KATA PENGANTAR
Pemerintah
Kabupaten
pembangunan
wilayahnya
pembangunannya Pencanangan
Majalengka
Visi
melalui dan
telah Visi
Misi
dalam
upaya
membuat
dan
Misi
Pembangunan
pengembangan
rancangan
Pembangunan PEMDA
dan
perencanaan yaitu
REMAJA.
Majalengka
tersebut
dilakukan meningat sumbangan sektoral pada bidang pertanian sangat besar, selain tersedianya sumber daya alam yang besar di Wilayah Kabupaten Majalengka juga memiliki potensi wilayah pengembangan Pariwisata terutama Agrowisata dan Agrobisnis. Mengingat penting dan kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka yang bersifat partisifatip telah membuka peluang bagi kalangan investor untuk turut bersama-sama mengembangkan potensi yang tersedia. Dalam jangka
pendek
rencana strategis pembangunan
Agrobisnis dan
Agrowisata menjadi prioritas mengingat rencana strategi tersebut harus dapat terealisasi. Posisi geografis secara umum wilayah Kabupaten Majalengka sangat strategis selain dilalui jalur regional yang menguhubungkan wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, Kabupaten Majalengka juga merupakan wilayah pengembangan tata ruang pembangunan wilayah timur di Jawa Barat sebagai wilayah penyangga kota perdagangan Jawa Barat di Wilayah III Cirebon. Dalam perencanaan pembangunannya wilayah Kabupaten Majalengka khususnya di Kecamatan
Sindangwangi
akan
dijadikan
pusat
pariwisata
Kabupaten
Majalengka diberi nama dengan KAWITWANGI dan yang menjadi andalan adalah pariwisata Agrowisata dan Agrobisnis. Rajagaluh, Juli 2009 CV. PUTRA BRAJA
YUNI HARTINI Page | 1
Direktur
Page | 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Secara Geografis kawasan wisata agro CV. PUTRA BRAJA terletak di Desa Jerukleueut, Desa Pahaerang Kecamatan Sindangwangi. Jarak yang harus ditempuh dari pusat Kota Majalengka untuk menuju objek ini yaitu + 22 km dengan luas lahan sebesar + 2 Ha dan untuk pengembangan ke depan ± 64 Ha. Objek wisata ini dimiliki/dikelola oleh perseorangan yaitu CV. PUTRA BRAJA. Kawasan Cileuweung yang masih berada di kawasan Kecamatan Sindangwangi yang akan dijadikan sebagai pusat pariwisata di Kabupaten Majalengka atau yang
disingkat
“KAWITWANGI”.
Kawasan
tersebut
memiliki
Topografi
bergelombang, berbukit-bukit dan sebagian memiliki wilayah datar dengan didukung potensi hidrologis yang cukup besar yang diantaranya terdapat Situ Talaga Herang, Situ Talaga Nila, dan Situ Talaga Benter untuk menambah debit air bisa mengambil dari Situ Cikuda dan ikawasan ini juga berdekatan dengan Punduk Guha dan Batu Luhur serta bisa menikmati panorama Gunung Kuda yang bisa dilihat dari kawasan ini. Status kawasan Cileweung adalah milik pribadi yang dibeli dari masyarakat setempat karena kawasan tersebut tidak produktif. Pada saat ini lahan di sana yang sudah kuasai sekitar ± 2 Ha dalam waktu dekat kami akan membeli secara bertahap semua kawasan tersebut yang luasnya ± 64 Ha. Seluruh areal kawasan Cileweung berpeluang besar untuk diberdayakan sebagai kawasan agrowisata dan tempat-tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi oleh keluarga khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dengan
uraian
tersebut
di
atas
dalam
rangka
menunjang
dan
ikut
berpartisipasi dalam Program Pembangunan Kabupaten Majalengka khusnya di bidang Pariwisata (KAWITWANGI) pada umumnya menanggulangi kemiskinan, mengurangi angka pengangguran, pembukaan lahan baru yang nantinya akan Page | 3
di jadikan pariwisata (Agrowisata) sesuai dengan Program Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka yaitu untuk Kecamatan Sindangwangi menjadi Tempat Pariwisata (Agrowisata), perikanan, pengembangan pemukiman penduduk, penambahan areal lahan pertanian yang tidak produktif menjadi produktif, pengembangan obyek wisata serta pembukaan wilayah yang terisolasi karena belum adanya sarana jalan yang menuju ke tempat tersebut. Itu merupakan sebagai
bagian
dari
upaya
peningkatan
IPM,
Pemerintah
Kabupaten
Majalengka. Dengan adanya pembukaan lahan untuk tempat pariwisata di Kecamatan Sindangwangi parawisata
perlu
tersebut
adanya
pengupasan
diharapkan
dan
perkonomian
pembukaan masyarakat
lahan
untuk
meningkat,
khususnya di lingkungan tersebut dan umumnya di luar lingkungan tersebut, serta diharapkan dapat mengubah gaya hidup kurang mampu menjadi ekonomi mampu terpenuhinya segala kebutuhan hidup.
1.2 Ragam Potensi Sumber daya alam yang tersedia pada kawasan Cileuweung berpotensi untuk dikembangkan baik sebagai kawasan pengembangan Agrobisnis maupun Agrowisata. Ada beberapa potensi yang dapat dikembangkan di wilayah Cileuweung ini, diantaranya adalah:
Rumah Sederhana (Entik Sunda) Kebun Buah-buahan Tempat Pemancingan Tempat Bermain Anak Bumi Perkemahan Agrowisata pertanian dan peternakan Lapangan Tembak senjata pendek Rumah Makan dan Caffe Gedung pertemuan untuk Rapat (meeting room) Tempat Penelitian budi daya Ikan
Page | 4
1.3 Identifikasi Masalah Status tanah yang berada di kawasan Cileweung seluruhnya milik masyarakat akan tetapi sebagian besar seluruhnya sudah dibeli dan disertifikatkan atas nama CV. PUTRA BRAJA. Infrastruktur dasar yang berakses ke lokasi kawasan pengembangan sudah memadai dan sudah dibuatkan jalan ke kawasan tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat akses jalan sudah bagus dan layak untuk dilalui
kendaraan.
Dengan
dilakukannya
upaya
peningkatkan
atau
pengembangan akses jalan yang lebih baik sangat membuka peluang dan sekaligus akan membuka wilayah tersebut akan menjadi kawasan agrowisata yang maju di Kabupaten Majalengka umumnya di wilayah Kecamatan Sindangwangi khususnya.
