BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pencernaan makanan dimulai didalam mulut dimana makanan dihaluskan sambil diaduk dengan ludah yang mengandung suatu enzim amilase yaitu ptialin, yang berfungsi menguraikan karbohidrat. Setelah itu ditelan dan adukan dilanjutkan dengan gerakan peristaltik ke lambung dengan bantuan getah lambung yang terdiri dari asam lambung dan pepsin, yaitu suatu enzim proteolitik yang disekresi oleh selaput lendir lambung. Pencernaan dilanjutkan didalam usus yang dibantu oleh enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh pancreas dan mukosa usus. Setelah terbentuk zat -zat gizi yang sangat halus dan mudah diserap oleh tubuh maka sisa makanan masuk ke usus besar dan diolah oleh flora normal usus hingga siap untuk dibuang. Sedangkan Sistem hepatobilierjuga hepatobilierjuga
termasuk dalam sistem pencernaan yang
mengatur pengeluaran atau sekresi cairan empedu yang berasal dari hati dan kandung empedu untuk disekresikan ke dalam usus halus untuk pencernaan lemak dalam makanan. Di seluruh lambung usus inilah dapat timbul pelbagai gangguan penyakit baik yang disebabkan oleh terganggunya produksi enzim pencernaan maupun yang disebabkan oleh infeksi-infeksi usus oleh kuman dan cacing. Oleh karena itu akan dibahas mengenai penggolongan obat gastrointestinal dan hepatobilier.
1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan informasi tentang terapi pada kelainan gastrointestinal dan hepatobilier. 1.2.2 Tujuan Khusus
Mengetahui golongan obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan hepatobilier
Mengetahui
secara
farmakologis
obat
yang
bekerja
pada
sistem
gastrointestinal dan hepatobilier
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 1
1.3 Manfaat 1.3.1 Secara Teoritis
Bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang terapi pada kelainan gastrointestinal dan hepatobilier. 1.3.2 Secara Praktis
Diharapkan dapat mengerti tentang golongan, farmakodinamika dan farmakokinetika obat yang bekerja pada sistem gastrointesti nal dan hepatobilier.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 2
1.3 Manfaat 1.3.1 Secara Teoritis
Bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang terapi pada kelainan gastrointestinal dan hepatobilier. 1.3.2 Secara Praktis
Diharapkan dapat mengerti tentang golongan, farmakodinamika dan farmakokinetika obat yang bekerja pada sistem gastrointesti nal dan hepatobilier.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 GASTROINTESTINAL Pengertian
Gastrointestinal
ialah
suatu
kelainan
atau
penyakit
pada
jalan
makanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan pankreas (Sujono Hadi, 2002). Penggolongan Penggolongan Obat Gastrointestinal Gastrointestinal yaitu: A. ANTASIDA Pengertian
Antasida (anti = lawan, acidus = asam) adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir kelebihan asam lambung yang menyebabkan timbulnya penyakit tukak lambung atau sakit maag, dengan gejala nyeri hebat yang berkala. Tujuan
pengobatan
adalah
menghilangkan
gejala,
mempercepat
penyembuhan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Penggolongan
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antasida dapat digolongkan menjadi : 1) Anti Hiperaciditas a. Obat dengan kandungan aluminium dan atau magnesium Obat ini bekerja secara kimiawi dengan mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Magnesium atau aluminium tidak larut dalam air dan dapat bekerja lama di dalam lambung sehingga tujuan pemberian antasida sebagian besar dapat tercapai. Sediaan yang mengandung magnesium dapat menyebabkan diare (bersifat pencahar) sedangkan sediaan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan konstipasi (sembelit) maka biasanya kedua senyawa ini dikombinasikan.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 3
Persenyawaan molekul antara Mg dan Al disebut hidrotalsit . (aluminium hidroksida, magnesium karbonat, magnesium trisilikat, kompleks aluminium magnesium hidrotalsit). b. Obat dengan kandungan natrium bikarbonat merupakan antasida yang larut dalam air, dan bekerja cepat. Tetapi bikarbonat yang terabsorbsi dapat menyebabkan alkalosis bila digunakan dalam dosis berlebih, terlepasnya CO2 dapat menyebabkan sendawa. c. Obat dengan kandungan bismut dan kalsium dapat membentuk lapisan pelindung pada luka di lambung tetapi sebaiknya dihindari karena bersifat
neurotoksik
sehingga
dapat
menyebabkan
encefalopatia
(kerusakan otak dengan gejala kejang-kejang dan kekacauan) juga cenderung menyebabkan konstipasi. Kalsium dapat menyebabkan sekresi asam lambung berlebih, kelebihan menyebabkan hiper kalsemia. 2) Perintang reseptor H 2 (antagonis reseptor H 2 ) Semua antagonis reseptor H2 menyembuhkan tukak lambung dan duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H2. Contoh perintang reseptor H 2 adalah ratinidin dan simetidin sekarang dikenal senyawa baru famotidin dan nizatidin. Pengobatan dengan obat-obatan antasida bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, membuat penderita lebih tenang dan dapat beristirahat, juga agar penderita tidak mengalami kembung. Antasida sering dikombinasikan dengan: a)
Anti kolinergik, dahulu agak banyak digunakan, tetapi dengan introduksi triple therapi untuk indikasi H. Pylori, saat ini dianggap obsolet dan sudah ditinggalkan seluruhnya.
b)
Obat penenang/sedativ, yaitu untuk menekan stress karena dapat memicu sekresi asam lambung (contohnya klordiazepoksida)
c)
Spasmolitik, yaitu untuk melemaskan ketegangan otot lambung – usus dan mengurangi kejang-kejang (contohnya papaverin). Contoh nama dagang: Neo Gastrolet ( +papaverin)
d)
Dimetikon (dimetilpolisiloksan) berfungsi memperkecil gelembung gas yang timbul sehingga mudah diserap dengan demikian dapat dicegah masuk angin, kembung, dan sering buang angin (flatulensi).
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 4
Contoh Nama Dagang : Polycrol (+dimeticon) 3)
Penghambat pompa-proton (PPP) Yang termasuk golongan ini: Omeprazole. Lansoprazole, pantoprazol dan Esomeprazol. Obat-obat ini menghambat dengan praktis tuntas sekresi asam. Kerjanya panjang akibat kumulasi di sel-sel tersebut. Kehamilan dan laktasi. Penggunaannya selama kehamilan dan laktasi belum tersedia cukup data.
Nama Paten indikasi, kontra indikasi dan efek samping dll. 1.
Golongan Antihiperciditus
a.
