BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat diambil dari bahasa Jerman yaitu ³kohlenhydrate´ dan dari bahasa Perancis yaitu ³Hidrate De Carbon´.Nama lain karbohidrat adalah sakarida, berasal dari baahasa arab yaitu ³Sakkar´ yang artinya gula.Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Karbohidrat juga merupakan polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton yang apabila di hidrolisis akan menghasilkan salah satu komponen aldosa atau ketosa. Rumus umum dari karbohidrat Cn(H 2 O)m. Dari rumus tersebut di dapat glukosa (C6 H12O6), sukrosa (C 12H22 O11), dan selulosa (C 6 H10O5 )n. Karbohidrat dibagi menjadi tiga bagian yaitu monosakarida, oligosakarida atau biasa dikenal dengan disakarida, dan polisakarida.Monosakarida terdiri dari satu monomer yang sejenis.Oligosakarida atau disakarida terdiri dari dua atau lebih monomer penyusun monosakarida, sedangkan polisakarida adlah kumpulan dari sepuluh atau lebih monomer penyusun monosakarida.Polisakarida juga biasa disebut glikan. Menurut jenis monomer penyusunnya, polisakarida dibagi dalam dua jenis yaitu : heteropolisakarida atau heteroglikan dan homopolisakarida atau homoglikan. Heteropolisakarida atau heteroglikan tersusun atas monomermonomer yang berbeda jenis, sedangkan homopolisakarida atau homoglikan tersusun dari monomer-monomer yang sejenis.Ikatan antara monomer-monomer disebut sebagai ikatan glikosidik. Karbohidrat berasal dari bahan pangan nabati maupun hewani. Pangan. Karbohidrat dari pangan nabati terbentuk dari hasil fotosintesis, sedangkan dari pangan hewani t erbentuk dari jumlah ya ng kecil melalui biosintesa glikogen dan sintesa secara kimiawi.Setiap kimiawi.Setiap karbohidrat mempunyai mempunyai karakteristik kara kteristik yang berbeda beda yang dapat di uji secara kulitatif dan kuantitatif .uji kualitatif dapat mengidentifikasi jenis-jenis karbohidrat yang terkandung berdasarkan reaksi yang spesifik., sedangkan uji kuantitatif mengidentifikasi jumlah monomer yang terkandung di dalamnya. Uji kualitatif dilakukan dengan cara uji Molisch, uji
I/KI, uji Benedict, uji Barfoed, uji Bial, dan uji Seliwanoff. Uji kuantitatif dilakukan
dengan
cara
menghidrolisis
karbohidrat.Hasil
dari
hidrolisis
karbohidrat dapat dihitung dengan metode penetapan gula sederhana.
1.2 Tuju Tujuan an
Mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif jenis-jenis karbohidrat yang digunakan dalam dala m sampel.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 U ji Molisch
Uji Molisch adalah uji umum yang biasa di pakai untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat pada suatu sampel. Beberapa prinsip dasar dari uji Molisch antara lain, proses dehidrasi heksosa atau pentosa oleh karena adanya pengaruh asam sulfat pekat sehingga membentuk furfural, dan beraksinya kondensasi aldehida dengan -naftol akan membentuk senyawa yang berwarna hanya pada golongan polisakarida dan disakarida. Pengujian ini memiliki tiga tahapan proses yaitu, hidrolisis polisakarida dan disakarida yang menghasilkan heksosa atau pentosa, kemudian dilanjutkan dengan proses dehidrasi dan di akhiri dengan proses kondensasi. Pada pengujian Molisch pereaksi yang dipakai adalah pereaksi Molisch yang terdiri dari 5% -naftol dalam 95% alkohol yang diikuti dengan penambahan 2 mL H2SO4 atau asam sulfat pekat yang berfungsi untuk mendehidrasi heksosa dan pentosa. Dalam pengujian ini sampel yang hendak di identifikasi di masukan dua tetes pereaksi Molisch kemudian di masukan 2 mL H2SO4 pekat. Hasil yang didapat jika sampel positif memiliki karbohidrat sebagai penyusunya akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada bagian antara kedua lapisan tersebut akan terlihat seperti cincin yang berwarna ungu kemerahan, sedangkan jika hasil yang didapat sampel negatif atau tidak memiliki senyawa karbohidrat di dalamnya larutan akan tampak berwarna hijau ataupun tidak berwarna. Selain diapakai untuk mengidentifikasi karbohidrat pada suatu sampel, pengujian ini juga dapat dipakai sebagai tes untuk mengetahui pengaruh asam terhadap sakarida.(Sumardjo,2008)
Gambar
2.1 : Hasil positif pada sampel dalam uji Molisch 1
Sumber : Anonim (Tanpa, tahun)
2.2 U ji Benedict
Uji Benedict adalah uji yang umum dilakukan bagi karbohidrat yang memiliki gugus aldehida atau keton yang bebas seperti yang ada di maltosa dan laktosa. Uji Benedict ini melibatkan proses oksidasi dan reduksi sebagai prinsip dasar pengujian yang juga dapat mengindikasikan adanya gula pereduksi. Pada pengujian Benedict reagen yang dipakai sebagai pereaksi adalah reagen Benedict yang merupakan campuran dari 17,3 gram kupri sulfat, 173 gram natrium sulfat, dan 100 gram natrium karbonat di dalam air. Dalam proses pengujian sampel dipanaskan selama ± 2 menit dengan tujuan mempercepat terjadinya hidrolisis pada maltosa maupun laktosa, sedangkan natrium sulfat dan natrium karbonat yang terdapat pada reagen benedict akan me mbuat larutan sampel menjadi bersifat basa lemah yang kemudian akan direduksi. Pada dasarnya reagen Benedict hanya merupakan modifikasi dari reagen Fehling terlihat dari reaksinya yang hampir sama pada proses reduksi dan oksidasi. Pada uji ini terjadi reduksi Cu2+ menjadi Cu+, proses reduksi dilakukan oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas kepada larutan-larutan tembaga yang berkeadaan alkalis. Reduksi ini menghasilkan suatu endapan kupro oksida (Cu 2O) yang memiliki warna merah bata sehingga dapat dengan mudah di identifikasi.Pengamatan yang dilakukan dalam uji Benedict ini dapat dilakukan dengan mengamati perubahan warna dan terjadinya endapan. Warna larutan dapat terlihat bermacam-macam tergantung dari konsentrasi karbohidrat ayng dipakai, larutan dapat berwarna hijau, hijau kebiruan , dan kuning. Pada uji Benedict terhadap glukosa dan fruktosa larutan berwarna hijau kebiruan dan terdapat endapan merah bata di dalamnya yang menandakan pengujian positif, sedangkan pada maltosa dan laktosa larutan memiliki warna hijau kebiruan tanpa endapan merah bata hal ini menunjukan bahwa pengujian positif terdapat gula di dalamnya, tetapi pada pengujian terhadap sukrosa dan pati warna yang terlihat adalah biru menandakan bahwa hasil uji negatif mengindikasikan bahwa sukrosa dan pati tidak memiliki gula pereduksi yang dapat mereduksi reagen benedict. Selain sebagai uji umum karbohidrat uji Benedict juga di aplikasikan untuk mengetahui ada tidaknya
