Baskoro Tedjo (1958). Menyelesaikan pendidikan sarjana arsitektur di Program Studi Arsitektur ITB, master of science pada bidang Environment & Behavior di Politechnic University of New York dan mendapatkan gelar Ph.D di Department of Architecture, Osaka University. Pada Program Studi Sarjana Arsitektur ITB menjadi penanggung-jawab kuliah Desain Visual dan Prilaku Lingkungan. Pada Program Studi Magister Arsitektur menjadi pengampu Studio Perancangan Arsitektur dan pembimbing serta penguji tesis desain dan juga tesis riset. Topik-topik riset yang diminati tentang perancangan arsitektur, pendekatan prilaku pada perancangan dan arsitektur monumental. Selain mengajar di kampus, juga aktif di praktek profesi. Terkenal di kalangan praktisi, akademisi dan mahasiswa arsitektur di Indonesia karena mendapatkan penghargaan IAI (IAI Award 2002, Selasar Sunaryo Art Space), memenangkan sayembara-sayembara bergengsi tingkat nasional-internasional dan sering diundang sebagai pengisi kuliah tamu dan pembicara dalam seminar-seminar arsitektur. Alamat email :
[email protected]
ARSITEKTUR NUSANTARA
Baskoro Tedjo
Profile
Latar Belakang Pendidikan
* SD Randusari I Semarang, Indonesia: 1964-1969
* SMPN II Semarang, Indonesia: 1970-1972
* SMAN I Semarang, Indonesia: 1973-1975
* Institut Teknologi Bandung, Indonesia: 1976-1982 (Sarjana)
* Universitas Poli New York, USA: 1987-1989 (Master of Arts)
* Osaka University, Jepang: 1995-1999 (PhD)
Pendidikan Tambahan:
* Program Bahasa Inggris Musim Panas di Sekolah Bells Bahasa Inggris Norwich: 1981
* Kursus Bahasa Inggris Intensif di SUNY, Buffallo New York State - USA: 1985
* Program Kursus Intensif untuk Bahasa Jepang di ITB Pusat Bahasa: 1994
* Summer Course di Institut Pratt, New York: 1987
* Summer Course di Universitas City, New York: 1988
* Lokakarya Space-Sintaks di Brasilia, dilaksanakan oleh Universitas kolaborasi Brasil
dengan University College London: 1999
Pengalaman Bekerja :
* 1982-1984: Asisten Dosen, Departemen Arsitektur - Institut Teknologi Bandung
* 1985: Anggota Tim Teknis Indonesia untuk Expo 86 Vancouver, Kanada
* 1986: Diangkat sebagai Staf kuliah dari Departemen Arsitektur - Institut Teknologi
Bandung
* 1987-1989: Master Degree program di Poli University, New York, Amerika Serikat,
dibawah beasiswa
Fulbright
* 1990-1995: Dosen Departemen Arsitektur - Institut Teknologi Bandung dan arsitek PT Atelier Enam, Bandung
* 1995-1999: Program PhD di Osaka University, Jepang di bawah OECF beasiswa
* 2000-sekarang: Dosen Jurusan Arsitektur - Institut Teknologi Bandung dan Staf Ahli PT Bita Bandung, arsitek Baskoro Tedjo & Associates
Dibawah ini terdapat beberapa karya beliau yang telah dirancang dan yang sudah terealisasi
dengan beberapa penjelasan yang dikutip dari beberapa artikel:
Kalla Tower
Rancangan menara ini diberada di titik nol kilometer Sulawesi Selatan,
tepatnya di lapangan Karebosi. Walaupun masih tetap berbau
kontroversial dan mengundang reaksi keras berbagai
pihak, namun proyek revitalisasi Karebosi yang menelan biaya
total investasi sebesar Rp. 113 miliar tetap dijalankan sesuai
rencana Pemerintah Kota Makassar.
Pihak PT.Tosan Permai Lestari sebagai pemenang
tender revitalisasi Karebosi bertekad menyelesaikan revitalisasi
Karebosi tepat waktu, yaitu bulan November 2008. Di atas lahan Karebosi seluas ±11 Ha
nantinya akan dibuat 3 lapangan bola dan satu bangunan bawah tanah. Bangunan bawah
tanah ini nantinya akan dijadikan terminal angkutan kota plus beberapa kios perdagangan
untuk umum. Penggunaan lahan Karebosi untuk kepentingan bisnis inilah yang kemudian
memancing banyak protes dari warga yang kuatir Karebosi akan berubah fungsi.
Dari lapangan Karebosi kita mencoba menyeberang ke jalan Jenderal Sudirman. Di antara
gedung kantor Bank Indonesia dan SD Sudirman saat ini sedang berlangsung kegiatan
konstruksi untuk membangun sebuah gedung tinggi. Sebuah gedung milik PT. Bosowa yang
rencananya diberi nama Menara Bosowa.