1.4 Metode Kerja dan Jadwal Pengembangan Pembangunan fisik terdiri atas beberapa tahap. Pentahapan pembangunan ditempuh guna kemudahan evaluasi dan antisipasi terhadap perubahan di lapangan, khususnya ada kenaikan harga tanah dan material. Metode kerja disusun guna mencapai sasaran waktu yang ditetapkan. Konsep dasar yang dipakai adalah memulai pekerjaan sedini mungkin dan simultan. Dengan analisa jaringan kerja akan nampak adanya pekerjaan yang dapat dilaksanakan secara serempak. Konsekuensi logisnya adalah munculnya masalah koordinasi pelaksanaan pembangunan serta pengendalian mutu, secara operasional kegiatan dibagi beberapa tahan, utama yaitu: a. Tahap Persiapan Di dalam tahap persiapan ada beberapa tahap yang akan dilakukan, diantaranya menyangkut :
Proses pembebasan lahan tanah. Proses perijinan Penyiapan perangkat lunak Page | 5
Sire planning, perancangan pembangunan, sarana dan prasarana, spesifikasi teknis, perhitungan anggaran biaya.
b. Tahap Operasional Di dalam tahap operasional juga ada beberapa tahap yang akan dilakukan, diantaranya menyangkut : Rencana kerja, rencana pelaksanaan, jadwal kerja Koordinasi pelaksanaan lapangan Mencari sumber-sumber material (vendor) dan mendata seberapa besar kemampuan pemasokan pada proyek Melaksanakan rencana (software) secara simultan. Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan lahan untuk parisiwata ini terbagi beberapa tahap. Hal ini dilaksanakan atas pertimbangan kemampuan keuangan, kemampuan pemasokan (supplies) para pemasok material dan pertimbangan tingkat kegiatan di lapangan yang masih mungkin dilakukan karena lahan yang akan digunakan belum sepenuhnya hak milik perusahaan. Karakteristik horizontal,
pembangunan karenanya
lahan
sangat
pariwisata
(Agrowisata)
memungkinkan
untuk
ini
bersifat
dilaksanakan
pembangunan secara frontal dan simultan. Pekerjaan prasarana (infrastruktur) akan dilaksanakan oleh unit-unit kerja tersendiri. Hal ini dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa amat sukar membagi segment-segment/tanggungjawab dan sinkronisasi penyelesaian pekerjaan infrastruktur terhadap pekerjaan pembangunan tempat pariwisata (Agrowisata).
1.5 Pengembangan Agrowisata dan Agrobisnis Upaya pengembangan Agrowisata dan Agrobisnis pada kawasan Cileuweung lebih berpotensi mengingat sebagian besar sumber daya alam sudah tersedia. Pengembangan Agrobisnis pada kawasan Cileweung dapat berupa :
Page | 6
a. Kegiatan pertanian hortikultura Kegiatan pertanian hortikultura akan dikembangkan seperti : Tanaman Buah Duren Montong, Tanaman Lengkeng Aroma Duren, Tanaman Lengkeng Bola Pimpong, Tanaman Duwet Putih, Tananaman Buah Gedong Gincu, Tanaman Rambutan dan lain sebagainya. b. Kegiatan Perikanan Kegiatan perikanan akan dikembangkan penelitian dan sebagai pusat Kolam pemancingan. c. Kegiatan Peternakan Untuk kegiatan peternakan akan dikembangkan peternakan penggemukan domba dan sapi Untuk pengembangan Agrowista pada kawasan Cileuweung dapat berupa dan akan dikembangkan berupa : a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Rumah Sederhana (Rumah Adat Sunda) Kebun Buah-buahan Kolam Pemancingan Tempat Bermain Anak Bumi Perkemahan Lapangan Tembak senjata pendek Rumah Makan dan Caffe Gedung pertemuan untuk Rapat (meeting room) Tempat Penelitian budi daya Ikan
Page | 7
BAB II Pemahaman Agrowosata
2.1 Pengertian Kawasan Agrowisata Agrowisata memiliki pengertian yang sangat luas, dalam banyak hal sering kali berisikan dengan ekowisata. Ekowisata dan agrowisata memiliki banyak persamaan, terutama karena keduanya berbasis pada sumber daya alam dan lingkungan. Di beberapa negara agrowisata dan ekowisata dikelompokkan dalam satu pengertian dan kegiatan yang sama, agrowisata merupakan bagian dari
ekowisata.
Untuk
itu,
diperlukan
kesamaan
pandangan
dalam
perencanaan dan pengembangan agrowisata dan ekowisata. Sedikit perbedaan antara agrowisata dan ekowisata dapat dilihat pada definisi dibawah ini. EKOWISATA atau ecotourism merupakan pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada usaha-usaha pelestarian alam atau konservasi. Beberapa contoh ekowisata adalah Taman Nasional, Cagar Alam, Kawasan Hutan Lindung, Cagar Terumbu Karang, Bumi Perkemahan dan sebagainya. AGROWISATA, menurut Moh. Reza T. dan Lisdiana F, adalah objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata atau agrotourism dapat diartikan juga seabagai pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada pembudidayaan
kekayaan alam.
Industri ini
mengandalkan pada
kemampuan budidaya baik pertanian, peternakan, perikanan atau pun kehutanan. Dengan demikian agrowisata tidak sekedar mencakup sektor pertanian, melainkan juga budidaya perairan baik darat maupun laut. Baik agrowisata yang berbasis budidaya, maupun ekowisata yang bertumpu pada upaya-upaya konservasi, keduanya berorientasi pada pelestarian sumber daya alam serta masyarakat dan budaya lokal. Pengembangan agrowisata dapat dilakukan dengan mengembangkan kawasan yang sudah atau akan dibangun seperti kawasan agropolitan, kawasan usaha ternak maupun kawasan industri perkebunan. Jadi, Pengembangan kawasan agrowisata berarti mengembangkan suatu kawasan yang mengedepankan wisata sebagai salah Page | 8
satu pendorong pertumbuhan ekonominya. Industri wisata ini yang diharapkan mampu menunjang berkembangnya pembangunan agribisnis secara umum. Kawasan agrowisata sebagai sebuah sistem tidak dibatasi oleh batasanbatasan yang bersifat administratif, tetapi lebih pada skala ekonomi dan ekologi yang melingkupi kawasan agrowisata tersebut. Ini berarti kawasan agrowisata dapat meliputi desa-desa dan kota-kota sekaligus, sesuai dengan pola interaksi ekonomi dan ekologinya. Kawasan-kawasan pedesaan dan daerah pinggiran dapat menjadi kawasan sentra produksi dan lokasi wisata alam, sedangkan daerah perkotaan menjadi kawasan pelayanan wisata, pusatpusat kerajinan, yang berkaitan dengan penanganan pasca panen, ataupun terminal agribisnis. Kawasan agrowisata yang dimaksud merupakan kawasan berskala lokal yaitu pada tingkat wilayah Kabupaten/Kota baik dalam konteks interaksi antar kawasan lokal tersebut maupun dalam konteks kewilayahan propinsi atau pun yang lebih tinggi. 2.2. Kriteria Kawasan Agrowisata Kawasan
agrowisata
yang
sudah
berkembang
memiliki
kriteria-kriteria,
karakter dan ciri-ciri yang dapat dikenali. Kawasan agrowisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, hortikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya: a. Sub sistem usaha pertanian primer (on farm) yang antara lain terdiri dari pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. b. Sub sistem industri pertanian yang antara lain terdiri industri pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal maupun ekspor. c. Sub sistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya dukung kawasan baik terhadap industri & layanan wisata maupun sektor agro, misalnya transportasi dan akomodasi, penelitian dan pengembangan, perbankan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi dan infrastruktur.
Page | 9
2) Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi. Kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor agro. 3) Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan. Berbagai kegiatan dan produk wisata dapat dikembangkan secara berkelanjutan. 2.3. Prasyarat Kawasan Agrowisata Pengembangan kawasan agrowisata harus memenuhi beberapa prasyarat dasar antara lain: 1.
