BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Geologi adalah ilmu yang mempelajari material bumi secara menyeluruh, termasuk asal mula, struktur, penyusun kerak bumi, proses - proses yang berlangsung selama dan atau setelah pembentukannya, dan yang sedang berlangsung, hingga menjadikan keadaan bumi seperti saat ini. Salah satu sat u cabang ilmu geologi yaitu paleontologi. Paleontologi berasal dari bahasa yunani, yaitu paleon yang berarti tua atau yang berkaitan dengan masa lalu ontos berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu atau pembelajaran, atau di pihak lain menyebutkan bahwa paleontology adalah juga paleobiologi ( paleon = tua, bios = hidup, logos = ilmu ). Jadi, Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sejarah kehidupan di bumi termasuk hewan dan tumbuhan zaman lampau yang telah menjadi fosil. Fosil adalah sisa-sisa tumbuhan, makhluk hidup yang telah mati. Makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan tersebut hidup di jaman j aman purba. Setelah berpuluh ribu tahun terpendam di bawah lapisan tanah, sisa-sisa makhluk hidup dan tumbuhan purbakala tersebut ter sebut mengeras. me ngeras. Sehingga terbentuklah apa yang dinamakan dengan fosil. Fosil merupakan bukti kuat bahwa terdapat kehidupan purba jauh sebelum manusia menempati bumi ini. Oleh karena itu, dilakukannya praktikum ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui jenis-jenis fosil dan dapat mendeskripsi fosil yang didapatkan
1.2
Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Tujuan praktikum Filum Mollusca adalah sebagai berikut. 1.
Praktikan dapat mengetahui deskripsi taksonomi fosil Filum Brachiopoda.
2.
Praktikan dapat mengetahui jenis proses pemfosilan sampel fosil Filum Brachiopoda.
1.2.2 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui tentang jenis-jenis fosil dan dapat mendeksripsi fosi l yang didapatkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Jenis – Jenis Filum
Filum adalah tingkatan takson kehidupan dibawah kingdom (kerajaan). Untuk hewan yang pengelompokannya mempertimbangkan ciri-ciri dan struktur serta keturunan evolusi pada suatu organisme. Kali ini hanya terfokus pada 8 Filum yang terdiri dari ; Protozoa, Bryozoa, Porifera, Coelenterata, Brachiopoda, Mollusca, Echinodermata, dan Arthopoda. 2.2
Filum Brachiopoda
Brachiopoda adalah Bivalvia yang berevolusi pada zaman awal periode Cambrian yang masih hidup hingga sekarang yang merupakan komponen penting organisme benthos pada zaman Paleozoikum. Brachiopoda berasal dari bahasa latin brachium yang berarti lengan (arm), dan poda yang berarti kaki (foot). Brachiopoda artinya hewan ini merupakan s uatu kesatuan tubuh yang difungsikan sebagai kaki dan lengan atau dengan kata lain binatang yang tangannya berfungsi sebagai kaki. Filum ini merupakan salah satu filum kecil dari invertebrata. Hingga saat ini terdapat sekitar 300 spesies dari filum ini yang mampu bertahan dan sekitar 30.000 fosilnya telah dinamai. Mereka sering kali disebut dengan “lampu cangkang” atau lamp shell. Secara umum brachiopoda merupakan salah satu fosil hewan yang sangat melimpah keberadaannya pada sedimen yang berasal dari zaman paleozoikum.
Salah satu kelasnya, yaitu Inarticulata bahkan menjadi penciri penting (fosil index) zaman Cambrian awal. 2.3
Klasifikasi Filum Brachiopoda
Klasifikasi Fillum Brachiopoda dibagi menjadi 2 kelas yaitu klas Articulata/Phygocaulina dan klas Inarticulata/Gastrocaulina. 2.3.1 Kelas Articulata/Phygocaulina (terdapat hinge/engsel)
Cangkang atas dan bawah (valve) dihubungkan dengan otot dan terdapat selaput dan gigi. Kelas Articulata / Pygocaulina memiliki masa hidup dari Zaman Cambrian hingga ada beberapa spesies yang dapat bertahan hidup sampai sekarang seperti anggota dari ordo Rhynchonellida dan ordo Terebratulida. Berikut adalah ciri-ciri dari kelas Articulata : a.
