Bagaimana Warren Buffett Memilih Saham? (Bagian 1 – Strategi Pemilihan Saham) Posted on February on February 3, 2014by 2014 by parahita parahita
Bagi seorang investor, pembahasan tentang bagaimana seorang Warren Buffett berinvestasi seakan tiada habis-habisnya. Tak terhitung jumlah buku dan artikel di internet yang mengulas tentang Warren Buffett. Pada artikel ini, saya akan mencoba membahas mengenai bagaimana Warren Buffett melakukan stock picking (pemilihan saham). Agar lebih komprehensif, saya juga akan membahas penerapan metode stock picking Buffett picking Buffett di Bursa Efek Indonesia. Selama ini contoh yang diberikan sebagian besar menggunakan saham-saham yang terdaftar terdaftar di NYSE atau NASDAQ. Strategi pemilihan saham dan valuasinya saya kutip dari buku berjudul “The Guru “The Guru Investor: How to Beat Market Using History’s Using History’s Best Best Investment Strategies” Investment Strategies” yang yang ditulis oleh John P. Reese dan Jack M. Forehand, CFA. Untuk menyesuaikan dengan konteks bursa saham Indonesia, saya melakukan beberapa penyesuaian terhadap pemaparan pemaparan mereka. Di antaranya: – Karena terbatasnya data historis sebagian saham, saya hanya menggunakan data 5 tahun. Pada format aslinya, data historis yang digunakan adalah 10 tahun ke belakang. Apabila Anda ingin lebih ‘plong’, silakan menggunakan data historis historis selama 10 tahun. – Beberapa kriteria yang melibatkan EPS terkadang saya ganti dengan net earnings.. Saya melakukan hal tersebut untuk menghindari misinterpretasi data earnings apabila terjadi konversi saham seperti stock split atau atau stock reverse. reverse. Rasanya masih ada yang kurang apabila kita hanya sekedar menentukan saham apa yang akan dipilih. Untuk memfasilitasi memfasilitasi hal tersebut, saya juga melakukan back test (pengujian (pengujian dengan menggunakan data terdahulu) untuk meyakinkan bahwa metode ini juga efektif diterapkan di bursa saham s aham Indonesia. Pembagian artikelnya adalah sbb: Bagian 1: Metode pemilihan saham (beserta contoh kasus) Bagian 2: Metode valuasi (beserta contoh kasus) Bagian 3: Hasil back test 2007 – 2013 Bagi saya pribadi, hasil penggalian pengetahuan ini sangatlah berharga. Besarnya usaha yang saya lakukan untuk memperoleh hasil ini terbayar dengan hasil temuan yang cukup memuaskan, khususnya untuk konteks bursa saham saham Indonesia.
Mari bergabung dengan saya dalam perjalanan ini
Pada bagian pertama ini, saya akan membahas tentang metode pemilihan saham Buffett. Seperti yang kita ketahui, dalam melakukan pemilihan saham, Warren Buffett menggunakan baik metode kualitatif maupun kuantitatif. Karena metode kualitatif lebih cenderung subjektif, apa yang akan saya bahas adalah aspek kuantitatifnya. Secara umum terdapat enam kriteria pemilihan saham ala Buffett yaitu: 1. Earnings Predictability Laba bersih naik selama 5 tahun berturut-turut dan pernah rugi –> PILIH (Best Case) Laba bersih naik selama 5 tahun berturut-turut dan tidak pernah rugi (pengecualian apabila ada satu tahun laba turun yang tidak lebih dari 45% dari tahun sebelumnya) –> PILIH Kombinasi lain –> BUANG 2. Level of Debt Long-term debt ≤ 2x earnings –> PILIH (Best Case) 2X earnings < Long-term debt ≤ 5x earnings –> PILIH Long-term debt > 5x earnings –> BUANG Keterangan: long-term debt adalah utang jangka panjang yang mengandung bunga. Anda bisa mendapatkan nilainya dari web http://www.ft.com 3. Return on Equity / ROE (rata-rata 5 tahun) ROE ≥ 15% –> PILIH ROE < 15% –> BUANG Keterangan: ROE = net earnings / equity
4.