Polysilane Komposisi:
Per tablet polysilane Al(OH)3 200 mg, dimethicone 80 mg, Mg(OH)2 200 mg. Indikasi:
Rasa terbakar khususnya pada hernia hiatal, pirosis, gastritis, kembung. Dosis:
Dewasa 1-2 tablet/hari atau 1-2 sendok teh 3-4 kali/hari. Pemberian Obat:
Dapat diberikan bersama makan. Peringatan:
Kerusakan fungsi ginjal, penggunaan lama, dosis tinggi. Efek Samping:
Efek samping Polysilane sangat minimal. Dapat terjadi sembelit, diare, mual dan muntah. Gejala-gejala tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan. Interaksi Obat:
Absorbsi dihambat dengan furosemid, indometasin, tetrasiklin, digoksin, INH, antikolinergik.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 5
Kontra I ndikasi :
-
Jangan diberikan pada penderita fungsi ginjal yang berat, karena dapat menimbulkan hipermagnesia.
-
Tidak dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 inggu, kecuali atas petunjuk dokter.
-
Bila sedang menggunakan obat tukak lambung lain seperti simetidin atau antibiotika tetrasiklin, harap diberikan selang waktu 1-2 jam.
-
Tidak dianjurkan pemberian pada anak-anak dibawah usia 6 tahun, kecuali atas petunjuk dokter.
-
Hati-hati pemberian pada penderita diet fosfor rendah dan pemakaian lama karena dapat mengurangi fosfor dalam darah.
M ekani sme Ker ja:
Antasida
bekerja
menetralkan
asam
dalam
lambung
DMPS
bekerja
menurunkan tegangan permukaan gelembung gas dalam lambung sehingga mudah dikeluarkan. ` b.
(MIMS, 2012: 18).
Rennie (ISO Vol 44 Hal 416) Komposisi:
Mg. Carbonat 80 mg, Ca. Carbonate 680 mg. Indikasi :
Mengurangi gejala yang berkaitan dengan kelebihan asa m lambung, dan kembung Kontra Indikasi :
Hiperkalsemia Dosis:
Sehari 1-2 tablet, dikunyah perlahan, diminum 1-3 jam sebelum makan dan sebelum tidur, maksimal 11 tablet/hari. Efek Samping :
Konstipasi, mual, muntah. 2.
Perintang reseptor H 2 (antagonis reseptor H 2)
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 6
a.
Ifamul (ISO Vol 44 Hal 405)
Kandungan
: famotidin 20 mg
Cara Kerja Obat :
Famotidin bekerja dengan menghambat secara kompetitif reseptor histamin H2.
Aktivitas
farmakologi
yang
penting
dan
famotidin
adalah
menghambat sekresi gastrik, sehingga volume sekresi gastnk dan konsentrasi asam menurun. I ndikasi :
Famotidin diindikasikan untuk:
Terapi jangka pendek pengobatan ulkus duodenum akut.
Pemeliharaan pasien ulkus duodenum pada dosis yang dikurangi sesudah sembuh dari tukak aktif.
Pengobatan pada kondisi hipersekresi patologis (misal: ZolltngerEllison Syndrome, multiple endocrine adenomas).
Dosis :
1.
Ulkus duodenum akut: Dewasa : sehari 40 mg atau 2 kali 20 mg sebelum tidur malam.
2.
Pemeliharaan ulkus duodenum: Dewasa : sehari 20 mg sebelum tidur malam.
3.
Hipersekresi patologis (misal : Zollinger-Ellison Syndrome, multiple Endocrine Adenomas). Dewasa : dosis awal 20 mg/6 jam, dosis dapat ditingkatkan sampai 160 mg/6 jam pada pasien dengan ZollingerBIHson Syndrome yang parah.
Peri ngatan dan Perh atian :
Penqgunaan famotidin pada kehamilan dan ibu menyusui hanya bila benar-benar dibutuhkan, dan diketahui bahwa manfaatnya lebih besar dari resikonya.
Keamanan dan manfaat famotidin pada anak-anak belum diketahui .
Dosis harus disesuaikan pada pasien dengan gangguan ginjal. Sebelum terapi dengan „famotidin malignasi gaster harus disingkirkan.
Ef ek Samping :
Sakit kepala, pusing, konstipasi dan diare.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 7
Thrombocytopenia dan arthralgia.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap famotidin. I nteraksi Obat :
Pada dosis terapeutik tidak mengganggu eliminasi obat-obat yang dimetabolime di hati seperti warfarin, fenitoin, propranolol, diazepam, klordiazepoksida. F armakodinamik :
Seperti halnya dengan simetidin dan ranitidin, famotidin merupakan
AH2
sehingga
dapatmenghambat
sekresi
asam
lambung pada keadaan basal, malam dan akibat distimulasi oleh pentagastrin. Famotidin tiga kali lebih poten daripada ranitidin dan 2 0 kali lebih potendaripada simetidin. F armakokinetik :
F a m o t i d i n m e n c a p ai k a d a r p u n c a k d i p l a s m a k i r a kira dal am 2 jam sete lah pen ggunaa n secara oral, masa paruh eliminasi 3-8 jam dan bioavailabilitas 40-50%. Metabolit utama adalah famotidin-S-oksida. Setelah dosis oral tunggal, sekitar 25% dari dosis di temukan dalam bentuk basal di urin. Pada pa s i e n g a ga l gi n j a l b e r a t m a s a p a r u h e l i m i n a s i d a pa t melebihi 20 jam. b.
Simetidin Nama Dagang : Ulsikur (ISO Vol 44 hal 419)
Farmakokinetik:
Adsorbsi : oral sebanding iv=50-70% oral diperlambat o/ makanan terjadi pada menit 60-90 Distribusi : ikatan pd plasma 20% Metabolisme : menghambat sitokrom P450 Ekskresi : urin dan tinja
: memblok reseptor H2 Farmakodinamik
I nteraksi obat :
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 8
Bila
diberikan
bersama
antasida,
metoklopramid,
diazepam,
ketokonazol dianjurkan selang waktu 1-2 jam. Akumulasi obat lain akibat penghambatan enzim sitokrom
: Ef ek sampin g
Nyeri kepala, pusing, mual, diare
3.
Disfungsi seksual pria akibat efek antiandrogenik
Sediaan : tab 200 mg
Penghambat pompa-proton (PPP) a.
Rocer (I SO Vol 44 Hal 416)
: Omeprazole 20 mg Kandungan Indikasi
: Terapi jangka pendek tukak usus 12 jari & tukak lambung.
Terapi jangka panjang utk sindroma Zollinger-Ellison. Kontra I ndikasi :Hipersensitif; kehamilan dan menyusui Dosis:
Ulkus duodenum & lambung : 20 mg sekali sehari selama 2-4 minggu untuk ulkus duodenum & 4-8 minggu untuk ulkus lambung.
Kondisi berat : 40 mg sekali sehari.
Sindroma Zollinger-Ellison : diawali dengan 60 mg sekali sehari.
Pasien dengan penyakit berat : 20-120 mg/hari. Dosis di atas 80 mg/hari harus diberikan menjadi 2 kali s ehari.
