BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika mendengar kata Madura, hal yang mungkin langsung terbayang di benak kepala setiap orang Indonesia adalah “Carok dan Clurit”. Carok dan Clurit (dalam bahasa Madura Madura are’ ) adalah dua hal yang selalu melekat pada orang Madura. Pada umumnya, orang luar Madura mengartikan setiap bentuk kekerasan yang yang dilaku dilakukan kan oleh oleh orang orang Madura Madura sebaga sebagaii Carok. Carok. Berkai Berkaitan tan dengan dengan hal itu, itu, muncul pernyataan-pernyataan stereotip mengenai orang Madura yang terkesan negatif. Ster Stereo eoti tip p ini, ini, mesk meskip ipun un tida tidak k sela selalu lu menc mencer ermi mink nkan an real realit itas as yang yang sebena sebenarny rnya, a, antara antara lain menyebu menyebutka tkan n orang orang Madura Madura keras keras perilak perilakuny unya, a, kaku, kaku, ekspresif, ekspresif, temperamental, temperamental, pendendam, pendendam, dan suka melakukan tindak kekerasaa. kekerasaa. Stereotip semacam ini sering kali mendapatkan pembenaran, ketika terjadi kasuskasus kekerasan dimana pelakunya adalah orang Madura. Sebena Sebenarny rnya, a, orang orang Madura Madura memilik memilikii karakt karakter er yang yang terbuka terbuka terhada terhadap p perubahan. Maka tidak heran jika majalah Tempo berdasarkan riset pada tahun 1980-an pernah menempatkan suku Madura dalam lima besar suku yang paling sukses di negara ini. Hampir di tiap daerah, bisa ditemukan “ Sate Madura” yang seolah menjadi trade-mark orang Madura (Tempo Interaktif, 16-8-2006). Hal itu membuktikan bahwa semangat orang Madura sangat kuat untuk melakukan perantauan kemana pun. Di tanah rantau pun, orang Madura masih tetap dikenal sebagai sosok yang rajin, ulet dan berkinerja tinggi. Karakter lain yang juga melekat dengan orang Madura adalah perilaku yang yang selalu selalu apa adany adanyaa dalam dalam bertin bertindak dak.. Suara Suara yang yang tegas tegas dan ucapan jujur kirany kiranyaa merupa merupakan kan salah salah satu satu bentuk bentuk kesehar keseharian ian yang yang bisa bisa dirasa dirasakan kan ketika ketika berkumpul dengan orang Madura. Pribadi yang keras dan tegas adalah bentuk lain dari kepribadian umum yang dimiliki oleh orang Madura.
1
B. Rumusan Masalah
Oleh Oleh karen karenaa hal-h hal-hal al yang yang telah telah telah telah dise disebu butk tkan an di atas, atas, maka maka kami kami mencoba untuk memaparkan masalah tentang Carok itu sebagai berikut. 1. Apa itu Carok? 2. Mengapa terjadi Carok? 3. Bagaimana Carok itu terjadi? 4. Bagaimana pandangan orang Madura sendiri mengenai Carok? Pernyataan-pernyataan di atas akan coba kami jawab dalam Makalah ini.
C. Tujuan
Maksud Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar, adalah juga untuk memberikan pengertian yang sebenarnya sebenarnya tentang tentang apa itu Carok dengan segala segala latar belakangnya belakangnya agar tidak timbul kesan-kesan negatif terhadap orang Madura. Sehingga perspektif orangorang luar Madura bisa menjadi lebih baik. Selain itu untuk sekedar memberikan saran-saran agar Carok tersebut paling tidak bisa diminimalisir, jika memang tidak dapat dihilangkan.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Carok Ada banyak teori tentang konflik kekerasan orang Madura yang disebut deng dengan an Caro Carok k ini. ini. Seca Secara ra umum umum,, pend pendap apatat-pe pend ndap apat at terse tersebu butt sama sama-s -sama ama menyatakan menyatakan bahwa bahwa Carok adalah konflik konflik kekerasan kekerasan orang Madura yang timbul timbul dan dan dise diseba babk bkan an karen karenaa pers persoa oala lan n harg hargaa diri diri.. Teori eori-te -teor orii terse tersebu butt bany banyak ak dikemu dikemukak kakan an oleh oleh orangorang-ora orang ng luar luar Madura Madura berdas berdasark arkan an hasil hasil pengam pengamata atann pengamatan pengamatan,, seperti seperti yang dilakukan