1|Buku Putih
2|Buku Putih
Kata Pengantar Sekjend ISMKI
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat limpahan karunia-Nya, Mahasiswa Kedokteran Indonesia masih diberikan kekuatan dan keyakinan untuk terus berjuang membangun Bangsa Indonesia. Pembangunan Bangsa tidak akan pernah berhenti, ia, bukanlah suatu hal yang instan, yang dapat cukup puas untuk dirasakan hasilnya, namun merupakan proses yang terus berjalan sampai tidak ada lagi waktu di dunia ini, dan mahasiswa, berada dalam setiap proses itu sampai kapanpun. Saudara-saudaraku sekalian, mahasiswa Kedoktern Indonesia, mari coba kita perhatikan sebuah syair dari WS Rendra berikut ini “ Sebuah sangkar besi, tak akan bisa mengubah Rajawali menjadi seekor burung Nuri “. “. Syair ini pas rasanya untuk disampaikan kepada kita mahasiswa kedokteran Indonesia. Mahasiswa kedokteran laksana Rajawali yang memiliki kekuatan, semangat dan kemampuan untuk terbang tinggi, melintasi setiap penjuru dunia dengan kepakan sayapnya. Dengan bebas terbang tanpa ada siapapun yang menghalanginya, pun ketika terdapat suatu halangan, ia adalah tetap Rajawali. Mahasiswa kedokteran Indonesia memiliki potensi yang besar untuk membangun Indonesia, dengan cara dan model gerakannya. Kita memilki area dan ladang yang cukup luas untuk bergerak, sehingga tidaklah mengherankan apabila muncul pernyataan “ tidaklah istimewa label mahasiswa kedokteran Indonesia,melainkan untuk berkontribusi dan mengabdi.” Gerakan ini harus terus dikembangkan agar dapat memberikan hasil yang terbaik sesuai dengan harapan kita semua. Alhamdulillah, di akhir kepengurusan ISMKI generasi Mandiri periode 2010-2011 telah ditulis sebuah catatan ( buku putih ) kajian strategis ISMKI. Catatan ini berisikan mengenai seluk beluk fungsi kajian strategis dan advokasi. Catatan ini adalah sebagai media untuk terus mengembangkan pergerakan ISMKI dari masa ke-masa. Hal ini menjadi penting karena kajian strategis dan advokasi adalah salah satu inti dari gerak ISMKI dan lembaga mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia ( BEM/SENAT/LEM/PEMA). Harapanya dengan dikeluarkanya buku ini kita semua mahasiswa kedokteran Indonesia, memahami pentingnya fungsi kastrat dan gerak advokasi, serta mampu untuk menjadikanya kendaraan bagi kita dalam membangun bangsa ini dengan gerakan yang inovatif. Terimakasih untuk tim penyusun,yang telah membuat pemikiran beberapa orang yang sederhana, menjadi istimewa untuk setiap orang. Karya ini, bukanlah sekedar sebuah tulisan di atas kertas saja, namun menjadi untaian semangat bagi kita semua Mahasiswa Kedokteran Indonesia. Harapan kami, setiap masa, selalu menghasilkan perubahan yang berarti. Salam, Zairullah Mighfaza 3|Buku Putih
Kata Pengantar Koord KastratNas ISMKI Segala puji bagi Allah SWT atas karunia tak terhingga sehingga kami mampu menjaga dan melaksanakan komitmen sebagai pengurus harian kastrat hingga akhir. Kami bersyukur atas nikmat berpikir dengan adanya organ otak, hingga proses menyelesaikan “buku putih kastrat” yang tak lepas dari nikmat sistem neuromuskuloskeletal. Tentu nikmat ini tak lengkap tanpa adanya nikmat iman dan takwa kepadaNya. Sholawat dan salam juga tak lupa kami lantunkan bagi rasulullah Muhammad SAW yang selalu menginspirasi kami. Sosok yang selalu dinamis dalam perjuangan, tegar, tegas, tetapi berhati sangat lembut. Kembali mengingat pelajaran tentang ilmu kegawatdaruratan, ketika mempelajari kondisi gawat darurat dibidang kardiologi muncul istilah time is muscle , artinya bila kita terlambat melakukan pertolongan maka sel-sel otot jantung mengalami kematian (infark miokard). Dalam kegawatdaruratan neurologi yaitu time is brain, apabila dalam hitungan menit tidak dilakukan pertolongan, dapat dipastikan jutaan neuron akan mati. pun dalam hal bisnis sangat akrab kita dengar time is money . Istilah tersebut juga pas untuk mengungkapkan hal yang paling penting dalam organisasi, time is contribution . Apalah artinya sebuah organisasi bila tak melakukan kontribusi sesegera mungkin, karena waktu kepengurusan di organisasi sangatlah singkat. Dengan waktu yang singkat ini, kami menyusun catatan keseharian kami dalam “Buku putih kastrat ISMKI”. Buku putih ini juga merupakan salah satu solusi yang kami hadirkan untuk menciptakan kesetaraan fungsi minimal dari bidang kastrat di institusi kedokteran seluruh Indonesia. Nantinya, diharapkan dengan hadirnya buku ini, perbedaan jadwal akademis, letak geografis, dan jarangnya pertemuan langsung dengan kastraters tidak lagi menjadi hambatan untuk sinergisitas gerakan. Buku ini juga menjadi warisan yang kita harapkan menembus dimensi ruang dan waktu, diturunkan dari generasi ke generasi, dan setiap tahun akan ada penambahan materi didalamnya. Sehingga, nilai manfaat dan ketebalan “buku putih” ini bertambah dari masa ke masa. Sebagai penutup, izinkan saya menyampaikan rasa bangga kepada adik-adik seperjuangan, Rossy; Agra; Hadi; Nora; dan Roro yang telah meluangkan waktu dan konsentrasinya untuk menulis. Terima kasih saya ucapkan kepada Sekjend ISMKI dan semua pihak yang telah mendukung dan membantu pembuatan buku ini. Bagi tim editor buku, Surya Wijaya, Fadel Fikri, dan Sriwulan Rosalinda Putri yang ketiganya berasal dari FK Unsri, terimalah terima kasih kami karena ditengah sibuknya kehidupan kampus telah rela menyempatkan diri kalian untuk membantu kami. Buku ini kami persembahkan untuk seluruh mahasiswa kedokteran Indonesia. Dedikasi kami untuk bangsa. Salam, Franz Sinatra Yoga 4|Buku Putih
Bagian Satu KASTRATISASI
Kastrat itu ibarat angin segar yg menggugurkan daun daun tua, bukan karna membencinya, tapi karena itulah saatnya gugur. Demi mengusung momentum daun muda untuk tumbuh agar tujuan yg lebih penting, mempertahankan kehidupan si pohon, dapat terlaksana – Franz Sinatra Yoga/ @Franz_S_Yoga 5|Buku Putih
Apakah kita “maha”siswa ??
"Siapa yang mempelajari ilmu yang
Mahasiswa, begitulah bangsa ini menyebutnya. Sebuah gelar keagungan bersemayam Kenapa
di
dalamnya,
bangsa
“maha”?
12
ini
“maha”.
menyebutnya
tahun
sebelum
mendapatkan gelar ini, kita hanya dipanggil siswa atau siswi. Disinilah yang harus kita cermati sebagai mahasiswa, hal krusial apakah yang membedakan siswa/i dengan mahasiswa.
seharusnya dipelajari dalam rangka mengharapkan wajah Allah, namun ternyata mempelajarinya karena ingin beroleh materi dari dunia ini, ia tidak akan mencium wangi surga pada hari kiamat." (HR. Abu Dawud, Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud.)
Aspek yang sama dan paling utama dimiliki mahasiswa ataupun siswa
Peraturan Pemerintah (PP) No.30
adalah sebagai pencari ilmu-belajar.
bahwa
Mahasiswa
sebagai
mahasiswa adalah peserta didik yang
akademika
harus
memiliki
terdaftar dan belajar pada perguruan
keunggulan
intelektual,
terutama
tinggi tertentu. Mereka adalah orang-
mahasiswa
kedokteran,
orang yang secara resmi menimba ilmu
tindakannya
harus
di universitas, institut, maupun sekolah
“critical
tinggi.
reasoning” .
tahun
1990
menjelaskan
thinking
civitas
yang
berlandaskan and
clinical
Bagaimana
mungkin
mahasiswa kedokteran yang tidak Persamaan yang mendasar antara
memiliki ilmu yang benar dapat
mahasiswa dan siswa adalah seorang
menjadi perantara Allah SWT dalam
yang menjadi peserta didik. Perbedaan
menyembuhkan pasien?? Sungguh
yang paling mendasar dari mahasiswa
tidak
dan siswa adalah aspek konsekuensi
karenanya!!
mungkin
pasien
sembuh
identitas dari kata “maha”. Kehidupan kampus merupakan masyarakat semu (virtual
society )
dengan
segala
2. Aspek organisasional Survey NACE USA mengenai kulitas
kemiripan kompleksitas permasalahan
lulusan
serta struktur sosial dengan masyarakat
diharapkan
sebenarnya,
mengungkapkan
menuntut
pemenuhan
perguruan
tinggi
dunia
yang kerja
bahwa
Indeks
aspek identitas yang harus dimiliki
Prestasi atau IP atau GPA berada
mahasiswa. Ada tiga aspek konsekuensi
dalam urutan ke-17. Urutan teratas
yang setidaknya harus dilaksanakan
adalah kemampuan berkomunikasi,
setiap pemegang gelar “maha”siswa:
disusul
1. Aspek akademis
6|Buku Putih
kemampuan
dengan kerja
kejujuran, sama,
interpersonal, etos kerja, motivasi,
bersinggungan dengan ketidakadilan
adaptasi, dan seterusnya.
dan
otoriterianisme
kekuasaan.
Tidak semua hal dapat dipelajari di
Disinilah tantangan bagi jiwa yang
kelas
berteriak dirinya “maha”siswa.
dan
laboratorium.
Pernah
mendengar soft skill ? Soft skill adalah
kemampuan
yang
tidak
terlihat, diluar dari kemampuan kognitif kita, lebih mengarah ke arah kepribadian,
sikap,
habitus,
dll.
Enam belas urutan teratas kriteria kualitas lulusan perguruan tinggi yang
diharapkan
dunia
kerja
termasuk dalam soft skill . Organisasi dengan
segala
merupakan
kompleksisitas
laboratorium
gratis
dalam di usaha trial and error , pengembangan diri dalam berbagai aspek, dan juga menjadi wadah yang tepat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di kelas kuliah.
rakyat, bahkan ia merupakan rakyat itu sendiri. Mahasiswa tidak boleh menjadi entitas teralienasi di tengah masyarakatnya sendiri. Mahasiswa mengetahui, merasakan
untuk
menyadari, kondisi
riil
Tidak berhenti sampai disana saja, mahasiswapun dituntut memberikan solusi yang aplikatif sehingga tidak menjadi sebuah aksi kognitif an sich. advokasi, 7|Buku Putih
tanpa memenuhi konsekuensi-konsekuensi identitas mahasiswa dalam ketiga aspeknya. Begitulah beratnya menjadi mahasiswa. Karena kita adalah Iron Stock , cadangan masa depan. Pada saat menjadi mahasiswa kita
diberikan
banyak
pelajaran,
pengalaman yang suatu saat nanti akan kita pergunakan untuk membangun bangsa ini. Pada saat generasi yang memipin bangsa ini sudah mulai berguguran,pada saat itulah kita yang akan melanjutkan tongkat estafet
wujudnya walaupun
mempersiapkannya. Sebaliknya, celakalah bila kita masih terlena dengan zona nyaman seorang siswa yang ikut terbawa hingga mahasiswa. Kenapa Kastrat Harus Ada?
dan
dirundung krisis multidimensional.
satu
Seseorang belum layak disebut mahasiswa
melihat,
masyarakatnya yang hari ini sedang
Salah
adalah cerminan diri Anda dikemudian hari.
menjemput kita, beruntunglah bila kita
Mahasiswa merupakan bagian dari
tuntut
jauh lebih keras dari ini. Diri anda saat ini
perjuangan bangsa ini. Semua itu akan
3. Aspek Sosial Politik
di
Kehidupan nyata setelah mahasiswapun
adalah kerap
Kastrat itu ibarat angin segar yg menggugurkan daun daun tua, bukan karena membencinya, tapi karena itulah saatnya gugur...demi mengusung momentum daun muda untuk tumbuh...agar tujuan yang lebih penting, mempertahankan kehidupan si pohon, dapat terlaksana- Franz Sinatra Yoga
Konon sejak jaman dahulu peran dan fungsi kastrat sudah dilakukan manusia.
Kita sering dengar bahwa pemerintahan atau raja yang berkuasa dengan cara yang tidak adil dan tidak mengutamakan kepentingan rakyat akan mendapat kritik dan penentangan dari masyarakat yang biasanya disalurkan lewat berbagai organisasi. Salah satu yang masih hangat dalam ingatan kita adalah usaha menurunkan Mubarak dari kekuasaannya, tanpa disadari semua orang yang terlibat dalam usaha dan pemikiran berupa sikap peka dan peduli yang diwujudkan dalam sebuah bentuk kritik, penentangan serta usaha-usaha lain yang dapat mengubah sebuah harapan untuk lebih baik itu menjadi nyata, semua itu adalah sebuah tindakan kastrat. Sejarah juga membuktikan bahwa peran kastratlah yang nantinya cukup memberikan kontribusi yang besar terhadap sebuah perubahan atau revolusi sebuah negara. Hal itu merupakan salah satu bentuk tindakan kastrat. Sejarah di Indonesiapun tidak lepas dari peran dan fungsi kastrat.Masih ingatkah kita tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam menumpas gerakan PKI, dan gerakan pasca penumpasan itu? Setelah gerakan PKI berhasil ditumpas, Presiden Soekarno belum bertindak tegas terhadap G 30 S/PKI. Hal ini menimbulkan ketidaksabaran di kalangan mahasiswa dan masyarakat. Pada tanggal 26 Oktober 1965 berbagai kesatuan aksi seperti KAMI, KAPI, KAGI, KASI, dan lainnya mengadakan demonsrasi. Mereka membulatkan barisan dalam Front Pancasila. Dalam kondisi ekonomi yang parah, para demonstran menyuarakan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Pada tanggal 10 Januari 1966 para demonstran mendatangi
8|Buku Putih
DPR-GR dan mengajukan Tritura yang isinya: 1. pembubaran PKI, 2. pembubaran kabinet dari unsur-unsur G 30 S/PKI, dan 3. penurunan harga. Menghadapi aksi mahasiswa, Presiden Soekarno menyerukan pembentukan Barisan Soekarno kepada para pendukungnya. Pada tanggal 23 Februari 1966, kembali terjadi demonstrasi. Dalam demonsrasi tersebut, gugur seorang mahasiswa yang bernama Arif Rahman Hakim. Oleh para demonstran, Arif dijadikan Pahlawan Ampera. Singkat cerita karena kondisi Negara yang tidak stabil saat itu akhirnya lahirlah Mandat yang dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Keluarnya Supersemar dianggap sebagai tonggak lahirnya Orde Baru. Supersemar pada intinya berisi perintah kepada Letjen Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan kestabilan jalannya pemerintahan di samping untuk menjamin keselamatan presiden. Sejak saat itu, sosok soeharto lahir sebagai pahlawan hingga akhirnya beliau melakukan berbagai perbaikan serta pembangunan bagi bangsa Indonesia. Walaupun akhirnya, orde baru juga melakukan penyimpangan dan hegemoni produk produk jepang yang mengancam kemandirian ekonomi indonesia sehingga mendorong mahasiswa untuk bergerak kembali. Pada malam pergantian tahun 1973 menuju 1974 dibacakanlah sebuah “Pidato Pernyataan Diri Mahasiswa”19 yang disampaikan Hariman (ketua Dewan Mahasiswa UI kala itu). Pidato yang disampaikan Hariman ini kelak dituding
sebagai seruan untuk melakukan gerakan makar terhadap pemerintah. Apalagi, bagian akhir pidato ditujukan juga kepada masyarakat lain di luar mahasiswa. Kebetulan pula pada malam itu hadir tokoh serikat buruh dari Tanjung Priok, Salim Kadar, dan beberapa aktivis non-kampus lainnya. Peristiwa puncak kerusuhann dan demonstrasi mahasiswa terjadi pada tanggal 15 januari 1974 yang dikenal sebagai peristiwa MALARI. Yang mengakibatkan ditangkapnya ratusan mahasiswa dan beberapa intelektual. Salah satu mahasiswa yang diadili tersebutadalah Hariman Siregar. Pemerintahan Soeharto banyak menuai protes. Pemicu utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997, kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela beriringan dengan kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total. Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu, terjadi peristiwa Trisakti, yaitu meninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti akibat bentrok dengan aparat keamanan. Empat mahasiswa tersebut adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hariyanto, Hendriawan, dan Hafidhin Royan. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”. Akhirnya, pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari 9|Buku Putih
jabatannya sebagai Presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada Wakil Presiden RI kala itu, B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi. Semua tindakan dan perjuangan itu juga merupakan bentuk dari tindakan kastrat. Catatan sejarah diatas cukup menggambarkan bahwa betapa pentingnya peran dan fungsi kastrat dalam sebuah negara. Selain itu, peristiwa diatas merupakan contoh gerakan kastrat yang dilakukan oleh mahasiswa kedokteran dan memiliki andil yang sangat besar dalam perubahan bangsa ini. Oleh karena itu, jangan ciptakan penyesalan para pendahulu kita dengan mengisi masa yang kita hadapi ini dengan keegoisan dan tanpa memikirkan kepentingan rakyat Indonesia, khususnya di bidang kesehatan. Suka atau tidak, kastrat selalu ada dalam setiap drama kehidupan kita sebagai mahasiswa. Mahasiswa kedokteran haruslah menjadi seseorang yang peduli dan berusaha memberikan solusi terhadap permasalahan yang diderita rakyat indonesia. Departemen kastrat ada untuk hal itu.
