LAPORAN HASIL DISKUSI PEMICU 7 BLOK 9 (ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK 5) HARAPAN IBU RITA
”
”
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1
Adeka Julita Sari (1006658556) Ajrina Busri (1006658562) Anantaria Okawati Rambe (1006658575) (1006658575) Annisa Dwi Puspita (1006658581) Annisa Luthfia Yandri (1006658594) (1006658594) Dellyan Putra (1006658625) Dina Ariani (1006658631) (1006658631) Dominikus Fernandi (1006658644) (1006658644) Farida Ervintari (1006658650) Febia Karunia (1006658663) (1006658663)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS INDONESIA 2012
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan hasil diskusi skenario 7 dalam bentuk makalah Blok 9 Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 5 dengan judul “ Harapan Ibu Rita”. Rita ”. Kami mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu kami menyelesaikan masalah dalam Skenario 7 ini, di antaranya: 1. drg. Siti Fardaniah Sp. Pros, fasilitator yang telah dan senantiasa memberikan arahan kepada kami selama berlangsungnya diskusi. 2. Para penulis yang telah membantu kami menjawab persoalan-persoalan yang ada di dalam skenario 2 ini melalui buku-buku maupun tulisan mereka. 3. Orangtua dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan tugas-tugas ini. Sebagai manusia biasa, kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan di dalam makalah ini dan jauh dari kesempurnaan. Namun, kami tetap berharap makalah ini dapat bermanfaat dan meningkatkan pengetahuan para pembaca.
Jakarta, Oktober 2012 Penyusun
Kelompok 1
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyusunan laporan ini berdasarkan pada kasus berikut: Satu bulan kemudian , Ibu Rita berkunjung kembali ke drg. Tatia untuk melanjutkan perawatan kehilangan gigi 26 dengan gigi tiruan yang tidak dapat dilepas. Ibu Rita bersedia menjalani tahap-tahap perawatan yang sudah ditetapkan, dengan harapan mendapatkan gigi tiruan yang estetis dan nyaman.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui: 1. Jenis-jenis gigi tiruan jembatan. 2. Indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan jembatan dan persyaratan gigi abutment. 3. Komponen-komponen Komponen-komponen pada gigi tiruan jembatan jembata n dan tipe-tipenya. 4. Material yang digunakan pada pembuatan gigi tiruan jembatan. 5. Tata laksana klinis perawatan gigi tiruan jembatan. 6. Komunikasi dokter gigi dengan laboratorium dental
C. Rumusan Masalah
1. Apa
saja
jenis-jenis
gigi
tiruan
jembatan
dan
bagaimana
indikasi
serta
kontraindikasinya? 2. Apa saja komponen yang ada pada gigi tiruan jembatan? 3. Apa saja syarat yang diperlukan sebuah gigi untuk dijadikan gigi penyangga pada gigi tiruan jembatan? 4. Apa saja syarat dan prinsip preparasi gigi tiruan jembatan? 5. Bagaimana tata laksana perawatan gigi tiruan jembatan?
2
D. Mind Map
Indikasi dan kontraindikasi Syarat gigi Komponen GTJ
Gigi Tiruan Jembatan konektor
retainer
pontik
Tata laksana
Klinis
Jenis Gigi Tiruan
Komunikasi Laboratorium
E. Hipotesis
Ibu Rita akan dibuatkan gigi tiruan jembatan tipe conventional bridge dengan gigi 25 dan 27 sebagai gigi penyangga. Sebelumnya dilakukan perawatan prepostetik pada gigi 24 dan 25 berupa pembuatan restorasi onlay.
3
BAB II PEMBAHASAN
1.
