BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stroke masih merupakan suatu perhatian mayoritas dalam kesehatan masyarakat. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker dan juga mengakibatkan disabilitas jangka panjang. Terdapat variasi angka insidensi dan outcome stroke diberbagai negara. Insidensi stroke di Asia umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat dan juga lebih banyak terjadi pada negara Eropa bagian timur dibandingkan bagian barat.
Di Indonesia, penelitian berskala cukup besar pernah dilakukan oleh ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 Rumah Sakit (RS) seluruh Indonesia. Studi epidemiologi stroke ini bertujuan untuk melihat profile klinis stroke dimana dari 2065 pasien stroke akut, dijumpai rata-rata usia adalah 58,8 tahun (range 18-95 tahun) dengan kasus pada pria lebih banyak dari pada wanita. Rata-rata waktu masuk ke RS adalah lebih dari 48,5 jam (range 1-968 jam) dari onset. Rekuren stroke dijumpai hampir pada 20% pasien dan frekuensi stroke iskemik adalah yang paling sering terjadi (Misbach dkk, 2007).
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan penyakit stroke ?
Bagaimana cara pencegahan penyakit stroke ?
Apa yang menyebabkan seseorang terkena penyakit stroke ?
Tujuan
Dengan adanya makalah ini, sehingga perawat dapat memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan pada klien stroke.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Stroke adalah suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu serangan yang mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan karena gangguan peredaran darah ke otak non tromatik.
Stroke, atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibabatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Sedangkan menurut Valentina (2008) stroke adalah sebagai gangguan neurologis fokal yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi dalam pembuluh darah.
Etiologi
Menurut Fransisca B. Baticaca etiologi stroke adalah:
Kurangnya suplai oksigen yang menuju otak
Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak.
Adanya sumbatan bekuan darah di otak.
Menurut Arif muttaqin etilogi dari stroke atau CVA adalah:
Trombosis
Aterosklerosis
Hiperkoagulasi pada polsitemia
Arteritis (radang pada arteri)
Emboli serebri
Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
Hipertensi yang parah
Henti jantung paru
Curah jantung akibat aritmia
Hipoksia lokal
Penyebab yang berhubungan dengan hipoksia lokal adalah:
Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarakhnoid
Vasokonstriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
Faktor Resiko
Hipertensi
Hipotensi
Obesitas
Kolesterol darah tinggi
Riwayat penyakit jantung
Riwayat penyakit diabetes mellitus
Merokok
Stres
Patofisiologi
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat urang dari 10 – 15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan nukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak.
Pathway
Manifestas klinis
Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke.
Gejala klinis pada stroke hemoragik berupa :
Defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodromal yang terjadi pada saat istirahat atau bangun pagi.
Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
Terjadi terutama pada usia > 50 tahun.
Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya.
Gejala klinis pada stroke akut berupa :
Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak.
Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik).
Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma).
Afasia (tidak lancar dan tidak dapat bicara).
Disartria (bicara pelo atau cadel).
Ataksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran).
Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala).
Komplikasi
Gangguan otak yang berat
Kematian bila tidak dapat mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskular.
Dalam hal imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri tekan, konstipasi, dan tromboflebitis
Dalam hal paralisis (kelumpuhan): nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
Dalam hal kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala.
Pneumonia, septicemia (akibat ulkus dekubitus atau infeksi saluran kemih)
Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis, DVT) dan emboli paru
Infark miokard, aritmia jantung, dan gagal jantung
Ketidakseimbangan Cairan
Pencegahan
Hindari merokok, kopi dan alcohol
Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal
Batasi intake garam bagi penderita hipertensi
Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, dll)
Pertahahnkan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan sayuran)
Olahraga yang teratur
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang
Angiografi serebral. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya pertahanan atau sumbatan arteri.
Skan tomografi komputer. Mengetahui adanya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan tekanan intraknial (TIK). TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intrakranial.
Magnetic Resonance Imaging (MRI). Menunjukkan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
Ultrasonografi doppler (USG doppler). Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis {aliran darah atau timbulnya plak}) dan arteriosklerosis.
Elektroensefalogram (EEG). Mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
Sinar tengkorak. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral ;
kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.
Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin
Gula darah
Urine rutin
Cairan serebrospinal
Analisa gas darah (AGD)
Biokimia darah
Elektrolit
Penatalaksanan Medis
Terapi stroke hemoragik pada serangan akut
Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan
Masukkan klien ke unit perawatan saraf untuk dirawat di bagian bedah saraf.
Penatalaksanaan umum dibagian saraf
Penatalaksanaan khusus pada kasus :
Subarachnoid hemorrhage dan intraventricular hemorrhage
Kombinasi antara parenchymatous dan subarachnoid hemorrhage
Parenchymatous hemorrhage.