Antara “Bidang K astrat” dan “Fungsi Kastrat”
Kastrat? Apa itu kajian strategis? Sebuah kata yang mungkin baru kita dengar ketika kuliah dan cukup rumit mendefinisikannya secara harfiah. Penulis “Meretas Jejak” yang juga Tim Kastrat ISMKI 2009 sempat menanyakan kepada beberapa mahasiswa dari institusi yang berbeda dan jawabanya cukup
beragam.
Mahasiswa
pertama
menjawab kastrat itu keren karena bisa
menyuarakan aspirasi mahasiswa maupun
gerakan-hasil kajian) untuk ditindak lanjuti
rakyat secara massal.Mahasiswa kedua
dengan metode yang disebut strategi agar
menjawab kastrat itu terkenal dengan ahli
sasaran yang telah ditentukan tercapai”.
diskusi, negosiasi dan aksi. Mahasiswa
Kata-
ketiga menjawab kastrat itu tempatnya
merupakan inti dari kajian strategis.
kata
yang
dibuat
lebih
tebal
membahas hal-hal besar, tapi terkadang hasil yang diimplementasikan tak sebesar
Ilustrator untuk mempelajari kastrat adalah
dengan apa yang dibahasnya, sementara
rubik. Rubik yang kacau susunannya ibarat
mahasiswa lainya menjawab tidak tahu
suatu masalah. Disini kita lihat dan amati
menahu tentang kastrat. Gambaran dan
terlebih
pemikiran
kita
beberapa informasi penting yang berkaitan.
diatas cukup menggambarkan tentang apa
Kalau di rubik kita kerap melihat warna
dan sejauhmana pengetahuan mahasiswa
yang
tentang Kastrat.
sebagainya,hal ini yang kita analisis dalam
rekan-rekan
mahasiswa
dahulu
sama
dengan
dan
mengumulkan
berdekatan,
dan
Kastrat adalah isu. Kita bedah sebuah isu
Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari
dengan pisau analisis untuk meneliti lebih
kita
strategis.
dalam bagaimana kondisi isu tersebut,
Bahasa
melihat permasalahan yang telah, sedang,
hasil
dan akan ditimbulkan serta menganalisis
sebagai
berbagai celah yang berpotensi dalam
kegiatan belajar; mempelajari; memeriksa;
membantu memberikan solusi.Setelah itu
menyelidiki;
memikirkan
kita mengambil semua sari permasalahan
menguji;
dan dikolaborasikan dengan pengetahuan,
menelaah: ~ baik buruk suatu perkara .
pengalaman, dan berbagai diskusi. Inilah
Strategis berarti berhubungan, bertalian,
yang disebut dengan tahap rencana, yang
berdasar
letaknya.
merupakan sebuah pemikiran yang lebih
Strategi sendiri adalah rencana yang cermat
rumit dari sekedar menganalisis. Dalam
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
tatanan ini, rencana merupakan sebuah
khusus. Bila kedua kata ini diartikan secara
usaha solutif untuk memperbaiki keadaan
satu kesatuan yang kerap kita sebut kastrat,
yang ada dan dilakukan secara nyata dalam
definisinya
bentuk sebuah kegiatan. Kegiatan inilah
coba
definisikan
Menurut
Kamus
Indonesia,kajian
kajian Besar
merupakan
mengkaji;mengkajimemiliki
(mempertimbangkan
strategi;atau
adalah
menelaah-menganalisis
arti
dsb);
baik
“suatu
dan
yang kita sebut gerakan. Dalam rubik
menjadikannya sebagai landasan (basis
gerakan ini, layaknya usaha nyata kita
10 | B u k u P u t i h
suatu
aktivitas hal
menggerakan tangan sesuai strategi yang
tidak ada departemen yang mempunyai
telah disusun. Gerakan ini bermacam-
fungsi seperti ini. Hal ini juga diperparah
macam dan tergantung kondisi dimana kita
dengan
berada.Hasil akhir dari proses ini adalah
kastrat yang berbeda beda, sehingga kerap
sebuah pencapaian sesuai target/sasaran
dijumpai Kastrat di institusi memiliki fungsi
khusus dan telah ditentukan dalam tahap
yang
perencanaan.
Kesejahteraan Mahasiswa. Perlu adanya
Penjelasan di atas merupakan penjelasan umum dari fungsi kastrat itu sendiri. Berdasarkan penjelasan tersebut, fungsi Kastrat bukan berarti hanya dimiliki bidang Kastrat. Seyogyanya, semua bidang di dalam
organisasi
memiliki
fungsi
ini.
Departemen Kastrat sendiri adalah suatu
pemahaman
lebih
pemahaman
institusi
mirip
dengan
bersama
bahwa
tentang
bidang “fungsi
Kastrat” harus dimiliki semua bidang dan tentu bidang Kastrat sendiri, dengan begitu kastrat dapat fokus mengkaji isu-isu yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat dan peningkatan kesehatan. Mendirikan Kastrat-Membangun Sistem
bidang yang memiliki fungsi seperti tersebut diatas dan yang membedakannya adalah isu yang akan ditelaah. Isu
yang dibahas
kastrat lebih difokuskan kepada isu-isu kesehatan yang erat implikasinya kepada kepentingan
rakyat
dan
terwujudnya
peningkatan kesehatan di Indonesia. Karena isu
tentang
seharusnya departemen Untuk
isu
kesejahteraan sudah
mahasiswa
tercover
kesejahteraan pendidikan
oleh
mahasiswa. mahasiswa
kedokteran, sudah seharusnya pendpro memiliki fungsi kastrat sendiri. Begitu pula departemen yang lain. Praktisnya, kastrat tidak
diperuntukkan
memikirkan
kepentingan/ kesejahteraan mahasiswa dan tidak pula bergerak
demi memuaskan
mahasiswa itu sendiri, tetapi sebagai wadah bagi
mahasiswa
memikirkan
kedokteran
kepentingan
umat
untuk dan
memperjuangkannya.
Ada dua macam manusia di dunia ini: mereka yang mencari alasan dan mereka yang mencari keberhasilan. Orang yang mencari alasan selalu mencari alasan mengapa pekerjaannya tidak selesai, dan orang yang mencari keberhasilan selalu mencari alasan mengapa pekerjaannya dapat terselesaikan.~ Alan Cohen
Yang paling penting dalam melakukan sesuatu anda harus mengetahui “fungsi”. Inilah bentuk konkret alasan yang disebut Alan Cohen dalam quote-nya. “Fungsi” berguna
dalam
mencapai
tujuan.
Menciptakan suatu hal tanpa mengetahui fungsi ibarat melukis diatas air, sia-sia belaka!!! Untuk mendukung fungsi tersebut perlu dibentukya badan yang saat ini kita sebut
Departemen/Kementerian/bidang
Kastrat. Bila di universitas kita belum mempunyai Kastrat. Hal pertama yang anda lakukan adalah
mempelajari “mengapa
Akan tetapi, permasalahan yang ada di
Kastrat harus ada diantara mahasiswa” yang
institusi adalah belum meratanya bahkan
nanti akan menjadi argumentasi dalam
11 | B u k u P u t i h
mendirikan Kastrat. Setelah itu, jalan yang dapat ditempuh, antara lain.
2. Hak prerogratif ketua senat terpilih Hak prerogratif adalah hak khusus atau
1. Rekomendasi dari kongres
hak istimewa yang ada pada seseorang
mahasiswa/ sidang umum senat
karena kedudukannya sebagai kepala
mahasiswa
negara, misal memberi tanda jasa, gelar,
Musyawarah
masih
pergerakan
aktivis
menjadi
kultur
kampus
dalam
mengambil keputusan. menyediakan sarana
ruang
Musyawarah
demokrasi
menghasilkan
dan
komitmen
bersama yang dengannya terbangun tanggung
jawab
bersama.
lembaga
kemahasiswaan,
BEM/SEMA/PEMAdan
Dalam seperti
sebagainya,
kongres mahasiswa atau sidang umum senat
mahasiswa
merupakan
forum
pengambilan
merupakan kebijakan
tertinggi
dalam
kemahasiswaan
sebagai
prinsip
oleh,
“dari,
dunia
penjabaran dan
untuk
mahasiswa”. Kongres atau sidang umum menjadi sarana penyusunan wacana pergerakan
mahasiswa
konstitusional
berupa
rekomendasi-
yang
mengikat
rekomendasi BEM/SEMA/PEMA/
dan
secara
sebagainya.
Apabila kita ingin mendirikan Kastrat di institusi kita saat ini, jalur rekomendasi merupakan salah satu pilihan. Kita dapat memberikan usulan untuk mendirikan kastrat yang akhirnya disepakati sebagai rekomendasi
karena
semua
rekomendasi yang disepakati dikongres atau sidang umum menjadi amanat yang harus dilakukan kepengurusan lembaga mahasiswa selanjutnya.
12 | B u k u P u t i h
grasi, dan amnesti. Lingkungan kampus sebagai virtual society memiliki sebuah sistem pemerintahan sendiri yang kita kenal
sebagai
lembaga
mahasiswa.
Dalam proses regenerasi, setiap ketua BEM/SEMA/PEMA memiliki tenggang waktu untuk mempersiapkan kabinet organisasi. Tenggang waktu ini kerap dimanfaatkan
ketua
mendiskusikan
terpilih
hasil
kepengurusan
untuk evaluasi
sebelumnya
dan
menciptakan hal hal baru yang inovatif. Ketua
organisasi
ini
memiliki
hak
prerogratif, baik dalam hal struktural maupun fungsional. Pendirian kastrat dapat dilakukan melalui hak istimewa ini. Alangkah baiknya sebelum hak ini digunakan dilakukan diskusi terlebih dahulu dengan bakal pengurus/ staf ahli organisasi
sehingga
suasana
kebersamaan penuh komitmen tetap menjadi kultur organisasi, walaupun dalam
eksekusinya
melalui
hak
prerogratif. Dalam perjalanannya, menciptakan sebuah departemen baru tidaklah semudah apa yang kita pikirkan. Terkadang departemen ini salah arah, para anggota departemen kurang aktif karena tidak mengetahui apa yang dapat mereka lakukan, dll. Walaupun demikian, yakinlah bahwa ide itu ada kakinya sendiri. Manfaat penciptaan departemen ini akan kita rasakan
dikemudian hari, termasuk dalam fungsinya sebagai wadah produksi intelektual muda yang kritis, peka terhadap sekitar, dan bertindak nyata.
Beberapa tips untuk memilih intelektual muda yang akan didaulat sebagai Kastraters sebagai berikut: 1. Berkomitmen
Kita tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi mendatang, tapi kita bisa mempersiapkan generasi mendatang untuk masa depan.~Franklin D. Roosevelt~
Warna-warni Kriteria “Kastrater” Gerakan kastrat sebagian besar dimotori oleh intelektual muda. “Jika aku mengalami masalah yang rumit, maka aku akan menyerahkannya pada pemuda” (Khalifah Umar r.a).
“Berikan saya sepuluh pemuda...!!! Maka akan
saya
gemparkan
dunia...!!!”
(Soekarno)
Pernyataan diatas adalah bukti bahwa pemuda memiliki integritas tinggi sebagai problem solver dan pelukis peradaban.
Pemuda-pemuda inilah yang akan menjadi punggawa menentukan
punggawa
organisasi
keberhasilan
dan
organisasi
kedepannya. Dalam Departemen Kastrat, kekuatan staffingpara intelektual muda sangat mempengaruhi keoptimalan fungsi kastrat. Pada dasarnya, orang-orang yang berada di kastrat dituntut untuk lebih aktif dalam berdiskusi, kritis dalam mengkaji, memberikan solusi, melakukan aksi, peka terhadap keadaan sekitar, berkomitmen tinggi, dan memahami upaya rekayasa sosial.
13 | B u k u P u t i h
Setiap roda organisasi memiliki tantangan masing-masing sesuai zamannya. Namun, permasalahan sumber daya manusia adalah masalah yg tidak mengenal zaman, kerapkali menggerogoti organisasi tanpa memberikan manifestasi klinis berarti. Yang akhirnya, mengubur perlahan visi pergerakan mahasiswa menjadi visi pelaksanaan program kerja. Setiap manusia mempunyai ambang jenuh, termasuk para aktivis. Aktivis yang multiamanah memiliki stresor yang jarang disadari, yakni amanah-amanah itu sendiri. Hanya ada 2 pilihan menghadapinya, fight or fly . Sangat lega apabila kita memenangkan pertarungan / lari ke jalan yang lebih baik, dan sangat buruk apabila sebaliknya. Hal seperti inilah yang perlahan akan mengganggu stabilitas organisasi karena orangorang seperti diatas adalah orang yang hidup dalam kerentanan untuk stres, akademik menurun, mental dan fisik menurun kualitasnya, dan akhirnya memilih untuk hilang timbul serta hanya ikut organisasi untuk menunaikan “proker” belaka, padahal mereka memiliki posisi penting dalam organisasi yang bersangkutan.Sehingga, perlu dibangun suasana “fokus” dalam organisasi. Karena bisa saja dia memiliki banyak keanggotaan, tapi berkomitmen untuk fokus terhadap beberapa organisasi saja. Dengan
harapan pergerakan yang diharapkan benar terjadi-tidak sekedar menjalankan “proker”.
