CRITICAL BOOK REPORT DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.Sc
OLEH : NAMA
: EDWARD SITUMORANG
NIM
: 417311017
PRODI
: PENDIDIKAN BIOLOGI
MATA KULIAH
: KEPEMIMPINAN
JURUSAN BIOLOGI PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmatNya penulis dapat menyelesaikan critical book report untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPEMIMPINAN. Penulisan critical book report ini bertujuan agar pembaca dapat memilih buku yang akan digunakan dan lebih memahami materi yang telah penulis sajikan. Penulis sadar bahwa dalam penulisan critical book report ini banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar penulisan critical book report ini dapat lebih baik lagi. Semoga critical book report ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat lebih mengerti tentang materi yang telah penulis sajikan.
Medan, 29 September 2017
Edward Situmorang NIM : 417314107
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
................................................................ ................................................................ ......
BAB I PENDAHULUAN
........................................................... .............................................................. .......
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................................ B. TUJUAN............................................................. ................................................................. .......................... C. MANFAAT ........................................................ ................................................................. .......................... BAB II IDENTIFIKASI BUKU ....................................................... ........................................................... 1.1.IDENTITAS BUKU .............................................................. ................................................................. .... 1.2.RINGKASAN .............................................................................................................................................. BAB III PEMBAHASAN
......................................................... .............................................................. .......
1.3.KEUNGGULAN .............................................................. ................................................................. ............... 1.4.KELEMAHAN
.........................................................................................................................................
BAB IV PENUTUP ............................................................ ................................................................. ............... 1.5.KESIMPULAN
............................................................................................................................................
1.6.SARAN DAFTAR PUSTAKA
................................................................ ................................................................ ......
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan.Jadi harus ada pemimpin demi kesuksesan dan efesiensi kerja.Untuk bermacam-macam usaha dan kegiatan manusia yang jutaan banyaknya ini diperlukan upaya yang terencana dan sistematis untuk melatih dan mempersiapkan pemimpinpemimpin baru.Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan dengan menggunakan teori-teori tertentu.Para sarjana telah memberikan berbagai defenisi mengenai pemimpin dan kepemimpinan,dengan menonjolkan satu atau beberapa aspek tertentu sesuai dengan ide pencetus defenisi tersebut,beserta interprestasinya yang meliputi teori kepemimpinan dan teknik kepemimpinan.
B.TUJUAN Pembahasan critikal book ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai teori-teori kepemimpinan dan teknik kepemimpinan berdasarkan konsep-konsep yang ada sehingga dapat mempersiapkan sosok pemimpin-pemimpin baru yang memiliki landasan atau dasar untuk menjadi pemimpin yang benar. C.MANFAAT Pembahasan mengenai teori kepemimpinan ini pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi yang menyangkut tentang kepemimpinan.
BAB II IDENTITAS BUKU
1.1.IDENTITAS BUKU
Judul buku
:
KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
Nama pengarang
:
-
HADARI NAWAWI
-
M.MATINI HADARI
Tahun terbit
:
2006
Penerbit
:
GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS
Tempat terbit
:
Yogyakarta
Jumlah halaman
:
233 Halaman
1.2.RINGKASAN
1.2.1.Ringkasan Buku BAB I Pendahuluan Bumi merupakan tempat tinggal manusia yang terbaik. Tidak terbilang jumlahnya manusia yang telah, seang, dan akan menjadi penghuni bumi. Demikianlah kenyataan nya setelah berlalu berjuta tahun atau ribuan abad lamanya, selalu terlihat bermillyar jumlahnya manusia yang hidup dalam satu kurun waktu tertentu, yang sama. Perbedaan individu merupakan kondisi kodrati, yang tidak boleh dan tidak dapat dihilangkan. Setiap upaya menghilagkan dan meniadakannya berarti mengingkari kodrat manusia, yang justru tidak manusiawi dan akan menimbulkan berbagai masalah. Dengan demikian berarti setiap individu sebagai pribadi mempunyai hak asasi dalam mengaktualisasi atau merealisasikan dirinya. Apabila hak asasi idividu ditekan/dirampas dalam kehidupan bermasyarakat, maka akan timbul akses yang cenderung tidak menguntungkan. Sebaliknya, hak asasi tidak untuk dipergunakan secara semena – mena berupa kebebasan yang tidak terkendali, sehingga individu yang satu dapat dirugikan individu yang lain. BAB II Pengertian Kepemimpinan Dalam kenyataanya apa pun bentuk suatu organisasi, pasti memerlukan seseorang dengan atau tanpa dibantu oleh orang lain, untuk menempati posisi sebagi pimpinan / pemimpin (leader). Seseorang yang menduduki posisi pemimpin didalam suatu organisasi mengemban tugas melakukan kepemimpinan. Dengan kata lain pemimpin adalah orangya dan kepemimpinan ( leadership) adalah kegiatannya. Sehubungan dengan itu sementara dari segi organisasi , kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan/kecerdasan mendorong sejumlah orang ( 2 orang atau lebih) agar dapat bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.