Cangkang dipertautkan oleh gigi dan socket yang diperkuat oleh otot.
b.
Cangkang umunya tersusun oleh material karbonatan.
c.
Tidak memiliki lubang anus.
d.
Memiliki keanekaragaman jenis yang besar.
e.
Banyak berfungsi sebagai fosil index.
f.
Mulai muncul sejak Zaman Kapur hingga saat ini. Pembagian Ordo dalam Kelas Articulata :
1.
Ordo Orthida
Umumnya memiliki sepasang cangkang sangat bic onvex dan “straight hinge line”. Impunctate shell = tidak terdapat indikasi perforasi sama sekali. Terdapat 2 suborder: a.
Orthacea (impunctate): Orthis dan Platystrophia (Ordovisium).
b.
Dalmanellacea (punctate): Dalmanella (Ordovisium ~ Devonian).
2.
Ordo Strophomenida
Seperti Orthida yang diperkirakan merupakan nenek moyang (ancestor)-nya, Ordo Strophomenida ini cangkangnya umumnya juga memiliki straight hinge line. Ciri lain dari Ordo Strophomenida ini adalah cangkangnya pseudopunctate (cangkangnya tidak perforate/pori tetapi terdapat bentuk-bentuk kanal yang disebut taleolae), dan umumnya salah satu cangkangnya cekung (brachial valve) dan cangkang lainnya cembung dengan radial ribs. Kisarannya dari Ordovisium ~ Jura. 3.
Ordo Pentamerida
Ordo Pentamerida ini juga merupakan turunan langsung dari Ordo Orthida dimana cangkangnya juga bersifat impunctate. Umumnya berukuran besar dan sangat biconvex, memiliki hinge-line yang pendek dan delthyrium yang terbuka. Kisaran umurnya adalah Ordovisium ~ Perm. 4.
Ordo: Rhynchonellida
Genus ini memiliki cangkang impunctate (tidak memiliki perforasi) dan fibrous, spherical dan hinge line yang pendek. Umumnya dilengkapi dengan sulcus (lubang pembuangan) dan lipatan yang berbentuk paruh yang menonjol pada pedicle valve (rostrate). Diperkirakan merupakan turunan dari Pentamerida sebagai nenek moyangnya (ancestor). Pertamakali muncul pada Ordovisium Tengah dan mencapai puncak penyebarannya pada Mesozoikum.
5.
Ordo Spiriferida
Ordo Spiriferida ini adalah kelompok fosil Brachiopoda yang terbesar dan penting, dimana sebagian besar cangkangnya bersifat impunctate dan sebagian kecil bersifat punctuate. Memiliki radial ribbed atau cangkang yang terlipat (folded shell) dan bersifat “strongly biconvex”. Biasanya terdapat “interarea” yang mudah teramati (well developed interarea) pada pedicle valve, tetapi tidak terdapat pada brachial valve. Penyebaran vertical ordo ini adalah Ordovisium Tengah ~ Permian Atas, ada beberapa yang berhasil survive sampai Lias. 6.
Ordo Terebratulida
Secara umum cangkangnya bersifat punctate (terdapat kanal-kanal kecil yang menerus sampai permukaan cangkang), permukaan cangkang relatif licin (smooth), hinge line relatif pendek, foramen (lubang) berbentuk bundar pada bagian paruh. Diasumsikan merupakan turunan dari Kelompok Dalmanellacea (Ordo Orthida). Pemunculan pertama-nya diketahui sejak Silur Atas dan mencapai puncak perkembangannya pada Zaman Kapur. 2.3.2 Kelas Inarticulata/Gastrocaulina (tanpa hinge/engsel)
Cangkang atas dan bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot dan terdapat socket dan gigi yang dihubungkan dengan selaput pengikat. Berikut ini adalah ciri-ciri dari kelas Inarticulata: 1.
