PEMANTAUAN PERTUMBUHAN, STATUS GIZI DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DALAM PROSES ASUHAN GIZI Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI
Ruang Lingkup PROSES ASUHAN GIZI PADA : Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk, Kurus dan Sangat Kurus
Anak Sekolah dan Remaja Gizi Lebih dan Gemuk
Remaja Putri Anemia
Ibu Hamil Anemia
Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
Dewasa dan Lansia dengan Malnutrisi
Dewasa dan Lansia dengan PTM
2
1. Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk, Kurus dan Sangat Kurus
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
3
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA
Definisi
Mengikuti pertumbuhan balita secara terus menerus dan teratur melalui pengukuran antropometri.
Tujuan
Mengetahui status pertumbuhan dan mendeteksi secara dini bila terjadi gangguan pertumbuhan
Cara
PP pada balita dilakukan melalui penimbangan Berat Badan (BB) setiap bulan di Posyandu atau Fasyankes
Status pertumbuhan seorang anak dapat diketahui dengan cara melihat kenaikan BB pada grafik pertumbuhan yang terdapat pada KMS atau Buku KIA
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
4
Grafik Berat Badan Mengikuti Garis Pertumbuhan Tidak Naik
Naik
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
5
STATUS GIZI BALITA Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dengan kebutuhan tubuh. Status gizi merupakan salah satu indikator kualitas sumber daya manusia yang menentukan tingkat kesehatan masyarakat
Kaitan Pemantauan Pertumbuhan dan Status Gizi
Pemantauan Penilaian status gizi pada balita dilakukan dengan cara membandingkan hasil penimbangan dengan standar antropometri berdarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB. Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
Pertumbuhan Status Gizi
6
INDEKS ANTROPOMETRI BALITA (KEPMENKES RI NO 1995/ MENKES/ SK/ XII/ 2010)
Ambang Batas
BB/U
TB/U
BB/TB
IMT/U
< - 3 SD
Gizi Buruk
Sangat Pendek
- 3 SD sd < - 2 SD
Gizi Kurang
Pendek
Kurus
Kurus
- 2 SD sd + 2 SD
Gizi Baik
Normal
Normal
Normal
> + 2 SD
Gizi Lebih
Tinggi
Gemuk
Gemuk
Sangat Kurus Sangat Kurus
Bila ditemukan balita gizi kurang, gizi buruk, kurus dan sangat kurus yang dirujuk ke Puskesmas, maka dilakukan Proses Asuhan Gizi perorangan Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
7
Batasan Masalah Kesehatan untuk Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk Berdasarkan Indikator BB/U
Nilai batas prevalensi untuk signifikansi masalah kesehatan masyarakat
Kategori
< 10 %
Prevalensi rendah
10 - 19 %
Prevalensi sedang
20 - 29 %
Prevalensi tinggi
> 30 %
Prevalensi sangat tinggi Sumber : WHO, 1995
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
8
Batasan Masalah Kesehatan untuk Balita Kurus dan Sangat Kurus (Wasting ) Berdasarkan Indikator BB/TB
Nilai batas prevalensi untuk signifikansi masalah kesehatan masyarakat
Kategori
<5%
Dapat diterima (Acceptable)
5-9 %
Buruk (Poor)
10-14 % > 15 %
Serius (Serious) Bahaya/kritis (Critical) Sumber : WHO, 1995
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
9
• Balita dengan status gizi berdasarkan indikator TB/U dengan kategori pendek dan sangat pendek merupakan salah satu prioritas masalah gizi untuk diatasi di Indonesia. • Penanggulangan stunting melalui pendekatan sensitif dan spesifik sesuai dengan Konsep Rencana Aksi Menangani Masalah Stunting (Sumber: Ratas Menteri yang dipimpin oleh Wapres, 9 Agustus 2017)
Ketika ditemukan balita dengan masalah gizi lebih dan atau pendek maka perlu dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi 10
RENCANA INTERVENSI STUNTING INTERVENSI GIZI SENSITIF
INTERVENSI GIZI SPESIFIK •
• Pemberian Tablet Tambah Darah untuk remaja putri, calon pengantin, ibu hamil • Promosi ASI Eksklusif • Promosi Makanan Pendamping-ASI • Promosi makanan berfortifikasi termasuk garam beryodium • Promosi dan kampanye Tablet Tambah Darah • Suplemen gizi mikro (Taburia) • Suplemen gizi makro (PMT) • Kelas Ibu Hamil • Promosi dan kampanye gizi seimbang dan perubahan perilaku • Pemberian obat cacing • Tata Laksana Gizi Kurang/Buruk • Suplementasi vitamin A • Jaminan Kesehatan Nasional
•
PAUD dengan muatan pendidikan gizi dan kesehatan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan gizi untuk anak sekolah dan Remaja
•
Sarana air bersih dan sanitasi
•
Pembinaan iodidasi industri garam rakyat Pengawasan fortifikasi garam beryodium
•
•
Dana Insentif Daerah
• •
Ketahanan pangan Pemanfaatan Pekarangan Rumah Tangga
•
Pendidikan gizi dan kesehatan kepada calon pengantin melalui KUA Pendidikan Kesehatan dan gizi untukdi madrasah dan pondok pesantren Mendorong peran serta ulama untuk pendidikan gizi dan kesehatan
• •
• •
• • •
•
Bantuan Pangan Non-Tunai dengan sumber protein (telur) PKH, pemanfaatan fasilitator untuk pendidikan gizi dan
•
Keamanan pangan
pemantauan kepatuhan layanan kesehatan
•
Monitoring pangan terfortifikasi di lapangan secara berkala
Nomor Induk Kependudukan Akta kelahiran Fasilitasi program dan kegiatan gizi dalam APBD
•
Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja termasuk madrasah dan pondok pesantren Bina Keluarga Balita untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan anggota kelurga lain dalam pembinaan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan
Pengangaran Dana Desa untuk kegiatan gizi
•
11
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk serta Kurus dan Sangat Kurus di Tingkat Masyarakat Antropometri
Prevalensi/ proporsi balita gizi kurang, gizi buruk, balita kurus, balita sangat kurus, BGM, 2T, N/D Sumber data: laporan rutin dan data indikator keluarga sehat
Laboratorium
-
Fisik/ Klinis
P
Riwayat Gizi
Riwayat Klien
Hasil survei konsumsi (Jika ada), gambaran food recall 10 RT Akses ketersediaan dan keamanan pangan Cakupan balita mendapat PMT dan kapsul vitamin A Pola asuh/budaya/keyakinan (cth: pantangan makanan) Pengetahuan dan perilaku ibu dalam PMBA Cakupan D/S, imunisasi balita, PHBS, SDIDTK Prevalensi penyakit , wabah Daya beli masyarakat 12 Geografis, akses ke Posyandu dan pelayanan kesehatan