Neurologis
Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya
Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak.
Terapi perdarahan dan perawatan pembuluh darah
Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis kecil.
Aminocaproic acid 100-150 ml0/0 dalam cairan isotonik 2 kali selama 3-5 hari, kemudian 1 kali selama 1-3 hari.
Antagonis untuk pencegahan permanen: Gordox dosis pertama 300.000 IU kemudian 100.000 IU 4 x per hari IV; Contrical dosis pertama 30.000 ATU, kemudian 10.000 ATU x 2 per hari selama 5-10 hari.
Natrii Etamsylate (Dynone) 250 mg x 4 hari IV sampai 10 hari.
Kalsium mengandung obat; Rutinium, Vicasolum, Ascorbicum.
Profilaksis Vasospasme
Calcium-channel antagonis (Nimotop 50 ml {10mg per hari IV diberikan 2 mg per jam selama 10-14 hari})
Awasi peningkatan tekanan darah sistolik klien 5-10 mg, koreksi gangguan irama jantung, terapi penyakit jantung komorbid.
Profilaksis hipostatis pneumonia, emboli arteri pulmonar, luka tekan, cairan purulen, pada luka kornea, kontraksi otot dini; lakukan perawatan respirasi, jantung, penatalaksanaan cairan dan elektrolit, kontrol terhadap tekanan edema jaringan otak dan peningkatan TIK, perawatan klien secara umum, dan penatalaksanaan pencegahan komplikasi.
Terapi infus, pemantauan (monitoring) AGD, tromboembolisme arteri pulmonal, keseimbangan asam basa, osmolaritas darah dan urine, pemeriksaan biokimia darah.
Berikan dexason 8+4+4+4 mg IV (pada kasus tanpa DM, perdarahan internal, hipertensi maligna) atau osmotik diuretik (2 hari sekali Rheugloman [manitol] 15 0/0 200 ml IV diikuti oleh 20 mg Lasix minimal 10-15 hari kemudian).
Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak.
Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas Klien
Mengcakup nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, No Mr, pendidikan, status pekawinan, diangnosa medis dll.
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pada klien ini mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemi, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, pengunaan obat-obat antikoagulan, aspirin dan kegemukan/obesitas.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien sakit kepala, mual muntah bahkan kejang sampai tak sadarkan diri, kleumpuhan separoh badan dan gangguan fungsi otak.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada anggota keluarga yang menderita atau mengalami penyakit seperti : hipertensi, Diabetes Melitus, penyakit jantung.
Riwayat Psikososial
Biasanya masalah perawatan dan biaya pengobatan dapat membuat emosi dan pikiran klein dan juga keluarga sehingga baik klien maupun keluarga sering merasakan sterss dan cemas.
Pemeriksaan Fisik
Rambut dan hygiene kepala
Mata:buta,kehilangan daya lihat
Hidung,simetris ki-ka adanya gangguan
Leher,
Dada
I: simetris ki-ka
P: premitus
P: sonor
A: ronchi
Abdomen
I: perut acites
P :hepart dan lien tidak teraba
P :Thympani
A :Bising usus (+)
Genito urinaria :dekontaminasi,anuria
Ekstramitas :kelemahan,kelumpuhan.
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan perdarahan intraserebri, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak.
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi dan perubahan membran alveolar-kapiler.
Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparesis/hemiplagia, kelemahan neuromuskular pada ekstremitas.
Kerusakan komunikasi verbal b.d efek dari kerusakan pada area bicara pada hemisfer otak, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan secara umum.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 :
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan perdarahan intraserebri, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil :
-Klien tidak mengalami sakit kepala lagi dan merasa nyaman
-Mencegah cedera
-Peningkatan pengetahuan pupil membaik
Intervensi
Rasional
Ubah posisi klien secara bertahap
Klien dengan paraplegia berisiko mengalami luka tekan (dekubitus). Perubahan posisi setiap 2 jam dan melindungi respon klien dapat mencegah terjadinya luka tekan akibat tekanan yang lam karena jaringan tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen yang dibawa oleh darah.
Atur posisi klien bedrest
Bedrest bertujuan mengurangi kerja fisik, beban kerja jantung.
Jaga suasana tenang
Suasanan tenang akan memberikan rasa nyaman pada klien dan mencegah ketegangan
Kurangi cahaya ruangan
Cahaya merupakan salah satu rangsangan yang berisiko terhadap peningkatan TIK.
Tinggikan kepala
Membantu drainase vena untuk mengurangi kongesti serebrovaskular.
