i
49
ASUPAN CAIRAN
ASUPAN VITAMIN C
ASUPAN PROTEIN
Protein(gram)
ASUPAN ENERGI
Energi(kkal)
LAPORAN STUDI KASUS
PENATALAKSANAAN TERAPI DIIT PADA PASIEN DENGUE HEMORAGIC FEVER DI RUANGAN NUSA INDAH KAMAR 5
RUMAH SAKIT TENTARA TK. II dr. SOEPRAOEN MALANG
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIK
DISUSUN OLEH :
MARGIAN DANI
(P00313013017)
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN GIZI
PRODI D IV
2017
LEMBAR PENGESAHAN
PENATALAKSANAAN TERAPI DIIT PADA PASIEN DHF
DI RUANGAN NUSA INDAH KAMAR 5
RUMAH SAKIT TENTARA TK. II dr. SOEPRAEON MALANG
Telah disetujui pada tanggal 19 Juni 2017
Menyetujui,Pembimbing/CIKris Setiowati , S.Gz, RDNIP.197112041996032003Menyetujui,Pembimbing/CIKris Setiowati , S.Gz, RDNIP.197112041996032003Mengetahui,Supervisor Suwarni, DCN, MPHNip: 19670611 199003 2 001Mengetahui,Supervisor Suwarni, DCN, MPHNip: 19670611 199003 2 001
Menyetujui,
Pembimbing/CI
Kris Setiowati , S.Gz, RD
NIP.197112041996032003
Menyetujui,
Pembimbing/CI
Kris Setiowati , S.Gz, RD
NIP.197112041996032003
Mengetahui,
Supervisor
Suwarni, DCN, MPH
Nip: 19670611 199003 2 001
Mengetahui,
Supervisor
Suwarni, DCN, MPH
Nip: 19670611 199003 2 001
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikumWr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugrah-Nya sampai saat ini kita diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Laporan kegiatan Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK) di Rumah Sakit Tentara Tk.II dr. Soepraoen Malang ini guna melengkapi tugas Praktek tugas Praktek Kerja Lapang (PKL) di Rumah Sakit Tentara Kota Malang.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Pendapat dan saran-saran dari para pembaca, para ahli dan sejawat sangat diharapkan.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada:
Kolonel CKM dr. Sebastian AB Selaku kepala RS tentara Tk.II dr. Soepraoen Malang.
Mayor CKM (K) Sri Budiyanti, SE selaku Kainstaljangwat unit gizi rumah sakit Tentara Tk. II dr. Seopraoen Malang.
Kris Setiowati,S.Gz selaku kepala unit gizi RS Tk.II dr. Soepraoen Malang.
Enggar, Amd. Gz. Selaku Clinical Instructure.
Seluruh staf pelayanan di unit gizi dan seluruh penjamah makanan RS Tk.II dr. Soepraoen Malang.
Suwarni, DCN, MPH Selaku Supervisor Praktek Kerja Lapangan di RS Tk.II dr. Soepraoen Malang.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan LaporanPraktek Kerja Lapangan (PKL) Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK) di RS Tk.II dr.Soepraoen Malang ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun berharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan sebagai implementasi Praktek Kerja Lapangandimasa yang akan datang.
Wassalamu'alaikumWr. Wb
Malang, 19 Juni 2017PenulisMalang, 19 Juni 2017Penulis
Malang, 19 Juni 2017
Penulis
Malang, 19 Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I. PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 3
Manfaat 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5
Pengertian penyakit DHF 5
Penyebaran penyakit DHF 5
Faktor penyebab penyakit DHF 6
Faktor resiko penyakit DHF 7
Siklus penularan penyakit DHF 8
Patogenesis penyakit DHF 8
Macam penyakit DHF 9
Manifestasi klinis penyakit DHF 9
BAB III. DATA-DATA PASIEN 10
Identitas Pasien 10
Data Subyektif Pasien 10
Data Obyektif Pasien 12
BAB IV. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUPAN GIZI 14
Rencana asuhan Gizi 14
Rencana Intervensi 14
Intervensi Edukasi/Konseling 16
BAB V. HASIL MONITORING DAN EVALUASI 18
Hasil monitoring dan evaluasi 18
BAB VI. PEMBAHASAN 22
Intervensi gizi 22
Monitoring dan Evaluasi 22
BAB VII. KESIMPULAN 34
Kesimpulan 34
Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Asupan energi selama 3 hari 26
Gambar 2. Asupan protein selama 3 hari 27
Gambar 3. Asupan lemak selama 3 hari 28
Gambar 4. Asupan karbohidrat selama 3 hari 29
Gambar 5. Asupan serat selama 3 hari 30
Gambar 6. Asupan vitamin C selama 3 hari 31
Gambar 7. Asupan cairan selama 3 hari 32
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Food frequency 11
Tabel 2. Recall 24 jam 12
Tabel 3. Pemeriksaan biokimia 13
Tabel 4. Pemeriksaan fisik dan klinis 13
Tabel 5. Diagnosa gizi 14
Tabel 6. Hasil monitoring dan evaluasi 18
Tabel 7. Data antropometri 22
Tabel 8. Monitoring perkembangan biokimia 23
Tabel 9. Monitoring fisik dan klinis selama 3 hari 24
Tabel 10. Monitoring recall 24 jam sebelum masuk RS 25
Tabel 11. Monitoring asupan pasien di rumah sakit 26
DAFTAR LAMPIRAN
RECALL 24 JAM PASIEN SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN DI RS
DOKUMENTASI
INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan terhadap penyebaran kasus DHF didaerah urban dan semi urban, sehingga hal tersebut menjadi perhatian utama kesehatan masyarakat internasional (World Health Organization , 2012). Angka terjadinya kasus DHF mengalami peningkatan secara drastis diseluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Lebih dari 2,5 milyar penduduk didunia, lebih dari 40%nya beresiko mengalami DHF. Saat ini, diperkirakan 50-100 juta orang di seluruh dunia terinfeksi Dengue Hemoragic Fever setiap tahunnya. (WHO, 2012)
Sebelum tahun 1970, hanya sembilan negara yang dilaporkan mengalami epidemi demam berdarah yang cukup parah, akan tetapi untuk saat ini penyakit Dengue Hemoragic Fever menjadi endemik di berbagai negara di kawasan Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia tenggara dan Pasifik Barat yang merupakan daerah paling serius terkena dampak dari penyakit tersebut. Kasus Dengue Hemoragic Fever di Amerika, Asia tenggara dan Pasifik Barat melebihi 1,2 juta kasus pada tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta pada tahun 2010. (WHO, 2012)
