LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA KRIM CAMPHORA
Disusun oleh : Mochamad Arif P17335113048
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG JURUSAN FARMASI 2014
CAMPHORA KRIM
I.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal dan memahami cara pembuatan sediaan krim. 2. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan Kamfora Krim 3. Menentukan hasil evaluasi sediaan Kamfora Krim
II.
LATAR BELAKANG
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdisperssi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal (Depkes RI. 1995). Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam - asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:
Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream . Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung me ngandung mineral oil dalam jumlah besar.Untuk krim tipe a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolesterol dan cera.
Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.Untuk krim tipe m/a digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin(TEA), natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC dan emul ygidum.( Syamsuni, A. 2007)
1
Zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan Emulgid, Lemak Bulu Domba, Setaseum, Setilalkohol, Stearilalkohol, Trietanolaminil stearat dan Golongan Sorbitan, Polisorbat, Polietilenglikol, sabun.(Depkes RI.1979) Dapat digunakan campuran emulgator untuk meningkatkan stabilitas emulsi dengan terbentuknya kompleks karena pada umumnya penggunaan surfaktan tunggal menghasilkan emulsi yang konsistensinya cair. Perbandingan surfaktan – fatty alcohol yang tepat menghasilkan konsistensi yang baik umumnya 1:4 sampai 1:9). Penggunaan dalam sediaan ± 16%. Contoh kombinasi emulgator:
SLS – cetostearil alkohol
Cetrimide – cetostearil alkohol
Cetomakrogol 1000 – cetostearil alkohol
Untuk krim tipe air dalam minyak (a/m) umum digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolesterol, dan cera. Sedangkan untuk krim tipe minyak dalam air (m/a) umum digunakan sabun monovalen seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu dapat digunakan juga Tween, Natrium Lauryl Sulfat, kuning telur, Gelatinum, Caseinum, CMC, dan Emulgidum. (Depkes RI. 2004) Stabilitas krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu 1 bulan.(Depkes RI. 1979) Rute penetrasi obat yang digunakan melalui kulit dimulai dari proses melarutnya obat. Obat kemudian terdifusi sehingga zat aktif lepas dari pembawanya. Zat aktif tersebut akan bekerja melalui dua cara yaitu transdermal dan transappendagel. Obat yang terdifusi secara transdermal terjadi melalui proses partisi atau difusi di kulit bagian stratum korneum. Obat yang bekerja melalui transappendagel terjadi melalui dua tempat pada kulit yaitu di unit pilosebaseus ataupun di kelenjar ekrin. Setelah obat terdifusi melalui masing-msing tempat. Obat berpartisi lagi ke bagian epidermis dalam. Setelah berdifusi di epidermis dalam, obat berdifusi ke bagian dermis. Dari bagian dermis atau setelah obat bekerja aktif di bagiannya, obat akan diekskresikan melalui sirkulasi atau peredaran darah. Berikut adalah zona
2
penggunaan obat secara topikal beserta lapisan interfasial kulit di mana suatu obat bekerja sesuai efeknya, antara lain:
Permukaan kulit
Di bagian permukaan kulit, obat yang menghasilkan efek antara lain digunakan untuk proteksi atau perlindungan, penyamaran, repelan serangga, dan anti mikroba atau anti fungi. Stratum korneum Pada stratum korneum, obat yang menghasilkan efek biasanya obat yang berkhasiat sebagai emolien dan keratolisis
Appendages
Di bagian appendages, obat yang menghasilkan efek antara lain berkhasiat sebagai anti persipiran, eksfolien, antibiotika ataupun antifungi, dan sebagai depilatori.
Epidermis dalam dan Dermis
Obat yang bekerja pada bagian epidermis dalam dan bagian dermis antara lain memiliki khasiat yang sama walaupun bekerja di bagian yang berbeda. Khasiat obatnya antara lain:antiinflamasi, anestetik, antipruritik, dan antihistamiin.