M ekani sme Kerj a:
Omeprazole bekerja menghambat sekresi asam lambung dengan cara berikatan
pada
pompa
H+K+ATPase
(pompa
proton)
dan
mengaktifkannya sehingga terjadi pertukaran ion kalium dan ion hydrogen dalam lumen sel. Omeprazole berikatan pada enzim ini secara irreversibel, tetapi reseptor-H2 tidak dipengaruhi. Secara klinis, tidak terdapat efek farmakodinamik yang berarti selain efek obat ini terhadap sekresi asam. Pemberian melalui oral dari obat ini menghambat sekresi asam lambung dan stimulasi pentagastrik.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 9
Perh atian :
Pada wanita hamil, wanita menyusui dan anak-anak sebaiknya dhindari bila penggunaannya dianggap tidak cukup penting. Penggunaan dosis besar & lama dpt menstimulasi Ef ek Sampin g : pertumbuhan sel ECL (enterochromaffin-likecells). Pertumbuhan berlebihan dr bakteri di dalam saluran Gastro intestinall (pada penggunaan jangka lama). Farmakodinamika :
Omeprazole menghambat sekresi asam lambung pada tahap akhir dengan memblokir system enzim H+, K +-ATPase (Proton Pump) dalam sel parietal lambung. Omeprazole yang berikatan dengan proton (H +) secara cepat akan diubah menjadi sulfenamid, suatu penghambat pompa proton yang aktif. Sulfenamid bereaksi secara cepat dengan gugus merkapto (SH) dari H+, K +-ATPase, kemudian terbentuk ikatan disulfide diantara inhibitor aktif dan enzim, dengan demikian dapat menginaktifkan enzim secara efektif. Sehingga menghambat pembentukan asam lambung baik dalam keadaan basal ataupun pada saat adanya rangsangan Farmakokinetik:
Omeprasol dimetabolisme secara sempurna terutama dihati, sekitar 80% metabolit diekskresikan melalui urin dan sisanya melalui feses. Dalam bentuk garam natrium omeprazole diabsorpsi dengan cepat. Sembilan puluh lima persen natrium omeprazole terikat pada protein plasma.
b.
Pysolan (I SO Vol 44 Hal 413) Komposisi : Lansoprazol 30 mg Farmakologi:
Farmakodinamik:
Lansoprazole mengurangi sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton (H+/K+) ATP-ase dari sel parietal mukosa lambung Farmakokinetik:
Absorpsi Lansoprazole terabsorpsi cepat dengan rata-rata konsentrasi puncak plasma 1,7 jam setelah dosis oral dan relatif lengkap dengan
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 10
bioavailabilitas absolut 80% lebih. Jika obat diberi 30 menit setelah makan, maka konsentrasi puncak plasma dan AUC menurun sekitar 50%. Tidak ada pengaruh yang signifikan Jika obat diberi sebelum makan, Distribusi Jumlah Lansoprazole yang terikat plasma protein sekitar 97% dengan konsentrasi konstan antara 0,05 - 5,0 mg/ml. Metabolisme Lansoprazole dimetabolisme di hati. Dua metabolit teridentifikasi kuantitatif di plasma, yaitu sulfinil terhidroksilasi dan turunan sulfon dari Lansoprazole, Lansoprazole diubah menjadi 2 spesies aktif yang dapat menghambat sekresi asam dengan menghambat H+/K+ ATP-ase pada sel parietal kanalikuli. Akan tetapi spesies ini tidak terdapat dalam sirkulasi sistemik. Eliminasi Pada pemakaian dosis tunggal, lansoprazole dikeluarkan lewat urin dalam bentuk tidak berubah.
Indikasi
:
Pengobatan jangka pendek penyakit tukak duodenal dan refluks esofagitis.
Dosis dan cara pemberian :
Tukak duodenal dan refluks esofagitis 30 mg sekali sehari selama 4 minggu. Lansoprazole diberikan sekali sehari untuk mencapai efek penghambatan asam yang optimal dan kesembuhan yang cepat serta hilangnya gejalagejala. Lansoprazole sebaiknya diberikan pagi hari sebelum makan, kapsul harus ditelan tidak boleh digerus atau dikunyah. Pengobatan jangka panjang tidak dianjurkan.
Kontraindikasi :
Pasien yang hipersensitif terhadap Lansoprazole
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 11
Peringatan dan perhatian :
Kemungkinan keganasan di lambung harus dihilangkan pada saat pengobatan diberikan, karena pengobatan dengan Lansoprazole dapat menutupi gejala keganasan sehingga memperlambat penentuan diagnosis.
Sebaiknya tidak diberikan pada neonatus, usia lanjut, selama kehamilan dan menyusui, kecuali apabila tidak ada terapi alternatif yang sesuai.
Hati-hati pada penderita penyakit hati (sirosis hati)
Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum diketahui
Tidak perlu penyesuaian dosis pada penderita gangguan hati dan ginjal, dosis tidak boleh melebihi 30 mg/hari
I nteraksi obat :
Pemberian
Lansoprazole
bersamaan
dengan
sukralfat
akan
menghambat absorpsi dan mengurangi bioavailabilitas Lansoprazole sekitar 30%. Oleh karena itu sebaiknya diminum minimum 30 menit sebelum sukralfat.
Pemberian
antasida
bersamaan
dengan
Lansoprazole
tidak
mempengaruhi Lansoprazole.
Lansoprazole menyebabkan penghambatan yang dalam dan lama terhadap
sekresi
asam
lambung
karenanya
ada
kemungkinan
mempengaruhi absorpsi obat-obatan dimana pH lambung merupakan faktor
penting
yang
menentukan
bioavailabilitas
(misalnya
Ketokonazol, ester-ester Ampisllin, garam-garam besi, digoksin). Efek samping:
Diare, kulit kemerahan, sakit kepala, Sakit perut, dispepsia, mual, muntah, pusing, konstipasi, flatulen. Kemasan :
Lansoprazole, Dus, 2 blister @ 10 kapsul. Harus dengan Resep dokter.
Simpan di tempat kering dan sejuk. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 12
Spesialite obat-obat antasida . NO
GENERIK
1
Kombinasi Al(OH)3,
DAGANG
PABRIK
Polysilane
Pharos
Rennie
Roche
MG(OH), dan Simetikon 2
Mg. Carbonat dan Ca. Carbonat
3
Dimethylpolosiloxane
Disflatyl
Pharos
4
Famotidin
Ifamul
Guardian Pharmatama
5
Simetidin
Ulsikur
Kalbe Farma
6
Omeprazole
Rocer
Otto
7
Lansoprazole
Patozol
Pharos
8
Esomeprazole
Nexium
AstraZeneca
B. ANTI DIARE Pengertian
Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan makanan. Gejala diare adalah buang air besar berulang kali dengan banyak cairan kadang-kadang disertai mulas (kejang-kejang perut) kadang-kadang disertai darah atau lendir. Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus. Penggolongan
Obat – obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa : 1.
Kemoterapi
2.
Obstipansia
3.