Di Indonesia Pada tahun 2012 jumlah kasus DHF meningkat yakni 90.245 kasus dengan IR 37 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) 0,9 %. Pada tahun 2013 jumlah penderita DHF terus meningkat yaitu sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita atau CFR 0,7 %. Sementara pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DHF di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 di antaranya meninggal dunia atau dengan CFR 0,9%. (Kemenkes RI, 2015)
Penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF) masih menyebar luas di seluruh wilayah Kota Malang walaupun kejadiannya pada tahun 2014 menurun jika dibandingkan dengan kasus pada tahun 2013. Jika pada tahun 2012 peristiwa DHF mencapai 136, maka pada tahun 2013 meningkat menjadi 409 kasus, dan pada tahun 2014 menurun menjadi 160 kasus. Dari jumlah tersebut terdapat 1 kasus meninggal akibat terserang DHF. Kondisi ini tentunya lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2013. Angka kesakitan tahun 2014 mencapai 18,89 per 100.000 penduduk, artinya ada 18 sampai 19 orang yang sakit DHF dari 100.000 penduduk di Kota Malang pada tahun 2014. Angka kesakitan ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 48,62 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kematian penyakit DHF (CFR) pada tahun 2014 adalah 0,63%, artinya setiap 100 orang yang terserang DHF terdapat 0-1 orang yang meninggal. Hal ini sama kejadiaannya dengan tahun 2013 dimana angka kematian penyakit DHF mencapai 0,49%. (Profil Kesehatan Malang, 2014)
Dampak peningkatan serta meluasnya penyebaran DHF dapat berpengaruh terhadap perekonomian, dikarenakan kehilangan waktu kerja, waktu pendidikan maupun biaya selama perawatan penderita DHF selama sakit, selain itu jika tidak ditangani secara serius maka akan berdampak terhadap tingginya angka kesakitan dan meningkatkan resiko terjadinya kematian penderita DHF jika tidak ditangani secara cepat dan tepat. (Depkes RI, 2011).
Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi makanan, tubuh manusia dan lingkungan yang merupakan hasil interaksi antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya. Tanda-tanda atau penampilan status gizi dapat dilihat melalui variabel tertentu indikator status gizi seperti berat badan, tinggi badan, dan lain lain. (WHO,2012)
Sumber lain mengatakan bahwa status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan [requirement] oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lain lain).
Status gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan manusia karena zat gizi mempengaruhi fungsi kinerja berbagai sistem dalam tubuh salah satunya adalah mengganti sel jaringan tubuh yang rusak. Pada tahap tumbuh kembang, fungsi immunitas yaitu melindungi tubuh agar tak mudah sakit dan terkena berbagai penyakit khususnya penyakit DHF. Pengambilan kasus ini dekarenakan masih tingginya tingkat kesakitan akibat penyakit DHF yang dimana dari 100.000 jiwa ada 19 jiwa yang terkena penyakit DHF.
Dari data diatas yang menunjukan bahwa perlunya dilakukan proses asuhan gizi serta edukasi gizi dimana peranan ahli gizi sangat penting dalam proses penatalaksanaan DHF menggunakan intervensi gizi dengan pemberian terapi diet yang tepat guna mempercepat proses penyembuhan atau pemulihan pasien dari penyakit DHF. Sehingga penulis tertarik mengambil kasus diatas, untuk memenuhi tugas MAGK.
Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan manajemen Asuhan Gizi Klinik pada pasien DHF di Rumah Sakit Tentara Tk.II dr. Soepraoen Malang yang meliputi pengkajian gizi pasien,diagnosa gizi, intervensi gizi dan monitoring evaluasi gizi.
Tujuan Khusus
Mahasiswa Mampu
Melaksanakan manajemen asuhan gizi klinik kepada pasien anak di ruang rawat inap Nusa indah.
Melaksanakan pengkajian gizi pada pasien DHF anak di ruang rawat inap Nusa indah.
Menentukan diagnosa gizi pasien anak di ruang rawat inap Nusa indah.
Menyusun intervensi dan melakukan intervensi gizi pada pasien anak di ruang rawat inap Nusa indah.
Melaksanakan monitoring dan evalusaai gizi pada pasien anak di ruang rawat inap Nusa indah.
Memberikan edukasi gizi pada pasien anak dan keluarga pasien di ruang rawat inap Nusa indah.
Manfaat
Bagi Mahasiswa
Melatih diri dalam melakukan skrinig gizi pasien, melakukan perencanaan dan mengimplementasikan rencanan asuhan gizi dan menentukan diagnosa gizi serta memperluas wawasan tentang ilmu gizi klinik.
Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan perbaikan pelayanan gizi serta adanya pemantauan intensif khususnya yang berhubungan dengan gizi pasien DHF.
Bagi Pasien dan Keluarga
Membantu pasien dan keluarga merubah Pola Hidup tidak sehat serta menerapkan diet yang telah diberikan sesuai dengan kebutuhan Pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Pengertian DHF
World Health Organization Dengue Hemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi dengan salah satu dari empat virus dengue. Virus tersebut dapat menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa (WHO, 2013).
Sedangkan menurut Depkes RI, DHF adalah penyakit akut yang disebabkan oleh Virus DHF dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk (Aedes aegypti atau Aedes albopictus) yang terinfeksi virus DHF. (Depkes RI, 2011)
Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam- ruam. Demam berdarah dengue/ dengue hemorraghagic fever (DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut dengue shock syndrome (DSS) (Mardiana, 2010).