Menara ini menempati lahan seluas 4.272,47 meter persegi (m2). Tinggi menara 74,1 meter
dengan luas bangunan 27.098 m2 dan nilai total investasi Rp 100 miliar. Lantai gedung terdiri
atas basement, lower ground, ground floor, mezzanin floor, typical floor, dan dilengkapi
halaman parkir. Menara ini nantinya disiapkan sebagai kantor pusat Bosowa Corporation
yang saat ini sudah memiliki 33 jenis usaha. Dari penjelasan pihak Bosowa selaku pemilik,
Menara Bosowa direncanakan selesai akhir tahun 2008.
Selain untuk kantor pusat Bosowa Corporation, sebagian besar lantai Menara Bosowa juga
nantinya akan dipersewakan kepada perusahaan-perusahaan lain, atau lebih dikenal sebagai
rental office. Pihak Bosowa telah mengklaim salah satu Bank Swasta terbesar di Indonesia
telah setuju untuk menggunakan sebagian lokasi Menara Bosowa sebagai kantor mereka.
Fajar Graha Pena
Gedung Graha Pena yang tepatnya berada di perempatan jalan Urip
Sumohardjo,A.P.Pettarani dan Tol Reformasi. Saat ini di pertemuan ketiga jalan tersebut
sementara dibangun sebuah jalan layang (fly over). Jalan layang ini direncakan sebagai
alternatif mengurangi kemacetan di kota Makassar. Walaupun sempat tertunda karena
masalah kesepakatan dengan penduduk sekitar soal
besaran ganti rugi namun akhirnya proyek tersebut
tetap berjalan sesuai rencana. Pemkot menargetkan
proyek ini akan selesai dan bisa dipergunakan tahun
2008.
Pekerjaan jalan layang ini tergabung dalam satu
paket pekerjaan jalan tol ruas IV yang diperkirakan
menelan total biaya Rp. 500 miliar. Nantinya jalan
4
layang plus penambahan ruas tol ini akan membuat jarak tempuh ke bandara Hasanuddin dari
pusat kota hanya sekitar 9 menit.
Tidak jauh dari lokasi pekerjaan jembatan layang, berdiri sebuah gedung tinggi dengan
bentuk yang hampir menyerupai pena. Namanya gedung Fajar Graha Pena milik Fajar Grup,
bisnis media raksasa di Makassar. Saat ini Fajar Graha Pena sudah rampung dan mulai dapat
digunakan.
Ada dua bagian utama gedung Fajar Graha Pena, masing-masing gedung utama dan tower.
Gedung utama mulai dari lantai 1 sampai lantai 6 dengan luas perlantai untuk gedung utama
mencapai 2.000 meter persegi. Sedangkan tower di mulai dari lantai 7 sampai lantai 17.
Gedung ini nantinya akan digunakan sebagai kantor pusat Fajar Grup yang terdiri dari media
cetak, radio dan televisi. Selebihnya digunakan sebagai sarana pendidikan strata dua (S2)
Fajar Nitro dan restoran atau rumah makan. Sisa lantai 7 sampai 17 yang merupakan tower
akan dipersewakan kepada pihak swasta.
Dari bagian utara kota Makassar, kita bergerak kembali ke arah selatan. Tepatnya ke jalan
DR.Ratulangi. Tidak jauh dari perempatan jalan DR.Ratulangi, Wolter Monginsidi dan Haji
Bau sementara ini sedang berlangsung pekerjaan struktur bawah untuk sebuah bangunan
tinggi lainnya. Namanya Kalla Tower.
Dari namanya masyarakat Sulsel (bahkan mungkin Indonesia) pastinya sudah bisa menebak
siapa pemiliknya. Gedung ini memang disiapkan untuk menampung seluruh kegiatan Group
Hadji Kalla, salah satu imperium bisnis terbesar di Indonesia Timur. Nilai investasi untuk
gedung Kalla Tower juga tidak main-main. Besarannya mencapai 100 miliar Rupiah. Total
luas bangunannya 19.293 m2 yang dibagi atas 14 lantai.
Kalla Tower berdiri di atas lahan seluas 5.500 m2. Bagian depannya berada di jalan DR.
Ratulangi, sementara bagian belakangnya berada di jalan A.Mappanyukki. Selain
menampung anak-anak perusahaan di bawah bendera Hadji Kalla Grup, menara ini tentunya
juga menyewakan beberapa arenya kepada para peminat. Saat ini pembangunan Kalla Tower
sudah hampir rampung pada bagian struktur bawah atau pondasi. Rencananya Kalla Tower
akan dioperasikan di akhir tahun 2008.