Spasmolitik Sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare
akut seperti pada gastro enteritis ialah mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat mengakibatkan kematian.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 13
Gejala dehidrasi : haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (kehilangan turgor), berkurangnya air kemih, berat badan turun dan gelisah. Pencegahan dehidrasi dilakukan dengan pemberian larutan oralit, yaitu campuran dari :
NaCl 3,5 gram
KCl 1,5 gram
NaHCO3 2,5 gram Glukosa 20 gram
Atau dengan memberikan larutan infus secara intra vena antara lain
Larutan NaCl 0,9 % ( normal saline )
Larutan Na. Laktat majemuk ( ringer laktat ) Setelah itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis penyebab diare melalui pemeriksaan yang teliti.
1) Kemoterapi Untuk terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan sulfonamida atau antibiotika. 2)
Obstipansia Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara :
Menekan peristaltik usus, misalnya loperamid
Menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnya tannin
Pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare yang lain misalnya, carbo-adsorben, kaolin
3)
Pemberian mucilagountuk melindungi selaput lendir usus yang luka.
Spasmolitika Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare misalnya Atropin sulfat
Obat generik , indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 14
1. Oralit Indikasi
Pencegahan dehidrasi pada diare atau kolera dengan cara menggantikan cairan tubuh yang hilang
Kontra indikasi
Obstruksi dan perforasi usus
Efek samping
Hiper kalemia
Sediaan
Oralit (generik),serbuk
Cara penyimpanan
Ditempat kering
2. Kaolin Indikasi
Pengobatan diare, bersifat adsorben
Kontra indikasi
-
Efek samping
-
Sediaan
Generik (-) Umumnya yang beredar adalah kombinasi kaolin dan pectin
3. Carbo adsorben Indikasi
Pengobatan diare, bersifat menyerap racun
Kontra indikasi
-
Efek samping
-
Sediaan
Karbo Absorben (Kimia Farma) Di Indonesia beredar Attapulgit
4.
Loperamid Nama Paten
: Imodium (ISO Vol 44 Hal 439)
Kandungan
: Loperamid HCl 2 mg
Indikasi
: Diare akut, diare kronik.
Kontra indikasi
: · Saat hambatan peristaltik dihindari. · Gangguan fungsi hati. · Anak berusia kurang dari 12 tahun.
Efek samping :
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 15
Mulut kering, mual, muntah, nyeri/rasa sakit pada perut, sulit buang air besar. Dosis
:
Diare akut
: dosis awal 2 tablet, selanjutnya 1 tablet setiap habis buang air
besar.
Diare kronis : dosis awal sama dengan diare akut, selanjutnya dosis disesuaikan sampai tinja normal dan buang air besar hanya 1-2 kali dalam sehari. Dosis maksimum : 8 tablet per hari.
Mekanisme Kerja: Imodium adalah obat diare yang bekerja dengan cara memperlambat gerakan usus sehingga dorongan untuk mengeluarkan sisa makanan akan berkurang. Melambatnya gerakan usus ini juga membuat zat gizi dari makanan dapat terserap lebih baik. Farmakodinamik Loperamide merupakan anti spasmodik, dimana mekanisme kerjanya yang pasti belum dapat dijelaskan. Pada percobaan binatang, Loperamide menghambat motilitas/peristaltik usus dengan mempengaruhi secara langsung pada otot sirkular dan longitudinal dinding usus. Pada manusia, Loperamide memperpanjang waktu transit isi saluran cerna. Loperamide menurunkan volume feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan fesesdan menghentikan kehilangan cairan dan elektrolit. Farmakokinetik Penyerapan Oral Loperamide (HCl) ditemukan 70% ± 5. Pengikatan dengan plasma protein adalah 97%. Metabolisme presystemic dicatat 45,5% ± 4,5 dan metabolisme hepatik (luas). Ekskresi melalui ginjal 2% dan waktu paruh plasma 1012 jam. Interaksi obat :
Pemberian bersama tranquilizer atau alcohol,monoamine,oxydase,inhibitor harus hati-hati. Overdosis : Gejala : konslipasi,mual,depresi susunan saraf pusat. Spesialite obat anti diare
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 16
NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
1
Oralit
Bioralit
Indofarma
Corsalit
Corsa
Kaopectate
Up John
2
Kaolin
Indonesia Neo Diaform
Corsa
Neo
Kalbe Farma
Enterostop 3
Attapulgit
Biodiar
Novartis Indonesia.
4
Loperamid HCL
Imodium
Johnson &Johnson
Lodia
Sanbe
C. PENCAHAR/LAXATIVA Pengertian
Pencahar atau laxantia adalah obat-obat / zat yang dapat mempercepat peristaltik usus sehingga mempermudah/ melancarkan buang air besar. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara merangsang
susunan saraf otonom para-simpatis agar usus
mengadakan gerakan peristaltik dan mendorong isinya keluar. Penggunaan
Obat pencahar digunakan untuk :
Pada keadaan sembelit (konstipasi) karena pengaruh efek samping obat kurang minum, kurang mengkomsumsi makanan berserat.
Pada pasien dengan resiko pendarahan, pada angina pektoris atau resiko
Pendarahan rektal pada hemoroid (wasir).
Untuk membersihkan saluran cerna sebelum pembedahan dan prosedur radiologi.
Untuk pengeluaran parasit setelah pemberian antelmentik./
Penggunaan pencahar pada anak-anak harus dihindari kecuali diresepkan oleh dokter.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 17
Penggolongan
Berdasarkan mekanisme kerja dan sifat kimianya, pencahar digolongkan sebagai berikut : 1)
Zat-zat perangsang dinding usus - Merangsang dinding usus besar misalnya glikosida antrakinon (rhei, sennae, aloe, bisakodil, dantron) - Merangsang dinding usus kecil misalnya oleum ricini /minyak jarak (sudah tidak dipakai) dan kalomel
2)
Zat-zat yang dapat memperbesar isi usus - Obat yang bekerja dengan jalan menahan cairan dalam usus secara osmosis (pencahar osmotik), contohnya magnesium sulfat (garam Inggris) , natrium fosfat. Enema fosfat bermanfaat dalam membersihkan usus sebelum prosedur radiologi, endoskopi dan bedah. Natrium sulfat harus dihindari karena pada individu yang rentan dapat menyebabkan retensi air dan natrium - Obat yang dapat mengembang dalam usus, misalnya agar-agar, carboksil metil cellulose (CMC) dan tylose. - Serat juga dapat digunakan karena tidak dapat dicernakan, seperti buah-buahan dan sayuran.
3)
Zat pelicin atau pelunak tinja Zat ini dapat mempermudah defikasi karena memperlunak tinja dan memperlicin
jalannya defekasi. Contohnya paraffin cair, suppositoria dengan gliserin, klisma dengan larutan sabun dll. 4)
Obat penguat motilitas atau dinamakan prokinetika atau propulsiva. Yang termasuk golongan ini : metoklopramida, cisaprida, dan domperidon.