Untuk melihat besaran masalah kesehatan Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk serta Kurus dan dapat merujuk pada cut off point masalah Sangat Kurus di Tingkat Masyarakat kesmas
Antropometri
Prevalensi/ proporsi balita gizi kurang, gizi buruk, balita kurus, balita sangat kurus, BGM, 2T, N/D Sumber data: laporan rutin dan data indikator keluarga sehat
Laboratorium
-
Fisik/ Klinis
P
Riwayat Gizi
Riwayat Klien
Bila setelah dikonfirmasi didapatkan hasil status gizinya normal, maka intervensi promotif preventif berfokus pada edukasi dan konseling. Hasil survei konsumsi (Jika ada), gambaran food recall 10 RT Akses ketersediaan dan keamanan pangan Cakupan balita mendapat PMT dan kapsul vitamin A Pola asuh/budaya/keyakinan (cth: pantangan makanan) Pengetahuan dan perilaku ibu dalam PMBA Cakupan D/S, imunisasi balita, PHBS, SDIDTK Prevalensi penyakit , wabah Daya beli masyarakat 13 Geografis, akses ke Posyandu dan pelayanan kesehatan
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk serta Kurus dan Sangat Kurus di Tingkat Masyarakat Problem
Tingginya prevalensi / proporsi balita kurus dan sangat kurus di wilayah kerja Puskesmas Maju Jaya Tahun 2017 Kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian makan anak Kurangnya akses terhadap fasyankes termasuk keterbatasan PMT Kondisi sosial ekonomi dan budaya, rendahnya daya beli Kurangnya penerapan PHBS Kurang dukungan kebijakan pemerintah setempat
Etiologi
D
Sign/ Symptom
Asupan energi dan protein < 70% AKG, Praktek PMBA tidak sesuai, Rendahnya cakupan D/S dan N/D , tingginya angka kesakitan pada balita, Rendahnya cakupan pemberian Vitamin A dan Imunisasi, Tidak ada sumber air bersih / sanitasi buruk terkait pengolahan makanan
Contoh diagnosis gizi: Tingginya proporsi balita kurus di wilayah kerja Puskesmas Maju Jaya Tahun 2017(P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian makan anak dan rendahnya daya beli (E) ditandai dengan asupan energi pada balita <70% AKG sebesar 60 % (S). 14
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk serta Kurus dan Sangat Kurus di Tingkat Masyarakat Tujuan
Menurunkan
proporsi balita kurus dari 21 % menjadi 16 % selama 1 tahun
Balita
I
Pemberian Makan
kurus : Pemberian PMT pemulihan selama 90 hari (pangan lokal/pabrikan), pemberian multimikronutrien (taburia) jika tersedia Balita sangat kurus dengan komplikasi, rawat inap di TFC pemberian F75, F100 sesuai TAGB Balita sangat kurus tanpa komplikasi, rawat jalan di Pos PGBM, pemberian RUTF (jika tersedia) Pemberian kapsul vitamin A bagi kasus gizi buruk Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
15
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk serta Kurus dan Sangat Kurus di Tingkat Masyarakat Penyuluhan
Edukasi Gizi
I
Koordinasi Asuhan Gizi
kepada ibu balita tentang PMBA, manfaat PMT, vitamin A, PHBS, Pemantauan pertumbuhan balita secara rutin di Posyandu, PAUD/TK (diusulkan dalam RPK) Penyediaan sarana dan media KIE Melakukan koordinasi: Lintas program (Dokter, Tim Asuhan Gizi, Pengelola Program KIA, Kesling, Imunisasi) Lintas sektor (Kepala Desa, Camat, PKK, Kemendes, Pertanian, Perindustrian, Perikanan, Perternakan, dll) Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
16
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk serta Kurus dan Sangat Kurus di Tingkat Masyarakat
ME
Monitoring dan Evaluasi secara berkala untuk memantau: Terselenggaranya penyuluhan PMBA, dll Tersedianya PMT, Vitamin A, sarana dan media KIE Pemantauan kenaikan berat badan selama diberikan PMT, laporan asupan makan Cakupan balita kurus yang mendapat PMT (lokal/pabrikan) Cakupan balita sangat kurus dengan komplikasi mendapat perawatan TAGB
Cakupan balita sangat kurus tanpa komplikasi mendapat perawatan di Pos PGBM Turunnya proporsi balita kurus dan sangat kurus Jika setelah intervensi tidak terjadi perbaikan status gizi, dilakukan pengkajian ulang dan bila perlu balita dirujuk kembali ke puskesmas/fasilitas pelayanan 17 kesehatan yang lebih tinggi.
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
18
Bila ditemukan balita gizi buruk dan kurus yang dirujuk ke puskesmas, maka dilakukan Proses Asuhan Gizi perseorangan sebagai berikut: Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Buruk (BB/U) dan Kurus (BB/TB) di Tingkat Individu Hasil pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan dan Antropometri Lingkar Lengan Atas merujuk pada Standar Antropometri yang berlaku
P
Hb, darah lengkap, faeces, urin untuk mengetahui apakah Laboratorium balita mengalami anemia serta kemungkinan adanya penyakit penyerta lainnya Fisik/ Klinis
Wajah pucat, badan kurus, terlihat letih dan lesu, hilang nafsu makan, batuk kronik, demam, diare, dll 19
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Buruk (BB/U) dan Kurus (BB/TB) di Tingkat Individu
P
Riwayat Gizi
Pola makan balita, kebiasaan makan sehari-hari, melakukan food recall untuk melihat asupan zat gizi sehari,termasuk PMT dan Vit A, pola asuh, kepercayaan, dukungan keluarga, ketersediaan dan keamanan pangan.
Riwayat Klien
Usia, jenis kelamin, etnis, cacat, riwayat penyakit pada pasien/keluarga, sosial ekonomi, PHBS, riwayat kelahiran , akses ke fasyankes, dukungan sosio budaya, spiritual, kebijakan
Formulir asuhan gizi yang dilakukan pada anak dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
20
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Buruk (BB/U) dan Kurus (BB/TB) di Tingkat Individu Problem
Balita Gizi Buruk Balita Kurus Kurangnya
kesadaran dan pengetahuan keluarga makan yang kurang tepat, Pola asuh kurang optimal : orangtua tunggal, ibu bekerja, Kurangnya penerapan PHBS di keluarga Kurangnya akses terhadap fasyankes Pemberian
Etiologi
D
Keterbatasan akses pemenuhan makanan (termasuk PMT) Kurangnya dukungan nakes, keluarga, kebijakan pemerintah Riwayat Kondisi
kehamilan, persalinan ibu, riwayat penyakit balita sosial ekonomi dan budaya yang tidak mendukung
Sign/ Sesuai data dari pengkajian yang menjadi tanda dan gejala 21 Symptom
CONTOH DIAGNOSIS GIZI PADA BALITA No.
Problem (P)
1.
Balita kurus
2.
