LAPORAN PRAKTIKUM SPPK BREATHING APPARATUS
KELOMPOK
:1
NAMA
: Intan Maharani
NRP
: 0515040116
KELAS
: K3-4D
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan suatu peristiwa yang tidak diinginkan yang menimbulkan harm yang harm yang mana disebabkan oleh api dalam jumlah besar yang tak terkendali. Terdapat beberapa macam bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kebakaran seperti bahaya api dan bahaya asap. Asap yang dihasilkan dalam kebakaran mungkin merupakan hasil reaksi kimia yang tidak sempurna seperti CO maupun gas hasil pembakaran bahan bakar tertentu yang mana akan sangat mempengaruhi pernapasan manusia jika terhirup kedalam sistem pernapasan. Dalam dunia pemadaman api, khususnya para pemadam kebakaran. Sangatlah penting untuk mengetahui cara menggunakan SCBA sebagai alat bantu pernapasan dalam proses pemadaman api. Penggunaan Penggunaan SCBA sendiri sangatlah berperan penting dalam mengurangi bahkan mencegah kadar asap/gas hasil kebakaran untuk tidak terhirup. Karena hal itulah sangatlah penting untuk melakukan praktikum praktikum ini, guna mengetahui cara memakai SCBA serta cara pengoperasiannya. 1.2 Tujuan TIU : Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori penggunaan breathing apparatus TIK : Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian Breathing Apparatus dan Apparatus dan dapat memakai Breathing memakai Breathing Apparatus Apparatus 1.3 Manfaat Dengan dilakukannya praktikum ini, mahasiswa dapat mengetahui cara memakai SCBA dan tau cara mengoperasikannya dengan baik.
BAB II DASAR TEORI 2.1 Teori dan Anatomi Api 2.1.1 Teori Api Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar.Gejala lainnya yang dapat diamati adalah bila suatu bahan telah terbakar maka akan mengalami perubahan baik bentuk fisiknya maupun kimianya. Keadaan fisik bahan yang telah terbakar akan berubah pula menjadi zat baru. Gejala perubahan tersebut menurut teori perubahan zat dan energy adalah perubahan secara kimia. 2.1.2 Teori Segitiga Api (Triangel of Fire) Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu adanya unsur : bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2) yang cukup dari udara atau bahan oksidator dan panas yang cukup. Apabila salah satu unsur tersebut tidak berada pada keseimbangan
yang cukup, maka api tidak akan muncul. Gambar 2.1 Segitiga api 2.1.3 Bahan Bakar Bahan bakar adalah semua jenis bahan yang mudah terbakar. Dilihat dari wujudnya, bahan bakar dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Bahan bakar padat : kayu, kertas, karet, plastic, dan lain sebagainya 2. Bahan bakar cair : bensin, spirtus, solar, oli, dan lain sebagainya 3. Bahan bakar gas : LPG dan lain sebagainya
2.1.4 Oksigen Udara disekitar kita mengandung 21% oksigen. Dalam keadaan normal, bahan bakar mudah bergabung dengan oksigen. Karena oksigen adalah suatu gas pembakar, maka keberadaan oksigen aan sangat menentukan keaktifan pembakaran. Suatu tempat dinyatakan masih mempunyai keaktifan pembakaran, bila kadar oksigen lebih dari 15%. Sedangkan pembakaran tidak akan terjadi bila kadar oksigen di udara kurang dari 12%. Oleh karena itu salah satu teknik pemadaman api yaitu dengan cara menurunkan kadar oksigen di sekitar daerah pembakaran menjadi kurang dari 12%. 2.1.5 Panas Panas berasal dari matahari, energi mekanik (benturan, gesekan), kompresi, listrik dan reaksi kimia perpindahan panas dapat radiasi.