Jenis-jenis Bridge a) Gigi tiruan jembatan konvensional
Rigi d fi xed xed br br i dge
Sesuai namanya, GTJ jenis ini secara fixed terhubung satu sama lain, baik melalui solder masing-masing mahkota maupun sebagai satu kesatuan casting (GTJ logam tuang).Dengan kata lain, tekanan yang diterima GTJ ini akan terdistribusi secara merata ke semua unit mahkota. GTJ jenis ini sering digunakan untuk GTJ yang l ong span , namun jarang digunakan untuk yang span short span, span, karena diperlukan retensi yang sangat baik dari kedua retainer. Jika gagal risiko lepas sangat tinggi. Dengan kata lain, dalam pembuatan GTJ jenis ini perlu preparasi gigi abutment yang cukup ekstensif. -
All acrylic GTJ sementara, tekanan kunyah ringan
-
All metal tidak memerlukan estetis, gigi penyangga pendek
-
All porcelain ukuran abutment besar dan tekanan kunyah ringan
-
Kombinasi indikasi luas, kekuatan dan estetis baik
Indikasi
→ Penggantian
1 – 3 gigi yang saling bersebelahan; Pasien yang
punya tekanan kunyah normal – kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.; Gigi penyangga derajat goyangnya 1 (normal). Kontra-Indikasi
→
Pontics/span yang terlalu panjang; Gigi penyangga
memiliki kelainan periodontal atau karies esktensif; Pasien yang masih muda dengan ruang pulpa besar. Keuntungan
→ Memiliki
indikasi terluas dari semua jenis GTJ; Punya efek
splinting terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai perawatan penunjang periodontal. Kerugian
→
Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya
ungkit/bent ungkit/bent /efek /efek flexural. Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan berada baik di gigi penyangga penyangga atau berada di tengah span/pontics.
4
Semi fixed bridge
Pada GTJ jenis ini distribusi tekanan dibagi ke masing-masing unit pontik & retainer. Disini GTJ dibagi menjadi 2 bagian, yaitu satu retainer dan gabungan pontik & retainer menggunakan desain dovetail & slot (minor & major retainer – male & female counterpart ). Jarang sekali menggunakan mahkota tiruan penuh dan lebih kepada inlay atau onlay. GTJ ini lebih diindikasikan untuk yang shor t span di regio posterior dikarenakan pada GTJ ini tidak perlu preparasi yang ekstensif (sifat abutmentnya inlay/onlay). Disini bagian yang bersifat non-rigid diletakkan pada bagian distal unit GTJ dengan tujuan untuk mencegah tertariknya kunci (yang menghubungkan minor & major retainer) ke arah anterior akibat adanya efek Anterior Component Force saat terjadi oklusi. Hal ini membuat tekanan oklusal diberikan pada masing-masing pontik/retainer. Syarat Tekanan kunyah normal/ringan dan ukuran abutment normal. Konstruksi Non-rigid Connector di mesial diastema untuk mencegah
tertariknya key karna gaya ACF. Indikasi
→ Salah
satu abutment miring >20° atau intermediate abutment;
Kehilangan 1 atau 2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital; Kehilangan 2 gigi dengan gigi penyangga intermediate. Keuntungan → Adanya konektor non-rigid mencegah terjadinya gaya
ungkit sebagaimana yang terjadi pada GTJ rigid-fixed; Preparasi tidak terlalu ekstensif sehingga pasien yang ruang pulpanya besar tidak menjadi masalah; Prosedur sementasi bertahap sehingga jika terjadi kesalahan tidak semua unit harus diulang. Kerugian → Pembuatan r elatif sulit, terutama keakuratan kedua unit
retainer; Harganya relatif lebih mahal; Efek splinting kurang; Risiko fraktur pada kunci tinggi.
Canti lever bri dge
GTJ ini merupakan jenis yang paling sederhana karena hanya punya satu abutment/retainer. Meskipun demikian, apabila proses dan preparasinya
5
dilakukan dengan baik, desain ini memiliki kesuksesan tertinggi. Bentuk desainnya adalah pontic secara langsung terhubung/disangga oleh 1 gigi abutment.