Tidak memiliki gigi pertautan (hinge teeth) dan garis pertautan (hinge line)
2.
Pertautan kedua cangkangnya dilakukan oleh sistem otot, sehingga setelah mati cangkang akan terpisah.
3.
Cangkang umumnya berbentuk membulat atau seperti lidah, tersusun oleh
senyawa fosfat atau khitinan. 4.
Mulai muncul sejak Zaman Cambrian awal hingga sekarang. Pembagian Ordo dalam Kelas Inarticulata :
1.
Ordo Lingulida
Katu kecil memanjang. Genus Lingula terdapat hampir di seluruh dunia dan mulai ada sejak Ordovisium. 2.
Ordo Acrotretida (Inarticulata)
Pedicle valve umumnya “conicle”, “circular” relief tinggi sampai datar, brachial valve datar (flat). Contoh : Orbiculoida : Ordovisium – Kapur 2.4
Fosil Brachiopoda dan kegunaan dalam Geologi
Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk fosil index ( index fossil ) untuk strata pada suatu wilayah yang luas. Brachiopoda dari kelas Inarticulata; genus Lingula merupakan penciri dari jenis brachiopoda yang paling tua, yaitu Lower Cambrian. Jenis ini ditemukan pada batuan Lower Cambrian dengan kisaran umur 550 juta tahun yang lalu. Secara garis besar, jenis Filum Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan yang hidup pada Masa Paleozoikum, sehingga kehadirannya sangat penting untuk penentuan umur batuan sebagai index fossil .
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1
Alat dan Bahan
Dalam praktikum acara kedua Filum Porifera dan Coelenterata alat dan bahan yang digunakan yaitu sebagai berikut. 1.
Sampel Fosil
2.
Lembar kerja praktikum
3.
HCl
4.
Pensil
5.
Penghapus
6.
Kamera
7.
Penggaris
3.2
Tahapan Praktikum
Adapun tahapan yang dilakukan pada saat praktikum yaitu sebagai berikut. 1.
Mengambil sampel yang akan dideskripsi.
2.
Lihat nomor peraga, taksonomi spesies fosil dan umur yang tertera pada tempat sampel dan catat pada lembar kerja praktikum.
3.
Tentukan taksonomi genus dan famili dari nama spesies fosil tersebut. Untuk filum, kelas dan ordo dapat dilihat pada referensi.
4.
Tetesi fosil dengan HCl dan lihat apakah bereaksi atau tidak. Jika bereaksi berarti fosil tersebut terdiri dari komposisi kimia CaCO3 dan jika tidak bereaksi berarti fosil tersebut terdiri dari komposisi kimia SiO2. Apabila fosil mengandung CaCO 3, maka fosil tersebut terendapkan pada laut
dangkal dan apabila fosil mengandung SiO 2, maka fosil tersebut terendapkan pada laut dalam ataupun daratan. 5.
Amati fosil untuk menentukan proses pemfosilan dan bentuknya.
6.
Gambar fosil dan beri keterangan pada gambar tersebut.
7.
Foto fosil dengan menggunakan pembanding.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Loboidothyris Perovalis (SAW)
Foto 4.1 Haustator imbricatarius (LAM.)
