PROPOSAL
JUDUL : ANALISIS ROA,ROE,DER TERHADAP MANAJEMEN LABA DAN
HARGA
SAHAM
PADA
PERUSAHAAN
SEKTOR
PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA 2012-2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Peningkatan
laba
oleh
perusahaan
dapat
ditempuh
dengan
berbagai cara. Salah satunya dengan berinvestasi pada pasar modal. Kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh pendapatan atau peningkatan atas nilai investasi
awal
(modal) yang bertujuan bert ujuan untuk
yang
memaksimalkan hasil (return)
diharapkan dalam batas risiko yang dapat diterima untuk tiap investor (Jogiyanto, 2010). Namun banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih saham yang akan diinvestasikan. Tujuan utama dari aktivitas di pasar modal adalah untuk memperoleh keuntungan (return). Para investor menggunakan berbagai cara untuk memperoleh return yang
diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap
perilaku
perdagangan saham, maupun maupu n dengan memanfaatkan saran yang diberikan
oleh para analis pasar modal seperti broker, dealer, manajer investasi dan lain-lain. Kehadiran pasar modal di Indonesia ditandai dengan banyaknya investor
yang
mulai
menanamkan
sahamnya
dalam
industri
pe p e r t a m b a n g a n . Semakin pesatnya perkembangan sektor pertambangan pertambangan ini diikuti dengan membuat emiten-emiten pertambangan pertambangan membutuhkan dana dari sumber eksternal. Dana dari sumber eksternal dapat diperoleh melalui pasar modal (Husnan, 2011). Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah industri perkembangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sektor ini dipilih menjadi
obyek
perkembangan
penelitian setelah
karena
krisis
sektor
moneter
ini
dan
telah
mulai
mengalami menunjukkan
kontribusinya pada pertumbuhan perekonomian perekono mian akhir-akhir ini. Menurut Ang (1997) ada dua faktor yang mempengaruhi return suatu investasi yaitu pertama, faktor internal perusahaan seperti kualitas dan reputasi
manajemennya,
struktur
permodalannya,
struktur
hutang perusahaan, dan sebagainya, kedua adalah menyangkut faktor eksternal, misalnya perkembangan inflasi,
pengaruh
kebijakan
dapat
likuiditas
yaitu
dan
fiskal,
sektor industrinya, faktor ekonomi misalnya terjadinya
dan sebagainya. Ang (1997)
keuangan
moneter
mengungkapkan
dikelompokkan menjadi rasio
yang
lima
macam
bahwa
rasio
yaitu:
rasio
mengukur kemampuan likuiditas jangka
pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar relatif terhadap hutang
lancarnya. Kedua rasio solvabilitas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
Ketiga,
rasio
untuk memenuhi
segala kewajiban
profitabilitas
rasio
yaitu
jangka
panjang.
yang mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva
maupun
modal
sendiri.
Keempat,
rasio aktivitas yaitu rasio
yang mengukur seberapa jauh efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber dananya. Dan yang kelima adalah rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar saham relatif terhadap nilai bukunya. Analisis fundamental mikro pada dasarnya adalah melakukan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan, dimana proses ini sering juga disebut sebagai analisis perusahaan (company analysis ). Data historis mencerminkan keadaan keuangan yang telah lalu
yang
digunakan
sebagai
dasar
untuk
memproyeksikan
keadaan
keuangan perusahaan dimasa depan. Dalam company analysis para investor
(pemodal) akan mempelajari laporan keuangan perusahaan
dengan tujuan untuk menganalisis mengetahui
kekuatan
kinerja
perusahaan
dengan
dan kelemahan perusahaan, mengidentifikasi mengidentifikasi
kecenderungan dan mengevaluasi efisiensi operasional serta memahami sifat dasar dan karakter operasional perusahaan (Ang ,1997). Pola perilaku harga saham menentukan pola return yang diterima dari saham tersebut. Harga saham tidak hanya dipengaruhi profit perusahaan semata tetapi juga dipengaruhi faktor ekonomi, politik, dan keuangan suatu negara. Variabel makro yang mempengaruhi misalnya
nilai tukar dan inflasi. Untuk berinvestasi dalam bentuk sekuritas saham, seorang investor yang rasional akan menginvestasikan dananya dengan memilih saham-saham yang efisien, yang dapat memberikan return maksimal dengan tingkat risiko tertentu atau return tertentu dengan risiko yang seminimal mungkin. Harga saham bisa naik bisa pula turun. Hal ini yang perlu disadari oleh para pemodal. Analisis terhadap faktorfaktor yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham, risiko yang ditanggung