Sirkulasi
Obat yang digunakan secara melalui kulit (topikal) dapat bekerja di bagian sirkulasi peredaran darah, misalnya pada obat sistem transdermal dan nitrogliserin. Kamfora adalah senyawa keton yang diperoleh dari tanaman Rosemarinus officinalis atau dari Cinnamomum camphora, berbau tajam dan enak, berfungsi sebagai analgetika dan antiiritan. Selain itu juga berkhasiat sebagai ekspektoran dan rel aksan otot. Counter iritan bekerja berdasarkan kenyataan adanya persyarafan segmental yang sama antara organ viseral dan kulit.counter iritant yang digosokkan dikulit diduga akan merangsang refleks akson dengan akibat relaksasi di organ viseral dengan persyarafan segmental yang sama. (Tim Penulis Farmakologi dan Terapi. 2007) Zat iritan yang masuk kedalam kulit dapat memacu sel Langerhans bereaksi sehingga menimbulkan gejala iritasi, seperti kemerahan, timbul bulla, dll. Camphora digunakan untuk mengobati iritasi berat, hal ini dikarenakan Camphora memiliki efek menenangkan sel Langerhans yang bereaksi saat ada zat iritan di kulit. (Agus dkk. 2009) Oleh karena itu krim Camphora tidak memerlukan penetrant enhancher, karena Camphora digunakan untuk luka iritasi berat yang terbuka. Penggunaan krim Camphora dapat Gunakan sehari 1-2 kali, dioleskan tipis-tipis pada kulit yang iritasi.
3
III.
FORMULASI
Camphora
Struktur
(THE DEPARTMENT OF HEALTH, SOCIAL SERVICES AND PUBLIC SAFETY. 2009.) Rumus molekul
C10H16O (THE DEPARTMENT OF HEALTH, SOCIAL SERVICES AND PUBLIC SAFETY. 2009.)
Pemerian
Hablur butir atau massa hablur; tidak berwarna atau putih; bau khas, tajam; rasa pedas dan aromatik. (Depkes RI. 1979)
Kelarutan
Larut dalam 700 bagian air, dalam 1 bagian etanol (95%) P, dalam 0,25 bagian kloroform P; sangat mudah larut dalam eter P; mudah larut dalam minyak lemak (Depkes RI. 1979)
Stabilitas
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk (Depkes RI. 1979).
Kegunaan
Counter-irritant (THE DEPARTMENT OF HEALTH, SOCIAL SERVICES AND PUBLIC SAFETY. 2009.)
Vaseline album
Sinonim
Vaselinum album; white petroleum jelly; white soft paraffin. (Rowe, Raymond C.2009)
Pemerian
Massa lunak, lengket, bening, putih ; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. (Depkes RI. 1979).
jarak lebur
Antara 38° dan 56° (Depkes RI. 1979).
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dan etanol (95 %) P ; larut dalam klorofm P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P ,
4
larutan kadang-kadang beroplesensi lemah. (Depkes RI. 1979). Stabilitas
Dengan pencahayaan tinggi akan terjadi oksidasi yang mengakibatkan kerusakan warna vaselin dan timbulnya bau yang tidak dingin. (Rowe, Raymond C.2009)
Inkompabilitas Vaselin adalah bahan tambahan dengan sedikit inkompatibilitas. (Rowe, Raymond C.2009)
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik. (Rowe, Raymond C.2009)
Kegunaan
Basis krim (Rowe, Raymond C.2009)
Parrafin Liquidum
Sinonim
Avatech; Drakeol; minyak mineral berat; petrolatum cair berat; petrolatum cair; parafin minyak; paraffinum liquidum; Sirius; putih minyak mineral. (Rowe, Raymond C.2009)
Pemerian
Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa. (Depkes RI. 1979).
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P. (Depkes RI. 1979).