2.2 Kebakaran 2.2.1Pengertian Kebakaran Kebakaran adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan kadang kala tidak dapat dikendalikan, sebagai hasil pembakaran suatu bahan dalam udara dan mengeluarkan energy panas dan nyala (api). Proses pembakaran adalah suatu reaksi eksotermis, yaitu suatu reaksi yang mengeluarkan panas. Bila api yang terjadi sangat terbatas maka gejala tersebut belum dinyatakan sebagai kebakaran, tetapi bila api mulai memungkinkan terjadinya penjalaran maka gejala itu dapat dikatakan kebakaran. Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sangat sering terjadi khusunya di daerah perkotaan padat penduduk. Penanggulangan
bahaya kebakaran merupakan salah satu bagian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Berikut beberapa contoh perundang – undangan mengenai pencegahaan dan penanggulangan bahaya kebakaran : a.
Perda Pemko Medan No. 16 Tahun 2002 pasal 8 tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran dengan kewajiban pemasangan Hidran.
b.
Peraturan Menteri Pekerja Umum No.26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
c.
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000 tentang KetentuanTeknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan. Kebakaran dapat disebabkan karena faktor teknis (instalasi listrik,
pemanas), atau karena manusia (kesengajaan, kecerobohan , dan lain-lain) yang merupakan penyimpangan perilaku. Keamanan dan keselamatan manusia maupun asset bangunan perlu dijaga dari bahaya yang mengakibatkan kerusakan sampai kematian. Banyak fakta yang membuktikan bahwa kebakaran merupakan resiko tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan bangunan, kematian, berhentinya proses produksi maupun rusaknya lingkungan.
2.2.2 Penyebab Kebakaran Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, secara umum dikelompokkan sebagai berikut : a. Faktor Manusia Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain : manusia yang kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran, menempatkan barang atau menyusun barang yang mungkin terbakar tanpa menghiraukan norma – norma pencegahan kebakaran, pemakaian tenaga listrik melebihi kapasitas yang telah ditentukan, kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin, dan adanya unsur – unsur kesengajaan. b. Faktor Teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khususnya kondisi tidak aman dan membahayakan yang meliputi :
Proses fisik/mekanis Faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini adalah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api, misalnya pekerjaan
perbaikan dengan menggunakan mesin las atau kondisi instalasi listrik yang sudah tua atau tidak memenuhi standar.
Proses kimia Kebakaran dapat terjadi ketika pengangkutan bahan - bahan kimia
berbahaya, penyimpanan dan penanganan tanpa memerhatikan petunjuk - petunjuk yang ada.
Faktor Alam Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor alam adalah petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran hutan yang luas dan juga perumahan – perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain -lain (Sagala, 2008).
2.2.3 Klasifikasi Kebakaran Dan Pemadamanya Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian atas kebakaran berdasarkan pada jenis benda-benda atau bahan-bahan yang terbakar agar dapat ditentukan system pemadaman api yang tepat, sehingga dapat dipilih alat-alat atau bahan-bahan pemadam yang cocok untuk kelas kebakaran tersebut. Klasifikasi kebakaran di Indonesia ditetapkan melalui peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor 04/Men/1980 sebagai berikut 1. Kelas A Bahan padat kecuali logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya. Kebakaran kelas A ini diakibatkan panas yang dating dari luar, molekul-molekul benda padat berurai dan membentuk gas lalu gas inilah yang terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup menyimpan