glukosa dalam urine penderita Diabetes melitus (kencing manis). Pada penderita Diabetes melitus pada saat urine di reaksikan dengan reagen Benedict akan terbentuk warna orange atau merah.(Smuardjo,2008)
Gambar
2.2 : Hasil pengujian Benedict
Sumber : Anonim2 (tanpa tahun)
2.3 U ji Barfoed
Uji Barfoed Pada dasarnya memiliki kemiripan dengan uji Benedict dan uji Fehling, uji ini juga menggunakan prinsip oksidasi dan reduksi yang terjadi oleh gula yang memiliki gugus aldehida atau keton. Reaksi yang membedakan uji Barfoed dengan uji yang lainnya adalah uji ini berlangsung pada keadaan asam (acidic) atau pH rendah dan dalam waktu tertentu sedangkan uji lainnya seperti Benedict dan Fehling berlangsung pada keadaaan basa (alkaline) atau pH tinggi. Uji Barfoed menggunakan reagen Barfoed yang terdiri dari tembaga asetat dan asam asetat glacial sebagai pereaksi. Diketahui bahwa disakarida merupakan agen pereduksi yang lemah, mereka tidak membentuk ion kupri pada reagen Barfoed yang ada dalam keadaan asam, sedangkan monosakarida merupakan agen pereduksi yang kuat dan mampu membentuk ion kupri dalam reagen Barfoed dalam keadaan asam karena itu uji Barfoed ini digunakan untuk membedakan disakarida pereduksi dengan monosakarida pereduksi dalam suatu sampel. Pada proses pengujian, larutan dipanaskan, pemanasan terhadap sampel membantu asam asetat glacial menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida yang kemudian akan mereduksi reagen, karena itu perbedaan waktu yang ada menjadi indikasi perbedaan terhada monosakarida pereduksi dan disakarida pereduksi. Monosakarida pereduksi ditandai dengan terjadinya endapan merah bata kupro oksida (Cu2O) pada saat di panaskan dalam kurun waktu dua sampai tiga menit sedangkan disakarida pereduksi di tandai dengan pembentukan endapan merah
bata kupro oksida (Cu2 O) dalam kurun waktu sepuluh sampai duabelas menit.(Nigam,2007)
Gambar
2.3 : Hasil u ji barfoed (endapan merah bata) 3
Sumber : Aninom (tanpa tahun)
2.4 U ji Iodium (KI/I)
Pada uji iodine, uji karbohidrat yang bereaksi dengan iodine dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya karbohidrat, uji tersebut juga dilakukan untuk mendeteksi polisakarida. Warna yang spesifik akan muncul saat iodine diteteskan pada polisakarida yang akan diuji. Amilum yang bereaksi dengan iodineakan membentuk warna biru, sedangkan dekstrin akan membentuk warna merah coklat dan reaksi glikogen dengan iodine akan membentuk warna coklat. Uji iodine ini dilakukan untuk membedakan amilum dan glikogen (Rismaka, 2009). Karbohidrat yang tersusun atas lebih dari 1 monomer akan bereaksi positif terhadap uji KI/I. Selusosa dan karbohidrat sederhana tidak akan bereaksi terhadap uji ini. I odineakan teradsorbsi pada permukaan polisakarida pada saat terikat pada ikatan antar monomer-monomernya sehingga terbentuk kompleks warna yang spesifik. Uji ini dapat dilakukan sebagai uji kualitatif dan uji kuantitatif (Anonim7, tanpatahun).
2.5 U ji Seliwanoff
Uji
Seliwanoff
adalah
uji
yang
spesifik
dalam
mengidentifikasi
gula
ketosaheksosa separti fruktosa. Dalam pengujian ini golongan aldosa tidak bereaksi, sedangkan ketosa mengalami proses dehidrasi untuk memberikan derivat furfuralnya yang kemudian akan mengalami kondensasi dengan resorcinol dan membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah. Pada pengujian
dilakukan pemanasan pada larutan, pemanasan akan membantu proses hidrolisis disakarida yang akan menghasilkan monosakarida ketosa, dan kemudian memberi warna. Pengujjian Seliwanoff bereaksi positif pada saat sukrosa mengalami hidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Reagen yang digunakan pada Pengujian Seliwanoff adalah reagen Seliwanoff yang terbuat dari 0,05% resorcinol (mhidroksi-benzena) di dalam 3 N HCl encer, keberadaan HCl dala m reagen pada saat fruktosa yang berada dalam golongan ketosa bereaksi dengannya akan menghasilkan warna merah cherry dengan struktur kimia yang kompleks. Sebaliknya golongan disakarida seperti maltosa dan laktosa tidak bereaksi (negatif) pada saat mereka dihidrolisis menjadi monosakarida aldosa, dengan kata lain aldosa tidak bereaksi dala m uji Seliwanoff ini. Pada dasarnya uji ini memiliki dua tahapan penting yang harus dilewati pada pendidihan yaitu, proses dehidrasi yang dialami fruktosa oleh reagen Seliwanoff yang menghasilkan pembantukan hidroksi metil furfural dan kondensasi hidroksi metil furfural dengan resorcinol sehingga membentik senyawa kompleks berwarna merah cherry. Hasil yang didapat pada uji ini dapat diidentifikasi dari warna larutan yang berubah pada saat bereaksi, jika sampel berubah menjadi warna merah cherry menunjukan bahwa di dalam sampel terdapat ketosa, tetapi jika sampel berwarna biru kehijauan atau peach menunjukan bahwa sampel memiliki aldosa.(Nigam,2007)
Gambar
2.3 : Hasil uji Sel iwanoff (merah cherry) 4
Sumber : Aninom (tanpa tahun)
2.4 U ji Bial
Uji Bial merupakan uji yang didasari oleh konversi pada gula pentosa seperti ribosa didalam keadaan asam dan panas menjadi senyawa furfural, yang kemudian bereaksi dengan orsinol (3,5-hidroksitoluena) dan mengeluarkan warna
hijau. Reagen yang digunakan pada pengujian Bial ini adalah pereaksi Bial yang mengandung 0,3% larutan orsinol dan FeCl 3 di dalam HCl pekat. HCl yang terdapat pada reagen akan mendehidrasi gula menjadi furfural. Jika dalam sampel terdapat gula pentosa laruta n akan berwarna hijau dalam kurun waktu sepuluh menit. Seperti misalnya pada RNA yang memiliki ribosa yang adalah gula pentosa sehingga akan bereaksi dengan orsinol dalam kondisi mendidih akan berwarna hijau dan membentuk struktur yang kompleks dengan absorbansi maksimum 665 mm. Sedangkan golongan heksosa ditandai keberadaanya jika hasil uji larutan berwarna coklat sampai keabu-abuan. Pada umumnya uji Bial di pakai untuk
membedakan adanya pentosa atau heksosa dalam suatu sampel
larutan.(Sumardjo,2008)
Gambar
2.3 : Hasil uji Bi al (hijau , coklat, dan biru)
Sumber : Aninom5(tanpa tahun)
2.5 Pisang Pisang adalah buah yang mudah dikonsumsi dari berbagai kalangan.Pisang
mempunyai
banyak
manfaat
dari
kandungan-kandungan
yang
terdapat
didalamnya. Kandungan gizi pisang, terdapat dalam pisang antara lain vitamin B6, vitamin E, Potasium,
Gula
alami. Pisang juga mengandung energi karena
mengandung gula alami sebagai penambah energi. Kandungan yang teradapat dalam pisang adalah 7% sukrosa, 2% glukosa, dan hanya 1% fruktosa. Fruktosa merupakan gula yang paling manis diantara gula alami lainnya (Marshall, 2005).
