CESTODA (Cacing Pita) Secara klinis cestoda yang patogenik terhadap manusia adalah Tenia solium (cacing pita sapi), Diphyllobothrium lattum (cacing pita ikan atau yang lebih luas), Hymenolepsis nana (cacing pita binatang kecil) dan Echinococcus granulosus dan E. multilocularis (kista yang disebabkan oleh cacing pita). Tenia solium, T. saginata (Teniasis) Epidemiologi Cestoda ini tersebar di seluruh dunia tetapi angka kejadiannya lebih tinggi di negaranegara berkembang. Angka kejadian infeksi serendah 1 per 1000 di Amerika Utara dan setinggi 10% di dunia ketiga. Cacing pita pada babi menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi tetapi hal ini bergantung pada kebiasaan makan. Morfologi T. saginata panjangnya dapat mencapai 4-6 meter dan lebarnya 12 mm; dia mempunyai kepala berbentuk buah pir (scolex) dengan empat buah penghisap tetapi tanpa leher. Dia mempunyai badan datar yang panjang dengan beberapa ratus segmen (proglottids). Setiap segmen berukuran sekitar 18 x 6 mm dengan cabang uterus (15-30 cabang). Telurnya berukuran 35 x 45 mikrometer, bulat dan berwarna coklat kekuningan. Dia mempunyai lurik radial dan mengandung embrio dengan tiga hooklet (gambar 2) T. solium sedikit lebih kecil dibandingkan dengan T. Saginata. Dia mempunyai kepala yang bundar dengan empat buah penghisap dan lekukan baris sirkular (rostellum) yang memberinya penampakan matahari. Ada leher dan dia mempunyai badan datar yang panjang (panjangnya 0,1 meter). Proglottids berukuran 5 x 10 mm dengan 7-12 cabang uterus. Telur T. Solium dan T. Saginata tidak dapat dibedakan (gambar 2) Siklus hidup Kista larva cacing tambang (cysticercus) ditelan melalui daging setengah matang, larva keluar dari kista dan masuk ke usus kecil dimana dia menempel pada mukosa dengan menggunakan penghisap scolex. Proglottids berkembang menjadi cacing dewasa dalam waktu 3-4 bulan. Cacing dewasa dapat hidup di dalam usus halus selama 25 tahun dan mengeluarkan proglottids hamil melalui tinja. Telur-telur dikeluarkan dari proglottids mengkontaminasi dan tetap dalam vegetasi selama beberapa hari dan dimakan oleh binatang ternak atau babi, kemudian mereka menetas dan membentuk sistiserkus (gambar 1) Gejala-gejala Infeksi ringan tidak memberikan gejala, tetapi infeksi yang lebih berat dapat menghasilkan rasa tidak nyaman pada perut, nyeri ulu hati, muntah dan diare. Sistiserkosis Telur T. Solium dapat juga menginfeksi manusia dan menyebabkan sistiserkosis (kista larva dalam paru, hati, mata dan otak) menyebabkan kebutaan dan kelainan saraf. Angka kejadian sistiserkosis otak setinggi 1 per 1000 populasi dan merupakan 20% dari kasus neurologi pada sebagian negara (contohnya Meksiko); sistiserkosis yang melibatkan mata terjadi pada sekitar 2,5% dari pasien dan keterlibatan otot setinggi 10% (India).