panas baik sekali. Bahan-bahan yang dimaksud seperti bahan yang mengandung selulosa, karet, kertas, berbagai jenis plastic dan serat alam. Prinsip pemadaman jenis ini adalah dengan cara menurunkan suhu dengan cepat. Jenis media yang cocok adalah menggunakan air. 2. Kelas B Kebakaran yang melibatkan cairan dan gas, dapat berupa soulvent, pelumas, produk minyak bumi, pengencer cat, bensin dan cairan yang mudah terbakar lainnya. Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar pada bahan bakar cair ini suatu bunga api yang akan menimbulkan kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ke tempat lain. Prinsip pemadamanya dengan cara menghilangkan oksigen dan menghalangi nyala api. Jenis media pemadam yang cocok adalah dengan menggunakan busa. 3. Kelas C Kebakaran listrik yang bertegangan, sebenarnya kebakaran kelas C ini tidak lain dari kebakaran kelas A atau B atau kombinasi dimana ada aliran listrik. Jika aliran listrik dipuuskan maka akan berubah menjadi kebakaran kelas A atau B. kebakaran kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis mdia pemadam, yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang yang memadamkan kebakran aliran listrik. Biasanya menggunakan CO2 atau gas halon. 4. Kelas D Kebakaran bahan logam seperti logam magnesium, titanium, uranium, sodium, lithium dan potassium. Kebakaran logammemerlukan pemanasan yang inggi dan akan menimbulkan temperature yang sangat tinggi pula. Untuk memadamkan pada kebakaran logam ini perlu dengan alat atau media khusus. Prinsipnya dengan cara melapisi permukaan logam yang terbakar dan mengisolasinya dari oksigen. 2.2.4 Bahaya Kebakaran Kebakaran mengandung berbagai potensi bahaya baik bagi manusia, harta benda maupun lingkungan. Bahaya utama dari suatu kebakaran adalah sebagai berikut (Ramli, 2010) :
a. Terbakar api secara langsung Panas yang tinggi akan mengakibatkan luka bakar, bahkan korban dapat hangus. Luka bakar akibat api biasanya dibedakan menurut derajat lukanya sebagai berikut :
Derajat 1 Merupakan luka bakar ringan, efek merah dan kering pada kulit seperti terkena matahari.
Derajat 2 Luka bakar dengan kedalaman lebih dari 0,1 mm menimbulkan dampak epidermis atau lapisan luar kulit dan melepuh sehingga menimbulkan semacam gelembung berair.
Derajat 3 Luka bakar dengan kedalaman lebih dari 2 mm, mengakibatkan kulit mengering, hangus dan melepuh besar.
b. Terjebak karena asap National Fire Protection Association (NFPA) mengindikasikan bahwa kematian karena kebakaran paling banyak ditimbulkan karena terhirup asap daripada terbakar api (Hammer, 1981). Kematian akibat asap dapat disebabkan dua faktor yaitu karena kekurangan oksigen atau terhirup gas beracun. Asap kebakaran mengandung berbagai jenis zat berbahaya dan beracun tergantung jenis bahan yang terbakar, antara lain Hidrogen Sianida dan Asam Sianida, Karbon Monoksida, Karbon Dioksida, dan lainnya. c. Bahaya ikutan akibat kebakaran Salah satu bahaya ikutan yang sering terjadi adalah kejatuhan benda akibat runtuhnya konstruksi. Bahaya ini banyak terjadi dan mengancam keselamatan penghuni, bahkan juga petugas pemadam kebakaran yang memasuki suatu bangunan yang sedang terbakar. Selain it u, ledakan gas yang terkena paparan panas juga dapat terjadi. d. Trauma akibat kebakaran
Bahaya
ini
juga
banyak
mengancam
korban
kebakaran
yang
terperangkap, panik, kehilangan orientasi untuk mencari jalan keluar yang sudah dipenuhi asap dan akhirnya dapat ber akibat fatal. 2.2.5 Petugas Pemadam Kebakaran Pemadam kebakaran adalah pekerjaan dengan risiko tinggi berupa luka-luka dan penyakit akibat kerja yang dapat mengakibatkan cacat dan kematian. Fakta bahwa lingkungan kerja selama keadaan darurat dan tak terduga serta petugas pemadam kebakaran yang tidak siap untuk setiap kemungkinan, membutuhkan pengalaman pelatihan dan pendidikan serta pengembangan alat pelindung diri untuk melindungi petugas pemadam kebakaran dari bahaya dan risiko pekerjaannya (ILO, 2000). Kewenangan umum dinas pemadam kebakaran dalam memadamkan kebakaran tercantum dalam The Fire Services Acts 1947yang mempersyaratkan petugas pemadam kebakaran bekerja dengan efisien dan terorganisasi guna memastikan pasokan air yang mencukupi untuk memadamkan kebakaran dan memberikan hak kepada petugas pemadam kebakaran untuk memasuki gedung – gedung jika dicurigai sedang mengalami kebakaran (Ridley, 2008). 2.2.5.1 Bahaya Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran Selama melakukan tugas operasionalnya, baik pemadaman kebakaran maupun penyelamatan jiwa, seorang petugas pemadam kebakaran dituntut untuk mampu mengenali jenis – jenis bahaya yang mungkin timbul pada situasi darurat (DEPDAGRI, 2005). Bahaya yang dihadapi petugas pemadam kebakaran antara lain (ILO, 2000) : a.Bahaya Kecelakaan
Jatuh dari ketinggian selama bekerja dengan menggunakan tangga. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan gaitan tangga pada tangga ketika bekerja.
