MUQODIMAH
`
BUKU PINTAR MENTORING UNJ 2016
Pelajarilah oleh kamu ilmu, sebab mempelajari ilmu itu memberikan rasa takut kepada Allah, menuntutnya adalah ibadah, mengulangnya merupakan tasbih, pembahasannya merupakan jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya merupakan sedekah dan menyerahkannya kepada ahlinya merupakan “pendekatan diri” kepada Allah. (HR. Ibn ‘Abdil-Barr) ‘Abdil -Barr)
Daftar Isi 1.1 Games Mentoring 1.2 Syukur Nikmat 1.3 Siapa Aku? (Mentoring Squad) 2. 1 Keutamaan Mempelajari Mempelajari Al- Quran 2.2. Mentoring Itu Penting 2.3. Kisah Salman Al- Farisi
1.1 Kenalan Yuk! (Games) Tujuan Mentee saling mengenal dengan mentee lain dan belajar bersosialisasi dengan memperkenalkan diri. Langkah-langkah Mintalah mentee untuk berpasangan. Mintalah mentee dengan masing-masing pasangannya untuk saling berkenalanmeliputi hal-hal berikut ini: Nama lengkap, alamat rumah, asal sekolah, asal daerah,hobi, dan cita-cita. Mintalah mentee dan masing-masing pasangannya untuk secara bersilangmengenalkan diri mereka. Selain itu, selama kegiatan berlangsung mentor mengusahakan untuk menghafal namamasing-masing mentee.
Pertanyaan Hikmah 1. Bagaimana rasanya pertama kali berkenalan? 2. Adakah rasa ingin tahu kalian terhadap keadaan orang lain? 3. Apa manfaat kita berkenalan dengan orang lain? Lebih banyak positifnya ataunegatifnya? Pentingnya ta'aruf dalam pergaulan. Tak kenal maka taaruf,kenalan donk! Alat dan Bahan: Waktu: 10 menit Suplemen Materi Sebagai makhluk sosial, manusia saling berhubungan dan bergaul. Hal ini merupakankeperluan dan tuntutan hidup yang saling mempengaruhi dan saling berinteraksi. Hubungan sesama manusia dapat terlaksana melalui pribadi dan berkelompok. Dapat dilaksanakan dimana saja. Persaudaraan Islam menjadikan hubungan di antara manusia ini sebagai media untuk bertaaruf (saling mengenal). Peluang bertaaruf secara pribadi biasanya lebih berkesan dibandingkan dengan cara berjamai. "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." QS.49:10 "Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan RasulNya jika kamu adalah orang-orang yang beriman"." QS. 8:1 Dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tolonglah saudaramu yang zalim dan yang terzalimi." Dikatakan, "Ya Rasulullah, menolong orang yang dizalimi itu dapat kami pahami, namun bagaimana bisa kami menolong orang yang
zalim?" Beliau bersabda, "Cegah dan laranglah dia dari berbuat zalim; begitulah menolongnya" (HR Ahmad). Rasulullah SAW bersabda, "Orang muslim itu saudara bagi orang muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan tidak pula membiarkannya dizalimi". Rasulullah SAW bersabda, "Dan Allah akan selalu siap menolong seorang hamba selama hamba itu selalu siap menolong saudaranya". Dari Nu'man Ibnu Basyir berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan orang-orangmukmin di dalam cinta mencintai, kasih mengasihi, dan berlemah lembut ibarat satutubuh bila sebagian anggota menderita sakit niscaya dirasakan oleh seluruh anggota tubuh dengan tidak bisa tidur dan demam" (HR Bukhari Muslim).
Pilihan GameTa’aruf Lainnya; 1. Game Tiga Pertanyaan - Minta setiap adik mentor membuat tiga pertanyaan yang kontroversial mengenai diri teman-teman lainnya. Bukan pertanyaan seperti “Siapa namanu?”. Atau yang so-so lainnya. Buatlah pertanyaan seperti “Apa yang akan kamu lakukan kalau Ayahmu pergi ke Bulan dan gak akan kembali lagi?”. Atau, “Sebutkan 3 tempat yang ingin kamu kunjungi dan tinggal di sana selama 6 bulan. Jelaska kenapa?”. - Berikan mereka waktu untuk berfikir dan lemparkan satu dari tiga pertanyaan tersebut ke orang yang berbeda. - Selanjutnya berikan waktu kepada orang ya ng diberi pertanyaan untuk menjawab. - Di akhir sesi mentor bisa bertanya pendapat tiap orang terhadap karakter adik mentor lainnya daam menjawab pertanyaan-pertanyaan barusan. 2. Game Tanggal lahir Minta kelompok untuk berbaris rapih - Setelah rapih, perintahkan untuk secepat – cepatnya memperbaiki barisan sesuai urutan tanggal lahir. Yang muda didepan, yang tua paling belakang. - Syaratnya mereka harus melakukannya tanpa berkomunikasi sama sekali. - *Bisa juga variasinya dengan lokasi rumah terjauh dari tempat mentoring, atau kampung halaman terjauh, atau urutan anak ke-berapa di keluarga mereka 3. Game Pesawat Kertas - Setiap adik mentor diminta membuat pesawat kertas - Minta mereka menuliskan kesukaan dan ketidaksukaan mereka terhadap sesuatu pada pesawat kertas tersebut - Pada aba- aba terbangkan bersama-sama pesawat tersebut. - Jika pesawat terjatuh minta mereka mengambil satu lalu menerbangkannya lagi. - Lakukan selama 2- 3 menit - Jika sudah minta masing-masing memegang satu pesawat kertas secara acak. - Ceritakan orang yang namanya ada dalam pesawat kertas tersebut. 4. Game Sepatu - Sebelum masuk aula setiap orang harus melepaskan sebelah sepatunya dan meninggalkannya di depan pintu. Sebelah sepatu lagi tetap dipakai.
-
Setelah semuanya masuk ruangan, mentor mengumpulkan sepatu di depan pintu tadi lalu dibagikan ke bukan pemiliknya. Satu orang satu bagian sepatu. Setelah itu setiap adik mentor diminta mencari sepatu pasangannya dan mengetahui nama pemegang sebelah sepatunya. Setelah itu minta dia memperkenalkan orang yang baru ia kenal ke kelompok mentor.