2.6 Isolasi Glikogen
Karbohidrat merupakan zat-zat organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda, tetapi memiliki kesamaan dari sudut kimia dan fungsinya.Monomer
penyusun karbohidrat ialah polisakharida.Polisakarida yang paling penting disimpan didalam adalah pati bagi sel tanaman dan glikogen pada sel hewan.Pati dan glikogen disimpan dalam bentuk gumpalan besar atau granula.Molekul pati dan glikogen terhidrasi karena memiliki hidroksil yang terbuka.
Glikogen
merupakan polimer dari glukosa.Struktur glikogen sama dengan
amilopektin
tetapi
glikogen
mempunyai
lebih
banyak
cabang
daripada
amilopektin (Anonim6, tanpa tahun).
Gambar
2.4 Struktur Glikogen Sumber : Anonim6, (tanpa tahun)
2.6 Hidrolisis oleh Asam Metode yang digunakan untuk hidrolisis oleh asam adalah metode anthrone.
Metode anthrone adalah metode dimana anthrone (9,10-dihidro-9-oxoanthracene) berfungsi sebagai penganalisis kuantitatif karbohidrat tetapi analisis ini hanya dapat terjadi jika jenis gula dalam sampel telah diketahui, karena warna yang dihasilkan juga sesuai dengan jenis gula didalamnya (Williams dan Steven, 2006) Warna biru kehijauan akan terbentuk saat reagen anthrone bereaksi dengan gula. Metode ini digunakan pada gula perduksi maupun gula non pereduksi. Asam sulfat juga terkandung didalamnya sehingga dapat mengoksidasi.Dasar dari metode ini adalan kondensasi turunan fulturaldehid yang terbentuk dari karbohidrat.(Cui, 2006).
2.7 Hidrolisis oleh Enzim
Penggunaan enzim dalam proses hidrolisis pati merupakan hal yang biasa pada pengolahan pangan. Pati tersusun dari campuran amilosa dan a milopectin. Amilo pectin merupakan polimer glukosa memiliki percabangan. Sebagian besar senyawa-senyawa dalam pati yang diproduksi digunakan dalam industri pangan dalam pembuatan produk.Keberagaman hidrolisis menghasilkan bermacammacam produk hidrolisis dengan osmolaritas, viskositas dan tingkatkemanisan yang berbeda. Terdapat tiga kelompok enzim yang digunakan dalam hidrolisis pati, yaitu : pertama, -amilase (
1,4 glukon
4
glukanohidrolase), yaitu
kelompok enzim yang menghidrolisis ikatan 1,4 dan tidak memecah ikatan 1,6. Kedua, glukoamilase (amiloglukosidase, menghidolisis ikatan menhidrolisis ikatan a
1,4 dan
1,4 glukanglikohidrolase),
1,6.Ketiga, palalanase enzim ini hanya
1,6.Produk utama hidrolisis glukoamilase adalah glukosa.
Pada hidrolisis oleh enzim diperlukan larutan blanko sebagai penguji kualitatif hasil yang di dapatkan. Dalam metode ini juga diperlukan larutan buffer yang berguna untuk menetralkan pH sehingga enzim tidak mati dan tetap aktif. Pengujian hidrolisis oleh enzim ini dibantu dengan uji benedict dan uji iodine sehingga dapat terlihat hidrolisis sudah terjadi atau belum, karena itu pereaksi 8
yang dipakai adalah pereaksi benedict dan pereaksi iodine.(Anonim ,tanpa tahun)
2.8 Enzim E- amilase dalam tauge
Tauge adalah biji kacang hijau yang berkecambah atau mengalami proses perkecambahan atau germinasi. Selama proses tersebut, cadangan makanan perkecambahan tidak aktif (terikat) sedangkan sesudah perkecambahan, zat gizi tersebut diaktifkan diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan. Zat gizi dalam proses sebelum kembali sehinnga meningkatkan daya cerna manusia. Saat perkecambahan berlangsung, terjadi hidrolisis karbohidrat, protein dan lemak. Senyawa-senyawa tersebut akan diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana sehinnga mudah dicerna. Selama proses germinasi, jumlah protein dan vitamin akan
mengalami
peningkatan
dan
penurunan
terhadap
kadar
lemak.
(Astawan,2009) Karbohidrat tersebut akan dirombak oleh enzim E-amilase dan F -amilase
Yang
akan saling mengisi.
E-amilase akan mengubah pati menjadi dekstrin,
sedangkan dekstrin akan dipecah F-amilase menjadi maltosa. Selama proses maltosa akan diubah menjadi glukosa dan fruktosa kandungannyapun meningkat menjadi sepuluh kali lipat dibandingkan sebelumnya. Kadar sukrosa meningkat menjadi dua kali dan kadar galaktosa menghilang. Tauge terasa enak dan manis karena adanya kandungan glukosa dan fruktosa disalamnya. (Astawan,2009)
BAB III METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Karbohidrat I dan Karbohidrat II adalah sebagai berikut : tabung reaksi beserta rak tabung reaksi, penjepit kayu, penangas air, gelas beaker, pipet mohr, bulb pump, lempeng porselin, blender kering, tabung sentrifusi, fr eezer , vorteks, sent ri fug e, pipet tetes, pH meter. Bahan yang digunakan pada praktikum Karbohidrat I adalah sukrosa, fruktosa, maltosa, glukosa, galaktosa, laktosa, pati, pisang, reagen Molisch, reagen Benedict, reagen Seliwanoff, reagen Barfoed, larutan I/KI, dan larutan asam sulfat pekat. Bahan yang digunakan pada praktikum Karbohidrat II adalah Hati sapi, pati, iodin, akuades, dan HCl 2M, dan NaOH 4N, amilase, TCA 5%, etanol 95 %, buffer pH 5,7. 2.2 Prosedur Ker ja 2.2.1 U ji Molisch
1. Sebanyak 2 mL sample ditambahkan dengan 2 tetes reagen molisch pada tabung reaksi dandicampuran adukan. 2. Tambahkan sebanyak 2 mL H 2SO4 pekat secara perlahan-lahan pada dinding tabung dancampuran tidak boleh terkocok. Warna pada batas bahan dan asam sulfat pekat yang terbentuk diamati. 2.2.2 U ji Benedict
1. Masukkan 3 mL reagen Benedict dan 10 tetes sampel lalu dicampurkan hingga merata pada ta bung reaksi. 2. Tabung reaksi tersebut diletakkan pada penangas air yang mendidih selama 2 menit dan amati warna yang terbentuk. 2.2.3 U ji Barfoed
1. Masukkan 5 tetes sampel dan 1 mL reagen Barfoed pada tabung reaksi. 2. Tabung reaksi tersebut diletakkan pada penangas air yang mendidih selama 1 sampai 10 menit dan amati endapan dan warna yang terbentuk.
2.2.4 U ji I/KI
1. Masukkan 2 tetes sampel danditambahkan 5 tetes larutan I/KI pada lempeng porselin. 2. Amati perubahan warna yang terjadi. 2.2.5 U ji Seliwanoff
1. Masukkan 10 tetes sampel ke dalam tabung reaksi. 2. Campurkan sebanyak 2 mL reagen Seliwanoff 3. Campuran dengan baik dan panaskan pada penangas air yang mendidih selama 2,5 menit dan catat perubahan yang terjadi. 2.2.6 Isolasi Glikogen
1. Sebanyak 150 gr hati sapi ditimbang dan dipotong kecil. 2. Hati ditambahkan dengan 300 ml TCA 5 % dingin dan dihaluskan dengan menggunakan blender. Lalu diaduk dengan stirer selama 15 menit. 3. Larutan
tersebut
disaring
dan
filtratnya
diambil.