Memiliki
sumberdaya
mengembangkan
lahan
komoditi
dengan
pertanian
agroklimat yang
yang
akan
sesuai
dijadikan
untuk
komoditi
unggulan. 2. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agrowisata, seperti misalnya: jalan, sarana
irigasi/pengairan,
telekomunikasi,
fasilitas
sumber
air
perbankan,
baku,
pasar,
terminal,
pusat
informasi
jaringan
pengembangan
agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas umum serta fasilitas sosial lainnya. 3. Memiliki sumberdaya manusia yang berkemauan dan berpotensi untuk mengembangkan kawasan agrowisata. 4. Pengembangan agrowisata tersebut mampu mendukung upaya-upaya konservasi
alam
dan
kelestarian
lingkungan
hidup
bagi
kelestarian
sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara keseluruhan. 2.4 Tujuan Pengembangan Kawasan Agrowisata Pariwisata menurut Undang-undang kepariwisataan No. 9 tahun 1990 adalah bahwa
penyelenggaraan
kepariwisataan
adalah
memperkenalkan,
mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata; memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar Page | 10
bangsa; memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja;
meningkatkan
kesejahteraan
dan
pendapatan kemakmuran
nasional
dalam
rangka
meningkatkan
masyarakat; mendayagunakan produksi
nasional. Pariwisata diarahkan sebagai sektor andalan dan unggulan di luar migas diharapkan memberikan kontribusi yang besar peranannya sebagai (1) penghasil
devisa
negara,
(2)
mendorong
pertumbuhan
ekonomi
nasional/daerah, (3) pemberdayaan ekonomi masyarakat, (4) memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, (5) meningkatkan pemasaran produk nasional, (6) meningkatkan kesejahteraan, (7) memelihara kepribadian bangsa, (8) melestarikan fungsi dan mutu lingkungan hidup. Sebagai bagian dari pengembangan pariwisata bahwa tujuan pengembangan kawasan agrowisata adalah: a) Mendorong tumbuhnya visi jangka panjang pengembangan industri pariwisata,
khususnya
agrowisata,
sebagai
salah
satu
sarana
peningkatan ekonomi dan pelestarian sumber daya alam masa depan. b) Memberikan kerangka dasar untuk perencanaan dan pengembangan agrowisata secara umum. c) Mendorong upaya-upaya untuk pengembangan industri wisata yang terpadu berbasis kawasan dan potensi-potensi kewilayahan, sosial dan budaya daerah. Perencanaan
pengembangan
kawasan
agrowisata
berbasis
kawasan
ini
ditujukan untuk meningkatkan kegiatan Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat umum, dimana sasaran yang hendak dicapai adalah: a) Terwujudnya panduan awal bagi Pemerintah Daerah dalam perencanaan pengembangan kawasan agrowisata; b) Terwujudnya pengembangan kawasan
agrowisata
sebagai
bahan
masukan kebijakan dan pengembangan kawasan pariwisata di daerah; c) Terwujudnya motivasi bagi Pemerintah Daerah dan swasta/masyarakat untuk pengembangan kawasan agrowisata. d) Terwujudnya kawasan yang mendukung kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup di daerah;
Page | 11
e) Terwujudnya
peningkatan
kesempatan
kerja
dan
pendapatan
daerah/masyarakat. 2.5 Pengembangan Kawasan Agrowisata Pengembangan kawasan agrowisata ini menuntut pengelolaan ruang (tata ruang) yang lebih menyeluruh baik yang meliputi pengaturan, evaluasi, penertiban maupun peninjauan kembali pemanfaatan ruang sebagai kawasan agrowisata, baik dari sisi ekologi, ekonomi maupun sosial budaya. Penataan kawasan agrowisata ini sangat mungkin beririsan dengan pemanfaatan kawasan lain seperti kawasan pemukiman atau kawasan industri. Prioritas perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan pendekatan kawasan yang bukan hanya meliputi sisi ekologi, tetapi juga sosial budaya dan ekonomi. Sehingga dalam jangka panjang, bukan hanya pelestarian daya dukung lingkungan saja yang tercapai, tetapi juga pertumbuhan ekonomi yang stabil serta budaya yang lestari. Pengembangan agrowisata sebagai salah satu sektor pembangunan secara umum menjadi sangat relevan, sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Pengembangan
agrowisata
berbasis
kawasan
akan
mampu
mendorong
berbagai sektor lain baik ekonomi, sosial maupun budaya. Dan perencanaan pengembangan kawasan agrowisata harus dilihat dalam bingkai hubungan faktor pemintaaan (demand) dan faktor penawaran (supply factor). Demand Factor adalah profil dan situasi pasar wisata baik internasional maupun domestik, kecenderungan pasar dan sebagainya. Sedangkan supply factor merupakan produk dan layanan wisata yang dikembangkan baik berupa kegiatan, fasilitas maupun aset wisata. Pengembangan kawasan agrowisata harus dilakukan secara terintegrasi dengan
sektor-sektor
terkait
seperti
pertanian,
peternakan,
perikanan,
pengolahan, perhotelan, biro perjalanan, industri, kesenian dan kebudayaan dan sebagainya dalam bingkai kewilayahan dan keterpaduan pengelolaan kawasan. Agrowisata dapat merupakan pengembangan dari sektor lain yang diharapkan mampu menunjang pengembangan ekonomi secara berkelanjutan, Page | 12
misalnya pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan agropolitan, pengembangan
kawasan
agrowisata
pada
kawasan
perkebunan,
pengembangan kawasan agrowisata pada tanaman pangan dan hortikultura, pengembangan
kawasan
agrowisata
pada
kawasan
peternakan,
pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan perikanan darat dan lain sebagainya. 2.6 Prinsip-prinsip Pengembangan Perencanaan pengembangan kawasan agrowisata harus memenuhi prinsipprinsip tertentu yaitu: a.
Pengembangan kawasan agrowisata harus mempertimbangkan
penataan dan pengelolaan wilayah dan tata ruang yang berkelanjutan baik dari sisi ekonomi, ekologi maupun sosial budaya setempat. Mempertimbangkan RTRWN yang lebih luas sebagai
dasar
pengembangan kawasan. Mendorong apresiasi yang lebih baik bagi masyarakat luas tentang pentingnya pelestarian sumber daya alam yang penting dan karakter
b.
sosial budaya. Menghargai dan
melestarikan
keunikan
budaya,
bangunanbangunan bersejarah maupun tradisional. Pengembangan fasilitas dan layanan wisata
lokasi yang
dan
mampu
memberikan kenyamanan pengunjung sekaligus memberikan benefit bagi masyarakat setempat. Memberikan nilai tambah bagi produk-produk lokal dan meningkatkan
pendapatan sektor agro. Merangsang tumbuhnya investasi bagi kawasan agrowisata sehingga
menghidupkan ekonomi lokal. Merangsang tumbuhnya lapangan kerja baru bagi penduduk lokal. Menghidupkan gairah kegiatan ekonomi kawasan agrowisata dan
c.
sekitarnya. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya lokal. Pengembangan kawasan agrowisata harus mampu melindungi
sumber daya dan kekayaan alam, nilai-nilai budaya dan sejarah setempat.