Return on Total Capital / ROTC (rata-rata 5 tahun) ROTC ≥ 12% –> PILIH ROTC < 12% –> BUANG Keterangan: ROTC = net earnings / (debt + equity)
5.
Capital Expenditures Free Cash Flow > 0 –> PILIH Free Cash Flow ≤ 0 –> BUANG Keterangan: Free Cash Flow (FCF) = Operating Cash Flow – Capital Expenditure
1. 6. Use of Retained Earnings (RORE) RORE = (EPS (y) – EPS (y-5)) / (Retained Earnings (y) – Retained earnings (y-5)) RORE ≥ 15% –> PILIH (Best Case) 12% ≤ RORE < 15% –> PILIH RORE < 12% –> BUANG Contoh Kasus: INTP Setelah mengetahui apa saja kriteria kuantitatif Buffett, mari kita mencoba untuk menguji satu saham. Saham yang akan kita gunakan sebagai contoh adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (kode BEI: INTP). INTP adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar 30.9%. Data yang digunakan pada contoh ini berasal dari laporan keuangan tahun 2012.
1.
Earnings Predictability
Terlihat bahwa bahwa laba bersih INTP terus naik selama 5 tahun terakhir dan tidak pernah rugi. Oleh karena itu untuk kriteria ini INTP lolos. 2.
Level of Debt
Long-term debt/earnings INTP sangatlah kecil sehingga juga lolos untuk kriteria ini. 3.
Return on Equity / ROE (rata-rata 5 tahun)
Return on Equity (ROE) rata-rata INTP adalah 23.67%, jauh di atas batas minimum 15% sehingga lolos untuk kriteria ini. 4.
Return on Total Capital / ROTC (rata-rata 5 tahun)
Return on Total Capital (ROTC) rata-rata INTP adalah 22.85%, jauh di atas batas minimum 12% sehingga lolos untuk kriteria ini. 5.
Capital Expenditures
Terlihat bahwa Free Cash Flow (FCF) INTP cukup besar sehingga lolos untuk kriteria ini. 6.
Use of Retained Earnings (RORE)
Terlihat bahwa Return on Retained Earning INTP adalah 27.67%, jauh melebihi batas bawah 12% sehingga lolos untuk kriteria terakhir. INTP telah berhasil lolos untuk keenam kriteria kuantitatif pemilihan saham Buffett sehingga bisa dilanjutkan untuk proses selanjutnya (valuasi).
Bagaimana Warren Buffett Memilih Saham? (Bagian 2 – Valuasi) Posted on February 4, 2014by parahita
Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas bagaimana cara pemilihan saham Warren Buffett berdasarkan buku “The Guru Investor: How to Beat Market Using History’s Best Investment Strategies” yang ditulis oleh John P. Reese dan Jack M. Forehand, CFA. Pada bagian ini, kita akan membahas mengenai metode valuasinya dengan sumber dari buku yang sama. Dalam melakukan valuasi terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu: The Initial Rate of Return Initial Rate of Return = EPS / Harga Saham
Initial Rate of Return ≥ BI Rate –> PASS Initial Rate of Return < BI Rate –> BUANG Keterangan: Untuk alasan tertentu, saya cukup fleksibel pada kriteria ini. Ada beberapa saham yang tidak lolos pada kriteria ini masih masuk dalam daftar saya.