Penyebaran Penyakit DHF
Epidemi penyakit demam dengue (dengue fever/ DF) pertama kali dilaporkan di Batavia oleh David Bylon pada tahun 1779. Penyakit ini disebut penyakit demam 5 hari. Wabah demam dengue terjadi pada tahun 1871- 1873 di Zanzibar kemudian di Pantai Arab dan terus menyebar ke Samudra Hindia. Quintos dkk, pada tahun 1953 melaporkan kasus demam berdarah dengue di Philipina, kemudian disusul negara- negara lain seperti Thailand dan Vietnam. Pada dekade 60-an penyakit ini mulai menyebar ke negara- negara Asia Tenggara, antara lain Singapura, Malaysia, Srilangka dan Indonesia. Pada dekade 70-an, penyakit ini menyerang di kawasan Pasifik termasuk di kepulauan Polinesia. Dekade 80-an demam berdarah menyerang negara- negara Amerika Latin, yang dimulai dengan negara Kuba pada tahun 1981. Penyakit demam berdarah hingga saat ini terus menyebar luas di negara- negara tropis dan sub tropis.
Kasus DHF di Indonesia, pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi pasti melalui isolasi virus baru didapat pada 1970. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada 1969. Kemudian, DHF berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Yogyakarta pada 1972. Epidemi pertama di luar Jawa dilaporkan pada 1972 di Sumatra Barat dan Lampung, disusul oleh daerah Riau, Sulawesi utara dan Bali, penyebaran DHF di Indonesia semakin meluas, hingga saat ini Indonesia menempati urutan kedua terbesar setelah Thailand dengan jumlah penderita dan tingkat kematian yang tinggi akibat demam berdarah.
Faktor Penyebab DHF
Penyebab demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok flavivirus dan serotype tersebut terdiri dari DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN 4, sedangkan menurut Depkes RI 2012 menjelaskan bahwa dari 4 serotype tersebut yang terbanyak kasusnya disebabkan oleh serotype DEN-3 dan DEN-2. Infeksi oleh salah satu jenis serotype akan memberikan imunitas seumur hidup terhadap serotype tersebut, tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotype yang lain. (Mardiana, 2010)
Faktor primer dan yang paling efektif terhadap penyakit DHF adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) yang merupakan nyamuk tropis dan subtropis, akan tetapi distribusi nyamuk ini dibatasi oleh ketinggian, biasanya tidak dijumpai pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter dan faktor sekundernya yaitu nyamuk Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Depkes RI (2012) menjelaskan bahwa Nyamuk Aedes aegypti aktif menggigit pada waktu pagi hari (pukul 08.00-12.00) dan sore hari (pukul 15.00–17.00). Nyamuk Aedes aegypti ini hidup dan berkembang biak pada tempat- tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti: vas bunga, toren air, bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas.
Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya, sedangkan nyamuk jantan tidak menghisap darah manusia, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh- tumbuhan.
Umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata- rata 1½ bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara disekelilingnya. Kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100 meter dari tempat perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukai nyamuk Aedes aegypti adalah benda-benda yang tergantung yang ada didalam rumah, seperti gordyn ataupun baju-baju dikamar yang gelap dan lembab, sehingga menjadi tempat perindukan yang baik bagi nyamuk Aedes aegypti, terutama pada pemukiman penduduk yang tidak dibersihkan. Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan, dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti.
Vektor lain penyebab demam berdarah juga dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus, namun nyamuk ini kurang berperan dalam menyebarkan penyakit demam berdarah, jika dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti. Hal ini karena nyamuk Aedes albopictus hidup dan berkembangbiak dikebun atau semak- semak, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti yang berada didalam dan disekitar rumah.
Faktor- Faktor Resiko pada DHF
Infeksi sekunder dengue merupakan faktor risiko untuk DHF, termasuk juga antibodi pasif pada bayi. Strain virus juga merupakan faktor risiko untuk terkena DHF, tidak semua tipe virus berpotensi menimbulkan epidemi atau mengakibatkan kasus yang parah. Usia dan
genetik pejamu juga termasuk faktor risiko terhadap DHF. Walaupun DHF dapat dan memang menyerang orang dewasa, kebanyakan kasusnya ditemukan pada anak- anak yang berusia kurang dari 15 tahun, dan bukti tidak langsung memperlihatkan bahwa beberapa kelompok di masyarakat mungkin justru lebih rentan terhadap sindrom pecahnya pembuluh darah daripada kelompok lainnya. (WHO, 2012)
Siklus Penularan DHF
Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DHF adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menghisap darah dari manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darah). Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari, sehingga kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus dapat disebarkan ketika nyamuk menggigit dan menginjeksikan air liur ke luka gigitan pada orang lain. Dalam tubuh manusia, virus akan berkembang selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari).
Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit DHF, tergantung dari status imunitas setiap individu, ada yang mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit, meskipun tidak mengalami tanda dan gejala sakit, orang tersebut merupakan pembawa virus dengue selama satu minggu. Akan tetapi pada individu yang imunitasnya lemah, akan tampak gejala awal seperti demam, sakit kepala, mialgia, hilang nafsu makan, dan gejala nonspesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit.
Patogenesis DHF
Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus dengue tersebut akan masuk kedalam sirkulasi darah dengan masa inkubasi virus terjadi selama 3-15 hari (rata-rata 7-10 hari). Selama masa inkubasi, virus akan memperbanyak diri dengan cara replikasi. Patogenesis Dengue Fever menyebabkan perubahan pada fisiologis manusia yaitu:
Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan kebocoran plasma, hipovolemia dan syok. Dengue Fever memiliki ciri yang unik karena kebocoran plasma khusus ke arah rongga pleura dan peritoneum selain itu periode kebocoran cukup singkat (24-48 jam).
Hemostatis abnormal terjadi akibat vaskulopati, trombositopenia sehingga terjadi berbagai jenis manifestasi perdarahan. Aktivasi sistem komplemen merupakan temuan yang konstan pada pasien Dengue Fever. Kadar C3 dan C5 turun, sementara C3a dan C5a naik. Mekanisme aktivasi komplemen tidak diketahui. Keberadaan kompleks imun juga dilaporkan pada beberapa kasus Dengue Fever, tetapi kontribusi kompleks antibodi antigen terhadap aktivasi komplemen pada pasien Dengue Fever belum berhasil diperlihatkan.