Jatuh dari ketinggian karena runtuhnya bangunan. Petugas pemadam
kebakaran
yang
terjatuh
atau
terperosok
kemungkinan bisa mengalami patah tulang, cedera kepala, cedera punggung, dan kekurangan oksigen ataupun terhirup asap atau sebaran gas beracun. Maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai untuk bekerja di ketinggian.
Tertimpa benda atau rubuhan bangunan yang jatuh saat melakukan pemadaman kebakaran dan penyelamatan korban atau
benda-benda.
Tindakan
pencegahan
yang
dapat
dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
Menginjak, terkena kaca, logam atau benda tajam lainnya yang dapat menimbulkan luka atau goresan, termasuk cedera akibat ledakan.Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
Terperangkap dalam bangunan yang roboh atau mate rial yang runtuh. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus(SCBA) serta menggunakan Personal Alert Safety System (PASS) untuk memberitahukan petugas pemadam kebakaran lain yang ada di sekitarnya.
Kelelahan dalam mengangkat selama pemadaman kebakaran atau operasi penyelamatan.Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mempertahankan tingkat kebugaran serta memperhatikan aturan cara mengangkat dan membawa yang tepat.
Kontak dengan permukaan yang panas atau gas yang sangat panas. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA)
Menghirup udara yang sangat panas dan atau hasil dari pembakaran. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA). Kontak dengan atau terpapar dengan bahan
kimia
selama
pemadaman
kebakaran,operasi
penyelamatan atau penanganan bahan kimia berbahaya. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
Gangguan
pasokan
udara
selama
operasi
pemadaman kebakaran.Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan rotasi kerja dan istirahat selama aktif pada saat melakukan penyelamatan dari kebakaran
Cedera akibat kecelakaan transportasi dalam merespon keadaan darurat. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan perangkat penahan yang tepat seperti sabuk pengaman ketika berkendara. Tergelincir, tersandung dan jatuh ke api. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap.
b.Bahaya Fisik
Runtuhnya langit-langit, dinding atau lantai. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) serta menggunakan Personal Alert Safety System (PASS)
untuk memberitahukan pemadam kebakaran lain yang ada di sekitarnya.
Munculnya flashover dan back draft. Flashover terjadi ketika semua bahan yang mudah terbakar didalam suatu ruangan telah dipanaskan hingga mencapai suatu titik yang akan mengeluarkan uap-uap bahan bakar. Ketika uap-uap bahan bakar ini mencapai titik penyalaannya, terjadilah nyala api. Semua bahan yang mudah terbakar didalam ruangan tersebut akan menyala secara serentak. Backdraft adalah suatu ledakan yang terjadi pada saat unsur oksigen secara tiba-tiba memperoleh akses ke api yang mulai mengecil akibat berkurangnya kadar oksigen didalam ruangan yang terbakar (Puslatkar Jakarta, 1998).