a. Kepemimpinan dalam konteks struktural Kepemimpinan dalam konteks structural ini terikat pada pembidangan kerja yang disebut struktur organisasi. Apabila suatu unit dipandang sebagai total sistem , maka pembidangannya sebagai unit yang lebih kecil merupakan sub-sistem . Selanjutnya sub-sistem yang terdapat di dalam suatu organisasi pada dasarnya merupakan unit-unit kegiatan/kerja yang berisi pekerjaan sejenis yang disebut struktur organisasi. Dalam konteks struktural seperti tersebut diatas , baik pucuk pimpinan maupun pemimpin pembantu pada unit –unit adalah orang – orang yang diangkat oleh suatu kekuasaan , yang memiliki wewenang untuk itu. Pengangkatan dilakukan secara resmi/formal, dengan mengeluarkan surat keputusan. Tugas pokok pemimpin dalam konteks structural berointesai sepenuhnya pada tujuan organisasi yang ditetapkan oleh organisasi atasannya, sesuai dengan bidang gerak/garapannya. Dalam kepemimpinan seperti itu dikenal kurang-kurang nya 3 jenjang, pemimpin yang terdiri dari pimpinan tertinggi/puncak pimpinan , pimpinan menengah , dan pimpinan tingkat rendah. Dari uraian – uraian diatas jelas bahwa kepemimpinan dalam konteks structural terikat tidak saja pada bidang atau sub-bidang ang menjadi garapan-nya , tetapi juga oleh rumusan tujuan dan program pencapaiannya yang telah ditetapkan oleh pemimpin yang lebih tinggi posisinya. Dan setiap anggota harus melaksanakannya tanpa menyimpang. Sehubung dengan itu kepemimpinan diartikan sebagai proses pemberian motivasi agar orang – orang yang dipimpin melakukan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan program yang ditetapkan.
b. Kepemimpinan dalam konteks non-struktural Tugas pokok pemimpin dalam konteks non-struktural berorientasi pada kebersamaan, dimulai dari penentun tujuan kelompok/organisasi sesuai dengan bidang gerak/garapannya. Langkah berikutnya yang dilakukan berupa kegiatan menyusun program (rencana) kegiatan dan melaksakannya secara bersama-sama. Tujuan, perencanaan/program dan pelaksanaanya selau dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi kelompok/organisasi dan lingkungan sekitarnya. Dalam keadaan seperti itu, tujun perencanaanya mungkin saja tertulis dan mungkin pula tidak tertulis. Namun, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya, sebaiknya pemimpin bersama – sama anggota kelompok/organisasi nya merumuskan secara tertulis. Dengan demikian jelas bahwa sifat birokratis dalam kepemimpinan ini ditekankan / dikurangi sampai pada batas minimum. Hubugan krja formal tetap berlangsung, namun yang informal tetap berlangsung . Bertolak dari dua konteks kepemimpinan tersebut, maka dapat diidentifikasi unsure-unsur dalam kepemimpinan. Unsur – unsur yang dimaksud adalah : 1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin (leader). 2. Adanya orang lain yang dipimpin. 3. Adanya kegiatan menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan mengarahakan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya. 4. Adanya tujuan yang hendak dicapai baik yang dirumuskan secara sistematis, maupun bersifat seketika. 5. Berlangsung berupa proses didalam kelompok/organisasi, baik besar dengan banyak maupun kecil dengan sedikit orang yang dipimpinnya.