Macam-macam DHF
Infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau mengakibatkan penyakit demam biasa (sindrom virus), Dengue Fever, atau demam berdarah dengue (DHF) termasuk sindrom syok dengue (DSS).
Manifestasi Klinis DHF
Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai dari sindrom virus nonspesifik sampai perdarahan yang dapat berakibat fatal sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan sirkulasi. (Mardiana, 2010)
Tanda atau gejala DHF yang muncul seperti bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu suhu badan lebih dari 38˚C, badan terasa lemah dan lesu, gelisah, ujung tangan dan kaki dingin berkeringat, nyeri ulu hati, dan muntah. Dapat pula disertai pendarahan seperti mimisan dan buang air besar bercampur darah serta turunnya jumlah trombosit hingga 100.000/mm3 (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan gejala Dengue Fever dikelompokkan menjadi 4 tingkatan:
Derajat 1 : Demam diikuti gejala tidak spesifik. Satu- satunya manifestasi perdarahan adalah dengan melakukan tes torniquet positif.
Derajat 2 : Gejala yang ada pada tingkat 1 disertai dengan perdarahan spontan , perdarahan dapat terjadi di kulit maupun perdarahan lain.
Derajat 3 : Kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, hipotermi dan pasien biasanya menjadi gelisah.
Derajat 4 : Syok berat yang ditandai dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diperiksa. Fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. (WHO, 2012)
BAB III
DATA- DATA PASIEN
Identitas pasien
Nama : An. KA
No RM : 219144
Umur : 10 tahun
Ruang : Nusa Indah
Sex : Perempuan
Tgl masuk : 31/05/2017
Pekerjaan : -
Tgl kasus : 31/05/2017-03/06/2017
Pendidikan : SD
Alamat : -
Agama : Islam
Diagnosa medis: Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Data – data subyektif Pasien
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit dahulu yaitu penyakit demam berdarah (DHF)
Riwayat penyakit sekarang
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan panas tubuh dan demam tinggi disertai flu.
Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menular atau penyakit yang sama seperti pasien
Riwayat gizi dahulu
Tabel 1. Food Frequency
Nama makanan
Frekuensi makanan
Porsi
Rata rata g/hari
H
M
B
TP
URT
Gram
Sumber makanan pokok
Nasi putih
2x
1 centong
100
200
Roti
2x
1 buah
75
150
Jagung
1x
1 buah
100
100
Lauk Hewani
Ayam
1x
2 potong
80
80
Ikan
1x
1 potong
40
40
Daging
2x
1 potong
40
80
Lauk nabati
Tempe
2x
1 potong
50
100
Tahu
1x
1 potong
50
50
Sayuran
Kangkung
3x
2 sdm
20
40
Kacang panjang
2x
2 sdm
20
40
Sawi
2x
1 sdk
10
20
Tauge
2x
1 sdk
10
20
Wortel
2x
1 sdk
10
20
Buah
Pisang
1x
1 potong
100
100
Semangka
2x
1 potong
100
200
Pepaya
1x
1 potong
100
100
Riwayat Gizi Sekarang
Pola makan 3x/hari
Selingan makan 2x/hari
Pola makan pasien seimbang namun nafsu makan pasien kurang
Tidak memiliki alergi terhadap makanan tertentu
Data data obyektif
Data riwayat makan hasil recall 24 jam
Tabel 2. Recall 24 jam
Implementasi
Energi (kcal)
Protein ( g)
Lemak (g)
KH (g)
Hasil Recall
1036,3
36
34,3
143,4
Kebutuhan
2275
113,7
50,5
341,2
% Kebutuhan
45,4
31,6
67,9
42
Kategori
DB
DB
DS
DB
Kategori pemenuhan asupan berdasarkan kategori kecukupan gizi (Depkes 1999):
< 60 % = Defisit berat 4. 80-120% = Baik
60-69% = Defisit sedang 5. > 120% = Lebih.
70-79% = Defisit kurang
Kesimpulan :
Berdasarkan data recall bahwa Asupan makan pasien dapat diketahui bahwa asupan Energi, Protein, lemak & Karbohidrat mengalami deficit tingkat berat.
Data antropometri
TB = 122 cm
BB = 26 kg
Umur = 10 tahun
BBI anak usia 10 tahun
7n-52= 7.10-52=32,5 kg
Sumber : nutritional care procces,2012
Status Gizi
= BBABBI x 100
= 2632,5 x 100= 80 ( Gizi Kurang)
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri diperoleh data Status gizi pasien termasuk dalam kategori status gizi kurang.
Data pemeriksaan biokimia
Tabel 3. Pemeriksaan biokimia
Pemeriksaan
Nilai normal/ satuan
Awal kasus
Keterangan
Hemoglobin
10 – 16 g/dl
13,9
Normal
Trombosit
200-400 ribu
158 ribu/ml
Rendah
Hematocrit
41
33-38 %
Tinggi
Sumber : Buku rekam medik pasien.
Data pemeriksaan fisik dan klinis
Pemeriksaan fisik : cukup, CM, flu.
Pemeriksaan klinis :
Tabel 4. Pemeriksaan fisik dan klinis
Pemeriksaan
Kasus
Nilai normal
Keterangan
Tekanan Darah
90/60
95/60 mmHg
Rendah
Respirasi
20
30 – 40 x/mnt
Rendah
Nadi
90
120 – 130 x/mnt
Rendah
Suhu
38,2
36 - 37oC
Tinggi
Sumber : Buku rekam medis pasien
Kesimpulan :
Keadaan umum pasien dalam keadaan cukup. Pemeriksaan klinis menunjukkan suhu tinggi, respirasi rendah, tekanan darah rendah dan nadi rendah.