5. Game Seniman - Bagikan kertas dan pensil kepada setiap adik mentor. - Dalam 5 menit minta mereka menggambar sesuatu yang mewakili kepribadian mereka. Tanpa boleh ada tertulis satu kata pun. Hanya gambar yang dibolehkan. - Jika sudah mentor mengumpulkan kembali hasil kerja mereka. - Tampilkan satu per satu gambar tersebut dan minta semua adik mentor untuk menebak. Gambar milik siapakah kira – kira yang dipertunjukkan oleh mentor. - Setelahnya minta setiap adik mentor menjelaskan mengapa dia menggambar gambar tersebut. Seperti apa kepribadian dia? 6. Game ‘3 hal yang sama’ - Minta mereka memecah kelompok mentor menjadi kelompok lebih kecil terdiri atas 3 orang. - Syarat membentuk sub-kelompoknya harus ada 3 kesamaan dari ketiga orang tersebut. - Kesamaannya harus yang tidak biasa. Tidak boleh jenis kelamin, umur dan hal umum lainnya. - Harus yang unik. - Biasanya proses ini memakan waktu 10 sampai 15 menit. Sampai terbentuk kelompok yang dimaksud. - Jika sudah minta tiap kelompok menceritakan 3 kesamaan apa saja yang mereka maksud. - Karena mereka dah saling kenal (dimodifikasi sedikit supaya mereka lebih kenal lebih jauh satu sama lain), masing-masing mentee kuberikan tugas menghafal ayah dan Tanggal lahir teman-teman mentee. Kusiapkan sebuah pulpen dan Sebuah Teks. Langkah-langkahnya : - Mentee A memberikan Pulpen kepada Mentee B dengan menyebutkan Nama Mentee B dan Ayah mentee B. - Mentee B Menerima Pulpen Tersebut dengan menyebutkan Nama Mentee A dan Ayah Mentee A. - Mentee B memberikan Pulpen kepada Mentee C dengan menyebutkan Nama mentee C dan Ayah mentee C. - Mentee C Menerima Pulpen Tersebut dengan menyebutkan Nama mentee A dan Ayah Mentee A, Nama mentee B dan Ayah Mentee B. - Mentee C memberikan Pulpen kepada Mentee D dengan menyebutkan Nama mentee D dan Ayah mentee D.
-
-
Mentee D Menerima Pulpen Tersebut dengan menyebutkan Nama mentee A dan Ayah Mentee A, Nama mentee B dan Ayah Mentee B, dan Nama Mentee C dan Ayah Mentee C. Pulpen diputar ke kanan sampai mentee terakhir harus menyebutkan semua Nama Mentee dan ayah Semua Mentee. Jika sudah agak lancar, kusisipkan tambahan teks dengan menambahkan selain menyebutkan nama ayah juga harus menyebutkan tanggal lahir mentee.
-
Supaya Lebih Seru begini nih TEKS-nya : Teks Pemberi pulpen : “SAYA BERIKAN KEPADAMU (nama Si B) bin (Ayah si B) SEBUAH PULPEN SEBERAT 5 GRAM LENGKAP”
-
Teks Penerima Pulpen : “SAYA TERIMA PULPENNYA DARIMU (nama si A) bin (Ayah si A) SEBUAH PULPEN DENGAN BERAT YANG TERSEBUT LENGKAP “
1.2 SYUKUR NIKMAT TUJUAN INSTRUKSIONAL 1. 2. 3. 4.
Peserta mamahami makna syukur nikmat secara bahasa maupun istilah Peserta memeahami pentingnya syukur nikmat Peserta mengetahui cara bersyukur Peserta mengetahui hal-hal yang dapat mengubah nikmat menjadi naqmah
RINCIAN BAHASA Makna Syukur Nikmat Syukur secara bahasa adalah berterima kasih.Menurut istilah syukur adalah memberikan pujian kepada yang memeberi kenikmatan dengan sesuatu yang telah diberikan kepada kita berupa perbuatan ma’ruf, d alam pengertian tunduk dan berserah diri kepadaNya. Allah memeberikan nikmat kepada seluruh makhlukNya. Manusia tidak akan mampu menghitung nikmat yang telah diberikan kepadanya (Q.S. 14:34 ) Beberapa nikmat Allah yang telah diberikan kepada manusia : 1. 2. 3. 4.
NIkmat sebagai makhluk (Q.S. 76:1-4) Nikmat sebagai manusia (Q.S. 95:4) Nikmat sebagai khalifah (Q.S.2:30, 14:32-34) Nikmat sebagai muslim (Q.S. 5*3, 49:17) merupakan nikmat terbesar dari Allah
Pentingnya Syukur Nikmat
Syukur adalah wasiat pertama yang disampaikan Allah SWT kepada manusia. Setelah manusia mampu berfikir, Allah memerintahkannya untuk bersyukur kepadanya dan kepada kedua orang tuanya (31:14, 2:172, 17:3, 27:19) Allah memberikan pujian kepada hambaNya yang tidak pernah lalai dalam mensyukuri nikmatNya (6:53, 3:145) Akan menambah kuatnya keimanan dan kenikmatan (14:7) Allah tidak menyukai orang-orang yang mensyukuri nikmat dan mencela orangorang yang tidak mensyukuri nikmat (2:152, 100:6, 76:3-4). “Hendaklah tiap orang dari kalian berhati yang bersyukur dan lisan yang mengingat. ” (HR Turmudzi dan Ibnu Majah). Sesungguhnya Allah ridho kepada seorang hamba yang setiap makan dan minumnya memuji Allah (atas karunia yang diberikan allah kepadanya).
Cara Bersyukur 1. Syukur yang dilakuakn dengan hati ( Syukur Qolby ) Yaitu mengakui nikmat-nikmat Allah dan mencintaiNya. “Menginat kenikmatan akan berpengaruh (membekas) pada kecintaannnya kepada Allah Azza wa Jalla”. (HR Abu Sulaimun Al-Wasithiy) 2. Syukur yang dialkukan oleh lisan ( Syukru Lisan)
Yaitu memuji kepadaNya dan atas anugerah yang dilimpahkanNya (93:11). Selain itu mempunyai kesadaran untuk menyatakan bahwa nikmat itu datang hanya dari Allah SWT (16:53) 3. Syukur yang dilakukan oleh anggota badan ( Syukru Jawarih) Yaitu dengan menggunakan anggota tuabuh/ melakukan aktivitas dalam rangka tunduk kepadaNya dan ditujukan hanya untuk memperoleh keridhoanNya. Juga dengan meniadakan segala bentukkemaksiatan serta memepersembahkan dan menunudukkan kenikmatan yang dilimpahkan Allah untuk menaatiNya dan memeperoleh keridhoanNya. Bersyukur kepada Allah harus tercermin dalam hati, urusan dan anggota tuguh, karena dengan hati itulah kita merasakan, mengetahui, menyambut, dan membicarakan nikmat-nikmat Allah. NIkmat bisa berubah menjadi Naqmah (siksaan) Nikmat bisa menjadi Naqmah karena berbagai perkara, antara lain: 1. Jika kita melakukan kemaksiatan dan berbuat dosa, yaitu membalas nikmat Allah dengan hal-hal yang dimurkaiNya (30:41, 4:79) 2. “Seorang hamba pada hari kiamat tiada melangkahkan kedua kakinya, sehingga ditanyakan kepadanya empat perkara,yaitu tentang umurnya, dihabiskan untuk apa, tentang ilmunya, diamalkan untuk apa, tentang hartanya, darimana diperolehnya dan dihabiskan untuk apa, serta masa mudanya dihabiskan untuk apa”.(HR Turmudzi) 3. Meyakini bahwa yang dimiliknya bukan dari Allah tetapi atas usahanya sendiri atau dari selain Allah (28:78, 16:53-54) 4. Sikapsombong, merasadiri lebih mampu dari orang lain sehingga ia mencela orang lain dan membangga-banggakan apa yang dimilikinya, baik harta, ilmu, atau kedudukannya (104:1-3) 5. Tidak menunaikan hak-hak Allah. 6. Bilakita memiliki ilmu walaupun sedikit, hendaklah tetap kita ajarkan kepada orang lain. Bilakita mempunyai harta walaupun sedikit, hendakkany kita infakkan, karena dalam harta kita terdapat hak-hak orang lain (70 : 24-25)