dilakukan oleh Touwen Touwen – Bouwsma Bouwsma (1985), De Jonge Jonge (1993), dan Smith (1997). Sementara, sebagian kecil di antaranya dinyatakan oleh orang Madura sendiri dengan metode yang lebih akurat. yaitu dengan melakukan serangkaian penelitian-penelitian langsung seperti yang dilakukan oleh A. Latief Wiyata (1996). Dalam menggambark menggambarkan an konflik kekerasan kekerasan orang Madura Madura ini, Touwen – Bouwsma menggunakan teori ekologi kultural ( cultural ecology theory ), dimana faktor lingkungan lingkungan ditemukan ditemukan sebagai sebagai penyebab penyebab konflik. konflik. Touwen – Bouwsma Bouwsma beras berasums umsii bahwa bahwa Carok Carok berkai berkaitan tan erat dengan dengan dua peristi peristiwa. wa. yaitu yaitu pemilih pemilihan an kepala desa dan remo1. De Jonge mengemukakan bahwa Carok tidak dapat dilepaskan dari sejarah pol politi itik k Madur Maduraa keti ketika ka peme pemeri rint ntah ahan an kolo koloni nial al Belan Belanda da berk berkua uasa sa,, De Jong Jongee mengemukakan pendapat ini berlandaskan pada teori Politik atau Ekonomi Politik ( political political or political economi theory ). Sedangkan Smith memahami Carok dengan teori Diskriptif historis atau Particu Particulari lariss (histo Dimana na Caro Carok k historic rical al descr descript iptive ive or parti particul culari arist st theory theory ). Dima diartikan sebagai tindakan main hakim sendiri yang dipengaruhi oleh pola dan struktur pemukiman orang Madura yang terpisah satu sama lain (struktur Taneyan
1
Tradisi pertemuan semacam arisan antar para jago dan blater (bajhingan)
3
Lanjhang 2 dan Kampong Mejhi 3 ). Pendapat ini didasarkan pada arsip-arsip zaman kolonial Belanda yang dikutip dari De Jonge dan Touwen – Bouwsma. (Wiyata ; 2004 : 18-21). Sementara itu, Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh A. Latief Wiyata mengemukakan pendapat yang merupakan gabungan dari teori-teori yang ang
suda sudah h
ada. ada.
A.
Latie atieff
Wiyat iyataa
mem memform formu ulas lasikan ikan
Caro arok
sebag ebagai ai
institu institusio sionali nalisas sasii kekera kekerasan san orang orang Madura Madura,, yang yang berupa berupa upaya upaya pembun pembunuha uhan n menggunakan senjata tajam, pada umumnya adalah clurit. Yang dilakukan oleh laki-laki terhadap laki-laki lain yang telah dianggap telah melakukan pelecehan terhadap harga diri (Wiyata ; 2004 : 184). Oleh orang Madura, Carok dianggap semata-mata sebagai urusan laki-laki, dan bukan urusan perempuan. Hal ini sejalan dengan ungkapan yang berbunyi “oreng lake’ mate lake’ mate acarok, oreng bine’ mate arembi’ ” (laki-laki mati karena carok, sedangkan perempuan mati karena melahirkan). Sedangkan Sedangkan orang-orang orang-orang Madura tradisional tradisional sendiri sendiri mengartikan mengartikan Carok dengan kalimat “mon e anca alorok” (kalau diganggu menyerang) , yang artinya kalau harga dirinya diganggu atau dilecehkan oleh orang lain maka dia akan menyerang orang tersebut. Berdasarkan Berdasarkan pendapat-pendap pendapat-pendapat at di atas dan ditambah ditambah dengan dengan kesimpulan kesimpulan hasil wawancara yang kami lakukan dengan orang-oran orang-orang g Madura tradisional, tradisional, dapat disimpulkan bahwa Carok adalah duel yang dilakukan seseorang dengan seseorang yang lain atau suatu kelompok dengan kelompok yang lain, yang timbul karena salah seorang dan atau salah satu kelompok ada yang merasa harga dirinya telah dilecehkan oleh yang lain.
B. Faktor-faktor Penyebab Carok Sesuai dengan pengertian Carok di atas, faktor utama penyebab terjadinya Carok Carok adalah adalah terjadi terjadiny nyaa peleceh pelecehan an terhadap terhadap harga harga diri seseor seseorang ang atau suatu suatu
2
Pola pemukiman memanjang dari arah Barat ke Timur sesuai dengan urutan kelahiran anak-anak perempuan. 3 Kumpulan atau kelompok pemukiman penduduk desa yang satu sama lain saling terisolasi.