Hindari rangsangan oral
Kaji respon pupil: pergerakan mata konjugasi diatur oleh saraf bagian korteks dan batang otak.
Rangsangan oral berisiko terjadi peningkatan TIK.
Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada saraf okulomotorius atau optikus
Periksa pupil dengan senter
Saraf kranial VI atau saraf berhubungan dengan abdusen, mengatur dan berhubungan dengan abduksi mata.
Diagnosa 2 :
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi dan perubahan membran alveolar-kapiler.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam, gangguan pertukaran gas teratasi.
Kriteria hasil :
-Klien akan merasa nyaman
Intervensi
Rasional
Istirahatkan klien dalam posisi semifowler
Posisi semifowler membantu dalam ekspansi otot-otot pernapasan dengan pengaruh gravitasi.
Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 l/mnt
Oksigen sangat penting untuk reaksi yang memelihara suplai ATP. Kekurangan oksigen pada jaringan akan menyebabkan lintasan metabolisme yang normal dengan akibat terbentuknya asam laktat (asidosis metabolik) ini akan bersama dengan asidosis respiratorik akan menghentikan metabolisme. Regenarasi ATP akan berhenti sehingga tidak ada lagi sumber energi yang terisi dan terjadi kematian.
Observasi tanda vital tiap jam atau melindungi respon klien
Normalnya tekanan darah akan sama pada berbagai posisi. Nadi menandakan tekanan dinding arteri.
Diagnosa 3 :
Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan neurovaskular.
Tujuan :
Klien akan memiliki mobilitas fisik maksimal
Kriteria hasil :
-Tidak ada kontraktur otot
-Tidak terjadi penyusutan otot
-Efektif pemakaian alat
Intervensi
Rasional
Kaji fungsi sensori dan motorik dengan mengobservasi setiap ekstremitas secara terpisah terhadap kekuatan dan gerakan normal, respon terhadap rangsang.
Lobus frontal dan parietal berisi saraf-saraf yang mengatur fungsi motorik dan sensorik dan dapat dipengaruhi oleh iskemia atau perubahan tekanan.
Lakukan latihan secara teratur dan letakkan telapak kaki klien dilantai saat duduk di kursi atau papan penyanggah saat tidur di tempat tidur. Topang kaki saat mengubah posisi dengan meletakkan bantai di satu sisi saat membalikkan klien.
Dapat terjadi dislokasi panggul jika melatakkan kaki terkulai dan jatuh serta mencegah fleksi.
Letakkan tangan dalam posisi berfungsi dengan jari-jari sedikit fleksi dan ibu jari dalam posisi berhubungan dengan abduksi.
Membantu klien latihan di tempat tidur berarti memberikan harapan dan mempersiapkan aktivitas di kemudian hari akan perasaan optimis sembuh.
Diagnosa 4 :
Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada hemisfer otak, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan secara umum.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien akan dapat berkomunikasi secara efektif.
Kriteria hasil :
-Klien memahami dan membutuhkan komunikasi.
-Klien menunjukkan pemahaman komunikasi dengan orang lain.
Intervensi
Rasional
Lakukan terapi bicara
Komunikasi membantu meningkatkan proses penyampaian dan penerimaan bahasa. Beberapa klien afasia perlu terapi bicara sehingga perlu dilakukan sedini mungkin komunikasi akan efektif. Klien yang memahami bahasa akan merespon bahasa atau pesan dari komunikasi.
Bedakan afasia dengan disatria
Dapat menentukan pilihan intervensi sesuai dengan tipe gangguan
Katakan untuk mengikuti perintah secara sederhana seperti tutup matamu dan lihat ke pintu
Untuk menguji afasia reseptip
Antisipasi dan bantu kebutuhan klien
Membantu menurunkan frustasi oleh karena ketergantungan atau ketidakmampuan berkomunikasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Stroke masih merupakan suatu perhatian mayoritas dalam kesehatan masyarakat. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker dan juga mengakibatkan disabilitas jangka panjang. Stroke ini juga dapat disebabkan karena kebiasaan gaya hidup seseorang sehingga memicu munculnya penyakit stroke.
Saran
Sebagai perawat kita sangat diharuskan untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan yang kreatif serta dapat berpikir kritis dalam menangangi pasien. Sehingga semua tindakan yang dilakukan dapat mencapai suatu hasil yang baik dan pasien mendapat penanganan yang baik dan dapat berangsur pulih
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, Fransisca B. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Brashers, L. V. (2008). Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan dan manajemen. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Ginsberg, L. (2007). Lecture Note: Neurologi.Edisi 8. Jakarta: Erlangga.
Muttaqin, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
https://id.scribd.com/doc/153072381/tugas-asuhan-keperawatan-stroke
17