Fosil
dengan
nomor
urut
1
dan
nomor
peraga
1544
memiliki
pengklasifikasian taksonomi yaitu : termasuk pada Filum Brachiopoda dengan kelas
Artikulata,
Ordo
Terebratulida,
Famili
Loboidothyrisidae,
Genus
Loboidothyris, dan Spesies Loboidothyris Perovalis (SOW). Fosil sampel 1 memiliki bentuk Biconvex karena yang terlihat pada fosil ini yang cembung pada dua sisi. Sampel fosil ini memiliki kompsisi kimia CaCO 3 yaitu karbonatan. Diketahui dari proses pentetesan HCl pada sampel dan beraksi, sehingga di ketahui komposisi kimia dari sampel fosil ini. Dari kompsisi kimia dapat pula diketahui lingkungan pengendapan dari sampel fosil yaitu terbentuk pada laut dangkal. Selain itu umur pada sampel fosil ini berumur Jura tengah. Proses awal fosil tersebut menjadi sebuah fosil diawali dengan proses perubahan dari organisme mati menjadi fosil. Ketika suatu organisme mengalami
kematian beberapa organisme dimakan oleh binatang atau hancur karena organisme lainnya. Namun untuk menjadi fosil, ada beberapa kondisi tertentu sisa atau jejak organisme yang mati dapat terawetkan dan terbebas dari bakteri pembusuk. Organisme yang telah mati tersebut mengalami transportasi lalu terkumpul dan terendapkan di suatu tempat. Proses pemfosilan sampel ini yaitu Permineralisasi, di katakan Permineralisasi karena pada fosil tersebut masih terdapat bagian tubuh yang keras berupa cangkang asli dari organisme tersebut dan sebagian tubuhnya telah tergantikan oleh mineral sekunder. Bagian yang pertama kali terlihat pada fosil ini adalah bagian
test atau
keseluruhan tubuh fosil. Adapun bagian lain dari fosil yaitu Umbo atau bagian belakang dari fosil, Growth line atau garis tumbuh, commisure atau ujung dari growth line, pedicle opening atau lubang tempat keluarnya pedicle, Brachial valve atau cangkang belakang, serta pedicle valve atau cangkang depan. 4.2 Stiphrothyris Tumida (DAV)
Foto 4.2 Stiphrothyris Tumida (DAV)
Fosil
dengan
nomor
urut
3
dan
nomor
peraga
663
memiliki
pengklasifikasian taksonomi yaitu : termasuk pada Filum Brachiopoda dengan
kelas
Artikulata,
Ordo
Terebratulida,
Famili
Stiphrothyrisidae,
Genus
Stiphrothyris, dan Spesies Stiphrothyris Tumida (DAV ). Fosil sampel 3 memiliki bentuk Biconvex karena yang terlihat pada fosil ini yang cembung pada dua sisi. Sampel fosil ini memiliki kompsisi kimia CaCO 3 yaitu karbonatan. Diketahui dari proses pentetesan HCl pada sampel dan beraksi, sehingga di ketahui komposisi kimia dari sampel fosil ini. Dari kompsisi kimia dapat pula diketahui lingkungan pengendapan dari sampel fosil yaitu terbentuk pada laut dangkal. Selain itu umur pada sampel fosil ini berumur Jura te ngah. Proses awal fosil tersebut menjadi sebuah fosil diawali dengan proses perubahan dari organisme mati menjadi fosil. Ketika suatu organisme mengalami kematian beberapa organisme dimakan oleh binatang atau hancur karena organisme lainnya. Namun untuk menjadi fosil, ada beberapa kondisi tertentu sisa atau jejak organisme yang mati dapat terawetkan dan terbebas dari bakteri pembusuk. Organisme yang telah mati tersebut mengalami transportasi lalu terkumpul dan terendapkan di suatu tempat. Proses pemfosilan sampel ini yaitu Permineralisasi, di katakan Permineralisasi karena pada fosil tersebut masih terdapat bagian tubuh yang keras berupa cangkang asli dari organisme tersebut dan sebagian tubuhnya telah tergantikan oleh mineral sekunder. Bagian yang pertama kali terlihat pada fosil ini adalah bagian