Ada dua jenisnya yang menonjol dan disebut administrasi/manajemen umum ( public administration) yang biasa berlangsung di lingkungan organisasi bidang pemerintahan. Jenis kedua berlangsung di luar organisasi pemerintahan (swasta), terutama di lingkungan perusahaan dan perniagaan (bisnis) yang disebut administrasi/manajemen khusus/swasta ( private administration/manajement ). Kegiatan manajemen dan administrasi pada dasrya merupakan juga kegiatan kepemimpinan. Perbedaan terletak pada ruang lingkup, mekanisme, dan prosesnya. Perbedaan ruang lingkupnya merupakan perbedaan gradual, sedang perbedaan prinsip/fundamental antara ketiga kegiatan tersebut terletak pada mekanisme dan prosesnya.
BAB III Dinamika Kepemimpinan Kepemimpinan sebagai seni menempatkan bakat sebagai faktor yang penting dan berpengaruh besar terhadap kemampuan mewujudkannya. Bakat kepemimpinan sebagaimana bakat lain dimiliki oleh setiap orang, namun berbeda kualitas dan kuantitas nya, antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan pendapat ini berarti kepemimpinan akan berlangsung efektif dan efisien di tangan orang – orang yang kuantitas bakatnya besar dan kualitas tinggi. Sebaliknya kepemimpinan sebagi ilmu menitikberatkan pada proses belajar dan latihan (empiri), kepemimpinan akan berlangsung efektif dan efisien menurut pendapat ini, bilamana berada di tangan orang yang terampil/terlatih dan hal dalam memimpin. Kemampuan itu dapat diperoleh melalui proses belajar dan melatih diri secara intensif, untuk itu seseorang harus menguasai teori-teori kepemimpinan yang bersifat ilmiah dan berusaha menerapkanya dalam praktek memimpin. a. Hubugan manusiawi dalam kepemimpinan Setiap manusia yang menginginkan kehidupan harus berusaha menjalin hubungan antar sesamanya. Hubungan itu tidak cukup dalam batas saling kenal – mengenal, tetapi lebih jauh lagi berupa hubungan saling tolong – menolong, saling membantu, dan saling isi-mengisi, disebut hubungn manusiawi yang efektif, disamping terdapat juga hubungan manusiawi yang tidak efektif, berupa penolakan
individu yang satu dengan individu yang lain nya. Hubungan seperti itu didasari oleh sikap antipati, kebencian dan saling tidak mengerti sehingga individu yang satu mencoba menjauh dari individu yang lain. Hubungan manusiawi dimaksud tidak sekedar berarti komunikasi lisan atau tertulis akan tetapi meliputi juga sikap dan gaya yang ditampilkan pimpinan dalam pergaulan sehari – hari dengan orang – orang yang dipimpinnya.
b. Proses pengambilan keputusan Kegiatan kelompok orang dalam bentuk kerjasama sebagi wujud hubugan manusiawi yang efektif untuk mencapai tujuan, pada dasarnya merupakan pelaksanaan keputusan-keputusan. Tujuan kelompok yang dirumuskan secara j elas , tegas , dan terperinci, jika mungkin bersifat tertulis , merupakan pedoman abagi pemimpin dalam membuat keputusan dan kebijaksanaan. Dari sisi lain tujuan itu pun sebenarnya adalah keputusan, yang sangat prinsipil sifatnya, karena aka mewarnai seluruh keputusan lainnya yang akan diwujudkan menjadi kegiatan – kegiatan kelompok/organisasi.