Salah satu kebutuhan mahasiswa kedokteran adalah mengasah sense dan
crisis
environmental
sebagai
awareness
salah
satu
kualitas dokter di masa depan. Telah diungkapkan sebelumnya, kastrat difokuskan untuk menganalisis isu yang
erat
kepentingan
kaitannya rakyat.
dengan
Bagaimana
mungkin sebuah tindakan Kastrat dilakukan
bila
penggerak
tidak
memahami bagaimana penderitaan rakyat
ataupun
kebijakan masyarakat?
kepentingan
kesehatan
bagi
Sebagian
besar
momentum pergerakan mahasiswa terlahir dari ketimpangan cita cita dan realita yang tercermin dari penderitaan
secara
nyata.
Yang
akhirnya bersatu secara konvergen menjadi merubah
sebuah sebuah
motivasi gerak
untuk menjadi
pergerakan. Sehingga tidak mungkin orang yang tidak peka terhadap sekitar memiliki “sense” yang kuat untuk bergerak.
Aktivitas analisis sangat diperlukan dalam gerakan kastrat. Banyak hal harus
dianalisis.
Analisis
pertama dimulai dari permasalahan (isu) yang ada. Setelah menganalisis situasi kondisi, kemungkinan yang 14 | B u k u P u t i h
menuntut
sebuah
solusi.
Solusi inipun harus dianalisis lebih dalam
keuntungan
hal dan
penerapannya, kerugian,
dan
sejauh mana dapat menyelesaikan masalah yang ada. Kesemua hal tersebut harus dilakukan secara simultan
dan
meluas
agar
mahasiswa tidak harus menunggu bergerak sampai momentum itu muncul.
Sebagai
mahasiswa dalam
harus
situasi
Mahasiswa
kaum tetap
seperti
juga
muda, dinamis
apa
harus
pun. kreatif
menganalisis untuk mencari polapola baru gerakan. Bahkan, jika perlu, mahasiswa harus mampu menciptakan momentum, bukannya menunggu
momentum
untuk
bergerak karena gerakan mahasiswa tidak melulu harus dipahami sebagai gerakan mahasiswa dalam jumlah yang besar. Rentetan kegiatan diatas merupakan sebuah alur yang rumit dan harus dimulai dengan “minat” dalam menganalisis sesuatu serta merekam
analisisnya
menjadi
sebuah kajian sebab bukan kastrat namanya,
kalau
tidak
pernah
menciptakan kajian.
3. Memiliki minat dalam menganalisis
yang
tinggi lanjut
2. Peka terhadap sekitar
of
akan terjadi, analisis yang lebih
4. “Pemikir” vs “Pekerja” Pada dasarnya, manusia memiliki kedua hal di atas, manusia sebagai pemikir atau pekerja. Dua hal yang berbeda, tetapi bertautan sangat erat.Pemikiran yang cemerlang tidak
akan pernah berguna bila tidak
yang
dilakukan
mendukung
secara
Permasalahannya
nyata.
adalah
nantinya
lebih
bertujuan
bergeraknya
sistem
kita
ketimbang substansi yang sangat
kerapkali menjadikan salah satu dari
baik, tapi hanya di tatanan teori saja.
“pemikir”
dan
Kastrat
dominan
sehingga
“pekerja”
lebih
menguasai
harus
memiliki
“pisau
analisis” yang tajam untuk menyayat
kepribadian kita yang tidak begitu
isu
tampak. Kastrat sangat terkenal
“profunda”, memiliki asahan yang
dengan
siap
pemikiran
pemikiran
dari
“superfisial”
menajamkan
hingga
pisau
ketika
kritisnya. Akan tetapi, pikiran kritis
tumpul, air yang selalu menerangi
bukanlah
dalam
penglihatan ketika sayatan penuh
pemilihan “Kastraters” karena dalam
darah, benang yang akan menutup
kastrat terdapat berbagai macam
sayatan,
program
kerja
diberikan
macam
kebutuhan.
segala-galanya
dengan
berbagai Kebutuhan
dan
obat
setelah
yang
tetap
pembedahan
dilakukan. Semua hal itu hanya
tersebut akan terpenuhi dengan baik
dapat
dilakukan
“pemikir”
apabila
dan
para
“pekerja”
bekerjasama secara produktif.
Sebagai aktivis, menurut bang Hariman bukan saja berorientasi kepada aksi dan aksi,
tapi
kerangka
ia
melengkapi
teori
yang
perkembangan
baru.
diri
dengan
bersumber Dari
pada
berbagai
kerangka teori itu, satu hal yang ia tetap yakini:
gerakan
harus
dimotori
oleh
mahasiswa sebab faktor perubahan itu ada di dalam gerakan mahasiswa. Ini bukan karena
dia
pernah
menjadi
tokoh
mahasiswa, tapi bersumber juga pada apabila eksistensi peran “pemikir” dan
“pekerja”
maksimal
dalam
optimlisasi fungsi kastrat. Kastrat bukanlah kumpulan orang dengan
berbagai fakta sejarah, baik yang terjadi di Indonesia maupun di berbagai negara dunia ketiga. Gerakan Kastrat
satu tipe saja (bukan kumpulan orang-orang kritis saja), biarkanlah
Mahasiswa dengan segala keterbatasan dan
kastrat memiliki beberapa tipe orang
kemampuan yang mereka miliki berperan
15 | B u k u P u t i h
penting dalam setiap perubahan zaman.
sifat gerakan mahasiswa itu sendiri
Peran
yang
penting
ini
mahasiswa
bergerak.
mahasiswa
senantiasa
tercipta Pola
karena
pergerakan
terkait
perpolitikan
yang
secara
Indonesia.
Dalam
buku
terjadi
di
“Gerakan
reartikulator
kepentingan rakyat atau gerakan moral.
langsung maupun tidak langsung dengan dinamika
merupakan
Mempunyai jejaring yang luas Mengingat otonomi masing masing
Mahasiswa, Pilar ke-5 Demokrasi”, Hariman
kampus
siregar menjelaskan ciri gerakan mahasiswa,
pergerakan mahasiswa terletak pada
yaitu:
jaringan yang dibinanya. Bentuk
tinggi,
pola
jaringan menjadi salah satu ciri dari
Bersifat spontanitas Partisipasi
begitu
pengorganisasian
mahasiswa
dalam
gerakan
mahasiswa. Jaringan yang terbentuk
gerakan merupakan respon spontan
biasanya
atas situasi sosial yang tidak sehat,
memudahkan
bukan ideologi tertentu, melainkan
serta tidak mudah untuk dikooptasi
atas nilai-nilai ideal. Namun, hal ini
oleh kelompok kepentingan yang
bukan berarti tidak ada pendidikan
bertentangan
publik di kalangan mahasiswa.
moral, termasuk pemerintah.
mahasiswa
tidak
dikendalikan oleh suatu organisasi tunggal, termasuk kepemimpinan komando,
melainkan
bercorak
organisasi cair, dimana otonomi masing-masing basis kampus sangat besar.
Agenda
aksi
untuk
bermanuver
dengan
gerakan
Situasi dan kondisi selalu dinamis sehingga
Bercorak nonstruktural Gerakan
luwessehingga
dibicarakan
secara terbuka dan diputuskan serta diorganisasikan secara kolektif.
para aktivis pergerakan harus selalu update terhadap
info
berkembang.
dan
wacana
Pencarian
yang
informasipun
hendaknya
berasal
dari
sumber
yang
validitasnya
tinggi
hingga
pada
tahap
“gerakan” mahasiswa dapat merumuskan dan menentukan formulasi aksi yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Apakah gerakan yang dilakukan oleh kastrat merupakan gerakan politik atau
Bukan agen politik di luar kampus Gerakan independen
mahasiswa dari
bersifat kelompok
kepentingan tertentu, tetapi tidak menutup kemungkinan ada langkah bersama. Ini bisa terjadi lantaran
16 | B u k u P u t i h
gerakan moral?? Tidak dapat kita pungkiri bahwa sifat gerakan mahasiswa terkadang menjadi hal yang diperdebatkan di lingkungan internal mahasiswa sendiri. Perdebatan gerakan mahasiswa adalah gerakan politik atau gerakan moral telah menjadi permasalahan
klasik yang seyogyanya tetap diamati oleh para agen pergerakan disetiap zaman. Jangan sampai perdebatan ini menjadi ajang menguras tenaga yang sia-sia, mengingat banyak hal lain yang lebih membutuhkan energi kita untuk segera dituntaskan. Disamping itu, perdebatan yang tidak cerdas kerapkali menimbulkan perpecahan dalam tubuh pergerakan itu sendiri. Dalam buku “Risalah Pergerakan Mahasiswa”,Indra Kesuma memberikan ilustrasi, gerakan mahasiswa akan tampak seperti koboi pahlawan yang datang ke kota untuk memberantas bandit-bandit dan penjahat. Setelah bandit-bandit itu kalah, Sang Koboi kembali pulang ke padang rumput. Mahasiswa akan turun ketika menyaksikan rakyat terzalimi oleh banditbandit penguasa dan kembali ke kampus untuk belajar setelah rezim itu “dihajar” dan diberi pelajaran. Lalu, bagaimana sesudah itu? Siapa yang akan memimpin kota sepeninggal Sang Koboi? Siapa yang akan memimpin negeri setelah Sang Diktator turun? Di sinilah rumitnya. Yang pasti itu bukan tugas Sang Koboi muda, ia masih harus belajar sehingga suatu saat nanti sampai masanya dia memimpin kota. Itu bukan tugas gerakan mahasiswa, ia masih punya tugas akademis dan pembelajaran kaderisasi kepemimpinan di kampus yang menjadikannya siap untuk suatu saat menjadi para pemimpin masyarakat yang memiliki konsistensi idealisme seperti ketika masih di kampus. Masalah kekuasaan lebih merupakan tugas partai politik. Gerakan mahasiswa hanya bertanggung jawab mengontrol dan mengawal transisi dan developmentasi 17 | B u k u P u t i h
demokrasi supaya tetap pada relnya, terlepas dari siapa yang berkuasa. Dalam pelaksanaannya, bukan merupakan hal yang tidak mungkin untuk berkordinasi dengan partai politik, LSM dll ketika lembagalembaga tersebut menjunjung nilai-nilai moral universal seperti gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa sebagai gerakan moral dipersepsikan sebagai sebuah gerakan yang memihak pada nilai-nilai moral universal, yakni nilai kebenaran, keadilan, demokratisasi, hak azasi manusia, dan sebagainya. Sebuah gerakan moral biasanya tidak masuk dalam wilayah kepentingan politik praktis dengan saling dukungmendukung terhadap kekuatan kelompok tertentu ( power block ). Gerakan yang mendukung untuk memperjuangkan nilainilai dengan ukuran moralitas tertentu. Gerakan politik sesungguhnya ada dua, yaitu gerakan politik nilai dan gerakan politik kekuasaan. Gerakan Politik Nilai (Value Political Movement) adalah gerakan yang berorientasi terciptanya nilai-nilai ideal kebenaran, keadilan, humanisme (kemanusiaan), profesionalitas dan intelektualitas dalam seluruh aspek pengelolaan negara, sedangkan Gerakan Politik Kekuasaan (Power Political Movement ) merupakan gerakan politik untuk mencapai kekuasaan seperti yang dilakukan oleh partai-partai politik. Gerakan mahasiswa apabila kita telaah memiliki unsur gerakan politik nilai. Gerakan mahasiswa sebagai Gerakan Politik Nilai (Value Political Movement ) ini tidak mempedulikan siapa yang berkuasa karena siapa pun yang berkuasa akan menjadi sasaran tembak ketika melakukan penyimpangan. Ia tidak berkepentingan mendukung seseorang untuk menjadi
penguasa, tapi siapa pun penguasa yang otoriter akan berhadapan dengan gerakan mahasiswa. Hal tersebut jelas berbeda dengan ketika gerakan mahasiswa menjadi Gerakan Politik Kekuasaan (Power Political Movement ), karena ia sangat mempedulikan siapa yang berkuasa dan senantiasa berusaha merebut kekuasaan itu, atau berusaha terus mempertahankan kekuasaan itu ketika ia menjadi penguasa atau membela organisasi/partai yang menjadi patronnya ketika menjadi penguasa.Gerakan politik nilai mahasiwa bersifat independen, tidak mendukung calon penguasa dan tidak masuk ke dalam sistem pemerintahan atas nama pergerakan mahasiswa karena dengan demikian fungsi kontrolnya hilang, selain itu ada tugas utama mahasiswa yang akan terbengkalai, yakni belajar. Meskipun demikian, ada pertanyaan yang tiba-tiba muncul dan menggelitik. Mungkinkah terjadi suatu kondisi luar biasa memaksa keterlibatan mahasiswa untuk terjun menjadi para pemimpin negara? Menurut Saya mungkin-mungkin saja, hanya mereka harus siap dengan konsekuensi seperti yang disampaikan Imam Syafi’i: “Apabila orang muda terlalu cepat tampil menjadi pemimpin, maka ia akan kehilangan banyak waktu untuk ilmu!”. Meskipun demikian, bukan hal yang mustahil seorang muda mengakselerasi kematangannya melalui tradisi ilmiah dan pergolakan sosial yang kental. Dari kedua konteks di atas, seyogyanya gerakan mahasiswa membutuhkan polapola gerakan yang bervariasi. Kecenderungan pada kutup ekstrim tertentu antara gerakan moral dan gerakan politik justru akan mereduksi peran gerakan itu sendiri. Oleh karena itu, apapun 18 | B u k u P u t i h
penjelasannya, kedua pola tersebut tetap dibutuhkan. Yang penting tetap mampu memberikan nuansa dalam proses perubahan yang visioner dan esoterik. Dengan kata lain, mengutamakan salah satu pola (gerakan politik maupun gerakan moral) akan berujung pada kegagalan analitik untuk merumuskan strategi gerakan dalam mencapai orientasi perubahan.
ZamanBerubah,Pola Gerakan Berubah Sebuah visi yang kita miliki jangan dijadikan visi yang harus dimiliki orang lain, tetapi jadikan visi yang kita miliki sebagai growth factor bagi visi-visi kecil berkualitas yang
dimiliki sejawat kita. Menjadikan sesuatu yang sama persis dengan kita, hanya akan menciptakan suatu penokohan, berbeda bila kita menjadikan visi kita sebagai pemicu dan pupuk bagi visi-visi orang lain yang original. Disinilah usaha membuat sebuah sistem berjalan karena penokohan akan menghancurkan semua hal sesaat ketika sang tokoh terpuruk dalam suatu masalah, tetapi ketika sistem menghadapi masalah maka semua tetap berusaha untuk saling membantu, saling melengkapi, dan tetap berusaha
sesuai
dengan
tugas
yang
diamanahkan. Kemungkinan terpuruk selalu ada,
akan
tetapi
sistem
yang
akan
memperbaiki dirinya sendiri. Saat
ini,
menurut
kacamata
penulis,
gerakan Kastrat mahasiswa kedokteran Indonesia
masih
mengalami
berbagai
macam kendala. Setiap zaman mempunyai berbagai
corak
politik
dan
kekuasaan
sehingga gerakan kastrat dari mahasiswa
kedokteran
hendaknya
melakukan
adaptasi
responsif
Sesuatu yang diorganisir dengan sistem
segala
yang
target
kebaikanlah lawannya. Oleh karena itu,
gerakan. Hal ini jelas menentukan manuver
kebaikan pun bukan hanya diperjuangkan
yang akan kita lakukan. Kendala terberat
dengan modal keberanian semata, tetapi
dari gerakan kita saat ini adalah sistem
dengan
gerakan.
