSS memberikan
angka signi-fikansi sebesar 0,01 yang ditandai dengan dua bintang (**). Standar SPSS antara 0,01 sampai dengan 0,05.
e. Korelasi antara jenjang karier dan motivasi pegawai
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara jenjang karier dan motivasi pegawai sebesar 0,344. Korelasi sebesar 0,344 mempunyai maksud hubungan antara variabel jenjang karier dan motivasi pegawai cukup kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,62 > 0,05.
PERHITUNGAN PENGARUH a. Pengaruh Langsung (Direct Effect atau DE)
Untuk menghitung p engaruh langsung atau DE, digunakan formula seba sebaga gaii berikut: -
Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap motivasi X1
-
Pengaruh variabel sistem penggajian terhadap motivasi X2
-
Y1 = 0 ,112
Pengaruh variabel jenjang karier terhadap motivasi X3
-
Y 1 = 0,590
Y1 = -0,002
Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja
31
X1 -
Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja X3
-
Y2 = 0,402
Y2 = 0,126
Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja Y1
Y2 = 0,280
b. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect atau IE)
Untuk menghitung pengaruh tidak langsung atau IE, digunakan formula sebagai berikut: -
Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja melalui motivasi X1
-
Y1
Y2 = (0,590 x 0,280) = 0,1652
Pengaruh variabel sistem penggajian terhadap kinerja melalui motivasi X2
-
Y1
Y2 = (0,112 x 0,280) = 0,03136
Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja melalui motivasi X3
Y1
Y2
= (-0,002 x 0,280) = -0,00056
c. Pengaruh Total (Total Effect ) - Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja melalui motivasi
X1
Y1
Y2 = (0,590 + 0,280) = 0,87
- Penganih variabel sistem penggajian terhadap kinerja melalui motivasi X2
Y1
Y2 = (0,112 + 0,280) = 0,392
- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja melalui motivasi X3
Y1
Y2 = (-0,002 + 0,280) = 0,278
- Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja X1
Y2 = 0,402
32
- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja X3
Y 2 = 0,126
- Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja Y1
Y 2 = 0,280
€1 = 0.587
X1
p y1X1
r X1 X2
0,590
0,412 r X1X3
X2
0,534
p y3X1
p y2X1
€2 = 0.5827
0,402
Y1
0,112
p y2 y1
Y2
0,280
r X3X2 p y1X3
0,285
-0,002
p y2X3 0,126
X3
Persamaan struktural untuk model tersebut ialah: Substruktur 1: Y1 = 0,590X1 + 0,112X2 -0,002X3 + €1 Substruktur 2: Y2 = 0,402X1 + 0,126X2 -0,280X3 + €2
KESIMPULAN
Dari hasil analisis perhitungan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja pegawai secara langsung
33
sebesar 0,402. 2. Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja pegawai secara langsung sebesar 0,126. 3. Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja pegawai secara langsung sebesar 0,280. 4. Pengaruh variabel pola rekruitmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi terhadap kinerja secara gabungan sebesar 0,418. 5. Pengaruh variabel-variabel lain di l uar model terhadap kinerja sebesar 0,582. 6. Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap t erhadap motivasi sebesar 0,590. 7. Pengaruh variabel jenjang karier terhadap t erhadap motivasi sebesar -0,002. 8. Pengaruh variabel sistem penggajian terhadap motivasi sebesar 0.112. 9. Pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian, dan jenjang karier secara gabungan terhadap motivasi sebesar 0,413. 10. Pengaruh variabel lain di luar l uar model terhadap motivasi sebesar 0,587.
34