pemodal,
merupakan faktor yang akan mempengaruhi
perkembangan pasar modal. Tingginya tingkat inflasi menunjukkan bahwa risiko untuk melakukan
investasi cukup besar sebab inflasi yang tinggi akan
mengurangi tingkat pengembalian (rate of return ) dari investor. Pada kondisi inflasi yang tinggi maka harga barang-barang atau bahan baku memiliki kecenderungan untuk meningkat. Peningkatan harga barang barang dan bahan baku akan membuat biaya produksi menjadi tinggi sehingga akan berpengaruh pada penurunan jumlah permintaan yang berakibat
pada
penurunan
penjualan
sehingga
akan
mengurangi
pendapatan perusahaan. Selanjutnya akan berdampak akan berdampak buruk pada kinerja perusahaan yang tercermin pula oleh turunnnya return saham (Nurdin, 2010). Fluktuasi nilai tukar suatu mata uang juga dapat mempengaruhi kegiatan dan nilai pasar atas pasar lokal, jika perusahaan pada taraf persaingan internasional, hal ini berarti return saham
perusahaan
dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata uang karena berdampak terhadap laporan perdagangan dan modal atas keseimbangan pembelian dalam negeri. Suseno (2012) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah yang relatif rendah terhadap mata uang negara lain terutama US$ akan mendorong peningkatan ekspor dan dapat mengurangi laju pertumbuhan impor.
Nilai
melemahnya
tukar daya
rupiah beli
yang
masyarakat
rendah yang
juga dapat
akan
mendorong
memicu
kurang
menariknya tingkat investasi dalam rupiah. Faktor lain yang mempengaruhi return suatu investasi adalah faktor internal perusahaan. Faktor internal yang digunakan
dalam
penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Return on equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio profitabilitas yang berfungsi dan sering digunakan untuk memprediksi harga saham atau return saham adalah return on asset (ROA) atau return on investment (ROI). Return On Asset (ROA) atau ROI digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan perusahaan dalam menghasilkan menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Jika Return On Asset (ROA) semakin meningkat, maka kinerja perusahaan juga semakin membaik, karena tingkat kembalian semakin meningkat (Hardiningsih et.al., 2002). Bahkan Ang (1997) mengatakan bahwa Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada untuk memprediksi return saham.
Rasio solvabilitas yang sering dikaitkan dengan return saham
yaitu Debt To Equity Ratio (DER). Debt To Equity Ratio (DER) mencerminkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Debt To Equity Ratio R atio (DER) juga
memberikan memberikan
jaminan jaminan
tentang
seberapa
besar
hutang-hutang
perusahaan perusahaan dijamin modal sendiri. Debt To Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi
kinerja
perusahaan
dan
menyebabkan apresiasi dan
depresiasi harga saham. Return
on
equity
(ROE)
yang
merupakan
tingkat
pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan. perusahaan. Rasio ini mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik saham. Perhitungan ROE didapat dengan membagi keuntungan bersih dengan nilai buku ekuitas. Suatu angka ROE yang tinggi akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dengan
mudah
menarik
dana
baru,
memungkinkan
perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar (Ciaran Walsh, 1998 : 56).
Semakin besar Debt To Equity Ratio (DER) menandakan struktur permodalan permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan memanfaatkan hutang-hutang hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin besar Debt To Equity Ratio (DER) mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai Debt Debt To
Equity Ratio (DER) yang tinggi. Sofiati (2000) dalam Suwandi (2003)
menyatakan bahwa penggunaan hutang oleh suatu perusahaan akan membuat risiko yang ditanggung pemegang pemegang saham meningkat. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak dengan menurunnya nilai (return) saham perusahaan. Dengan adanya beberapa penelitian terdahulu
memperkuat
perlunya diajukan penelitian untuk menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA), Return on equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap harga saham.