Stabilitas
Mengalami oksidasi bila terkena panas dan cahaya, harus disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. (Rowe, Raymond C.2009)
5
Inkompabilitas Tidak kompatibel dengan oksidator kuat. (Rowe, Raymond C.2009)
Kegunaan
Topical ointments 0.1 – 95.0 % (Rowe, Raymond C.2009)
Asam stearat
Sinonim
Stearicum acidum; asam cetylacetic; Crodacid; Kristal G; Kristal S; Dervacid; E570; Edenor; Emersol; Ekstra AS; Ekstra P; Ekstra S; Ekstra ST; Asam 1-heptadecanecarboxylic; Hystrene; Industrene; Kortacid 1895; Sterik Pearl; Priste rene; asam stereophanic; Tegostearic. (Rowe, Raymond C.2009)
Struktur
(Rowe, Raymond C.2009) Rumus
C18H36O2
molekul
(Rowe, Raymond C.2009)
Titik lebur
69 – 70°C (Rowe, Raymond C.2009)
Pemerian
Stearat adalah asam keras, putih atau agak berwarna kuning, agak glossy, kristal padat atau bubuk putih putih atau kekuningan. memiliki sedikit bau (dengan ambang batas bau 20 ppm) dan rasa menunjukkan lemak. (Rowe, Raymond C.2009)
Kelarutan
Bebas larut dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter; larut dalam etanol (95%), heksana, dan propilen glikol; praktis tidak larut dalam air. (Rowe, Raymond C.2009)
Stabilitas
Asam stearat merupakan bahan yang stabil; antioksidan juga dapat ditambahkan. Bahan massal harus disimpan dalam wadah
6
tertutup, wadah simpan di tempat yang sejuk dan kering. (Rowe, Raymond C.2009) Inkompabilitas Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida dan mungkin kompatibel dengan basa, zat pereduksi, dan oksidator. (Rowe, Raymond C.2009)
Penyimpanan
disimpan dalam wadah tertutup, wadah simpat di tempat yang sejuk dan kering. (Rowe, Raymond C.2009)
Kadar
Emlgator
penggunaan
(Rowe, Raymond C.2009)
Cetostearyl Alcohol
Sinonim
Alkohol cetylicus et stearylicus; cetearyl alkohol; setil stearil alkohol; Crodacol CS90; Lanette O; Speziol C16-18 Pharma; Tego alkanol 1618; Tego alkanol 6855. (Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian
Terbentuk sebagai massa berwarna putih atau krem, serpihan, pil atau butir. Memiliki bau khas manis yang lemah. Dalam pemanasan, cetostearil alkohol meleleh menjadi bersih, tidak berwarna, atau berwarna kuning pucat, cairan bebas dari bahan penyuspensi. (Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan
Mudah larut dalam etanol (95%), eter, dan minyak. Praktis tidak larut dalam air. (Rowe, Raymond. 2009)
Stabilitas
Cetostearil alkohol stabil di bawah kondisi normal penyimpanan. Cetostearil alkohol harus disimpan di wadah tertutup baik, tempat sejuk dan kering. (Rowe, Raymond. 2009)
7
Inkompabilitas Tidak cocok dengan zat pengoksidasi kuat dan garam logam. (Rowe, Raymond. 2009) Penyimpanan
Cetostearil alkohol harus disimpan di wadah tertutup baik, tempat sejuk dan kering. (Rowe, Raymond. 2009)
Kegunaan
Emulgator
Propilenglikol
Sinonim
1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol; propylenglycolum (Rowe, Raymond. 2009)
Struktur
(Rowe, Raymond. 2009) Rumus molekul
C3H8O2 (Rowe, Raymond. 2009)
Titik lebur
-59 C (Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian
Tidak berwarna, kental, cairan praktis tidak berbau, dengan rasa sedikit pedas manis menyerupai gliserin. (Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan
Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air, larut dalam 1:6 bagian eter, tidak larut dalam minyak mineral ringan atau minyak campuran, tetapi akan melarutkan beberapa minyak esensial. (Depkes RI, 1995)
Stabilitas
Dalam suhu sejuk, propilenglikol stabil dalam wadah tertutup baik, tetapi dalam suhu tinggi, dalam keadaan terbuka, cenderung teroksidasi, sehingga menghasilkan produk lain
8
seperti propionaldehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilenglikol stabil secara kimia ketika dicampurkan dengan etanol (95%), gliserin, atau air. Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf. Propilenglikol higroskopik, dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. (Rowe, Raymond. 2009) Inkompatibilitas