Dari Jl. DR. Ratulangi sekarang kita akan menuju ke area Tanjung Bunga. Tepatnya di jalan
Metro Tanjung Bunga. Tidak jauh dari mall GTC Tanjung Bunga sekarang sedang
berlangsung juga sebuah proyek berdana miliaran rupiah. Namanya Trans Kalla. Berbeda
5
dengan beberapa proyek miliaran rupiah seperti yang saya ceritakan di atas, proyek Trans
Kalla bukan proyek gedung perkantoran, melainkan tempat bermain moderen menyerupai
Universal Studio di Amerika.
Konsep utamanya adalah arena bermain yang mengadopsi gaya Universal Studios, Florida.
Pemilik proyek memang melakukan kerjasama dengan konsultan perencana asal Amerika
Serikat yang ikut merencanakan pembangunan area Universal Studios di Amerika Serikat.
Bila telah selesai 100%, nantinya kita bisa ikut merasakan atmosfir di balik layar beberapa
film-film besar produksi Universal Studios.
Untuk tahap pertama, pihak Trans Kalla hanya memfokuskan diri membangun Waterboom
Park di atas lahan 5 Ha, total lahan rencana keseluruhan adalah seluas 16 Ha. Direncakanan
Waterboom Park ini akan bisa mulai beroperasi sebelum Idul Fitri tahun 2008. Pemiliknya
adalah konsorsium atau kerjasama antara Trans Media pimpinan Chairul Tanjung dan Hadji
Kalla Grup. Pihak Trans Media sebagai penyedia dana dan Hadji Kalla Grup sebagai
penyedia lahan.
Itulah sedikit perjalanan kita di sekitar kota Makassar sambil menengok berbagai proyek-
proyek besar yang diyakini akan merubah wajah kota Makassar mulai tahun depan. Makassar
tampaknya memang sangat giat mempercantik diri dengan berbagai assesoris moderen seperti
yang saya gambarkan di atas tadi. Konsep kota maju yang harus memiliki bangunan tinggi
nan moderen tampaknya masih dipegang teguh. Mau tidak mau kita harus siap menyambut
kehadiran berbagai produk-produk moderen yang akan meramaikan kota kita tercinta ini.
Tapi di balik gegap gempitanya pekerjaan berskala besar tersebut terselip pertanyaan di hati
saya. Bagaimana nasib saudara-saudara kita di berbagai daerah yang sudah akrab sebagai
kantong-kantong daerah kumuh di kota Makassar ?. Tidak jauh dari lokasi Trans Kalla masih
banyak keluarga-keluarga nelayan atau keluarga-keluarga pra sejahtera lainnya yang hidup
berhimpit-himpitan di kawasan perumahan kumuh yang kurang layak disebut kawasan
perumahan. Di sekitar gedung Fajar Graha Pena, kondisi serupa juga bisa kita temukan.
Harapan kita tentunya kemajuan kota tidak semata-mata dilihat dari jumlah sarana moderen
yang mentereng, atau seberapa banyak gedung-gedung pencakar langit di kota tersebut.
Pembangunan harusnya lebih manusiawi dalam mengakomodasi seluruh kebutuhan
masyarakat kota. Jangan sampai ada pihak-pihak yang justru tertinggal bahkan terlindas oleh
kemajuan bernama modernisasi tersebut.
Konsep Desain: Karakter dan Ikon dalam Pemaknaan Sebuah Fungsi Bangunan
Manifesto pada Fungsi Bangunan Rumah Tinggal
Hanya ada satu kepribadian dalam satu rumah...
Rumah harus mencerminkan karakter dari si pemakainya, dan karakter itu tidak boleh lebih dari satu, karena rumah harus mempunyai satu karakter tunggal bukan 2 atau lebih yang bisa menimbulkan konflik. Dalam setiap perancangan rumah tinggal, sebenarnya ada dua kemungkinan karakter kepribadian yang bisa dijadikan konteks desain, apakah dari owner atau dari sang arsiteknya. Namun demikian, sebaiknya karakter owner adalah yang paling utama sebab sang owner inilah yang nantinya banyak menghabiskan waktunya dirumah tersebut.
Karakter sang arsitek bisa dimasukkan apabila karakter dari owner tidak kelihatan, artinya bisa saja sang pemilik rumah menginginkan suatu karakter lain pada konsep huniannya. Sesuatu yang perlu diingat disini adalah apabila ada pemaksaan karakter dalam sebuah karya rumah tinggal bisa dipastikan bahwa konsep rumah itu akan mengalami kegagalan, konkretnya bisa dilihat dengan perubahan fungsi ruang yang berbeda dalam bangunan dengan konsep awal akibat ada pemaksaan karakter dari sang arsitek kepada owner. Seperti contoh pada bangunan minimalis, apabila dipaksakan pada sebuah rumah dengan karakter penghuni yang bukan minimalis maka fungsinya akan berubah, misalnya dengan penempatan barang yang sembarangan dari sang pemilik dalam kesehariannya (red: bisa "ancur" menurut Baskoro Tedjo).