Pengembangan
memenuhi kebutuhan
kawasan
pasar semata,
agrowisata
ini
tidak
hanya
tetapi harus dalam koridor
melindungi dan melestarikan aset-aset yang menjadi komoditas utama Page | 13
pengembangan kegiatan,
kawasan.
atraksi
wisata
Penggalian yang
unik
terhadap ditujukan
nilai-nilai, untuk
lokasi,
mendorong
pertumbuhan kawasan agrowisata secara berkelanjutan. d. Diperlukan studi dan kajian yang mendalam, berulang (repetitive) dan melibatkan pihak-pihak yang relevan baik dari unsur masyarakat, swasta maupun pemerintah. Dengan demikian diharapkan perencanaan & pengembangan kawasan semakin baik dari waktu ke waktu serta terdokumentasi dengan baik.
Page | 14
2.7
Ruang Lingkup/Cakupan Kawasan
Ruang Lingkup/cakupan kawasan agrowisata dapat meliputi pegunungan, lereng, lembah, perairan (sungai dan danau) sampai ke pantai dan perairan laut. Dari segi fungsi dapat terdiri dari antara lain: a. Sub Sistem Lahan Budidaya Kawasan lahan budidaya merupakan kawasan dimana produk-produk agribisnis dihasilkan. Kawasan ini dapat berupa pertanian tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan perikanan baik darat maupun laut. Kegiatan dalam kawasan ini antara lain pembenihan, budidaya dan pengelolaan. Pengembangan produk wisata pada sub sistem ini misalnya wisata kebun, wisata pemancingan, wisata pendidikan, wisata boga di saung, penginapan saung, dan sebagainya. b. Sub Sistem Pengolahan & Pemasaran Pengolahan produk-produk agribisnis dapat dilakukan di kawasan terpisah dengan kawasan lahan budidaya. Kawasan ini dapat terdiri dari kawasan industri pengolahan dan pemasaran baik bahan pangan maupun produk kerajinan. Standardisasi dan pengemasan dapat juga dilakukan di kawasan ini sebelum produk-produk agribisnis siap dipasarkan. Wisata belanja, wisata boga atau pun wisata pendidikan dapat dikembangkan pada sub sistem ini. c. Sub Sistem Prasarana & Fasilitas Umum Sub sistem ini merupakan sub sistem pendukung kawasan agrowisata. Prasarana dan Fasilitas Umum dapat terdiri dari pasar, kawasan perdagangan, transportasi dan akomodasi, fasilitas kesehatan serta layanan-layanan umum lainnya. Pengembangan fasilitas ini harus memperhatikan karakter dan nilainilai lokal tanpa meninggalkan unsur-unsur keamanan dan kenyamanan peminat agrowisata. 2.8
Interaksi antar Sub Sistem
Interaksi antar kawasan harus memperoleh perhatian yang serius misalnya kawasan cagar budaya, cagar alam, kawasan pemukiman dan kawasan sentra industri.
Interaksi
keseluruhan
kawasan
harus
mampu
mendukung Page | 15
pengembangan industri wisata secara keseluruhan. Untuk itu diperlukan kesadaran kolektif yang kuat sesuai dengan semangat pelayanan untuk pengembangan industri agrowisata. a. Cakupan Sektor Agrowisata Pengembangan kawasan agrowisata dapat dilakukan sesuai dengan potensi yang dapat dikembangkan di daerah. Hal ini perlu mempertimbangkan antara agroklimat, kesesuaian lahan, budaya agro yang sudah berkembang, potensi pengembangan dan kemungkinan-kemungkinan produk-produk turunan yang dapat dikembangkan di masa depan. Berkaitan dengan sektor agribisnis yang dapat dikembangkan, tipologinya dapat terdiri atas: usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura, usaha perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan darat, usaha perikanan laut, dan kawasan hutan wisata konservasi alam. Pengembangan kawasan agrowisata dimungkinkan untuk dilakukan secara lintas sektor. Kreativitas dan inovasi dalam pengembangan produk-produk wisata dan membidik celah pasar merupakan sesuatu yang sangat penting. Pengembangan direncanakan
kawasan dan
agrowisata
dikemas
secara
secara terpadu
lintas
sektoral
dengan
ini
harus
memperhatikan
aksesibilitas, kemudahan dan ketersedian berbagai fasilitas dan layanan. Semakin
banyaknya
pilihan
produk
wisata
dalam
suatu
kawasan
memungkinkan kawasan agrowisata semakin menarik. b. Tipologi Kawasan Agrowisata Kawasan agrowisata memiliki tipologi kawasan sesuai klasifikasi usaha pertanian
dan
agribisnisnya
masing-masing.
Adapun
tipologi
kawasan
agrowisata tersebut dalam Tabel 1 dibawah ini, sebagai berikut: c. Infrastruktur Infrastruktur penunjang diarahkan untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agrowisata sebagai sebuah kesatuan kawasan yang antara lain meliputi:
Page | 16
1. Dukungan fasilitas sarana & prasarana yang menunjang kegiatan agrowisata yang mengedepankan kekhasan lokal dan alami tetapi mampu memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan. Fasilitas
ini
dapat
berupa
fasilitas
transportasi
&
akomodasi,
telekomunikasi, maupun fasilitas lain yang dikembangkan sesuai dengan jenis agrowisata yang dikembangkan. 2. Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem kegiatan agribisnis primer terutama untuk mendukung kerberlanjutan kegiatan agribisnis primer, seperti: bibit, benih, mesin dan peralatan pertanian, pupuk, pestisida, obat/vaksin ternak dan lain-lain. Jenis dukungan sarana dan prasarana dapat berupa: a. Jalan b. Sarana Transportasi. c. Pergudangan Sarana Produksi Pertanian d. Fasilitas Bimbingan dan Penyuluhan, pendidikan dan pelatihan. e. Fasilitas lain yang diperlukan 3. Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem usaha tani/ pertanian primer (on-farm agribusiness) untuk peningkatan produksi dan keberlanjutan
(sustainability)
pangan
hortikultura,
dan
usaha
budi-daya
perkebunan,
pertanian:
peternakan,
tanaman
perikanan,
dan
kehutanan. Jenis sarana dan prasarana ini antara lain: a. Jalan-jalan pertanian antar kawasan. b. Sarana air baku melalui pembuatan sarana irigasi untuk mengairi dan menyirami lahan pertanian. c. Dermaga, tempat pendaratan kapal penangkap ikan, dan tambatan perahu pada kawasan budi daya perikanan tangkapan, baik di danau ataupun di laut. d. Sub terminal agribisnis & terminal agribisnis. 4. Infrastruktur yang tepat guna, yang dimaksud infrastruktur yang dibangun
baik
jenis
maupun
bentuk
bangunan
harus
dirancang
sedemikian rupa tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan dan menimbulkan
dampak
yang
seminimal
mungkin
pada
lingkungan Page | 17
sekitarnya. Teknologi yang digunakan dapat bervariasi dan sebaiknya jenis teknologi harus disesuaikan dengan kondisi setempat. 5.