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
Terpapar panas yang dapat mengakibatkan kebakaran. Panas dapat mengakibatkan cedera lokal dalam bentuk luka bakar. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
Terpapar panas yang dapat mengakibatkan heat stress. Heat Stress selama pemadaman kebakaran dapat berasal dari udara panas, pancaran panas atau kontak dengan permukaan panas. Keadaan ini diperparah dengan pakaian pelindung petugas pemadam kebakaran oleh sifat pakaian itu sendiri serta tenaga fisik petugas yang mengakibatkan produksi panas dalam tubuh (Guidotti, 1998). Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan sistem rotasi
kerja dan istirahat selama aktif pada saat melakukan penyelamatan kebakaran.
Meledaknya benda di permukaan tanah/lantai. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) dan menggunakan Personal Alert Safety System(PASS) untuk memberitahukan pemadam kebakaran lain yang ada di sekitarnya.
c. Bahaya Kimia
Kurangnya oksigen di udara. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan hilangnya kinerja fisik, kebingungan, dan ketidakmampuan untuk melarikan diri. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
Kehadiran gas karbon monoksida dan hasil pembakaran lainnya di udara. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
Terpapar bahan kimia selama keadaan darurat.Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap sesuai dengan bahaya yang dihadapi termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
d.Bahaya Biologi
Petugas pemadam kebakaran dapat terpapar penyakit menular saat mengevakuasi korban. Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan yaitu dengan mengurangi kontak dengan korban secara langsung. e. Bahaya Ergonomi dan Psikologi
Stress. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menemui psikolog untuk melakukan konseling jika diperlukan
2.2.6. SCBA (Self Contained Breathing Apparatus) SCBA adalah suatu peralatan yang terdiri dari botol ( tabung ) bertekanan udara, penunjuk tekanan udara ( pressure gauge ), masker dan peralatan-peralatan pembawa. SCBA diisi dengan udara bebas sebagai peralatan bantu pernafasan. Sesuai fungsinya, SCBA terdiri dari 3 macam, yaitu : a. SCBA Resque Unit Jenis SCBA Rescue Unit adalah SCBA yang digunakan sebagai alat bantu pernafasan pada waktu melakukan proses pertolongan / penyelamatan atau digunakan pada waktu melakukan
pekerjaan di lingkungan yang terpapar gas berbahaya. SCBA ini dapat digunakan secara optimal sekitar 30 menit. Gambar 2.1 Self Contained Breathing Apparatus b. SCBA Work Unit
Jenis SCBA ini pada prinsipnya hanya dapat digunakan selama sekitar 10 menit, tetapi SCBA ini dilengkapi dengan peralatan sambungan khusus ( quick coupling ) yang dapat disambungkan dengan cadangan udara dalam botol-botol yang berkapasitas besar, sehingga dapat membantu pernafasan sampai lebih dari 30 menit. c. SCBA Escape Unit Sesuai dengan jenisnya, maka SCBA ini berfungsi untuk membantu pernafasan pada waktu meninggalkan lokasi paparan menuju tempat aman dengan waktu penggunaan sekitar 10 menit. SCBA ini dapat digunakan secara cepat, karena model maskernya mudah digunakan. Pada prakteknya SCBA jenis ini juga digunakan untuk membantu pernafasan pada korban paparan gas pada saat evakuasi dan sebelum mendapat pertolongan medis, sehingga SCBA ini juga disebut dengan ELSA (Emergency Life Support Apparatus ). Sedangkan berdasarkan Cara Kerjanya, SCBA dibagi menjadi 2 yaitu:
Rangkaian Terbuka (Open Circuit) : aliran pernapasan dibuang keluar atau ke atmosfer
Rangkaian Tertutup (Closed Circuit) : aliran pernapasan disimpan didalam respirator untuk selanjutnya ditangkap CO2dan moisture yang ada kemudian direkondisi dengan oksigen segar
2.2.6.1 Bagian-bagian SCBA SCBA terdiri atas beberapa bagian, yaitu : 1. Backpack plate, berfungsi untuk mengakomodasi tabung udara
(cylinder). 2. Reducer Valve, berfungsi untuk menurunkan tekanan dalam
tabung udara (cylinder) dari tekanan tinggi menjadi tekanan rendah. Tekanan dalam tabung bervariasi berkisar 150 Bar /
200 Bar / 300 Bar menjadi tekanan rendah yaitu menjadi 8 Bar. 3. Lung Demand Valve (LDV), berfungsi sebagai bagian
penting mengatur komsumsi pemakaian udara dari tabung dan dihirup
melalui
masker
tertutup
(Full
face
Mask).