c. Pengendalian dalam kepemimpinan Kepemimpinan yang titik beratnya diletakkan pada kegiatan menggerakkan orang lain, hanya relevan/bertumpang tindih dengan salah satu atau sebagian kegiatan pengorganisasian , manajemen dan administrasi. Pengendalian dalam kepemimpinan , di sat pihak bermaksud memelihara norma-norma atau kepribadian atau kode etik kelompok/organisasi yang mampu mengatur dan menggerakkan anggota pada tujuan yang hendak dicapai. Sedang di pihak lain bermaksud juga agar norma-norma atau kepribadian kelompok selalu seirama dengan perkembangan masyarakat, sehingga kelompok/organisasi berkembang secara dinamis, namun tetap terarah pada tujuan bersama.
BAB IV Kepribadian Pemimpin a. Hubungan Kepribadian Dengan Motivasi Motivasi merupakan motor penggerak atau sebagai energi yang menggerakkan. Sedang Kepribadian merupakan pengatur arah dan penentu kualitas kegiatan yang dilakukan , dalam upaya memenuhi suatu kebutuhan tertentu. Misalya, kebutuhan untuk mendapatkan sandang dan pangan bagi diri sendiri dan keluarga, menimbulka motivasi untuk bekerja agar memperoleh penghasilan yang cukup. Dengan demikian kebutuhan pemimpin dan orang yang dipimpin sama, maka timbullah motivasi yang sama sebagai energi yag menggerakkan dengan kegiatan yang disebut bekerja. b. Aspek – Aspek Kepriadian Pemimpin Kepribadian sebagai totalitas itu berupa sikap dan perilaku, tidak terkecuali pada pemimpin. Sehubungan dengan itu proses kepemimpinan akan berlangsung efektif, bilamana kepriadian pemimpin memiliki aspek-aspek sebagai berikut : 1. Mencintai kebenaran dan beriman pada Tuhan Yang Maha Esa. 2.
Dapat dipercaya dan mampu mempercayai orang lain.
3.
Mampu bekerja sama dengan orang lain.
4. Ahli di bidangnya dan berpadangan luas didasari oleh kecerdasan (intelejensi) yang memadai 5.
Senang bergaul , ramah tamah, suka menolong, dan memberikan petunjuk serta terbuka pada kritik orang lain.
6. Memiliki semangat untuk maju, pengabdia dan kesetiaan yang tinggi, serta kreatif, dan penuh inisiatif. 7. Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan , konsekuen , berdisiplin dan bijaksana. 8. Aktif memeliahara kesehatan jasmani dan rohani.
BAB V Fungsi dan Tipe Kepemimpinan a. Fungsi Kepemimpinan Fungsi kepemimpinan ada 5, yakni sebagai berikut : a. Fungsi intruktif Fungsi ini berarti keputusan yang ditetapkan pemimpin tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannya menjadi intruksi/perintah. b. Fungsi konsultatif Konsultasi dari pemimpin pada orang - orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan , konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back). c. Fungsi partisipasi Partisipasi berarti kesediaan pemimpin untuk tidak berpangku tangan pada saat – saat orang yang dipimpin melaksakan keputusannya. d. Fungsi delegasi Pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan kelompok/organisasinya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. e. Fungsi pengendalian Pengendalian dapat dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan (kontrol) terhadap pelaksanaan volume dan beban kerja atau perintah pemimpin.
b. Tipe Kepemimpinan Ada 3 pokok tipe kepemimpinan , yaitu sebagi berikut : 1. Tipe kepemimpinan otoriter Tipe ini menunjukkan bahwa perilaku pemimpin yang dominan berupa perilaku kepemimpinan otokrasi dan otokrasi yag disempurnakan. 2. Tipe kepemimpinan bebas (laissez faire) Tipe kepemimpinan ini cenderung didominasi oleh perilaku kepemimpinan kompromi (compromiser) dan perilaku kepemimpinan pembelot (deserter).