Biro
perjalanan
wisata
sebagai
pemberi
informasi
dan
sekaligus
mempromosikan pariwisata, meskipun mereka lebih banyak bekerja dalam usaha menjual tiket dibandingkan memasarkan paket wisata. d. Kelembagaan 1) Lingkup pedoman kelembagaan adalah suatu ketentuan berupa sistem pengelolaan yang menjembatani berbagai kepentingan antara instansi terkait atau disebut protokol 2) Protokol diarahkan kepada pengaturan hubungan antara pemangku kepentingan dan antar tingkat pemerintahan baik di pusat maupun daerah 3) Sesuai dengan kondisi daerah dan jenis agrowisata yang dikembangkan, pihak-pihak stakeholders yang berkepentingan dan terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan pengembangan kawasan agrowisata ini antara lain: a) Kantor Kementerian Pariwisata & Persenibud b) Dinas Pariwisata dan Persenibud c) Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah d) Dinas Pertanian e) Dinas Kelautan dan Perikanan f)Dinas Perdagangan dan Perindustrian g) Dinas Perhubungan h) Dinas Kehutanan dan Perkebunan i) Kanwil Pertanahan Nasional j) TKPRD (Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah) k) Pemerintah Daerah Tingkat I l) Pemerintah Daerah Tingkat II kabupaten/kota m) Dunia Usaha dan Masyarakat n) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) o) Perguruan Tinggi p) Dan Lain-Lain.
Page | 18
Tabel 1. Tipologi Kawasan Agrowisata N o
Sub-sektor Usaha Pertanian
Tipologi Kawasan
Persyaratan Agroklimat
Tanaman Pangan dan Hortikultura
Dataran rendah dan dataran tinggi, dengan tekstur lahan yang datar, memiliki sarana pengairan (irigasi) atau sumber air yang memadai.
Harus sesuai dengan jenis komoditi yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jenis tanah, tekstur lahan, iklim, dan tingkat keasaman tanah
2
Perkebunan
Dataran tinggi, tekstur lahan berbukit, tanaman tahunan, memiliki keindahan alam, dekat dengan kawasan konservasi alam.
Harus sesuai dengan jenis komoditi yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jenis tanah, testur lahan, iklim, dan tingkat keasaman tanah.
3
Peternakan
Dekat kawasan pertanian, perkebunan dan kehutanan, dengan sistem sanitasi yang memadai.
Lokasi tidak boleh berada dipermukiman & memperhatikan aspek adaptasi lingkungan.
Perikanan darat
Terletak pada kolam perikanan darat, tambak, danau alam dan danau buatan, daerah aliran sungai baik dalam bentuk keramba maupun tangkapan alam.
Memperhatikan aspek keseimbangan ekologi dan tidak merusak ekosistem lingkungan yang ada.
Perikanan laut
Daerah pesisir pantai hingga lautan dalam hingga batas wilayah zona ekonomi ekslusif perairan NKRI.
Memperhatikan aspek keseimbangan ekologi dan tidak merusak ekosistem lingkungan yang ada.
1
4
5
6
Hutan wisata konservasi alam (Kebun Raya)
Kawasan hutan lindung dikawasan tanah milik negara, kawasan ini biasanya berbatasan langsung dengan kawasan lahan pertanian dan perkebunan dengan tanda batas wilayah yang jelas.
Sesuai dengan karakteristik lingkungan alam wilayah konservasi hutan setempat.
Lembaga-lembaga tersebut diatas seharusnya bertanggung jawab dalam perencanaan dan pengembangan agrowisata, berkaitan dengan penyediaan berbagai infrastruktur yang diperlukan. Pengalokasian akses seperti akses informasi, komunikasi dan transportasi menjadi tanggung jawab sektor publik. Tetapi dalam implementasinya, sektor publik berkonsentrasi pada perangkat keras,
dari
aksesakses
tersebut,
sedangkan
perangkat
lunak
dan
pengoperasiannya dapat dilakukan tidak hanya oleh sektor publik tetapi juga Page | 19
sektor swasta, terutama para pengusaha yang relevan dengan masing-masing akses tersebut. Pembangunan pusat-pusat informasi menjadi sangat krusial untuk memacu pengembangan agrowisata pada umumnya. Hal ini karena kegiatan pariwisata merupakan salah satu produk unggulan non migas bagi penerimaan
daerah.
Disamping
itu
pemda
dan
sektor
yang
relevan
bertanggungjawab terhadap perlindungan dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup di lokasi. Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan agrowisata harus ada kegiatan pemantauan yang dilakukan pemda. Untuk itu perlu ada instrumen yang jelas dan terukur agar monitoring kegiatan agrowisata dapat dilakukan secara optimal. Swasta
dalam
Swadaya
pengembangan
Masyarakat,
agrowisata
perguruan
tinggi,
(perguruan
dunia
usaha
tinggi, dan
Lembaga
masyarakat)
diharapkan mempunyai peran yang sangat besar dalam pengembangan pariwisata.
Swasta
justru
lebih
berperan
dalam
pelaksanaan
kegiatan
agrowisata terutama pemasaran, penyediaan jasa dan opersional kegiatan, disini karena peran swasta melengkapi sektor publik. Oleh karena itu kedua stakeholder tersebut harus bekerjasama dan berkoordinasi agar kegiatan agrowisata dapat berjalan baik. Dunia usaha dan masyarakat sesuai dengan prinsip agrowisata, keterlibatan dunia usaha dan masyarakat setempat sangat penting dan mutlak diperlukan. Kegiatan ini harus mengakomodasi dan terintegrasi dengan budaya local serta harus memberikan manfaat ekonomi dalam kehidupan masyarakat sekitar. Oleh karena itu perlu diupayakan peningkatan ketrampilan melalui pendidikan latihan agar kesempatan dan kemampuan masyarakat dapat memberikan peran yang lebih besar dalam kegiatan agrowisata. Kerjasama
dan
pengusahaan
koordinasi
agrowsisata
antar
berbagai
sangat
penting
stakeholder dan
menjadi
terkait
dalam
faktor
kunci
keberhasilan dalam pengembangan agrowisata. Kerjasama dan koordinasi antar berbagai stakeholder dapat bervariasi, mulai dari informasi sampai dengan bentuk kerjasama yang legal dan formal. Sedangkan areal kerjasama juga sangat luas meliputi semua proses pengembangan agrowisata, mulai dari perencanaan
seperti
penetapan
lokasi
kawasan,
pelaksanaan
kegiatan Page | 20
termasuk operasional sampai kepada pemantauan kegiatan agar dapat dicapai sasaran secara berkelanjutan dengan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat
setempat
khususnya,
sebagaimana
konsep
pengembangan
kawasan agrowisata (Gambar 3). 2.9 Manajemen Pengembangan Kawasan Agrowisata Pengembangan Agrowisata berbasis kawasan merupakan pengembangan kawasan yang tumbuh dan berkembang dengan memadukan berbagai kelebihan
dan
keuntungan
agribisnis
dengan
kegiatan
wisata
secara
berkelanjutan. Hal ini memerlukan rencana pengembangan yang menyentuh hal-hal yang paling mendasar baik dari sisi penataan wilayah dan kawasan, pengelolaan sumber daya lokal (baik alam, penduduk, ekonomi, sosial maupun budaya). Penetapan dan pengembangan kawasan agrowisata dapat dilakukan pada beberapa kawasan secara terpadu seperti kawasan sentra produksi pertanian dengan kawasan danau dan sungai. Dengan demikian kawasan agrowisata bukanlah kawasan yang secara khusus diperuntukkan bagi industri wisata, melainkan dapat saja berupa kawasan lain dengan memberikan pengembangan fasilitas, kegiatan serta promosi wisata. Strategi
dan
arah
kebijakan
pengembangan
kawasan
agrowisata
sekurangkurang dilakukan dengan beberapa tahapan berikut ini: 1. Adanya pedoman pengelolaan ruang kawasan agrowisata sebagai bagian dari RTRWN, yang berupa strategi pola pengembangan kawasan agrowisata tersebut. 2. Penetapan kawasan agrowisata dilakukan berdasarkan studi kelayakan yang secara
mendasar
ekonomis,
mempertimbangkan
kelayakan
teknis
kelayakan
(agroklimat,
ekologis,
kesesuaian
lahan,
kelayakan dll),
dan
kelayakan sosial budaya. 3. Pengembangan Kawasan Agrowisata harus melalui tahapan-tahapan yang jelas dan terarah. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: a. Persiapan Kawasan Agrowisata Merupakan rencana pengembangan jangka pendek antara 0 -1 tahun.