4
kelompok. yang termasuk dalam kategori pelecehan harga diri menurut orang Madura adalah: 1. Mengganggu istri atau anak perempuan perempuan orang lain 2. Perlakuan semena-mena dan tidak adil dalam pembagian harta warisan 3. Hal-hal lain yang walaupun kadang hanya sepele tapi telah membuat seseorang atau suatu kelompok tersinggung dan merasa merasa harga harga dirinya dirinya dilecehkan. 4. Faktor penyebab yang lain adalah balas dendam akibat peristiwa Carok lain yang terjadi sebelumnya, dan hal ini biasanya dilakukan oleh pihak keluarga yang kalah. Seperti telah dikemukakan di atas, faktor utama penyebab Carok adalah mengganggu istri atau anak perempuan orang lain. Berkaitan dengan hal itu, seoran seorang g Penyai Penyairr dan Budaya Budayawan wan Madura Madura D. Zawawi Zawawi Imron Imron mengemu mengemukak kakan an ungkapan ungkapan dalam tulisanny tulisannyaa yang berbunyi
Saya Saya kawin dan dinikahk dinikahkan an oleh
“
penghul penghulu, u, disaksik disaksikan an oleh orang orang banyak, banyak, serta serta dengan dengan memenuhi memenuhi peratura peraturan n agama. agama. Maka, Maka, siapa siapa saja saja yang yang beran beranii mengga menggangg nggu u istri istri saya, saya, berar berarti ti telah telah menghina agama agama saya sekaligus sekaligus menginjak-injak menginjak-injak kepala kepala saya” (Imron ; 1986 : 11) Oleh karena itu, martabat dan kehormatan istri merupakan manifestasi dari mart martab abat at dan dan keho kehorm rmat atan an suam suami, i, kare karena na bagi bagi oran orang g Madu Madura ra istr istrii adal adalah ah “bhantalla pate” (landasan kematian). Dengan kata lain, tindakan mengganggu istri orang disebut juga dengan istilah “ aghaja’ nyabah” . Yang pengertiannya sama dengan tindakan mempertaruhkan atau mempermainkan nyawa. Dalam sistem perkawinan orang Madura, seorang laki-laki Madura ketika akan akan kawin kawin tidak tidak perlu perlu memikir memikirkan kan rumah rumah untuk untuk tempat tempat tingga tinggall keluar keluargany ganyaa nanti, karena biasanya rumah tersebut sudah disiapkan oleh mertuanya. Hal ini menyebabkan pertukaran yang tidak seimbang, sehingga sebagai konsekuensinya seorang suami harus betul-betul dapat menjaga istrinya dengan baik, terutama yang menyangkut masalah kehormatannya. Tindakan mengganggu istri merupakan pelecehan harga diri yang paling menyak menyakitk itkan an bagi bagi laki-la laki-laki ki Madura Madura.. Tinda Tindakan kan terseb tersebut ut selain selain diangg dianggap ap telah telah
5
meleceh melecehkan kan harga harga diri diri suaminy suaminya, a, juga juga diangg dianggap ap telah telah merusa merusak k tatanan tatanan sosia sosiall (arosak atoran ). Oleh karena itu, menurut pandangan orang Madura, pelakunya tidak dapat diampuni dan harus dibunuh, atau dengan kata lain carok.
C. Faktor Pemicu Carok
Konflik Konflik kekerasan orang Madura Madura dipicu oleh letak dan kondisi geografis, geografis, sejarah dan sosial budaya Madura. Kondisi alam Madura yang pada umumnya panas panas dan tandus tandus membuat membuat orang-orang orang-orang Madura mayoritas mayoritas bertempramen bertempramen tinggi dan mudah tersinggung. Pola pemukiman pemukiman Kampong struktur ur pemuki pemukiman man Taneyan Kampong Mejhi Mejhi dan strukt yang dipaka dipakaii orangorang-ora orang ng Madura Madura membua membuatt kontro kontroll sosial sosial menjad menjadii Lanjhang yang longgar. Sebaliknya, solidaritas antar kelompok semakin kuat sehingga Carok menjadi sangat mungkin mungkin bagitu mudah terjadi. Yang dimaksud dengan pemukiman Kampong Mejhi adalah kumpulankump kumpul ulan an atau atau
kelo kelomp mpok ok-k -kel elom ompo pok k
pemu pemuki kima man n
pend pendud uduk uk desa desa dima dimana na