Obat Paten, Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping, dll. 1. Bisakodil Nama Paten : Du lcolax (I SO Vol. 44 Hal 444) Farmakologi:
Bisokodil adalah stimulan yang mempunyai struktur mirip dengan phenolphthalein. Berefek dengan cara kontak langsung dengan mukosa kolon. Dapat menghambat absorpsi air dalam usus halus dan kolon.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 18
Indikasi: Konstipasi, sebelum prosedur radiologi dan pembedahan. Farmakokinetik:
Onset per oral 6-12 jam, per raktal 15 menit sampai 1 jam. Absorpsi kurang dari 5 % untuk pemberian secara oral atau rektal, dimana sebagian diubah menjadi garam glukoronida dan diekskresi melalui urin dan empedu. Kontraindikasi : Ef ek Samping : Penggunaan jangka pnajang dapat memicu atonia colon. Sediaan
: Bisakodil (generik) tab 5 mg
2. Dantr on
Indikasi
Konstipasi pada pasien gagal jantung,pada orang tua
Kontra indikasi
Obstruksi usus, atonia colon.
Efek samping
-
Sediaan
Dantron (generik) tablet 150 gr
3. Glycer in
Indikasi
Konstipasi
Kontra indikasi
-
Efek samping
-
Sediaan
Glyserin (generik), larutan
4. M agnesiu m sul fat /garam I nggri s
Indikasi
Konstipasi, pengosongan usus yang cepat sebelum prosedur radiologi, endoskopi dan bedah.
Kontra indikasi
Penyakit saluran cerna akut; gangguan ginjal, gangguan hati, usia lanjut & pasien lemah
Efek samping
Kolik
Sediaan
Magnesium sulfat (generik) serbuk 30 gr garam Inggris (generik), serbuk
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 19
5.
Metoklopramida
Nama Paten : Primperan (ISO Vol 44 Hal 429) Kandungan : Metoklopramid 10 mg/tablet; 10 mg/2 ml inj. Indikasi
:
Untuk meringankan (mengurangi simptom diabetik gastroparesis akut dan yang kambuh kembali).
Juga digunakan untuk menanggulangi mual, muntah metabolik karena obat sesudah operasi.
Rasa terbakar yang berhubungan dengan refluks esofagitis.
Tidak untuk mencegah motion sickness
Obstuksi intestinal, epilepsi Kontra I ndikasi : Komposisi:
Metoclopramide HCL 5 mg Tiap Tablet mengandung : Metoklopramida HCL 5 mg
Metoclopramide HCL 10 mg Tiap Tablet mengandung : Metoklopramida HCL 10 mg
F armakologi :
Kerja dari metoklopramida pada saluran cerna bagian atas mirip dengan obat kolinergik, tetapi tidak seperti obat koliergik, metoklopramida tidak dapat menstimulasi sekresi dari lambung, empedu atau pankreas, dan tidak dapat mempengaruhi konsentrasi gastrin serum. Cara kerja dari obat ini tidak jelas, kemungkinan bekerja pada jaringan yang peka terhadap asetilkolin. Efek dari metoklopramida pada motilitas usus tidak tergantung
pada
persarafan
nervus
vagus,
tetapi
dihambat
oleh
obat-obat
antikolinergik.
Dosis :
Dewasa : sehari 3 kali ½ – 1 tablet (1 tablet = 10 mg) Anak-anak usia 5-14 tahun : sehari 3 kali ¼ – ½ tablet (1 tablet = 10 mg) Diberikan 30 menit sebelum makan dan waktu mau tidur. Atau menurut petunjuk dokter.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 20
Efek samping:
Reaksi ekstrapiramidal, pusing, lelah, mengantuk, sakit kepala,
depresi, gelisah, gangguan GI, hipertensi. Over dosis:
Gejala yang timbul: kegelisahan, disorientasi dan reaksi ekstrapirami dal. Peri ngatan dan perh atian:
•
Sebaiknya tidak diberikan pada trimester pertama kehamilan karena belum terbukti keamanannya.
•
Tidak boleh diberikan bersama dengan obat golongan fenotiazina di mana akan timbul gejala ekstrapiramidal.
•
Penderita yang hipersensitif terhadap prokain dan prokainamida kemungkinan juga hipersensitif terhadap obat ini.
•
Dosis harap dikurangi pada penderita dengan gangguan renal karena dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal.
•
Hati-hati bila diberikan pada orang lanjut usia dan anak kecil.
•
Hati-hati pemakaian pada ibu menyusui dan pasien yang membutuhkan kewaspadaan dalam menjalankan aktivitasnya seperti mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
I nter aksi obat:
•
Efek metoklopramida pada motilitas gastrointestinal diantagonis oleh obat-obat antikolinergik dan analgesik narkotik.
•
Efek aditif dapat terjadi bila metoklopramida diberikan bersama dengan alkohol, hipnotik, sedatif, narkotika atau tranquilizer.
•
Absorpsi obat tertentu pada lambung dapat dihambat oleh metoklopramida misalnya digoksin.
•
Kecepatan absorpsi obat pada small bowel dapat meningkat dengan adanya metoklopramida misalnya: asetaminofen, tetrasiklin, levodopa, etanol dan siklosporin.
•
Metoklopramida akan mempengaruhi pengosongan makanan dalam lambung ke dalam usus menjadi lebih lambat sehingga absorpsi makanan berkurang dan menimbulkan hipoglikemia pada pasien diabetes. Oleh karenanya perlu pengaturan dosis dan waktu pemberian insulin dengan tepat.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 21
6.
Domperidone
Nama Paten
: Vometa (ISO Vol 44 Hal 431)
Kandungan
: Domperidone 10 mg/tablet, 5 mg/5 ml sirup, 5 mg/ml drops.
Farmakologi : Domperidone merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja anti emet ik. Efek antiemetik dapat disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastroprokinetik) dengan antagonis terhadap reseptor dopamin di kemoreseptor “trigger zone” yang terletak diluar saluran darah otak di area postrema. Pemberian oral domperidone menambah lamanya kontraksi antral dan duodenum, meningkatkan pengosongan lambung dalam bentuk cairan dan setengah padat pada orang sehat, serta bentuk padat pada penderita yang pengosongan lambungnya terhambat, dan menambah tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah pada orang sehat. Indikasi :
Untuk pengobatan gejala dispepsia fungsional
Untuk mual dan muntah akut.
Untuk mual dan muntah yang disebabkan oleh pemberian levodopa dan bromokriptin lebih dari 12 minggu. Kontra Indikasi :
Penderita hipersensitif terhadap domperidone.
Penderita dengan prolaktinoma tumor hipofise yang mengeluarkan prolaktin.
Dosis : Dispepsia fungsional :
Dewasa dan usia lanjut : 10-20 mg, 3 kali sehari dan jika perlu 10 – 20 mg, sekali sebelum tidur malam tergantung respon klinik. Pengobatan jangan melebihi 12 minggu.
Mual dan muntah (termasuk yang disebabkan oleh levodopa dan bromokriptin) :
Dewasa (termasuk usia lanjut) : 10 – 20 mg, dengan interval waktu 4 – 8 jam.
Anak-anak (sehubungan kemoterapi kanker dan radioterapi) : 0,2 – 0,4 mg/Kg BB sehari, dengan interval waktu 4 – 8 jam.
