Keseluruhan Perencanaan Dan Program Audit
Dibuat untuk memenuhi persyaratan Mata kuliah Pemeriksaan Internal I
Disusun Oleh :
Mentari (10.1.401) Silviana Suteja (10.1.402) Sandra (10.1.404) Cindy Natalia (10.1.603)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUSI PALEMBANG 2012
Keseluruhan perencanaan dan program audit berkaitan dengan pentingnya membuat keputusan dan mengembangkan suatu program audit yang terperinci, dengan mempertimbangkan efektivitas
bukti
maupun
efisiensi
auditing.
Pertama,
keseluruhan
perencanaan
audit
didiskusikan, yang berarti memicu gabungan dari kelima jenis pengujian yang akan menghasilkan audit yang efektif dan efisien. Topik ini mencakup pembahasan mengenai kelebihan dan kekurangan setiap jenis pengujian, termasuk pertimbangan biaya dari setiap jenis pengujian tersebut. Setelah memutuskan gabungan jenis pengujian yang paling menghentikan biaya, auditor merancang program audit yang terperinci. Jenis-Jenis Pengujian
1. Prosedur Pengukuran Risiko
Standar pekerjaan lapangan kedua mengharuskan auditor untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk mengukur risiko salah saji material dalam laporan keuangan klien. Prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantive transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam PSA 26 (SA 350). Bagian terbesar dari prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk mendapatkan suatu pemahaman atas pengendalian internal. Prosedur
untuk mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal yang memfokuskan pada rancangan maupun implementasi pengendalian internal, serta digunakan untuk mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi. 2. Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi. Ketika kebijakan-kebijakan pengendalian dan prosedur diyakini telah dirancang dengan efektif, auditor mengukur risiko pengendalian pada suatu tingkat yang menggambarkan efektivitas relatif terhadap pengendalian tersebutl. Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis, dapat mencakup jenis bukti tersebut: a. Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien
b. Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan c. Mengamati aktivitas terkait pengendalian d. Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien Auditor melakukan prosedur sistem sebagai bagian dari prosedur untuk mendapatkan pemahaman sebagai upaya membantunya dalam menentukan apakah pengendalian sudah diterapkan. Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menetukan apakah penggunaan pengendalian tersebut telah efektif dan biasanya digunakan untuk menguji
sebuah
sampel
transaksi.
Suatu
pengecualian
dapat
terjadi
untuk
pengendalian otomatis, karena pengerjaannya yang konsisten. Prosedur yang dilakukan auditor untuk menentukan apakah pengendalian otomatis telah diterapkan juga dapat berlaku sebagai pengujian atas transaksi tersebut, jika auditor menentukan terdapat risiko minimal bahwa pengendalian otomatis telah diubah sejak pemahaman didapatkan oleh auditor. Jumlah bukti tambahan yang diharuskan untuk menguji pengendalian bergantung pada 2 hal: a. Keluasan
bukti
yang
didapatkan
dalam
memperoleh
pemahaman
atas
pengendalian internal b. Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan 3. Pengujian Substantif Transaksi
Prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji rupiah yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan saldo laporan keuangan. Auditor mengandalkan tiga jenis pengujian substantive. Ketiga jenis itu adalah pengujian substantif transaksi, prosedur analitis substantif, serta pengujian terperinci saldo. Pengujian substantive transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelompok transaksi. Auditor dapat melakukan pengujia pengendalian secara terpisah dari semua pengujian lainnya, namun sering kali lebih efisien untuk melakukannya bersamaan dengan pengujian substantif transaksi.
4. Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Dua tujuan utama dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk :
a. Manandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan. b. Memberikan bukti substantive Ketika auditor mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan prosedur analitis dan menyimpulkan bahwa saldo akhir klien dalam beberapa akun Nampak wajar, beberapa pengujian terperinci saldo dapat dihilangkan atau ukuran sampel dapat dikurangi. Standar audit menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan salah satu jenis pengujian substantif ketika dilakukan untuk memberikan bukti mengenai suatu saldo akhir akun. 5. Pengujian Terperinci Saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun-akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian atas perincian saldo adalah pada neraca. Auditor melakukan pengujian terperinci saldo akhir untuk akun penjualan dan piutang dagang termasuk prosedur seperti konfirmasi saldo piutang dagang dan pengujian pisah batas. Keluasan pengujian ini bergantung pada hasil pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi serta prosedur analitis untuk akun-akun tersebut.