Hal
ini
menyebabkan
tekanan
yang
diterima
jaringan
periodonsium menjadi lebih besar daripada jenis lainnya sehingga area akar dari gigi penyangga harus cukup lebar untuk menyerap tekanan tersebut. Indiaksinya untuk gigi anterior yang memiliki daya gigi ringan seperti I2, sedangkan untuk C harus menggunakan semi rigid atau rigid-fixed. Di regio posterior jaranga digunakan karena beban oklusalnya terlalu tinggi dan berisiko terjadi gaya mengungkit. Syarat tekanan kunyah ringan, abutment sehat, dukungan tulang baik. Keuntungan → Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil
maksimal; Jaringan yang rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena kesederhanaan desainnya serta menggunakan full-porcelain crown. Indikasi → Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil. Kontra-Indikasi → Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban
oklusalnya tidak terlalu besar. Kerugian → Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan
periodonsium (baik tulang maupun mukosa); Terjadi rotasi palato-labial, namun hal ini jarang terjadi karena adanya keseimbangan jaringan mukosa bibir, pipi, dan lidah; Indikasi sangat terbatas.
Spri ng Bri dge
Disini pontics teerhubung dengan retainer melalui palatal bar yang panjang dan fleksibel, dengan kata lain GTJ ini merupakan kombinasi antara retainerp oleh dan potesa jaringan dimana tekanan mastikasi yang seharusnya diterima oleh pontic akan diserap oleh mukoperiosteum via palatal bar tersebut. Hal ini sangat menguntungkan terutama bagi pasien yang memiliki beban oklusal dan daya gigit yang kuat serta menginginkan estetika tertinggi ( full porcelain). Selain itu, preparasi gigi hanya perlu satu karena retainer yang akan digunakan hanya 1 serta faktor diastema bukan menjadi persoalan
6
sebagaimana pada GTJ jenis lainnya. Namun, pembuatannya sangat sulit dan perlu keakuratan yang tinggi. Indikasi → Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi
pilihan terbaik karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics sehingga tidak terlalu terlihat jika menggunakan logam; Gigi dalam 1 regio tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai gigi penyangga, baik karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena faktor fisik retainernya; Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik). Kontra-Indikasi → Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek
sehingga kurang retentif untuk dijadikan penyangga; Pada gigi di mandibula; Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya torus atau bentuknya yang terlalu dangkal/dalam. Selain alasan fungsional, faktor estetik juga menjadi masalah; Gigi penyangga tidak memiliki kontak proksimal, menyebabkan gigi berisiko bergerak. Keuntungan → Mendapat hasil estetika yang sangat baik; Waktu kunjungan
relatif lebih singkat; Desain umumnya disambut baik oleh pasien karena faktor estetika dan kekuatan yang tahan lama; Tingkat kegagalan rendah selama preparasi dan pembuatannya benar. Kerugian → Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya
yang cukup besar seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara alami; Meskipun waktu kunjungan singkat, waktu pembuatan cukup lama dan kompleks serta butuh keahlian.
Compoun d Br idge
Merupakan kombinasi dari 2 jenis GTJ atau lebih dengan tujuan untuk membuat suatu unit yang dapat saling membagi/mendistribusi tekanan kunyah diantara pontik ke retainernya. Beberapa jenisnya antara lain: rigidfixed & semi-rigid, rigid-fixed & spring, rigid-fixed & cantilever. GTJ ini digunakan karena tidak mungkin hanya menggunakan 1 jenis/unit GTJ saja pada satu kasus disebabkan oleh banyaknya gigi yang hilang ( flexural effect ). Keuntungan utama dari GTJ ini adalah mampun memecah 1 unit GTJ yang
7
kompleks menjadi beberapa unit fungsional dan mencegah kegagalan restorasi seperti contoh diatas.