1.2.
Identifikasi Masalah
1. Atas dasar latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat disimpulkan terjadinya suatu kesenjangan (gap) antara teori yang selama ini dianggap benar dan pengaruh antara Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) t e r h a d a p
h a r g a saham aham indust dustri ri perta mbangan. 2. Hasil penelitian terdahulu
yang berbeda-beda menunjukkan menunjukkan adanya
research gap mengenai pengaruh inflasi, nilai tukar ROA, ROE, dan
DER terhadap harga saham. Hal ini mengakibatkan pemahaman mengenai pengaruh ROA, R O E dan D E R t e r hadap h a r g a saham memerlukan justifikasi lebih mendalam. Permasalahan penelitian yang akan diteliti adalah harga saham industri pertambangan mengalami
fluktuasi selama 2012 hingga 2016, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. lanjut. Oleh karena itu, investor perlu untuk memprediksi kondisi
makro ekonomi perusahaan (inflasi (inflasi dan nilai tukar) dan
fundamental (ROA, ROE dan DER). 3. Semakin besar Debt To Equity Ratio (DER) mencerminkan risiko perusahaan perusahaan yang relatif tinggi akibatnya akibatnya para investor investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai Debt Debt To Equity Ratio (DER) yang tinggi.
1.3.
Batasan Masalah
Penelitian ini hanya membahas dan menganalisa mengenai Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) , Debt to Equity Ratio (DER),
manajemen manajemen laba laba dan harga harga saham saham industri industri pertambang an yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 -2016.
1.4.
Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut : 1
Apakah terdapat pengaruh dari Return On Asset (ROA) terhadap manajemen laba industri pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia ? 2
Apakah terdapat pengaruh dari Return On E q u i t y (ROE) terhadap manajemen laba industri pertambangan yang terdaftar
Indonesia ?
di Bursa Efek
3
Apakah terdapat pengaruh dari Debt to Equity Ratio (DER) terhadap industri pertambanga pert ambangan n yang terdaftar di Bursa Efek manajemen laba industri Indonesia ?
4
Apakah terdapat pengaruh dari Return On Asset (ROA), Return On (ROE), ), Debt to Equity Ratio (DER) E q u i t y (ROE
terhadap manajemen
laba industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
5
Apakah terdapat pengaruh dari Return On Asset (ROA) terhadap harga saham industri pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia ? 6
Apakah terdapat pengaruh dari Return On E q u i t y (ROE) terhadap harga saham industri pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia ? 7
Apakah terdapat pengaruh dari Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham industri pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia ? 8
Apakah terdapat pengaruh dari Return On Asset (ROA) (ROA),, Return On E q u i t y (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan
terhadap harga saham industri pertambangan pert ambangan yang terdaftar terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? 9
Apakah terdapat pengaruh dari manajemen laba terhadap harga saham industri industri pertambangan pert ambangan yang yang terdaftar terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
1.5.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis terdapat pengaruh dari Return On Asset (ROA) terhadap manajemen laba industri pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2. Untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh
dari Return On
E q u i t y (ROE) terhadap manajemen laba industri pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Debt to Equity Ratio (DER) terhadap manajemen laba industri industri pertambanga pert ambangan n yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 4. Untuk mengetahui dan menganalisis (ROA), Return On E q u i t y
pengaruh dari Return On Asset Asset
(ROE), (ROE), Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap manajemen laba industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? 5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Return On Asset (ROA) terhadap harga saham industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Return On E q u i t y (ROE) terhadap harga saham industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 7. Untuk mengetahui mengetahui dan menganalisis menganalisis pengaruh dari dar i Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
8. Untuk mengetahui mengetahui dan menganalisis menganalisis pengaruh dari Return On Asset (ROA), (ROA), Return On E q u i t y (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan terhadap harga saham industri industri
pertambanga pert ambangan n