Page 1 of 22
Patologi dan Imunologi Diagnosis didasarkan pada penemuan telur atau proglottids di tinja atau dari daerah perianal. Sistiserkosis dikonfirmasi dengan keberadaan antibodi. Terapi dan Pengendalian Praziquantel adalah obat pilihan. Pengeluaran dari scolex harus diyakini demi kepuasan terapi. Inspeksi yang menyeluruh terhadap daging sapi dan babi, memasak yang benar atau pendinginan daging merupakan pencegahan yang efektif, karena sistiserkus tidak tahan pada suhu dibawah -10oC dan diatas 50oC. Gambar 1
Siklus hidup Taenia saginata dan Taenia solium Manusia adalah hospes definitive satu-satunya bagi Taenia saginata dan Taenia solium. Telur atau proglotid gravid dikeluarkan melalui tinja ; telur dapat bertahan selama beberapa hari sampai beberapa bulan pada lingkungan. Binatang ternak (T. saginata) dan babi (T. solium) terinfeksi ketika menelan tumbuhan yang terkontaminasi oleh telur atau proglotid gravid . Pada usus binatang, oncosphere menetas , menginvasi dinding usus, dan bermigrasi ke otot lurik, dimana mereka berkembang menjadi sistiserkus. Sebuah sistiserkus dapat bertahan selama beberapa tahun dalam tubuh binatang. Manusia terinfeksi dengan jalan menelan daging mentah atau setengah matang . Pada usus manusia, sistiserkus berkembang selama lebih dari 2 bulan menjadi cacing pita dewasa, yang dapat bertahan selama bertahun-tahun. Cacing pita dewasa menempel ke usus halus menggunakan skoleks mereka dan tinggal di dalam usus halus . Panjang cacing dewasa biasanya 5 m atau kurang untuk T. saginata (meskipun demikian dapat mencapai 25 m) dan 2 sampai 7 m untuk T. solium. Cacing dewasa menghasilkan proglotid yang matang, menjadi gravid, melepaskan diri dari cacing pita, dan bermigrasi ke anus atau dikeluarkan dalam tinja (sekitar 6 per hari). Cacing dewasa T. saginata biasanya mempunyai 1.000 sampai 2.000 proglotid, sedangkan cacing dewasa T. solium adults mempunyai rata-rata 1.000 proglotid. Telur yang terdapat dalam proglotid gravid dikeluarkan sesudah proglotid dikeluarkan melalui tinja. T. saginata dapat menghasilkan sampai 100.000 telur per proglotid dan T. solium dapat menghasilkan 50.000 telur per proglotid. CDC DPDx Parasite Image Library
Page 2 of 22
Gambar 2A
Telur Taenia. Telur-telur Taenia saginata dan T. solium tidak dapat dibedakan secara morfologi (identifikasi morfologi spesies bergantung pada proglotid atau skoleks). Telur-telurnya bundar atau subsferik, berdiameter 31 - 43 µm, dengan selubung memiliki lurik coklat yang tebal secara radial. Di dalam setiap selubung adalah oncosphere yang telah memiliki embrio dengan 6 hooks. Telur dalam gambar B masih mempunyai membrane primer yang mengelilingi telur dalam proglotid. CDC
Gambar 2B
Proglotid gravid dari (kiri) Taenia saginata dan (kanan) T. solium. Injeksi tinta India ke dalam uterus memungkinkan visualisasi cabang lateral primer. Jumlah merek memungkinkan diferensiasi diantara dua spesies: T. saginata mempunyai 15-20 cabang ada masing-masing sisinya, sedangkan T. solium mempunyai 7-13 cabang. Perhatikan lubang genital pada posisi mid-lateral. CDC
Page 3 of 22
Gambar 2C
Proglotid gravid dari Taenia saginata
© Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology collection. Used with
permission
Gambar 2D
Sistiserkus dari Taenia solium , bentuk utuh dan dalam potongan otot (H&E)
© Dr Peter Darben, Queensland University of
Technology clinical parasitology collection. Used with permission
Page 4 of 22
Gambar 2E
Telur Taenia sp. © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology collection. Used with permission
Gambar 2F
Skoleks dan proglotid gravid Taenia solium
© Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology collection. Used
with permission
Page 5 of 22
Gambar 2G
Skoleks Taenia solium. CDC/Dr. Mae Melvin
Gambar 2H
Histopatologi Taenia saginata di usus buntu. CDC
Page 6 of 22