Propilenglikol inkompatibel dengan pereaksi yang mengoksidasi seperti kalium permanganat. (Rowe, Raymond. 2009)
Kegunaan
humektan, pelarut, zat penstabil, kosolven larut air. (Rowe, Raymond. 2009)
Propilparaben
Sinonim
Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propyl ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propyl Aseptoform; propyl Btex; Propyl Chemosept; propylis parahydroxybenzoas; propyl phydroxybenzoate; Propyl Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen P-23. (Rowe, Raymond. 2009)
Struktur
(Rowe, Raymond. 2009) Rumus molekul
C10H12O3 (Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian
Serbuk putih, kristalin, tidak berbau dan tidak berasa. (Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan
Mudah larut dalam aseton, larut dalam etanol (95%) 1:1,1 dan etanol (50%) 1:5,6 ; mudah larut dalam eter 1:10, gliserin
9
1:250, larut dalam minyak mineral 1:3330, larut dalam minyak kacang 1:70, propilenglikol 1:3,9, air 1:2500; 1:4350 (dalam suhu 15º C); 1:225 (dalam suhu 80º C). (Depkes RI, 1995) Stabilitas
Larutan metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120º C selama 20 menit, tanpa penguraian. Larutan pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% penguraian) untuk sekitar selama 4 tahun dengan suhu ruangan, selain itu larutan pada pH 8 atau lebih cenderung lebih cepat terhidrolisis (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu ruangan). (Rowe, Raymond. 2009)
Inkompatibilitas
Aktifitas antimikroba atau metilparaben dan paraben lainnnya akan sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, sebagai hasilnya dari micellazation. Propilparaben berubah warna dengan adanya zat besi dan terjadi hidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat. (Rowe, Raymond. 2009)
Kegunaan
Zat pengawet, antimikroba. (Rowe, Raymond. 2009)
Metilparaben
sinonim
Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; metagin; Methyl Chemosept; methylis parahydroxybenzoas; methyl p-hydroxybenzoate; Methyl Parasept; Nipagin M; Solbrol M; Tegosept M; Uniphen P-23. (Rowe, Raymond. 2009)
Struktur
10
(Rowe, Raymond. 2009) Rumus molekul
C8H8O3 (Rowe, Raymond. 2009)
Titik lebur
125 – 128 C (Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian
Kristal tidak berwarna atau sebuk kristal putih. Tidak berbau atau hampir tidak berbau dan rasa terbakar sedikit. (Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan
Larut dalam etanol 1:2, etanol (95%) 1:3, etanol (50%) 1:6, eter 1:10, gliserin 1:60, praktis tidak larut dalam minyak mineral, larut dalam minyak kacang 1:200, propilenglikol 1:5, air 1:400; 1:50 (dalam suhu 50º C); 1:30 (dalam suhu 80º C). (Depkes RI, 1995)
Stabilitas
Larutan metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120º C selama 20 menit, tanpa penguraian. Larutan pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% penguraian) untuk sekitar selama 4 tahun dengan suhu ruangan, selain itu larutan pada pH 8 atau lebih cenderung lebih cepat terhidrolisis (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu ruangan). (Rowe, Raymond. 2009)
Inkompatibilitas
Aktifitas antimikroba atau metilparaben dan paraben lainnnya akan sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, sebagai hasilnya dari micellazation. Bagaimanapun propilenglikol (10%) telah menunjukan potensi aktifitas antimikroba dari golongan paraben dengan adanya surfaktan nonionik dan menvegah interaksi adntara metilparaben dengan polisorbat 80. Inkompatibel dengan zat lainnya, seperti bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, sodium alginate, minyak esensial, sorbitol dan atropine, telah dilaporkan. Itu juga bereaksi dengan bermacam-macam gula dan yang
11