Mengingat realita bahwa target advokasi
strategi
yang
terhadap
dan
dimainkan
oleh
Persamaan persepsi akan fungsi kastrat salah satu hal terpenting dalam inisiasi gerakan. Kejelasan konsep dari gerakan kastrat
adalah
memprioritaskan bukan
gerakan
kesejehtareaan
mahasiswa,
lalu
yang rakyat,
dimanakah
baik
akan
sistem
menang,
yang
walaupun
canggih
pula.
kita saat iniyang kita fokuskan beberapa tahun
belakangan
hanya
di
tingkat
nasionalsecara nyata berada di berbagai level pemerintahan dengan latar belakang politik dan kultur yang berbeda-beda. Para
pemuda
tidak
harus
menunggu
mahasiswa berada?? Mahasiswa adalah
momentum muncul terlebih dahulu untuk
aktor
ini,
bergerak, mahasiswa harus tetap dinamis
rakyat
dalam situasi seperti apa pun. Mahasiswa
bukanlah sebuah perkara mudah. Kita
juga harus kreatif mencari pola-pola baru
terkadang terlalu terbuai dengan rangkaian
gerakan. Bahkan, jika perlu, mahasiswa
instrumen
rencana
harus mampu menciptakan momentum,
tatalaksana, namun tak jarang hasilnya
bukannya menunggu momentum untuk
sangat jauh dari kata memuaskan. Mengapa
bergerak.
bisa seperti itu?? Tidak lain karena saat ini
Suryadi tadi, gerakan mahasiswa tidak
kita menghadapi sebuah sistem. Saking
melulu harus dipahami sebagai gerakan
bingungnya
mahasiswa
gerakan
ini.
memperjuangkan
Dalam
kesejahteraan
diagnostik
kita
dan
menghadapi
hal
hal
ini,
Seperti
dalam
yang
dijelaskan
jumlah
yang
Adi
besar.
kerapkali memperlama perdebatan kita
Kesadaran peran masing-masing pelaku
dalam
gerakan kastrat di berbagai ranah (nasional-
diagnosis
dan
mengacaukan
keyakinan kita dalam treatment . Tidak
wilayah-institusi/provinsi)
heran, banyak yang bertanya, “Apa sih yang
peranan penting untuk mencapai tujuan.
bisa mahasiswa kedokteran perbuat ketika
Sinergisitas gerakan harus terjadi dan tidak
berhadapan
tersentralisasi
dengan
stakeholder ?”.
di
memegang
nasional,
tetapi
“Dapatkah mahasiswa kedokteran yang
disesuaikan dengan ranah kita berdiri
selalu bangga akan agent of change dapat
dengan
merubah kebijakan menjadi lebih berpihak
koordinasi
pada rakyat??”.Berbagai pertanyaan lain
Nasional bergerak di level yang seharusnya,
yang meragukan gerakan kita semakin
terutama dengan stakeholder di tingkat
bermunculan.
pusat, dll. Wilayah bergerak di tingkat wilayah
19 | B u k u P u t i h
tidak
dan
dan
yang
mengenyampingkan penyatuan
paling
gerakan.
berpotensial
gerakan
dibutuhkan, jangan terus berpikir kita
institusi yang melakukan gerakan advokasi
membutuhkan. Cukupkan memikirkan diri
di tingkat daerah/provinsi. Apabila gerakan
sendiri saja. Usaha pembangunan gerakan
ini sinergis dan berhasil, bila dihimpun
dan sistem ini harus terus berlanjut, hari
menjadi suatu gerakan yang lebih nyata di
ini, esok, dan seterusnya. Melalui berbagai
tatanan yang lebih tinggi, maka angin sejuk
macam cara transfer, seperti sekolah
perubahan tentu dapat kita rasakan.
kastrat, diskusi organisasi, dan sebagainya.
membawa
perubahan
adalah
Sekarang, mari sejenak kita lihat.. tentu hal diatas dapat dilakukan apabila semua mahasiswa kedokteran mengenal sesuatu yang kita sebut “fungsi Kastrat”.
fungsi kastrat sudah dimiliki semua BEM fakultas kedokteran Indonesia?? Apabila sudah memiliki kastrat, apakah fungsi kastrat yang dijalankannya sesuai?? Detik ini, gerakan Kastrat yang dilakukan ISMKI beriringan dengan pembangunan yang
lebih
baik.
Tentu
ini
memerlukan visi-visi kecil berkualitas yang kalian
miliki
kawan-kawan.
Visi-visi
original yang muncul karena gerakan yang tumbuh dari hati nurani kalian. Kita
20 | B u k u P u t i h
pernah
berhenti
melakukan
transfer ilmu seperti ini, karena kebodohan juga musuh yang merusak sistem. Terus gerakan
lidahmu
sebagai
reartikulasi
kebutuhan rakyat. Hidup mahasiswa!!!
Saat ini,apakah departemen kastrat dan
sistem
Jangan
Bagian Dua KAJIAN
KASTRAT :Kritis, Aktif, Selektif, Terbuka, Rasional, Arif, dan Tanggap – Sriwulan Rosalinda Putri / @sriwulanrp
21 | B u k u P u t i h
Mengapa Harus Membuat Kajian? 1. Posisi mahasiswa di tengah kehidupan bangsa Mahasiswa berada di tengah-tengah, di antara golongan atas (birokrat, cendekiawan, professor, DPR, dll.) dan golongan bawah (rakyat jelata, petani, pedagang, buruh, dll.). Sebagai calon cendekiawan, mahasiswa mempunyai modal dalam hal intelektual. Di samping itu, posisi mahasiswa yang belum mempunyai tanggungan (keluarga) membuatnya dalam posisi bebas dari kepentingan. Mahasiswa seharusnya dalam bergerak hanya membawa kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia, bukan kepentingan pribadi (agar dipandang hebat) maupun kepentingan golongan. Dalam mengemban posisinya ini mahasiswa punya tanggung jawab untuk mengkritisi kerja pemerintah, birokrat, dan golongan atas lainnya agar bekerja sebaik-baiknya untuk kesejahteraan rakyat. Tanggung jawab yang lain adalah untuk mencerdaskan masyarakat (golongan bawah) yang notabene tidak seberuntung mahasiswa untuk bisa menikmati pendidikan tinggi. Kedua fungsi ini harus berjalan seimbang, sehingga ketiga komponen bangsa bisa bersamasama membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan bermartabat.
2. Agent of health Menjadi mahasiswa kedokteran sudah menjadi kewajiban kita untuk mengkampanyekan gaya hidup sehat, dimulai dari diri kita sendiri. Kita harus bisa mencerdaskan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih nyaman, indah dan sehat untuk dihuni. Isu-isu makanan yang mengandung formalin, boraks, MSG dan bahan-bahan berbahaya lain adalah salah satu PR bagi mahasiswa kedokteran. Selain itu, menjadi mahasiswa kedokteran juga berarti menjadi pengabdi masyarakat. Mahasiswa kedokteran harus sejak sedini mungkin melatih diri dalam kepekaan dan kepedulian. Rasa peka terhadap penderitaan rakyat. Hal inilah yang membuat dokter-dokter pribumi menggerakkan Kebangkitan Nasional untuk yang pertama kalinya di tahun 1908. Masakkan lebih dari 100 tahun sesudahnya dokter Indonesia hanya terkenal dengan kampus yang mewah, tongkrongan di kafe, dan tunggangan mobilnya? Seharusnya kita miris melihatnya.
3. Agent of change Terlalu banyak yang harus diubah dari negeri ini. Negeri yang kita cintai terlalu 22 | B u k u P u t i h
banyak mempunyai persoalan klasik yang hingga kini belum terselesaikan, bagaikan emboli yang siap menggelinding dan menyumbat pembuluh-pembuluh otak dan mengakibatkan serangan stroke. Tugas kita sebagai mahasiswa adalah terus berkontribusi, menyumbang pemikiran-pemikiran cerdas kita yang bisa menjadi pengikis bagi emboli tersebut. Bukan cuma sekedar pemikiran, namun harus dilaksanakan dengan aksi yang bisa menyadarkan berbagai pihak bahwa ada yang salah di negeri ini.
4. Agent of development Sesuatu yang berhasil kita ubah dalam peran kita sebagai „agent of change‟ sudah selayaknya kita pertahankan. Selain itu, kita juga sepatutnya membangun hasih reformasi yang kita cita-citakan tersebut. Inilah peran „agent of development‟. Kita wajib mengambil bagian dalam agenda pembangunan nasional bangsa kita. Yang selanjutnya adalah terus berusaha mengembangkan diri dalam segala aspek. Akademis, moral-etika, profesionalisme, softskill , entrepreneurship , dll. sehingga pada waktu yang ditentukan nanti ilmu yang kita miliki dapat diaplikasikan di masyarakat. Niscaya masyarakat akan lebih sejahtera dan makmur.
Langkah-langkah Membuat Kajian 1. Pengumpulan Isu Tahap ini dapat dikatakan sebuah fase brain- storming , dimana kita murni mengumpulkan isu-isu yang ada tanpa analisa lebih lanjut. Hal ini berguna untuk memperluas jangakauan pemikiran sehingga dapat menghindari adanya isu-isu yang luput. Tetapi, dalam pengumpulan isu ini sebaiknya kita mencari sumber-sumber yang valid dan diklarifikasi.
2. Klasifikasi Isu yang telah kita list pada tahap sebelumnya dapat kita klasifikasikan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhan yang ada. Misalnya,ruang lingkup, komponen yang terlibat, tema, kepentingan dlsb. •
Ruang lingkup: global, nasional, regional, internal
•
Tema: kesehatan, pendidikan kedokteran, kebijakan publik terkait kesehatan,
23 | B u k u P u t i h
kemiskinan, lingkungan, dll. •
3.
Stakeholder : presiden, kemenkes, dinkes, IDI, KKI, dekanat, rektorat
Filterisasi
Tahap filterisasi merupakan tahap paling esensial dalam manajemen isu karena pada tahap inilah, kita melakukan “screening” isu hingga meng hasilkan isu-isu strategis yang benar-benar layak untuk diangkat dan diperjuangkan. Dalam proses filterisasi ini, kita dapat melihat dari beberapa sudut pandang, sbb.: •
Strategic relevance
•
Actionability
•
Criticality
•
Urgency
•
Growth
4. 5.
Hipotesis Cari Data dan Referensi Sumber data dapat dicari dari:
6. 7.
1. Media cetak (buku, koran, majalah, jurnal, dll.) 2. Media elektronik (internet, web, forum) 3. Wawancara langsung dengan pakar 4. Audiensi dengan pemangku kebijakan Analisis Rekomendasi (Kertas Posisi), format:
8.
1. Latar Belakang 2. Identifikasi Masalah 3. Pembahasan a. Analisa Penyebab b. Analisa Efek c. Analisa Pihak-pihak yang terlibat 4. Rekomendasi Solusi 5. Penutup a. Kesimpulan b. Pernyataan Sikap Follow UP Kertas posisi tidak akan bermakna bila tidak diperjuangkan kepada
24 | B u k u P u t i h
pemangku kebijakan. Setelah melakukan audiensi dan pernyataan sikap kastrat harus senantiasa melakukan follow up kepada pihak-pihak yang berkaitan dalam suatu isu. Sebagai contoh, ketika FMB ke-3 yang dilaksanakan di FK Unair pada bulan November 2010. Pada waktu itu isu yang dibahas adalah internship. Setelah FMB tersebut selesai dibentuk tim 7 yang akan terus melakukan follow up kepada KKI terkait kebijakan internship ini.
Tips Membuat Kajian yang Baik 1. PBL / research Kajian bisa diibaratkan sebuah sesi PBL (Problem Based Learning ) di kuliah kita. Alur pembuatan kajian kurang lebih sesuai dengan alur PBL. 2. Team work Kajian yang baik disusun dari pemikiran beberapa orang yang disatukan menjadi rekomendasi bersama. Dengan pembagian tugas dan wewenang, pembuatan kajian akan lebih efektif dan cepat terlaksana. Tentu saja kuncinya harus ada komitmen dari setiap anggota tim kajian untuk melaksanakan tugasnya. 3. Say No to Apatis Menjadi seorang kastrat secara otomatis akan mendekatkan diri kita ke TV, internet, dan berbagai media massa lain. Bedanya dengan mahasiswa biasa, kastrat haruslah peka mencari isu-isu „sexy‟ yang bisa dikaji dan menjadi penikmat berita yang produktif. 4. Perkaya Wawasan Meskipun sebagai mahasiswa kedokteran tidak ada salahnya kita mempelajari disiplin ilmu lain. Apalagi sebagai kastrat, yang akan banyak berkutat dengan kebijakan publik, isu-isu, dan fenomena yang menuntut kepekaan dan pemikiran kritis. Memperkaya wawasan adalah nyawa seorang kastraters. Ilmu-ilmu yang harus dikuasai kastraters antara lain: hukum, komunikasi, politik, tata Negara, ekonomi, dll. 5. Kuatkan Idealisme Membuat kajian dan analisis isu adalah pekerjaan yang membutuhkan keteguhan idealisme. Idealisme adalah harta terakhir yang dimiliki mahasiswa. Dengan idealisme mahasiswa tidak akan dengan mudah diombang-ambingkan oleh kepentingan semu, kepentingan golongan tertentu, dan motif-motif lain selain daripada cita-cita kesejahteraan rakyat. Sebagai mahasiswa, hendaknya selalu menjaga cita-cita luhur pendiri bangsa dan menjaga pilar-pilar Proklamasi, NKRI, UUD ‟45, dan Bhineka Tunggal Ika.