Page | 21
Kawasan ini merupakan daerah potensi pengembangan yang diidentifikasi memiliki potensi yang layak dikembangkan karena kekayaan alamnya dan topologinya, peruntukan maupun sosial budaya. Kawasan ini dapat juga berupa kawasan yang diarahkan untuk kawasan agrowisata, misalnya kawasan bantaran sungai atau danau yang akan direhabilitasi. Melalui pengembangan
fasilitas
yang
mendukung,
daerah
ini
dapat
dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. b. Pra Kawasan Agrowisata Merupakan rencana pengembangan jangka menengah 1 – 5 tahun, dimana kawasan mulai dikembangkan sesuai dengan arah perencanaan dan pengembangan. Pada tahap ini kawasan sudah mulai berkembang dan kegiatan agrowisata sudah mulai berjalan. Hal ini dapat dicirikan dengan adanya kesadaran yang mulai tumbuh di masyarakat tentang pengembangan
kawasan
agrowisata
di
daerahnya
serta
kegiatan
agribisnis dan agrowisata yang berjalan bersama secara serasi. Kegiatan pengembangan sumber daya manusia dan lingkungan pada tahap ini harus dilakukan secara intensif, untuk mempersiapkan sebuah kawasan dengan kesadaran agrowisata. c. Tahap Kawasan Agrowisata Pada tahap ini kawasan sudah mapan sebagai kawasan agrowisata. Pada tahapan ini kawasan agrowisata sudah berkembang dan memiliki ciri-ciri seperti: optimalisasi sumberdaya alam; adanya pusat-pusat kegiatan wisata terpadu dengan berbagai kegiatan budidaya, pengolahan dan pemasaran; minimalnya dampak lingkungan yang terjadi; pemberdayaan masyarakat lokal, seni, sosial dan budaya. 4. Pengembangan kawasan agrowisata dalam jangka panjang berorientasi pada pelestarian daya dukung lingkungan dan sumber daya alam. Hal ini menuntut pola agribisnis yang dikembangkan benar-benar sesuai dengan karakter dan kesesuaian lahan, memiliki dampak lingkungan minimal (misalnya tidak diperkenankan penggunaan pestisida secara berlebihan atau aplikasi pestisida organik yang aman secara ekologis). Berbagai kebijakan, Page | 22
program, prosedur dan petunjuk pelaksanaan harus dirumuskan secara lebih rinci dengan melibatkan berbagai pihak terkait. 5. Pengembangan kawasan agrowisata diharapkan mampu memelihara dan bahkan memperbaiki daya dukung lingkungan dan kelestarian sumber daya alam secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Upaya-upaya pelestarian flora dan fauna yang mulai langka diharapkan dapat dilakukan dan memberikan nilai ekonomi bagi pelaku usaha agrowisata misalnya dengan mengembangkan kawasan budidaya tanaman obat atau tanaman pangan yang sudah mulai jarang dikonsumsi pada masyarakat modern. Hal ini dapat juga dilakukan pada bidang peternakan dan perikanan. 6. Manfaat Pengembangan agrowisata (warta penelitian dan pengembangan pertanian vol 24 no, 1, 2002). Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumberdaya lahan dan pendapatan petani dan masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat di sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumberdaya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap
tenaga
kerja
dari
masyarakat
pedesaan,
sehingga
dapat
menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata antara lain adalah melestarikan
sumberdaya
alam,
melestarikan
teknologi
local
dan
meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata. a. Arah Pengembangan Arah & strategi pengembangan Kawasan Agrowisata harus bertumpu pada kekuatan dan potensi lokal dan berorientasi pasar. Pertumbuhan pasar agrowisata dan ekowisata cukup tinggi di seluruh dunia. Diperlukan kreativitas dan inovasi untuk mengemas dan memasarkan produk-produk unggulan agrowisata dengan menjual keaslian, kekhasan dan ke-lokalan yang ada di kawasan agrowisata. Hal ini dapat dikombinasikan dengan produk-produk petualangan,
yang
lebih
perkemahan,
umum
seperti
pengembangan
pengembangan fasilitas
wisata
hiking/tracking, Page | 23
pemancingan, wisata boga, wisata budaya dan lain-lain sesuai dengan potensi yang dimiliki. Selain itu, harus diberikan kemudahan dan dukungan melalui penyediaan sarana & prasarana yang menunjang baik dari sisi budidaya, pengolahan pasca panen maupun infrastruktur dan fasilitas lain seperti promosi, transportasi dan akomodasi dan pemasaran yang terpadu harus dilakukan oleh pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Arah pengembangan kawasan agrowisata harus mampu menyentuh komponen-komponen kawasan secara mendasar. Hal ini antara lain meliputi: a. Pemberdayaan masyarakat pelaku agrowisata b. Pengembangan pusat-pusat kegiatan wisata sebagai titik pertumbuhan. c. Pengembangan sarana dan prasarana yang menunjang. d.
Adanya
keterpaduan
antar
kawasan
yang
mendukung
upaya
peningkatan dan pelestarian daya dukung lingkungan serta sosial dan budaya setempat. e. Adanya keterpaduan kawasan agrowisata dengan rencana tata ruang wilayah daerah dan nasional. b. Kordinasi Kelembagaan Kegiatan agrowisata
perencanaan,
pengembangan
memerlukan
koordinasi
dan
antara
pelaksanaan lembaga
kawasan
terkait
dalam
pelaksanaan di lapangan dengan membentuk tim teknis pokja tata ruang kawasan agrowisata lintas departemen/sektor terkait. Bentuk pelaksanaan tugas koordinasi berbentuk: (1). Pembagian Tugas Di tingkat pusat dan nasional dilaksanakan melalui BKTRN (Badan Koordinasi
Tata
Ruang
Nasional),
ditingkat
propinsi
dan
kabupaten/kota melalui TKPRD (Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah) di tingkat I dan tingkat II. Page | 24
(2). Fungsi Pengawasan BKTRN, TKPRD tingkat I dan TKPRD tingkat II bertugas untuk melakukan pengawasan dan memantau di lapangan, apakah terjadi penyimpangan, pelanggaran, pengrusakan, dan konversi lahan yang telah diperuntukkan sebagai kawasan agrowisata. Selain itu akan selalu memantau perkembangan yang terjadi serta kebijakan dan keputusan yang dibuat oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
departemen
pemanfaatan
teknis
ruang
yang
kawasan
terkait
dengan
agrowisata,
tata
konversi
ruang lahan
dan serta
koordinasi teknis di tingkat pelaksanaan.