berhubungan dengan gula alcohol. (Rowe, Raymond. 2009) Kegunaan
Zat pengawet, antimikroba. (Rowe, Raymond. 2009)
Butylated Hydroxytoluene
Sinonim
Agidol; BHT; 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol; butylhydroxytoluene; butylhydroxytoluenum; Dalpac; dibutylated hydroxytoluene; 2,6-di-tert-butyl-p-cresol; 3,5di-tert-butyl-4-hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol; Ionol CP; Nipanox BHT; OHS28890; Sustane; Tenox BHT; Topanol; Vianol. (Rowe, Raymond. 2009)
Struktur
(Rowe, Raymond. 2009) Rumus molekul
C15H24O (Rowe, Raymond. 2009)
Titik lebur
70 C (Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian
Kristal padat putih atau kuning pucat dengan bau khas fenol yang lemah (Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, larutan alkali hidroksida dan asam mineral encer. Mudah larut dalam aseton, benzene, etanol (95%), eter, methanol, toluene, campuran minyak, dan minyak mineral. Lebih larut dalam munyak makanan dan lemak. (Depkes RI, 1995)
Stabilitas
Paparan cahaya, kelembaban dan panas menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktivitas. Disimpan di wadah
12
tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering. (Rowe, Raymond. 2009) Inkompatibilitas
BHT mengalami reaksi karakteristik fenol. Tidak kompatibel dengan oksidator kuat seperti peroksida dan permanganat. Kontak dengan oksidator dapat menyebabkan pembakaran spontan. Garam besi menyebabkan perubahan warna dengan hilangnya aktivitas. Pemanasan dengan sejumlah katalis asam menyebabkan dekomposisi yang cepat dengan pelepasan gas isobutena yang mudah terbakar. (Rowe, Raymond. 2009)
Kegunaan
Antioksidan. (Rowe, Raymond. 2009)
Aquadest
Sinonim
Aqua, aqua purificata, hidrogen oksida. [HOPE 2009, Edisi 6 th hal 766]
Struktur
(Rowe, Raymond. 2009) Rumus
H2O
molekul
(Rowe, Raymond. 2009)
Titik lebur
0°C (Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian
Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa. (Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan
Terlarut campur dengan sebagian besar pelarut polar. (Rowe, Raymond. 2009)
Stabilitas
Secara kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik ( es,cair dan uap ). (Rowe, Raymond. 2009)
Inkompabilitas Dapat bereaksi dengan logam alkali dan oksida, seperti kalsium dan oksida, seperti kalsium oksida, dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan anhidrat untung membentuk
13
hidrat dari berbagai komposisi dan dengan bahan organic tertentu dan kalsium karbida. (Rowe, Raymond. 2009)
IV.
Permasalahan Farmasetik dan Penyelesaian
No. Permasalahan
Penyelesaian
1.
Camphora merupakan massa
Maka perlu ada basis minyak dalam
granul, karena sediaan akan dibuat
air yang disatukan. basis yang
krim.
digunakan dalam fase minyak adalah vaselin putih dan basis yang digunakan dalam fase air adalah air.
2.
Sediaan krim ini terdiri dari fase
emulgator yang digunakan adalah
minyak dan fase air, maka
kombinasi antara asam stearat dan
digunakan emulgator untuk
Cetostearyl Alcohol.
menstabilkan dua fase tersebut,
3.
Sediaan ini mengandung fase
Sehingga ditambahkan antioksidan
minyak yang mudah teroksidasi
yaitu butylated hydroxytoluena.
dan akan menyebabkan bau tengik.
4.
Karena sediaan menggunakan air
Digunakan metil paraben dan propil
untuk pelarut, maka akan rawan
paraben untuk anti mikroba.
pertumbuhan mikroorganisme.
5
14
Untuk menurunkan tegangan
Solusinya digunakan propilenglikol
permukaan bahan dengan air.
sebagai pembasah.
V.
PENDEKATAN FORMULA
No
Bahan
Kadar
Fungsi
1.
Camphora
5%
Zat aktif
2.
Vaselin Album
25 %
Basis
3
Parrafin Liquidum
12 %
Emolient (Pelembut)
4
Cetostearyl Alcohol
8%
Emulgator
5
Asam stearat
10 %
Emulgator
6.
Propylenglikol
10 %
Pembasah, Penetrant enhancer
7
Propil paraben
0,02%
Pengawet
8
Metil Paraben
0,18 %
pengawet
9
Butylated
0,05 %
Antioksidan
Ad 100 %
Pembawa
hydroxytoluena 10.