test atau
keseluruhan tubuh fosil. Adapun bagian lain dari fosil yaitu Umbo atau bagian belakang dari fosil, Growth line atau garis tumbuh, commisure atau ujung dari
growth line, pedicle opening atau lubang tempat keluarnya pedicle, Brachial valve atau cangkang belakang, serta pedicle valve atau cangkang depan. 4.3
H austator I mbricataricus (L AM)
Foto 4.3 Haustator Imbricataricus (LAM)
Fosil
dengan
nomor
urut
7
dan
nomor
peraga
897
memiliki
pengklasifikasian taksonomi yaitu : termasuk pada Filum Brachiopoda dengan kelas Artikulata, Ordo Speriferida, Famili Houstatoridae, Genus Houstator, dan Spesies Houstator Imbricatarius (LAM). Fosil sampel 7 memiliki bentuk Biconvex karena yang terlihat pada fosil ini yang cembung pada dua sisi. Sampel fosil ini memiliki kompsisi kimia CaCO 3 yaitu karbonatan. Diketahui dari proses pentetesan HCl pada sampel dan beraksi, sehingga di ketahui komposisi kimia dari sampel fosil ini. Dari kompsisi kimia dapat pula diketahui lingkungan pengendapan dari sampel fosil yaitu terbentuk pada laut dangkal. Selain itu umur pada sampel fosil ini berumur Eosen bawah.
Proses awal fosil tersebut menjadi sebuah fosil diawali dengan proses perubahan dari organisme mati menjadi fosil. Ketika suatu organisme mengalami kematian beberapa organisme dimakan oleh binatang atau hancur karena organisme lainnya. Namun untuk menjadi fosil, ada beberapa kondisi tertentu sisa atau jejak organisme yang mati dapat terawetkan dan terbebas dari bakteri pembusuk. Organisme yang telah mati tersebut mengalami transportasi lalu terkumpul dan terendapkan di suatu tempat. Proses pemfosilan sampel ini yaitu Permineralisasi, di katakan Permineralisasi karena pada fosil tersebut masih terdapat bagian tubuh yang keras berupa cangkang asli dari organisme tersebut dan sebagian tubuhnya telah tergantikan oleh mineral sekunder. Bagian yang pertama kali terlihat pada fosil ini adalah bagian
test atau
keseluruhan tubuh fosil. Adapun bagian lain dari fosil yaitu Umbo atau bagian belakang dari fosil, Growth line atau garis tumbuh, commisure atau ujung dari growth line, pedicle opening atau lubang tempat keluarnya pedicle, Brachial valve atau cangkang belakang, costae atau garis-garis yang muncul ketika organisme terfosilkan, serta pedicle valve atau cangkang depan.
4.4
H austator I mbricatarius
Foto 4.4 Haustator Imbricatarius
Fosil
dengan
nomor
urut
9
dan
nomor
peraga
1838
memiliki
pengklasifikasian taksonomi yaitu : termasuk pada Filum Brachiopoda dengan kelas Artikulata, Ordo Rhynchonellida, Famili Haustatoridae, Genus Houstator, dan Spesies Houstator Imbricatarius. Fosil sampel 9 memiliki bentuk Biconvex karena yang terlihat pada fosil ini yang cembung pada dua sisi. Sampel fosil ini memiliki kompsisi kimia CaCO 3 yaitu karbonatan. Diketahui dari proses pentetesan HCl pada sampel dan beraksi, sehingga di ketahui komposisi kimia dari sampel fosil ini. Dari kompsisi kimia dapat pula diketahui lingkungan pengendapan dari sampel fosil yaitu terbentuk pada laut dangkal. Selain itu umur pada sampel fosil ini berumur Eosen bawah. Proses awal fosil tersebut menjadi sebuah fosil diawali dengan proses perubahan dari organisme mati menjadi fosil. Ketika suatu organisme mengalami kematian beberapa organisme dimakan oleh binatang atau hancur karena organisme lainnya. Namun untuk menjadi fosil, ada beberapa kondisi tertentu sisa