Telecospic Br idge Gigi tiruan jembatan yang umumnya dibuat pada gigi
yang miring (drifting ). Preparasi tetap sesuai dengan sumbu giginya tetapi pada pembuatan coping di sisi mesialnya sejajar dengan sumbu gigi penyangga lain dengan kombinasi backing-facing metal-porselen.
b) Gigi tiruan jembatan “sophisticated”
Resin bonded prosth eses / adhesive br idge
Retainer
hanya
berupa
pelat
metal
yang
dilekatkan
pada
bagian
lingual/oklusal dengan sistem etsa tanpa/sedikit preparasi.
-
Rochette bridge
-
Maryland bridge
-
Implant bridge
Removable br idge
Tujuan
menanggulangi
masalah sulitnya membersihkan periodonsium di
bawah pontik dan antara gigi penyangga dengan pontik. GTJ ini dapat dilepas namun kelemahannya tidak tahan lama.
c) Perbandingan Desain Conventi onal Br idge Fixed-fixed
No. Kelebihan
1.
Desain
Kekurangan
yang
kuat
dengan
Preparasi
retensi maksimum dan kuat.
gigi
yang
paralel/sejajar,
menyebabkan kehilangan jaringan yang lebih
banyak,
dapat
membahayakan
pulpa, dan mengurangi retensi; kekuatan gigi juga dapat berkurang. 2.
Gigi penyangga dapat splint , khususnya saat
gigi
geligi
bergerak
karena pada gigi sangat luas; kesejajaran harus
kehilangan tulang saat periodontitis. 3.
Desainnya
cocok
untuk
Preparasinya sulit, khususnya jika space
selalu diperhatikan.
long-span Seluruh
8
retainer
merupakan
major
bridges.
retainer dan require extensive (luas), preparasi destruktif gigi penyangga.
4.
Konstruksinya kuat.
5.
Jangka waktu lama.
Sementasinya sulit.
Fixed-movable
No.
Kelebihan
Kekurangan
1.
Preparasinya
tidak
membutuhkan Masa penggunaannya terbatas, khususnya
kesejajaran antara gigi yang satu karena dengan yang lain. 2.
Karena
preparasinya
terdapat
pergerakan
gigi
penyangga. tidak
harus Konstruksinya lebih sulit dibandingkan
sejajar/paralel, maka desain preparasi dengan fixed-fixed . dapat berbeda. 3.
Dapat melindungi jaringan gigi karena preparasi
dilakukan
untuk
Sulit untuk membuat temporary bridges.
minor
retainers yang kurang destruktif. 4.
Mentolerir pergerakan gigi minor.
5.
Sementasinya mudah.
Cantilever Br idge
No.
Kelebihan
Kekurangan
1.
Desain konservatif diperlukan bila gigi Masa waktu penggunaannya lebih terbatas penyangganya hanya satu.
daripada penggunaan satu pontik karena pengaruh
tekanan
terhadap
gigi
penyangga. 2.
Bila gigi penyangganya hanya satu,
Konstruksi bridgenya harus kuat (rigid )
tidak membutuhkan preparasi yang
untuk mencegah distorsi.
paralel/sejajar. Bila gigi penyangganya dua atau lebih, preparasi paralel akan lebih mudah karena letak gigi tersebut berdekatan. 3.
Konstruksinya kuat.
Tekanan
4.
Paling sesuai untuk menggantikan gigi
menyebabkan tilting dari gigi penyangga,
9
oklusal
pada
pontik
anterior yang hilang/rusak.
khususnya pada gigi penyangga yang terletak
di
distal
pontik
dan
sudah
berpotensi untuk tilting ke mesial.
d) Perbandingan Desain Bridge dengan Preparasi Minimal Fixed-fixed
No.
Kelebihan
Kekurangan
1.
Permukaan area retensinya luas.
Kecenderungan gigi penyangga untuk dislodged dari retainer nya karena tekanan oklusal dari gigi antagonis.
2.