VI.
Aquadest
PENIMBANGAN BAHAN
Dibuat sediaan 8 pot salep (@ 10 g) = 80 gram ~ 100 gram
15
1. Camphora
=
2. Vaselin Album
=
3. Parrafin Liquidum
=
4. Cetostearyl Alcohol
=
5. Asam stearat
=
6. Propylenglikol
=
7. MethylParaben
=
8. Propylparaben
=
9. Butylated hydroxytoluena
=
VII.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Botol cokelat, botol bening, dan erlenmeyer dicuci bersih dengan air suling, kemudian dibersihkan dengan aquadest sebanyak tiga kali 2. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan. Lalu bahan ditimbang sebanyak: a) Camphora
: 5 gram
b) Vaselin album
: 25 gram
c) Paraffinum liquidum
: 12 gram
d) Cetostearyl Alcohol
: 8 gram
e) Asam stearat
: 10 gram
f) Propilen glikol
: 10 gram
g) Propil paraben
: 0,18 gram
h) Metil paraben
: 0,02 gram
i) Butylated hydroxytoluena
: 0,05 gram
j) Aquadest
: 28,75 gram
3. Mortir dipanaskan dengan air panas hingga permukaan luar mortir terasa panas. 4. Camphora, vaselin album, paraffinum liquidum, cetrostearyl alcohol, asam stearat, metil dam propil paraben dimasukkan kedalam satu beaker glass. 5. Propilen glikol dan air dimasukkan kedalam beaker glass yang lain. 6. Kedua beaker glass tadi lalu dipanaskan hingga keduanya memiliki suhu 70 0C. 7. Fase minyak lalu dimasukkan kedalam mortir, setelah itu ditambahkan fase air kedalam fase minyak. 8. Campuran tadi lalu digerus hingga sediaan menjadi dingin. 9. Setelah sediaan jadi, lalu sediaan dikemas pada pot salep dan pot krim
16
VIII.
HASIL PERCOBAAN
-
No
Evaluasi sediaan setelah 1 minggu
Jenis
Prinsip
Jumlah
evaluasi
evaluasi
sampel
Hasil pengamatan Pot
I
warna, bau,
1.
Organoleptik
3
menggunak an
camphora, terasa berminyak dan
II
Warna sediaan putih, bau khas
khas
camphora, terasa berminyak dan
camphora, tekstur
lengket dikulit.
panca
Warna sediaan putih, bau khas
indera III
Warna putih, bau
lengket dikulit.
dan tekstur dikulit
Pengamatan
Warna sediaan putih, bau khas
Mengamati
Uji
Syarat
berminyak
camphora, terasa berminyak dan lengket dikulit.
Mengukur
Pot
pH
pH sediaan
I
5
pada
II
5
pH sediaan
III
5
disetiap
Rata-rata = 5
wadah
saat
pertama 2.
Uji pH
dibuat dan setelah
7
3
stabil. pH
hari
awal 5
menggunak an
pH
meter 3
Uji
Mengamati
Homogenitas
keseragama
Pot
Pengamatan sediaan yang
Partikel
dioleskan tipis-tipis
berukuran
n distribusi dan ukuran partikel
di
seragam 3
I
Homogen
II
Homogen
kaca arloji
terdistribus i merata
III
17
dan
Homogen
Rata-rata = homogen 4.
Uji tipe
Menentuka
emulsi
n
Pot
fase
I
dalam dan luar
Jenis Tes
pada
Aquadest Solubility test =
sediaan
Hasil
Sediaan + aquadest
emulsi
tak bercampur (tipe A/M) Oleum
Solubility test =
cacao
Sediaan + oleum
bercampur
cacao
(tipe A/M) Warna
Dye- Solubility test
3
= Sediaan + larutan
Methyl Blue
biru tak
Tipe
tersebar
sediaan
merata
A/M
(tipe A/M)
II
Aquadest Solubility test = Sediaan + aquadest
tak bercampur (tipe A/M) Oleum
Solubility test =
cacao
Sediaan + oleum
bercampur
cacao
(tipe A/M)
18
Warna Dye- Solubility test = Sediaan + larutan
Methyl Blue
biru tak tersebar merata (tipe A/M)
III
Aquadest Solubility test = Sediaan + aquadest
tak bercampur (tipe A/M) Oleum
Solubility test =
cacao
Sediaan + oleum
bercampur
cacao
(tipe A/M) Warna
Dye- Solubility test = Sediaan + larutan
Methyl Blue
biru tak tersebar merata (tipe A/M)
5.