Suplemen kisah Sebagai seorang khalifah, Harun Al-Rasyid terkenal karena kebijakan dan kerendahan hatinya. Pada suatu ketika Harun Al-Rasyid bertanya kepada seorang ulama yang telah diangkat menjadi penasihatnya.”Wahai Tuan Guru, selama ini sudah banyak nasihat yang saya terima. Telah banyak peringatan yang saya dengar. Namun saya merasa belum pernah mendapatkan satu nasihat saja darimu. Rasanya belum puas hati saya ini.” Sang ulama terdiam sejenak, kemudian ia berkata “Sebelumnya bolehkan ak u meminta air putih dulu-secawan-untukku dan untukmu?” Dengan agak keheranan Harun Al-Rasyid mengabulkan permintaan itu. Setelah air yang dipesan Sang Guru tersedia di meja, sang ulama mmepersilahkan Harun untuk
meminumnya. Namun sebelum cawan berisi air sedagr itu sempat singgah dibiibir khalifah, lagi-lagi sang ulama menyela. Ia mencegahnya sesaat dan malah bertanya,”Maaf, sahai Amirul Mukminin. Aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan dahulu sebelum Engkau minum air putih itu…” Harun Al-Rasyid tersentak,keheranannya semakin menjadi- jadi. “Pertanyaan apa ya Tuan Guru?” Kemudian ia mulai berkata dengan nada yang cukup serius. “Andaikata di suatu padang pasir yang gersang,matahari memancar ganasa dan Amirul Mukminin tengah kehausan, sedangkan persediaan air sudah tidak ada dan sebentar lagi Tuan akan mati sengsara,tiba-tiba ada seorang yang menawarkan secawan air kepada Tuan, dengan perjanjian harus dibayar secara mahal, berapakah kira-kira Tuan sanggup membayarnya?” Khalifah serentak menjawab, “Dalam keadaan s egawat itu, separuh kerajaan pun akan saya serahkan untuk menebus secawa air yang diberikannya kepadaku itu.” Sesudah itu ulama tersebut bertanya kembali, “Maaf Tuan, sekarang air tersebut sudah Tuan minum semuanya hingga tak bersisa. Namun, masih ada kesulitan yang Tuan hadapi. Seandainya Tuan tidak dapat membuang air itu dari tubuh, berapa Tuan berani membayar supaya air yang Tuan minum bisa keluar kembali?” Kemblai tanpa berfikir panjang, Khalifah menjawab. “ Aku berani membayarnya dengan separuh kerajaan ku yang tersisa.” Kemudian sang ulama kembali mengambil peluang untuk menyampaikan nasihatnya. “Camkanlah jawaban Tuan tadi, ternyata harga kerajaan Tuan tak lebih dari secawan air putih belaka. Itulah kekayaan manusia dibandingkan dengan kekayaan Tuhan.”
1.3 SIAPA AKU ? (Sebuah refleksi wadah pendidikan Islam)
“ Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.’ (QS. Al-Kahfi: 13)
Generasi muda merupakan cermin masa depan bangsa. Mereka laksana benihbenih unggul yang akan tumbuh dan berkembang di kemudian hari. Mereka laksana mentari yang bersinar cerah pada waktunya. Mereka laksana cadangan masa depan yang sangat bernilai. Mereka itulah generasi muda. Islam memberikan perhatian besar dalam pendidikan, terlebih kepada generasi muda. Rasulullah saw pernah bersabda, “ Saya wasiatkan para pemuda kepadamu dengan baik, sebab mereka berhati halus. Ketika Allah mengutus diriku untuk menyampaikan agama yang bijaksana ini, maka kaum mudalah yang pertama-tama menyambut saya, sedang kaum tua menentangnya.” Masya Allah, generasi muda memang luar biasa. Dari sinilah, wadah pendidikan untuk membina generasi muda perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
SiapaAku ? Akuadalahsaranamelaksanakanperintah Allah swtuntukbelajarseumurhidup. Takada kata berhenti dalam belajar. Islam pun meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu dalam QS. Al- Mujadillah ayat 11. Belajar sepanjang hayat. SiapaAku ? Aku adalah sarana mengikuti sunnah Rasul dalam membina para sahabat. Ali bin Abi Thalib dibina sejak usia 8 tahun, Usamah bin Zaid 18 tahun, Zaid bin Haritsah 20 tahun, dan lain sebagainya. Mereka merupakan contoh hasil dakwah perbuatan Rasulullah saw dengan izin Allah swt dalam proses pendidikan Islam. Mereka menjadi penggerak kebaikan pada saat Rasulullah saw hidup maupun setelah wafatnya. Mereka adalah generasi awal hasil didikan manusia yang paling mulia di dunia dan akhirat.
Siapa Aku? Aku adalah sarana yang efektif untuk mengembangkan kepribadian islami (syakhsiyah islamiyah). Kepribadian islami merupakan cermin dari akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah yang kokoh. Proses mencapai ini memang panjang. Peserta akan dikelompokkan 3-12 orang dalam satu kelompok, pertemuan bersifat intens dalam rentang waktu sepekan sekali, satu kelompok dipimpin oleh seorang pembimbing (mentor), mengkaji keislaman sesuai dengan kurikulum (manhaj) yang sudah teruji, bertumbuh dan berkembang bersama saudara muslim seiman, dan lain sebagainya. Insya Allah, sarana ini merupakan haling efektif dalam mengembangkan kepribadian islami. Salah satu pemikir pendidikan Islam, Prof. Dr. Ali Abdul Hamid
Mahmud, mengemukakan pendapatnya tentang system halaqah/ usrah yang tak tergantikan : “ Tarbiyah melalui system usrah merupakan tarbiyah yang sesungguhnya dan tak tergantikan, karena dalam system usrah inilah didapatkan kearifan, kejelian, dan langsung di bawah asuhan syeikh atau murabbi yang merupakan naqib (pemimpim) usrah itu sendiri. Sedangkan program-programnya bersumber dari kitabullah dan sunnah Rasul-Nya yang diatur dengan jadwal yang sudah dikaji sebelumnya.”