pemuk pemukima iman n yang yang satu satu dengan dengan yang yang lain saling saling terisol terisolasi asi.. Jarak Jarak antara antara satu satu pemukiman dengan pemukiman yang lain sekitar 1 sampai 2 km. Keterisolasian kelompok pemukiman ini menjadi semakin nyata oleh adanya pagar yang terbuat dari beberapa rumpun bambu yang sengaja ditanam sekelilingnya. Antara satu kelompok pemukiman yang satu dengan yang lain hanya dihubungkan oleh jalan desa atau jalan setapak. Setiap pemukiman Kampong Mejhi biasanya terdiri dari 4 sampai 8 rumah yang dibangun dalam bentuk memanjang, membujur dari barat ke timur dan selalu menghadap ke selatan. Jika jumlah rumah lebih dari 8, karena sempitnya lahan maka deretan rumah biasanya dibangun dalam bentuk melingkar. Seme Sement ntar araa rumah rumah-ru -ruma mah h yang yang terd terdap apat at dalam dalam pemu pemuki kima man n Taneyan bisany nyaa selal selalu u diba dibang ngun un berd berdere erett dari dari barat barat ke timur timur dan dan selal selalu u Lanjhang bisa menghadap selatan sebagaimana posisi semua rumah tradisional yang lain, hal ini menurut urutan kelahiran anak perempuan dari keluarga yang bersangkutan. Anak perem perempua puan n pertam pertamaa menemp menempati ati urutan urutan pertama pertama,, demiki demikian an seteru seterusny snyaa dengan dengan
6
anak-anak perempuan yang lahir kemudian. Dan satu rumah biasanya ditempati oleh satu keluarga. Konsekuensi sosial dari pola pemukiman semacam ini adalah solidaritas internal internal antar masing-mas masing-masing ing anggota anggota atau penghuniny penghuninyaa menjadi menjadi sangat sangat kuat. Apabila terjadi pelecehan harga diri terhadap salah seorang anggota keluarga, maka akan selalu dimaknai sebagai pelecehan harga diri terhadap semua keluarga yang ada dalam kelompok pemukiman tersebut. Dan jika hal ini terjadi, maka semua semua anggo anggota ta keluar keluarga ga yang yang ada dalam dalam pemuki pemukiman man tersebu tersebutt akan bereak bereaksi, si, dimana reaksi yang muncul selalu dalam bentuk tindakan kekerasan atau Carok. Ditemukanny Ditemukannyaa banyak banyak pola pemukiman pemukiman semacam ini, mengindikas mengindikasikan ikan bahwa kondisi sosial di pedesaan Madura sejak dahulu tidak memberikan rasa aman bagi penduduknya. penduduknya. Indikasi ini dapat dapat terlihat pada semua bentuk bentuk arsitektur rumah tradisional orang Madura yang hanya memiliki satu pintu di bagian depan, sehi sehing ngga ga tida tidak k ada ada jalan jalan lain lain bagi bagi seti setiap ap oran orang g untu untuk k kelu keluar ar-m -mas asuk uk rumah rumah (Wiryoprawiro; 1986 : 15). Selain itu, karena posisi rumah rumah selalu menghadap menghadap ke selatan, selatan, maka secara otomatis semua pintu pasti ditempatkan di bagian selatan. Dan karena posisi tidur orang Madura yang membujur dari utara ke selatan dengan menempatkan kepala di arah utara seperti layaknya posisi orang mati saat dikuburkan. Hal ini bermakna bahwa dalam keadaan tidur sekalipun, orang Madura selalu dapat mengawasi pintu rumah. Dengan kata lain, Realitas sosial ini dapat dimaknai bahwa setiap orang Madura tetap selalu waspada terhadap keamanan lingkungannya. Selain dua hal di atas, Carok juga dipicu oleh tradisi nyekep 4 dan rem. Tradisi nyekep tersebut membuat Carok sangat mungkin untuk terjadi di setiap saat,
nyekep sudah merupakan kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan oleh
kebanyakan laki-laki Madura, khususnya di daerah pedesaan. Hal ini terbukti setiap setiap kali mereka mereka keluar keluar rumah rumah hampir hampir tidak tidak pernah pernah lupa lupa membaw membawaa senjata senjata tajam. Lebih-lebih jika sedang mempunyai musuh atau sedang menghadiri remo.
4
Membawa senjata tajam dengan cara menyembunyikannya di balik baju.