6. Ikhtisar Jenis-jenis Pengujian
Pengujian pengendalian membantu auditor dalam mengevaluasi apakah pengendalian terhadap transaksi dalam siklus tersebut telah cukup efektid untuk mendukung pengurangan penilaian risiko pengendalian, sehingga memungkinkan pengurangan pengujian substantif. Pengujian pengendalian juga membentuk dasar laporan auditor atas pengendalian internal terhdap laporan keuangan untuk klien-klien yang merupakan perusahaan publik. Pengujian substantive transaksi digunakan untuk memverifikasi transaksi yang dicatat dalam jurnal dan dipindahbukukan ke dalam buku besar.
Memilih Jenis Pengujian Yang Tepat Untuk Dilakukan
Beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih, termasuk ketersediaan kedelapan bukti audit, biaya relatif untuk setiap pengujian, efektivitas pengendalian internal serta risiko bawaan. 1. Ketersediaan Jenis Bukti Prosedur Audit Lanjutan Beberapa pengamatan yang dilakukan mengenai hubungan antara prosedur analitis lanjutan dan bukti : a. Makin banyak jenis bukti yang jumlah totalnya adalah enam, digunakan untuk menguji peperincian saldo dibandingkan untuk setiap jenis pengujian lainnya. b. Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi. c. Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian d. Dokumentasi digunakan di setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis e. Pengerjaan ulang digunakan di setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis dengan satu pengecualian. Ketika auditor memeriksa dokumentasi sebagai bagian dari penelusuran atas transaksi untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal, auditor sering kali “mengerjakan ulang” pengendalian untuk menyakinkan bahwa pengendalian telah diterapkan. f.
Penghitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi matematis atas transaksi ketika melakukan pengujian substantive transaksi dan saldo akun ketika melakukan pengujian atas perincian saldo.
2. Biaya-Biaya Relatif Jenis pengujian yang disusun dalam daftar berdasarkan urutan biaya yang terendah ke tertinggi yaitu
Prosedur analitis Memakan biaya yang paling rendah karena lebih mudah untuk membuat perhitungan dan perbandingan. Informasi yang penting mengenai kemungkinan salah saji dapat diperoleh hanya dengan membandingkan dua atau tiga angka.
Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal
Jenis ini tidak semahal pengujian audit lainnya karena auditor dapat dengan mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan serta melakukan perencanaan prosedur analitis, juga pengujian terhadap sesuatu seperti dokumen yang mengikhtisarkan kegiatan operasi bisnis dan manajemen klien serta struktur tata kelolanya juga lebih murah.
Pengujian pengendalian Melibatkan tanya jawab, pengamatan dan pemeriksaan, biaya relatifnya rendah dibandingkan dengan pengujian substantif, namun pengujian ini lebih mahal dari prosedur penilaian resiko karena lebih luas dari pengujian yang diharuskan mendapatkan bukti pengendalian telah berjalan dengan efektif, khususnya ketika pengerjaan ulang.
Pengujian substantif transaksi Pengujian ini lebih mahal dibandingkan dengan pengujian pengendalian yang tidak melibatkan pengerjaan ulang, karena sebelumnya sering melibatkan perhitungan ulang dan penelusuran. Namun dalam lingkungan terkomputerisasi, auditor dapat melakukan pengujian substantif transaksi dengan cepat untuk sampel transaksi yang besar.
Pengujian terperinci saldo Pengujian ini selalu lebih mahal dibandingkan yang lainnya karena biaya prosedur seperti perhitungan persediaan dan pengiriman konfirmasi. Auditor biasanya membuat perencanaan audit dengan meminimalkan penggunaan prosedur.