Diphyllobothrium latum (cacing pita ikan atau yang lebih luas) Epidemiologi Infeksi cacing pita pada ikan tersebar diseluruh dunia, di daerah subarctic dan sedang; berhubungan dengan memakan daging air segar yang mentah atau setengah matang. Morfologi Ini adalah cacing pita terpanjang yang ditemukan pada manusia, berkisar dari 3-10 meter dengan lebih dari 3000 proglotid. Skoleks menyerupai daun berbentuk almond dan proglotidnya lebih lebar dibandingkan dengan panjangnya, sebuah morfologi yang menggambarkan nama organismenya. Telurnya berukuran 30 x 50 mikrometer dan mengandung embrio dengan 3 pasang hooklets (gambar 4) Siklus Hidup Manusia dan binatang lainnya terinfeksi dengan memakan ikan yang tidak dimasak yang mengandung larva plerocercoid (15 x 2 mm) yang menempel pada dinding usus halus dan matang menjadi cacing dewasa dalam waktu 3-5 minggu. Telur dikeluarkan dari proglotid yang hamil dalam usus halus dan dikeluarkan melalui tinja. Telur menetas dalam air segar untuk menghasilkan coracidium yang bersilia yang harus ditelan oleh flea (insekta kecil yang dapat melompat dan menghisap darah) (Cyclops) dimana dia berkembang menjadi larva procercoid. Bila Cyclops yang terinfeksi ditelan oleh ikan air segar, larva procercoid menembus dinding usus dan berkembang menjadi larva prerocercoid, infeksius bagi manusia (gambar 3). Gejala-gejala Gejala klinis mungkin ringan, bergantung pada jumlah cacing. Diantara gejalanya adalah rasa tidak nyaman di perut, kehilangan berat badan, kehilangan nafsu makan dan kadangkadang malnutrisi. Anemia dan masalah neurologi berhubungan dengan kekurangan vitamin B12 tampak pada individu yang terinfeksi secara berat. Diagnosis Diagnosis didasarkan pada penemuan telur yang khas dan proglotid yang kosong dalam tinja (gambar 3). Riwayat memakan ikan mentah dan tinggal di daerah yang endemis juga membantu. Terapi dan Pengendalian Praziquantel adalah obat pilihan. Membekukan selama 24 jam, memasak sampai matang atau mengasinkan ikan akan membunuh larva. Reservoir ikan harus dihindarkan dari limbah.
Page 7 of 22
Gambar 3
Telur yang belum matang dikeluarkan dalam tinja . Pada kondisi yang sesuai, telur menjadi matang (kurang lebih 18 sampai 20 hari) dan mengeluarkan oncosphere yang berkembang menjadi coracidia . Sesudah ditelan oleh krustasea air tawar yang sesuai (copepod adalah hospes intermediet yang pertama) coracidia berkembang menjadi larva procercoid . Setelah copepod ditelan oleh hospes intermediet kedua yang sesuai, biasanya ikan air tawar kecil berwarna keperakan (minnow) atau ikan air tawar kecil lainnya, larva procercoid dikeluarkan dari krustasea dan bemigrasi ke dalam daging ikan dimana mereka berkembang menjadi larva plerocercoid (sparganum) . Larva plerocercoid adalah tahap infektif bagi manusia. Karena manusia umumnya tidak memakan minnow dan ikan air tawar yang sejenis dalam keadaan setengah matang, tahap ini bukan merupakan sumber infeksi yang penting. Meskipun demikian, hospes intermediet kecil kedua ini dapat dimakan oleh spesies predator yang lebih besar, seperti trout, perch, walleyed pike . Pada kasus ini, sparganum dapat bermigrasi ke otot dari ikan predator yang lebih besar dan manusia akan mendapatkan penyakit dengan memakan hospes intermediet yang terinfeksi yang mentah atau setengah matang . Sesudah menelan ikan yang terinfeksi, plerocercoid berkembang menjadi cacing dewasa yang belum matang dan kemudian menjadi cacing pita dewasa yang matang yang akan mengambil kedudukan di usus halus. Bentuk dewasa dari D. latum menempel ke dinding mukosa usus dengan menggunakan dua lekukan bilateral (bothria) dari skoleks mereka Cacing dewasa panjangnya dapat mencapai lebih dari 10 m, dengan lebih dari 3.000 proglotid. Telur yang belum matang dikeluarkan dari proglotid (sampai 1.000.000. telur per hari per cacing) dan dikeluarkan ke dalam tinja . Telur tampak dalam tinja pada 5 sampai 6 minggu sesudah infeksi. Sebagai tambahan bagi manusia, mamalia lainnya juga bertindak sebagai hospes definitive bagi D. latum. CDC DPDx Parasite Image Library