Menggunakan single
casting dan Bila
relatif lebih mudah.
gigi
penyangganya
tilting ,
sulit
mendapatkan retensi yang kuat.
3.
Retensi kedua gigi harus sama, hal ini sulit dicapai bila gigi penyangga yang satu merupakan gigi molar dan gigi yang lain merupakan gigi premolar.
Fixed-movable
No.
Kelebihan
1.
Independent
Kekurangan
tooth
movement Tidak sesuai untuk anterior bridges.
kemungkinan dapat terjadi, khususnya pada
gigi
penyangga
untuk
alat
lepasan. Major retainer dapat didesain untuk retensi optimum. 2.
Retensi pada minor retainer (pada alat Pembuatannya sulit. lepasan) tidak perlu terlalu kuat.
3.
Retensi major dan minor retainer Tidak sesuai untuk pemakaian yang lama dapat berbeda-beda.
4.
karena alat lepasannya kurang mampu
Alat lepasan dapat mencegah gigi untuk menahan tekanan lateral . penyangga yang terletak di posterior untuk tilting .
10
Cantilever Br idge
No.
Kelebihan
1.
Menggunakan preparasi pada
seluruh
Kekurangan
konservatif
Area retensinya kecil dan rentan untuk
biasanya
debonding bila terkena tekanan putar
desainnya,
hanya disertai single preparasi minimal (torquing forces). untuk retainer nya. 2.
Cocok untuk menggantikan gigi insisif lateral, menggunakan gigi kaninus sebagai gigi penyangga.
3.
Cocok untuk pemakaian dalam waktu singkat untuk gigi posterior.
4.
Memudahkan
pasien
untuk
membersihkan daerah di antara pontik dan gigi yang sehat dengan floss.
2.
5.
Tidak perlu preparasi yang sejajar.
6.
Konstruksinya mudah.
Indikasi dan Kontraindikasi Bridge serta Persyaratan Gigi Abutment a) Pertimbangan Umum
Sikap pasien terhadap kesehatan gigi dan jaringan pendukung miliknya serta keinginannya untuk bisa sembuh, dengan kata lain sabar dan mau bekerja sama dengan dokter gigi selama perawatan berlangsung. Mengingat dalam pembuatan GTJ perlu waktu yang cukup lama dan kunjungan berkala.
Pasien dari kalangan yang cukup mampu karena harga GTJ cukup mahal.
Memiliki OH yang tinggi. Pasien yang memiliki risiko karies tinggi menyebabkan GTJ tidak bertahan lama, khususnya pada retainer/abutment dari GTJ tersebut.
b) Indikasi Umum
Secara psikologis, pasien (terutama yang mampu) menganggap GTL bukanlah bagian dari tubuh mereka sehingga mereka menganggap GTC (dalam hal ini GTJ) merupakan pilihan yang terbaik untuk menggantikan gigi
11
mereka yang hilang. Selain itu segi estetika dan higiensi juga diperhatikan karena pandangan umum menganggap GTL membuat mulut menjadi bau dan dari segi estetik kurang.
Pada pasien yang punya penyakit sistemik, terutama yang menyebabkan sinkop/kolaps/ketidaksadaran,
maka
penggunaan
GTL
umumnya
dikontraindikasikan karena berisiko lepas dan patah, sehingga untuk mengurangi rasa khawatir ini digunakan GTC sebagai alternatifnya.
Pasien pasca-perawatan ortodontik seringkali kehilangan giginya akibat faktor kebutuhan ruang. Seringkali kepercayaan diri pasien menjadi turun karena faktor ini dan karenanya perlu gigi pengganti. Penggunaan GTJ diindikasikan karena kestabilan dan ketahanannya untuk menjaga agar gigi tidak bergerak lagi.