3. Hubungan Pengujian Pengendalian dengan Pengujian Substantif Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang memengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu pengecualian dalam pengujian substantif transaksi atau pengujian terperinci saldo adalah salah saji dalam laporan keuangan. Pengecualian dalam pengujian pengendalian dinamakan deviasi uji pengendalian. Pengendalian klien mengharuskan seorang petugas independen untuk memverifikasi kuantitas, harga, dan penjumlahan setiap faktur penjualan yang setelahnya petugas harus menuliskan inisial dalam salinan faktur penjualan untuk menandai verifikasi telah dilakukan. Salah satu prosedur pengujian pengendalian yang dilakukan adalah untuk memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk inisial orang yang memverifikasi informasi. Jika tidak ada inisial pada sejumlah besar dokumen, maka auditor harus mempertimbangkan dampak
terhadap audit pengendalian internal laporan keuangan dan menindaklanjuti dengan melakukan pengujian substantif untuk audit laporan keuangan seperti memperluas pengujian salinan faktur penjualan untuk memasukkan harga, penjumlahan dan jumlah total. 4. Hubungan Prosedur Analitis dan Pengujian Substantif Prosedur ini mengindikasikan kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah laporan keuangan. Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan sebuah akun dengan akun lain atau informasi nonkeuangan mengindikasikan adanya peningkatan kemungkinan salah saji tanpa
memberikan
bukti
langsung
atas
saji
material.
Ketika
prosedur
analitis
mengidentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melakukan pengujian substantif transaksi atau terperinci saldo untuk menentukan apakah salah saji rupiah benar terjadi, jika kemungkinan salah saji kecil, pengujian substantif lain dapat dikurangi seperti akun perlengkapan. 5. Dilema antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Selama perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai risiko pengendalian di bawah maksimum. Jika mereka melakukannya, mereka harus melakukan pengujian pengendalian untuk menentukan apakah tingkat risiko pengendalian yang dinilai dapat dibenarkan. Mereka harus selalu melakukan pengujain pengendalian dalam suatu audit pengendalian internal laporan keuangan. Jika pengujian pengendalian mendukung penilaian resiko pengendalian, risiko deteksi yang direncanakan dalam model risiko audit meningkat, sehingga pengujian substantif yang direncanakan dapat dikurangi. Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal dilakukan sebagai bagian dari prosedur pengukuran risiko yang memberikan dasar bagi penilaian awal auditor terhadap pengendalian internal klien.
Dampak Teknologi Informasi terhadap Pengujian Audit
PSA 07 dan PSA 69 memberikan panduan bagi para auditor dari entitas yang menyebarkan, memproses dan menyimpan atau mengakses informasi penting secara elektronik, contoh, catatan transfer dana elektronik. Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak untuk mengurangi risiko deteksi hingga ke tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantif.
Karena konsistensi bawaan dalam proses berdasarkan teknologi informasi, auditor mungkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis. Contoh, pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir dipastikan berfungsi secara konsisten kecuali jika programnya diubah. Jika auditor memutuskan pengendalian otomatis berjalan dengan tepat, auditor dapat focus pada pengujian selanjutnya untuk menilai setiap perubahan yang terjadi akan membatasi efektivitas pengendalian. Untuk menguji pengendalian otomatis atau data, auditor mungkin memerlukan teknik audit yang dibantu oleh computer atau menggunakan laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi
untuk
menguji
efektivitas
pengendalian
umum
teknologi
informasi
seperti
pengendalian perubahan program dan pengendalian atas akses.
Bukti Gabungan
Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lain. Kombinasi ini dinamakan bukti gabungan. Contoh bukti gabungan Pengujian
Pengujian Terperinci
Prosedur
Pengujian
Pengendalian
Transaksi
Analitis
Terperinci Saldo
Audit 1
E
S
E
S
Audit II
M
M
E
M
Audit III
N
E
M
E
Audit IV
M
E
E
E
Analisis Audit I Klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang rumit dan risiko bawaan yang rendah. Sehingga, auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas dan mengandalkan pada pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian substantif lain, hal ini menyebabkan pengujian substantive transaksi dan terperinci saldo diminimalkan sehingga biaya pun tidak terlalu mahal. Audit ini menghadirkan gabungan bukti yang digunakan dalam audit terintegrasi laporan keuangan dan pengendalian internal laporan keuangan perusahaan public.