Obat diminum 15 – 30 menit sebelum makan dan sebelum tidur malam.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 22
Efek Samping :
Jarang dilaporkan : sedasi, reaksi ekstrapiramidal distonik, parkinson, tardive diskinesia (pada pasien dewasa dan usia lanjut) dan dapat diatasi dengan obat antiparkinson.
Peningkatan
prolaktin
serum
sehingga
menyebabkan
galaktorrhoea
dan
ginekomastia.
Mulut kering, sakit kepala, diare, ruam kulit, rasa haus, ce mas dan gatal.
Over Dosis
Belum ada data mengenai overdosis pada penggunaan domperidone secara oral.
Belum ada antidot spesifik yang digunakan pada overdosis domperidone, mungkin dapat dilakukan dengan cara pengosongan lambung.
Peringatan dan Perhatian :
Belum ada data mengenai overdosis pada penggunaan domperidone secara oral.
Belum ada antidot spesifik yang digunakan pada overdosis domperidone, mungkin dapat dilakukan dengan cara pengosongan lambung.
Interaksi Obat :
Domperidone mengurangi efek hipoprolaktinemia dari bromokriptin.
Pemberian obat anti kolinergik muskarinik dan analgetik opioid secara bersamaan dapat mengantagonisir efek domperidone.
Pemberian
antasida
secara
bersamaan
dapat
menurunkan
bioavailabilitas
domperidone. Efek bioavailabilitas dapat bertambah dari 13% menjadi 23% bila diminum 1½ jam setelah makan. : Penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, suhu 15-30 oC Farmakologi:
Domperidone merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja antiematik. Efek antiematik dapat disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastrokinetik) dengan antagonis terhadap reseptor dopamin di chemoreseptor "trigger zone" yang terletak di luar sawar otak di area postrema.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 23
Pemberian peroral Domperidone menambah lamanya kontraksi antral dan duodenum, meningkatkan pengosongan lambung dalam bentuk cairan dan setengah padat pada orang sehat, serta bentuk padat pada penderita yang pengosongannya terlambat dan menambah tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah pada orang sehat. Spesialite obat-obat pencahar NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
1
Ispaghula Sekam
Metamucil
Searle
2
Bisakodil
Dulcolax
Schering Indonesia
3
Glyserin
Glyserin Cap Gajah
Usaha Sekawan
4
Garam Inggris
Garam
Usaha sekawan
Inggris
cap
Gajah 5
Metoklopramid
Primperan
Delagrange
6
Cisoprida
Acpulsif
Dexa Medika
7
Domperidone
Vometa
Dexa Medika
D. ANTI SPASMODIKA Pengertian
Antispasmodik ialah zat atau obat-obat yang digunakan untuk mengurangi atau melawan kejang-kejang otot, yang sering mengakibatkan nyeri perut (saluran pencernaan). Obat golongan ini mempunyai sifat sebagai relaksan otot polos. Termasuk senyawa yang memiliki efek anti kolinergik, lebih tepatnya anti muskarinik. Meskipun dapat mengurangi spasme usus tapi penggunaannya dalam sindrom usus – pencernaan hanya bermanfaat sebagai pengobatan tambahan. Penggolongan
Anti spasmodik digolongkan menjadi:
Atropin dan kelompok alkaloid
Antimuskarinik sintetik
Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
Atropin Sulfat dan Alkaloid Beladona Indikasi
Relaksan otot polos
Kontra indikasi
Glaukoma sudut sempit
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 24
Efek samping
Mulut kering, sulit menelan dan haus,dll
Sediaan
Atropin sulfat (generik), serbuk inj. ekstrak beladona (generik) tablet 10mg, 20mg
Spesialite obat-obat anti spasmodik NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
1.
Hiosin
Buscopan
Schering
Butilbromida
2
3
Indonesia Gitas
Interbat
Hyorex
Rama
Propantelin
Pro
Soho
Bromida
Banthine
Mebeverine
Duspatalin
Kimia Farma
HCL
E. GOLONGAN LAINNYA 1. Misoprostol
Analogon prostaglandin ini berfungsi menstimulasi mekanisme perlindungan mukosa lambung dan menghambat sekresi asam lambung. Berdasarkan ini membantu pengobatan tukak lambung dan juga ditambah NSAIDs. Nama Paten : Gastrul (I SO Vol. 44 H al. 404) Kandungan : Misoprostol 200 mcg M ekani sme / car a ker ja
Setelah penggunaan oral misoprostol doabsorbsi secara ekstensif dan cepat dide-esterifikasi menjadi obat aktif : asam misoprostol.
Kadar puncak serum asam misoprostol diareduksi jika misoprostol diminum bersama makanan.
I ndikasi :
Ø Oksitosik.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 25
Ø Menstimulus kontraksi uterus. Ef ek sampin g :
Dapat menyebabkan kontraksi uterin.
Diare dilaporkan terjadi dalam 2 minggu pada terapi inisiasi dalam 14-40% pasien dengan AINS yang menerima 800µg / hari. Diare biasanya akan membaik dalam kurang lebih satu minggu terapi. Wanita-wanita yang menggunakan misoprostol kadang-kadang mengalami gangguan ginekologi termasuk kram atau perdarahan vaginal.
Kontra I ndikasi :
Misoprostol di kontraindikasikan selama kehamilan karena dapat menyebabkan keguguran (Aborsi) akibat terjadinya peningkatan kontraksi uterus atau bersifat uterotonik , yang tidak terkendalikan.
Cara pakai dan dosi s
Ø Peroral untuk proteksi GI selama terapi AINS : 200 µgqid. Diberikan bersama makanan, jika dosis ini tidak ditilerir : 100µg qid dapat digunakan.
Ø Bentuk sediaan : tablet 100,200µg. Misoprostol juga tersedia dalam kombinasi dengan diklofenak.
Interaksi Obat
Obat golongan antasid dapat menurunkan laju absorbsi dari misoprostol sehingga efek teraupetik yang diinginkan kurang maksiaml.
2. Succus Liquiritae
Ekstrak kering ini dibuat dari akar tumbuhan Glycyrrhiza glabra. Kandungan aktifnya adalah asam glisirizinat (glycyrrhizin, sangat manis) dan ester dari asam glisiretinat (enoxolon, tidak manis). Penggunaannya sebagai obat tambahan pada tukak lambung, terhadap tukak usus tidak efektif. Lagi pula obat ini banyak digunakan sebagai obat batuk guna mempermudah pengeluaran dahak dan sebagai corrigens rasa. Efek Sampingnya pada dosis besar (diatas 3 g) berupa nyeri kepala, udema dan gangguan pada keseimbangan elektrolit tubuh, juga dapat meningkatkan tekanan darah bila digunakan terus-menerus seperti dalam bentuk gula-gula (“drop”).