3. Tipe kepemimpinan demokratis Tipe kepemimpinan ini diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku ganderung memajukan dan mengembangkan organisasi/kelompok.
BAB VI Proses Kaderisasi a. Kaderisasi informal Pemimpin yang berkualitas tidaklah lahir secara tiba – tiba, namun memerlukan proses yang cukup lama, dan proses menuju hal tersebut disebut kaderisasi informal. Kaderisasi itu berlangsung berupa upaya membentuk pribadi , agar memiliki kenggulan dalam aspek – aspek yang dibutuhka seseorang , untuk mampu bersaing merebut posisi kepemimpinan di lingkungan masing – masing setela menjadi dewasa. b. Kaderisasi formal Perkataan formal menunjukkan usaha mempersiapkan seseorang calon pemimpin dilakukan secara berencana, teratur , dan tertib (sistematis), terarah , dan disengaja. Usaha itu bahkan dapat diselenggarakan secara melembaga, sehingga semakin jelas sifat formlanya. Untuk itu proses kaderisasi mengikuti suatu kurikulum yang harus dilaksanakan selama jangka waktu tertentu dan berisi bahan – bahan teoritis dan praktik tentang kepemimpinan serta bahan-bahan lain pendukungnya.
BAB VII Keterbatasan Kepeimpinan a. Keterbatasan manusia Setiap manusia memeiliki keterbatasan masing – masing , tidak halnya seorang pemimpin. Keterbatasan – keterbatasan seorang pemimpin antar lain, sebagai berikut : 1. Keterbatasan Normatif/Spritual 2. Keterbatasan Fisik ( Jasmaniah) 3. Keterbatasan Psikis (Rohaniah)
b. Keterbatasan administratif Keterbatasan ini berbentuk berkurangnya peluang untuk mewujudkan kepemimpinan, karena berbagai kondisi organisasi yang demi kebersamaan tidak boleh dan tidak dapat dilampaui. Berikut ini beberapa dari keterbatasan administrasi , yaitu : 1. Keterbatasan karena misi (mission) dan posisi Setiap pemimpin dibatasi oleh misi dan orgaisasinya, berupa kepentingan bersama dari orang – orang yang berhimpun di dalamnya. Missi setiap organisasi berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya, maka di dalam masyarakat terdapat berbagai jenis organisasi , meskipun diantaranya mungkin perbedaan nya sangat kecil dan tidak jelas . Dalam menghadapi pemimpin yang mengalami ketrrbatasan karena posisi/jabatan , tidak dapat lain bagi seorang pemimpin selain menyesuaikan diri, dengan keharusan melaksanakan wewenang dan tanggung jawab tanpa dilampaui, dan seluruhnya diarahkan pada terwujudnya misi/tujua organisasi.
BAB VIII Hak Asasi Manusia Dalam Kepemimpinan Lingkup masalah dalam hak asasi manusia dengan pemimpin adalah seperti kekerasan seorang majikan terhadap pembantu rumah tangga atau pemerintah terhadap rakyat nya. Sehubungan dengan itu , masalah pokokynya selalu berkisar pada dimensi sebagai berikut: 1. Dimensi pertama berkenaan dengan kemampuan para pemimpin menghormati hak asasi orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam perlakuan formal maupun informal. 2. Dimensi kedua berkenaan dengan kematangan dan kemampuan orang-orang yang dipimpin dalam mempergunakan hak asasinya sebagai manusia bertanggung jawab.