7
Bahkan di sebuah pedalaman atau daerah rawan Carok, nyekep merupakan sebuah keharusan. Jika seseorang tidak nyekep, maka dia akan dianggap sombong dan merasa sudah hebat karena tidak perlu untuk nyekep. Jadi, jika kebetulan lupa untuk nyekep, maka maka biasany biasanyaa mereka mereka akan akan mengam mengambil bil ranting ranting pohon pohon untuk untuk diselipkan di balik bajunya. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kemarahan sosial di sekitarnya yang akhirnya berpotensi melahirkan Carok. Sedangkan tradisi remo seakan membuat pembenaran terhadap terjadinya Caro Carok, k, hal hal ini ini berd berdas asar arka kan n atas atas besa besarn rnya ya duku dukung ngan an dari dari yang yang hadir hadir saat saat diadakannya remo Pada prinsi prinsipny pnya, a, remo adalah adalah suatu suatu pesta pesta tempat tempat remo carok carok 5. Pada berkumpul berkumpulnya nya para oreng jago6 dan Blater 7 . Dan Dan secar secaraa ekon ekonom omi, i, remo merupakan suatu sarana untuk mengumpulkan uang dalam jumlah yang relatif besar hanya dalam waktu satu malam. Penyelenggara remo dapat mengumpulkan uang antara 10 sampai 25 juta, bahkan juga lebih. Semua itu sangat tergantung pada besarnya jumlah uang bhubuwan 8 dari para tamu yang datang. Sementara remo carok biasanya dilakukan sebelum atau sesudah Carok, hal ini diselenggarakan karena yang bersangkutan sedang membutuhkan biaya. Untuk remo yang diadakan sebelum Carok, penyelenggaraanya biasanya diadakan kira-kira seminggu atau dua minggu sebelum Carok dilaksanakan. Dan jika remo diadakan sesudah Carok, biasanya berlangsung seminggu setelah kejadian, sebab pada saat itu proses penyidikan sudah mulai dilakukan dan kebutuhan akan dana sudah mendesak. Undangan biasanya disampaikan berantai secara lisan melalui koordinator-koordinator, dan dalam undangan tersebut secara tegas disebutkan bahwa akan diselenggarakan remo carok. Seti Setiap ap tamu tamu yang yang data datang ng waji wajib b abhubu (menyumban (menyumbang), g), sedangkan sedangkan besarnya bhubuwan (sumbangan) tidak ditentukan. Artinya besarnya sumbangan bersifat
sukarela
berdasarkan
keikhlasan
masing-masing
tamu.
Penyelenggaraannya biasanya dilakukan oleh keluarga dan kerabat yang terdekat, karena yang bersangkutan sedang menjalani hukuman. 5
Remo yang diselenggarakan untuk keperluan carok. Seorang blater yang sudah pernah menang dalam carok. 7 Seseorang yang menjadi anggota remo, di daerah Madura bagian Timur disebut bajhingan. 8 Jumlah uang yang harus diserahkan/disumbangkan oleh seorang anggota remo kepada anggota yang lain. 6
8
Jadi, remo carok merupakan suatu media kultural, dimana fungsinya tidak hanya hanya sekedar sekedar mengumpulk mengumpulkan an uang dan menggalang menggalang solidaritas solidaritas diantara diantara para anggotanya (kanca remo9), tetapi justru berfungsi sebagai pendukung dan pelestari Carok dalam masyarakat Madura. Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan keimanan para pelaku Carok dalam beragama juga menjadi faktor pemicu lain dari terjadinya Carok. Pada umumnya, pelaku Carok adalah orang-orang yang berpendidikan rendah dan awam dalam dalam beraga beragama. ma. Hal ini sangat sangat ironi ironi dan patut patut disesa disesalka lkan, n, mengin mengingat gat mayoritas masyarakat Madura beragama Islam. Selain itu, lemahnya institusi Hukum di Madura khususnya, juga menjadi faktor pemicu mengapa Carok begitu mudah terjadi. Ancaman Ancaman hukuman hukuman penjara tidak tidak lagi lagi menjad menjadii sesuat sesuatu u yang yang menaku menakutka tkan n bagi bagi para para pelaku pelaku Carok, Carok, karena karena mereka masih bisa melakukan upaya nabang 