4. Full Face Mask, sebagai penutup wajah dan hidung untuk
terhindar dari tekanan udara bebas yang terkontaminasii gas beracun atau jumlah oksigen (O2) kurang dari ambang batas minimal. 5. Pressure Gauge (Pengukur Tekanan), untuk mengetahui
tekanan
dalam
tabung
udara.
6. Warning Whistle, pluit penanda sebagai peringatan bahwa
tekanan udara dalam tabung tinggal beberapa saat, untuk memperingatkan berbahaya
pemakai
pada
segera
tempat
meninggalkan yang
lebih
tempat aman.
Warning visual, bisa berbentuk vibrasi (getaran) atau Sound (bunyian) kisaran 110dB pada jarak 100 cm. Sehingga mudah untuk
didengar
atau
dirasakan
oleh
pemakai.
7. Cylinder (Tabung Udara), Tabung udara sesuai dengan
perkembangan teknologi, banyak variasi dengan besar dan kecilnya volume udara dalam tabung. Dan terbuat dari bermacam bahan mulai dari Alloy (Alumunium), Steel (Baja) dan Fiber Comaposite.
Gambar 2.2 Bagian-bagian SCBA
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat
Self Contain Breathing Apparatus
Stop Watch
3.2 Diagram Alir Mulai menggunakan SCBA
Menghubungkan selang udara yang ada pada topeng dengan yang ada pada hamset
Menarik dan mengencangkan tali pundak
Menghubungkan dan mengencangkan ikat pinggang hingga terasa nyaman
Memasang face mask dan pastikan respirator melekat pada wajah
Membuka katup oksigen hingga terasa cukup nyaman untuk dihirup
Selesai
TUGAS PENDAHULUAN Soal
Apa yang dimaksudkan dengan : 1. Repirator dan sebutkan macam-macamnya. 2. Self Contained Close Circuit dan bagaimana prinsip kerjanya. 3. Self Contained Open Circuit dan bagainama prinsip kerjanya. 4. Compressed Air ine Apparatus (CALA).
Jawab
1) Respirator Respirator atau lebih popular dikenal dengan masker adalah alat yang digunakan untuk perlindungan pernapasan terhadap udara yang terkontaminasi. Sebenarnya istilah masker kurang tepat digunakan untuk respirator. Masker umumnya digunakan untuk melindungi lingkungan dari kontaminan dari pengguna masker, misalnya para pekerja di industri makanan menggunakan masker untuk melindungi makanan dari kontaminasi air ludah pekerja, atau suster di rumah sakit menggunakan masker untuk melindungi pasien dari kontaminasi suster atau dokter. Karena masker tidak fit kewajah sehingga tidak bisa digunakan untuk melindungi sipemakai. Sementara respirator harus fit kewajah sehingga bisa melindungi sipengguna dari kontaminan lingkungan. Secara garis besar respirator terbagi menjadi empat jenis , yaitu: 1. Nonpower Air Purifying Respirator (NAPR) NAPR adalah pemurni udara dari kontaminan dan hanya dapat digunakan pada atmosfer yang mengandung oksigen minimal 19.5%. NAPR memurnikan udara yang terkontaminasi oleh partikel, aerosol, uap dan gas sebelum udara tersebut masuk kedalam sistem pernapasan. 2. Powered Air-Purifying Respirator (PAPR) PAPR adalah respirator pemurni udara dengan menggunakan pompa udara untuk mendorong atau menarik udara menuju respirator atau penyaring.
3. Supplied-Air Respirator (SAR) SAR merupakan respirator dengan sistem pemberian udara segar dari luar area yang terkontaminasi, supply udara menggunakan selang dari tanki penyimpanan udara. 4. Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) Self Contained Breathing Apparatus atau dikenal dengan SCBA adalah alat bantu atau pernapasan untuk waktu tertentu sesuai dengan jumlah oksigen yang tersedia pada alat tersebut.