BAB IV
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUPAN GIZI
Rencana Asuhan Gizi
Identifikasi masalah :
Diagnosa medis : Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Status gizi : Gizi Kurang
Biokimia : Trombosit Rendah, Hematokrit Tinggi,
Fisik : Flu Dan Suhu Tinggi Yaitu 38,20C
Klinis : Tekanan Darah Rendah, Respirasi Rendah Dan Nadi Rendah
Asupan makan : Rendahnya Asupan Energi, Protein, Lemak Dan Karbohidrat. Ditandai Dengan Hasil Recall Energi 45,4%, Protein 31,6%, Lemak 67,9% Dan KH 42%.
Diagnosa Gizi :
Tabel 5. Diagnosa Gizi
P
E
S
NI 2.1 Kekurangan Intake Makanan Dan Minuman Oral
Asupan makanan tidak adekuat
Asupan Energi, Protein, Lemak & Kh <70% Defisit Tingkat Berat Bila Dibandingkan Dengan Kebutuhan
NC.3.1 Berat Badan Kurang
Gangguan Makan/Anoreksia
Asupan Makanan Yang Kurang
Rencana intervensi
Rencana intervensi
Intervensi diet
Terapi diet
Jenis diet : Diet Tinggi Energi dan Tinggi Protein (TETP)
Pemberian diet tinggi energi dan tinggi protein karena kebutuhan akan protein pada pasien penderita Dengue Fever lebih tinggi jika di bandingkan dengan AKG 2013.
Prinsip Diet : Energi tinggi, Protein tinggi, lemak cukup, KH vitamin, mineral dan serat cukup.
Bentuk makanan : Nasi
Cara pemberian : Oral
Tujuan diet
Memberi asupan tinggi energi dan tinggi protein untuk mencegah kerusakan jaringan tubuh akibat penyakit Dengue Fever yang di derita oleh pasien serta meningkatkan status gizi pasien ke normal.
Memperbaiki Pola makan Pasien, meningkatkan nafsu makan pasien yang kurang dan mengubah kebiasaan pasien yang gemar makan makanan ringan seperti snack dan minuman ringan
Memperbaiki asupan makan pasien sesuai dengan kebutuhan pasien
Syarat diet
Energi tinggi sesuai dengan kebutuhan yaitu 2275 kkal
Protein tinggi 20% dari total kebutuhan yaitu 113,75 gr
Lemak cukup 20% dari total kebutuhan yaitu 50,5 gr
Karbohidrat cukup 60% dari sisa kebutuhan yaitu 341,2 gr
Cairan yaitu 1600 cc per hari
Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kondisi pasien
Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi pada anak 10 tahun
BBI = 7.n-52
= 7.10-52 = 32,5 kg
Sumber : nutritional care procces,2012
Energi : 70 kkal/kg BBI = 70 x 32,5 kg = 2275 Kkal/hr.
Protein : 20%x22754 = 113,75 gr
Lemak : 20 % x 22759 = 50,5 gr
KH : 60 % x 22754 = 341,2 gr
Serat : 35 gram/hari
Vitamin c : 50 mg/hari
Kebutuhan Cairan sehari Berdasarkan berat badan
10 kg I : 4 cc/kgBB/jam x 10 kg = 40
10 kg II : 2 cc/kgBB/jam x 10 kg = 20
6 kg III : 1 cc/kgBB/jam x 6 kg = 6
26 kg : 66 cc/jam x 24 jam/hari = 1584 cc (1600 cc/hari)
Intervensi konseling/edukasi gizi
Materi
Diet TETP
Sumber makanan tinggi energi dan tinggi Protein
Makanan yang di anjurkan dan tidak di anjurkan
Tujuan :
Memberikan informasi mengenai bahan makanan yang di anjurkan dan yang tidak di anjurkan untuk di konsumsi.
Memberikan informasi tentang pola makan yang benar, makanan yang seimbang, jenis bahan makanan dan variasi bahan makanan.
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Tempat : Ruang rawat inap pasien
Media : Leaflet TETP & DBMP
Waktu : 15 menit dilakukan Sebelum pasien pulang (akhir kasus)
Evaluasi : menanyakan kembali tentang materi yang telah di sampaikan untuk mengetahui apakah keluarga pasien atau pasien sudah mengerti atau belum.
BAB V
HASIL MONITORING DAN EVALUASI
Tabel 6. Hasil Monitoring dan Evaluasi
Tgl/Waktu
Monitoring
Evaluasi (Identifikasi Masalah)
Diagnosa Gizi
Intervensi Tindak Lanjut
31 Mei 2017
Biokimia:
Trombosit 158 ribu/ml ( )
Hemoglobin = 13,9 gr/dl ( )
Hematokrit = 41 ( )
Fisik klinis
Tekanan Darah 90/60 mmHg
Suhu: 38,2oC
Respirasi 20x/menit
Nadi 90 x/menit
Hasil Recall
Energi: 1036,3 (45,4%)
Cairan : 1500 ( 93,7%)
Protein: 36 (31,6%)
Lemak: 34,3(67,9%)
Karbohidrat: 143,4 (42%)
Trombosit 158 ribu/ml ( )
Hemoglobin 13,9 gr/dl ( )
Hematokrit 41 ( )
FH- 2 Asupan makanan dan zat gizi
FH.1.1.1 asupan energi defisit berat
FH.1.5.2 intake protein defisit berat
FH.1.5.1 Asupan lemak defisit berat
FH. 1.5.3 Asupan karbohidrat defisit berat
NI 5. 1
Peningkatan kebutuhan zat gizi ( Protein dan Vitamin C) Berkaitan dengan Penyakit DHF yang di derita pasien di tandai nilai LAB Trombosit ( ) serta hemoglobin dan hematokrit ( )
NI – 1.4
Kekurangan intake makanan dan zat gizi disebabkan anoreksia ditandai dengan hasil recall Defisit Tingkat Berat
ND 1.3
Kelompok makanan zat gizi Khusus sumber Protein dan Vitamin C.
E-1.1
Edukasi tentang pola gizi seimbang.