Page | 25
(3) Penertiban BKTRN, TKPRD tingkat I dan TKPRD tingkat II akan melakukan penertiban berdasarkan hasil temuan dilapangan sesuai dengan fungsi, tugas, dan kewenangan. Penertiban dalam bentuk memo dinas internal lintas departemen dan rekomendasi tindakan hukum ke instansi penegakkan hukum terkait (Kejaksaan dan Kepolisian). c. Peran Serta Masyarakat (1) Perguruan Tinggi Perguruan tinggi sebagai center of excellence akan menjadi mitra pemerintah
baik
pengembangan
ditingkat
riset
di
pusat
berbagai
maupun bidang
daerah
dalam
termasuk
dalam
pengembangan agrowisata ini baik yang berkaitan dengan budidaya pertanian, peternakan, perikanan dan pengembangan wisata. Studi, Penelitian & Pengembangan maupun konsultansi diharapkan dapat dilakukan secara berkelanjutan. (2) Lembaga Swadaya Masyarakat Lembaga swadaya masyarakat memiliki cukup banyak data dan informasi yang dapat dijadikan referensi dan bahan-bahan penunjang untuk perencanaan dan pengembangan agrowisata. Masyarakat, LSM dan Pemerintah diharapkan memiliki interaksi yang konstruktif untuk pengembangan agrowisata. Fungsi LSM antara lain dapat berperan untuk: a. Memberikan fungsi kontrol & pengawasan terhadap programprogram pemerintah khususnya tata ruang kawasan agrowisata. b. LSM akan memberikan masukan, kritik dan saran atas pedoman tata ruang kawasan agrowisata yang ada dan sedang berjalan, sehingga diharapkan akan memberikan feed back yang baik untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Page | 26
(3) Masyarakat dan dunia usaha Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang perlu terus didorong keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dengan pendekatan community driven planning, dengan pendekatan ini diharapkan: a. Terciptanya kesadaran, kesepakatan dan ketaatan masyarakat dan dunia usaha terhadap aturan tata ruang kawasan agrowisata dan sarana-sarana pendukungnya. b. Masyarakat dan dunia usaha ikut merencanakan, menggerakkan, melaksanakan
dan
juga
mengontrol
pelaksanaan
program
agrowisata dan penataan ruang kawasannya. c. Adanya kesadaran hukum dan budaya masyarakat akan pentingnya tata ruang kawasan agrowisata, sehingga masyarakat dan dunia usaha selalu berkoordinasi dan berhubungan dengan instansi pemerintah terkait jika melakukan kegiatan yang berkaitan dan berhubungan dengan usaha agribisnis dan agrowisata. d. Meningkatkan
legitimasi
program
pembangunan
kawasan
agrowisata. e. Masyarakat dan dunia usaha menjadi pelaku langsung dan obyek dari program pengembangan kawasan agrowisata baik sebagai investor, tenaga pertanian maupun tenaga wisata. d. Indikator Keberhasilan Pedoman pengelolaan kawasan agrowisata bisa dinyatakan berhasil apabila dalam implementasi lapangan terjadi: 1)
Munculnya
berbagai
kawasan
agrowisata
yang
mampu
memberikan multi-effect secara positif baik dari sisi ekologi & lingkungan, ekonomi maupun sosial budaya. 2) Masuknya investasi sektor swasta baik PMA maupun PMDN ke kawasan agrowisata. 3) Tumbuhnya paradigma baru di jajaran departemen teknis terkait dan pemerintah
daerah,
dimana
dalam
pengembangan
kawasan Page | 27
agrowisata, akan selalu merujuk pada RTRWN, RTRW, peraturan dan pedoman terkait. 4) Pedoman pengelolaan ruang agrowisata nasional dan daerah ini tersosialisasi dengan baik kepada semua pihak yang berkepentingan 5) Tidak terjadi konversi lahan pertanian maupun lahan konservasi alam yang menyalahi ketentuan RTRWN dan RTRW secara signifikan yang berkaitan dengan rencana pengembangan kawasan agrowisata di suatu wilayah. 6) Tidak terjadi benturan dan kesimpangsiuran di tingkat teknis atas model pengelolaan ruang dan kawasan suatu wilayah. e. Pemberdayaan Masyarakat Pembinaan dan sosialisasi ditujukan kepada para masyarakat dan dunia usaha yang menjadi subjek dan objek dari pengembangan kawasan agrowisata, tolok ukur keberhasilannya adalah: 1) Masyarakat dan dunia usaha yang terlibat sebagai pelaku dalam program
pengembangan
dan
pengelolaan
kawasan
agrowisata
sepenuhnya mengerti, mentaati, mematuhi dan berperan serta aktif dalam penegakan rambu-rambu dan etika pengembangan agrowisata. 2) Meningkatnya tingkat kesejahteraan sosial masyarakat di kawasan agrowisata dan sekitarnya. 3) Berkembangnya usaha berbasis agribisnis dan agroindustri, baik dalam skala kecil, menengah dan besar yang juga berorientasi pada insdustri wisata di kawasan agrowisata. 4) Tidak terjadi konversi lahan kawasan agrowisata secara tidak terkendali yang dapat merusak ekologi dan lingkungan.
Page | 28
BAB III LINGKUP INVESTASI
3.1 Potensi Investasi Berdasarkan hasil pengamatan bahwa Kawasan Cileuweung memiliki potensi investasi yang sangat besar, selain terletak pada posisi geografis yang mendukung juga tersedianya sumber daya alam yang sangat besar dan relative mudah untuk dikembangkan, maka kawasan Cileuweung sangat berfotensi sekali untuk dijadikan kawasan Wisata Agro. Mengingat letak geografis yang strategis dan ketersediaan sumber daya alam yang sangat melimpah dan sangat besar untuk dikembangkan, maka kawasan Cileuweung yang terletak di Kecamatan Sindangwangi yang oleh pemerintah Kabupaten
Majalengka
akan
dijadikan
sebuah
kawasan
pengembangan
Pariwisata dan pusat Agrowisata dalam rangka merealisasikan kawasan Kecamatan Sindangwangi sebagai pusat Pariwisata bagian Timur Kabupaten Majalengka (KAWITWANGI). Lingkup potensi investasi kawasan Cileuweung adalah dapat berupa : investasi di bidang Agrowisata, Peternakan maupun Perikanan secara terperinci potensi investasi tersebut diuraikan lebih lanjut di bawah ini. 3.2 Pusat Agribisnis Hortikultura Potensi sumber daya alam yang sudah tersedia dapat dikembangkan menjadi sebuah agribisnis hortikultura. Pengembangan agribisnis hortikultura dapat berupa buah-buahan yang mengandung nilai jual yang tinggi. Jenis dan macam buah-buahan
yang akan dikembangkan di kawasan
Cileuweung adalah Duren Montong, Lengkeng Aroma Duren, Lengkeng Bola Pimpong, Duwet buah Putih, Buah Gedong Gincu, Rambutan dan lain sebagainya.