Uji Volume
Menghitun
Terpindahkan/
g berat isi
Isi Minimum
disetiap wadah.
19
3
Pot
Berat sediaan
(Berat
(W1 – Wo)
sediaan:1 0) *100%
I
9,96 gram
99,6 %
II
9,97 gram
99,7 %
III
9,98 gram
99,8 %
Rata-rata semua sediaan tidak kurang dari 95 %. Berat awal 10
IX.
Rata-rata = 9,97
Rata-rata
gram
= 99,7 %
gram
PEMBAHASAN
Menurut FI edisi IV krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Secara tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A). Krim terdiri dari 2 tipe, yaitu : 1.
Tipe W/O, yaitu air dalam minyak. Contoh : Cold cream.
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar. 2.
Tipe O/W, yaitu minyak dalam air. Contoh : Vanishing cream.
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan,
dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai
pelembab meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit. Pada praktikum ini dibuat sediaan krim dengan zat aktif Kamfora dengan kadar 5 %. Tipe krim yang dibuat adalah tipe air dalam minyak (W/O). Sediaan dibuat diperuntukkan pemakaian topikal dengan dosis pemakaian dapat dioleskan secukupnya pada kulit. Sediaan dipilih tipe W/O karena agar zat aktif lebih cepat kontak dengan kulit dan sediaan lebih menempel pada kulit. Dalam pembuatan krim dibutuhkan emulgator untuk mencampurkan kedua fase antara minyak dengan air. Pada praktikum ini digunakan campuran emulgator cetostearyl alcohol dan asam stearat. Perbandingan asam stearat dengan cetostearyl alcohol yang dipakai adalah 4:5, hal ini dipilih agar mendapatkan konsistensi krim yang baik. Basis krim yang digunakan adalah vaselin album dengan parffin liquidum, pemilihan dua basis ini didasarkan pada sifat kedua basis tersebut yang memiliki sedikit inkomptabilitas, selain itu pemilihan paraffin liquidum agar sediaan krim ini tidak terlalu keras. Pada praktikum kali ini digunakan propil dan metil paraben, selain karena koefisien partisi dari kedua zat ini dapat mengawetkan fase air dan minyak, selain itu tidak ada 20
inkomptabilitas dengan zat lain sehingga cocok untuk digunakan sebagai pengawet pada sediaan ini. Pada sediaan krim camphora menggunakan basis minyak sehingga akan rawan berbau tengik dan mengalami oksidasi, oleh karena itu sediaan ditambahkan antioksidan agar menjaga sediaan agar tidak berbau tengik. Antioksidan yang digunakan pada sediaan ini adalah Butylated hydroxytoluena, dipilih antioksidan ini karena antioksidan ini mudah larut dalam minyak sehingga dapat larut dalam basis krim. Setelah sediaan dibuat, sediaan dibiarkan selama satu minggu untuk di uji. Hasil pengujian sediaan menunjukkan sebagai berikut :
Organoleptik
: Warna sediaan putih, bau khas camphora, terasa
berminyak dan lengket dikulit.
Uji pH
: pH sediaan tidak berubah sejak awal yaitu 5
Uji homogenitas
: Partikel berukuran seragam dan terdistribusi merata
Uji tipe emulsi
: krim tetap menjadi emulsi tipe O/W seperti saat
dibuat.
Uji isi minimum
: isi minimum krim camphora sesuai dengan yang
tertera di FI yaitu rata-rata semua sediaan tidak kurang dari 95 %. Berat awal 10 gram Dari hasil uji sediaan diketahui bahwa sediaan krim camphora ini dapat diproduksi dan memenuhi semua persyaratan sediaan krim .