Inilah Aku, generasi muda. Inilah Aku, harapan besar umat Islam. Aku adalah mentoring atau system usrah atau halaqah . Aku adalah salah satu sarana pendidikan Islam. Aku adalah mentoring. #Gerakan Ayo Mentoring
URGENSI MEMPELAJARI AL-QURAN BAGI KAUM MUSLIMIN
Al Qur’an adalah senjata sakti andalan Rasulullah saw. yang diturunkan pertama kali oleh Allah SWT pada bulan Ramadlan yang penuh berkah (lihat QS. Al Baqarah 185), tepatnya pada malam kemuliaan, lailatulqadar (lihat QS. Al Qadar 1). Kitab Al Qur’an ini adalah kitab yang paling memberikan pengaruh kepada kehidupan umat manusia selama lima belas abad terakhir ini. Seorang orientalis, H.R. Gibb mengatakan: “Tidak ada seorang pun dalam seribu lima ratus tahun terakhir telah memainkan alat bernada nyaring yang demikian mampu dan berani, dan demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya, seperti yang di baca Muhammad (al-qur’an)” Bagaimana hal itu terjadi? Jawabannya: lebih dari tiga belas abad Al Qur’an menjadi pedoman negara terbesar di dunia, KhilafahIslamiyyah, sejak masa Khulafaur Rasyidin pada abad ke tujuh hingga runtuhnya Khilafah pada tahun 1924, dalam mengatur kehidupan umat manusia. Sebagai negara yang paling berpengaruh di dunia, negara KhilafahIslamiyyah sangat mempengaruhi trend kehidupan masyarakat dunia. Barulah khilafah berangsur melemah pengaruhnya setelah mengalami stagnasi, khususnya setelah masuk dalam cikal bakal Liga Bangsa-bangsa pada tahun 1856 dan menanggalkan politik luar negeri Islamnya, yakni dakwah dan jihad fi sabilillah. Dan setelah runtuhnya khilafahIslamiyyah, hilang pula pengaruhnya. Akibatnya, Al Qur’an pun tinggal menjadi bacaan ibadah atau nyanyian merdu yang dilagukan dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Meski demikian hingga hari ini, alhamdulillah Al Qur’an masih dibaca dan dipelajari.
Apa urgensi mempelajari Al Qur’an?
Urgensi Mempelajari Al Qur’an untuk ibadah, Al Qur’an adalah kitabullah yang membacanya
dinilai
ibadah.
Nabi
Muhammad
saw.
diriwayatkan
pernah
bersabda:“Bukanlah kukatakan alif -lam-mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, mim satu huruf. Masing-masing huruf diberi pahala sepuluh keb ajikan“.(Al Hadits).
Tidak seperti bacaan lain, membaca al- qur’an, baik mengerti atau tidak artinya, dinilai sebagai ibadah di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah, kaum muslimin
selayaknya
setiap
hari
selalu
membaca
al- qur’an.
Allah
SWT
berfirman:“…Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al -qur’an…” (QS. Al Muzammil 20).
Bahkan al-Qur’an satu-satunya kitab yang diperintahkan untuk dibaca secara tartil, perlahan-lahan dan berirama. Allah SWT berfirman: “Dan bacalah al -qur’an itu dengan tartil ” (QS. Al Muzammil 4).
Mempelajari dan memahami al-Qur’an serta mengajarkannya adalah ibadah yang sangat tinggi nilainya. Rasulullah saw bersabda:“Yang terbaik di antara kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan al- qur’an.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Ashabus Sunan).
Berkumpul di masjid untuk membaca dan mempelajari tafsir-tafsir serta hukumhukum al-Qur’an sangat dianjurkan, terutama pada bulan Ramadhan. Rasulullah saw bersabda:“Dan tiada berkumpul suatu kaum di dalam suatu rumah Allah mereka membaca Kitab dan mempelajarinya bersama-sama (tadaarus) melainkan diturunkan kepada mereka ketenangan, diliputi rahmat, dikelilingi para malaikat dan disebutsebut oleh Allah di hadapan hamba- hambaNya yang ada di sisiNya.” (HR Muslim).
Adapun yang memelihara hafalan al-qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan akan mendapatkan kedudukan mulia di surga sesuai dengan tingkat hafalan dan amalannya. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Dikatakan kepada pengemban al-qur’an, ‘Bacalah dan naiklah. Dan bacalah secara tartilseba- gaimana membacanya di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu (di surga) berada di tingkat akhir
dari bacaanmu’ .” (HR Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah,Ibnu Hibban dan Tirmidzi).
Urgensi Mempelajari Al Qur’an sebagai pedoman hidup
Allah secara tegas menyebut bahwa tujuan diturunkannya Al Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi kehidupan seluruh umat manusia. Dia berfirman:
“Bulan Ramadlan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang batil)” (QS. Al Baqarah 185). Sebagai petunjuk hidup Al Qur’an memang menjelaskan segala sesuatu. Allah menyatakan: “Dan Kami turunkan kepadamu Kitab Al Qur’an untuk menjelaskan segala sesuatu (tibyananlikullisyai’) dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi kaum
muslimin“.(QS. AnNahl 89). Sebagai gambaran, berikut ini kami suguhkan paparan Al Qur’an berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan.
1. Aspek aqidah/iman; Yakni berkaitan dengan pandangan hidup yang mesti dimiliki manusia tentang dunia dan akhirat. “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk 2). Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. al-Qashash 77).
2. Aspek ibadah; Seperti shalat, shaum, zakat, hajji, doa, dll. “Dan dirikanlah shalat sesungguhnya shalat itu mencegah (pelakunya) dari (perbuatan- perbuatan) yang keji dan mungkar” (QS. Al Ankabut 45).
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka,” (QS. AtTaubah 103)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah 183).
3. Aspek akhlaq, Seperti adil, bersikap baik, lemah lembut, tidak sombong, dll. “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan” (QS. AnNahl 90)
“Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata- kata yang baik” (QS. Al Furqan 63).
4. Aspek makanan dan pakaian, “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu” (QS. Al Maidah 88). “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan” (QS. Al A’raf 26) “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri -isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang-orang mumin:’Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka’ ” (QS. Al Ahzab 59).
5. Aspek ekonomi, “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al Baqarah 275). “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah¦” (QS. Al Baqarah 276).
6. Aspek kemasyarakatan, “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb -mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dan daripadanyaAllah menciptakan isterinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki- laki dan perempuan yang banyak…” (QS. AnNisa 1).
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki -laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal” (QS. Al Hujurat 13).
7. Aspek politik dan pemerintahan, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulilamri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar benar beriman kepada Allahdan hari kemudian” (QS. AnNisa 59).
8. Aspek militer, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu)
kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu,” (QS. Al Anfal 60)
9. Aspek pendidikan/ilmu pengetahuan. “Allah akan meninggikan orang -orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Mujaadilah 11), “Katakanlah: ‘Adakah sama orang -orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? ‘Sesungguhnya orang -orang yang berakallah yang dapat menerima penjelasan” (QS. AzZumar 9).
10. Aspek penegakkan hukum, “Laki -laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya” (QS. Al Maidah 38). Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa (QS. Al Baqarah 179).
Khatimah Dengan sangat jelasnya paparan ayat-ayat Al Qur’an dan kemenyeluruhan cakupannya, Al Qur’an benar-benar mampu memecahkan segala persoalan kehidupan manusia dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Nash-nashsyara’ inilah yang telah mendorong para sahabat gemar menyibukkan diri dalam membaca, mempelajari, menghafalkan, dan mengamalkan al- Qur’an. Isi dan irama al- Qur’an telah membekas dalam jiwa dan pikiran mereka. Mereka adalah generasi pengemban al- Qur’an yang telah merealisasikan isi kandungannya dalam kehidupan serta menyebarkan dan mengajarkannya kepada seluruh umat manusia. Jika kaum muslimin hari ini ingin memimpin dunia maka mereka harus menempatkan al-Qur’an pada kedudukan yang sebenarnya. Untuk itu mereka haru s benar-benar mempelajari dan memahami Al Qur’an sebagaimana adanya, bukan ditakwil-takwilkan, bukan disimpang-simpangkan. Persoalannya, siapa yang mau mempelajari Al Qur’an? Perhatikan firman Allah:
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk p elajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS. Al Qamar 17).