Page 8 of 22
Gambar 4A
Telur-telur dari Diphyllobothrium latum. Telur-telur ini berbentuk oval atau ellipsoidal, dengan salah satu ujung ada operculum (panah) yang dapat saja tidak jelas (kanan). Pada ujung yang berbeda (abopercular) ada sebuah bundaran kecil yang dapat dilihat dengan jelas (kiri). Telur-telur dikeluarkan ke dalam tinja dalam keadaan belum mengandung embrio. Ukuran : 58-76 µm x 40-51 µm. CDC. Image A contributed by Georgia Division of Public Health
Gambar 4B
Proglotid gravid Diphyllobothrium latum. CDC/Dr. Mae Melvin
Page 9 of 22
Gambar 4C
Proglotid Diphyllobothrium latum. Karakter spesies adalah: proglotid lebih lebar dibandingkan dengan panjangnya; panjangnya 2-4 x 10-12 mm; uterus berbentuk spiral pada tampakan rosette; lubang genital di tengah dari proglotid. CDC
Gambar 4D
Proglotid Diphyllobothrium latum. Proglotids ini cenderung dikeluarkan dalam bentuk rangkaian dari panjang yang berbeda-beda dalam tinja. Proglotid cenderung lebih lebar dibandingkan dengan panjangnya. CDC. Image contributed by Georgia Division of Public Health.
Gambar 4E
Skoleks dan proglotid gravid Diphyllobothrium latum © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology collection. Used with permission
Page 10 of 22
Gambar 4F
Telur Diphyllobothrium latum
© Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology collection. Used with permission
Hymenolepis nana (cacing pita kerdil) Ini adalah cacing pita kecil (20 x 0,7 mm) yang menginfeksi anak-anak. Binatang pengerat merupakan reservoir. Infeksi melalui oro-fecal, infeksi silan dan autoinfeksi oleh telur dalam tinja dalam keadaan normal (gambar 6). Cacing berkembang dari telur yang ditelan menjadi cacing dewasa dalam usus halus dan tinggal disana selama beberapa minggu (gambar 5). Infeksi ringan menghasilkan gangguan perut yang tidak jelas tetapi infeksi yang lebih berat dapat menyebabkan enteritis. Diagnosis didasarkan pada penemuan telur dalam tinja. Nicolsamide merupakan obat pilihan. Higiene adalah cara pengendalian yang paling baik.
Page 11 of 22
Gambar 5
Telur-telur Hymenolepis nana segera infektif ketika dikeluarkan dalam tinja dan tidak dapat bertahan lebih dari 10 hari pada lingkungan luar . Ketika telur-telur ditelan oleh hospes intermediet artropoda (berbagai spesies dari beetles dan fleas dapat bertindak sebagai hospes intermediet), mereka berkembang menjadi sistiserkosis, yang dapat menginfeksi manusia atau binatang pengerat setelah ditelan dan berkembang menjadi cacing dewasa dalam usus halus. Varian yang secara morfologis identik, H. nana var. fraterna, menginfeksi binatang pengerat dan menggunakan artropoda sebagai hospes intermediet. Ketika telur-telur ditelan (dalam makanan atau air atau dari tangan yang terkontaminasi dengan tinja), oncosphere yang terkandung dalam telur dikeluarkan. Oncosphere (larva hexacanth) menembus villus usus dan berkembang menjadi larva sistiserkoid . Setelah rupture villus, sistiserkoid kembali ke lumen usus, mengeluarkan skoleks mereka. , menempel ke mukosa usus dan berkembang menjadi dewasa yang tinggal di bagian ileus dari usus halus menghasilkan proglotid gravid . Telur-telur dikeluarkan dalam tinja ketika dikeluarkan dari proglotid melalui atrium genital atau ketika proglotid hancur di usus halus . Sebuah cara alternative dari infeksi terdiri dari autoinfeksi internal, dimana telur mengeluarkan embrio hexacanth mereka, yang menembus villus meneruskan siklus infektif tanpa lewat melalui lingkungan luar . Masa hidup cacing dewasa adalah 4 sampai 6 minggu, tetapi autoinfeksi internal memungkinkan infeksi bertahan selama bertahun-tahun. CDC DPDx Parasite Image Library
Page 12 of 22
Gambar 6A
Tiga cacing pita dewasa Hymenolepis nana tapeworms. Setiap cacing pita (panjangnya: 15-40 mm) mempunyai skoleks yang kecil, bundar di ujung depan, dan proglotid dapat dibedakan pada bagian belakangnya, ujungnya lebih lebar. CDC. Image contributed by the Georgia Division of Public Health.