yang yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia 9. Untuk mengetahui mengetahui dan menganalisis pengaruh dari manajemen laba laba terhadap harga saham industri perta per tambangan mbangan yang terdaftar terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.6.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan di dalam pengambilan keputusan dalam bidang keuangan terutama dalam rangka memaksimumkan kinerja perusahaan kinerja perusahaan dan pemegang saham, sehingga saham perusahaannya dapat terus bertahan dan mempunyai return yang besar. 2. Memberikan informasi dan referensi tambahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama sebagai input dalam perhitungan proyeksi perhitungan proyeksi tingkat pengembalian pengembalian saham pada masa yang yang akan datang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori 2.1.1. Return On Asset Asset (ROA) Return On Asset (ROA) juga sering disebut Return Return on Investment Investment
(ROI) merupakan rasio rasio profitabilitas profitabilitas yang digunakan untuk mengukur mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Menurut Ang (1997) ROA merupakan rasio antara pendapatan bersih sesudah pajak Net (Net Income NIAT) terhadap total asset. After Tax- NIAT) Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas,
yaitu rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan atau laba perusahaan (Clara E.S., 2001). Return On Asset (ROA) juga merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya. Tinggi rendahnya Return On Asset (ROA) tergantung pada pengelolaan asset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan
efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi Return On Asset (ROA)
semakin
efisien
operasional
perusahaan
dan
sebaliknya,
rendahnya Return On Asset (ROA) dapat disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aktiva tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain.
2.1.2. Return on equity (ROE) Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas
ekuitas pemilik perusahaan. perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. perusahaan. Return on equity equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba
yang
tersedia
bagi
pemegang saham perusahaan (Agus Sartono, 2013)
ROE secara eksplisit memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan
return
bagi
pemegang
saham
biasa
setelah
memperhitungkan bunga (biaya hutang) dan biaya saham preferen. Seperti diketahui, pemegang saham mempunyai klaim sisa atas keuntungan yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga hutang kemudian saham preferen baru kemudian ke pemegang saham biasa (Helfert, 1996). Return on equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik
perusahaan (the common stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE menunjukkan keuntungan
yang
akan
dinikmati
oleh
pemilik
saham.
Adanya
pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari dar i perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan kepercayaa n investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal (Irawan, 2012). 2.1.3. Debt to Equity Ratio ( DER)
Mencerminkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki perusahaan dengan denga n total ekuitasnya. Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total shareholder’s equity merupakan
total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio
(DER) menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) (Ang, 1997). Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan yang tetap mengambil hutang sangat tergantung pada biaya relatif. Biaya hutang lebih kecil daripada dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, perusahaan
secara
umum dapat
kemudian
menaikkan
harga
meningkatkan profitabilitas,
sahamnya,
sehingga
yang
meningkatkan
kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar. Sebaliknya Biaya hutang lebih besar daripada dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, justru akan menurunkan profitabilitas perusahaan (Walsh, 2004). Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutanghutangnya menunjukkan menunjukkan “solvabilitas” suatu suat u perusahaan. Suatu perusahaan yang “solvable” berarti perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau
kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya (Riyanto, 2011). Sejalan dengan uraian diatas, Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan struktur pemodalan suatu perusahaan yang merupakan perbandingan antara total hutang dengan ekuitas yang digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio pengukur leverage perusahaan, menurut Gitman dan Joehnk (1996) rasio