Filtrat
tersebut
ditambahkan dengan 2x volum etanol 95 % dari jumlah filtrat. 4. Campuran tersebut diaduk sampai terlihat endapan. Lalu disentrifuge 0
dengan kecepatan 3500 rpm dengan suhu 4 C selama 15 menit. 5. Endapan yang didapatkan, dicuci dengan10 ml etanol 95% yang dingin. 6. Sentrifuge dilakukan kembali seperti nomor 4. 7. Endapantersebut dikeringkan dan jumlah glikogen yang didapat ditimbang. 2.2.7 Hidrolisis Pati oleh Asam
1. Sampel sebanyak 2,5 mL pati ditambahkan 2,5 ml akuades. Dan ditambahkan HCL 2 M sebanyak 2,5 mL dipanaskan. 2. Pada pemanasan 0menit diambil 2 tetes sampel dan ditambahkan 7 tetes iodin. 3. Pada pemanasan 4 menit, setelah pemanasan diambil 1 ml dari sampel ditambah dengan 0,5 ml NaOH dan berlaku untuk menit ke 8, 12, 16, 20. 4. Setelah pemanasan selama 4 menit, 8,12,16,20 dilakukan analisis iodine, sedangkan pada menit ke 20 juga dilakukan analisis secara benedict. 5. Analisis iodine dilakukan dengan penambahan 2 tetes sampel dan 7 tetes iodin. Sedangkan analisis benedict dilakukan dengan penambahan 10 tetes sampel dan 3 ml benedict.
2.2.7 Hidrolisis pati oleh Enzim
1. Sampel sebanyak 2,5 mL pati ditambahkan 2,5 ml akuades, dan ditambahkan HCL 2 M sebanyak 2,5 mL dipanaskan pada suhu 37 0 c. 2. Pada pemanasan 0 menit diambil 1 mL sampel dan ditambahkan 0,25 mL 0
NaOH dan dipanaskan 100 C selama 5-7 menit dan berlaku pada pemanasan 4,8,16,30. 3. Setelah pemanasan selama 0 menit, 4, 8,16,30 dilakukan analisis iodine, dan ditetesi benedict untuk dilakukan analisis secara benedict. 4. Pada pemanasan menit ke 4 sampai menit ke 30 juga dianalisis dengan ppt. 5. Analisis iodine dilakukan dengan penambahan 2 tetes sampel dan 7 tetes iodin, sedangkan analisis benedict dilakukan dengan penambahan 10 tetes sampel dan 3 ml benedict.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Identifikasi Maltosa dan Laktosa
Maltosa dan Laktosa adalah 2 jenis karbohidrat yang hampir mirip, untuk menguji apakah sampel merupakan laktosa atau maltosa tidak cukup hanya dengan uji barfoed, I / KI, benedict, seliwanoff dan uji molisch saja. Maltosa dan Laktosa hanya dapat dibedaka n melalui uji yang lebih spesifik, yaitu dengan menggunakan Uji O sa zon. Uji osazon ini adalah uji yang dapat membedakan glukosa dan galaktosa.Kita tahu bahwa struktur maltosa dan laktosa hanya berbeda pada glukosa dan galaktosa saja, Maltosa terdiri dari dua buah molekul glukosa dan laktosa terdiri dari glukosa dan galaktosa maka dari itu, ini adalah salah satu uji yang bisa membedakannya. Uji ini dilakukan dengan cara mereaksikan Fenilhidrazin yang telah ditambahkan Na-asetat kering dengan sampel, kemudian memanaskannya selama 30 menit lalu dinginkan larutan tersebut. Setelah dingin, amatilah larutan itu, jika terbentuk kristal yang dinamakan kristal osazon, maka larutan tersebut mengandung galaktosa. Larutan yang lain tidak akan bisa membentuk kristal osazon ini.(Hill,2007)
4.2 Pembahasan Sampel Berdasarkan Pengujiannya 4.2.1
Sampel I Tabel 4.1 Data Pengamatan Sampel
Uji Molisch
Uji Benedict
Uji I/KI
Uji Barfoed
Tidak terbentuk cincin ungu (-)
Tidak ada endapan, warna tetap (-)
Larutan menjadi kuning (-)
Tidak ada perubahan > 10 mnt (-)
Uji Seliwanoff Hijau bening
Uji pertama yang dilakukan kepada Sampel I adalah uji molisch dengan hasil negatif (tidak ada cincin ungu kemerahan) yang berarti sampel tidak mengandung karbohidrat.Ini merupakan bukti bahwa sampel bukan karbohidrat. Uji kedua
adalah uji benedict dengan hasil yang negatif juga setelah dipanaskan di penangas air mendidih selama dua menit yaitu tidak terbentuk endapan merah bata. Setelah melakukan uji Benedict, dilakukan uji ke tiga, yaitu uji I / KI hasilnya negatif.Uji Barfoed juga mengatakan negatif, begitupula dengan uji Seliwanoff.Diduga bahwa Sampel I ini adalah Asam Oleat.Karena Uji Molisch hasilnya negatif, maka ini adalah bukti yang kuat yang menunjukan bahwa sampel bukan termasuk Karbohidrat. 4.2.2
Sampel II Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Sampel
Uji Molisch
Uji Benedict
Uji I/KI
Terbentuk Ada Larutan cincin ungu endapan menjadi (+) merah bata kuning (-) (+)
Uji Barfoed
Uji Seliwanoff Tidak ada Warna merah perubahan > cherry( 10 mnt (-) ketosa)
Perlakuan kepada sampel kedua ini adalah sama dengan sampel pertama. Dilakukan uji Molisch untuk mengetahui apakah dalam Sampel II ini terdapat kandungan karbohidrat atau tidak.Hasil uji nya adalah positif (terdapat cincin merah dalam tabung reaksi), yang berarti sampel ini mengandung Karbohidrat.Uji yang kedua adalah uji benedict, terdapat endapan merah bata pada sampel yang diuji, menandakan bahwa hasil uji benedict ini adalah positif.Menandakan bahwa di dalam sampel mengandung gula pereduksi. Uji yang ke tiga adalah uji I / KI, pada uji ini sampel menunjukan hasil yang negatif (larutan berubah menjadi warna kuning / mirip dengan warna reagen), ini menunjukkan sampel 2 tidak mengandung amilum.Kemudian dilakukan uji Barfoed kepada sampel.Hasilnya adalah negatif, dengan tidak terbentuk endapan merah.Artinya,
sampel
2
adalah
karbohidrat
yang
tergolong
dalam
monosakarida.Uji yang terakhir adalah uji Seliwanoff.Uji ini menunjukkan hasil yang positif yaitu terbentuk warna merah
cherry.Diduga,
sampel ini merupakan
Fruktosa. 4.2.3
Sampel III
Tabel 4.2 Data hasil pengamatan sampel
Uji Molisch
Uji Benedict
Uji I/KI
Uji Barfoed
Uji Seliwanoff
Terbentuk cincin ungu kemerahan (+)
Ada endapan Larutan merah bata menjadi (+) kuning (-)
Tidak ada Tidak ada perubahan > perubahan 10 mnt (-)