ND 1.2
Modifikasi distribusi, jenis atau jumlah makanan (mengganti nasi Tim menjadi nasi biasa)
01 Mei 2017
Fisik klinis
Tekanan Darah 90/60 mmHg
Suhu: 36,4oC
Respirasi 20x/menit
Nadi 90x/menit
Hasil Recall
Energi: 1298,3 (57%)
Cairan : 1500 ( 93,7%)
Protein: 52,3 (45,9%)
Lemak: 39,6 (78,4%)
Karbohidrat: 231,1 (67,7%)
FH- 2 Asupan makanan dan zat gizi
FH.1.1.1 asupan energi defisit berat
FH.1.5.2 intake protein defisit berat
FH.1.5.2 Asupan lemak defisit ringan
FH. 1.5.3 Asupan karbohidrat defisit berat
NI – 1.4
Kekurangan intake makanan dan zat gizi disebabkan nafsu makan kurang ditandai dengan hasil recall < 80% dari total kebutuhan
E-1.1
Edukasi tentang pola gizi seimbang.
ND 1.2
Modifikasi distribusi, jenis atau jumlah makanan (mengganti nasi Tim menjadi nasi biasa)
2 Mei 2017
Fisik klinis
Tekanan Darah 90/60 mmHg
Suhu: 36oC
Respirasi 20x/menit
Nadi 90x/menit
Biokimia:
Trombosit= 174 ribu/ml (N)
Hemoglobin = 12,7 (N)
Leukosit = 5.100 /cmm (N)
Hematokrit = 36,9 % (N)
Hasil Recall
Energi: 1445,1 (63,5%)
Cairan : 1500 ( 93,7%)
Protein: 40,6 (35,6%)
Lemak: 42,2 (83,5%)
Karbohidrat: 247,3 (72,4%)
FH- 2 Asupan makanan dan zat gizi
FH.1.1.1 asupan energi defisit berat
FH.1.5.2 intake protein defisit berat
FH- 1.5.3.1
Asupan karbohidrat defisit tingkat ringan
NI – 1.4
Kekurangan intake makanan dan zat gizi disebabkan nafsu makan kurang ditandai dengan hasil recall < 80% dari total kebutuhan untuk energi, protein dan KH
E-1.1
Edukasi tentang pola gizi seimbang.
ND 1.2
Modifikasi distribusi, jenis atau jumlah makanan (mengganti nasi Tim menjadi nasi biasa)
3 mei 2017
Fisik klinis
Tekanan Darah 90/60 mmHg
Suhu: 36oC
Respirasi 20x/menit
Nadi 90x/menit
Hasil Recall
Energi: 2039,7 (89,6%)
Protein: 101,5 (89,2%)
Lemak: 52,5 (103,9%)
Karbohidrat: 353,1 (103,4%)
Kondisi fisik klinis sudah baik
Asupan makanan dan zat gizi sudah mencukupi standar kebutuhan sehari
-
-
BAB V
PEMBAHASAN
Intervensi Gizi
Rencana terapi diet yang diberikan pada pelaksanaan asuhan gizi pada penderita demam berdarah (DHF) pada anak yaitu diet TETP 2275 kkal. Yang diberikan dalam bentuk makanan lunak (tim) pada hari pertama perawatan dan bentuk makanan biasa (NS) pada hari selanjutnya. Diet yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien dimana masalah gizi utama terdapat pada kurangnya asupan makan dengan rendahnya nafsu makan serta penggantian makanan bentuk tim menjadi nasi biasa dikarenakan pasien tidak menyukai makanan lunak.
Diet TETP diberikan dengan tujuan adalah memberikan asupan energi dan protein yang adekuat guna mengoptimalkan kondisi pasien agar tidak lemah serta membantu meningkatkan berat badan pasien agar ideal. Snack yang diberikan berupa bubur kacang hijau dan buah pisang, melon serta semangka. Kemudian menu makanan utama pasien terdiri dari makanan pokok yaitu nasi, lauk hewani, lauk nabati, dan sayuran dalam batas yang ditentukan. Dengan standar makanan tersebut asupan makanan pasien belum memenuhi kebutuhan dikarenakan pasien tidak ada nafsu makanan disebabkan adanya rasa pahit di lidah dikarenakan kondisi pasien yang demam. Pemberian makanan dengan standar makanan yang telah dimodifikasi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan asupan makanan atau gizi pasien.
Hasil Monitoring dan Evaluasi
Antropometri
Tabel 7. Data Antropometri
Tanggal
BB
Status Gizi
31/05/2017
26
Gizi kurang
03/06/2017
26,4
Gizi kurang
Sumber : Hasil Pengukuran Antropometri
Monitoring dan evaluasi data antropometri bertujuan untuk menilai dan memantau status gizi pasien. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri status gizi pasien pada saat awal kasus berdasarkan berat badan dan tinggi badan dikategorikan gizi kurang dan pada akhir kasus pun masih sama namun ada peningkatan BB.
Biokimia
Tabel 8. Monitoring Perkembangan Biokimia
Pemeriksaan
Nilai normal/ satuan
31/05/2017
02/06/2017
Keterangan
Hemoglobin
10-16 g/dl
13,9
12,7
Normal
Leukosit
4-10 ribu/cmm
-
5,1
Normal
Trombosit
200-400 ribu
158
174
Rendah
Hematokrit
33 – 38 %
41
36,9
Normal
Sumber : Buku rekam medis pasien
Pemeriksaan laboratorium An. KA selama kasus sebanyak dua kali pemeriksaan pada tanggal 31/05/2017 dan tanggal 02/06/2017. Trombosit dan Hematokrit menujukan hasil pemeriksaan laboratorium rendah. Sedangkan untuk pemeriksaan Hematokrit tinggi. Hal yang menyebabkan nilai laboratorium tidak kunjung membaik dikarenakan kurangnya asupan makan yang cukup untuk hari pertama dan kedua perawatan memperbaiki gizi kondisi pasien.
trombosit Rendah karena keluarnya cairan plasma darah dari pembuluh darah ke jaringan pembuluh darah dimana kebocoran itu menyebabkan darah menjadi pekat ditandai dengan kenaikan nilai hematokrit. Trombosit adalah sel darah yang berfungsi dalam proses pemberhentian pendarahan dengan membentuk penggumpalan sedangkan leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopatik yang berfungsi melawan penyakit infeksi sebagai dari sistem kekebalan tubuh.