Pengertian lain dari respirator adalah salah satu jenis APD yang berfungsi untuk melindungi pekerja dari paparan gas/uap berbahaya yang bebas terpapar di udara. Selain itu respirator juga berfungsi untuk alat bantu pernapasan bila kondisi lingkungan kerja kekurangan supply O2. Jadi respirator adalah APD untuk melindungi pernapan dari semua paparan gas-gas asing yang berbahaya bagi kesehatan & untuk supply O2
1. Respirator pemurniChemical Respirator (Cartridge dan Conister) - Mechanical Filter Respirator - Kombinasi Chemical Respirator dan Mechanical Filter 2. Respirator penyedia udara (Breathing Apparatus) - Airline Respirator - Air Hose Respirator/ Hose Mask - Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) a. Open Circuit SCBA b. Close Circuit SCBA c. SCBA Rescue Unit d. SCBA Work Unit e. SCBA Escape Unit
2) Open Circuit SCBA Aliran pernapasan dibuang keluar atau ke atmosfer. Suatu tipe breathing apparatus yang berisi udara yang bertekanan. Aliran udara atau oksigen diatur oleh pernafasan pemakai apabila ia menarik nafas, katup pengatur membuka dan persediaan udara atau oksigen mengalir sesuai dengan kebutuhan. Terdiri dari silinder udara oksigen bertekanan, pipa udara dan full piece. Breathing Apparatus ini mensuplai udara bersih pada pemkaian selama 5-20 menit tergantung ukuran silinder yang dipakai.. SCBA ini hanya diperuntukkan emergency escape selama 5-15 menit. Pada tipe ini dipasang alat pengendali yang dapat mencegah pemborosan udara apabila masker tidak diperlukan.
3) Close Circuit SCBA Suatu tipe dari perlengkapan perlindungan pernafasan yang pemakainya menghembuskan nafas melalui filter kimia “ karbon dioksida”, kemudian kemudian pemakai bernafas kembali dengan sisa oksigen yang ada. Aliran pernapasan disimpan didalam respirator untuk selanjutnya ditangkap CO2 dan moisture yang ada kemudian direkondisi dengan oksigen segar Udara ekspirasi tidak dikeluarkan melalui udara atmosfer melainkan digunakan kembali setelah CO2 dari udara pernapasan diadsorbsi oleh suatu zat kimia (Granular Solid Adsorbent) yang terdapat di dalam Breathing Apparatus ini mencapai 4 jam. Silinder udara/oksigen harus diisi kembali dan adsorbent perlu diganti setelah setiap kali pemakaian.
4) Comperessed Air Line Appartus (CALA) Adalah sebuah Breathing Apparatus yang digunakan untuk maskapi penerbangan yang biasanya dipersiapkan saat genting udara (oksigen) dan tekanan pada waktu pesawat di udara. Alat yang berfungsi mengisi botol SCBA dan tabung air supply dengan prinsip kerja mengambil udara bebas, menyaring, dan memampatkkannya sehingga menghasilkan udara tekanan kering (hingga 300 bar). Memiliki filter khusus untuk menyaring udara dan peralatan pemisah udara dengan air.
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Dari Praktikum yang telah dilakukan didapat hasil analisa pemakaian SCBA hingga Melepaskan SCBA sebagai berikut: 1. Shoulder Strap terpasang dengan benar sehingga tangan pengguna dapat menjangkau katup tabung oksigen pada bagian belakang. 2. Posisi Pressure Gauge tidak menggantung sehingga tidak menganggu saat SCBA dipakai pada saat bekerja. 3. Masker wajah terpasang dengan tepat (kedap) sehingga udara kontaminan dari luar tidak ikut terhirup. 4. Besar Oksigen yang dihirup telah diatur dengan menggunakan LDV sehingga tidak keluar dalam jumlah berlebih dan dapat digunakan dengan pernafasan yang nyaman.