The Return on Equity Method Langkah Pertama. Hitung Percent Average ROE After Payout (5 years). Percent Average ROE After Payout = ROE rata-rata 5 tahun terakhir x (1 – rata-rata Dividend Payout Ratio 5 tahun terakhir)
Langkah Kedua. Proyeksikan equity/share untuk 5 tahun ke depan. Proyeksi equity/share = FV (PV, i, n) à gunakan excel untuk menghitung di mana: PV = equity per share
i = Percent Average ROE After Payout n=5 Persamaan ini sebenarnya adalah persamaan time value of money biasa. Kita mencari nilai masa depan dari equity/share saat ini. Langkah Ketiga. Konversikan Future Equity menjadi Future EPS. Future EPS (5 tahun ke depan) = future equity/share (5 tahun ke depan) X rata-rata ROE 5 tahun terakhir Langkah Keempat. Hitung Future Stock Price. Future Stock Price (5 tahun ke depan) = EPS (5 tahun ke depan) x P/E ratio historis (atau P/E ratio saat ini, mana yang lebih rendah) Langkah Kelima. Hitung Future Dividends dan jumlahkan dengan Future Stock Price untuk mendapatkan Future Stock Price plus Dividends. – Hitung EPS sampai dengan 5 tahun ke depan dengan growth sebesar percent average ROE after payout – Hitung jumlah dividend per share (DPS)sampai dengan 5 tahun ke depan (DPS = EPS X dividend payout ratio) – Future stock price with dividend = Future stock price + total dividend s.d 5 tahun ke depan Langkah Keenam. Hitung Expected Rate of Return berdasarkan metode Average ROE Expected return berdasarkan metode average ROE = i (FV, PV, n) di mana: FV = Future stock price plus dividend PV = Harga saham saat ini n=5 Expected rate of return dengan metode average ROE:
≥ 15% –> PILIH (Best Case) ≥ 12% dan < 15% –> PILIH < 12% –> BUANG The EPS Growth Method
Langkah Pertama. Hitung expected future stock price (dengan dividends) berdasarkan metode average EPS growth – Hitung EPS growth rate 5 tahun terakhir –
EPS (5 tahun ke depan) = (1 + EPS growth rate)^5 x EPS saat ini
– Future Stock Price (5 tahun ke depan) = EPS 5 tahun ke depan x rata-rata P/E 5 tahun terakhir (atau P/E saat ini, jika lebih rendah) – Hitung EPS sampai dengan 5 tahun ke depan dengan growth EPS growth yang telah dihitung. – Hitung jumlah dividend per share (DPS)sampai dengan 5 tahun ke depan (DPS = EPS X dividend payout ratio) – Future stock price dengan dividend = Future stock price + total dividend s.d 5 tahun ke depan Langkah Kedua. Hitung expected rate of return based on the average EPS growth method Expected rate of return berdasarkan metode EPS growth = i (FV, PV, n) di mana: –
FV = Future stock price with dividend
–
PV = Harga saham saat ini
–
n = 5 tahun
Expected rate of return berdasarkan metode EPS growth: ≥ 15% –> PILIH (Best Case) ≥ 12% dan < 15% –> PILIH < 12% –> BUANG Mencari Rata-Rata Prediksi Return di Masa Datang Average final return = (Expected return of ROE method + Expected return of EPS method) / 2
Range of expected return: ≥ 15% –> PILIH (Best Case) ≥ 12% dan < 15% –> PILIH < 12% –> BUANG Contoh Kasus Valuasi: INTP
Pada artikel sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa INTP lolos dari screeningkuantitatif. Bagaimana dengan valuasinya? Pada bagian ini kita akan mencoba menghitung harga wajar INTP berdasarkan formula yang sudah dituliskan pada bagian sebelumnya. Seperti halnya contoh sebelumnya, data yang digunakan juga berasal dari laporan keuangan tahun 2012. The Initial Rate of Return
Walaupun masih di bawah BI rate, saya tetap melanjutkan proses untuk INTP. The Return on Equity Method Langkah Pertama. Hitung Percent Average ROE After Payout (5 years).
Langkah Kedua. Proyeksikan equity/share untuk 5 tahun ke depan.
Langkah Ketiga. Konversikan Future Equity menjadi Future EPS.
Langkah Keempat. Hitung Future Stock Price.
Langkah Kelima. Hitung Future Dividends dan jumlahkan dengan Future Stock Price untuk mendapatkan Future Stock Price plus Dividends.