Fisik dan klinis
Tabel 9. Monitoring Fisik dan Klinis Selama 3 Hari
Pemeriksaan
31/05/2017
01/06/2017
02/06/2017
03/06/2017
Pemeriksaan fisik
Badan panas disrtai flu dan kondisi tubuh lemah
Kondisi tubuh lemah
kondisi tubuh lemah
Kondisi tubuh sudah membaik
Klinis :
Nadi
suhu
Tekanan darah
90x/menit
90x/menit
90x/menit
90x/menit
38,20C
36,40C
360C
360C
90/60 mmHg
90/60 mmHg
90/60 mmHg
90/60 mmHg
RR
20x/menit
20x/menit
20x/menit
20x/menit
Sumber : Rekam Medis Pasien
Berdasarkan pemeriksaan fisik, keadaan pasien awal kasus keluhan utama pasien adalah badan panas dan disertai dengan flu dimana kondisi pasien lemah sedangkan pada hari pertama perawatan hingga hari ketiga kondisi pasien berangsur membaik.
Asupan
Asupan satu hari sebelum kasus
Tabel 10. Monitoring recall 24 jam Sebelum Masuk RS
Energi (kcal)
Protein ( g)
Lemak (g)
KH (g)
Asupan per oral
1036,3
36
34,3
143,4
Kebutuhan
2275
113,75
50,5
341,2
% asupan
45,4
31,9
67,9
42
Keterangan
Defisit berat
Defisit berat
Defisit sedang
Defisit berat
Sumber : Recall 24 jam Pasien
Kategori pemenuhan asupan berdasarkan kategori kecukupan gizi (Depkes 1999):
< 60 % = Defisit berat 4. 80-120% = Baik
60-69% = Defisit sedang 5. > 120% = Lebih.
70-79% = Defisit kurang
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada awal kasus, diketahui bahwa asupan pasien dipenuhi dengan pemberian melalui oral. Asupan energi, protein dan KH pasien termasuk defisit berat sedangkan untuk asupan lemak defisit sedang. Hal yang mengakibatnya kurang asupan pada saat masuk dirumah sakit dikarenakan sebelum masuk rumah sakit pasien sudah kehilangan nafsu makan yang disebabkan kondisi dimana pasien merasakan rasa pahit pada lidah sehingga makanan yang dimakan tidak memiliki rasa atau hambar.
Asupan Makan Pasien Di Rumah Sakit
Tabel 11. Monitoring Asupan Pasien Di Rumah Sakit
Hari ke-1
Energi (kkal)
Cairan
(cc)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Kh
(gr)
Serat
(gr)
Vit C
(gr)
Asupan
1298,3
1500
52,3
39,6
231,1
11,4
33,7
Kebutuhan
2275
1600
113,75
50,5
341,2
35
50
% kebutuhan
57%
93,7%
45,9%
78,4%
67,7%
32,5%
67,4%
Hari ke-2
Energi (kkal)
Cairan
(cc)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Kh
(gr)
Serat
(gr)
Vit C
(gr)
Asupan
1445,1
1500
40,6
42,2
247,3
11,6
35,7
Kebutuhan
2275
1600
113,75
50,5
341,2
35
50
% kebutuhan
63,5%
93,7%
35,6%
83,5%
72,4%
33,1%
71,4%
Hari ke-3
Energi (kkal)
Cairan
(cc)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Kh
(gr)
Serat
(gr)
Vit C
(gr)
Asupan
2039,7
1500
101,5
52,5
353,1
15,8
46
Kebutuhan
2275
1600
113,75
50,5
341,2
35
50
%kebutuhan
89,6%
93,7%
89,2%
103,9%
103,4%
45,1%
92%
% rata-rata
70%
93,7%
56,9%
88,6%
81,1%
36,9%
76,9%
Pemantauan makan terhadap konsumsi makanan pasien dilakukan dengan tujuan untuk menilai asupan zat gizi yang dikonsumsi pasien dan seberapa besar daya terima pasien terhadap diet yang di berikan. Pemantauan asupan makan dilakukan selama 3 hari yang kemudian dilakukan evaluasi terhadap asupan makannya. Evaluasi tersebut dilakukan untuk mengetahui persentase jumlah asupan makan pasien yang kemudian dibandingkan dengan kebutuhan zat gizi sesuai hasil perhitungan. Didapatkan hasil asupan rata-rata energi sebesar 70% (defisit kurang), protein 56,9%(defisit berat), lemak 88,6% (baik) dan karbohidrat 81,1% (baik). Berdasarkan hasil pemantauan 3 hari terhadap konsumsi makan pasien dapat diketahui bahwa pada hari pertama dan kedua asupan energi pasien masih defisit berat sedangkan untuk asupan protein pasien defisit berat namun pada hari ketiga asupan pasien sudah mencukupi kebutuhannya untuk keseluruhan kebutuhan gizi.
Hal yang menyebabkan asupan makan An. KA selama hari pertama dan keduan karena terdapat gangguan alat pengecap yaitu lidah yang terasa pahit sehingga makanan yang dikonsumsi oleh pasien terasa hambar dan menyebabkan nafsu makan pasien menurun.
Tingkat Konsumsi Makanan dan Zat Gizi
Asupan energi
Gambar 1. Asupan Energi Selama 3 Hari
Pasien diberikan diet TETP hasil asupan energi pasien dari tanggal 01-03 Mei 2017 dapat dilihat pada Gambar 1. menunjukkan bahwa asupan energi pasien mengalami peningkatan dari hari ke hari dimana pada hari pertama ke hari kedua asupan mengalami peningkatan yang disebabkan pada hari kedua bentuk makanannya menjadi makanan biasa yaitu nasi walaupun masih dalam kategori defisit berat. Pada hari ketiga asupan makanan pasien sudah mencukupi kebutuhan hal ini dikarenakan nafsu makan pasien yang telah kembali dikarenakan kondisi pasien sudah mulai membaik.