Seperti pada sampel yang sebelumnya, dilakukanlah uji Molisch untuk membuktikan apakah sampel mengandung karbohidrat atau tidak, dan hasilnya sampel mengandung karbohidrat yang dengan ditandainya cincin ungu kemerahan. Setelah uji Molisch dilakukan, dilakukanlah uji benedict pada sampel untuk mengetahui apakah di dalam sampel ada gula pereduksi atau tidak. Ternyata, setelah melalui uji benedict, hasilnya positif atau dengan kata lain sampel mengandung gula pereduksi. Di sampel ini, uji I/KI menunjukkan hasil yang negatif, ini menunjukkan bahwa sampel tidak mengandung pati, dekstrin dan glikogen.Uji berikutnya adalah uji barfoed dengan hasil yang negatif, ini menunjukkan sampel adalah karbohidrat yang tergolong dalam monosakarida.Uji yang terakhir adalah uji seliwanoff.Uji seliwanoff ini menunjukkan hasil yang tidak ada perubahan.Setelah mendapat semua data-data yang ada, diduga sampel ini adalah Maltosa / Laktosa.Untuk membedakan maltosa dan laktosa dibutuhkan uji yang lebih spesifik terutama uji untuk mendeteksi ada atau tidaknya galaktosa di dalam sampel bernama uji o sa zon. 4.2.4
Sampel IV Tabel 4.3 Data Hasil Pengujian
Uji Molisch
Uji Benedict
Uji I/KI
Uji Barfoed
Terbentuk cincin ungu kemerahan (+)
Ada endapan merah bata (+)
Larutan menjadi kuning (-)
Tidak ada perubahan > 10 mnt (-)
Uji Seliwanoff Warna merah peach (aldosa)
Hal yang pertama dilakukan kepada sampel ke 4 ini adalah uji molisch.Hasil uji ini adalah positif, dengan ta nda terbentuknya cincin ungu pada tabung reaksi yang berarti sampel 4 positif mengandung karbohidrat.Hasil uji Benedict yang dilakukan juga positif, ini menandakan bahwa sampel 4 mempunyai gula pereduksi.Hasil uji berikutnya, yaitu uji I/KI menunjukan hasil negatif (larutan
sampel hanya menjadi kuning), ini menunjukan bahwa sampel tidak mengandung amilum, glikogen maupun dekstrin. Berikutnya dilakukan uji Barfoed kepada sampel 4 yang menunjukkan hasil yang negatif selama 2, 5, dan 10 menit. Dari hasil yang ada, menunjukkan bahwa sampel 4 tidak mengandung monosakarida, disakarida maupun polisakarida pereduksi. Uji terakhir yang dilakukan sampel 4 adalah uji Seliwanoff.Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya gugus aldosa atau ketosa pada sampel.Uji Seliwanoff menunjukan hasil yang positif (berwarna merah peach) yang berarti bahwa sampel mengandung aldosa.Diduga sampel ini merupakan glukosa. 4.2.5 Sampel V Pada tabel 4.1 dapat terlihat bahwa hasil pengujian sampel yang dilakukan pada
uji Molosch adalah terbentuknya cincin ungu kemerahan. Hasil tersebut menunjukan bahwa sampel yang digunakan mengandung karbohidrat, karena ketika sampel tersebut ditetesi pereaksi Molisch dan H2SO4 pekat dan sampel tersebut berubah warna menjadi ungu violet, maka sampel tersebut terbukti mengandung karbohidrat. Pengujian selanjutnya ketika sampel dilakukan pengujian Benedict dan terbentuk endapan merah bata, maka sampel ini terbukti mengandung gula pereduksi, maka sampel ini bukan tergolong dalam sukrosa.Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena sukrosa tidak mempunyai atom karbon hemiasetal dan hemiaketal. Sukrosa tidak memilliki atom karbon monomer bebas karena karbon anomer glukosa dan fruktosa berikatan satu dengan yang lain. Pengujian yang ketiga dilakukan pengujian KI/I dan hasil pengujian tersebut menunjukan hasil negatif, larutan tidak mengalami perubahan warna dan tetap berwarna kuning. Reagen lugol iodin yang digunakan berfungsi untuk menentukan pati dan gikolgen terhadap polisakarida lain. Hasil tersebut menunjukan bahwa sampel tidak memiliki kandungan pati. Pengujian keempat dilakukan pengujian Barfoed terhadap sampel.Pengujian pada 2-3 menit pertama tidak mengalami perubahan begitu juga dengan menit ke-5 dan menit ke-10. Hasil tersebut menunjukan bahwa sampel tidak mengandung monosakarida, karena jika sampel mengandung monosakarida, maka akan ada endapat berwarna merah ketika sampel direaksikan dengan reagen Barfoed
tersebut. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sampel tidak memiliki kandungan glukosa atau ribosa tetapi sampel mengandung maltosa (disakarida) dan pati (polisakarida). Pengujian yang terakhir adalah pengujian Seliwanoff.Hasil yang didapat pada pengujian ini adalah adanya perubahan sampel menjadi warna merah peach.Hasil tersebut menunjukan bahwa sampel merupakan aldosa.Pengujian ini digunakan untuk mendeteksi adanya gugus keton dalam sampel yang digunakan. Kelima tahap pengujian yang dilakukan pada sampel menyimpulkan bahwa sampel V tersebut bisa menunjukkan dua hasil yaitu maltosa dan laktosa. Hasil tersebut belum dapat disimpulkan secara pasti karena sampel yang digunakan sama, ketika dilakukan pengujian Molisch sampel merupajan karbohidrat, ketika dilakukan pengujian Benedict sampel termasuk gula pereduksi, pada uji Seliwanoff sampel menunjukkan hasil yang positif (+) bahwa sampel merupakan aldosa, dan ketika dilakukan pengujian KI/I hasil yang didapatkan tidak sesuai. Hasil yang didapat adalah sampel bukan termasuk dalam polisakarida.Seharusnya sampel merupakan polisakarida, pada menit ke-10 perubahan warna seharusnya terjadi pada sampel yang digunakan.Kesalahan tersebut dikarenakan suhu pemanasan yang kurang tepat. Penentuan hasil yang spesific harus dilakukan pengujian yang lebih lanjut untuk dapat menentukan apakah sampel
yang
digunakan maltosa atau laktosa. Pengujian yang dapat menentukan untuk dapat menentukan uji lebih lanjut adalah uji mucic acid atau uji osaz one. 4.2.6 Sampel VI Pengujian Molisch yang dilakukan pada sampel VI mendapatkan hasil yang postif
(+), terbentuknya cincin ungu kemarehan menunjukkan bahwa sampel mengandung karbohidrtat. Uji Benedict pada sampel menghasilkan hasil yang negatif (-), karena tidak ada endapan yang terbentuk dalam sampel.Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel tidak termasuk gula pereduksi. Uji KI/I pada sampel menunjukkan hasil yang positif (+), larutan sampel menunjukkan adanya perubahan menjadi warna biru kehitaman.Hal tersebut terjadi karena adanya ikatan antara amilum dan iodium sehingga sampel yang digunakkan mengalami perubahan warna.