Gizi Buruk
Etiologi (E)
Sign/Symptom (S)
berkaitan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang pola asuh yang baik serta keterbatasan daya beli makanan berkaitan dengan kurangnya
yang ditandai oleh BB/TB < - 2 SD, asupan makanan hanya 50% dari kebutuhan, variasi makanan kurang, anak terlihat lesu yang ditandai oleh BB/U <
pengetahuan ibu tentang pola asuh yang baik serta keterbatasan daya beli makanan
- 3 SD, kurang mendapat asupan makanan dengan frekuensi dan jumlah yang adekuat
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
22
CONTOH DIAGNOSIS GIZI PADA BALITA No. 3.
Problem (P) Pertumbuhan yang kurang optimal
Etiologi (E)
Sign/Symptom (S)
berkaitan dengan peningkatan kebutuhan gizi karena gangguan pencernaan (malabsorbsi)
yang ditandai oleh BB/TB atau BB/U - 2 SD sampai dengan - 3 SD, kurang mendapat asupan makanan dengan frekuensi dan jumlah yang adekuat
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
23
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Buruk (BB/U) dan Kurus (BB/TB) di Tingkat Individu Tujuan
Memberikan asupan zat gizi sesuai kebutuhan untuk meningkatkan BB sesuai BB Ideal
Preskripsi Gizi BBI = BB berdasarkan PB/TB aktual pada median WHO 2005 Kebutuhan energi anak (kkal) berdasarkan rumus: • Usia 0-12 bulan = BBI x 110 sampai 120 kkal • Usia 1-3 tahun = BBI x 100 kkal • Usia 4-5 tahun = BBI x 90 kkal
I
Pemberian Makan
Kebutuhan energi tersebut dijabarkan : • Karbohidrat (55-65%), • Protein (10-15%), • Lemak: bayi (45-50% mengacu pada ASI), batita (30-35%), dan > 3 tahun (25-30%).
PMT bagi balita kurus minimal 90 hari (PMT pemulihan), berupa 24 PMT lokal padat kalori yang diolah di rumah tangga atau pabrikan
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
25
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Buruk (BB/U) dan Kurus (BB/TB) di Tingkat Individu
Edukasi Gizi
I
Memberikan pengetahuan dan melatih ketrampilan pada orang tua tentang: Menyusui dan Gizi Ibu Menyusui (lihat PAG pada PMBA) PMBA yang sesuai usia (jumlah porsi dan tekstur), serta penyiapan/pengolahan makanan lokal yang tersedia PMT
Konseling Gizi
bagi balita kurus
Meningkatkan motivasi dan kepatuhan terhadap anjuran pemberian makan bayi dan anak serta konsumsi PMT Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
26
Proses Asuhan Gizi pada Balita Gizi Buruk (BB/U) dan Kurus (BB/TB) di Tingkat Individu
I
Koordinasi Asuhan Gizi
Merujuk balita ke dokter bila ditemukan tanda / gejala penyakit penyerta Berkoordinasi dengan bidan PJ wilayah : kelas ibu balita, dll. Bila pada ibu menyusui terjadi masalah, rujuk ke konselor menyusui. Kerjasama dengan lintas sektor dalam pemberdayaan keluarga kurang mampu
Kunjungan rumah 1 bulan setelah balita ke Puskesmas untuk:
ME
Melihat perubahan pengetahuan dan perilaku ibu balita Melihat perubahan jumlah asupan makanan balita Melihat kenaikan berat badan balita
Balita yang telah mencapai kenaikan berat badan yang sesuai diharapkan memantau pertumbuhan secara rutin di Posyandu
Sedangkan bila tidak terjadi kenaikan BB sesuai harapan, balita dapat dirujuk ke
fasyankes yang lebih ting gi
27
Bila ditemukan kasus balita gizi buruk (sangat kurus) maka penanganan Proses Asuhan Gizi perseorangan di puskesmas adalah sebagai berikut:
Proses Asuhan Gizi pada Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB) di Tingkat Individu
Antropometri
Hasil pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan (BB/TB < -3 SD) dan LiLA < 11,5 cm, disertai dengan atau tanpa gejala klinis Hb, darah lengkap, faeces, urin untuk mengetahui apakah
P
Laboratorium
Fisik/ Klinis
balita mengalami anemia serta kemungkinan adanya penyakit penyerta lainnya Wajah pucat, badan kurus, terlihat letih dan lesu, hilang nafsu makan, edema, iga gambang, batuk kronik, demam, diare, dll 28 Selanjutnya dapat dilihat pada pedoman TAGB.
Proses Asuhan Gizi pada Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB) di Tingkat Individu
P
Riwayat Gizi
Pola makan balita, kebiasaan makan sehari-hari, melakukan food recall untuk melihat asupan zat gizi sehari, Vit A, pola asuh, budaya, akses ketersediaan dan keamanan pangan.
Riwayat Klien
Usia, jenis kelamin, etnis, cacat, riwayat imunisasi, riwayat penyakit pada pasien/keluarga, sosial ekonomi, PHBS, riwayat kelahiran, budaya, geografis, akses ke fasyankes,
Formulir asuhan gizi yang dilakukan pada anak dapat dilihat pada Lampiran 3. Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
29
Proses Asuhan Gizi pada Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB) di Tingkat Individu Problem Balita Gizi Buruk (BB/TB) Kurangnya
kesadaran dan pengetahuan keluarga makan yang kurang tepat, Pola asuh kurang optimal : orang tua tunggal, ibu bekerja, Kurangnya penerapan PHBS di keluarga Pemberian
D
Etiologi
Kurangnya akses terhadap fasyankes
Keterbatasan akses pemenuhan makanan
(termasuk PMT) Kurangnya dukungan nakes, keluarga, kebijakan pemerintah Riwayat kehamilan, persalinan ibu, riwayat penyakit balita Kondisi sosial ekonomi dan budaya yang tidak mendukung 30
Proses Asuhan Gizi pada Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB) di Tingkat Individu Sesuai data dari pengkajian yang menjadi tanda dan gejala Contoh : • BB/TB <-3 SD, LiLA < 11,5 cm Sign/ • Asupan energi pada balita (recall ) < 60% kebutuhan Symptom • Praktek PMBA tidak sesuai (jumlah, porsi, frekuensi, tekstur, variasi) • Riwayat penyakit berulang pada balita
D
Contoh diagnosis gizi (1) : • Kasus Balita Gizi Buruk (P) berkaitan dengan kurangnya asupan makanan, rendahnya tingkat ekonomi dan pengetahuan ibu (E) yang ditandai BB/TB < - 3 SD, LiLA < 11,5 cm, jarang mengonsumsi sumber protein hewani (kurang dari 1 x/minggu), serta lebih sering memberi bubur/nasi dengan kuah sayuran, tahu, tempe (3-4 x/minggu) (S). 31
Proses Asuhan Gizi pada Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB) di Tingkat Individu Sesuai data dari pengkajian yang menjadi tanda dan gejala Contoh : • BB/TB <-3 SD, LiLA < 11,5 cm Sign/ • Asupan energi pada balita (recall ) < 60% kebutuhan Symptom • Praktek PMBA tidak sesuai (jumlah, porsi, frekuensi, tekstur, variasi) • Riwayat penyakit berulang pada balita
D