25 | B u k u P u t i h
Bagian Tiga NEGOSIASI
Semua orang punya cara masing-masing dalam menjalani hidup. Hargai perbedaan yang ada karena tidak selamanya perbedaan itu akan berujung pada kebinasaan – Retno Susilowati / @retnoesw
26 | B u k u P u t i h
PENGANTAR Menurut Oxford Dictionary, negosiasi didefinisikan sebagai“pembicaran dengan orang lain dengan maksud untuk mencapai kompromi atau kesepakatan, untuk mengatur atau mengemukakan.” Istilah-istilah lain kerap digunakan pada proses ini , seperti pertawaran, tawarmenawar, perundingan, perantaraan atau barter. Menurut Fisher dan Ury,negosiasiadalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda. Menurut Gary Godpaster,negosiasi adalah proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam, mengandung seni dan penuh rahasia, untuk mencapai suatu tujuan yang dianggap menguntungkan para pihak Dengan kata lain, negosiasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu keadaan yang dapat diterima kedua belah pihak. Negosiasi diperlukan ketika kepentingan seseorang atau suatu kelompok tergantung pada perbuatan orang atau kelompok lain yang juga memiliki kepentingan - kepentingan tersebut harus dicapai dengan jalan mengadakan kerjasama. Negosiasi adalah pertemuan antara dua pihak dengan tujuan mencapai kesepakatan atas pokok - pokok masalah yang penting dalam pandangan kedua belah pihak dapat menimbulkan konflik di antara kedua belah pihak dan membutuhkan kerjasama kedua belah pihak untuk mencapainya.Dalam konteks bisnis/ kerja, negosiasi terjadi secara ajeg antara
majikan dan karyawan [upah, fasilitas] duta penjualan dengan pembeli di seputar harga dan kontrak departemen sehubungan dengan alokasi sumber daya
Negosiasi tidaklah untuk mencari pemenang dan pecundang.Dalam setiap negosiasi, terdapat kesempatan untuk menggunakan kemampuan sosial dan komunikasi efektif dan kreatif untuk membawa kedua belah pihak ke arah hasil yang positif bagi kepentingan bersama. [Ron Ludlow & Fergus Panton 2000 : 141 – 142] II.PENTINGNYA SIKAP TERHADAP PERSELISIHAN DAN KONFLIK Negosiator yang berhasil memiliki sikap yang positif. Mereka dapat memandang konflik sebagai sesuatu yang normal dan konstruktif. Keterampilan yang mereka gunakan untuk 27 | B u k u P u t i h
memecahkan konflik bukanlah “sulap”. Keterampilan tersebut dapat dipelajari.Sikap kita selalu penting, terutama berlaku dalam bernegosiasi. Sikap mempengaruhi sasaran kita, sasaran mengendalikan cara orang bernegosiasi. Cara kita bernegosiasi menentukan hasilnya. III.MENGEMBANGKAN FILOSOFI SAMA-SAMA MENANG DALAM NEGOSIASI Masing-masing pihak di dalam suatu negosiasi tentu ingin menang. Negosiasi yang berhasil berakhir dengan sesuatu yang dibutuhkan oleh kedua pihak. Setiap kali seorang negosiator mengancangi suatu situasi pertawaran dengan gagasan, “ Saya harus menang, dan benar-benar tidak peduli tentang pihak lawan”, maka bencana pun sudah diambang pintu. Konsep negosiasi sama-sama menang tidak sekadar didasarkan pada pertimbangan etika. Pihak yang mengakhiri suatu negosiasi dengan perasaan bahwa ia telah tertipu mungkin berusaha membalas dendam belakangan. Negosiasi sama-sama menang secara sederhana adalah “bisnis yang baik”. Ketika pihakpihak yang berkepentingan di dalam suatu perjanjian merasa puas dengan hasilnya, mereka akan berusaha membuat perjanjian itu berhasil, tidak sebaliknya. Mereka pun akan bersedia untuk bekerja sama satu sama lain pada masa datang. Barangkali A nda bertanya, “Bagaimana saya bisa menang di dalam suatu negosiasi bila saya membolehkan pihak lawan juga memenuhi kebutuhan mereka?”. Jawaban pertanyaan ini terletak pada kenyataan bahwa orang yang berbeda mempunyai kebutuhan yang berbeda. Bagi sebagian orang, kata kompromi mempunyai makna yang negatif. Bagi yang lain, kata ini menggambarkan prinsip beri/ terima yang perlu dalam kehidupan sehari-hari. Umumnya tidak mungkin untuk mendapatkan sesuatu secara gratis – tampaknya selalu ada harga atau konsesi yang harus dibuat untuk menerima apa yang anda inginkan. Kata kompromi secara sederhana berarti membuat dan/ atau menerima konsesi [kelonggaran]. Keberhasilan negosiasi pada intinya dapat ditingkatkan dengan sudut pandang pendekatan yang tepat. Bagian-bagian berikut memberikan tuntunan yang memadai di bawah sub-sub judul : a) Pokok masalah yang dinegosiasikan Waspadai adanya beberapa konteks dimana negosiasi tidak tepat untuk diadakan : Menegosiasikan syarat-syarat perdagangan yang telah ditentukan oleh perusahaan dengan aturan yang tegas Menegosiasikan pokok-pokok yang mengabaikan peraturan mengenai diskriminasi ras, jenis kelamin, atau diskriminasi lainnya. Menegosiasikan prosedur dan tata-tertib perusahaan Menegosiasikan keputusan perusahaan yang telah diumumkan. Mengadakan negosiasi ketika semua pihak tidak hadir
b) Persiapan negosiasi Setelah memastikan persoalan yang dapat Anda negosiasikan, tahap selanjutnya adalah menentukan apayang Anda ingin capai, dan dengan siapa, pada setiap tahap negosiasi. Kenalilah tujuan-tujuan Anda,faktor-faktor yang sangat penting, dan hal-hal yang dapat Anda relakan dalam kondisi tertentu. Hanyasetelah Anda menentukkan sasaran Anda, 28 | B u k u P u t i h
maka dapat dimulai mempersiapkan negosiasi.Dengan waktu yang Anda miliki, usahakanlah untuk mengetahui sebanyak-banyaknya tentang pihak lain 1. Apakah dia independen atau bagian dari suatu tim? 2. Apakah dia memiliki wewenang untuk membuat keputusan tanpa harus mengadakan rujukan balik? 3. Jenis orang seperti apakah dia? 4. Bagaimana tingkat pengalamannya sebagai seorang negosiator? 5. Jenis pendekatan apa yang mungkin digunakan untuk mencapai hasil terbaik? 6. Apakah kepentingan-kepentingannya, dan dengan urutan prioritas yang bagaimana? 7. Perilaku seperti apa yang dapat Anda harapkan dari orang tersebut? c) Mencapai suasana yang tepat Suasana diciptakan dalam waktu yang sangat singkat : beberapa detik atau menit. Suasana dipengaruhi oleh hubungan antara pihak-pihak pada waktu lampau, harapan mereka saat ini, sikap persepsi, dan keahlian yang mereka miliki dalam bernegosiasi. Suasana dipengaruhi oleh konteksi pertemuan, lokasi, penataan tempat duduk, tingkat formalitas, penataan ‘domestik’. Pada periode ice-breaking, Anda hendaknya berupaya untuk menciptakan suasana yang hangat, bersahabat, penuh kerja sama, dan praktis. Komunikasi verbal maupun non verbal [spt kontak mata] yangbersahabat dapat membantu menciptakan kondisi yang membuat orang-orang termotivasi untuk bekerja sama; demikian pula sebalinya. d) Taktik-Taktik Negosiasi Negosiator yang berpengalaman akan mencari kerjasama dalam topik-topik yang netral. Negosiator yang mencari kekuasaanakan berusaha untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan Anda, serta prioritas dan perhatian Anda. Setelah menentukan tujuan-tujuan Anda, strategi dan kekuatan relatif tawar-menawar Anda, pendekatan apa yang Anda ingin gunakan dalam proses negosiasi? Taktik-taktik apa yang akan Anda gunakan? 1. Apakah Anda membuka dengan mengajukan permintaan-permintaan Anda terlebih dahulu atau belakangan? 2. Bagaimana Anda mengambil inisiatif? i. Dengan bersiteguh atau tidak mau berkompromi? ii. Dengan mengajukan argumen yang kuat, bersungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang adil? 3. Rencana cadangan apa yang Anda miliki untuk menghadapi hal-hal yang tidak diharapkan? Menghentikan negosiasi? Kembali pada unsur pokok untuk mendapatkan tuntunan? Menyetujui, tetapi kemudian tidak menepati kesepakatan tersebut? Apakah konsekuensi dari setiap tindakan ini dalam jangka pendek/ dalam jangka panjang, dalam kaitan dengan kredibilitas Anda dan kekuatan tawar menawar pihak lain? 4. Apakah yang Anda ketahui mengenai individu-individu dalam tim lain? Kekuatan dan kelemahan mereka? Kepribadian mereka? Apakah mereka memilih gaya tertentu yang dapat Anda serang? Bagaimana kemahiran mereka dalam menggertak? Bagaimana dengan kemahiran Anda sendiri? Apakah gertakan merupakan taktik yang bermanfaat dalam situasi tertentu? 29 | B u k u P u t i h
5. Apakah Anda yakin dapat membedakan antara fakta, opini, asumsi, dan rumor? Akankah pihak lain menerima fakta-fakta yang Anda miliki? 6. Bagaimana Anda dapat menjual keuntungan-keuntungan proposal Anda dengan sebaik-baiknya? 7. Bagaimana Anda dapat menjelaskan dengan sebaik-baiknya konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan apabila pihak lain menolak usul Anda? 8. Bagaimana Anda menangani kelemahan proposal/ argumen Anda? Apakah argumen Anda masuk akal / logis, atau lebih bersifat emosional? Atau di antara keduanya? 9. Dimana Anda dapat menggunakan salah satu argumen di atas dengan sebaik-baiknya. 10. Kapan saat terbaik untuk mengajukan proposal Anda? Bagaimana agar Anda dapat menggunakan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya? 11. Dimana Anda ingin negosiasi tersebut diadakan? Dikandang sendiri? Di kandang mereka [lawan]? Di tempat netral? 12. Siapakah yang Anda inginkan untuk memimpin pertemuan? Anda atau mereka? 13. Bagaimana seharusnya tingkat realitas permintaan pertama Anda? Anda ingin mengajukan suatu permintaan pembukaan? atau menggunakan pendekatan problem solving ? 14. Pada tahap apa sebaiknya Anda memberikan informasi? atau menahannya? 15. Apakah Anda memiliki kemampuan teknis/ know how dalam menegosiasikan pokokpokok persoalan secara efektif? di mana Anda dapat memperoleh dukungan dalam bidang tersebut, jika perlu? 16. Apakah Anda memiliki kemampuan sosial dalam mengelola hubungan Anda dengan pihak lain?
Berkali-kali laporan media massa dipenuhi dengan berita-berita emosional, seperti negosiasi mengalami ‘jalan buntu’/ deadlock , tuntutan-tuntutan, walk-out, dsb. Situasi-situasi semacam itu sebagian besar terjadi karena pihak-pihak yang bernegosiasi bersikeras menyatakan dan mempertahankan posisi mereka, jelas, dalam situasi demikian negosiasi sama sekali tidak akan mencapai kemajuan. Pendirian ini lebih sering disertai kepentingan pihak-pihak yang dilalaikan, dengan hasil kesepakatan akhir yang tidak memuaskan pihak manapun. Oleh karena itu, golden rule dalam bernegosiasi adalah selalu menegosiasikan kepentingan bukan pendirian [position]; jangan mengambil suatu pendirian kecuali jika hal itu bermanfaat bagi kepentingan-kepentingan tsb. Bukan tujuan-tujuan pribadi anda dalam negosiasi – Anda adalahseorang duta bukan seorang individu.
e) Gaya-gaya negosiasi Dalam gaya negosiasi dapat dijelaskan dalam dua dimensi, yaitu arah dan kekuatan Arah berbicara tentang cara kita menangani informasi. 1. Mendorong [push] : memberi informasi, mengajukan usul, melalaikan kontribusi orang lain, mengkritik, bertindak sebagai pengganggu – semua taktik yang berlaku tergantung sifat dan konteks negosiasi. 2. Menarik [pull] : mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi, meminta 30 | B u k u P u t i h
saran, memastikan pemahaman, meminta kejelasan, menyatakan perasaan kita. Kekuatan berbicara tentang keluwesan kita untuk beranjak dari kedudukan kita yang semula. 3. Bersikap keras : kita ingin menang berapapun harganya, tidak akan mengalah atau mundur, tidak akan menerima tawaran apapun – kita mengejar sasaran yang tinggi – 4. Bersikap lunak : kita mengalah, ragu-ragu, sulit untuk berkata tidak, menyesuaikan diri – sasaran yang kita kejar rendah. Kita dapat mengambil sikap keras dalam beberapa persoalan dan bersikap lunak dalam persoalan-persoalan yang lain : hal ini memberikan petunjuk jelas mengenai hasil yang menjadi prioritas. f) Mencari penyelesaian
Dalam mencari penyelesaian, tujuan Anda hendaknya agar kedua pihak memperoleh kemenangan, atau seburuk-buruknya dinyatakan seri. Analogi berikut ini adalah contoh pilihanpilihannya. KALAH/ KALAH Singkirkan kue tsb agar tidak satu pihakpun mendapatkannya. MENANG/ KALAHBerikan kue tsb kepada salah satu pihak atau iris dengan tidak sama rata SERI Iris kue tsb tepat di tengah-tengah MENANG/ MENANG Buat dua buah kue atau buat kue yang jauh lebih besar. Temukan dulu kepentingan yang sama, baru kemudian mencari kepentingan yang saling bersaingdengan metode berikut : Ciptakan suasana yang memampukan kedua pihak untuk sebanyak mungkin mengemukakan buah pikiran yang relevan bagia suatu pemecahan. Hindari penilaian dini sehingga semua buah pikiran telah dikemukakan. Pusatkan perhatian pada masalah, bukan pada pribadi yang terlibat. Ketahui apa yang hendak Anda capai. Jangan menanggapi pertanyaan-pertanyaan retoris yang dimanfaatkan untuk mendukung kedudukan, bukan untuk mengemukakan kepentingan.
g) Situasi fall back Sering terjadi dalam negosiasi pihak-pihak yang terlibat tidak mencapai kemajuan dalam negosiasi, betapapun besar keinginan kedua pihak untuk mencapai suatu solusi. Maka Anda perlu mempersiapkan dan menerapkan BATNA [suatu situasi dimana Anda berada dalam posisi harus mencapai kesepakatan, dan mitra Anda menyadari hal tsb]. BATNA = BEST ALTERNATIF TO A NEGOSIATED AGREEMENT atau Alternatif Terbaik untuk Mencapai 31 | B u k u P u t i h
Kesepakatan melalui Negosiasi [Fisher dan Urg, Getting to Yes, Hutchinson]. Dengan adanya BATNA, anda mungkin tertolong untuk meneruskan negosiasi secara felksibel yaitu : Mengetahui alternatif terbaik dari kegagalan mencapai kepentingan utama Anda. Memperkirakan nilai BATNA Anda dalam hubungan dengan tawaran terbaik yang ada.Contoh : Dalam negosiasi harga dengan seorang pembeli, Anda disiapkan [dan diijinkan] untuk memberikan rabat hingga 20 % harga yang ditawarkan. Anda membuka penjualan dengan rabat 10 %, yang segera ditolak, dan ditawar 30 %. Sebenarnya, pihak lain bersedia menerima 10 %, namun Anda tidak mengetahui hal itu. Di sini terjadi tumpang tindih posisi fall back , jadi hasil optimal jatuh dalam taksiran realistis kedua pihak mengenai kesepakatan yang dapat dicapai dan hasil antara 15 % hingga 20 % dapat disepakati. Besar rabat yang akhirnya disepakati tergantung pada kelihaian penjual maupun pembeli dalam bernegosiasi Berapa banyak yang dibutuhkan penjual untuk melepaskan penjualan? Tingkat desakan kebutuhan pembeli terhadap barang tsb. menaksir posisi fall back. h) Perilaku dalam negosiasi Dalam negosiasi seringkali kita berhadapan dengan dengan orang-orang yang lebihsuka mempertrahankan pendirian yang kaku, dengan gaya garis keras, tanpa menyadari adanya alternatif yang lebih efektif. Jika hal ini terj adi, petunjuk berikut perlu Anda perhatikan : Pertahankan pendekatan yang sopan dan profesional Jangan membalas perilaku yang tidak menyenangkan Terus menegosiasikan kepentingan Anda, sambil bertanya tentang alasan pendirian mereka dan cobalah untuk memperlihatkan kelemahan pendirian mereka dengan diskusi yang logis dan masuk akal. Mintalah pandangan dan kritikan terhadap pendirian Anda, sarankan lawan Anda untuk mencoba melihat situasi dari sudut pandang Anda. Pusatkan pada permasalahan yang sedang dibahas Jangan tanggapi serangan yang bersifat pribadi dan tidak masuk akal dengan tetap berdiam diri. Mintalah kriteria, alasan-alasan, data-data pendukung, kesimpulan atau petunjuk yang obyektif. Perlihatkan antusiasme Anda untuk suatu solusi yang adil dan ungkapkan kembali kesediaan Anda untuk mencapai dan menyetujui kriteria yang obyektif. Perhatikan tanda-tanda adanya kerjasama dan beri dukungan, sambutan, pujian, dan kepastian bahwa kerjasama akan menjadi pusat perhatian Anda. Secara periodik buatlah ringkasan bidang-bidang yang telah mencapai kesepakatan, dengan memperlihatkan antusiasme Anda pada langkah-langkah yang telah berhasil membawa kesepakatan. Jangan menanggapi trik-trik berikut: o Serangan terhadap pribadi, nama orang, dll o Komentar-komentar yang menyesatkan, rumor, dan kebenaran yang tidak utuh. o Pertanyaan-pertanyaan retoris o Hal-hal yang menyerempet bahaya
32 | B u k u P u t i h
o o o o
Tuntutan yang tinggi dan mustahil Sarkasme Upaya-upaya untuk membuat Anda stress Diperkenalkannya pada menit terakhir orang baru yang berwenang membuat keputusan, setelah sebelumnya Anda mendapat penjelasan bahwa Anda tengah bernegosiasi dengan pembuat keputusan.