10 untuk memperingan hukuman yang dijatuhkan kepadanya. Padahal menurut KUHP, pelaku Carok (penganiayaan berat/pembunuhan) seharu seharusny snyaa dikena dikenaii sanks sanksii pidana pidana berupa berupa hukuma hukuman n maksim maksimal al hukuma hukuman n mati, mati, penjara seumur hidup, atau hukuman penjara selama-lamanya 20 tahun. Akan tetapi, ancaman sanksi ini terkadang dalam prakteknya cenderung tidak diterapkan secara konsisten, hal ini ditandai dengan upaya nabang yang dilakukan pelaku Carok, sehingga hukuman yang dikenakan terkesan sangat ringan, yaitu tidak lebih dari 5 tahun. Institusi kepolisian tidak lagi menjadi menjadi pengayom bagi masyarakat, karena karena justru ikut membantu dan mendorong terjadinya Carok dengan mempermudah upaya pelaku Carok untuk nabang . Hal ini membuat masyarakat enggan untuk memp memperc ercay ayai ai huku hukum, m, dan dan lebih lebih memi memili lih h untu untuk k main main hakim hakim send sendir irii dalam dalam menyelesaikan masalahnya, biasanya selalu dalam bentuk tindakan kekerasan atau Carok. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, dorongan atau dukungan dari dari masyar masyaraka akatt ternya ternyata ta juga juga menjad menjadii faktor faktor pemicu pemicu yang yang sangat sangat potens potensial ial 9
Teman dari lingkungan remo Merekayasa proses peradilan dengan menyerahkan sejumlah uang kepada oknum aparat peradilan agar hukuman menjadi ringan, atau mengganti terdakwa carok dengan orang lain. 10
9
terhadap terjadinya Carok. Hal ini didasarkan dengan di lontarkannya sindiransindiran sinis oleh masyarakat bila seseorang enggan untuk melakukan Carok. Hal ini bisa dilihat dari ungkapan-ungkapan berikut : 1. Lokana daghing bisa e jhai’, lokana ate tadha’ tambhana kajhabana
ngero’ dhere. ( Daging yang terluka masih bisa dijahit, tapi jika hati yang terluka tidak ada obatnya kecuali minum darah). 2. Ango’an poteya tolang e tembang poteya mata.
(Lebih baik putih
tulang daripada putih mata, lebih baik mati dari pada malu) 3. Jha’ ngako oreng Madura mon tako’ acarok. (Jangan mengaku orang Madura bila takut untuk ber- Carok) 4. Aotang pesse majar pesse, aotang nyabah majar nyabah. (Hutang uang dibayar uang, hutang nyawa ditebus nyawa) Jika ada laki-laki Madura tidak berani melakukan Carok, maka dia akan disebut sebagai penakut ( tako’an), dia juga akan disebut sebagai bukan laki-laki (lo’ lake’ ) . Bahk Bahkan an oran orang g pere peremp mpua uan n pun pun akan akan sang sangat at lake’ atau ta’ lalake’ lalake’ ). menc mencem emoo oohn hny ya
yang ang diun diungk gkap apka kan n dala dalam m sebu sebuah ah kali kalima matt “say “sayan ang g
say saya
perempuan, seandainya saya memiliki buah zakar sebesar cabai rawit, maka saya yang akan melakukan Carok” (Imron, 1986 : 12). Selain itu, masyarakat akan menyebutnya sebagai bukan orang Madura ( jha’ ngako oreng Madura mon tako’ acarok ) Jadi, Jadi, orang orang Madura Madura melakuka melakukan n Carok bukan karena semata-mata tidak mau dianggap sebagai penakut, meskipun sebenarnya juga takut mati, melainkan juga agar dia tetap dianggap sebagai orang Madura.
D. Persiapan, Pelaksanaan dan Pasca Carok Ada Carok yang dilakukan secara spontan, yaitu ketika tiba-tiba terjadi perse perselis lisiha ihan n menyang menyangkut kut harga harga diri, diri, maka maka seketik seketikaa itu salah salah satu satu pihak pihak yang yang merasa tersinggung langsung menyerang pihak yang lain. Jika terjadi kasus Carok seperti seperti ini dan kebetulan kebetulan pihak-pihak pihak-pihak yang berselisih berselisih tidak nyekep, biasanya alat yang digunakan adalah senjata tajam seadanya seperti linggis dan cangkul.