Langkah Keenam. Hitung Expected Rate of Return berdasarkan metode Average ROE.
The EPS Growth Method Langkah Pertama. Hitung expected future stock price (dengan dividends) berdasarkan metode average EPS growth.
Langkah Kedua. Hitung expected rate of return based on the average EPS growth method
Mencari Rata-Rata Prediksi Return di Masa Datang
Terlihat bahwa expected return INTP baik menggunakan metode ROE maupun EPS growth masih di atas ambang batas 12% sehingga INTP lolos screening Buffett.
Bagaimana Warren Buffett Memilih Saham? (Bagian 3 – Back Test) Posted on February 5, 2014by parahita
Bagian ini merupakan bagian terakhir dari artikel mengenai metode pemilihan saham Warren Buffett. Kali ini saya akan membahas bagaimana jika seandainya metode pemilihan saham Warren Buffett diterapkan di Indonesia. Back test dilakukan sejak tahun 2007 s.d 2013. Agar back test yang dilakukan mampu mendekati kondisi sebenarnya, terdapat beberapa pengkondisian sbb: Pengukuran kinerja dimulai pada bulan April setiap tahunnya mengingat umumnya laporan keuangan tahunan dirilis pada bulan Maret. Dengan demikian diasumsikan kita mulai membeli saham dan menyusun portfolio setelah laporan keuangan diterbitkan. Interval pengukuran kinerja adalah bulanan. Kinerja portfolio dibandingkan dengan IHSG sebagai benchmark. Dilakukan rebalancing portfolio dan penggantian saham setiap tahun. Sebagai contoh, berdasarkan laporan keuangan tahun 2012 didapatkan sahamsaham berikut:
Bagaimana hasilnya?
Terlihat bahwa dengan menggunakan metode pemilihan saham ala Warren Buffett, imbal hasil tahunan yang didapatkan jauh melebihi imbal hasil pasar, dalam hal ini IHSG.
Jika kita modelkan portfolio ala Warren Buffett dan IHSG sebagai seakan sebuah reksadana yang NAB awalnya 1,000, terlihat bahwa portfolio model Warren Buffett naik hingga 7x lipat dalam 7 tahun terakhir. Sementara itu, untuk periode yang sama IHSG hanya naik 2x lipat. Hasil dari metode pemilihan saham Warren Buffett cukup memuaskan mengingat pada kurun waktu tersebut paling tidak IHSG diterpa dua gelombang dahsyat yaitu krisis global 2008 dan koreksi tajam pasar 2013. Jadi, bagaimana menurut Anda?
Hasil Screening Saham ala Warren Buffett 2014, Masihkah Relevan? Posted on September 22, 2014by parahita
8 Votes
Bagi saya, menguji kehandalan strategi investasi para maestro adalah kesenangan tersendiri. Tidak dapat dipungkiri, mereka sangat berdedikasi dan menyumbangkan ilmu pengetahuan yang luar biasa bagi perkembangan ilmu investasi saham. Salah satu di antara mereka, dan mungkin bisa disebut yang terbesar adalah Warren Buffett. Aksi investasinya selalu mengundang perhatian dan banyak memberikan pelajaran berharga. Adalah sebuah kehormatan bagi saya untuk memperlihatkan bagaimana pemikiran Warren Buffett diterjemahkan dan diterapkan di Bursa Efek Indonesia. Apakah strategi investasinya relevan untuk diterapkan di Indonesia? Meniru strategi Buffett secara keseluruhan bisa dibilang hampir tidak mungkin karena pada prakteknya ia banyak menekankan pemilihan saham dengan menggunakan parameter kualitatif. Yang bisa terukur adalah aspek kuantitatif dari strategi pemilihan sahamnya. Sebelumnya, strategi pemilihan saham Warren Buffett ini pernah saya tuliskan di sini dan sini. Artikel tersebut menjadi acuan saya untuk mencoba mengetahui apakah sampai dengan saat ini masih relevan. Saya menggunakan data dari laporan keuangan tahun 2013 dan kemudian melakukan back test dengan memeriksa imbal hasil yang diberikan dari akhir tahun 2013 sampai dengan tanggal 19 September 2014. Sebagai informasi, dalam kurun waktu yang sama IHSG memberikan imbal hasil sebesar 22.3%. Pada akhir tahun 2013, IHSG bertengger di level 4,274 dan pada tanggal 19 September 2014, IHSG berada di level 5,228. Bagaimanakah hasilnya?