Harkat – harkat manusia yang memiliki hak asasi untuk memiliki kebebasan menyangkut tiga aspek berikut : a. Harkat individu sebagai suatu pribadi Hak asasi berupa harkat dan kehormatan individu sebagai pribadi tidak aka nada jika manusia tidak hidup bermasyarakat. Hak asasi itu justru diperlukan karena manusia hidup bersama dan saling berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama lain. Dalam hal seperti inilah kebebasan sorag sebagai pribadi, dibatasi pula oleh kebebasan individu yang lain, juga sebagai pribadi. b. Harkat manusia sebagai makhluk sosial Kehidupan dalam bentuk kebersamaan merupakan kodrat manusiawi, dalam arti manusia diciptakan sebagai makhluk yang saling membutuhkan , dan harus/perlu saling tolong – menolong dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah kehidupan masing – masing. Dengan kata lain, manusia juga harus mewujudkan kehidupa bersama secara harmonis, saling mengasihi, dan saling menyanyangi. c. Harkat sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa Dari segi kepemimpinan, kepemimpinan yang efektif diwujudkan dengan selalu mengajak dan mendorong anggota organisasi secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dan mendorong dalam berbuat kebaikan , sesuai dengan norma-norma social yang berlaku dan sesuai pula dengan norma-norma agama dari Tuhan Yang Maha Esa.
BAB IX Peningkatan Kualitas Kepemimpinan Usaha – usaha unutk meningkatkan kualitas kepemimpianan antara lain sebagai berikut : a. Berpikir efektif dalam menetapkan keputusan 1. Berpikir yang intra – personel , yakni berlangsung di dalam psikis/otak seseorang , yang bersangkutan dengan atau untuk dirinya sendiri. 2. Berpikir yang inter-personel , yakni yng berlangsung di dalam psikis/otak seseorang, yang berhubungan dengan dan berakibat sesuatu pada orang lain. Berpikir efektif lainya adalah misalnya peimpin mengadakan pertemuan atau rapat bersama staf pemimpin, maka seorang pemimpin harus mau mendengar masukan yang diterima dari para bawahan yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan yang tidak merugikan siapa pun dan untuk kebaika bawahan dari pemimpin. b. Mengkomunikasikan hasil berpikir Hasil berpikir seseorang yang cemerlang tidak ada artinya jika tidak dinyatakan dan dikomunikasikan. Hasil berpikir yang ada dalam pikiran tidak pernah diketahui orang lain selama tidak dinyatakan secara lisan atau tertulis atau dalam bentuk tindakan / perilaku. Demikian juga bagi seorang pemimpin, hasil berpikirnya tidak akan berfungsi dalam menggerakkan anggota organisasinya, jika tidak dikomunikasikan secara efektif. Pemipin tidak cukup hanya memiliki kemampuan membuat komitmen /keputusan di dalam proses berpikirnya.
c. Meningkatkan partisipasi dalam pemecahan masalah Partisipasi non-fisik biasanya lebih banyak dilakukan anggota organisasi dalam menunjang suatu kegiatan kepemimpinan. Partisipasi ini kelihatannya seperti ringan, namun dalam kenyataannya cukup sulit mewujudkan dan membinanya. Partisipasi ini disamping memerlukan kemampuan pemimpi dalam mendorong dan menyalurkannya, masih sangat tergantung pada sikap anggota pada pimpinan dan kegiatan organisasinya.
d. Menggali dan meningkatka kreativitas Setiap pemimpin yang menyadari pentingnya menggali dan memanfaatkan kreativitas anggota organisasi, juga akan selalu berusaha meningkatkan kemampuan tersebut. Pemimpin secara terus – menerus berusaha memberikan motivasi agar anggota organisasi menjadi potensi yang kreatif dan berani menyampaikannya.