Jika semua upaya gagal, bersiaplah untuk menunda diskusi. Gunakan waktu penundaaan untuk o Menurunkan ketegangan o Mempelajari kembali pokok-pokok yang telah disetujui dan item-item yang belum dibahas o Mempelajari kembali situai ngosiasi o Mengamati lebih lanjut mitra negosiasi Anda. o Mencari persetujuan atau otorisasi lebih lanjut yang mungkin Anda butuhkan
j) Mengakhiri Negosiasi Untuk memantau perkembangan negosiasi, hal-hal berikut perlu diperhatikan 1. Apakah semua pihak memahami dengan jelas apa yang telah disepakati? 2. Apakah semua pihak berkomitmen terhadap kesepakatan tsb? 3. Apakah diperlukan pertemuan lain untuk membahas pokok-pokok yang kecil [atau yang besar?]kapan? 4. Bagaimana perasaan kedua pihak terhadap kesepakatan yang telah dibuat? Apakah dirasa adil? 5. Apakah kita puas? Apakah justru kita saling mengecam? Saling mempertahankan pendirian? 6. kecewa?
33 | B u k u P u t i h
Bagian Empat ADVOKASI DAN AUDIENSI
Bangsa ini harus mampu menentukan nasibnya sendiri – Sardimon / @d_mon_70 34 | B u k u P u t i h
Introduksi
Advokasi lahir pada awalnya di bidang hukum dan pengadilan, dari arti katanya sendiri menurut Webster’s New Collegiate Dictionary berarti pembelaan,sokongan atau bantuan terhadap
seseorang yang mempunyai permasalahan. Bidang kesehatan mulai mengadopsi konsep advokasi saat WHO pada tahun 1984 merumuskan salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan. Pada rumusan tersebut terdapat 3 strategi pokok,yaitu advocacy , social support , dan empowerment .
Advokasi dapat diartikan pula sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena, itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para stakeholders ; pemimpin atau pengambil kebijakan ( policy makers ) atau pembuat keputusan ( decision makers). Kunci dari advokasi yang terpenting adalah komunikasi yang efektif dan terutama persuasif. Komunikasi yang diharapkan dari advokasi bisa dirumuskan sebagai C10: 1. Jelas (Clear ) 2. Benar (Correct ) 3. Konkret (Concrete ) 4. Lengkap (Complete ) 5. Ringkas (Concise) 6. Meyakinkan (Convince ) 7. Konstekstual (Contexual ) 8. Berani (Couragious ) 9. Hati –Hati (Cautious ) 10. Sopan (Courteous ) PRINSIP DASAR ADVOKASI
Advokasi tidak hanya melibatkan lobby politik,tetapi mencakup kegiatan persuasif,memberikan semangat dan bahkan jika diperlukan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi. Tujuan advokasi pada intinya adalah melakukan perubahan , maka akan selalu ditemukan resistansi, oposisi, dan konflik. Tujuan yang ingin dicapai misalnya antara lain:
Komitmen politik ( political commitment )
Dukungan kebijakan ( policy support )
35 | B u k u P u t i h
Penerimaan sosial (social acceptance)
Dukungan sistem (system support )
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, perlu diingat beberapa prinsip dalam merancang advokasi:
Realistis
Bersandar pada isu dan agenda yang spesifik, jelas, dapat terukur.
Sistematis
Harus berlandaskan perencanaan yang akurat dan skala prioritas.
Media harus dilibatkan secara efektif
Taktis
Pembangunan koalisi dengan pihak lain berdasarkan kesamaan kepentingan & kepercayaan.
Strategis
Melibatkan penggunaan kekuasaan.
Melibatkan pemetaan & pengidentifikasian kekuatan kita dan “lawan”, serta pemetaan stakeholders.
Berani
36 | B u k u P u t i h
STRATEGI ADVOKASI
PERENCANATIS ADVOKASI KEBIJAKA
LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS ADVOKASI KEBIJAKAN (PENJELASAN BAGAN): 1. Pengorganisasian Pembentukan Departemen Kajian Strategis yang memiliki fungsi spesifik
2. Identifikasi isu & Sasaran a. Dapat berfokus pada bidang tertentu (misal Kastrat FK di bidang Kesehatan) b. Mengidentifikasi isu yang berhubungan dengan bidang tersebut, menganalisa permasalahannya dan merumuskan solusinya secara kritis. 3. Pengembangan Strategi Advokasi
37 | B u k u P u t i h
a. Mengetahui targetan yang ingin dicapai b. Analisis pemetaan stakeholders
Target advokasi
Policy & decision maker
Anggota dewan legislatif, menteri-menteri kabinet, pimpinan eksekutif organisasi, dan sebagainya. • Sekutu Advokasi
Pendukung isu advokasi
Media, organisasi kemasyarakatan (LSM), organisasi non-pemerintah • Lawan atau musuh advokasi
Penentang/penghambat advokasi
Industri (misal) • Konstituen advokasi
Individu atau masyarakat yang terkena dampak isu advokasi anda, dan secara
langsung akan menikmati perubahan yang dihasilkan advoksi. c. Membangun konstituensi Judikatif, Eksekutif, Legislatif, media, koalisi.
4. Langkah Advokasi selanjutnya: a. Pelaksanaan advokasi (bisa melalui audiensi, etc.) b. Publikasi, Distribusi, Evaluasi 5. Produk (perubahan kebijakan) a. Monitoring implementasi b. Evaluasi hasil dan dampak kebijakan 6. Perbaikan sistem & keefektifan advokasi.
38 | B u k u P u t i h
METODE DAN TEKNIK ADVOKASI
Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam-macam,yaitu bermacam-macam,yaitu : political lobying) misalnya lewat kunjungan ke DPR) 1. Lobi politik ( political
2. Seminar/presentasi misalnya dengan melakukan pencerdasan di tingkat universitas mengenai suatu isu yang diperjuangkan. 3. Media memanfaatkan memanfaatkan koran, radio, TV untuk mengadvokasikan mengadvokasikan sebuah isu. 4. Perkumpulan misalnya, lewat forum yang berisi sekutu-sekutu advokasi yang bersama-sama menyatakan sikap. UNSUR-UNSUR ADVOKASI
Ada 8 unsur dasar advokasi,yaitu : 1. Tujuan 2. Data & Riset 3. Identifikasi Sasaran 4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi 5. Membangun koalisi 6. Membuat presentasi yang persuasif & lakukan tekanan 7. Penggalangan dana untuk advokasi 8. Evaluasi LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
Tahap Persiapan Penyusunan bahan yang didapat dari riset serta pembuatan strategi advokasi sesuai dengan prinsip& metode yang sudah ditentukan dibahas di atas pada bagian langkahlangkah strategis.
Tahap pelaksanaan Implementasi advokasi (misal: lewat audiensi).
Tahap Evaluasi Untuk menilai keberhasilan keberhasilan advokasi dapat menggunakan menggunakan indikator sebagai berikut : a. Secara de Jure dikeluarkannya UU,PP,Perda,KepMen,SK Bupati,MOU,dsb. Bupati,MOU,dsb. b. Secara de Facto meningkatnya anggaran kesehatan,adanya bantuan sarana.
39 | B u k u P u t i h
Audiensi dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah “hearing”. Dalam audiensi, audiensi , dilakukan kunjungan resmi atau kehormatan terhadap suatu badan/tokoh tertentu (dalam hal ini, stakeholders, atau sekutu advokasi) dalam ranah Kastrat biasanya dilakukan untuk mulai dari menjadi ajang advokasi, sekedar berbagi informasi, sampai mendengar sharing ilmu dari pakarnya. Audiensi biasa dijadikan ajang melakukan advokasi. PERSIAPAN AUDIENSI Dalam melakukan audiensi, yang terpenting adalah menyiapkan stand (pernyataan (pernyataan sikap), materi, dan pembicaranya. Hal ini sedikit banyak sudah termasuk saat mempersiapkan advokasi. Audiensi lebih merupakan “eksekusi” dari persiapan advokasi yang sudah dipersiapkan dari sebelumnya. Bisanya persiapan audiensi cukup sederhana, mencakup: 1. Slide perkenalan diri kepada stakeholders 2. Slide berisi materi advokasi (jika direncanakan memang akan memberi pernyataan sikap / mengadvokasi isu tertentu) 3. Surat pernyataan sikap dengan targetan tertinggi dan terendah 4. Tanda mata (tentatif) Jumlah orang yang dapat mengikuti audiensi bervariasi dari kasus ke kasus. Ketika isu yang sedang hendak diadvokasikan diadvokasikan merupakan general concern, hal ini dapat membuka peluang bagi publik untuk juga terlibat maka bisa saja audiensi diikuti oleh banyak orang yang tidak secara langsung berhubungan dengan isu tersebut. Namun, jika isu yang hendak diadvokasikan sangat spesifik dan bukan merupakan general concern, maka biasanya orang yang mengikuti audiensi tersebut pun terbatas pada kalangan
yang memang mengerti atau berhubungan langsung dengan isu tersebut (walaupun diharapkan pada akhirnya hasil audiensi akan memunculkan perubahan yang menyangkut orang banyak). Secara garis besar elemen yang pasti ada saat advokasi audiensi dari ISMKI adalah perwakilan ISMKI (SekJen atau WaSekJen), perwakilan dari departemen Kajian Strategis (Kastrat) dan perwakilan dari Hubungan Masyarakat (Humas).
CONTOH MATERI ADVOKASI Berikut adalah contoh slide yang digunakan ketika mengadvokasi Draft RUU PDRTK:
40 | B u k u P u t i h
41 | B u k u P u t i h
42 | B u k u P u t i h
TEKNIS AUDIENSI Dilihat dari sudut pandang teknis audiensi oleh ISMKI, mencari jadwal dan membuat rundown dari audiensi diatur oleh departemen Hubungan Masyarakat (Humas) sementara secara materi merupakan tanggung jawab departemen Kajian Strategis (Kastrat). Alur berjalannya audiensi:
Mengenalkan instansi yang diwakili (dalam hal ini ISMKI), serta sekutu advokasi (bila ada).
Bila sudah direncanakan untuk melakukan advokasi o
Pertama diberikan surat pernyataan sikap kepada para stakeholders
Disusul dengan pemberian materi advokasi, biasanya berupa evaluasi dari suatu sistem dan solusi yang dianjurkan. Feedback dari para Stakeholders Berdasarkan feedback inilah,cycleselanjutnya dimulai lagi, diawali dengan evaluasi baru kembali ke kajian, kemudian penyusunan advokasi, dan ketika siap dilakukan implementasi, diadakan audiensi kembali. o
Tips saat audiensi:
Jangan lupa mencatat dan merekam semua yang dibicarakan, terutama jika terlontar kata-kata “saya akan...” karena bisa dianggap janji dan dijadikan bukti audiensi berikutnya.
Jangan lupa persiapkan hardcopy slide untuk dibagikan ke semua stakeholders .
ADMINISTRASI AUDIENSI Sebenarnya, administrasi adalah bagian dari jobdesc Departemen Hubungan Masyarakat (Humas), namun kita pun perlu tahu, berikut adalah garis besar perencanaan audiensi:
Buat surat permohonan audiensi.
Kirimkan ke instansi/lembaga yang dituju.
Follow up untuk content dan rundown acara minimal H-3.
Beberapa tips dari lapangan:
ISMKI sudah membangun hubungan baik dengan IDI, jadi untuk urusan dengan IDI lebih praktis, bisa melalui dr. Prijo atau dr. Selamet bisa kapan audiensi diadakan dan biasanya bisa langsung dilaksanakan tanpa banyak birokrasi administrasi, minimal H-3 sudah harus follow up.
Beberapa audiensi sulit dibuat, misalnya kementerian. o
Karena tidak memiliki contact person, langkah awal yang baik adalah mencari CP
43 | B u k u P u t i h
di kementerian. o
o
o
o
o
Tanyakan via telepon atau datang langsung bagaimana alur permohonan audiensi biasa terlaksana. Penting untuk mengingat setiap kementerian memiliki jalur birokrasi yang berbeda. Jangan pakai kurir untuk mengantarkan surat permohonan audiensi karena umumnya akan tertahan di TU. Dalam surat permohonan audiensi harus tertera range tanggal yang jelas dan maksud audiensi yang jelas, jika tidak akan ditolak dan harus menaikkan surat yang baru. Pihak kementerian akan menentukan tanggal pasti dari range tanggal yang tersedia. Penentuan ini bisa memakan waktu 3 hari sampai 3 bulan. Hal yang terpenting adalah follow up, di mana kelancaran proses ini tergantung kerajinan dan “kenekatan” seperti misalnya, menemui langsung sekretaris menterinya untuk tag tanggal yang masih kosong.
44 | B u k u P u t i h
CONTOH REDAKSI SURAT AUDIENSI (KOP SURAT)
Nomor : (Tempat dan tanggal pembuatan surat) Lampiran : Hal : Permohonan Izin Melakukan Audiensi
Kepada Gubernur ....... di ...................... Dengan hormat, Salam sejahtera kami ucapkan kepada Bapak, semoga Bapak selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa dan diberi kemudahan dalam menjalankan tugas sehari-hari. Sehubungan dengan ...(hal yang menjadi isu yang kita angkat)........ oleh ...(stakeholder terkait)...., kami Departemen Kajian Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas ....... (Kastrat BEM FK ......) memohon izin untuk dapat melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP)antara ......................dengan perwakilan mahasiswa FK ,,, . Adapun mengenai waktu pelaksanaan kami mengajukan pada bulan maret ini. Oleh karena itu, kami memohon konfirmasi dari pihak pemprov mengenai kesediaan waktu untuk melakukan RDP tersebut bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi contact person Kastrat BEM FK .... atas nama ................ dengan nomor telepon ............ Demikian surat permohonan izin ini kami sampaikan. Besar harapan kami agar Bapak dapat mengabulkan permohonan yang kami ajukan sehingga acara dapat terselenggara dengan baik. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
Badan Eksekutif Mahasiswa ............................................
Ketua BEM
.............................................
45 | B u k u P u t i h
Kepala Departemen KASTRAT
.....................................................