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 26
Succus yang telah dikeluarkan asam-asamnya, yakni succus deglycyr-rhizinatus, tidak menimbulkan efek samping tersebut tetapi masih berguna untuk pengobatan tukak lambung. Dosis ; pada batuk 3 gg 3 g sirp, pada tukak lambung 3 dd 800 mg ekstrak. 3. Asam alginat
Polisakarida koloidal ini diperoleh dari ganggang laut. Obat ini digunakan dalam sediaan antasida pada refluks esofagitis berdasarkan khasiatnya untuk membentuk suatu larutan sangat kental dari Na- atau Mg- alginat. Gel ini mengembang sebagai alpiran tebal pada permukaan isi lambung dan dengan demikian melindungi mukosa esofagus terhadap asam lambung. Dosisi : 4 dd 0,5-1 g dalam sediaan antasida. 4. Dimetikon
Dimetikon bersifat menurunkan ketegangan permukaan, hingga gelembung gas dalam lambung-usus lebih mudah penguraiannya menjadi gelembung-gelembung yang lebih kecil yang dapat di resorpsi oleh usus. Oleh karena zat ini sangat efektif pada keadaan dimana terkumpul banyak gas didal am lambung atau usus (flatulensi, sering kentut) dan sering bersendawa. Kadang-kadang timbul pula perasaan nyeri diperut akibat rangsangan gelembung-gelembung gas terhadap dinding usus. Dosis : oral 3-4 dd 40-160 mg. 2.2
HEPATOBILIER
Pengertian
Sistem hepatobilier adalah sistem yang mengatur pengeluaran atau sekresi cairan empedu yang berasal dari hati dan kandung empedu untuk disekresikan ke dalam usus halus untuk pencernaan lemak dalam makanan. Penyakit pada hati dapat bersifat kronik, fokal atau difus, ringan atau parah dan reversible atau ireversible. Obat-obat yang biasanya digunakan dalam sitem hepatobilier yaitu dapat berupa digestiva, kolagoga, dan hepatoprotektor. A. HEPATOPROTEKTOR Pengertian
Obat-obat protektor hati adalah obat-obat yang digunakan sebagai vitamin tambahan untuk melindungi, meringankan atau menghilangkan gangguan fungsi hati
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 27
kerena adanya bahan kimia, penyakit kuning atau gangguan dalam penyaringan lemak oleh hati. Pada umumnya obat-obat golongan ini mengandung asam-asam amino, kandungan dari tanaman kurkuma (kurkumin) dan zat-zat lipotropik seperti methionin dan cholin. Methionin memiliki peranan penting dalam metabolisme hati sehingga digunakan untuk melawan keracunan yang disebabkan oleh hepatotoksin. Sedangkan choline adalah suatu zat yang dapat mencegah dan menghilangkan perembesan lemak kedalam hati dan juga bekerja melawan keracunan. Obat-obat ini sebaiknya jangan digunakan pada penderita penyakit hati yang berat karena pada dosis besar dapat memperparah keadaan. Spesialite obat protektor hati NO
1
GENERIK
Methionin dan
DAGANG
PABRIK
Methicol
Otto
Methioson
Soho
Curcuma
Soho
Curson
Soho
Asam-asam
Aminofusin
Baxter
Amino
Hepar
Kalbe
Vitamin
2
3
Curcuma
B. KOLAGOGA Pengertian
Kolagoga adalah zat atau obat yang digunakan sebagai peluruh atau penghancur batu empedu. Batu empedu merupakan penyakit yang terjadi di saluran atau
kandung
empedu
Faktor
pencetusnya
meliputi
hiperkolesterolemia,
penyumbatan disaluran empedu dan radang saluran empedu. Terdapat tiga jenis batu empedu yakni batu kolesterol, batu pigmen dan batu kalsium karbonat (kebanyakan yang terjadi batu empedu campuran). Terapi batu empedu dengan obat perannya relatif kecil bila dibandingkan dengan tehnik pembedahan atau endoskopi.dan laparoskopi. Terapi dengan obat cocok untuk pasien:
Yang gejalanya ringan
Fungsi kandung empedu tidak terganggu
Ukuran batu empedu kecil sampai sedang.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 28
Pencegahan jangka panjang mungkin diperlukan setelah batu empedunya melarut atau dibuang, karena dapat terjadi kembali pada sebagian pasien sesudah pengobatan dihentikan. Pengobatan
Obat yang sering digunakan untuk membantu melarutkan batu empedu adalah asam kenodeoksikolat dan asam ursodeoksikolat. Pasien batu empedu dianjurkan melakukan diet kolesterol dan pengobatan dilanjutkan sampai 3 atau 4 bulan sesedah batunya melarut. Spesialite obat Kolagoga . NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
1
Asam
Chenofalk
Darya Varia
Estazor
Pratapa Nirmala
Pramur
Prafa
Urdafalk
Darya Varia
Ursochol
Pharos
Kenodeoksikolat 2
Asam Ursodeoksikolat
F.
DIGESTIVA Pengertian
Digestiva adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan lambung usus terutama pada keadaan defisiensi zat pembantu pencernaan. Disebut juga obat-obat pencernaan. Penggolongan:
1.
Asam hidroklorida (HCl) Fungsi utama asam mineral ini adalah mengubah pepsinogen yang dihasilkan oleh selaput lender lambung menjadi pepsin. Suasana asam tersebut juga penting sekali untuk resorpsi dari garam-garam yang esensiil untuk tubuh, misalnya kalsium dan besi selanjutnya asam hidro klorida menstimulasi pengosongan isi lambung ke usus duabelas-jari dan merangsang sekresi getah lambung, pankreas dan hati. Penggunannya khusus pada kekurangan atau langkanya asam hidroklorida dilambung (hipoklorhidri/aklorhidri). Sering kali asam mineral ini diberikan
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 29
dalam kombinasi dengan pepsin yang harus bekerja dalam lingkungan asam. Dalam kadar rendah zat ini digunakan untuk merangsang nafsu makan ( julapium). Efek samping . Dalam kadar tinggi asam hidroklorida menghancurkan selaput lendir hingga penggunaanya harus dalam keadaan yang cukup d encerkan. Dosis biasa adalah 4ml HCL 10% diencerkan 25-50 kali dengan air dan diminum sewaktu atau sesudah makan.
2. Pepsin : Enzynorm Enzim yang dikeluarkan oleh mukosa lambung ini bersifat proteolitis,yakni mengguraikan zat putih telur menjadi peptida. Disamping pepsin beberapa enzim dari usus juga bersifat proteolitis sehingga tidak adanya pepsin di dalam lambung tidaklah mengkhawatirkan. Kerjanya optimal pada pH 1,8. Pepsin diperoleh dari mukosa lambung binatang menyusui, 1mg harus memiliki aktifitas
dari
sekurang-kurangnya
05U
(Ph
Eur).