Analisis Audit II Perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan risiko bawaan. Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian atas semua jenis pengujian sedang, kecuali prosedur analitis substantive yang akan dilakukan secara meluas.
Analisis Audit III Perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki pengendalian yang efektif dan beberapa risiko bawaan yang signifikan. Mungkin manajemen memutuskan bahwa pengendalian internal yang lebih baik memakan biaya yang cukup besar. Karena kurangnya pengendalian internal yang efektif, kita dapat menganggap perusahaan ini kemungkinan bukan perusahaan public. Tidak ada pengujian atas pengendalian yang dilakukan
karena
bergantung
pada
pengendalian
internal
tidak
tepat
ketika
pengendaliannya tidak efektif untuk perusahaan non public.
Analisis Audit IV Rencana awal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit II. Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji pengendalian yang luas dan salah saji signifikan ketika melakukan pengujian substantive transaksi dan prosedur analitis substantive. Sehingga auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internalnya tidak efektif. Pengujian terperinci saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lain yang tidak dapat diterima.
Merancang Program Audit
Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian resiko untuk menentukan penekanan yang tepat pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit spesifik untuk setiap jenis pengujian harus dirancang. Prosedur audit ini digabungkan untuk membentuk program audit. Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat subprogram audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan, contoh subprogram : a. Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Program audit ini biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadaaap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur penilaian risiko. Pada program kemungkinan terdapat deskripsi prosedur yang
dilakukan untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal dan deskripsi penilaian tingkat risiko pengendalian. Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian. 1. Menerapkan tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok transaksi yang sedang diuji, seperti penjualan. 2. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait. 3. Mengembangan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua pengendalian internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian awal risiko pengendalian di bawah tingkat maksimum (pengendalian-pengendalian kunci). 4. Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-masing tujuan audit terkait transaksi, merancang pengujian substantive transaksi yang tepat, dengan mempertimbangkan
kekurangan-kekurangan
dalam
pengendalian
internal
dan
ekspektasi hasil pengujian pengendalian di langkah 3. b. Prosedur Analitis Dikarenakan prosedur analitis relative tidak mahal, banyak auditor yang melakukannya pada semua pengauditan. Prosedur analitis yang dilakukan selama pengujian substantif, seperti untuk audit piutang dagang, biasanya lebih terfokus dan lebih luas daripada yang dilakukan sebagai bagian dari perencanaan. Selama perencanaan, auditor dapat menghitung persentase margin kotor untuk penjualan total, sementara selama pengujian substantive akun piutang dagang, auditor dapat menghitung persentase margin kotor berdasarkan bulan atau berdasarkan lini usaha, atau mungkin keduanya. c. Pengujian Terperinci Saldo Jika auditor memverifikasi akun piutang dagang, misalnya, prosedur audit yang direncanakan harus memadai untuk memenuhi setiap tujuan audit terkait saldo. Dalam merencanakan program audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi tujuan tersebut, banyak auditor yang mengikuti sebuah metodologi. Keputusan kunci dalam merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo yaitu
Mengidentifikasi Risiko-Risiko Bisnis Klien yang Berpengaruh pada Akun Piutang Dagang Sebagai bagian dari mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industry klien, auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang signifikan untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut mengakibatkan meningkatnya risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Mengukur Risiko Bawaan Piutang Dagang Auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap saldo yang signifikan. Risiko bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah, lingkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yang tinggi pada laporan keuangan tahun berjalan.
Menilai Risiko Pengendalian Siklus Penjualan dan Penagihan Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan baik pada penjualan maupun penerimaan kas dalam audit piutang dagang. Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan, demikian pula jumlah bukti yang diperlukan untuk pengujian substantive transaksi dan pengujian terperinci saldo akan berkurang.
Merancang dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Siklus Penjualan dan Penagihan Pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi dirancang dengan harapan bahwa beberapa hasil tertentu akan didapatkan. Hasil yang diharapkan ini akan berpengaruh pada rancangan pengujian terperinci transaksi.