Gambar 6B
Telur Hymenolepis diminuta. Telur ini bundar dan agak oval, berukuran 70 - 86 µm X 60 - 80 µm, dengan membrane luar yang lurik dan membrane lebih dalam yang tipis. Ruang diantara kedua membran tersebut memiliki granula halus atau jelas. Oncosphere mempunyai enam hook (paling sedikit empat buah tampak pada focus ini). CDC. Image contributed by Georgia Department of Public Health.
Page 13 of 22
Gambar 6C
Telur Hymenolepis nana. Telur ini oval atau subsferik dan lebih kecil dibandingkan dengan telur H. diminuta, ukurannya 40 - 60 µm X 30 - 50 µm. Pada membrane yang lebih dalam ada dua lubang, yang mana daripadanya keluar 4-8 filamen polar yang menyebar diantara kedua membrane. Oncosphere mempunyai enam hook (tampak seperti garis hitam pada jam 8). CDC. Image contributed by Georgia Department of Public Health.
Gambar 6D
Telur Hymenolepis nana © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology collection. Used with permission
Page 14 of 22
Gambar 6E
Sistiserkoid Hymenolepis nana
© Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology collection. Used with permission
Gambar 6F
Cacing dewasa Hymenolepis nana © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology collection. Used with permission
Echinococcus (hydatid) Echinococcus granulosus dan E. multilocularis merupakan agen penyebab kista hidatidosa (kista yang disebabkan oleh cacing pita) Echinococcus granulosus Epidemiologi Organisme ini banyak terdapat di Asia, Australia dan bagian timur Afrika, Spanyol selatan, bagian selatan dari Amerika Selatan dan bagian utara dari Amerika Utara. Angka kejadian infeksi manusia sekitar 1-2 per 1000 populasi dan dapat lebih tinggi pada daerah pedesaan dari wilayah yang terpengaruh. Morfologi Ini adalah cacing pita yang paling kecil (panjangnya 3-9 mm) dengan hanya 3 proglotid. Siklus hidup Cacing hitam dewasa hidup dalam tubuh binatang karnivora domestik dan liar. Telur, yang dikeluarkan oleh binatang yang terinfeksi, ditelan oleh hewan pertanian atau manusia, terlokalisasi pada berbagai organ dan berkembang menjadi kista hidatidosa yang mengandung banyak larva (proto-scolices atau hydatid sand) (gambar 8). Bila binatang lain memakan organ yang terinfeksi dari binatang ini, proto-scolices keluar dari kista, masuk ke usus halus dan berkembang menjadi cacing dewasa (gambar 7). Telur Echinococcus, bila ditelan oleh manusia, menghasilkan embrio yang menembus usus halus, masuk ke sirkulasi dan membentuk kista di hati, paru, tulang, dan kadang-kadang, otak. Kista berbentuk bundar dan berdiameter 1-7 cm, meskipun dia mungkin tumbuh
Page 15 of 22
sampai 30 cm. Kista terdiri dari kutikula hialin bagian luar yang tidak memiliki inti dan lapisan germinal bagian dalam yang memiliki inti dan mengandung cairan kuning jernih. ”Daughter cysts” menempel pada lapisan germinal, meskipun sebagian kista, dikenal sebagai ”brood cysts”, mungkin hanya memiliki larva (hydatid sand). Manusia adalah hospes terakhir. Gejala-gejala Gejala-gejalanya, mirip dengan tumor yang tumbuh secara lambat, bergantung pada lokasi dari kista. Kista perut besar menghasilkan rasa tidak nyaman yang makin meningkat. Kista hati menyebabkan ”obstruktive jaundice”. Kista peribronkial dapat menyebabkan abses paru. Kista di otak menyebabkan tekanan intrakranial dan epilepsi Jacsonian. Kista ginjal menyebabkan disfungsi ginjal. Isi dari kista dapat