Tercatat ada 8 saham yang lolos screening, termasuk dalam hal valuasi. Sampai dengan tanggal 19 September 2014, portfolio modelnya telah memberikan imbal hasil sebesar 58.3%. Nilai ini jauh lebih tinggi daripada imbal hasil pasar (IHSG). Jika Anda lihat, pada portfolio model tersebut imbal hasil CITA jauh lebih tinggi
daripada yang lain dan menjadi terlalu dominan menyumbang imbal hasil portfolio. Untuk menghilangkan keraguan, jika kita mengeluarkan CITA dari portfolio, imbal hasil yang diperoleh adalah 46.5%. Nilai tersebut tetaplah mengesankan. Berdasarkan hasil tersebut, ada kemungkinan Anda bertanya-tanya. Mengapa sangat sedikit saham yang lolos dari screening. Terus terang saja penyebabnya adalah adanya filter initial return yang cukup sulit untuk dipenuhi oleh kebanyakan saham. Initial return adalah EPS dibagi dengan harga saham. Dengan kata lain, initial return adalah kebalikan dari P/E ratio. Buffett mensyaratkan initial return harus lebih besar dari imbal hasil sekuritas bebas risiko. Di Indonesia yang biasa dijadikan acuan adalah BI rate. Saat ini BI rate adalah 7.5%. Jika kita balik, nilai tersebut setara dengan P/E ratio 13.3x. Dalam pemilihan saham, P/E ratio-nya tidak boleh melebihi 13.3x. Tidak banyak saham yang memiliki P/E ratio di bawah itu. Bagaimana jika kita mengabaikan filter itu dalam menyeleksi saham? Apakah hasilnya akan berbeda? Mari kita lihat.
Terlihat bahwa jika kita mengabaikan filter initial return, jumlah saham yang lolos seleksi membengkak menjadi 23 jenis. Kita bisa melihat banyak nama besar di sana seperti HMSP, SMGR, dan UNVR. Namun apa yang kita dapatkan? Imbal hasil portfolio turun menjadi hanya 36.1% dan apabila kita mengeluarkan CITA dari portfolio, imbal hasilnya hanyalah 31.3%. Tentu saja dibandingkan den gan IHSG yang memberikan imbal hasil 22.3%, angka tersebut bisa dibilang cukup tinggi. Pelajaran yang bisa kita ambil adalah bahwa sebagus apapun sahamnya, kita tidak bisa membelinya di harga berapapun. Kita sebaiknya memilih saham yang tidak terlalu mahal harganya walaupun secara fundamental sangat meyakinkan kinerjanya.
Satu hal lagi yang bisa menjadi bahan renungan. Kinerja seperti itu bisa kita dapatkan dengan hanya menseleksi saham-saham yang memenuhi syarat dan selanjutnya tidak perlu ditengok-tengok lagi. Dengan begitu pun, portfolio kita mampu mengalahkan IHSG bahkan lebih dari 2x lipat. Tentu saja ada beberapa problem yang harus kita pikirkan solusinya. Salah satunya adalah biasanya emiten merilis laporan keuangan tahunan pada bulan Maret atau ada jeda tiga bulan. Bagaimana cara memecahkan masalah tersebut? Mau tidak mau kita harus membuat proyeksi dan memperkirakan kinerja full year berdasarkan laporan keuangan kuartal ketiga. Walaupun cukup sulit, hal tersebut bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Yang saya percaya, tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras. Siapkah Anda?