Contoh diagnosis diagnosis gizi gizi (2) (1) :: Contoh •• Kasus Kasus Balita BalitaGizi GiziBuruk Buruk berkaitan dengan kurangnya asupan (P) (P) berkaitan dengan riwayat berat badan lahir makanan, rendahnya tingkat ekonomi dan pengetahuan ibu (E) rendah dan penyakit TB (E) yang ditandai dengan BB/TB-PB < -3 yang SD, ditandai hanya BB/TB 40% < - 3 dari SD, LiLA < 11,5 cm, jarang mengonsumsi sumber asupan kebutuhan, adanya gangguan pertumbuhan protein hewani (kurang dari 1 x/minggu), serta lebih sering memberi dan batuk lama (S). bubur/nasi dengan kuah sayuran, tahu, tempe (3-4 x/minggu) (S). 32
Proses Asuhan Gizi pada Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB) di Tingkat Individu Tujuan
Memberikan asupan makanan yang adekuat secara bertahap untuk mencapai Berat Badan Ideal. Kasus
I
Pemberian Makan
Balita Gizi Buruk Tanpa Komplikasi (Rawat Jalan) Mendapat formula 100, Ready to Use Therapeutic Food(RUTF) (jika tersedia) atau berbasis pangan lokal hingga status gizinya menjadi gizi kurang (BB/TB antara -3 SD s.d. < -2 SD). 1) F100 diberikan bertahap : fase rehab awal(150 kkal/kgBB/hari), fase rehab lanjutan 200-220 kkal/kgBB/hari Jika tanpa tanda klinis langsungfase rehab lanjutan 2) Makanan Lokal : 200 kkal/kgBB/hari dikombinasikan dengan formula F100/RUTF : Setelah ASI, sebelum makanan keluarga 33
Proses Asuhan Gizi pada Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB) di Tingkat Individu
Perlu mendapatkan perawatan sesuai TAGB baik di Puskesmas rawat inap maupun Rumah Sakit. Tahapan pemberian makan kasus gizi buruk: Fase stabilisasi : F 75 (80-100 kkal/kgBB/hari, protein 1-1,5 g/kgBB/hr Fase transisi : F 100 (100-150 kkal/kgBB/har, protein 2-3 g/kgBB/hari Fase rehabilitasi : F100 + makanan. Asupan 150-220 kkal/kgBB/hari, protein 4-6 g/kgBB/hari Fase tindak lanjut : pemulihan dirumah, kontrol teratur
Pemberian Makan
I
Edukasi Gizi
Kasus Balita Gizi Buruk dengan Komplikasi (Rawat Inap)
Memberi pengetahuan dan keterampilan ortu tentang : Cara membuat F100, PMBA, memantau berat badan, manfaat vitamin A, makanan tinggi kalori dan protein, gizi seimbang Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
34
Proses Asuhan Gizi pada Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB) di Tingkat Individu Konseling Gizi
Meningkatkan motivasi kepada orangtua/pengasuh untuk pemberian makanan (formula 75, 100, dan gizi seimbang). Merujuk
I
balita ke dokter bila ditemukan tanda / gejala penyakit penyerta Berkoordinasi dengan lintas program, misalnya: Koordinasi bidan PJ wilayah : kelas ibu balita, dll, kesling, Asuhan Gizi imunisasi Kerjasama dengan lintas sektor dalam pemberdayaan keluarga kurang mampu Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
35
Proses Asuhan Gizi pada Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB) di Tingkat Individu
ME
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan melihat: • Ada atau tidak adanya tanda-tanda komplikasi • Kenaikan berat badan balita dengan target sekitar 50 gram/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turut • Kesehatan anak (keaktifan, selera makan anak serta apakah makanan yang diberikan dapat dihabiskan)
Selanjutnya dapat dilihat pada pedoman TAGB.
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
36
2. Anak Sekolah dan Remaja Gizi Lebih dan Gemuk
Tingkat Masyarakat Tingkat Individu
3. Remaja Putri Anemia
Tingkat Masyarakat Tingkat Individu
Pelajari Pedoman Asuhan Gizinya
……..
37
PROSES ASUHAN GIZI
Tujuan Pemantauan Pertumbuhan • Mencegah terjadinya masalah gizi • Bila terjadi cepat diketahui dan diatasi
LINGKUP
P
PAG
ME • Pengemudi • BBM • Mesin OK
PAGT
D
I
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
38
PRINSIP TERJADINYA MASALAH GIZI (Keseimbangan antara Asupan dan Kebutuhan)
• • • •
Ketersediaan Perilaku konsumsi Sosial ekonomi Aktivitas fisik
Asupan
Kebu tuhan
• Internal (umur, jenis kelamin, fisiologis, status gizi) • Eksternal (aktivitas fisik, lingkungan)
Bila asupan > kebutuhan
MASALAH GIZI TERKAIT DGN KELEBIHAN
Bila asupan < kebutuhan
MASALAH GIZI TERKAIT DGN KEKURANGAN
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
39
Tingkat masyarakat Tingkat individu
2. PAG ASRemaja gizi lebih dan gemuk
3. PAG Remaja putri anemia gizi besi
4. Bumil anemia gizi besi
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
40
STATUS GIZI PADA REMAJA
Remaja Puteri Anemia
• • • •
Ibu Hamil Anemia Ibu Hamil KEK Melahirkan Bayi BBLR dan Stunting Risiko tinggi saat persalinan
• Penyakit kardiovaskular • Diabetes mellitus • Kelainan muskuloskeletal, seperti osteoarthritis Obesitas Remaja • Kanker endometrium, payudara dan kolon
Dampak Anemia Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
41
4. Ibu Hamil Anemia
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
42
Pemantauan Pertumbuhan dan Status Gizi dalam Proses Asuhan Gizi
Pengertian Anemia : Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Diagnosis Anemia Melalui pemeriksaan laboratorium (Cyanmet). Khusus untuk survei di lapangan digunakan metode yang sama dengan alat HemoCue. Klasifikasi anemia sesuai dengan standar WHO 2011. Setiap ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di pelayanan kesehatan HARUS periksa kadar Hemoglobin 43
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat
Antropometri
Proporsi Ibu hamil trimester I dengan status gizi berdasarkan IMT pra hamil : Gizi kurang/KEK, normal, kelebihan BB dan obes Proporsi Ibu hamil dengan penambahan berat badan tidak sesuai standar (kohor) Proporsi Ibu hamil Risiko KEK, Bayi dengan BBLR
Laboratorium
Proporsi
Fisik/ Klinis
P
Untuk melihat besaran
Ibu hamil anemia (Hb < 11g/ dl) masalah kesehatan dapat
-
merujuk pada cut off point masalah kesmas
Survei konsumsi Hasil recall pada
terutama makanan sumber protein dan Fe 10 RT ibu hamil Cakupan pemberian dan kepatuhan konsumsi TTD Riwayat Akses ketersediaan dan keamanan pangan Gizi Pengetahuan ibu tentang makanan sebelum dan saat hamil Perilaku makan terkait budaya (pantangan makan, dll) 44
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat Jumlah/proporsi
ibu hamil melakukan ANC (K1, K4) ibu hamil ikut kelas ibu Proporsi ibu hamil dengan riwayat penyakit berkaitan dengan kelainan darah dan kecacingan Proporsi keluarga dengan PHBS Riwayat Catatan dari kantong-kantong daerah yang bermasalah Klien Proporsi
P
(misalnya Geografis,jumlah akses AKI) ke pelayanan
kesehatan
Daya