Uji Barfoed yang dilakukan pada sampel tidak menunjukkan adanya perubahan baik dari menit ke2-3, maupun menit ke-5 dan ke-10.Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel tidak mengandung monosakarida maupun disakarida. Pada uji Seliwanoff sampel yang sudah diuji mengalami perubahan warna menjadi warna merah peach.Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel memiliki kandungan aldosa. Hasil yang didapat maupun uji yang sudah dilakukan menyimpulkan bahwa sampel VI tersebut merupakan pati.Karena ketika dilakukan pengujian pati sampel menunjukkan adanya perubahan warna, hal tersebut semakin memperkuat pernyataan tersebut. 4.2.7 Sampel VII Pengujian Molisch pada sampel VII menunjukkan hasil yang (+), sampel
menunjukkan terebtnuknya cincin ungu kemerahan.Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung karbohidrat. Pada uji Benedict, hasil yang didapat adalah negatif (-), tidak ada hasil yang menunjukkan terbentuknya endapan merah mata pada sampel VII.Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel yang digunakan tidak termasuk dalam gula pereduksi. Uji selanjutnya adalah uji KI/I, pada uji ini sampel tidak menunjukkan adanya perubahan warna, sampel tetap berwarna kuning.Sampel VII menunjukkan hasil yang negatif (-).Hasil tersebut menandakan bahwa sampel tidak memiliki kandungan pati. Pada uji Barfoed, pada menit ke-2 dan ke-3 tidak ada hasil posotif yang terlihat, pada menit ke-5 dan ke-10, hasil yang tampak pada sampel juga tetap negatif (-), hal tersebut menandakan bahwa sampel bukan monosakarida dan disakarida perduksi. Uji Seliwanoff yang dilakukan pada sampel menunjukkan perubahan warna yang terjadi pada sampel menjadi merah
cherry.Hal
tersebut menjukan bahwa sampel
VII yang digunakan merupakan ketosa. Uji diatas menunjukkan bahwa sampel merupakan sukrosa.Karena pada uji Barfoed sampel bukan termasuk mono ataupun disakarida peredukasi.Hal tersebut ditunjang dengan hasil pada pengujian Seliwanoff karena sampel merupakan ketosa.
4.2.8 Sampel VIII Tabel 4.4 Data hasil pengamatan sampel
Uji Molisch
Uji Benedict
Uji I/KI
Uji Barfoed
Terbentuk cincin ungu (+)
Tidak ada endapan (-)
Larutan menjadi kuning (-)
Ada endapan < 5 menit (+)
Uji Seliwanoff Warna menjadi merah peach (aldosa)
Pada uji Molisch, sampel terbukti memiliki kandungan karbohidrat, karena adanya pembentukan cincin untu kemerahan dalam sampel. Sampel yang mengandung karbohidrat akan bereaksi dan membentuk cincin ungu ketika ditetesi pereaksi Molisch dan H2S04. Uji Benedict pada sampel VIII, menunjukkan hasil yang negatif (-), karena tidak adanya endapan merah bata yang terbentuk dalam sampel.Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel bukan termasuk dalam gula pereduksi. Pada uji Barfoed, ketika menit ke-2 dan ke-3, sampel masih menujukkan hasil yang negatif karena belum adanya endapan yang terbentuk pada sampel.Pada menit ke-5 sampel VIII mengalami perubahan, adanya endapan yang terbentuk pada dasar tabung reaksi.Pengujian dilanjutkan hingga menit ke-10, endapan tersebut hilang.Ketika pati sudah berubah menjadi fruktosa hasil yang seharusnya adalah adanya endapan dalam sampel. Karena pati yang termasuk dalam polisakarida sudah berubah menjadi fruktosa gula pereduksi yang akan mengendap ketika dilakukan pengujian Barfoed. Uji Barfoed merupakan uji yang dapat menentukan kandungan monosakarida atau disakarida pada sa mpel. Pengujian terakhir yang dilakukan pada sampel adalah uji Selowanoff.Sampel VIII yang diuji menunjukkan hasil yang berwara merah peach.Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel merupakan aldosa. Seluruh uji yang sudah dilakukan pada sampel menunjukkan bahwa sampel yang dipergunakan adalah pisang. Karena hasil uji Molisch menunjukan bahwa sampel mengandung karbohidrat, beberapa pengolahan terhadap sampel membuat kandungan pati pada sampel berkurang sehingga ketika uji Barfoed endapan yang muncul masih nampak kurang jelas, hal tersebut juga dikarenakan karena suhu pemanasan yang kurang stabil pada suhu 100C. 4.3 Hidrolisis oleh Asam
Hidrolisi pati oleh asam dilakukan dengan cara mengencerkan pati dengan akuades terlebih dahulu kemudian ditetesi dengan HCL lalu diinkubasi dengan penangas air mendidih. Setelah selesai, larutan di netralkan dengan menggunakan NaOH dan ditentukan kadar gulanya dengan menggunakan metode anthrone. Sebelum uji dilakukan, sampel diambil sedikit untuk ditetesi iodine, warna nya adalah biru kehitaman, ini bukti bahwa sampel masih belum terhidrolisis.Pada menit keempat saat sampel dipanasi, diambil sedikit sampel dan ditetesi iodine untuk memeriksa apakah pati sudah terhidrolisis, hasilnya setelah ditetesi iodine, sampel berwarna biru kehitaman, menunjukkan bahwa pati belum terhidrolisis. Menit kedelapan, diambil lagi sedikit sampel dan ditetesi iodine, terlihat perbedaan warna menjadi biru abu
abu, menandakan bahwa proses hidrolisi
mulai jalan. Menit ke 12, sampel diambil sedikit lagi dan ditetesi iodine, masih ada biru abu
abu tapi mulai pudar warnanya.Menit ke 16, dilakukan hal yang
sama terhadap sampel seperti menit´ sebelumnya.Hasilnya menunjukkan warnanya semakin pudar. Menit terakhir, yaitu menit yang ke 20, sampel diambil sedikit dan ditetesi iodine, warna sampelnya tidak terlihat warna biru abu
abu
lagi, melainkan warna kekuningan dari iodine, menunjukkan bahwa pati sudah terhidrolisis. Pada menit ke 16 dan menit ke 20, diambil lagi sedikit sa mpel untuk dilakukan uji benedict, untuk mendeteksi adanya gugus aldehida atau gugus keton bebas yang akan membentuk endapan berwarna merah bata. Uji Benedict ini dilakukan di menit 16 dan 20 hanya untuk data duplo. Hasilnya, pada menit ke 16 dan 20 sama, terdapat endapan merah bata yang menandakan adanya gugus aldehida atau gugus keton di dalam sampel.
4.4 Hidrolisis oleh Enzim Tabel 4.5 Hasil hidrolisis pati oleh enzim
Uji Iodine
0 menit Biru kehitaman (+++++)
4 menit Biru kehitaman (++++)
8 menit Biru kehitaman (++++)
16 menit Biru kehitaman (+++)
30 menit Biru kehitaman (++)
Benedict
Biru
Biru kehijauan dan endapan kuning
Hijau tua dan endapan kuning
Hijau muda dan endapan kuning
Hijau muda dan endapan kuning
Hidrolisis enzim terhadap pati terjadi ketika sampel dimasukan bersama dengan buff er serta enzim amilase ke dalam erlenmeyer yang digunakan.Erlenmeyer tersebut dipanaskan dengan suhu 37 C untuk mempercepat reaksi yang terjadi. Enzim tidak akan dapat bekerja secara maksimal pada suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi, karena enzim dapat mengalami kerusakan. Hasil yang didapat pada percobaan pertama kurang sesuai dengan literatur, hal tersebut dikarenakan enzim yang digunakan saat praktikum bukan enzim aplha amilase melainkan enzim yang diambil dari ekstrak tauge. Hal tersebut menyebabkan harus adanya pengulangan praktikum yang digunakan sehingga mendapatkan data seperti pada tabel 4.4 Pada menit ke-0, sampel ketika ditetesi oleh Iodine tetap berwarna biru kehitaman, hal tersebut menandakan adanya kandungan pati pekat didalam sampel, sehingga warna hasil yang didapat sangat pekat. Pada uji Benedict, hasil yang didapat adalah warna biru. Pada menit ke-4, ketika sampel ditetesi oleh Iodine wanra sampel tetap berwarna biru kehitaman, hal tersebut menandakan a danya pati pekat dalam sampel.Ketika ditetesi oleh Benedict, sampel menjadi biru kehijauhan dan memiliki endapan kuning pada bagian bawah, adanya penghidrolisisan pati oleh enzim terjadi didalamnya. Pada menit ke-8, warna biru yang terjadi ketika sampel ditetesi oleh larutan Iodine adalah tetap berwarna biru kehitaman, namun wana yang terjadi tidak sepekat ketika dilakukan perlakuan pada menit ke-0 dan ke-4.Uji Benedict yang dilakuka n menghasilkan warna hijau tua dan memiliki endapan kuning. Hal tersebut menandakan adanya proses hidrolisis namnun belum terjadi secara sempurna. Pada menit ke-16, uji Iodine yang dilakukan pada sampel menyebabkan adanya perubahan warna yang terjadi seperti pada tabel 4.4 .Uji Benedict yang dilakukan menimbulkan warna hijau muda dan masih terdapat adanya endapan kuning
yang
terjadi.