Page | 29
Page | 30
3.3 Pusat Agrobisnis Peternakan Untuk pengembangan pusat agrobisnis peternakan akan dikembangkan oleh kelompok-kelompok peternak yang sudah ada. Budidaya peternakan yang dikembangkan adalah penggemukan sapi dan domba. Untuk penggemukan sapi akan dikembangkan dengan system Dry Fattening yang memadukan pakan alami silase dan pakan buatan lainnya (Wisterlage). 3.4 Pusat Agrowisata Dalam rangka mewujudkan Sindangwangi sebagai Pusat Parawisata di Kabupaten Majalengka kawasan Cileuweung akan memberikan kawasan wisata yang bernuansa kelestarian lingkungan (ekosistem), berkultur dan bernilai jual tinggi seperti : a. Rumah Sederhana (Etnik Sunda) Akan dimulai dengan membangun perumahan sederhana yang bernuansa kampung asli bisa digunakan untuk menginap dan berkumpul sama keluarga. Pembangunan perumahan tersebut sementara akan dibangun terlebih dahulu menurut kebutuhan dan dana yang dimiliki. Fasilitas yang perumahan sederhana tersebut akan dibangun secara minimalis dan tidak mengurangi keaslian kampung asli di pedesaan. Rumah
sederhana
ini
juga
tidak
menuntut
kemungkinan
selalu
dikembangkan sejalan dengan peningkatan kebutuhan penghuninya, maka rumah sederhana haruslah dipandang perlu sebagai suatu proses yang terus menerus. Dari sudut pandang inilah rancangan rumah sederhana nantinya akan
dikembangkan
sesuai
dengan
tingkat
pengunjung
yang
akan
mengunjungi tempat Agrowisata ini. b. Kebun Buah-buahan Kebuan Buah Buahan yang kami akan buat sesuai dengan perkembangan jaman dan untuk meningkatkan harga pasar dan menarik minat pengunjung tempat kami maka kami akan menanam tanaman atau blok-blok masing masing jenis tanaman yang bermutu di antaranya Tanaman Buah Duren Montong, Tanaman Lengkeng Aroma Duren, Tanaman Lengkeng Bola Page | 31
Pimpong, Tanaman Duwet Buah Putih, Tananaman Buah Gedong Gincu, Tanaman Rambutan dan lain sebagainya. Sehingga dengan tanaman tersebut kami dapat menghasilkan Keuntungan dan nilai jual wisata kami dapat di minati pengunjung dan kami tidak mengangu lingkunagn ataupun sumber air. c. Kolam Pemancingan Kolam pemancingan dan budidaya ikan maka kami akan di buat guna mendukung program pemerintah daerah tentang perikanan dan di dalam perusahaan
kami
sudah
ada
kelompor
peternak
ikan
yang
sudah
mendapatkan juara di karnakan di pekerja kami / tim kami sebagian besar sebagai peternak ikan . d. Tempat Bermain Anak Tempat bermain anak akan kami buat secara sederhana tapi bisa menarik anak anak yang akan berkunjung ke tempat kami dan mengenalkan anak anak kepada pendidikan yang kreatip dan bukan mengenalkan anak anak kepada hal hal yang moderen sehingga anak anak semakin di kuasai teknologi bukkan menguasai teknologi. e. Bumi Perkemahan Dengan bumi perkemahan yang kita sediakan maka pengunjung obyek wisata yang kami akan buat tidak akan sepi pengunjung dan bagi pengunjung perkemahan akan berkesan dengan tempat tempat yang sudah kami sediakan dan bisa menikmati buah – buahan yang sedang berbuah dengan harga yang bisa terjangkau dengan pengunjung. f. Lapangan Tembak senjata pendek Lapangan tembak akan dibuat secara aman dan nyaman (safety) guna untuk menjamin keselamatan dan diharapkan dengan adanya lapangan tembak akan menambah rasa kebersamaan antar Instansi khususnya TNI dan POLRI untuk latihan menembak bersama yang berada di lingkungan Pemda Majalengka sambil menikmati nuansa alam yang disuguhkan kawasan wisata Agro CV. PUTRA BRAJA. Page | 32
g. Rumah Makan dan Caffe Untuk rumah makan akan disediakan makanan dan minuman khas dari berbagai daerah Majalengka dan akan menemukan menu-menu baru yang belum ada di tempat lain yang bersumber dari alam langsung serta menghindari dari bahan-bahan kimia. h. Gedung pertemuan untuk Rapat (meeting room) Gedung pertemuan (meeting room) yang bersifat khusus (tertutup) untuk pertemuan-pertemuan penting terutama rapat-rapat Instansi Pemerintah dan swasta yang bersifat khusus dan rahasia. Karena akan dibuat di tempat yang berada di sekitar kawasan yang dikelilingi dengan pagar kawat yang tinggi berlapis pohon-pohonan, sehingga tidak semua orang bisa masuk ke kawasan Gedung Pertemuan tersebut dan akan dibuatkan 2 (dua) pintu yaitu pintu masuk dan pintu keluar serta akan dilengkapi dengan pasilitaspasilitas untuk menunjang kelancaran rapat-rapat tersebut. i. Tempat Penelitian budi daya Ikan Dalam
penembangannya
tempat
penelitian
budi
daya
ikan
akan
bekerjasama dengan pihak-pihak berkompeten dan profoesional dalam bidangnya sehingga nantinya akan ditemukan varietas bibit Ikan unggulan dan dapat di nikmati oleh masyarakat pada umumnya.
Page | 33
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Kawasan Cileuweung memiliki peluang investasi bisnis yang strategi dan menjanjikan
dalam
memperhatikan
pariwisata
kelestarian
Agrowisata
dan
dan
Agrobisnis
yang
tetap
keseimbangan
lingkungan
(ekosistem),
bernuansa etnik Sunda dan budaya local serta penerapan teknologi tepat guna. Wilayah kawasan Cileweung memiliki lahan yang sangat luas, terdiri dari tanah pribadi (CV. PUTRA BRAJA) sekitar 2 Hektar, dan 64 hektar milik masyarakat yang akan dibebaskan secara bertahap oleh CV. PUTRA BRAJA, sedangkan untuk alternative pengembangan kawasan tersebut kami sudah membeli dengan system uang di muka. Sehingga untuk pengembangan ke depannya semua tanah di Cileweung akan menjadi milik pribadi (CV. PUTRA BRAJA). Aneka ragam potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) masih melimpah sangat potensial untuk diperdayakan dan untuk pengembangan Agrowista dan Agrobisnis yang berdaya saing tinggi dan hasil guna. 4.2 Saran Dan Rekomendasi Perlu ada komitmen antara Agrowisata) Kabupaten
seperti
Stakholders pembangunan (Pedesaaan/Kawasan
Pemerintah
Majalengka,
Muspika
Daerah
khususnya
Kecamatan
Pemerintah
Sindangwangi,
Daerah
Masyarakat
setempat maupun LSM yang peduli lingkungan untuk memperdayakannya. Untuk mendukung dan memperlancar investasi di atas perlu ditambah infrastruktur dasar (sarana dan prasara) seperti sumber daya buatan dan sosial yang kondusif, sehingga diharapkan ada upaya pendekatan yang kooperatif dan lebih intensif. Rajagaluh, Juli 2009 CV. PUTRA BRAJA
Page | 34
YUNI HARTINI Direktur
Page | 35