Sumber: [Buletin Al-Islam – Edisi 31]
URGENSI TARBIYAH ISLAMIYAH (MENTORING)
Dalam kehidupan pribadi atau masyarakat, pendidikan (tarbiyah) menududki posisi yang sangat penting. Sebab melalui proses pendidikan pribadi seorang dapat tumbuh dan berkembang secara baik, sesuai yang diharapkan. Tarbiyah dapat membentuk kepribadian seseorang selaras dengan nilai-nilai dan prinsip yang mendasarinya sehingga menjadi kepribadian yang sepenuhnya mencerminkan nilainilai dan prinsip Islam. Seseorang yang telah dididik dengan pola pendidikan Islam, sikap dan perilakunya akan merupakan refleksi total dari keutuhan dirinya yang telah tersibghah nilai-nilai Islam. Akibatnya integritas Islamnya kukuh dan gaya hidupnya Islami. Tidak akan terjadi splitpersonality (kepribadian pecah) yang mengakibatkan seorang muslim kehilangan kepribadiannya dan terseret ke dalam arus gaya hidup yang lain. Pendidikan Islam mengarahkan kehidupan seorang muslim berkembang dan terus semakin matang. Sikap, perilaku, dan gaya hidupnya bersifat spesifik islami yang berinteraksi secara posiif, baik internal maupun eksternal. Sehingga ia dapat memancarkan arus Islam si tengah-tengah lingkungannya. Ia menjadi manusia yang tangguh yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai arus kehidupan yang melandanya. Tegasnya ia menjadi muslim yang muttaqin.
ARTI PENTING TARBIYAH ISLAMIYAH Barangkali tidak akan ada yang menyangkal bahwa Muslim yang istiqomah dengan Islam atau dengan kata lain yang berpegang teguh pada din Allah merupakan modal dasar terbenuknya masyarakat Islam. Ia adalah batu bata yang dapat disusun menjadi bangunan. Semakin tinggi dan besar suatu bangunan maka semakin memerlukan batu bata yang kuat dan kukuh. Di sisi lain berpegang teguh dengan din Allah adalah dasar umum bagi penyelesaian krisis keimanan yang melanda kaum muslimin terutama para pemudanyya. Karena ittu peranan tarbiyah dalam upaya mengatai munculnya gejala krisis konfedensi di kalangan kaum muslimin yang diakibatkan oleh derasnya arus ghazwlfikri (perang pemikiran) semakin jelas. Secara
ringkas urgensi dari tarbiyahIslamiyah ini terlihat jelas pada peranannya dalam kehidupan ini.
1. Membentuk generasi yang Islami Pendidikan islami (tarbiyahIslamiyah) adalah satu-satunya cara terbaik dalam membentuk individu berkepribadian, masyarakat yang ideal dan peradaban kemanusiaan yang tinggi. Hubungan ketiga aspek tersebut saling terkait, karena terbentuknya masyarakat ideal. Sedangkan terbentuknya masyarakat ideal merupakan medium
terbentunyaperadabn
kehidupan
manusia
yang
tinggi.
Apabila ketiga aspek tersebut terwujud maka akan melahirkan kebaikan-kebaikan dan kebahagiaan hidup. Semua itu dapat diwujudkan melalui TarbiyahIslamiyah.
2. Merupakan kebutuhan manusia Manusia adalah makhluk Allah yang mempunyai insting, watak, dan kecenderungan yang berbeda-beda. Ada orang yang didalam kehidupannya dijajah oleh nafsu. Perilaku tersebut tidak ubahnya seperti binatang. Tetapi ada pula manusia yang mampu meningkatkan derajadnya ke tingkat yang paling tinggi. Namun ada juga manusia yang mengikuti kehendak syetan. Jika manusia dibiarkan dengan kecenderungan dan watak masing-masing tanpa ada upaya pembentukan melalui media pendidikan yang sesuai dengan fitrah kejadiannya, niscaya panorama bumi akan diwarnai dengan kezaliman dan permusuhan. Sehubungan dengan itu satu-satunya media untuk menyelamatkan manusia dari kenistaan dan jeratan konflik akibat adanya pertentangan ialah tarbiyahislamiyah yang menyeluruh terutama pembinaan iman dan keyakinan.
3. TarbiyahIslamiyah adalah suatu kewajiban agama Pendidikan islam adalah wajib, karena ia merupakan sarana terlaksananya kewajiban din yaitu ibadah. Ta’lim adalah bagian dari tarbiyah dan ibadah tidak sah
tanpa mengetahui hokum dan syarat sahnya ibadah. Atas dasar tersebut Rasulullah SAW bersabda “ Menuntut ilmu itu ajib bagi setiap Muslim”. Itulah
beberapa
bukti
dan
pertimbangan
yang
memastikan
urgensi
tarbiyahislamiyah salam kehidupan. Tetapi perlu kita sadari bahwa tanpa adanya tarbiyah yang terarah dan sistemik mustahil akan mencetak insan yang memiliki SyakhsiyahIslamiyah.
PENGERTIAN TARBIYAH ISLAMIYAH Dari
segi
bahasa
tarbiyahislamiyah
bermakna:
Rabba-yarbu
(tumbuh
berkembang), rabbiya-yarba (tumbuh secara alami), rabba-yarabbu (memperbaiki, meningkatkan). Sedangkan secara istilah TarbiyahIslamiyah adalah memperbaiki sesuatu, menjaga serta memeliharanya. Tarbiyaah memiliki pengertian cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (dengan kata-kata) ataupun secara tidak langsung (dengan keteladanan) untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik. TarbiyahIslamiyah berarti proses mempersiapkan orang dengan persiapan yang menyenuh seluruh aspek kehidupan meliputi jasmani, ruhani, dan akal pikiran. Demikian juga dengan kehidupan duniawinya, dengan segenap aspek hubungan dan kemaslahatan yang mengikatnya, dan kehidupan akhirat dengan segala amal yang sihisabnya yang membuat Allah ridha atau murka. Jadi secara ringkas tarbiyahislamiyah adalah proses penyiapan manusia yang saleh, yakni agar tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan, dan tindakannya secara keseluruhan. Keseimbangan potensi yang dimaksud adalah hendaknya jangan sampai kemunculan potensi menyebabkan lenyapnya potensi yang lain atau suatu potensi sengaja dimandulkan agar muncul potensi yang lain. Juga keseimbangan antara potensi ruhani, jasmani, dan akal pikiran, keseimbangan antara kebutuhan primer dan sekundernya, antara cita-cita dan realitasnya, antara jiwa ambisi pribadi dan jiwa kebersamaannya, antara keyakinan kepada alam ghaib dan keyakinan pada alam kasat mata, keseimbangan antara makan,
minum, pakaian, dan tempat tinggalnya, tanpa adanya sikap berlebih-lebihan si satu sisi dan pengabaian di sisi yang lain. Benar-benar keseimbangan yang mengantarkan pada sikap yang adil dalam segala hal.