menyebabkan respon anafilaktik. Diagnosis Diagnosis semakin meyakinkan bila gejala klinis dari tumor yang tumbuh lambat disertai dengan adanya eosinophilia. Tes intradermal (Casoni) dengan cairan hydatid sangat berguna. Kista paru dan kista yang telah mengalami pengapuran dapat dilihat dengan roentgen. Antibodi terhadap cairan hydatid telah dideteksi pada populasi yang cukup besar dari orang-orang yang terinfeksi dengan pemeriksaan ELISA atau tes hemaglutinasi tidak langsung. Terapi dan Pengendalian Terapi melibatkan pengeluaran kista secara pembedahan atau inaktivasi dari ”hydatid sand” dengan menyuntikkan kista dengan formalin 10% dan pengeluarannya dalam waktu lima menit. Sebagian berpendapat bahwa dosis tinggi dari Mebendazol menunjukkan keberhasilan. Upaya pencegahan melibatkan menghindari kontak dengan anjing dan kucing yang terinfeksi dan mengeliminasi infeksi mereka.
Page 16 of 22
Gambar 7
Cacing dewasa Echinococcus granulosus (panjangnya 3 sampai 6 mm ) (1) tinggal di usus halus dari hospes definitive, anjing atau mamalia dari keluarga anjing. Proglotid gravid mengeluarkan telur (2) yang dikeluarkan di dalam tinja. Sesudah ditelan oleh hospes intermediet yang sesuai (pada kondisi alami: domba, kambing, babi, binatang ternak, kuda, onta), telu menetas di usus halus dan mengeluarkan oncosphere (3) yang menembus dinding usus dan bermigrasi melalui system sirkulasi ke berbagai organ, terutama hati dan paru. Pada organ-organ ini, oncosphere berkembang menjadi sebuah kista (4) yang membesar secara bertahap, menghasilkan protoscolices dan anak perempuan kista yang mengisi bagian dalam kista. Hospes definitive terinfeksi dengan jalan menelan organ yang mengandung kista dari hospes intermediet yang terinfeksi. Sesudah ditelan, protoscolices (5) keluar, menempel ke mukosa usus (6), dan berkembang menjadi tahap dewasa (1) dalam waktu 32-82 hari. Siklus hidup yang sama terjadi juga pada E. multilocularis (1.2 - 3.7 mm), dengan perbedaan berikut ini: hospes definitifnya adalah fox (srigala yang berburu sendiri), dan agak jarang pada anjing, kucing, coyotes (srigala padang rumput) dan wolve (srigala yang berburu dalam kelompok); hospes intermediet adalah binatang pengerat kecil; dan larva berkembang (di dalam hati) tetap dalam tahap bereproduksi secara cepat dalam waktu yang tidak dapat ditentukan, menghasilkan invasi di sekitar jaringan. E. vogeli (panjangnya sampai 5.6 mm), hospes definitifnya adalah anjing padang ilalang dan anjing biasa; hospes intermedietnya adalah binatang pengerat; dan tahap larva (di dalam hati, paru dan organ lain) berkembang baik secara eksternal dan internal, menghasilkan berbagai macam vesikel. E. oligarthrus (panjangnya bisa mencapai 2.9 mm) mempunyai siklus hidup yang melibatkan kucing liar sebagai hospes definitive dan binatang pengerat sebagai hospes intermediet. Manusia terinfeksi dengan menelan telur (2), yang menyebabkan keluarnya oncosphere (3) di dalam usus dan berkembang menjadi kista (4) pada berbagai organ. CDC DPDx Parasite Image Library
Gambar 8A
"Hydatid sand". Cairan yang diaspirasi dari sebuah kista hidatidosa akan menunjukkan berbagai macam protoscolices (ukurannya sekitar 100 µm), masing-masing memiliki hooklet yang khas. Protoscolices secara normal ke dalam (kiri) dan keluar (tengah, kemudian kanan) bila diletakkan dalam larutan garam. CDC Image contributed by Georgia Division of Public Health