4.2 Pembahasan Adapun yang dapat dibahas setelah melakukan praktikum ini adalah cara menggunakan serta melepas SCBA secara konvensional dan Upper Head: 1. Konvensional
Mengangkat Perangkat SCBA dengan tangan tumpu yang paling kuat.
Mengencangkan Shoulder strap hingga tangan dapat mencapai katup pada tabung oksigen.
Mengencangkan Belt sehingga tumpuan beban tidak mengakibatkan PAK pada punggung.
Gambar 4.1. Cara konvensional
Mengalungkan Face Mask
Gambar 4.2 Cara Konvensional
Memasang regulator pada face mask
Gambar 4.3 Cara Konvensional
Memasang Face mask yang sudah terhubung dengan tabung oksigen pada wajah.
Gambar 4.4. Cara Konvensional
Membuka Katup Tabung Oksigen
Gambar 4.5. Cara Konvensional
Membuka LDV untuk mengatur jumlah konsumsi oksigen
Gambar 4.6. Cara Konvensional
Menghirup nafas secara normal. Apabila pemasangan SCBA sudah benar maka akan nada suara yang keluar setiap bernafas.
Jika sudah selesai. Lepas face mask dari wajah
Melepaskan regulator dari face mask
Meletakkan face mask
Melepaskan belt
Lepas Shoulder strap dan letakkan SCBA secara perlahan.
2. Secara Upper Head
Memulai awalan dengan posisi kuda-kuda dengan kaki tumpuan agak kedepan.
Mengangkat SCBA melewati atas kepala lalu langsung memasukkan kedua tangan melewati kedua shoulder strap.
Mengencangkan shoulder strap agar tangan dapat menjangkau katup tabung oksigen
Mengencangkan belt
Mengalungkan face mask
Memasang Regulator pada face mask
Pasang Face mask yang sudah terhubung dengan tabung oksigen pada wajah. Pastikan agar kedap
Membuka katup tabung secara perlahan
Mengatur LDV untuk mengatur jumlah konsumsi oksigen yang dihirup.
Menghirup nafas secara normal. Apabila pemasangan SCBA sudah benar maka akan nada suara yang keluar setiap bernafas.
Jika sudah selesai. Lepas face mask dari wajah
Melepaskan regulator dari face mask
Meletakkan face mask
Melepaskan belt
Lepas Shoulder strap dan letakkan SCBA secara perlahan.
Cara pemasangan dan peelepasan SCBA harus dilakukan dengan berhatihati dan sesuai prosedur agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan. Untuk mengetahui tentang cara pemakaian SCBA lebih lanjut dan secara jelas dapat diakses pada link : https://youtu.be/An2CPtbAP3c
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Komponen- komponen penting dari SCBA adalah body plate, tabung udara (cylinder), manometer, facemask, demand valve, peluit. 2. Cara penggunaan SCBA ada dua yaitu upperhead dan body shape. 3. Cara pemakaian SCBA harus di perhatikan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan pemasangan serta kehabisan oksigen saat memakainya. 5.2 Saran 1. Pilihlah cara pemakaian SCBA overhead atau konvensional hal ini untuk menunjang kenyamanan dari pemakai itu sendiri 2. Melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang benar dan tidak mengabaikan pengawasan serta lakukan dengan sebaik-baiknya agar dapat hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA Anonim.2011.Alat Bantu Pernapasan Self Contain Breathing Apparatus. http://tirtasafety.blogspot.co.id/2011/08/alat-bantu-pernapasan-selfcontaint.html. Diakses pada 25 Maret 2017 Anonim.2015. Self Contain Breathing Apparatus. http://docslide.net/documents/self-contain-breathing-apparatus.html. Diakses pada 25 Maret 2017 Handoko, L.2009. Buku Petunjuk Praktek. Surabaya. PPNS Shafwani,R.2013. Gambaran Risiko Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan.Medan Universitas Sumatera Utara.