TUJUAN TARBIYAH ISLAMIYAH Secara umum terbiyahislamiyah bertujuan membentuk manusia yang hanya beribadah kepada Allah SWT dan memakmurkan bumi hanya dengan aturan-aturan Allah baik yang berupa wahyu atau pun sunatullah, sehingga lahir suasana kehidupan yang islami di bumi ini. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut dijabarkan dalam tiga tujuan utama dari tarbiyahislamiyah, yaitu:
1. Terbentuknya Tashawur (persepsi) Islami yang jelas. Islam sebagai din, sebagai pedoman hidup dari Allah SW mencakup seluruh aspek kehidupan
dan
perilaku
untuk
seluruh
zaman
dan
ummat
manusia.
Ketidakmenyeluruhan persepsi terhadap Islam akan mengakibatkan Islam terisolasi dari pentas kehidupan, juga menjadi sumber bid’ah, khurafat, takhayul, dan tradisi jahiliyah serta berbagai kontradiksi. Bahaya persepsi yang parsial (Juz’I) dijelaskan dalam firman Allah Q.S. Al Baqarah:85 sedangkan kejelasan dan keuniversalan Islam terlihat pada firman Allah Q.S. An-Nisaa’:89.
2. Membentuk SyakhsiyahIslamiyah (pribadi yang Islami) Pribadi yang Islami adalah pribadi yang menjadikan nilai-nilai Islam sebagai bahan utama pembentuk kepribadiannya, sehingga identitas dirinya benar-benar mencerminkan keislamannya. Komponen dasar bagi terbentuknya kepribadian seseorang adalah keyakinan, pendirian, perasaan, pemikiran, watak, performa, dan perilaku. Dan akidah islamiyah adalah dasar pembentukan dari semua komponen tersebut. Tarbiyahilamiyah diharapkan menghasilkan buah yang baik. Buah yang diharapkan dari pembinaan islami (tarbiyahislamiyah) adalah terciptanya sosok pribadi Muslim yang ideal, pribadi muslim yang kaffah. Yaitu pribadi muslim yang
mengimplemetasikan nilai-nilai Islam secara keseluruhan, tidak hanya bagian per bagian. Beberapa deskripsi tentang pribadi muslim yang kaffah yang harus diketahui oleh seorang muslim, antara lain:
1. Lurus aqidahnya Kelurusan akidah merupakan pokok terpenting bagi pribadi muslim. Demikian pula yang dilakukan Rasulullah SAW pertama kali dapat ditelusuri bahwa ayat-ayat Al Qur’anMakiyyah turun selama 13 tahun yang menjelaskan kalimat Laailaahaillallah. Yang demikian itu karena din ini seluruhnya tegak di atas kalimat Laailaahaillallah. Memahamkan pada manusia bukan membuat tertarik pada cabang-cabang Islam saja, namun dengan pemahaman akidah dalam hati mereka yang kemudian secara otomatis akan melaksanakan segala syariatnya.
2. Benar Ibadahnya Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa perkataan, kepasrahan, dan ketundukan yang sempurna serta membebaskan diri dari segala yang bertentangan. Dengan demikian serang muslim harus paham bahwa ibadah kepada Allah merupakan kebutuhan dan kepentingan manusia, baik ibadah khusus (khashah), shalat, puasa, zakat, dsb. Ataupun ibadah umum (ammah), menuntuk ilmu, jual beli, dsb. Seorang muslim dalam beribadah haruslah benar yaitu niat ikhlas karena Allah dan berdasar atas syariat Islam.
3. Terpuji Akhlaknya Islam mengatur dalam segala aspek dari mulai bangun tidur smpai pada pagi berikutnya. Sehingga gerak langkah seorang muslim senantiasa indah karena mengikuti irama kehidupan yang diatur oleh Allah SWT. Seorang muslim yang berakhlak membawa dampak tidak hanya pada dirinya sendiri tapi juga lingkungan sekitar. Sehingga nantinya akan tercipta umat yang berakhlak mulia. Kesempurnaan iman seseorang dapat dilihat dari kualitas akhlaknya.
4. Berwawasan Luas Wawasan disini bermaksud senantiasa memikirkan sesuatu yang membangun, memperbaiki bukan membuat hal yang tidak berguna, dan menjauhkan diri dari sifat yang merendahkan. Karena pentingnya berwawasan luas inilah maka setiap muslim diwajibkan untuk senantiasa menuntut ilmu, baik ilmu keagamaan maupun ilmi-ilmu alam dan ilmu yang lainnya.
5. Kuat Fisiknya Rasulullah bersabda “ Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah pada keduanya ada kebajikan” (HR. Muslim) Rasulullah telah menegaskan pentingnya pembentukan badan yang sehat dan menjaga dari berbagai penyakit. Kewajiban dan tanggung jawab pribadi muslim ideal tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya badan/fisik yang sehat.
Maraji’: -
Urgensi Tarbiyah Islamiyah. Drs. Abu Ridho
-
Tarbiyah Rasulullah. Najib Khalid Al Amir.
-
Buku Panduan Asistensi Agama Islam UNS
Kisah Salman Al-Farisi “Kalau Saja Iman Berada di Bintang, Pasti Akan Dicapai Oleh Orang Orang Ini” (Diucapkan Rasulullah Saw Sambil Meletakkan Tangannya pada Tubuh Salman) Kisah kita kali ini adalah kisah seseorang yang berusaha mencarihakikat, mencari Allah Swt. Ini adalah kisah Salman Al Farisira. Kita akan membiarkan Salman Al Farisi bercerita tentang kisahnya sendiri. Sebab saat mengalami kisah tersebut, perasaannya begitu hidup dan penyampaiannya akan terasa lebih jujur dan lengkap. Salman berkata: “Aku adalah seorang pemuda dari Persia penduduk Isfahan25 dari sebuah kampung yang akrab dikenal dengan Jayyan. Ayahku adalah kepala kampung dan merupakan orang yang paling kaya dan terhormat disana. Aku adalah manusia yang paling ia cintai sejak aku lahir.Kecintaannya semakin bertambah kepadaku hari demi hari sehingga ia mengurungku di dalam rumah karena merasa khawatir terhadapku. Aku dipingit seperti layaknya seorang gadis. Dengan sungguh-sungguh aku menganut agama Majusi26, sehingga aku ditunjuk sebagai penyala api yang kami sembah. Aku dipercaya untuk menyulutnya sehingga tidak boleh padam sesaat pun baik pada waktu malam maupun siang. Ayahku memiliki sebuah lahan yang besar yang memberi kami hasil yang banyak. Ayah selalu mengawasinya, dan memetik hasilnya. Padasuatuketika ayahku memiliki kesibukan lain sehingga ia tidak bisa datang ke lahannya. Ia berkata: “Wahai anakku, Aku ada kesibukan lain sehingga tidak bisa mengawasi perkebunan kita. Pergilah ke sana dan awasilah kebun kita hari ini sebagai penggantiku!” Aku pun berangkat untuk melihat kebun kami. Begitu aku sudah berada di sebuah jalan, aku melewati sebuah gereja kaum Nashrani. Aku mendengar suara mereka dari luar saat mereka sedang melakukan kebaktian. Hal itu telah menarik perhatianku.