Page 17 of 22
Gambar 8B
Telur Echinococcus granulosus © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology collection. Used with permission
Gambar 8C
Cacing dewasa Echinococcus granulosus © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology collection. Used with permission
Gambar 8D
Kista hidatidosa Echinococcus granulosus dalam potongan paru (H&E) © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology collection. Used with permission
Page 18 of 22
Gambar 8E
Pasir hidatidosa Echinococcus granulosus © Dr Peter Darben, Queensland University of Technology clinical parasitology collection. Used with permission
Gambar 8F
Histopatologi dari kista hidatidosa. Echinococcus, echinococcosis, CDC/Dr. Mae Melvin
Page 19 of 22
Gambar 8G
Kista hidatidosa
Gambar 8H
Gross patologi dari cotton rat yang terinfeksi dengan Echinococcus multilocularis. E. locularis pertama yang diisolasi di Amerika Serikat secara baik. CDC/Dr. I. Kagan
Gambar 8I
Histopatologi dari kista hidatidosa Echinococcus granulosus pada sebuah domba. Perikista fibrosa yang tebal, ektokista hialin, dan kapsul yang terus berkembang diisi dengan protoscolices jelas terlihat. CDC/Dr.Peter Schantz
Page 20 of 22
Gambar 8J
Gross patologi dari membrane kista anak perempuan hidatidosa (hydatid daughter cysts) dari paru manusia CDC/Dr. I. Kagan
Gambar 8K
Lengan pria yang menunjukkan tes kulit yang positif terhadap penyakit hidatidosa (echinococcosis) CDC/Dr. I. Kagan
E. multilocularis Ini adalah sebuah cacing pita, mirip dengan E. granulosus, yang juga menyebabkan hydatid pada bagian utara dari Asia dan Amerika Utara. Morfologi dan siklus hidupnya sangat mirip kecuali bahwa binatang pengerat (rodents) merupakan hospes intermedietnya. Manusia, bila diinfeksi dengan cacing ini, juga membentuk kista hidatidosa yang menghasilkan gejala yang mirip dengan yang disebabkan oleh E. Granulosus. Meskipun demikian, kista berbentuk multilokular (beberapa kamar/ruang). Organisme ini resisten terhadap praziquantel; Albendazole dosis tinggi mempunyai efek anti-parasit. Pembedahan merupakan cara untuk menyingkirkan kista. Pengendalian binatang pengerat merupakan upaya pencegahan.
Page 21 of 22
Ringkasan Organisme
Penularan
Gejala-gejala
Diagnosis
Terapi
Tenia saginata
Kista dalam daging sapi
Nyeri epigastrium, muntah, diare
Proglottid atau telur dalam tinja atau daerah perianal
Praziquantel
Tenia solium
Kista dalam daging babi
Nyeri epigastrium, muntah, diare
Proglottids atau telur dalam tinja atau daerah perianal
Praziquantel
T. solium Cysticercosis
Oro-fecal
Nyeri otot dan kelemahan, masalah mata dan neurologis
Pemeriksaan Roentgen, antibodi anti-sistiserkus (EIA)
Praziquantel
D. latum
Kista dalam ikan
Nyeri perut, kehilangan berat badan, anoreksia, malnutrisi dan masalah defisiensi vitamin B12
Proglottid atau telur dalam tinja atau daerah perianal
Praziquantel
E. granulosus
Oro-fecal
Kista besar menghasilkan berbagai gejala yang bergantung pada lokasi dari organisme
Pemeriksaan Roentgen, antibodi cairan antihydatid (EIA), tes kulit Casoni
Pembedahan, injeksi formalin dan drainase, Praziquantel
E. multiloculoris
Oro-fecal
Sebagaimana diatas
Sebagaimana diatas
Pembedahan, Albendazole
Sumber Pustaka: Hunt, R. (2005) Cestodes [Online]. Available: http://pathmicro.med.sc.edu/parasitology/cestodes.htm [ Diakses: 14 Maret 2005].
Page 22 of 22