atau jejak organisme yang mati dapat terawetkan dan terbebas dari bakteri pembusuk. Organisme yang telah mati tersebut mengalami transportasi lalu terkumpul dan terendapkan di suatu tempat. Proses pemfosilan sampel ini yaitu Permineralisasi, di katakan Permineralisasi karena pada fosil tersebut masih terdapat bagian tubuh yang keras berupa cangkang asli dari organisme tersebut dan sebagian tubuhnya telah tergantikan oleh mineral sekunder. Bagian yang pertama kali terlihat pada fosil ini adalah bagian test atau keseluruhan tubuh fosil. Adapun bagian lain dari fosil yaitu Umbo atau bagian belakang dari fosil, Growth line atau garis tumbuh, commisure atau ujung dari growth line, pedicle opening atau lubang tempat keluarnya pedicle, Brachial valve atau cangkang belakang, costae atau garis-garis yang muncul ketika organisme terfosilkan, serta pedicle valve atau cangkang depan. 4.5
Loboidothyris Bisuffarcinata (SCGLOTH)
Foto 4.5 Loboidothyris Bisuffarcinata (SCGLOTH)
Fosil dengan nomor urut 11 dan nomor peraga 1648 memiliki pengklasifikasian taksonomi yaitu : termasuk pada Filum Brachiopoda dengan
kelas
Artikulata,
Ordo
Terebratulida,
Famili
Loboidothyrisidae,
Genus
Loboidothyris, dan Spesies Loboidothyris Bisuffarcinata (SCHLOTH) . Fosil sampel 11 memiliki bentuk Biconvex karena yang terlihat pada fosil ini yang cembung pada dua sisi. Sampel fosil ini memiliki kompsisi kimia CaCO 3 yaitu karbonatan. Diketahui dari proses pentetesan HCl pada sampel dan beraksi, sehingga di ketahui komposisi kimia dari sampel fosil ini. Dari kompsisi kimia dapat pula diketahui lingkungan pengendapan dari sampel fosil yaitu terbentuk pada laut dangkal. Selain itu umur pada sampel fosil ini berumur Jura ata s. Proses awal fosil tersebut menjadi sebuah fosil diawali dengan proses perubahan dari organisme mati menjadi fosil. Ketika suatu organisme mengalami kematian beberapa organisme dimakan oleh binatang atau hancur karena organisme lainnya. Namun untuk menjadi fosil, ada beberapa kondisi tertentu sisa atau jejak organisme yang mati dapat terawetkan dan terbebas dari bakteri pembusuk. Organisme yang telah mati tersebut mengalami transportasi lalu terkumpul dan terendapkan di suatu tempat. Proses pemfosilan sampel ini yaitu Permineralisasi, di katakan Permineralisasi karena pada fosil tersebut masih terdapat bagian tubuh yang keras berupa cangkang asli dari organisme tersebut dan sebagian tubuhnya telah tergantikan oleh mineral sekunder. Bagian yang pertama kali terlihat pada fosil ini adalah bagian
test atau
keseluruhan tubuh fosil. Adapun bagian lain dari fosil yaitu Umbo atau bagian belakang dari fosil, Growth line atau garis tumbuh, commisure atau ujung dari
growth line, pedicle opening atau lubang tempat keluarnya pedicle, Brachial valve atau cangkang belakang, serta pedicle valve atau cangkang depan. 4.6
E udasia Cardium LAM
Foto 4.6 Eudasia Cardium LAM
Fosil
dengan
nomor
urut
12
dan
nomor
peraga
669
memiliki