Aku tidak pernah tahu sedikitpun tentang kaum Nashrani atau agama lainnya karena begitu lama ayah memingitku agar tidak berinteraksi sesama manusia. Saat aku mendengar mereka, aku pun masuk mendatangi mereka untuk melihat apa yang sedang mereka kerjakan. Saat aku merenungi apa yang mereka lakukan, aku menjadi tertarik dengan kebaktian yang mereka laksanakan, dan aku ingin masuk ke dalam agama mereka. Aku berkata: “Demi Allah, ini lebih baik dari agama yang kami anut. Demi Allah, aku tidak meninggalkan mereka hingga matahari terbenam. Aku tidak jadi ke kebun milik ayah. Lalu aku bertanya kepada mereka: “Darimana asal agama ini?” Merek a menjawab: “Dari negeri Syam.” Begitu malam tiba, aku kembali ke rumah dan aku berjumpa dengan ayah yang menanyakan apa yang telah aku lakukan seharian. Aku menjawab: “Ayah, aku berjumpa dengan sekelompok manusia yang sedang melakukan kebaktian di gereja. Aku merasa tertarik begitu mengenal agama mereka. Aku terus bersama mereka hingga matahari terbenam.”
Ayahku langsung sengit dengan apa yang telah aku lakukan sambil berkata: “Hai anakku, dalam agama itusedikitpun tidak ada kebaikan. Agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik dari agama itu!” Aku menjawab: “Tidak. Demi Alla h, agama mereka lebih baik dari agama kita.” Maka ayah menjadi khawatir akan apa yang telah aku katakan. Ia khawatir bila aku keluar dari agamaku. Ia memingitku lagi di dalam rumah dengan membuat sebuah ikatan pada kakiku. Begitu aku memiliki kesempatan, maka aku pergi kepada kaum Nashrani dan aku berkata kepada mereka: “Jika ada rombongan yang datang kepada kalian hendak melakukan perjalanan ke negeri Syam, beritahukanlah kepadaku!” Tidak lama berselang, maka datanglah sebuah rombongan kepada mereka yang akan menuju ke negeri Syam. Mereka lalu memberitahukan kepadaku hal tersebut. Aku lalu berusaha membuka ikatan kakiku sehingga terlepas. Lalu aku berangkat bersama mereka dengan mengendap-endap hingga kami akhirnya tiba di negeri Syam. Begitu kami tiba di sana, aku bertanya: “Siapa orang yang paling utama dalam urusan agama ini?” Mereka menjawab: “Dialah Uskup27 yang memimpin gereja.” Lalu aku mendatanginya sambil berkata: “Aku tertarik dengan agama Nashrani. Aku ingin mendampingi dan membantumu. Aku mau belajar darimu dan melakukan kebaktian bersama penganut Nashrani yang lainnya.” Ia menjawab: “Masuklah!” dan aku pun masuk ke dalam gereja mulai saat itu aku menjadi pembantunya. Masa terus berlalu, hingga aku mengetahui bahwa orang tersebut sebenarnya adalah orang yang buruk. Ia pernah menyuruh para pengikutnya untuk membayar sedekah dan menjanjikan kepada mereka pahala yang akan mereka dapat jika mereka membayar sedekah tersebut di jalan Allah. Uskup tadi malah menyimpan uang tersebut untuk dirinya sendiri dan tidak pernah diberikan kepada kaum fakir dan miskin sedikitpun juga. Sehingga ia berhasil me ngumpulkan 7 bejana besar emas. Aku menjadi benci sekali saat melihatnya. Tidak lama kemudian ia mati dan orangorang Nashrani berkumpul untuk menguburnya. Aku katakan kepada mereka: “Sahabat kalian ini adalah orang yang jahat. Ia pernah memerintahkan kalian untuk membayar sedekah dan menjanjikan kepada kalian pahala yang akan diterima. Begitu kalian membayarkannya, ia malah menyimpannya untuk kepentingan dirinya sendiri. Ia tidak memberikannya kepada kaum miskin s edikitpun dari harta tersebut.” Mereka bertanya: “Dari mana engkau tahu hal tersebut?” Aku jawab: “Aku akan menunjukkan kalian tempat penyimpanannya!” Mereka berkata: “Ya, tunjukkanlah kepada kami!” Maka aku tunjukkan kepada mereka tempat penyimpanannya dan dari tempat tersebut mereka mengeluarkan 7 bejana besar yang dipenuhi dengan emas dan perak. Begitu mereka melihatnya mereka berkata: “Demi Allah, kami tidak akan menguburkannya!” Lalu mereka mensalibnya lalu melemparnya dengan batu. Tidak lama setelah itu, mereka mengangkat seseorang untuk menggantikan posisinya. Maka akupun menjadi pendamping dan pembantunya. Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih zuhuddarinya. Tidak ada seorangpun yang mengalahkannya dalam urusan akhirat. Tidak ada yang melewatinya dalam masalah ibadah sepanjang malam dan siang. Aku amat mencintainya. Aku tinggal bersamanya untuk beberapa lama. Saat ia menjelang ajal, aku bertanya kepadanya: “Ya fulan, kepada siapa kau akan mewasiatkan aku. Berilah nasehat kepadaku akan orang yang perlu aku ikuti setelah kau tiada?”Ia menjawab:
“Anakku, Aku tidak mengenal orang yang kau carikecuali ada seorang yang tinggal di Mosul28. Dia adalah orang yang tidak pernah membuat-buat dan tidak pernah mengganti agama. Maka carilah ia!” Begitu sahabatku meninggal, maka aku mencari orang yang berada di Mosul tadi. Begitu aku berjumpa dengannya, aku menceritakan kisahku kepadanya. Aku katakan: “Si fulan berwasiat kepadaku menjelang wafatnya bahwa aku disuruh mencarimu. Ia mengatakan bahwa engkau adalah orang yang berpegang teguh dengan kebenaran.” Ia menjawab: “Tinggallah bersamaku!” Aku pun tinggal bersamanya dan aku mengenalnya sebagai sosok yang selalu benar. Namun tidak lama kemudian, ajalnya tiba. Akupun berkata kepadanya: “Ya fulan, engkau mengetahui bahwa ketentuan Allah akan berlaku pada dirimu dan engkau mengetahui kondisi diriku. Kepada siapa kau mewasiatkan aku? Siapakah yang harus aku ikuti nanti?” Ia menjawab: “Wahai anakku, Demi Allah aku tidak mengetahui manusia yang beragama seperti kita ini kecuali ada seseorang di Nasibin29. Dia a dalah fulan, maka carilah dia!” Begitu ia dikuburkan, aku pergi mencari orang yang tinggal di Nasibin. Kepadanya aku ceritakan kisahku dan apa yang diperintahkan sahabatku tadi kepadaku. Lalu ia berkata: “Tinggalah bersama kami!” Maka akupuntinggal bersamanya. Dia adalah orang baik seperti kedua sahabatnya tadi. Demi Allah, kematian akhirnya berlaku juga pada dirinya. Begitu ajalnya tiba aku bertanya kepadanya: “Engkau t ahu bagaimana