Bagian Lima PUBLIKASI
Jika takut berkarya maka jangan hidup, Jika takut bertaruh maka jangan hidup – Fadel Fikri Suharto / @ahooong
46 | B u k u P u t i h
Contoh artikel hasil audiensi: (Artikel ini dimuat di majalah SPEKTRUM Badan Pers Nasional ISMKI) MAHASISWA FK, PONDASI INDONESIASEHAT DAN BEBAS ASAP ROKOK
Rokok dan perilaku merokok merupakan suatu hal yang saat ini sangat lumrah di masyarakat. Walaupun fatwa MUI dan beberapa tulisan ulama menyatakan bahwa merokok itu haram serta dampak rokok di bidang kesehatan sudah tertera dengan jelas, perokok tetap dianggap sebagai hal yang wajar ditemui dalam kehidupan sehari hari. Isu tentang rokok di kalangan mahasiswa kedokteran merupakan isu yang klasik dan kronis. Sudah sejak lama mahasiswa kedokteran memperjuangkan hak udara yang bebas asap rokok di Indonesia. 4000 racun dan 40 bahan karsinogenik yang terkandung dalam rokok merupakan alasan mutlak untuk mahasiswa kedokteran dalam usaha untuk menyadarkan masyarakat luas dari bahaya rokok. Belum lagi kandungan nikotin yang menimbulkan kecanduan bagi para perokok. Saat ini, yang menjadi usaha pemerintah adalah merumuskan RUU pengendalian damapk rokok terhadap kesehatan. RUU ini telah masuk prolegnas 2011. RUU yang membahas tentang regulasi rokok ini ditangani oleh badan legislasi. Banyak harapan yang dituangkan dari RUU ini demi mewujudkan indonesia sehat yang bebas 47 | B u k u P u t i h
asap rokok. Akan tetapi, usaha-usaha ini tidaklah berjalan dengan mulus karena banyak pihak juga yang memperjuangkan keeksisan industri rokok dengan dalih rokok adalah penyumbang pendapatan negara dari pajak dan industri rokok mempekerjakan kurang lebih 6 juta pekerja, baik secara langsung maupun tidak langsung. Counter issue ini benarbenar telah memperlambat disahkannya RUU Perlindungan Dampak Rokok terhadap Kesehatan (PDRTK). Beberapa usaha dilakukan oleh pihak yang berkepentingan di industri rokok, antara lain salah satu produsen rokok yang melayangkan surat ke ketua DPR RI yang menyatakan ingin terlibat dalam dengar pendapat untuk merumuskan RUU PDRTK dan terbentuknya sebuah aliansi yang kita kenal AMTI (Aliansi masyarakat tembakau indonesia). Adu argumen yang sering disalahartikan oleh para pendukung rokok terjadi ketika ada anggapan bahwa aktivis anti rokok bermaksud untuk menghancurkan industri rokok ataupun membuat sengsara para petani tembakau. Mahasiswa fakultas kedokteran sebagai masyarakat kesehatan yang mengerti dampak rokok memang mendukung kewajiban pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat dalam bidang kesehatan, bukan semata-mata hanya
memprioritaskan pendapatan dari pajak industri rokok. Wujud nyatanya adalah dengan dua hal yang kami perjuangkan: melindungi perokok pasif dari paparan asap rokok dan mencegah regenerasi perokok. Bukan dengan serta merta menutup pabrik rokok dan industri yang terkait dengannya. Beberapa tahun terakhir ini, ISMKI menjadikan isu rokok sebuah prioritas kerja yang dilaksanakan oleh bidang Kajian Strategisnya. Langkah awal adalah komitmen tertulis saat munas mukernas di purwokerto 17 desember 2010 yang berisi komitmen semua institusi untuk menjadikan kampusnya “Kampus Bebas Rokok” dan diikuti pernyataan sikap yang ditandatangani perwakilan 34 institusi, 4 sekretaris wilayah, dan sekretaris jendral ISMKI ketika. Adapun isi pernyataan sikap adalah: PERNYATAAN SIKAP Sehubungan dengan surat yang ditujukan kepada ketua DPR RI oleh salah satu produsen rokok terkait pemikiran mereka mengenai RUU Pengendalian Tembakau serta keinginan mereka untuk dilibatkan langsung dalam penyusunan RUU tersebut, kami mahasiswa kedokteran indonesia yang
terhimpun
dalam
Ikatan
Senat
Mahasiswa Kedoktern Indonesia (ISMKI) menyatakan bahwa: 1. Kami sebagai organisasi yang bergerak di bidang kesehatan adalah organisasi yang anti rokok dan mendukung penuh upaya pengendalian tembakau. 2. Kami menolak adanya intervensi produsen rokok untuk ikut serta dalam dengar pendapat dan 48 | B u k u P u t i h
penyusunan tembakau.
RUU
pengendalian
Demikian pernyataan ini kami buat. Atas perhatian Bapak, kamu ucapkan terima kasih. Purwokerto, 5 Desember 2010 atas nama mahasiswa kedokteran Indonesia,
pernyataan tersebut telah disampaikan kepada stakeholder terkait. Disamping itu, dilakukan pula kegiatan tematik seperti pelaksanaan aksi pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS), pencerdasan-pencerdasan terhadap masyarakat tentang bahaya merokok, dan audiensi-audiensi sebagai usaha advokasi dengan stakeholder terkait kebijakan tentang rokok telah dilakukan. Audiensi dengan Komisi IX DPR pun dilakukan untuk menekankan kembali urgensi dari disahkannya RUU ini dan pernyataan sikap kita sebagai mahasiswa kedokteran. Berikut adalah beberapa infromasi yang didapatkan dari audiensi yang telah dilakukan dengan komisi IX DPR RI pada bulan januari 2011. Audiensi dibuka dengan pengenalan ISMKI oleh wakil SekJen ISMKI lalu dilanjutkan dengan presentasi mengenai Evaluasi dan Rekomendasi RUU PDRTK oleh perwakilan Kajina strategis ISMKI.Secara garis besar dalam presentasi tersebut adalah evaluasi dari loophole yang dirasa masih mungkin “dimanfaatkan” oleh pelaku usaha rokok. Selain mengevaluasi, kami juga menawarkan rekomendasi sesuai dengan pasal-pasal yang sudah diajukan untuk dievaluasi. Secara keseluruhan respons dari para anggota komisi IX DPR baik, dan animo selama
berjalannya audiensi cukup tinggi. Para anggota komisi IX yang hadir pun cukup mewakili berbagai golongan yang “ditargetkan” bisa mewujudkan cita-cita kita terwujudnya UU PDRTK yang mampu memfasilitasi usaha pemecahan masalah kesehatan dari produk tembakau serta bebas dari intervensi pelaku usaha rokok. Selepas presentasi, beberapa anggota komisi IX yang dipimpin dr. Nizar Shihab kemudian menanggapi. Komentar yang masuk mencakup opini dari berbagai bidang keahlian. Prof. Dr. dr. Ina menyatakan kita harus belajar lebih banyak dari cara negara-negara lain menangani permasalahan kesehatan yang ditimbulkan oleh produk tembakau khususnya rokok; utamanya yang berkaitan dengan pajak dan harga rokok yang bisa berlaku sebagai fungsi kontrol lain. Pendapat lain dari Komisi IX yang juga seorang Medical Record Expert m engingatkan kembali bahwa sebagai mahasiswa kedokteran, kita seharusnya melakukan kegiatan yang lebih real lagi, contohnya dengan mempublikasikan medical record orang yang merokok dan perbedaan signifikannya dengan orang yang tidak merokok yang mungkin tidak tampak dari luar sehingga sering diabaikan masyarakat awam. Sementara itu anggota komisi IX lain, Bu Endang Sawarhamid mengusulkan mahasiswa kedokteran untuk menjadi “teladan” dengan tidak merokok serta memberi masukan bahwa ISMKI harus mengadakan audiensi yang komprehensif lintas komisi di DPR karena permasalahan ini tidak hanya berurusan dengan kesehatan tetapi juga bersinggungan dengan bidang lain.
49 | B u k u P u t i h
Pak Jamaluddin Jafar dari Baleg yang hari itu turut hadir menambahkan bahwa hal ini lebih tepat diaudiensikan langsung ke Baleg, serta mengingatkan bahwa rekomendasi dari ISMKI pasal-pasal yang melibatkan aparat hukum rawan dijadikan lahan untuk KKN. Menjelang penghujung audiensi, sebuah berita “duka” diangkat oleh dr. Subagyo, juga anggota komisi IX, beliau memperingatkan bahwa terkait dengan intervensi dari pelaku usaha rokok, target kita dari ISMKI sudah tidak tercapai karena rupanya Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) dan parlemen baru saja melakukan sidang bersama dimana mereka membentuk sebuah bandingan RUU Pengendalian Dampak Produk Tembakau terhadap Kesehatan diganti jadi RUU Pengendalian Produk Tembakau saja. Hal ini berarti RUU ini bukan lagi ranah bidang kesehatan namun sudah beralih ke industri. Hal ini juga otomatis membuat RUU menjadi semakin tidak representatif dan efektif dalam memerangi masalah kesehatan akibat dampak produk tembakau di Indonesia. Namun beliau dan pak Ansari Siregar membesarkan hati kita para mahasiswa, walaupun sulit melawan sebuah kekuatan dengan back up finansial yang tidak sedikit, bukan berarti hal itu tidak mungkin dan anggota lain juga menyatakan dukungan mereka. Pada bagain akhir dari audiensi, pertanyaanpertanyaan yang kami bawa terjawab oleh dr. Surya Chandra, walaupun jawaban yang beliau bisa berikan mengingatkan kita bahwa pengaruh industri rokok masih sangat besar dalam menekan pemerintahan kita dan target kita masih jauh dari tercapai. Dilain pihak, beberapa perusahaan rokok sahamnya sebagian besar dimiliki oleh orang
asing. Tembakau yang digunakan industri rokok pun juga sebagian besar diimpor, hal ini juga bertolak belakang dengan pernytaan tentang nasib petani tembakau kalau RUU PDRTK disahkan. Sehingga bisa di bilang, secara halus terdapat sebuah penjajahan bagi bangsa kita lewat rokok. Walaupun devisa buat negara yang didapatkan dari cukai rokok tergolong besar, bukan tidak mungkin negara kita yang selalu kita banggakan sebagai negara yang kaya dapat berdiri tanpa tergantung dengan cukai rokok dan menghilangkan takut akan kolaps bila dengan tegas melakukan regulasi yang ketat terhadap rokok. Kita harus ingat, perjuangan kita masih panjang dan saat melakukan perjuangan ini,
mengutip kata-kata pengingat dr. Nizar Shihab untuk kita para mahasiswa kedokteran saat audiensi, “When you fight, fight not with stones, instead fight with arguments and ideas. If you want to burn something, burn not the buildings, but the spirit inside you.” Juga, “Remember, a good medical student today, a good doctor tomorrow.” Semangat, kawan! Kajian Strategis Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia
-Franz Unsri, Hadi Unsri, Nora Unila, Rossy UI, Fakhri UI, Nur hidayat Unsoed, Anggraeni Ums, Rahmat Unair, Agra UB-
Jaminan Sosial, Tanggung Jawab Siapa?? Franz Sinatra Yoga*
Sebuah usaha untuk mewujudkan implementasi kemerdekaan bagi rakyat Indonesia akhirnya terjadi dan ditandai dengan pengukuhan resmi kepala Negara pada tahun 2004. Sebuah sistem yang diharapkan akan merubah nasib bangsa ini kedepannya, yaitu sistem jaminan sosial nasional. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat indonesia agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur dan untuk memberikan jaminan sosial yang menyeluruh, negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam perwujudan hal ini pada tahun 2004 dibentuklah suatu undang undang republik Indonesia no 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional (SJSN) yang merupakan turunan dari pasal 28H ayat 3 Undangundang 1945. Adapun jaminan yang diberikan meliputi 5 aspek antara lain jaminan kesehatan; jaminan kecelakaan kerja; jaminan hari tua; jaminan pensiun; dan jaminan kematian. Dalam perjalanannya, sistem yang tertuang dalam UU SJSN ini menghadapi tantangan yang berat hingga saat ini tak kunjung dilaksanakan, tetapi bukan mustahil untuk dilaksanakan. Sejauh ini, berdasarkan data kementerian kesehatan tahun 2010 dari 237,5 juta jiwa 49,22%/ 116,9 juta jiwa belum memiliki jaminan sosial. Untuk mencapai cakupan universal jaminan kesehatan pada 2014 masih banyak memiliki tantangan. Salah satu tantangan yang akan dihadapi adalah sumber dana yang tentunya tidak sedikit untuk menyukseskan program jaminan sosial nasional. Banyak spekulasi berkembang bahwa pemerintahlah yang harus menanggung semua 50 | B u k u P u t i h
biaya tersebut, adapula pendapat bahwa pendanaan adalah tanggung jawab bersama seluruh rakyat Indonesia kecuali yang miskin dan tidak mampu karena pada dasarnya “tidak ada hak, tanpa kewajiban”. Sebelum kita melangkah lebih jauh, ada baiknya kita sedikit melakukan kalkulasi terkait biaya yang akan dihabiskan apabila kita menginginkan jaminan sosial yang ideal. Riset yang dilakukan Prof. Hasbullah (guru besar FKM UI) menunjukkan bahwa untuk mewujudkan jaminan sosial yang cukup ideal setidaknya pemerintah harus memiliki komitmen untuk membiayai premi asuransi sebesar Rp. 20.000 per orang setiap bulan. Apabila kita perkirakan jumlah penduduk Indonesia 250 juta, maka jumlah dana yang akan dihabiskan adalah 20.000 x 250 juta = 5 triliun dalam satu bulan yang artinya 60 triliun per tahun. Dari kalkulasi di atas, bila pemerintah berkewajiban membiayai seluruh jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia maka sedikitnya 60 triliun per tahun wajib dialokasikan pemerintah. Dana sebesar 60 triliun ini sebenarnya dapat di tanggung sepenuhnya oleh pemerintah asalkan ada komitmen dan political will yang kuat. Alternatif lainnya adalah menggunakan dana bantuan sosial yang selalu dialokasikan setiap tahunnya. Bantuan sosial ini mencapai angka 60 triliun dan tersebar diberbagai lembaga dan kementerian, antara lain kementerian pendidikan 31,2 triliun, kemendagri 8,6 triliun, kemenkes, 3,7 triliun, kemenag 6,8 triliun, kementerian sosial 2,1 triliun, kementerian pekerjaan umum 2,5 triliun, serta berbagai lembaga negara yang jumlah bantuannya bervariasi. Hal ini sangat mungkin dilakukan. Akan tetapi, secara hukum alam, untuk mendapatkan sesuatu kita harus mengorbankan yang lain. Hukum ini dapat pula terjadi bila kita mengambil dana dari bantuan sosial tersebut, karena bidang pendidikan, pembangunan sarana prasarana untuk masyarakat, dan bidang lain juga masih dalam tahap berkembang dan membutuhkan bantuan tersebut. Di lain pihak, jaminan pendidikan saat ini belum termasuk dalam kelima hal yang akan dijamin dalam sistem jaminan social nasional. Sehingga dapat saja perubahan alokasi dana ini berdampak terhadap stagnasi pengembangan bidang bidang tersebut dan menjadi bumerang yang menimbulkan masalah baru. Salah satu bentuk ketidaksanggupan pemerintah saat ini juga tercermin dari program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas). Jumlah peserta jamkesmas melalui sistem kuota berdasarkan kriteria kemiskinan versi badan pusat statistik (BPS) sebesar 73 juta jiwa. Sedangkan alokasi dana yang disiapkan pemerintah untuk jamkesmas dan jampersal hanya 6,3 triliun untuk tahun 2011. Ini berarti pemerintah hanya menyediakan anggaran Rp. 6000 per orang per bulan. Jauh dibawah nilai ideal untuk jaminan sosial yang layak. Melalui sistem jaminan sosial, permasalahan di atas dapat diatasi dengan iuran asuransi 51 | B u k u P u t i h
yang bersifat gotong royong. Prinsip ini menjunjung tinggi yang kaya, sesuai kemampuannya, membantu yang miskin, yang tua membantu yang muda, sehingga semua beban akan terasa lebih ringan. Prinsip gotong royong inilah yang akan diintegrasikan dalam pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional. Semua rakyat Indonesia wajib menjadi peserta jaminan sosial nasional dan membayar iuran yang nantinya secara kolektif menjadi dana amanat. Pengecualian membayar iuran diperuntukkan bagi rakyat miskin dan tidak mampu, mereka bukannya tidak dihitung iurannya tetapi iuran mereka akan ditanggung oleh negara. Berdasarkan data sebelumnya bahwa penerima jamkesmas 73 juta kita anggap sebagai peserta yang iurannya dibayar pemerintah, maka pemerintah berkewajiban membayar iuran minimal 16,8 triliun setiap tahun. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan nilai yang wajib dikeluarkan pemerintah bila menanggung biaya seluruh rakyat Indonesia. Pertanyaan dan pernyataan yang kerap muncul belakangan adalah “dimana tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan jaminan sosial? Bukankah pemerintah menjamin rakyat dan sewajarnya membayar keseluruhan biaya jaminan sosial?” Iuran jaminan sosial ini bertentangan dengan UUD 45!!” hingga terjadi penolakan diberbagai daerah dan demo oleh beberapa pihak dengan latar belakang yang berbeda. Sehingga ada upaya untuk uji materi pasal 17 UU SJSN yang berisi dan upaya penghilangan pasal tersebut. Adapun poin yang tercantum dalam pasar 17 UU SJSN adalah: 1. Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah atau suatu jumlah nominal tertentu. 2. Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran yang menjadi kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial secara berkala. 3. Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan untuk setiap jenis program secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi dan kebutuhan dasar hidup yang layak. 4. Iuran program jaminan sosial bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu dibayar oleh Pemerintah. 5. Pada tahap pertama, iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibayar oleh Pemerintah untuk program jaminan kesehatan. 6. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Salah satu tanggapan terkait pertanyaan dan pernyataan tersebut muncul dari Prof. Hasbullah. Menurut beliau jika pemohon dalam Uji Materi tersebut mendalilkan bahwa “iuran wajib bertentangan dengan UUD’45”, maka pajak juga harus dinyatakan bertentangan dengan UUD’45. Begitu juga dengan PT Jamsostek dan PT Askes yang sudah beroperasi lebih dari 40 tahun. Karena tahun lalu, hanya sekitar 7,5 juta penduduk Indonesia yang menyampaikan SPT Tahunan, atau membayar pajak, maka dapat dipastikan bahwa menyediakan jaminan kesehatan dan hari tua bagi semua penduduk melalui pembayaran pajak saja, negara tidak akan mampu. 52 | B u k u P u t i h
Sekitar 90% penduduk saat ini yang tidak membaya pajak, akan menerima belas kasih dari 10% penduduk yang membayar pajak. Pada gilirannya, yang membayar pajak akan merasa berat terus-menerus menanggung semua penduduk lain yang tidak membayar pajak. Kalau kita telaah lebih lanjut lagi, kalaupun semua ditanggung pemerintah tentu yang akan digunakan adalah APBN. APBN ini sendiri merupakan dana yang bersumber dari pajak yang juga dibayarkan oleh rakyat. Sehingga tidak menutup kemungkinan apabila pemerintah saat ini merasa tidak sanggup dapat terjadi opsi kenaikan pajak. Padahal secara prinsip pajak umum dan iuran jaminan sosial terdapat perbedaan, dimana pajak umum digunakan untuk pelayanan umum seperti membangun sekolah, membangun jalan, membangun sarana ibadah, dll. Iuran sendiri diperuntukkan untuk manfaat yang didapat dari program jaminan sosial. Walaupun ada beberapa Negara di eropa barat yang menyatukan pajak umum dan iuran tersebut. Hal ini dapat dilakukan tetapi jumlah pajak yang harus dibayarkan mencapai 50% gaji atau upah. Hal tersebut tentu berbeda dengan sistem yang dianut di Indonesia dan juga amerika yang mengupayakan pajak yang rendah. Maka dari itu perlu adanya iuran dari peserta jaminan sosial nasional. Lagipula, iuran ini sifatnya dana amanat dan nirlaba, sehingga semua dana yang terkumpul beserta keuntungannya adalah milik rakyat dan dikembalikan kepada rakyat melalui pengembangan layanan jaminan sosial, perbaikan sistem, serta peningkatan sarana dan prasarana. Tidak menutup kemungkinan dikemudian hari Negara menjadi mapan diberbagai sektor dan pemerintah memiliki APBN yang lebih banyak yang dapat digunakan untuk membayar iuran rakyat miskin dan tidak mampu serta mampu menyubsidi bahkan menanggung iuran bagi masyarakat yang mampu. Akan tetapi berdasarkan uraian di atas, iuran dengan prinsip gotong royong ini merupakan langkah yang paling rasional yang dapat dipilih “saat ini” dan menegaskan bahwa UU SJSN terkhusus pasal 17 tidak memiliki pertentangan ataupun melanggar UUD 45.