Daya
proteolitisnya
distandarisasikan sedemikian rupa sehingga 1 bagian pepsin dapat mencairkan 300 bagian zat putih telur dalam waktu 2,5 jam. Dosis biasa adalah 100-300mg sekali dan 0,3 sampai 1g sehari sesudah makan
3. Pankreatin : *Pankreon comp. *Enzymfort, *cotazym, *Combizym. Contoh Nama Dagang : Pankreon compositum Pankreatin merupakan extract dari pankreas dan terdiri dari amylase,tripsin serta lipase.Umumnya digunakan pada keadaan dimana sekresi dari pankreas tidak mencukupi. Misalnya pada radang pankreas dan untuk membantu pencernaan di usus, misalnya pada penyakit sariawan usus (“ seprue”). Efek hiperurikemia
sampingnya.pada hiperurikosuria.
dosis
diatas
Kontak
90.000
dengan
U/hari
serbuk
lipase
berupa
pankreatin
dapat
mencetuskan reaksi alergi (bersin,mata berair,exanthema,bronchospasme). Garam-garam kalsium dan magnesium mengikat asam lemak dan garam empedu sehingga absorpsi lemak berkurang dan efeknya ditiadakan. Bagi wanita hamil dan yang menlyusui sampai sekarang tidak ada kontraindikasi untuk penggunanya. Dosis : 20.000 unit lipase perkali makan.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 30
4. Temu lawak : Curcuma xanthorrhiza Rimpang ini amat terkenal sebagai obat tradisional untuk gangguan pencernaan yang berkaitan dengan kekurangan empedu. Curcumin (diferuloymetan) selain dalam temulawak juga terdapat banyak didalam
kunyit/kunir. Polofenol ini merupakan bahan penting dari kari (curry), juga digunakan sebagai zat warna kuning dalm industry makanan. Penggunaan. Berdasarkan efek antioksidannya curcumin dapat menghambat proliferasi sel-sel tumor dari kanker usus besar dan payudara. Efek samping pada dosis biasa b elum dilaporkan. Tidak boleh diminum pada penyakit hati serius. Bagi lansia perlu dikurangi dosisnya berhubung berdaya antikoagulans terbatas. Dosis : kanker colon dan payudara 3 dd 600 mg sebagai ekstrak kunir 95% d.c, rema 1-2 dd 600 mg. prevensi kanker dan demensia 1 dd 600 d.c.
5. Kenodeoksikolat : chenodiol, chenofalk. Derivate asam kolat ini berumus steroida dan terdapat secara alamiah didalam hati, tempat zat ini mengghambat sintesa kolesterol. Resorpsinya dari usus baik tetapi BA-nya hanya k.l. 30% karena FPF tinggi. Setelah konjugasi did alma hati diekstraksikan dengan empedu, lalu dalam usus dirombak menjadi lithocholic acid toksis yang akhirnya untuk 80% dikeluarkan bersama tinja. Zat ini digunakan untuk melarutkan batu empedu “bening” (radio-lucent), yang lebih dari 80% tterdiri dari kolesterol. Efek samping yang sering berupa diare intermiten, juga kadang-kadang peningkatan nilai fungsi hati. LDL-kolesterol dinaikkan k.l. 10%, HDL tidak dipengaruhi. obat ini tidak boleh digunakan selama kehamilan karena bersifat terato gen. Wanita dalam usia subur perlu melakukan antikonsepsi untuk menghindari kehamilan. Dosis: 2 dd 750-1250 mg d.c.
Ursodeoksikolat (ursodeoxycholic acid, ursodiol, Urdafalk)
Adalah derivat yang berbeda mekanisme kerjanya dengan kenodeoksikolat dan bersifat hidrofil. Khasiatnya lebih kuat dengan efek samping lebih ringan. Bekerja melalui peningkatan pengubahan kolesterol menjadi asam kolat sehingga kadarnya dalam empedu menurun.
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 31
Dosis: 2 dd 400-600 mg d.c. atau 1 dd 1 g 1 jam sebelum tidur sampai 3 bulan setelah batu-batu terlarut. Nama Dagang : Chenofalk
Brand::
Darya-Varia
Product Code:: G Komposisi:
Asam kenat 250 mg
Indikasi:
batu empedu tembus sinar X dengan diameter maksimum 2 cm dan jika hendak menghindari operasi
Dosis:
15 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, pagi dan malam sewaktu makan
Kontra
Batu empedu tidak tembus sinar X atau kandung empedu yang
Indikasi:
tidak berfungsi, kolik empedu berulang, penyumbatan saluran empedu, penyakit hati kronik, sirosis hati, tukak lambung atau usus, peradangan usus dan wanita subur tanpa pemberian kontraseptivum
Efek Samping: Kadang-kadang diare lemah Spesialite obat digestiva. NO
GENERIK
1
Pankreatin,
empedu
DAGANG
PABRIK
Panzynorm
Nordmark
sapi, ekstrak lambung. 2
Pancreatin,
empedu Nutrizym
E.Merk
sapi, bromealin 3
Pancreatin,
lipase,
Pancreon comp
Kimia Farma
amylase
BAB III PENUTUP
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 32
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang tekah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Gastrointestinal
adalah
suatu
kelainan
atau
penyakit
pada
jalan
makanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan pankreas. Obat-obat yang biasanya digunakan dalam sistem gastrointestinal yaitu dapat berupa antasida, digestiva, anti diare, pencahar, dan antispasmodika. Sistem hepatobilier adalah sistem yang mengatur pengeluaran atau sekresi cairan empedu yang berasal dari hati dan kandung empedu untuk disekresikan ke dalam usus halus untuk pencernaan lemak dalam makanan. Obat-obat yang biasanya digunakan dalam sitem hepatobilier yaitu dapat berupa hepatoprotektor, kolagoga dan digestiva. Hepatoprotektor adalah obat-obat yang digunakan sebagai vitamin tambahan untuk melindungi, meringankan atau menghilangkan gangguan fungsi hati karena adanya bahan kimia, penyakit kuning atau gangguan dalam penyaringan lemak oleh hati. Kolagoga adalah zat atau obat yang digunakan sebagai peluruh atau penghancur batu empedu. Digestiva adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan lambung usus terutama pada keadaan defisiensi zat pembantu pencernaan.
3.1 Saran
Selayaknya penulis makalah mengharapkan karya tersebut dapat menjadi manfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri, seperti itu pula harapan yang ada ketika penyusunan makalah sederhana ini. Adapun bentuk kekurangan dan kesalahan tentu tidak akan terlepas karena merupakan sisi kemanusiaan yang mendasar dari kejiwaan manusia, sehingga dengan bersikap bijak adalah mengharapkan motivasi yang membangun dalam bentuk kritik dan saran. Pada akhirnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga dengan kesempatan dan perhatian yang diberikan, setidaknya permohonan maaf atas segala kesalahan dan kelalaian dalam makalah ini atau di dalam proses pembuatan makalah sederhana ini, baik dari paragraf, kalimat, kata, atau sikap selama proses pembuatan makalah ini. Selanjutnya tidak etis rasanya jika tidak sama-sama mendoakan, semoga segala bentuk
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 33
pekerjaan yang disertai dengan ketulusan niat membuahkan keridhaan dari Allah yang Maha Rahman.
DAFTAR PUSTAKA
Obat-Obat Gastrointestinal dan Hepatobilier
Page 34