Dalam pasien yang memerlukan perawatan periodontal , gigi-gigi yang goyang atau kurang stabil akan dirawat dengan splinting , disini penggunaan GTJ diindikasikan untuk splinting cekat sehingga pergerakan/kegoyangan gigi tidak makin parah dan gaya/tekanan mastikasi dapat tersebar secara merata. Namun penting untuk diingat bahwa GTH bukanlah sebagai perawatan utama namun sebagai penunjang karena gigi yang goyang bukanlah gigi yang baik untuk digunakan sebagai gigi abutment.
Dari aspek bicara, penggunaan GTL dirasa kurang nyaman karena sering bergerak sehingga mengganggu fungsi bicara. Penggunaan GTC dapat menghilangkan rasa tidak nyaman ini dan memperbaiki fungsi bicaranya.
Membuat kestabilan proses mastikasi & membantu menyebarkan beban oklusal secara merata ke jaringan periodonsium dan tulang rahang, dimana kedua faktor tersebut jarang dicapai di dalam GTL.
c) Kontra-Indikasi Umum
Pasien yang tidak bisa diajak bekerjasama, seperti pada pasien anak-anak ataupun pasien yang lanjut usia karena sulit untuk bersabar serta komunikasi yang sulit. Selain itu, pada pasien yang secara medis mengalami penyakit seperti
kejang-kejang
mendadak
atau
gangguan
dikontraindikasikan karena dapat mengganggu proses preparasi.
12
otak
juga
Pasien yang masih muda karena ruang pulpanya masih besar. Sama seperti dengan pembuatan mahkota tiruan, pembuatan GTJ perlu preparasi yang cukup ekstensif karena menggunakan bahan PFM.
Pasien yang tidak bisa diadministrasi anestesi lokal (e.g. hipertensi, gangguan jantung, dll.). Apabila masih memungkinkan gunakan obat yang tidak memakain epinefrin.
Pasien yang memiliki risiko karies tinggi serta penyakit periodontal.
Pasien yang memerlukan pontik gigi dalam jumlah besar, membuat length of span tinggi dan menyebabkan beban GTJ makin besar, terutama pada jaringan periodontal dan gigi penyangganya.
Pasien yang memiliki abutment teeth yang karies ekstensif dan merusak jaringan mahkota seluruhnya atau terlalu parah. Selain itu gigi yang mengalami deformitas kongenital juga tidak bisa digunakan.
Gigi penyangga mengalami rotasi/tilting – tidak dalam satu bidang sejajar.
d) Persyaratan Gigi Abutment
Tiap restorasi harus mampu menahan beban oklusal yang diterimanya. Pada bridge, gaya yang seharusnya diterima gigi hilang akan didistribusikan melalui pontic, connector, & retainer , ke gigi abutment . Jadi gigi abutment akan menerima beban oklusal tambahan. Sebisa mungkin, gigi yang akan dijadikan abutment haruslah gigi yang vital. Namun gigi yang telah dirawat endo dengan baik dan asimtomatik juga bisa dijadikan abutment dengan syarat masih ada sebagian struktur mahkota yang tersisa. Pada gigi seperti ini bisa dipasangkan dowel crown. Jaringan periodontal disekitar calon gigi abutment harus sehat dan bebas inflamasi sebelum memulai tahapan perawatan prostho. Bakal gigi abutment juga seharusnya tidak mengalami kegoyangan. Selain itu kita harus mengevaluasi
beberapa
faktor
terkait
kondisi
akar
gigi
dan
jaringan
penyangganya yaitu rasio mahkota-akar, bentuk akar, & luas daerah perlekatan ligamen periodontal ( Ante’s L aw ).
Rasio mahkota-akar
Merupakan perbandingan antara panjang gigi yang berada oklusal dari tulang alveolar dengan panjang gigi yang tertanam di tulang alveolar. Bila panjang gigi yang tertanam di tulang alveolar makin berkurang, maka kemungkinan gigi tersebut untuk menerima gaya lateral akan meningkat. Rasio mahkota-
13