beli masyarakat sosiobudaya, psikologis, agama, kebijakan Data ketersediaan dan distribusi TTD ibu hamil Dukungan
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
45
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat Problem
Tingginya
prevalensi/ proporsi ibu hamil anemia di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kelor Tahun 2017
Rendahnya
D
Etiologi
asupan yang disebabkan ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga yang kurang Konsumsi makanan atau minuman yang membantu/ menghambat penyerapan zat besi Tingginya angka kesakitan ibu hamil Rendahnya cakupan K1 dan K4 Rendahnya cakupan pemberian dan konsumsi TTD Kurangnya penerapan PHBS di keluarga Kurangnya dukungan keluarga pada ibu hamil Akses yang kurang terhadap fasyankes Kurangnya pengetahuan 46
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat Rendahnya
Sign/ Symptom
D
asupan protein pada ibu hamil ( < 70% AKG) Rendahnya cakupan pemberian dan konsumsi TTD pada ibu hamil
Contoh diagnosis gizi: Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Tanjung Kelor Tahun 2016 (P) dikaitkan dengan rendahnya asupan protein hewani dan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi TTD (E) ditandai dengan proporsi ibu hamil dengan asupan protein < 70% AKG sebanyak 70 % dan cakupan konsumsi TTD sebesar < 60 % (S).
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
47
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat Menurunkan
proporsi anemia pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Tanjung Kelor dari 30% menjadi 20 % selama 3 tahun
Tujuan
Pemberian Makan
I
Konsumsi
TTD sesuai anjuran
Penyuluhan
tentang gizi ibu hamil saat kunjungan di puskesmas, posyandu, pada pertemuan kelompok
Edukasi Gizi
Konseling Gizi
pendukung, kelas ibu balita, dll sarana KIE berupa poster, leaflet dan brosur
Penyediaan
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
48
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat Merujuk
Koordinasi
I
Asuhan Gizi
ibu hamil anemia ke Fasyankes Koordinasi dengan dokter utk penanggulangan penyakit terkait kelainan darah, kecacingan Koordinasi dengan program KIA dalam pendistribusian TTD
Meningkatkan ketersediaan pangantermasuk bekerja sama dengan penyuluh pertanian, ketersediaan sumber protein hewani Menjaga kebersihan perumahan dan sanitasi lingkungan dengan lintas program dan camat/kades 49
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Masyarakat Jumlah
ibu hamil anemia setelah intervensi ibu hamil anemia yang mendapat TTD Kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi TTD Prevalensi/proporsi anemia pada ibu hamil pasca intervensi Cakupan ANC Perencanaan kebutuhan dan distribusi TTD ibu Cakupan
ME
hamil
Terselenggaranya
penyuluhan tentang anemia pada ibu hamil serta manfaat TTD pada saat kelas ibu atau kunjungan ANC
Bila tujuan intervensi tidak tercapai, maka perlu dilakukan pengkajian ulang 50
Bila ditemukan kasus ibu hamil anemia gizi besi, maka penanganan Proses Asuhan Gizi perorangan di puskesmas adalah sebagai berikut:
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Individu Antropometri BB, TB dan Lingkar lengan Atas (LiLA) Jika
kadar Hb ibu < 11 g/dl maka ibu hamil dikategorikan anemia
P
Laboratorium
Fisik/ Klinis
Data
hasil laboratorium lainnya : kemungkinan penyakit penyerta lainnya yang menyebabkan anemia (lihat data rujukan dan keterangan dari dokter yang memeriksa)
Wajah, kuku dan kelopak mata pucat, dan ibu hamil mengalami 5 L Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
51
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Individu
P
Riwayat Pola makan ibu hamil, food recall asupan protein dan zat besi, kepatuhan konsumsi TTD Gizi Riwayat Usia, etnis, faktor lingkungan (sanitasi), riwayat medis pada Klien pasien atau keluarga serta sosial ekonomi pasien
Formulir skrining gizi yang dilakukan pada ibu hamil dapat dilihat pada lampiran 4.
52
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Individu
D
Contoh diagnosis gizi: Asupan protein dan zat besi tidak adekuat (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan tingkat kepatuhan mengonsumsi TTD (E) yang ditandai dengan Kadar HB < 11 g/dl, asupan protein dan zat besi < AKG anjuran (S). dan TTD yang tidak dikonsumsi sesuai
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
53
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi di Tingkat Individu Tujuan
Meningkatkan asupan protein dan zat besi yang adekuat pada ibu hamil anemia Preskripsi
Pemberian Makan
Gizi: mencakup jumlah zat gizi yang dibutuhkan (sumber zat besi, protein hewani) serta makanan yang meningkatkan penyerapan zat besi (sumber vitamin C).
Konsumsi
I
TTD sesuai anjuran
Penyuluhan
Edukasi Gizi
tentang gizi ibu hamil termasuk manfaat dan tatacara konsumsi TTD saat kunjungan di puskesmas, posyandu, kelas ibu balita, dll Penyediaan sarana KIE (poster, leaflet dan brosur) 54
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi Memberikan motivasi kepada ibu hamil anemia untuk mengonsumsi makanan sumber protein Konseling Gizi dan zat besi serta TTD
I
Koordinasi
Koordinasi Asuhan Gizi
dengan dokter bila ada penyakit
penyerta
Koordinasi
dengan program KIA dalam pendistribusian TTD
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
55
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi
ME
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk: • Melihat kenaikan kadar Hb setelah 1 bulan intervensi pada ibu hamil anemia trimester I • Memeriksa kadar Hb setelah 15 hari intervensi ( trimester II) • Memantau asupan protein dan zat besi ibu hamil dengan melihat food recall dan kartu suplementasi TTD
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
56
Proses Asuhan Gizi pada Ibu Hamil Anemia Gizi Besi
• Jika pada pemeriksaan selanjutnya kadar Hb tidak berubah rujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. • Bila anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi, maka dengan konsumsi TTD secara teratur akan Hb tidak meningkatkan kadar Hb, namun jika kadar meningkat setelah konsumsi TTD secara, kemungkinan anemia disebabkan oleh faktor lain. Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
57
5. Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)
Tingkat Masyarakat Tingkat Individu
Pelajari Pedoman Asuhan Gizinya
……..