10
Untuk Carok yang direncanakan, maka para pelaku Carok mempersiapkan dengan nyekep , apaghar 11 dan konsolidasi terlebih dahulu dengan masing-masing keluarga atau kelompoknya. Rencana Carok tersebut biasanya sudah dimatangkan terlebih dahulu dalam sidang keluarga, agar rencana tersebut tidak bocor, para kerabat yang ikut dalam sidang tersebut sepakat untuk merahasiakan semua hasil sidang. Selai Selain n itu, itu, pelak pelaku u Caro Carok k haru haruss memp mempun unya yaii bhandha (dana) (dana).. Dalam Dalam konteks ini Carok mempunyai dimensi ekonomi, artinya biaya atau dana harus tersedia. Hal ini sejalan dengan ungkapan dalam masyarakat yang mengatakan “mon lo’ andi’ bhandha, (jangan melakuk melakukan an Carok Carok jika jika tidak tidak bhandha, ajjha’ acarok” acarok” (jangan mempunyai dana yang cukup). Ungkapan ini bermakna sebagai suatu peringatan bahwa bahwa Carok Carok akan akan mengha menghabis biskan kan banyak banyak biaya, biaya, baik baik bagi bagi yang yang menang menang dan (terutama) untuk yang kalah. Bagi pihak keluarga yang kalah, biaya tersebut sangat diperlukan untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan ritual keagamaan bagi pelaku Carok yang terbunuh. Kegiatan-kegiatan itu dimulai dari penyelenggaraan selamatan selama tujah hari sejak kematiannya, serta selamatan lainnya seperti 40 hari, 100 hari, dan 1000 harinya. Selain itu, biaya tersebut sangat penting untuk biaya hidup sanak keluarga (istri dan anak) yang ditinggalkan. Sementara itu, kebutuhan dana untuk pemenang Carok biasanya jauh lebih besar daripada pihak yang kalah (terbunuh). Selain untuk menghidupi keluarga yang ada di rumah selama yang bersangkutan bersangkutan sedang menjalani hukuman, biaya tersebut biasanya dibutuhkan dan digunakan untuk upaya nabang sebagai usaha untuk memperingan hukuman yang akan dikenakan kepadanya nanti. Pelaks Pelaksanaa anaan n Carok Carok dilaku dilakukan kan dengan dengan dua cara yaitu yaitu ngongghai12 atau dengan dengan cara cara melaku melakukan kan melakuk melakukan an kesepa kesepakata katan n mengen mengenai ai kapan kapan dan dimana dimana Carok tersebut akan dilakukan. Setel Setelah ah Caro Carok k itu itu terj terjad adi, i, dan dan salah salah satu satu piha pihak k ada ada yang yang kalah kalah atau atau terbunuh. terbunuh. Pihak pemenang pemenang biasanya akan menyerahkan menyerahkan diri ke kantor kantor polisi, polisi, hal ini dilakukan untuk mencari perlindungan dari kemungkinan terjadinya aksi balas 11 12
Upaya membentengi diri dengan bantuan dukun. Mendatangi rumah musuh untuk menantang carok.
11
dendam dendam dari dari pihak pihak keluar keluarga ga yang yang kalah. kalah. Selain itu, itu, penyer penyeraha ahan n diri diri ini juga juga dijadikan sebagai alat publikasi bagi sang pemenang, agar kemenangannya bisa diketahui oleh orang lain. Sehingga sang pemenang dapat membanggakan diri karena telah memenangkan Carok dan menjadi oreng jago. Dala Dalam m kont kontek ekss ini, ini, Caro Carok k menj menjad adii sema semaca cam m medi mediaa kult kultur ural al bagi bagi pelak pelakuny unyaa (yang (yang menang menang)) untuk untuk memper memperole oleh h predik predikat at sebaga sebagaii oreng oreng jago, jago, sehingga nantinya bisa (makin) disegani oleh masyarakat yang lain. Upaya lain pasca carok yang dilakukan oleh pemenang adalah nabang ,
Nabang adalah upaya untuk merekayasa proses hukum suatu peristiwa carok, dengan memberikan sejumlah uang kepada oknum peradilan (polisi, jaksa dan hakim). Hal ini dilakukan agar vonis hukuman yang dijatuhkan menjadi lebih ringan. Seme Sement ntar araa bagi bagi piha pihak k yang yang kalah kalah,, korb korban an Caro Carok k biasa biasany nyaa lang langsu sung ng dikuburkan seperti biasa ditempat pemakaman umum. Namun terkadang, banyak juga korban Carok yang dikuburkan di dekat atau di sekitar rumahnya, sementara bekas bekas pakaian pakaian Carok Carok yang yang masih masih berlum berlumura uran n darah darah disimp disimpan. an. Kedua Kedua hal ini dilakukan agar peristiwa tersebut bisa terus diingat, dengan harapan suatu saat ada sanak keturunannya yang akan membalaskan dendam.