Fungsi dari arsitek sendiri dalam perancangan rumah tinggal adalah memberi karakter rumah tersebut sesuai dengan karakter pemiliknya, supaya bisa tampil lebih gaya. Caranya adalah dengan membaca kepribadian owner secara keseluruhan. Dengan menggunakan teori spasial order, maka karakter hunian dari sang pemakai harus mendapat perhatian lebih dan bersifat tetap serta tidak boleh dirubah.
Kebudayaan juga merupakan elemen penting yang harus menjadi pertimbangan dalam merancang selain site. Karakteristik arsitektur yang unik muncul salah satunya dengan menggunakan pendekatan budaya dan mengetahui kekuatan dari site. Metode desain yang dipakai oleh Baskoro Tedjo dalam setiap perancangannya adalah dengan menggunakan kekuatan kedua elemen ini.
Arsitektur selalu berawal dari site. Itulah yang menjadi keyakinan Baskoro Tedjo dalam desainnya. Lingkungan sekitar (environment) baik didalam site maupun diluar site sangat berpengaruh dalam setiap rancangannya. Korelasi antara site dan budaya menghasilkan aliran yang menurut dia disebut dengan Contemporary Traditional.
Manifesto pada Fungsi Bangunan Publik
Bangunan publik harus menjadi ikon...
Ikon yang dimaksud disini bukanlah iconic building seperti karya-karya arsitektur avant garde. Ikon yang dimaksud disini lebih pada ikon dalam arti ketimuran. Artinya adalah bahwa ikon tidak harus berwujud fisik, akan tetapi ikon lebih pada sesuatu yang harus disukai, dihargai, dihormati (affective) dan dipakai serta melekat pada masyarakat. Jadi suatu ikon tidak harus berwujud suatu bentukan visual yang "wah" saja, akan tetapi harus menciptakan suatu "attach" atau keterikatan antara masyarakat dengan bangunan itu. Ikon bisa berwujud visual, historikal, emosional, intelektual, kontekstual, dan lain sebagainya.
Metodenya adalah tetap dengan bangunan harus mengikuti site, karena site sudah menentukan karakter awal bangunan. Metode ini sangat relevan mengingat Baskoro Tedjo banyak mendapat ilmu dari Jepang yang nota bene ciri arsitektural bangunan di Jepang sangat memperhatikan site beserta lingkungan sekitarnya sebagai elemen pendukung desain. Selain itu gaya contemporary traditional yang kerap dipakainya juga berkorelasi dengan penguasaan dia dalam environment behaviour. Sebuah pemahaman mengenai contemporary atau kontemporer disini adalah usaha untuk memaknai kembali (sebuah/sesuatu), sesuai dengan pemahaman dan kesejamanan yang berlaku saat ini (kekinian). Selain itu, pengaruh arsitek-arsitek Jepang idolanya seperti Tadao Ando, Kisho Kurokawa, dan Arata Isozaki juga ikut memberikan corak yang berbeda dalam setiap desainnya. Ketertarikan Baskoro Tedjo terhadap para arsitek Jepang tersebut, sedikit banyak juga telah mempengaruhi manifestonya dalam di dunia keprofesionalannya.
Makna dari arsitektur bisa sangat sempit, luas serta dapat berbeda-beda, bergantung pada pendekatan perancangan yang dilakukan arsitek dalam merancang sebuah bangunan. Berbagai konteks arsitektur memang mengharuskan mengacu kepada aspek keindahan (secara visual). Aspek keindahan dalam konteks arsitektur ini biasanya diupayakan sejalan dengan fungsi ruang. Salah satu contohnya dapat dilihat pada proyek Rumah Andonowati yang karyanya berkaitan sebagai sebuah fungsi rumah tinggal dan bangunan publik (red: privat yang di publikkan) pada Selasar Sunaryo Art Space sebagai fungsi art & cultural center. Lokasi site bangunan yang sama-sama berada di atas bukit Dago ini mempengaruhi bentuk bangunan yang harus dipertimbangkan secara arif oleh Baskoro selaku arsitek.
Selasar Sunaryo Art Space, Bandung. Rumah ini sekarang menjadi objek wisata
Ciri desain Baskoro yang dikenal "tenang" dan sangat konseptual, kali ini kembali ditampilkan. Karyanya diupayakan disesuaikan dengan sebuah fungsi bangunan yang mengedepankan sebuah karakter dan kedinamisan. Karya-karyanya ini dapat dikatakan sebagai arsitektur kontemporer yang responsif terhadap iklim dan lingkungan setempat dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada disekitarnya sebagai acuan dalam merancang. Proyeknya tetap berlandaskan prinsip ekonomi tetapi tetap pula mempertimbangkan berbagai aspek lain seperti aspek lingkungan dan aspek hunian modern.