Merancang dan Melakukan Prosedur Analitis Saldo Akun Piutang Dagang Auditor melakukan prosedur analitis substantive untuk akun-akun seperti piutang dagang untuk dua tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam saldo akun tersebut dan untuk mengurangi pengujian audit yang terperinci.
Merancang Pengujian Terperinci Akun Piutang Dagang untuk Memenuhi Tujuan Audit Terkait Saldo
Pengujian terperinci saldo yang direncanakan termasuk prosedur audit, ukuran sampel, unsure yang dipilih dan penentuan waktu. Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit terkait saldo dalam setiap akun. d. Tingkat Disagregasi Kegiatan Perencanaan Tingkat disagregasi terbentang mulai dari keseluruhan audit hingga ke tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun. Sebagai contoh, prosedur pengukuran risiko yang terkait untuk mendapatkan informasi latar belakang mengenai bisnis dan industry klien yang relevan dengan pengauditan. e. Ilustrasi Program Audit Standar audit mengharuskan auditor untuk menggunakan program audit tertulis. Format yang digunakan mengaitkan prosedur audit dengan tujuan audit terkait saldo. Program
audit
dikembangkan
setelah
mempertimbangkan
semua
faktor
yang
memengaruhi pengujian terperinci saldo dan berdasarkan pada beberapa asumsi mengenai pengendalian internal, risiko pengendalian, dan hasil pengujian pengendalian, pengujian substantive transaksi serta prosedur analitis substantive. Program audit sering kali terkomputerisasi. Bentuk yang peling sederhana dengan mengetik program audit dalam program pengolah kata dan menyimpan dalam arsip dari tahun yang satu ke tahun berikutnya untuk memfasilitasi perubahan dan pemutakhiran.
Hubungan Tujuan Audit Terkait Transaksi dengan Tujuan Audit Terkait Saldo serta Tujuan Audit terkait Penyajian dan Pengungkapan
Ketika semua tujuan audit terkait transaksi sudah terpenuhi, auditor akan tetap lebih mengandalkan pengujian substantive saldo untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo berikut ini:
Nilai Realisasi
Hak dan Kewajiban
Pengujian substantive saldo tambahan juga hampir sama untuk tujuan audit terkait saldo lainnya, bergantung pada hasil-hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi. Bab ini menekankan pada hubungan antara prosedur audit yang dilakukan untuk memenuhi tujuan audit terkait transaksi dan tujuan audit terkait saldo. Auditor melakukan pengujian
pengendalian untuk mendukung pengurangan penilaian resiko pengendalian untuk keempat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan yang dibahas di bab 4.
IKHTISAR ISTILAH – ISTILAH PENTING TERKAIT BUKTI
1. 2. 3. 4. 5.
Fase proses audit (fase of the audit process) Tujuan audit (audit objectives) Jenis – jenis pengujian (types of test) Keputusan bukti (evidence decisions) Jenis – jenis bukti (types of evidence)
Fase dalam proses audit Merencanakan dan merancang suatu pendekatan audit (fase I)
Tujuan audit
Jenis pengujian
Prosedur penilaian risiko: Prosedur untuk memahami bisnis dan industri klien Prosedur untuk memahami pengendalian internal Prosedur analitis perencanaan
Keputusan bukti
Jenis bukti
Prosedur audit Penentuan waktu
Dokumentasi tanya jawab klien prosedur analitis
Prosedur audit Ukuran sampel Unsur yang dipilih Penentuan waktu
Dokumentasi pengamatan taya jawab klien pengerjaan ulang penghitungan ulang
Melakukan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi (fase II)
Tujuan audit terkait transaksi : Keterjadian Kelengkapan Akurasi Pemindahbu kuan dan pengiktisaran Klasifikasi Penentuan waktu
Prosedur untuk mendapatkan suatu pemahaman dan pengujian atas pengendalian
Pengujian substantif transaksi
Prosedur audit Ukuran sampel Unsur yang
Melakukan prosedur analitis dan pengujian terperinci atas saldo (fase III)
Tujuan audit terkait saldo: Keberadaan Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Pisah batas Keterkaitan perincian Nilai realisasi Hak dan Kewajiban