*Koordinator Kastrat Nasional ISMKI *Dipublikasikan di SPEKTRUM BPN ISMKI edisi Oktober 2011
53 | B u k u P u t i h
Bagian Enam PROPAGANDA
Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia - Soekarno
54 | B u k u P u t i h
Sebuah Transmisi, PROPAGANDA.
Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda. Beberapa orang memberikan definisi propaganda sebagai berikut: Propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan tingkah laku dari penerimaan komunikan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh komunikator.-Drs. R.A Santoso SastropoetroPropanganda adalah komunikasi yang dilakukan secara berencana, sistematis dan berulangulang untuk mempengaruhi seseorang, khalayak atau bangsa agar melaksanakan kegiatan tertentu dengan kesadaran sendiri tanpa paksa atau dipaksa. -Prof. Onong Uchyana Efendi-
Dari kedua pendapat di atas kita temukan tujuan yang sama, untuk mengubah pikiran kognitif untuk suatu kepentingan. Propaganda merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Propaganda sendiri berasal dari kata propagare artinya menyebar, berkembang, atau mekar. Carl I Hovlan menambahkan bahwa propaganda merupakan usaha untuk merumuskan secara tegar azas-azas penyebaran informasi serta pembentukan opini dan sikap. Pada awalnya, propaganda timbul dari kalimat sacra congregatio de propaganda fideatau dari kata Congregatio de propaganda fide atau Congregation for the Propagandation of Faith tahun 1622
ketika Paul Grogelius ke 15 mendirikan organisasi yang bertujuan mengembangkan agama katolilk Roma di Italia dan negara lain. Unsur-unsur propaganda : •
Adanya komunikator
Penyampai pesan yang merupakan pelaku propaganda. Seorang komunikator yang baik haruslah menguasai teknik teknik komunikasi publik, dan bergerak secara adaptif sesuai kondisi yang ada. •
Adanya Komunikan atau penerima pesan/ informasi.
Penerima pesan haruslah diteliti terlebih dahulu untuk menentukan celah mana yang dapat kita lalui dalam melakukan sebuah kegiatan propaganda. •
Pesan
Pesan yang disampaikan adalah pesan tertentu yang telah di-“encode” atau dirumuskan sedemikian rupa agar mencapai tujuan yang aktif. Haruslah memiliki suatu proses pengemasan 55 | B u k u P u t i h
yang baik agar dapat diterima dengan mudah. •
Sarana atau medium (media)
Sarana yang tepat dan sesuai atau serasi dengan situasi dari komunikan akan mempercapat sebuah kegiatan propaganda mencapai tujuannya. •
Teknik Komunikasi
Teknik komunikasi haruslah efektif dan efisien. Teknik yang dapat memberikan pengaruh yang secepatnya dan mampu mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator. •
Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang
bersangkutan. Karya Klasik Lasswell, Propaganda Technique in the World War (1927) menyebutkan bahwa
“Propaganda semata merujuk pada control opini dengan simbol-simbol penting, atau berbicara secara lebih konkret dan kurang akurat melalui cerita, rumor, berita, gambar, atau bentukbentuk komunikasi social lainnya. (Seperti yang dikutip oleh Werner J. Severi –Jamesa W Tankard,Jr.
Teori
Komunikasi,
dalam
Teori
Komunikasi: Sejarah, Metode, Terapan di dalam Media Massa. Hal.128). Hal ini menerangkan bahwa sejak dahulu kegiatan propaganda telah dilakukan tidak hanya secara lisan tetapi melalui berbagai media seperti simbol-simbol, rumor, berita, gambar, ataupun yang lain. Teknik – teknik propaganda : 1.
Rasionalisasi, suatu proses penggunaan akal untuk memberikan suatu dasar pembenaran
pada suatu persoalan dimana dasar atau alasan itu tidak merupakan suatu sebab langsung dari masalah. 2.
Sugesti, usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain tanpa suatu dasar kepercayaan
logis dengan menggunakan kemampuan verbal, kesan atau nada suara. 3.
Identifikasi, teknik ini menggunakan kemampuan seorang dalam menganalisa audiensnya
56 | B u k u P u t i h
untuk lebih mengenal audiensnya dan seluruh situasi supaya dirinya bisa mengidentifikasikan dirinya dengan audiens. 4.
Kompensasi, adalah tehnik propaganda dengan tujuan akhir menunjukkan pengganti bagi
sesuatu yang tidak bisa diterima dan tidak disukai atau keadaan yang tidak dapat dipertahankan lagi. Teknis ini lebih mengutamakan usaha meyakinkan target bahwa mereka mampu melakukan perubahan untuk meemperbaiki keadaan itu.
57 | B u k u P u t i h
“KASTRAT NASIONAL ISMKI
GENERASI MANDIRI”
Saat ini saya masih mengenyam pendidikan dokter di universitas sriwijaya dan tercatat sebagai mahasiswa angkatan 2008. Saya bercita-cita untuk menjadi ahli bedah thorax-kardiovaskular (Sp.BTKV) dan juga seorang yang ahli dalam bidang public health . Saya ingin menggabungkan kedua bidang ini dikemudian hari demi mewujudkan sebuah visi jangka panjang melalui misi-misi holistik dan komprehensif. Salah satu bentuk misinya seperti yang kerap dilakukan kastrat, memperjuangkan kebijakan yang merupakan mata air sistem kesehatan Indonesia. Saya juga seorang yang tak bosan berusaha untuk menjadi pelajar yang baik, karena belajar ibarat rasa haus yang merupakan kebutuhan. “belajar” selalu menjadi bagian dalam hidup saya karena dengan menjadi pelajar yang baik, niscaya kita menjadi pengajar(orang yang mampu berbagi) yang baik dikemudian hari. Menginjak tahun ke 20 sejak 1 oktober 1990 saya dilahirkan di takengon-aceh tengah, saya mendapat pelajaran berharga untuk kesekian kalinya, yaitu memimpin sebuah bidang unik bernama “Kastrat ISMKI” atau lebih akrab dipanggil KastratNas. Kesempatan langka yang mempertemukan saya dengan banyak sejawat mahasiswa yang kritis dan sayapun belajar banyak dari mereka, terlebih dari rekan seperjuangan KastratNas yang sungguh luar biasa. Bergabung dengan KastratNas menjadi salah satu pondasi hidup saya. Sebuah momentum yang saya syukuri karena dengan ini saya lebih memahami “kontribusi” dalam arti sesungguhnya. Keyakinan saya, bangsa ini masih butuh sentuhan mahasiswa kedokteran untuk menjadi lebih baik dan saya percaya apa yang kita lakukan selama ini bukanlah pergerakan yang sia-sia. Sebuah kehormatan bagi saya menjadi bagian dari gerakan ini.
[email protected]
58 | B u k u P u t i h
Nama saya Rossy, mahasiswi FKUI angkatan 2009. Saya tergabung dengan ISMKI karena kebetulan jadi delegasi Forum Mahasiswa Bicara di UnAir dan waktu itu kemudian “ditemukan” oleh bang Franz dan jadi bagian dari Kastrat Nasional. Pengalaman di KastratNas buat saya sangat berbeda dengan di institusi. Menjadi bagian dari KastratNas bisa membuat seseorang paham betul konsep dan esensi kastrat dan kegiatan-kegiatan yang terkait terutama dalam pergerakan mahasiswa. Tidak ketinggalan juga, tergabung dalam KastratNas berarti bertemu dan berkenalan dengan banyak sekali mahasiswa kritis dengan idealisme dan nasionalisme yang patut diacungi jempol, sesuatu yang harus disyukuri! Namun bagi saya yang paling rewarding , di KastratNas terbuka kesempatan untuk betul-betul mengadvokasikan isu tertentu hingga ke stakeholders yang memegang peranan kunci dan mendapat kepuasan karena buah pikiran kita bisa tersampaikan.
Saya adalah seorang pria kelahiran Jogja, 20 November 1991 dan berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, angkatan 2009. Berkuliah di Malang, ngekos sendiri, jauh dari keluarga dan teman-teman SMA awalnya merangsang saya untuk mencari pelampiasan dengan cara berorganisasi. Pertama-tama buat ngisi waktu luang dan akhirnya saya kecemplung di Kastrat. Bisa dibilang Kastrat adalah turning point di dalam perjalanan hidup saya. Dari seorang Agra yang apatis-egois-anti politik, jadi seorang Agra yang kritis dan dituntut untuk memikirkan orang banyak, memikirkan Indonesia. Sampai pada suatu saat saya menyadari bahwa saya telah dilahirkan di Kastrat.Selain di Kastrat BEM FKUB, saya juga aktif melayani di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) FKUB, sebagai anggota Lembaga Kesehatan Mahasiswa (Lakesma) FKUB dan Lembaga Studi Ilmiah Mahasiswa (LSIM) FKUB serta sedikit-banyak berkecimpung di Ikatan Alumni SMA Taruna Nusantara (IKASTARA) Cabang Malang. Tiga tahun menjadi kastraters membuat saya bercita-cita menjadi stakeholderkebijakan kesehatan di Indonesia. Motto saya (saat nulis biodata ini): “Hidup berorientasi visi, menjadi terang dan garam.” Salah satu tokoh yang saya kagumi, Dr. J Leimena, pernah berkata: “Politik bukanlah alat kekuasaan, namun merupakan etika untuk melayani.” Disela berbagai aktivitas saya sebagai mahasiswa dan aktivis, saya menyempatkan diri menikmati hobi saya: FB-an, nonton TV (dengan produktif), dan jelajah alam. Saya dapat dihubungi di 081915445469, 27c86125, atau
[email protected] . Bagi yang mau menengok kamar kos saya di Jalan Kesumba 2B Malang saya dengan senang hati akan menyambut, tapi nggak janji menjamu. Hehe.. Semua bisa meng-kaji, semua bisa meng-advokasi, semua bisa mem-propaganda. Namun, hanya sedikit yang masih memiliki harta mahasiswa yang paling berharga, yaitu idealisme. NKRI harga matinya, Pancasila yang jadi kepribadiannya, Bhinneka Tunggal Ika yang jadi jiwanya.
59 | B u k u P u t i h
Perkenalkan, saya Nora Ramkita. Sekarang sedang menyandang gelar “mahasiswi” di Universitas Lampung 2009. Awalnya, rutinitas saya sebagai seorang mahasiswi yang belajar membuat saya sedikit “jengah”. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengikuti salah satu lembaga kemahasiwaan di kampus, BEM. Yak, sejak saat itu, saya mulai banyak belajar, dan mencoba memahami hakikat dari organisasi yang saya ikuti. Sampai pada saatnya, saya mengenal suatu wadah yang ternyata kini begitu saya cintai. ISMKI !!! Pemikiran saya yang “cenderung out of the box” bagi kebanyakan orang tidak membuat saya berkecil hati. Justru dari sanalah, saya banyak belajar dengan orang- orang luar biasa di ISMKI. Yang saya dapatkan adalah bahwa tidak selalu pemikiran kebanyakan orang adalah sesuatu yang benar. Perlu pemikiran yang matang dan pengambilan keputusan yang tegas, serta hati yang jernih untuk menentukan pilihan. Apa wadahnya? Kastrad ISMKI (Kajian Strategis) adalah pilihan yang tepat. Dari sinilah saya belajar banyak hal, membuka pemikiran saya bahwa perjuangan kita dalam profesi apa pun harus disertai dengan keoptimalan diri dalam melaksanakannya. Ini sebenarnya terinspirasi dari cerita keanggotaan Kastrad Nasional ISMKI 2010-2011. Keanggotaan Kastrad Nasional ISMKI pada awalnya berjumlah 10 orang, dan saat ini yang aktif berjumlah 6 orang. Bukan soal kuantitas dari sebuah tim yang jadi persoalan, melainkan persoalan sebuah komitmen yang sebenarnya masih bisa kita perbaiki. Saya masih punya harapan dan keyakinan yang besar kepada generasi penerus untuk dapat berkarya dengan lebih baik lagi ke depannya.
Teruslah memberi manfaat Kastrat Nasional ISMKI, sesungguhnya mahasiswa kedokteran Indonesia punya suara dan ISMKI punya power yang luar biasa besar untuk menggerakkan perubahan bangsa ke arah yang lebih baik !!!
GALERI KASTRAT 60 | B u k u P u t i h