leverage adalah: “Financial ratios that measure the amount of debt being used to support operations and ability of the firm to service its debt”. 2.1.4. Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan financial numbers game, dalam artian bahwa financial numbers game ga me merupakan permainan angka-angka a ngka-angka dimana d imana penggunaan praktik-praktik praktik-prakt ik akuntansi kreatif agar dapat mengubah pandangan pengguna laporan keuangan atas kinerja suatu perusahaan. Manajemen laba dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan menaikan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas dalam jangka panjang panja ng (Meta, 2012). Manajemen laba
merupakan
suatu
perilaku
oportunistik
manajer
untuk
memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak uang, dan political cost (Scott, 2000: 351 dalam Armando, 2011). Manajemen laba adalah suatu bentuk penyimpangan dalam proses penyusunan laporan keuangan, yaitu mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan. Sugiri (1998) definisi manajemen laba dibagi menjadi dua, yaitu: yang pertama definisi sempit yang mana manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen diskresioner akrual
dalam penentuan besarnya laba; kedua definisi luas yang mana manajemen laba
merupakan
suatu
tindakan
dari
manajer
perusahaan
untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi ekono mi jangka panjang dari unit un it tersebut. Manajemen laba adalah suatu bentuk penyimpangan dalam proses penyusunan laporan keuangan, yaitu mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan. Manajemen laba adalah perilaku oportunistik
manajer
untuk
memaksimumkan
utilitasnya
dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak uang, dan political cost (Scott, 2000:351 dalam Armando, 2011). Scott (2009) mengemukakan motivasi manajemen melakukan tindakan pengaturan laba adalah sebagai berikut: 1) Rencana Bonus (bonus scheme); 2) Motivasi Politik (political motivation); 3) Motivasi Perpajakan (taxation motivation); 4) Pergantian CEO; 5) Intial Publik Offering (IPO) 2.1.5. Harga Saham (HS)
Menurut pasal 1 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 mendefinisikan Bursa efek sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan/ atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek. Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut
sebagai
pemegang
saham
(shareholder
atau
stockholder )
(Samsul, 2013). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap
sebagai pemegang saham adalah apabila mereka mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS). Bukti bahwa seseorang adalah pemegang saham juga dapat dilihat pada halaman belakang lembar saham apakah namanya sudah diregistrasi oleh perusahaan (emiten) atau belum. Harga pasar (market price) adalah harga yang sedang berlaku di pasar. Nilai pasar saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Apabila bursa efek telah tutup maka harga pasar adalah harga penutupannya (clossing price ). Untuk mendapatkan jumlah nilai pasar (market value) suatu saham yaitu dengan mengalikan harga pasar dengan jumlah saham yang dikeluarkan (Sunariyah, 2004). Biasanya Biasanya pergerakan harga saham disajikan set iap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut.
2.2.
Penelitian Terdahulu
No 1
Nama Penulis Dwi Suhartanto (2015)
2
Nova Hadiansyah1 Bambang Gunawan (2017)
Judul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Kepemilikan Publik, Perubahan Harga Saham Dan Risiko Bisnis Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik Sektor Keuangan Analisis Makro Ekonomi Dan Fundamental Terhadap Harga Saham Perbankan Yang Terdaftar Pada Indeks Lq 45 Periode 2009-2013
Hasil penelitian Variabel ROA, leverage, kepemilikan publik dan perubahan perubahan harga saham tidak berpengaruh secara signifikan signifikan terhadap praktik perataan laba. Sedangkan Sedangkan untuk variabel ukuran perusahaan, NPM dan risiko bisnis berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba. Nilai tukar mata uang, uang, ROA, EPS, dan DERberpengaruh DERberpengaruh terhadap harga saham perbankan. Sedangkan Sedangkan variabel inflasi, ROE, dan LDRtidak berpengaruh terhadap harga saham perbankan. Berdasarkan uji F simultan simultan bahwa variabel inflasi, nilait ukar mata uang, ROA, ROE, EPS, DER, dan LDR
berpengaruh secara simultan simultan terhadap harga saham perbankan. Hasil Adjusted R2 menyatakan bahwa variabel inflasi, nilai tukar mata uang, ROA, ROE, EPS, DER, dan LDRmempengaruhi harga saham.
3
Nita Armiyanti Armiyanti ( 2017)
Pengaruh Bursa Saham Regional Terhadap Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2014
4
Henny Medyawati Pengaruh Ukuran Astri Sri Dayanti Perusahaan Terhadap (2016) Manajemen Laba: Analisis Data Panel
5
Lidya Hendrawati dan Yulius Jogi Christiawan (2014)
Pengaruh Debt to Equity Ratio, Arus Kas Operasi, dan Earnings terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012.