58
Pemantauan Pertumbuhan dan Status Gizi dalam Proses Asuhan Gizi
STATUS GIZI PADA IBU HAMIL Penilaian status gizi pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pengukuran LiLA. ibu hamil berisiko KEK apabila < 23.5 cm.
Kenaikan BB Selama Hamil berdasarkan IMT Pra Hamil Status Gizi/ IMT Pra Hamil (kg/m2)
Kenaikan BB Selama Hamil
Gizi Kurang/KEK (< 18,5)
12,71 – 18,16
Pada kehamilan trimester I, KEK pada ibu hamil
Normal (18,5- 24,9)
11,35 – 15,89
ditentukan melalui Indeks Massa Tubuh IMT).
Kelebihan BB (25,0 – 29,9)
6,81 – 11,35
Ibu hamil dikatakan KEK apabila IMT < 18,5.
Obes (> 30,0)
4,99 – 9,08
Sumber : Institute of Medicine (IOM, 2009)
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
59
5. Dewasa dan Lansia dengan Malnutrisi
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
60
Empat langkah dasar untuk Asuhan Gizi Di Puskesmas Mengumpulkan, verifikasi, interpretasi data tersedia yang relevan untuk identifikasi problem gizi
Pengkajian
Monitoring dan Evaluasi
Diagnosa Gizi
Menyimpulkan dengan pernyataan PES : penamaan masalah gizi sesuai terminologi masalah gizi : akar penyebab masalah : data yang menunjukan adanya problem dan dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif
Melaksanakan pemantauan dan pengawasan dengan acuan ukuran keberhasilan sesuai sign/symptom (S)
Intervensi Melaksanakan intervensi sesuai etiologi (E) Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
61
Dewasa dan Lansia
Malnutrisi masalah yang sering ditemuai Ambang Batas IMT untuk Indonesia Status Gizi
Kategori
IMT
Sangat Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat
< 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan
17 - < 18,5
Gemuk (Overweight)
Kelebihan berat badan tingkat ringan
> 25,0 – 27,0
Obese
Kelebihan berat badan tingkat berat
> 27,0
18,5 – 25,0
Normal
63
Pengkajian pada lansia
Saat Aku Lanjut Usia
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
64
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Malnutrisi
Antropometri
P
Laboratorium
Prevalensi/Proporsi: Dewasa dan lansia gizi kurang/gizi buruk/gizi lebih
Prevalensi/Proporsi: Dewasa dan lansia gula darah tinggi/ kolesterol tinggi
Klinis/Fisik
Prevalensi/Proporsi: Dewasa dan lansia kesulitan mengunyah/ tekanan darah tinggi
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
65
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Malnutrisi Prevalensi/Proporsi
Dewasa dan Lansia yang: • Konsumsi energi, protein, lemak < 80% AKG • Konsumsi energi, protein, lemak > 110% AKG • Konsumsi serat rendah < 25 g/ hari Pengetahuan tentang gizi seimbang Perilaku makan terkait budaya Gambaran aktivitas fisik dewasa dan lansia Akses ketersediaan dan keamanan pangan
Riwayat Gizi
P
Riwayat Klien
• Proporsi Dewasa dan Lansia mendapatkan pelayanan • • • • • •
Posbindu / Posyandu lansia Data Riwayat Penyakit Proporsi keluarga dengan PHBS Daya beli masyarakat Kondisi Geografis, Akses ke Fasyankes Dukungan keluarga Dukungan sosek, budaya, psikologis, spiritual, kebijakan 66
• Formulir skrining gizi, formulir riwayat gizi dan formulir asuhan gizi yang dilakukan pada dewasa dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, dan 7, sedangkan formulir Mini Nutritional Assessment (MNA) pada lansia dapat dilihat pada Lampiran 8.
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
67
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Malnutrisi Contoh diagnosis gizi : Problem • Tingginya prevalensi/proporsi malnutrisi pada dewasa dan lansia di wilayah kerja Puskesmas … Tahun…..
Etiologi
D
• • • •
Asupan Makan Kurang Aktivitas Fisik Rendah Daya Beli Keterbatasan akses terhadap makanan
Sign/Symptom • •
Rendahnya asupan energi (< 80 % AKG) Tingginya asupan energi (> 110 AKG)
Tingginya proporsi dewasa dan lansia gizi lebih di PKM A Thn 2016 (P) dikaitkan dengan tingginya asupan karbohidrat dan lemak tinggi (E) yang ditandai dengan asupan karbohidrat dan lemak > 100 AKG, proporsi status gizi lebih … % (S)
Tingginya proporsi dewasa dan lansia gizi kurang di PKM A Thn 2016(P) dikaitkan dengan sulitnya akses terhadap fasyankes (E) yang ditandai dengan rendahnya cakupan kunjungan ke Posbindu dan Puskesmas (S). 68
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Malnutrisi Tujuan
Menurunkan prevalensi/proporsi malnutrisi pada Dewasa dan Lansia di wilayah kerja Puskesmas A dari 15 % menjadi 10 % pada tahun 2019.