Hal
tersebut
menunjukan
bahwa
enzim
berhasil
menghidrolisis pati. Pada menit ke-30, warna sampel berubah ketika adanya penetasan larutan Iodine menjadi warna biru kehitaman yang sedikit pudar.Perlakuan uji Benedict
menunjukan sampel sampel dapat menghidrolisis pati secara merata karena warna yang terjadi adalah hijau muda dan memiliki adanya endapan kuning.
4.5 Tahapan-tahapan dan Hasil Hidrolisis
Pada prinsip dasarnya hidrolisis merupakan reaksi kimia yang terjadi pada saat +
molekul H2O (air) terpisah menjadi kation hidrogen (H ) dan anion hidroksidanya (OH-), sedangkan pada hidrolisis pati dapat dikatakan senyawa polimer pati di pisahkan sampai keseluruh komponennya kembali ke monomer-monomernya masing-masing dengan bantuan air dan senyawa katalis lainnya. Ada beberapa tahapan dalam hidrolisis yang harus diperhatikan pada saat proses berlangsung antara lain, tahap pertama penambahan senyawa asam dan air pada pati kering yang bertujuan untuk memecah polimer pati dan air akan masuk ke polimer pati. Pada percobaan hidrolisis pati oleh asam, pati di tambahkan dengan 1 mL HCl 2 M yang berfungsi untuk memecah rantai polisakarida yang tedapat didalam pati menjadi monosakarida penyusunya, sekaligus mempercepat (katalis) proses. Selain HCl, air juga ditambahkan didalam proses hidrolisis dengan tujuan di dalam air proses hidrolisis bereaksi dalam waktu yang relatif lambat, tetapi menjadi media dan solven yang baik karena pati dan asam klorida (HCl) larut di dalam air. Asam dan air akan bekerjasama dalam menyerang ikatan glikosidik pati sehingga polisakarida terpecah-pecah. Tahapan kedua yaitu proses kondensasi, pada proses ini terjadi pengeringan dan pemberhentian proses hidrolisis sehingga viskositas menjadi tinggi. Tahapan ketiga terjadinya proses transglukosidasi atau dekstrinisasi yang adalah membentuknya kembali glukosa dan pengikatan glukosa dengan sesamanya atau dengan polimernya sehingga ikatan glukosa terbentu dan dapat bertukar satu dengan yang lainya, dan pada saat proses ini berlangsung viskositas solute tidak berubah. Tahapan terakhir adalah tahap pembentukan dekstrin, dimana dekstrin yang sudah terbentuk di netralkan dengan larutan basa sehingga produk dekstrin yang di dapat tidak dalam keadaan asam. Berdasarkan percobaan yang di lakukan perlakuan penetralan dilakukan dengan penambahan 0,5 mL NaOH 4 M ke dalam 1 mL sampel. Pada proses hidrolisis enzimatis perbedaan hanya terdapat pada katalis yang di pakai, enzim -amilase 2% yang termasuk kedalam golongan endoenzim ini dipakai untuk memotong dan
memeca h ikatan glukosida dan amilopektin sehingga terpecah menjadi glukosa, maltosa, atau oligosakarida. Penambahan larutan buffer sitrat sebelum di inkubasi agar pH larutan sampel menjadi netral dan mempertahankan sehingga tidak merusak proses hidrolisis. Beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan pada saat melakukan hidrolisis dengan asam maupun enzim antara lain, waktu reaksi, suhu, dan juga katalisator (asam/enzim). Jika waktu pereaksian atau pemanasan terlalu lama pati akan terus menerus dihidrolsis jika terlalu lama hasilnya tidak baik. Sedangkan jika suhu pemanasan tidak konstan akan terjadi pengurangan kekuatan pereaksi katalisator yang dapat menyebabkan reaksi semakin memakan waktu yang lama. Jumlah katalisator yang di tambahkan kedalam larutan juga sangat berpengaruh, jika terlalu banyak hasil akan sangat tidak relevan. Karena itu memperhatikan ketiga faktor yang berpengaruh besar dalam
proses
hidrolisis
pati
dan
glikogen
sangat
penting
dilakukan.(Anonim9,Anonim10 , tanpa tahun) 4.5 Kondisi Terbaik dalam Hidrolisis oleh Enzim
Dalam hidrolisis secara enzimatis diperlukan kondisi yang optimum, karena enzim merupakan senyawa yang mudah rusak. Beberapa faktor yang dapat merusak aktifasi ataupun menghambat kerja enzim antara lain substrat yang akan di bentuk, suhu lingkungan reaksinya, tingkat keasaman (pH), kofaktor dan inhibitor. Dalam proses hidrolisis enzim amilase yang mengubah pati menjadi o
glukosa memerlukan suhu yang cukup tinggi sebesar 85-100 C. Konsentrasi substrat yang dipakai ± sebesar 30% dan pada tingkat keasaman (pH) 5,7-netral .Jenis enzim dan asal enzim juga berpengaruh kepada aktifasinya. Enzim yang tidak cocok dipakai dengan substratnya tidak akan bereaksi dengan baik karena enzim bekerja seperti teori kunci dan gembok dimana hanya enzim yang spesifik yang dapat membentuk substrat yang spesifik juga. Sedangkan dari asalnya dapat di perhatikan terdapat enzim yang belum aktif dan yang sudah, enzim yang (kasar) dapat memiliki keaktifan ayng kurang baik sehingga dapat menghambat reaksi hidrolisis, karena itu penting memperhatikan asal pengabilan enzim.Diluar keadaan-keadaan yang optimum bagi enzim, enzim akan kehilangan aktifasinya bahkan rusak, dan mengakibatkan enzim tidak dapat menghidrolisis pati dengan 11
12
baik. (Anonim ,Anonim , tanpa tahun)
BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan uji kualitatif yang telah dilakukan pada saat praktikum terhadap delapan sampel yang harus diidentifikasi, maka dapat disimpulkan bahwa Sampel I merupakan asam oleat, sampel II merupakan fruktosa, sampel III merupakan disakarida (maltosa atau laktosa), sampel IV merupakan glukosa, sampel V merupakan disakarida (maltosa atau laktosa), sampel VI merupakan pati, sampel VII merupakan sukrosa, dan sampel VIII merupakan pisang. Berdasarkan uji isolasi glikogen hati sapi berat glikogen pertama 0,1698 gram sedangkan berat glikogen kedua sebesar 0,0927 gram jadi berat totalnya 0.2625 gram. % berat glikogen dalam sampel setelah dikeringkan 0,1746 %. Sedangkan pada hasil duplo, persentase berat glikogen dalam hati sebesar 0,14105%. Berdasarkan uji hidrolisis pati oleh asam, pada menit ke 0 setelah sampel ditetesi larutan iodin, sampel berwarna biru kehitaman. Pada menit ke 4 pemanasan dan ditetesi larutan iodin, warna sampel tetap biru