Hasil penelitian menunjukan bahwa indeks hongkong (Hangseng) berpengaruh terhadap terhadap indeks Singapura (STI). Indeks shanghai, indeks kospi, indeks nikkei berpengaruh terhadap Indeks Kuala Lumpur (KLSE), dan Indeks Kuala Lumpur (KLSE) berpengaruh terhadap terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Kecenderungan harga tanah yang semakin tinggi sehingga minat investasi akan terus meningkat. Praktik manajemen laba di sektor ini cenderung c enderung tidak menjadi perhatian public. Kondisi Kondisi perekonomian perekonomian selama rentang waktu penelitian menunjukkan pertumbuhan sektor peroperti dan real estate yang yang relatif pesat, sehingga meningkatkan meningkatkan kepercayaan investor dan konsumen untuk tetap melakukan investasi di sektor ini. Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap return saham, arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap return saham, dan earnings tidak berpengaruh b erpengaruh terhadap return saham.
2.3.
Kerangka Pemikiran
ROE
ROA
Manajemen Laba
Harga Saham
DER
2.4.
Hipotesa
Hipotesa penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh antara ROA,ROE dan
DER terhadap Manajemen Laba dan Harga Saham”., diperinci sebagai se bagai berikut : H1
: Terdapat pengaruh ROE terhadap Manajemen Laba
H2
: Terdapat pengaruh ROA ROA terhadap Manajemen Laba
H3
:
Terdapat pengaruh DER terhadap Manajemen Manajemen Laba Laba
H4
:
Terdapat pengaruh pengaruh ROE, ROA dan DER terhadap Manajemen Manajemen Laba
H5
:
Terdapat pengaruh ROE terhadap Harga saham
H6
:
Terdapat pengaruh ROA terhadap Harga saham
H7
:
Terdapat pengaruh DER terhadap Harga saham
H8
:
Terdapat pengaruh ROE, ROA dan DER terhadap harga saham
H9
:
Terdapat pengaruh pengaruh Manajemen laba terhadap harga saham
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
1. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yang berupa berupa polling data untuk semua variabel yaitu manajemen laba harga saham, Return On Asset (ROA), Return on equity equity (ROE), Debt to Equity Ratio
(DER) industri real estate and property yang listed atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data sekunder ini diperoleh dengan metode pengamatan saham-saham yang terdaftar selama pengamatan (periode tahunan) dari tahun 2012 sampai 2016. 2. Return On Asset (ROA), Return on equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan harga saham diperoleh dari ICMD ( Indonesian Indonesian Capital Market Directory Directory) dan Jakarta Stock Exchange Exchange (JSX) Monthly Monthly Statistic Statistic
dengan periode waktu tahunan periode 2012 sampai 2016.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah industri pertambangan sebanyak sebanyak 4 4 perusahaan. perusahaan. Pengambilan Pengambilan sampel dilakukan dilakukan dengan metode purposive purposive sampling sampling , dengan kriteria :
a. Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2012- 2016 b. Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian
(tahun 2012 - 2016). c.
Tidak di-delisting dalam kurun waktu 2012 – 2016. 2016. Jumlah sampel industri pertambangan yang memenuhi kriteria
sebanyak 10 yang listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. Sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut. No
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
1
ADRO
Adaro Energy Tbk
2
BRAU
Berau Coal Energy Tbk
3
DOID
Delta Dunia Makmur Tbk
4
GEMS
Golden Energy Mines Tbk
5
IMTG
Indo Tambangr Tambangraya aya Megah Tbk
6
KKGI
Resource Alam Indonesia Tbk
7
PKPK
Perdana Karya Perkasa
8
PTBA
Tambang Batuba Batubara ra Bukit Asam (Persero) Tbk
9
ARTI
Ratu Prabu Energi Tbk
10
MEDC
Medco Energi International Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia 2017
3.4.
Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan sampel yang digunakan, maka metode pengumpulan data digunakan dengan teknik dokumentasi yang didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Indonesian Indonesian Capital Market Directory Directory (ICMD) dan Jakarta Stock Exchange (JSX)
Monthly Statistic periode tahun 2012-2016. Data ha r g a saham diperoleh
dengan perhitungan menggunakan rumus dari data harga saham pada Return On Asset (ROA), Return On equit eq uityy (ROE), Debt to Equity Ratio
(DER), diperoleh dengan mengutip secara langsung dari Jakarta Stock am ba ng an yang Exchange Exchange (JSX) Monthly Monthly Statistic, Statistic, pada industri p er t amba terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun dari masing-masing variabel.
3.5.