pengklasifikasian taksonomi yaitu : termasuk pada Filum Brachiopoda dengan kelas Artikulata, Ordo Spiriferida, Famili Eudesianidae, Genus Eudesia, dan Spesies Eudesia Cardium LAM . Fosil sampel 12 memiliki bentuk Biconvex karena yang terlihat pada fosil ini yang cembung pada dua sisi. Sampel fosil ini memiliki kompsisi kimia CaCO 3 yaitu karbonatan. Diketahui dari proses pentetesan HCl pada sampel dan beraksi, sehingga di ketahui komposisi kimia dari sampel fosil ini. Dari kompsisi kimia dapat pula diketahui lingkungan pengendapan dari sampel fosil yaitu terbentuk pada laut dangkal. Selain itu umur pada sampel fosil ini berumur Jura te ngah. Proses awal fosil tersebut menjadi sebuah fosil diawali dengan proses perubahan dari organisme mati menjadi fosil. Ketika suatu organisme mengalami
kematian beberapa organisme dimakan oleh binatang atau hancur karena organisme lainnya. Namun untuk menjadi fosil, ada beberapa kondisi tertentu sisa atau jejak organisme yang mati dapat terawetkan dan terbebas dari bakteri pembusuk. Organisme yang telah mati tersebut mengalami transportasi lalu terkumpul dan terendapkan di suatu tempat. Proses pemfosilan sampel ini yaitu Permineralisasi, di katakan Permineralisasi karena pada fosil tersebut masih terdapat bagian tubuh yang keras berupa cangkang asli dari organisme tersebut dan sebagian tubuhnya telah tergantikan oleh mineral sekunder. Bagian yang pertama kali terlihat pada fosil ini adalah bagian
test atau
keseluruhan tubuh fosil. Adapun bagian lain dari fosil yaitu Umbo atau bagian belakang dari fosil, Growth line atau garis tumbuh, commisure atau ujung dari growth line, pedicle opening atau lubang tempat keluarnya pedicle, costae yaitu garis-garis yang muncul ketika organisme terfosilkan, Brachial valve atau cangkang belakang, serta pedicle valve atau cangkang depan.
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut. 1.
Dapat
mengetahui
deskripsi
taksonomi
dari
sampel
fosil
Filum
Brachiopoda: Pada sampel 1 (Loboidothyris Perovalis (SOW)), 3 (Stiphrothyris Tumida (DAV)), dan 11 (Loboidothyris bisuffarcinata (SCHLOTH)) termasuk Kelas Artikulata dan Ordo Terebratulida, pada sampel 7 (Haustator Imbricatarius (LAM)) dan 12 (Eudesia Cardium LAM) termasuk Kelas Artikulata dan Ordo Speriferida, dan sampel 9 (Haustator Imbricatarius) termasuk Kelas Artikulata dan Ordo Rhynchonellida. 2.
Dapat mengetahui jenis proses pemfosilan dari sampel fosil Filum Brachiopoda: Pada sampel 1,3,7,9,11, dan 12 merupakan fosil yang jenis pemfosilannya adalah Permineralisasi, dimana masih terdapat cangkang asli dari fosil tersebut dan sebagian bagian tubuhnya tergantikan oleh mineral sekunder.
5.2
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini yaitu ada baiknya pada saat praktikum berlangsung, masing – masing kelompok didampingi oleh satu asisten untuk memudahkan praktikan bertanya atau tidak mengerti tentang suatu hal.
DAFTAR PUSTAKA
Asisten-asisten Paleontologi. 2018. Penuntun Praktikum Paleontologi. Makassar: Laboratorium Paleontologi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Noor, Djauhari. 2009. Penghantar Geologi Edisi Pertama. Bogor : Universitas Pakuan Noor, Djauhari. 2012. Penghantar Geologi Edisi Kedua. Bogor : Universitas Pakuan
L A M P I R A N
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI ACARA IV: POLA ALIRAN, TIPE GENETIK, DAN ORDE SUNGAI
LAPORAN
OLEH: ALLIKA FADIA HAYA SUKUR D061171306
GOWA 2018