21
X.
KESIMPULAN
1.
Usulan formula bagi sediaan Kamfora Krim 1% adalah No
Bahan
Kadar
Fungsi
1.
Camphora
5%
Zat aktif
2.
Vaselin Album
25 %
Basis
3
Parrafin Liquidum
12 %
Emolient (Pelembut)
4
Cetostearyl Alcohol
8%
Emulgator
5
Asam stearat
10 %
Emulgator
6.
Propylenglikol
10 %
Pembasah, Penetrant enhancer
7
Propil paraben
0,02%
Pengawet
8
Metil Paraben
0,18 %
pengawet
9
Butylated
0,05 %
Antioksidan
Ad 100 %
Pembawa
hydroxytoluena 10.
Aquadest
2. Menurut hasil evaluasi sediaan, sediaan Krim Kamfora cukup baik dan stabil dengan hasil evaluasi sebagai berikut:
Organoleptik
: Warna sediaan putih, bau khas camphora, terasa
berminyak dan lengket dikulit.
Uji pH
: pH sediaan tidak berubah sejak awal yaitu 5
Uji homogenitas
: Partikel berukuran seragam dan terdistribusi merata
Uji tipe emulsi
: krim tetap menjadi emulsi tipe O/W seperti saat
dibuat.
Uji isi minimum
: isi minimum krim camphora sesuai dengan yang
tertera di FI yaitu rata-rata semua sediaan tidak kurang dari 95 %. Berat awal 10 gram
22
XI.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV , Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta: Departemen Kesehatan. Rowe, Raymond C.2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., London : Pharmaceutical Press Tim Penulis Farmakologi dan Terapi. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi danTerapeutik FK UI. Syamsuni, A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC Rahardja, Kirana. 2007. Obat – obat Penting Edisi 6 . Jakarta : Kelompok Gramedia THE DEPARTMENT OF HEALTH, SOCIAL SERVICES AND PUBLIC SAFETY. 2009. British Pharmacopeia. Volume I. London: The Stationery Office;. Sumantri, muhammad A dkk. 2009. Dermatitis kontak. Fakultas farmasi UGM
23
XII.
Lampiran
1. Kemasan sekunder
CARA PEMAKAIAN : Gunakan sehari 1-2 kali, di oleskan tipis-tipis pada kulit yang iritasi.Atau menurut petunjuk dokter.
Simpan pada suhu kamar (25–30˚C) dan terlindung dari cahaya matahari langsung.
Untuk pengobatan dermatitis yang ditandai dengan peradangan di kulit,bengkak,kemerahan,tonjolan berair, disertai rasa gatal, perih, dan rasa terbakar karena iritasi.
KOMPOSISI : campoderm® cream mengandung : Camphora 50 mg/gram
Hanya untuk bagian luar badan Diproduksi oleh : PT. Boumpoũki Farma Bandung, Indonesia
1
2. Etiket
24
2
3
4
5
5
6
3. Brosur
Camyderm® KOMPOSISI :
Camyderm ® cream mengandung : Camphora
50 mg/gram
INDIKASI :
Untuk pengobatan dermatitis yang ditandai dengan peradangan di kulit, bengkak, kemerahan, tonjolan berair, disertai rasa gatal, perih, dan rasa terbakar karena iritasi.
CARA PEMAKAIAN :
Gunakan sehari 1-2 kali, dioleskan tipis-tipis pada kulit yang iritasi. Atau menurut petunjuk dokter.
PERHATIAN :
Jika gejala iritasi bertambah parah, segera cuci dengan air, hentikan pemakaian dan segera konsultasikan ke dokter.
PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (25 –30˚C) dan terlindung dari cahaya matahari langsung.
Hanya untuk bagian luar badan
KEMASAN & NO REGISTRASI :
Camyderm ® cream : pot isi 10 gram / DBL13B0500429A1 Diproduksi oleh :
PT. Boumpoũki Farma Bandung, Indonesia
25