E. Tanggap anggapan an Masyar Masyaraka akatt
Ada banyak dan beragam tanggapan dari masyarakat terhadap terjadinya Carok, pada umumnya mereka tidak menyalahkan para pelaku Carok yang telah menang menang dan berhas berhasil il membu membunuh nuh lawanny lawannya, a, karena karena telah telah meleceh melecehkan kan harga harga dirinya. Bahkan, masyarakat seolah merestui dan seakan memberikan dukungan terhadap terjadinya Carok. Sementara itu, tanggapan negatif terhadap Carok sebenarnya juga ada pada sebagian orang Madura, khususnya bagi mereka yang kebetulan bertugas sebagai paramedis, baik di tingkat kecamatan (puskesmas) maupun di rumah sakit tingkat kabupaten (RSUD). Menurut pengakuan beberapa tenaga paramedis tersebut, jika kebetulan seda sedang ng menan menanga gani ni korb korban an-k -kor orba ban n Caro Carok, k, merek merekaa tida tidak k pern pernah ah melak melakuk ukan an
12
pembiusan pada diri pelaku Carok ketika luka-luka parah yang di deritanya harus dijahi dijahitt dan dioper dioperasi asi.. Selain Selain itu, itu, cara menjah menjahit it luka-lu luka-luka ka tersebu tersebutt dilaku dilakukan kan dengan dengan sembarangan sembarangan sehingga sehingga para pelaku carok selalu berterik-teriak berterik-teriak kesakitan selama pengobatan berlangsung. Semua ini dilakukan dengan maksud agar pelaku Carok menjadi jera, dengan harapan tidak akan melakukan Carok lagi. Akan Akan tetapi tetapi,, tangga tanggapan pan negatif negatif dalam dalam bentuk bentuk penyik penyiksaa saaan an seperti seperti ini tampaknya tetap tidak begitu efektif untuk membuat para pelaku Carok jera, yang akhirnya diharapkan dapat meredam terjadinya Carok. Bahkan Bekas-bekas luka karena karena bacoka bacokan n Clurit Clurit yang yang dijahi dijahitt secara secara sembar sembarang angan, an, ketika ketika telah telah sembuh sembuh keli keliha hatan tan sang sangat at menc mencol olok ok mata. mata. Semu Semuaa itu just justru ru oleh oleh para para pela pelaku ku Caro Carok k dijadikan sebagai simbolisasi sekaligus sebagai bukti kemenangan yang sangat membanggakan.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
13
Carok adalah institusionalisasi kekerasan dalam masyarakat Madura yang memiliki keterkaitan erat dengan faktor-faktor lingkungan, struktur budaya dan sosial ekonomi, agama dan pendidikan. Berdasarkan Berdasarkan kesimpulan kesimpulan di atas, kiranya dapat dikemukakan dikemukakan beberapa beberapa saran sebagai sebagai suatu wacana untuk meredam meredam terjadinya terjadinya Carok dikemudian dikemudian hari. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perlu Perlu upaya upaya menegak menegakkan kan kembal kembalii otorita otoritass dan kewiba kewibawaan waan negara, negara, terutama dalam mengontrol sumber-sumber kekerasan. 2. Carok bisa saja hilang dari tradisi orang orang Madura, bila negara menerapkan hukum yang adil dengan memberikan hukuman yang seberat-beratnya, sehingga dapat menimbulkan efek jera bagi para pelaku Carok. Hal ini dilaku dilakukan kan agar agar masyarak masyarakat at bisa bisa memper mempercay cayai ai hukum hukum dan akhirn akhirnya ya mening meninggal galkan kan kebias kebiasaan aan menyel menyelesai esaikan kan masalah masalah dengan dengan cara main main hakim sendiri. 3. Perl Perlu u upay upayaa peny penyad adar aran an masy masyar arak akat at akan akan huku hukum m deng dengan an jala jalan n peningkatan kualitas pendidikan pendidikan dan keagamaan. 4. Perlu adanya adanya peran serta dari para tokoh tokoh masyarakat masyarakat yang ada terutama terutama tokoh agama atau ulama serta aparatur desa yang bisa dihormati dan dise disega gani ni,, supay supayaa dapa dapatt ikut ikut berp berpera eran n akti aktiff sehi sehing ngga ga nanti nantiny nyaa bisa bisa memberikan pemahaman yang lebih baik tentang suatu permasalahan kepada segenap masyarakat yang ada di sekitarnya. 5. Para keluarga keluarga korban Carok perlu mulai mulai disadarkan disadarkan agar meninggalkan meninggalkan kebiasaan buruk menyimpan segala benda yang digunakan untuk Carok dan mengubur korban Carok di dekat atau di sekitar rumah, agar tidak selalu melahirkan dendam yang tiada pernah berkesudahan.
Daftar Pustaka
Imron, D. Z, 1986. Menggusur Carok , Surabaya: Harian Memorandum.
14
Wiryop Wiryoprawiro, rawiro, Z. M, 1986. 1986. Arsitektur Arsitektur Tradisional Tradisional Madura Sumenep dengan
Pendekatan Historis dan Deskriptif ,
Surabaya: Laboratorium Arsitektur
Tradisional, FTSP-ITS. Wiyata, A. L, 2006. Carok, Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura , Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta. Tempo Interaktif, 16-8-2006.
15