Pemberian Makan Gizi
Edukasi Gizi
I
seimbang, Konsumsi buah dan sayur Teknik mengolah makan
perilakuKIE CERDIK, Menerapkan Penyediaan sarana
Konseling Gizi Koordinasi Asuhan Gizi
PHBS, GERMAS
Merujuk, Koordinasi LS, keikutsertaan JKN 69
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Malnutrisi
ME
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala untuk memantau: Prevalensi/proporsi gizi kurang dan buruk pada lansia Prevalensi/proporsi lansia dengan konsumsi energi, protein, lemak < 80% AKG
Data penurunan/ peningkatan konsumsi makanan berlemak, gula, garam Data penerapan gizi seimbang
Data perbaikan status gizi lansia
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
70
Contoh Soal Studi Kasus Gizi Kurang pada Lansia di Tingkat Masyarakat • Hasil rekap laporan rutin bulan tahun 2016 Puskesmas Mekar Sari diketahui: sebanyak 20% lansia dengan status gizi kurang, posbindu di wilayah ini kurang aktif • Hasil survey konsumsi pada kelompok lansia Prevalensi jumlah lansia dengan konsumsi energi dan protein < 80% sebesar 35% • Daya beli kurang terhadap makanan sumber protein hewani maupun nabati, buah dan sayur yang diambil dari data gambaran konsumsi makanan dan minuman • Di wilayah kecamatan Mekar sari ini terdapat pasar dengan jenis makanan yang cukup beragam • Usia rata – rata 60 – 70 tahun dan masih bisa beraktifitas ringan misalnya kegiatan sosial masyarakat, kegiatan ibadah dan lainnya, rata – rata tinggal sendiri sehingga mempengaruhi motivasi makan lansia hal ini disebabkan anak–anaknya bekerja di kota. Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
71
Asuhan Gizi pada Kelompok Lansia Gizi Kurang wilayah puskesmas A iz Diditemukan 20% lansia i mengalamisebanyak gizi kurang. GPrevalensi jumlah lansia dengan konsumsi energi dan protein < n80% sebesar 35% a beli kurang terhadap ij daya makanan sumber protein, buah a dan sayur menurut data survey k Lansiadan usiamasih rata –bisa rataberaktifitas 60 – 70 tahun ringan, rata – rata tinggal sendiri g n mempengaruhi motivasi esehingga Pmakan lansia
konsumsi makanan zii Kurangnya sesuai dengan kebutuhan (P) g berkaitan dengan kurangnya si motivasi memenuhi asupan s energi dan protein, daya beli oyang rendah (E) ditandai oleh n20% lansia mengalami status g gizi kurang dan prevalensi asupan energi dan protein < ia D80% sebesar 35%(S)
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
72
Asuhan Gizi pada Kelompok Lansia Gizi Kurang
si n e rv e t In
Tujuan
v e n o M
Monitoring
Meningkatkan asupan energi dan protein sehingga dapat mengurangi jumlah lansia dengan status gizi kurang
Implementasi Mengaktifkan posbindu Mengadakan kegiatan masak dan
IMT lansia dan pelaksanaan program masak dan makan bersama lansia
Evaluasi penurunan angka status gizi lansia dan prevalensi lansia asupan energi dan protein < 80%
makan bersama dangan dana bantuan bagi lansia setiap hari selasa dan jumat Mengadakan penyuluhan gizi berkala
Advokasi pemanfaatan dana desa peduli lansia Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
73
5. Dewasa dan Lansia dengan PTM
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
74
Pendahuluan • Penyakit Tidak Menular yang sering dijumpai pada dewasa dan lansia diantaranya adalah Hipertensi dan Diabetes Melitus. • Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2013 untuk usia 18 tahun ke atas prevalensi Hipertensi sebesar 25,8% (hasil pengukuran) dan 9,4 (hasil wawancara). • Sedangkan untuk Diabetes Melitus berdasarkan wawancara juga terjadi peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen (2013). Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
75
DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (g lukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang biasanya herediter, dengan tanda-tanda : hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif;gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidratyang disertai gangguan metabolisme lemak dan protein.
Klasifikasi Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut: a. Diabetes Mellitus tipe 1 : destruksi sel β (autoimun, idiopati) b. Diabetes M ellitus tipe 2: Predominan resistensi insulin dengan defisiensi insulin - resistensi insulin c. Diabetes M ellitus tipe l ain seperti: Defek genetik dari sel β, Defek genetik kerja insulin, Penyakit eksokrin pancreas, Endokrinopati, Imbas obat atau zat kimia, Infeksi, diperantarai imun, Sindrom genetik lainnya d. Diabetes Mellitus Gestasional
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
76
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Pengkajian Gizi
Berat Badan Tinggi Badan, Tinggi lutut, Pandang Depa (untuk lansia) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
77
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Pengkajian Gizi Gula Darah Puasa
Gula Darah Sewaktu
Gula darah 2 jam PP
Tes Toleransi Glukosa Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
78
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Pengkajian Gizi
Gejala yang sering ditemukan Gejala Kronis
• mudah lelah, haus, sering BAK
• Nafsu makan menurun, gangguan penglihatan, kesemutan, mudah lelah, gigi mudah goyah dan lepas
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
79
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Pengkajian Gizi
Pola Makan
Asupan Gizi Kebiasaan Makan Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
80
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Pengkajian Gizi Usia Jenis Kelamin Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi Aktifitas Fisik Penggunaan Obat Riwayat Penyakit Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
81
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Diagnosis Gizi Kelebihan asupan energi Kelebihan asupan karbohidrat Kelebihan asupan lemak Kelebihan berat badan Penurunan berat badan yang tidak direncanakan Perubahan nilai laboratorium spesifik (gula darah) Pola makan tidak seimbang Ketidaksiapan perubahan pola makan 82
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Diagnosis Gizi Kebiasaan makan berlebihan Kurangnya aktifitas Kebiasaan makanan tinggi energi, karbohidrat dan lemak yang berlebihan Gula darah belum terkontrol Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
83
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Diagnosis Gizi Kadar gula darah Berat badan IMT Asupan gizi Pola makan Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
84
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Contoh diagnosis gizi yang sering ditemukan pada kasus diabetes melitus adalah :
Problem (P)
1
Etiologi (E)
Sign & Symptom (S)
• Kelebihan berat badan
• Berterkaitan dengan pola makanan yang tinggi energi, karbohidrat dan lemak serta aktifitas kurang
• Ditandai dengan IMT > 27, asupan energi dan lemak > 100% kebutuhan, gula darah sewaktu > 120 mg/dl Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
85
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Contoh diagnosis gizi yang sering ditemukan pada kasus diabetes melitus adalah :
Problem (P)
2
Etiologi (E)
Sign & Symptom (S)
• Ketidaksiapan perubahan pola makan
• Berkaitan dengan Kurangnya kepatuhan mengikuti rekomendasi diet, kurangnya motivasi dan kesiapan untuk berubah • Ditandai dengan, asupan karbohidrat 120% dari kebutuhan, masih sering mengkonsumsi kue dan minuman manis Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
86
Intervensi Gizi Intervensi gizi pada diabetes melitus diberikan untuk mengatasi masalah gizi dengan mempertimbangkan :
• Penyebab masalah gizi (etiologi) • Syarat dan prinsip diet pada diabetes melitus • Sumber daya yang dapat digunakan untuk menjalankan anjuran atau nasehat gizi, misalnya kemampuan pengadaan makanan di rumah
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
87
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Intervensi Gizi Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal
Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal; Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal; Menghindari atau menangani komplikasi Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal. Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
88
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Intervensi Gizi Pemberian Makanan,
misalnya berupa bantuan makan atau pemberian makanan di PKM rawat inap
Edukasi Gizi untuk memberikan pengetahuan mengenai anjuran makan dan pola makan Konseling gizi untuk memberikan pemecahan masalah dan motivasi Koordinasi tim kesehatan, yaitu dengan tenaga kesehatan yang terlibat misalnya dokter dan perawat Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
89
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Diabetes Melitus Indikator yang ditetapkan untuk dilakukan monitoring dan evaluasi tergantung kepada target indikator yang akan dirubah, misalnya : Pengetahuan, Perilaku dan pola makan Kadar gula darah, Berat badan, Faktor risiko serta tanda dan gejala klinis Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
90
HIPERTENSI
• Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang menetap.