kondisiku. Kepada siapa engkau hendak mewasiatkan aku?” Ia menjawab: “Hai Anakku, Demi Allah aku tidak mengetahui manusia yang beragama seperti kita ini kecuali ada seseorang di Amuriyah30. Dia adalah fulan, maka carilah dia!” Aku p un mencarinya dan aku ceritakan padanya kisahku. Ia pun berkata: “Tinggall ah bersamaku... Aku pun tinggal bersama seorang pria yang demi Allah menganut agama yang sama dengan para sahabatnya tadi. Selama aku tinggal bersamanya aku berhasil memiliki banyak sapi dan kambing. Lalu ia pun wafat menyusul para sahabatnya. Begitu ajal tiba, aku bertanya kepadanya: “Engkau tahu kondisiku, lalu kepada siapa kau mewasiatkan aku? Apa yang ingin aku perbuat?” Ia menjawab: “Anakku, demi Allah aku tidak mengetahui adanya seseorang yang masih menganut agama yang kita ikuti. Akan tetapi sebentar lagi akan muncul di tanah Arab seorang Nabi yang di utus dengan membawa agama Ibrahim. Kemudian ia berhijrah dari negerinya ke sebuah negeri yang memiliki banyak pohon kurma di antar dua buah lembah berbatu. Dia memiliki tanda-tanda yang jelas. Ia menerima hadiah dan menolak sedekah. Di antara kedua pundaknya terdapat tanda kenabian. Jika kau mampu datang ke negeri tersebut, maka lakukanlah!” Kemudian ajal menjemputnya. Setelah ia wafat, aku masih tinggal di Amuriyah beberapa lama hingga sekelompok pedagang Arab dari kabilah Kalb datang. Aku katakan kepada mereka: “Jika kau membawaku ke tanah Arab, maka aku akan memberikan semua sapi dan kambingku ini!” Mereka menjawab: “Baik, kami akan membawamu!” Maka aku berikan semua hewan ternakku kepada mereka, dan mereka membawaku hingga kami tiba di Wadi Al Qura 31. Sesampai di sana mereka mengkhianatiku dan menjualku kepada seorang Yahudi. Maka akupun menjadi pembantunya. Tidak lama kemudian ada sepupu majikanku dari Bani Quraidzah yang mengunjunginya dan ia pun membeliku darinya. Ia membawaku ke Yatsrib, dan aku melihat di sana pepohonan kurma seperti yang diceritakan oleh sahabatku di
Amuriyah. Aku tersadar bahwa ini adalah Madinah yangia gambarkan itu. Lalu aku pun tinggal di sana bersamanya.Saat itu, Nabi Saw sedang berdakwah kepada kaumnya di Mekkah. Akan tetapi aku tidak pernah mengetahui kabar Beliau karena aku sibuk dengan tugasku sebagai seorang budak.
Sesudah lama berselang maka Nabi Saw berhijrah ke Yatsrib. DemiAllah saat itu aku sedang berada di atas pohon kurma tuanku sambil mengerjakan beberapa tugas. Tuanku saat itu sedang duduk di bawahnya ketika seorang sepupunya datang sambil mengatakan: “Semoga Allah membinasakan Bani Qailah. Demi Allah, mereka kini sedang berkumpul di Quba untuk menyambut seorang pria yang datang dari mereka dan mengaku sebagai Nabi. Begitu aku mendengar apa yang diucapkannya, maka aku seperti langsung demam dan aku menjadi terguncang. Sehingga aku khawatir akan jatuh menimpa tuanku. Aku segera turun dari pohon kurma, dan aku berkata kepada pria tadi: “Apa yang kau ucapkan?! Ceritakan kembali berita tadi kepadaku!!” Maka tuan ku langsung emosi dan meninjuku dengan begitu keras. Ia berkata kepada ku: “Apa urusanmu dengan berita ini?! Kembalilah lagi untuk meneruskan pekerjaanmu!”
Begitu hari menjelang petang. Aku mengambil beberapa kurma yang aku kumpulkan dan aku bawa ke tempat Rasulullah Saw menginap. Aku masuk menghadapnya dan aku berkata: “Aku mendengar bahwa engkau adalah orang yang shalih, dan kau membawa para sahabat yang membutuhkan bantuan. Ini adalah sedikit barang yang dapat aku sedekahkan. Menurutku kalian lebih pantas untuk menerima ini dari lainnya.” Kemudian aku mendekat ke arah Beliau. Beliau lalu bersabda kepada para sahabatnya: “Makanlah oleh kalian!” Ia tidak menggerakkan tangannya dan memakan kurma bawaanku. Aku berkata dalam hati: “Inilah sebuah tandanya!” Kemudian aku kembali ke rumah dan aku kumpulkan beberapa buah kurma. Begitu Rasulullah Saw berangkat dari Quba menuju Madinah aku menghampiri Beliau sambil berkata: “Aku perhatikan bahwa engkau tidak makan harta sedekah dan ini adalah hadiah yang aku bawakan buatmu.” Lalu Beliau memakannya d an menyuruh para sahabatnya untuk makan bersama Beliau. Lalu aku berkata dalam d iri: “Inilah tanda yang kedua!” Lalu aku mendatangi Rasulullah Saw yang saat itu sedang berada di Baqi Al Gharqad untuk menguburkan para sahabatnya. Aku dapati Beliau sedang duduk dengan memakai dua buah kain kasar. Aku memberikan salam kepadanya, kemudian aku berputar untuk melihat punggung Beliau. Dan benar, aku melihat tanda seperti yang diceritakan oleh sahabatku yang berada di Amuriyah. Begitu Rasulullah Saw melihatku sedang memperhatikan punggungnya, Beliau mengetahui maksudku. Kemudian Beliau melepaskan selendang dari punggungnya. Maka aku memperhatikan dan aku melihat tanda itu. Aku semakin yakin dan akupun langsung tersungkur, mencium tangannya dan aku menangis.
Maka Rasulullah Saw bertanya kepadaku: “Apakah ceritamu ini?” Aku pun menceritakan kisahku kepadanya dan Beliau merasa kagum mendengarnya. Beliau kemudian berkeinginan agar para sahabatnya juga mendengar kisahku ini. Maka aku pun menceritakan kepada mereka. Mereka begitu kagum mendengarnya. Mereka semua menjadi begitu bahagia. Selamat atas Salman Al Farisi saat ia mulai mencari kebenaran di setiap tempat. Selamat atas Salman Al Farisi saat ia mengetahui kebenaran, lalu beriman kepadanya dengan sebaik-baiknya. Selamat atasnya pada hari ia wafat, dan pada saat ia dibangkitkan untuk hidup kembali. Untuk merujuk lebih jauh tentang profil Salman Al Farisisilahkan melihat: 1. Al Ishabah 2/62 atau terjemah 3357 2. Al Isti’ab (dengan Hamisyh Al Ishabah): 2/56 3. Al JarhwaAtTa’dil: bagian 1 jilid 2/ 296-297 4. Al Jam’ubaina Al Rijal Al Shahihin: 1/193 5. SiyarA’lamAnNubala: 1/362-405 6. Tarikhul Islam karya Al Dzahaby: 2/158-163 7. UsudulGhabah: 2/328-332 8. Thabaqat Al Sya’rani: 30-31 9. ShifatusShafwah: 1/210-225 10. Syadzarat Al Dzahab: 1/44 11. Taqrib Al Tahdzib: 1/315 12. TahdzibatTahdzib: 4/137-139