Definisi Operasional Variabel
1. Harga Saham oleh pemodal Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas investasi yang dilakukannya. Return saham merupakan hasil investasi surat berharga (saham) yang berupa capital gain (loss) yaitu selisih antara harga saham saat ini (closing price pada periode t) dengan harga saham periode sebelumnya (closing price pada periode t-1) dibagi dengan harga saham periode saham periode sebelumnya (closing price pada periode t-1). 2. Manajemen Laba Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).
3. Return On Asset (ROA) Return
On
digunakan
Asset
untuk
menghasilkan
(ROA)
merupakan
mengukur
keuntungan
rasio
efektifitas
dengan
profitabilitas
perusahaan
memanfaatkan
di aktiva
yang dalam yang
dimilikinya. 4. Return On Equity ( ROE) Return On Equity merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
merupakan hasil pembagian antara laba bersih dengan modal sendiri.
Rasio ini mengukur pengembalian nilai buku kepada
pemilik.
5. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total
hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitasnya.
3.6.
Teknik Analisa Data
3.6.1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan yaitu: uji normalitas, multikolinearitas,
heteroskedastisitas
dan
autokorelasi
yang
secara
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel
dependen
dan
variabel
independen
mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang
memiliki distribusi data normal/mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2013). b. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2006) uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik antar variabel independen seharusnya tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi diilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang dapat dilihat dari output SPSS.
Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan: 1.
Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat d i simpulkan bahwa tidak ada multikolineritas antar variabel
bebas dalam model regresi. 2.
Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinaeritas antar variabel bebas dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. autoko relasi. Untuk mendeteksi autokorelasi, autokor elasi, dapat dilakukan uji
statistik melalui uji Durbin-Watson (DW test) (Ghozali, (Ghozali, 2013). DW test sebagai bagian dari statistik non – parametrik dapat digunakan untuk menguji korelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept dalam model regresi
diantara
dan
tidak
ada
variabel lagi
variabel independen. DW test dilakukan dengan membuat
hipotesis: Ho : tidak ada autokorelasi ( r = 0 ) Ha : ada autokorelasi ( r ≠ 0 ) Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah: 1) Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4 – du) du) maka koefisien autokorelasi = 0, berari tidak ada autokorelasi. 2) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound
(dl) maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada
autokorelasi positif. 3) Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti 0, berarti ada autokorelasi autokorelasi negatif. 4) Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang
terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar nalisisnya: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik titik yang membentuk suatu
pola tertentu, yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),
maka
mengindikasikan
telah
terjadi
heteroskedastisitas. titik menyebar diatas dan – titik 2) Jika tidak ada pola tertentu serta titik dibawah
angka
nol
pada
sumbu
Y,
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas. Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin
sedikit
jumlah
pengamatan,
semakin
sulit
untuk
mengintepretasikan hasil grafik plot. 3.6.2. Analisis Regresi Berganda
Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda yang persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut: Y = a + b 1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
……………………(3.1)
keterangan: Y1
= Harga Saham
Y2
= Manajemen laba
X1
= ROA
X2
= ROE
X3
= DER
b 1….. b5
= Koefisien regresi
α
= konstanta
e
= error term
Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis, mengingat penelitian ini bersifat fundamental fundamental method . Hal ini berarti jika koefisien b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh searah seara h antara variabel bebas dengan variabel terikat (dependen), setiap kenaikan nilai variabel bebas akan mengakibatkan kenaikan variabel terikat (dependen). Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai b bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel bebas akan mengakibatkan penurunan nilai variabel terikat (dependen). 3.6.3. Pengujian Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinansi, nilai statistik F dan nilai satistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik, apabila uji nilai statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. diterima.
a.
Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh faktor makro ekonomi serta ROA, DER dan CR terhadap return saham industri real estate and property di Bursa Efek Indonesia. Oleh Ha1, Ha2 Ha2 dan karena itu uji t ini digunakan untuk menguji hipotesis Ha1 Ha3. Langkah – langkah langkah pengujian yang dilakukan adalah dengan pengujian dua arah, sebagai berikut (Gujarati, 1999): 1) Merumuskan hipotesis (Ha) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen
terhadap
variabel
dependen
(risiko
investasi) s ecara parsial. 2) Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05 3) Membandingkan thitung dengan ttabel,. tt abel,. Jika thitung lebih besar dari ttabel aka Ha diterima. diterima. -t hitung dan thitung thitung < ttabel, 1. Bila – ttabel < -thitung tabel, variabel bebas (independen) secara individu tak berpengaruh terhadap variabel dependen. 2. Bila t hitung > ttabel dan – t hitung < -t tabel, variabel bebas
(independen)
secara
individu
berpengaruh
terhadap
variabel dependen. b.
Berdasarkan probabilitas Ha akan diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (α )
c.
Menentukan
variabel
independen
mana
yang
mempunyai
pengaruh paling dominan terhadap variabel dependen. Hubungan ini dapat dilihat dari koefisien regresinya. b.
Uji F
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh nilai tukar, inflasi, Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR) secara simultan. Langkah – langkah langkah yang dilakukan adalah (Gujarati, 1999): 1) Merumuskan Hipotesis (Ha)
Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen
terhadap
variabel
dependen
(risiko
investasi) secara simultan. 2) Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α=0,05) 3) Membandingkan Fhitung dengan Ftabel
a) Bila F hitung < F tabel, variabel bebas secara bersama-sama
tidak berpengaruh tidak berpengaruh terhadap variabel var iabel dependen. b) Bila F hitung > F tabel, variabel bebas secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan Probabilitas 4) Berdasarkan Probabilitas Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas kurang dari 0,05 Menentukan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien ini 5) Menentukan menunjukkan seberapa besar variabel independen pada model yang digunakan mampu menjelaskan variabel dependennya.
c.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinansi (R 2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus (Gujarati, (Gujarati, 1999) 1999 ) Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2005). Nilai yang mendekati
1
(satu)
berarti
variabel – variabel independen memberikan – variabel
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. 3.7.
Jadwal Penelitian No
Keterangan
1
Pen Pengaju ajuan Jud Judul
2 3 4 5 6 7 8
Peny Penyusun sunan Pro Proposal sal
9
Seminar Proposal
Survey rvey ke lap lapan ang gan Analisa da data Pen Penyusun sunan Bab IV Pen Penyusun sunan bab V Pen Penyusun sunan Draft aft Skripsi Sidang ang Sk Skrip ripsi
Mare t
Apri l
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
DAFTAR PUSTAKA
Clara E.S., 2011, “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta : Studi Kasus Industri Tekstil Dan Garmen”, Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan) Dwi Suhartanto, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Kepemilikan Publik, Perubahan Harga Saham Dan Risiko Bisnis Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik Sektor Keuangan, Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 20 No. 1, April 2015 Ghozali, Imam, 2013, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan SPSS, Universitas Diponegoro, Semarang. Gujarati, Damodar, 1999, Basic Econometrics, 3nd Edition, McGraw-Hill, Inc, Singapore Henny Medyawati dan Astri Sri Dayanti, Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba: Analisis Data Panel, Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 21 No.3, Desember 2016 Lidya Hendrawati dan Yulius Jogi Christiawan, Pengaruh Debt to Equity Ratio, Arus Kas Operasi, dan Earnings terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012. Business Accounting Review, Vol. 2, No.2, Juli 2014: 42-51 Masdar Mas’ud, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dan Hubungannya Terhadap Nilai Perusahaan, Manajemen Dan Bisnis Volume 7 Nomor 1 Maret 2008
Nova Hadiansyah, Bambang Gunawan. Analisis Makro Ekonomi Dan Fundamental Terhadap Harga Saham Perbankan Yang Terdaftar Pada Indeks Lq 45 Periode 2009-2013. Jurnal Ekonomi Bisnis Volume 22 No.1, April 2017 Samsul, M., 2006, Pasar Modal & Manajemen Portofolio, Jakarta: Erlangga. Sekaran, U., 2006, Research Research Methods Methods For Bussiness Bussiness, Jakarta: Salemba Empat. Modal, UPP AMP YKPN, Sunariyah, PengantarPengetahuan Pasar Yogyakarta, 2004 Van Horne dan Wachowicz, Jr, 2000, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Salemba Salemba Empat, Jakarta