Prosedur analitis
Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan: Keterjadian serta hak dan kewajiban Kelengkapan Akurasi dan penilaian Klasifikasi dan kemampuan untuk dapat dipahami
Prosedr analitis
Pengujian terperinci saldo
Prosedur audit Pentuan waktu
Menyelesaikan audit dan menerbitkan suatu laporan audit (IV)
dipilih Pentuan waktu
Pengujian terperinci saldo
Prosedur audit Ukuran sampel Unsur yang dipilih Pentuan waktu Prosedur audit Pentuan waktu
Pemeriksaan fisik konfirmasi dokumentasi taya jawab pengerjaan ulang prosedur analitis penghitungan ulang
Prosedur analitis dokumentasi taya jawab klien
Prosedur audit Ukuran sampel Unsur yang dipilih Pentuan waktu
IKHTISAR PROSES AUDIT FASE I : merencanakan dan merancang sebuah pendekatan audit
Auditor menggunakan informasi yang didapatkan dari prosedur penilaian risiko terkait dengan penerimaan klien dan perencanaan awal , memahami bisnis dan industri klien, menilai risiko bisnis, dan melakukan prosedur analitis pendahuluan yang bertujuan untuk menilai risiko bawaan dan risiko audit yang dapat di terima.
FASE II : melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, tujuan dari fase II ini adalah untuk :
1. Mendapatkan bukti
yang mendukung pengendalian tertentu yang berkontribusi
terhadap penilaian resiko pengendalian yang dilakukan oleh auditor ( yaitu, ketika resiko pengendalian ini dikurangi dibawah maksimum) untuk audit atas laporan keuangan dan untuk auditpengendalian internal atas laporan keuangan dalam suatu perusahaan publik. 2. Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam transaksi – transaksi. FASE III : melakukan prosedur analitis dan pengujian terperinci saldo
Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang memadai untuk menetukan apakah saldo akhir dan catatan – catatan kaki dalam laporan keuangan telah disajikan dengan wajar . sifat dan keluasan pekerjaan akan sangat bergantung pada temuan – temuan dari dua fase sebelumnya. Dua kategori umum dalam prosedur fase III adalah : 1. Prosedur analisis substantif yang menilai keseluruhan kewajaran transaksi – transaksi dan saldo – saldo akun 2. Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk menguji salah saji moneter dalam saldo – saldo akun di laporan keuangan. FASE IV : menyelesaikan audit dan menerbitkan suatu laporan audit
1. Melakukan pengujian tambahan untuk tujuan penyajian dan pengungkapan. Prosedur audit yang dilakukan untuk mendukung tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan sama dengan prosedur audit yang dilakukan untuk mendukung tujuan audit terkait transaksi dan saldo. 2. Pengumpulan bukti akhir Selain bukti yang didapatkan dari setiap siklus selama fase I dan II,dan untuk setiap akun selama fase III, auditor harus mendapatkan bukti berikut untuk laporan keuangan secara keseluruhan selama fase penyelesaian.
Melakukan prosedur analitis akhir
Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha( going concern)
Mendapatkan surat representasi kilen.
Membaca informasi dalam laporan tahuanan untuk menyajikan bahwa informasi yang disajiakan konsisten dengan laporan keuangan
3. Menerbitkan Laporan Audit Jenis Laporan audit yang akan diterbitkan bergantung pada bukti yang dikumpulkan dan temuan temuan auditnya. 4. Komunikasi dengan Komite Audit dan Manajemen Auditor diharuskan untuk mengkomunikasikan setiap kekurangan dalam pengendalian internal yang signifikan pada komite audit atau manajemen senior. Standar audit juga mengharuskan auditor untuk mengkomunikasikan beberapa hal pada mereka yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan , seperti pada komite audit atau badan yang sejenis menjelang penyelesaian audit,atau sesegera mungkin. Meskipun tidak diharuskan,auditor sering kali memberikan saran pada manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis mereka.