kehitaman, Setela h menit ke 8 pemanasan dan ditetesi larutan iodin sampel berwarna biru keabuan atau memudarnya warna biru kehitaman. Pada menit ke 12 pemanasan warna sampel memudar menjadi biru keabuan setelah ditetesi iodin. Setelah melakukan pemanasan 16 menit dan ditetesi iodine, warna sampel menjadi jernih, sedangkan setelah ditetesi benedict dan dipanaskan, sampel timbul endapan merah bata. Setelah menit ke 20, sampel berwana kekuning-kuningan pada campuran larutan iodin.Pada campuran benedict, sampel yang dipanaskan timbul endapan merah bata. Berdasarkan uji hidrolisis pati oleh enzim, pada menit ke 0 setelah sampel ditetesi larutan iodin, sampel berwarna biru kehitaman pekat, sedangkan ditetesi dengan benedict berwarna biru. Pada menit ke 4 pemanasan dan ditetesi larutan iodin, warna sampel tetap biru kehitaman, sedangkan dengan benedict berwarna hijau biru dan ditetesi ppt berwarna kuning. Setelah menit ke 8 pemanasan dan ditetesi larutan iodin sampel berwarna biru kehitaman dengan benedict berwarna
hijau tua dan dengan ppt berwarna kuning. Pada pemanasan 16 menit dan ditetesi iodine, warna sampel tetap berwarna biru kehitaman, sedangkan setelah ditetesi benedict dan dipanaskan, sampel berwarna hijau terang dengan ppt berwarna kuning. Setelah menit ke 30, sampel berwana kekuning-kuningan pada campuran larutan iodin.Pada campuran benedict, sampel yang dipanaskan berwarna hijau terang dan dengan ppt berwarna kuning.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.´ Gambar po sti f uji moli sch´ Homepage on-line available from :http://1.bp.blogspot.com/_s6tOoXRKRX8/S9GPjiRTvJI/AAAAAAAA AOo/xr8uU63WgR0/s1600/Copy+of+mol.jpg internet accessed 5 September 2010 2 Anonim .´ Gambar hasil uji benedict ´ Homepage on-line available from :http://72.55.87.14/biology/jacobs/bio131/organic/images/benedicts.JP G internet accessed 5 September 2010 3 Anonim .´ Gambar hasil uji Barf oed ´ Homepage on-line available from :http://www.harpercollege.edu/tm ps/chm/100/dgodambe/thedisk/carbo/barf/barf.jpg internet accessed 5 September 2010 4 Anonim .´ Gambar hasil uji Seliwano ff ´ Homepage on-line available from :http://www.harpercollege.edu/tm ps/chm/100/dgodambe/thedisk/carbo/seli/seli.htm internet accessed 5 September 2010 5 Anonim .´ Gambar hasil uji Bial ´ Homepage on-line available from :http://2.bp.blogspot.com/_s6tOoXRKRX8/S8yl1LpvnNI/AAAAAAAA AOQ/ZDzR9_BUOV8/s400/bial.jpg internet accessed 5 September 2010 6 Anonim .³Gl yco g en,´Home page on-line.Available from : http://student.biology.arizona.edu/honors99/group7/background.html Internet accessed 8 September 2010. 7 Anonim . ³C ar boh yd rate s , Li pid s , Vit amin s: Qualit ative te st f or C ar boh yd rate s and Li pid s ,´ Home page on-line. Available from :http://74.125.153.132/search?q=cache:OMYBxehdZvMJ:web.mst.edu/~ nercal/documents/chem362/experiments/UNIT4%2520Expt1.doc+qualit ative+testing+for+carbohydrates+iod+site:.edu&cd=6&hl=id&ct=clnk& gl=id Internet accessed 8 September 2010. 8 Anonim .³ H id r oli si s secara enzimati s, ´Home page on-line. Available from: http://coellas.multiply.com/journal/item/24 Internet accessed 19 September 2010. 9 Anonim .´ T aha pan d an pr o se s hid r oli si s ´ Homepage on-line available from :http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/nim/31031012 internet accessed 8 September 2010 10 Anonim .´T aha p-t aha p hid r oli si s pati´ Homepage on-line available from :http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdls2-2005-inyomanwid-1818 internet accessed 8 September 2010 11 Anonim .´T aha p-t aha p hid r oli si s pati´ Homepage on-line available from :http://alvina.blog.uns.ac.id/2008/12/27/aplikasi-enzim/ internet accessed 19 September 2010 12 Anonim .´T aha p-t aha p hid r oli si s pati´ Homepage on-line available from :http://lppm.ipb.ac.id internet accessed 19 September 2010 13 Anonim .´ P ri n si p-pr in si p uji benedict ´ Homepage on-line available from :http://www.jbc.org/content/5/5/485.full.pdf internet accessed 5 September 2010
14
Anonim .´ P ri n si p-pr in si p uji benedict ´ Homepage on-line available from :http://www.jbc.org/content/277/16/e5.full internet accessed 5 September 2010 15 Anonim .´ P ri n si p-pr in si p uji benedict ´ Homepage on-line available from :www.scribd.com internet accessed 5 S eptember 2010 Astawan, made.´Sehat den gan k acan g -k acan gan d an bi ji-bi jian´.Jakarta:Penebar Swadaya.,2009 Cui, Steve W, 2006. ´F ood C ar boh yd rate s: C hemi st ry , P h ysical P r o per tie s and A pplication s´. Boca Raton : CRC Press, 2005. Dr. Shahrukh keki R.Pavri.´E ssential s o f Diebete s Melit us and I t¶ s T r eat ment b y H omoeo pat h y´.New Delhi:Unisons Techno Financial Consultants (P) Ltd,2001 Hill, McGraw Tata.2007. ³Lab M anual o f Biochemi st ry´. The McGraw-Hills Company. India Jati, Bangun Murdijan. ³M an faat Buah Pi san g ,´ Home page on-line. Available fromhttp://www.gealgeol.com/2009/4/23/manfaat-buah-pisang.html; Internet; accessed 8 September 2010. Malhotra Varun Kumar.´ P ractical Biochemi st ry f or St udent s´.New Delhi:Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd,2003 Marshall, Janette. ³ M ak anan S umber Tenaga´. Jakarta : Erlangga. 2005. Nigam Arti and Ayyagari Archana.´ Lab M anual in Biochemi st ry , Immunolo gy , and Biotechnolo gy´. New Delhi:Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited,2007 Rismaka. ³K ar bohid rat P ad a U ji K ualit ati f ,´. Home page on-line.Available from http://www.rismaka.net/2009/06/karbohidrat-pada-uji-kualitatif.html; Internet; accessed 8 September 2010. Stephen, Alistair M., Peter A. Williams, Glyn O. Philip .´F ood Pol ysacchar ide s and T heir A pplication s´. 2nd Ed. Boca Raton: CRC Press, 2006. Sumardjo Damin.³Pen gant ar Kimia: buk u pand uan k uliah mahasi swa kedokteran d an pr o gram sat rat a I fak ult as bioek sakt a´.Jakarta:E GC,2008.