Biografi Frans Kaisiepo, Aktivis Kemerdekaan di Wilayah Irian zona cerita
Profil Frans Kaisiepo
Nama Lengkap : Frans Kaisiepo Tempat Lahir : Biak, Papua Tanggal Lahir : Senin, 10 Oktober 1921
April 1979 (umur 57) Jayapura, Papua, Meninggal : 10 April Zodiac : Balance Agama : Kristen Protestan Warga Negara : Indonesia Istri : Anthomina Arwam Gelar : Pahlawan Nasional
Biografi Frans Kaisiepo Frans Kaisiepo adalah pria kelahiran Wardo, Biak, Papua pada 10 Oktober 1921. Pahlawan Nasional yang satu ini punya jasa besar khususnya terhadap kehidupan masyarakat di Papua sebab ia pernah menyandang status sebagai Gubernur Papua ke-4. Ia jugalah yang berada di belakang asal-usul nama Irian. Jasa lain yang masih diingat publik adalah keikutsertaannya dalam Konferensi Malino di tahun 1946. Ia memang sejak lama ikut serta dalam gerakan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Ia sudah antusias bahkan saat masih berusia belia. Sempat suatu waktu sang pendiri PKII bernama Silas Papare ditangkap oleh Belanda. Ia kemudian bersama beberapa rekan berinisiatif untuk menyatukan wilayah Irian agar menjadi bagian dari Indonesia. Ia sangat anti dengan Pemerintahan Belanda saat itu. Bahkan ia sempat meminta sang putra bernama Markus Kaisiepo untuk mengganti nama sekolah dari yang semula disebut Papua Bestuurschool menjadi Irian Bestuurschool. Menurutnya, nama Irian memiliki arti besar terutama kaitannya dengan semangat persatuan masyarakat agar tidak mudah untuk takluk di tangan Belanda. Ia dan beberapa teman sangat antusias menjelang presiden memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Ini dibuktikannya dengan memperdengarkan lagu kebangsaan beberapa hari menjelang proklamasi, tepatnya pada 14 Agustus 1945. Ia juga merupakan salah satu dari pahlawan TRIKORA. Ia berjasa di dalam pembentukan Partai Indonesia merdeka pada 10 Juli 1946. Yang menjabat sebagai ketua saat itu adalah Lukas Rumkofen. Ia pun kemudian diutus untuk pergi menghadiri Konferensi Malino 1946. Itu merupakan peristiwa penting dalam sejarah hidupnya sebab dalam konferensi tersebut, ia merupakan satu-satunya perwakilan dari Irian. Disana ia menyuarakan aspirasinya agar nama Papua diganti menjadi Irian. Hanya berselang 1 tahun, Belanda mencoba melakukan penekanan sehingga perang pun pecah di Biak, Irian. Kaisiepo merupakan salah satu tokoh penting dalam pergerakan tersebut. Sikap antinya terhadap Belanda kembali ditunjukkan dengan menolak dipilih sebagai wakil Belanda di Konferensi Meja Bundar. Atas sikap kerasnya itu, ia kemudian ditahan dalam periode yang cukup lama, mulai dari 1954 – 1961. Penahanan tersebut tidak menyurutkan semangatnya. Bahkan ia kembali menemukan jati diri dengan menjadi pendiri Partai Politik Irian pada 1971. Misi utama dari pembentukan partai tersebut adalah agar supaya wilayah nugini bisa bersatu dengan Indonesia. Pada periode ini sempat terjadi peristiwa penting termasuk TRIKORA (Tiga Komando Rakyat). Frans Kaisiepo menghembuskan nafas terakhir pada 10 April 1979, kemudian raganya disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih di Biak. Pendidikan Frans Kaisiepo
Sekolah Rakyat pada 1928 – 1931 LVVS Korido pada 1931 – 1934 Sekolah Guru Normalis di Manokwari pada 1934 – 1936 Bestuur Course pada March – August 1945 Bestuur School / Pamong Praja pada 1952 – 1954
Biografi Hamengkubuwono IX, Sultan Yogyakarta Sekaligus Aktivis Kemerdekaan zona cerita
Profil Hamengkubuwono IX
Nama lahir : Bendoro Raden Mas Dorodjatun Gelar : Sri Sultan Hamengkubuwono IX Tempat Lahir : Yogyakarta Tanggal Lahir : 12 April 1912 Warga Negara : Indonesia Wafat : 2 Oktober 1988 Zodiac : Aries Agama : Islam Gelar : Pahlawan Nasional
Biografi Hamengkubuwono IX Sri Sultan Hamengkubuwono IX merupakan tokoh pahlawan yang lahir dari pasangan Sultan Hamengkubuwono VIII dan RA Kustilah yang merupakan istri kelima ayahnya. Pria kelahiran Yogyakarta, 12 April 1912 merupakan orang penting di Kesultanan. Ia punya nama lahir Bendoro Raden Mas Dorodjatun. Karena merupakan garis keturunan langsung dari raja sebelumnya, ia mendapat kehormatan untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Ia kemudian ditunjuk menjadi Raja Kesultanan Yogyakarta ke-9. Masa pemerintahannya berjalan cukup lama, mulai dari 18 Maret 1940 hingga ia meninggal. Ia tutup usia pada 2 Oktober 1988 dimana saat itu ia menginjak usia ke-76 tahun. Meski Yogyakarta sudah ada jauh sebelum masa pemerintahannya, namun di bawah kepemimpinannya, Jogja mengalami berbagai perubahan. Ia merupakan satu dari banyak tokoh yang lantang menyerukan ketidaksukaannya terhadap penjajah. Ia pun getol memperjuang rakyat yang dicintainya. Hamengkubuwono IX menghabiskan banyak waktu untuk berunding dengan salah satu utusan belanda bernama Dr Lucien Adam. Selain itu, ia juga berada di garda depan saat masa penjajahan Jepang. Ia berusaha agar rakyat tidak menjadi