BAB X Mengendalikan Konflik Dalam Kepemimpinan a. Pengertian Ketegangan dan Konflik Ketegangan dan konflik adalah kondisi batin, yang tidak mudah merumuskan pengertiannya, meskipun setiap orang mudah sekali mengalaminya. Kondisi batin menyentuh aspek perasaan (emosi) itu berpengaruh pada proses berpikir, dalam bentuk mempertututkan atau mengingkari kondisi yang dialami itu. Pikiran yag memperturutkan dan membenarkan akan membenarkan akan semakin menenggelamkan seseorang yang sedang berada dalam ketegangan, dan konflik. b. Bentuk – bentuk ketegangan batin Bentuk – bentuk ketegagan batin yang perlu dikenali yaitu : 1. Kegelisahan 2. Kecemasan 3. Perasaan bersalah 4. Konflik 5. Perasaan takut 6. Stress 7. Frustasi
c. Konflik dan Pertikaian Di lingkungan suatu organisasi sering terhadi pertikaian dan konflik antar sesame anggota organisasi. Sebagai pemimpin yang efektif , kejadian – kejadian seperti dapat diatasi dengan 4 cara, yakni : 1. Paksaan Jika salah satu dala konlik tersebut melakukan kesalahan yang melanggar peraturan dan membuat pertikaian , maka dia harus dipaksa untuk meminta maaf. 2. Kekuasaan Cara ini ditempuh dengan menekan salah satu atau kedua belah pihak untuk mengikuti kehendak / kemauan pimpinan sebagai pihak yang berkuasa. 3. Acuh dan dibiarkan Cara ini diempuh dengan tidak mencampuri kedua bela pihak yang sedang berada dalam situasi konflik dan pertikaian, dalam arti pemimpin bersikap dan berlaku acuh atau membiarkan saja. 4. Ditindak atau disisihkan Cara ini ditempuh pimpinan dengan menyatakan bahwa setiap konflik atau pertikaian tidak dibenarkan, karena mengganggu stabilitas organisasi. Oleh karena itu kedua belah pihak ditindak dan disisihkan , dengan membebaskannya dari tugas-tugas/tanggung jawab yanag menimbulkan konflik/pertikaian.
BAB III PEMBAHASAN 1.3.Keunggulan Buku karangan HADARI NAWAWI dan M.MARTINI HADARI yang berjudul
“Kepemimpinan Yang Efektif “ ini memiliki kelebihan yaitu memiliki pengertian dan materi – materi yang dapat mengundang pembaca untuk mendalami point-point pembahasan yang ada, dan dalam buku ini juga disertai dengan contoh-contoh pendukung yang dapat memperjelas pembahasan yang ada didalam materi agar lebih mudah dipahami.
1.4.Kelemahan Buku karangan HADARI NAWAWI dan M.MARTINI HADARI yang berjudul
“Kepemimpinan Yang Efektif “ memiliki bahasa yang rumit/baku sehingga pembaca sulit memahami maksud dari isi materinya, ,memiliki pengertian terlalu panjang sehingga pembaca sulit untuk menemukan kesimpulan dari materi pembahasan,bahasanya yang terlalu berbelit-belit yang menyebabkan pembaca bingung dengan isi materi.
BAB IV PENUTUP 1.5.Kesimpulan Kepemimpinan yang efektif bukanlah seseorang yang menghambat pengembangan kemampuan memimpin pada setiap anggota organisasinya. Sebaliknya Pemimpin yang Efektif itu merupakan pemimpin yang selalu berusaha menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan memimpin yang dimliki anggota organisasi agar siap meneruskan kepemimpinannya di masa datang. Usaha kaderisasi untuk mempersiapkan pemimpin pengganti itu dapat dilakukan secara formal dan informal , dengan tujuan menghasilkan pemimpin yang berkualitas di masa depan. Uraian – uraian singkat diatas menggambarkan bahwa pemimpin yang efektif
selalu mengetahui secara tepat tentang : “ Apa yang harus dilakukannya, Bagaimana melakukannya dan Mengapa harus diakukan , dalam usahanya bersama anggota organsasi untuk mewujudkan eksistensi organi sasinya secara dinamis.” 1.6.Saran Buku ini sudah bagus hanya saja memerlukan sedikit perbaikan mengenai bahasa dan penyusunan materi sehingga dapat mempermudah pembaca untuk memahami isi dari materi yang di paparkan di dalam buku, dan juga dapat dengan mudah menerapkan dan mengajarkan para remaja cara – cara dan tips bagaimana remaja bisa menjadi pemimpin-pemimpin yang baik.
DAFTAR PUSTAKA Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini M. Kepemimpinan yang Efektif ; Gadjah Mada University Press; Yogyakarta; 2006.