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah
Klasifikasi Tekanan Darah
• Menurut WHO batasan hipertensi untuk orang dewasa (di atas 18 tahun) yaitu tekanan darah di atas 140/90 mmHg. • Jika terjadi kenaikan salah satu dari ukuran tekanan darah tersebut (atau dua-duanya, sistolik dan diastolik), sudah dapat dikatakan terjadi hipertensi
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Optimal
< 120
< 80
Normal
120 -129
84
–
90
High Normal
130 -139
85
–
89
Hipertensi Ringan (grade I)
140 - 159
90
–
99
Hipertensi Sedang (grade II)
160 - 179
100
–
109
Hipertensi Berat (grade III)
>180
>110
Isolated systolic hypertension
>140
< 90
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
91
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Hipertensi
Pengkajian Gizi Berat Badan Tinggi Badan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
92
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Hipertensi
Pengkajian Gizi
Gula Darah Puasa
Kadar Kolesterol Darah Profil Mineral Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
93
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Hipertensi
Pengkajian Gizi Tekanan Darah diatas Normal Gejala sakit kepala di daerah tengkuk dan berlangsung terus menerus Penglihatan kabur, sesak nafas, sukar tidur
Kadang disertai mual muntah Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
94
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Hipertensi
Pengkajian Gizi
Pola Makan, misalnya kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi natrium Gaya Hidup berkaitan dengan asupan gizi, misalnya kebiasaan mengkonsumsi alkohol Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
95
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Hipertensi
Pengkajian Gizi Usia Jenis kelamin Kurangnya aktifitas fisik Riwayat penyakit personal dan keluarga Penggunaan obat-obatan Faktor lingkungan dan sosio budaya
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
96
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Hipertensi
Diagnosis Gizi Kelebihan konsumsi natrium Kelebihan berat badan Asupan energi berlebih Pola makan yang salah Ketidaksiapan perubahan pola makan
97
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Hipertensi
Diagnosis Gizi Asupan Garam (Natrium) dan energi berlebih Kurang aktivitas fisik Kurangnya pengetahuan gizi seimbang Kelebihan berat badan Minum alkohol Merokok Stres berkepanjangan
98
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Hipertensi
Diagnosis Gizi Tekanan darah di atas normal pola makan yang tidak sesuai asupan gizi IMT Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
99
Penetapan Diagnosis Gizi Contoh diagnosis gizi yang sering ditemukan pada kasus hipertensi adalah :
Problem (P)
• Kelebihan konsumsi natrium
• Berkaitan dengan kurangnya pengetahuan mengenai makanan Etiologi (E)
Sign & symptom
yang baik dan tidak baik dikonsumsi pada hipertensi • Tekanan darah 150/100 mmHg, sering mengkonsumsi snack kemasan yang asin, gemar mengkonsumsi ikan asin, jarang mengkonsumsi sayur
(S) Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
100
Intervensi Gizi Intervensi gizi pada hipertensi diberikan untuk mengatasi masalah gizi degan mempertimbangkan :
• Penyebab masalah gizi (etiologi) • Syarat dan prinsip diet pada hipertensi sesuai dengan pedoman atau reverensi yang berlaku • Sumber daya yang dapat digunakan untuk menjalankan anjuran atau nasehat gizi, misalnya kemampuan pengadaan makanan di rumah
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
101
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Hipertensi
Intervensi Gizi Menurunkan asupan makanan tinggi garam/ natrium
Meningkatkan aktivitas fisik
Menurunkan berat badan
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
102
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Hipertensi
Intervensi Gizi Pemberian diet rendah garam .
Prinsip diet hipertensi : makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang; jumlah garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan obat yang diberikan.
Perhatikan bahan makanan yang dianjurkan, dibatasi dan dihindari sesuai dengan diet hipertensi Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
103
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Hipertensi
Intervensi Gizi Edukasi gizi, memberikan pengetahuan mengenai makanan yang baik dikonsumsi . Konseling Gizi, memberikan alternatif pemecahan masalah dan motivasi dalam penerapan diet pada hipertensi Koordinasi Asuhan Gizi, misalnya koordinasi dengan dokter dan perawat Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
104
Proses Asuhan Gizi pada Dewasa dan Lansia dengan Hipertensi Indikator yang ditetapkan untuk dilakukan monitoring dan evaluasi tergantung kepada target indikator yang akan dirubah, misalnya : Prilaku dan pola makan
Tekanan Darah
Berat Badan
Faktor risiko serta tanda dan gejala klinis 105
Contoh Soal Studi Kasus Hipertensi pada Tingkat Individu • Seorang wanita bernama Ny. A usia 52 tahundatang berobat ke Puskesmas Mentari dengan keluhan sering mengeluh sakit kepala. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil tekanan darah 150/100 mmHg • Dari hasil pengukuran antropometri di dapatkan BB = 78 kg dan TB = 160 cm • Ny. A tampak gemuk • Dari hasil anamnesa pola makan Ny. A memiliki pola makan 3 kali makanan pokok dengan porsi nasi yang besar, makan selalu menggunakan kerupuk aci 1 mangkok dan gorengan. Ny. A gemar mengkonsumsi makanan selingan berupa snack kerupuk atau gorengan. makanannya jarang terdapat sayur dan jarang mengkonsumsi buah Dalam buahan. –
• Saat ini Ny A diberikan dokter terapi hipertensinya obat captopril 25 mg • Aktifitas sehari - hari Ny A adalah kegiatan rumah tangga dan tidak ada aktifitas tambahan, untuk mengisi waktu Ny A biasanya berkumpul dangan tetangga yang kadang diisi dengan makan2 snack gorengan Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
106
Asuhan Gizi pada Individu dengan Hipertensi zii G n a ji a k g n e P
IMT = 30
kg/m2
(obesitas)
TD = 150/100 mmHg Asupan = tinggi energi, lemak, karbohidrat, sering gorengan, jarang konsumsi buah Riw. Personal = obat captopril 25 mg, kurang aktifitas Jenis kelamin wanita, usia 52 tahun
iz i g iss o n g a i D
Kelebihan berat badan (P) berkaitan dengan pola makanan yang tidak seimbang dan berlebihan serta kurangnya aktifitas (E) ditandai oleh IMT 30 kg/m 2 dan asupan > 100% kebutuhan (S)
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
107
Asuhan Gizi pada Individu dengan Hipertensi
isTujuan berat badan 0,5 nmenurunkan kg/minggu dan memperbaiki epola makanan v rImplementasi gizi : memberikan e tEdukasi pengetahuan gizi mengenai. n rendah garam dengan I Diet jumlah sesuai kebutuhan, pola
vMonitoring eIMT satu bulan berikutnya nAsupan gizi o M Evaluasi perubahan IMT dan asupan gizi
makanan gizi seimbang, anjuran meningkatkan aktifitas fisik
Pemantauan Pertumbuhan, Status Gizi dan PTM dalam PAG
108
TERIMA KASIH