romusha dalam rangka pembuatan saluran irigasi selokan Mataram. Perjuangannya sangat panjang dan ia pun menyerukan sudpaya Indonesia bisa merdeka dan Yogyakarta bisa mendapatkan status istimewa. Gayung pun bersambut, ia kemudian ditunjuk sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pertama langsung oleh Presiden yang saat itu menjabat Ir. Soekarno. Jabatan tersebut dilimpahkan kepadanya tepat di Hari Kemerdekaan Indonesia. Jabatan istimewa lain yang pernah diembannya adalah Menteri Negara Pada Kabinet Sjahrir III. Di masa jabatannya, Belanda melakukan agresi atau lebih dikenal dengan sebutan Agresi Militer Belanda I. Ini berlangsung mulai tanggal 21 Juli 1947 dan berakhir pada 5 Agustus 1947. Hamengkubuwono IX terus mendapat kepercayaan untuk mengisi jabatan penting di pemerintahan. Ia sempat diangkat sebagai Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri, bahkan sempat juga ia bertugas sebagai pengganti Abdul Hakim sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia. Ada banyak kontribusi yang telah ia berikan kepada negara terutama berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Di bidang pendidikan pun, ia tergolong sosok yang peduli. Ini sedikit banyak juga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya, dimana ia sendiri pernah bersekolah di berbagai instansi, seperti Frobel School dan Eerste Europese Lagere School. Masih ada banyak lagi jasanya di pemerintahan, termasuk di bidang olahraga dan pariwisata. Ia tutup usia di George Washington University Medical Center, Amerika. Namun pemakamannya dilakukan di dalam negeri, tepatnya di Bantul, Yogyakarta. Pendidikan Hamengkubuwono IX
Taman kanak-kanak atau Frobel School asuhan Juffrouw Willer di Bintaran Kidul Eerste Europese Lagere School (1925) Hogere Burger School (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan Bandung (1931) Rijkuniversiteit Leiden, jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi
Biografi KH Fakhruddin, Pejuang Pergerakan Kemerdekaan Indonesia zona cerita
Profil KH Fakhruddin
Nama Lengkap : KH Fakhruddin Alias : Muhammad Jazuli Tempat Lahir : Yogyakarta Tanggal Lahir : 1890 Warga Negara : Indonesia Wafat : 28 Februari 1929 di Yogyakarta Ayah : Haji Hasyim Gelar : Pahlawan Nasional
Biografi KH Fakhruddin KH Fakhruddin dikenal sebagai ulama yang aktif menyuarakan aspirasinya dalam Pergerakan Nasional. Ia juga pernah bergabung dalam organisasi Budi Utomo. Dibesarkan di lingkungan yang agamis, ini membuatnya menjadi sosok ulama yang pandai. Ia mendapatkan ilmu tersebut dari Sang Ayah yang bernama Haji Hasyim. Namun ia juga tidak lupa menambah ilmu dengan berguru kepada ulama lain dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tidak sampai disitu, Fakhruddin juga pernah menimba ilmu di Mekkah selama 8 tahun.
Meski ketertarikannya terhadap ilmu agama sangat besar, namun ia tidak melupakan perjuangan masyarakat Indonesia melawan kolonialisme, hingga ia pun akhirnya bergabung dengan Budi Utomo. Ia pernah bergabung dalam beberapa organisasi, dan ada alasan kuat mengapa ia bergabung disana. Misalnya saja ia masuk dalam Sarekat Islam karena memang aktivitas di dalam organisasi tersebut lebih cender ung ke hal-hal yang bersifat keagamaan dan sosial. Ini pula yang menyebabkan ia bergabung pada organisasi Gerakan Muhammadiyah. Di Muhammadiyah, ia berjasa besar di dalam pendidikan generasi muda yang akan menjadi pemimpin di masa mendatang. Ia termasuk tokoh yang cekatan dalam bidang sosial. Bukan hanya soal keagamaan saja, namun berbagai bidang ia pernah coba. Dan ia sela lu menekankan supaya umat tetap bersatu apapun kondisinya. Ia kemudian berinisiatif untuk membuka percetakan Muhammadiyah. Ini disebutnya sebagai s arana penting untuk berkomunikasi antar umat beragama. Ia beranggapan bahwa pendidikan sangat dibutuhkan untuk membentuk generasi masa depan yang baik. Dan untuk itu, penyediaan sekolah s angat dibutuhkan. Dengan alasan itulah, ia dengan suka rela berpindah dari satu kota ke kota lain mulai dari Jakarta, Pekalongan, hingga Surabaya supaya orang tergerak hatinya untuk mengikuti apa yang ia inginkan terkait perkembangan generasi muda. Ia ingin agar Umat Islam tidak kolot dalam penerapan Islam lewat sekolah, supaya kemajuan bisa dicapai. Karena kemampuan yang dimiliki, ia mendapatkan kesematan untuk menjadi pengurus bagian dakwah. Kemudian di tahun 1921, ia juga pernah diminta terbang ke Mekkah dalam rangka mengetahui kondisi jemaah haji yang berasal dari Tanah Air. Tidak hanya mekah, Kairo juga pernah disambanginya dimana saat itu ia diutus untuk hadir dalam acara Konferensi Islam. Selain berdakwah, KH Fakhruddin juga dikenal sebagai sosok yang gemar menulis dan sempat mempublikasikan beberapa karyanya di majalah dan surat kabar. Di akhir hidupnya, ia kurang menjaga kesehatan, sehingga jatuh sakit dan meninggal pada 28 Februari 1929 di Yogyakarta.