Asupan Protein
Gambar 2. Asupan Protein Selama 3 Hari
Asupan protein recall 24 jam pasien selama monitoring dalam 3 hari disajikan pada Gambar 2. Dapat diketahui bahwa asupan protein untuk hari pertama ke hari ke dua mengalami penurunan yang disebabkan oleh pasien yang tidak menghabiskan lauk hewani maupun nabati dimana kategori asupan protein defisit berat <70% dari total kebutuhan sedangkan untuk asupan protein pada hari ketiga sudah memenuhi kebutuhan pasien (baik) yang disebabkan Karena nafsu makan pasien yang telah meningkat hal ini dibuktikan dengan makanan yang diberikan dihabiskan oleh pasien.
Asupan Lemak
Gambar 3. Asupan Lemak Selama 3 Hari
Asupan lemak pasien selama 3 hari dapat dilihat pada Gambar 3. asupan lemak pasien mengalami defisit kurang pada hari pertama. Hari kedua serta ketiga asupan pasien cenderung meningkat dan sudah dalam kategori baik, kenaikan ini disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi cenderung dominan makanan tumis atau goreng. Pada hari ketiga sudah mencukupi kebutuhan pasien untuk kecukupan asupan lemak dimana hal ini dikarenakan makanan hewani dan sayuran yang dimasak menggunakan inyak dihabiskan sehingga kecukupan kebutuhan lemak pasien dapat terpenuhi.
Asupan karbohidrat
Gambar 4. Asupan Karbohidrat Selama 3 Hari
Asupan karbohidrat pasien selama 3 hari dapat dilihat pada Gambar 4. asupan karbohirat pasien selama hari pertama dan kedua mengalami defisit sedang namun cenderung mengalami peningkatan dan pada hari ketiga asupan karbohidrat sudah mencukupi kebutuhan pasien dimana peningkatan ini disebabkan oleh pasien yang menghabiskan makanan yang diberikan yang menandakan asupan makan pasien meningkat.
Asupan Serat
Gambar 5. Asupan Serat selama 3 hari
Asupan serat pasien selama 3 hari masa perawatan dapat dilihat pada gambar 5. Dimana asupan serat pada hari pertama ke hari ke dua cenderung setara namun masih dibawah standar kebutuhan hal ini disebakan kurangnya konsumsi makanan berserat sedangkan pada hari ketiga asupan serat cenderung naik walau tidak mencapai standar kebutuhan hal ini dikarenakan asupan makanan yang lebih banyak dari pada hari pertama dan kedua.
Asupan Vitamin C
Gambar 6. Asupan Vit C selama 3 hari
asupan vitamin c pasien selama tiga hari dapat dilihat pada gambar 6 dimana asupan vitamin c pada hari pertama dan kedua cenderung tidak terlalu terjadi kenaikan asupan yang disebabkan oleh tidak habisnya sayuran dan buah yang di berikan ke pada pasien sedangkan pada hari ketiga asupan sudah mencukupi kebutuhan Vit C pasien dikarenakan pasien menghabiskan makanan serta buah yang diberikan.
Asupan cairan
Gambar 7. Asupan cairan selama 3 hari
Asupan cairan pasien selama tiga hari dapt dilihat pada gambar 7. Asupan cairan diperoleh dari infus, minuman serta makanan yang dikonsumsi oleh pasien selama masa perawatan. Asupan cairan dari hari ke hari cenderung sama dimana pasien yang dirawat selama 3 hari menghabiskan 3 kantong cairan infus 500cc ditambah dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi sehingga asupan cairan pasien sudah memenuhi kebutuhannya.
Edukasi
Edukasi penting dilakukan dengan tujuan untuk merubah perilaku dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan perawatan mandiri setelah keluar dari rumah sakit (Gultom, 2012). Pada intervensi edukasi yang telah diberikan mengenai diet TETP pada pasien dan juga keluarga pasien terutama ibu pasien yang selalu mendampingi pasien dimana selama tiga hari diberikan edukasi berupa pemberitahuan kepada ibu pasien tentang pentingnya menghabiskan makanan yang diberikan kepada pasien guna percepatan kesembuhan pasien dan pada hari pertama perawatan ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak menyukai makan nasi tim sehingga pada hari kedua diet TETP diganti bentuk makanannya menjadi nasi biasa dan hal tersebut mampu meningkatkan asupan makanan pasien hingga hari ketiga. Sebelum pasien pulang dijelaskan kembali tentang pentingnya diet TETP bagi kesembuhan pasien dan edukasi yang dilakukan dapat dikatakan berhasil Karena pasien memiliki peningkatan asupan makanan yang dibuktikan dari hasil recall selam 3 hari.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
An.KA masuk rumah sakit dengan keluhan badan panas dan flu . Menurut rekam medik An.KA didiagnosa DHF (Dengue Hemoragic Fever)/Demam berdarah dengue
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri diperoleh data pengukuran BB 26 kg. Status gizi berdasarkan perhitungan menggunakan CDC termasuk dalam kategori status gizi kurang menurut kriteria penilaian waterlow.
Diagnosa gizi
NI.1.4 Kekurangan intake makanan dan minuman oral disebabkan dengan hilangnya nafsu makan Karena adanya rasa pahit pada lidah ditandai dengan asupan defisit berat ( kekurangan intake makanan dan zat gizi ditandai dengan hasil recall <80% kebutuhan).
NI 5. 1 Peningkatan kebutuhan zat gizi ( Protein dan Vitamin C) Berkaitan dengan Penyakit DHF yang di derita pasien di tandai nilai LAB Trombosit ( ) dan Hemoglobin serta hematocrit ( ).
Berdasarkan diagnosa yang telah ditentukan terapi diet yang anjurkan yaitu
Jenis diet : Diet TETP 2275 Kkal
Bentuk makanan : Nasi
Cara pemberian : Oral
Dari hasil monitoring dan evaluasi
Status gizi pasien dari awal kasus sampai akhir berstatus gizi kurang namun ada peningkatan BB yang menandai adanya perubahan kearah yang positif.
Perkembangan fisik klinis selama 3 hari dari awal masuk rumah sakit sampai hari 2 fisik pasien masih terlihat badan lemah dan flu. Sedangkan pada hari ketiga kondisi klinis pasien sudah membaik. Fisik pasien pada hari pertama hingga hari ketiga tekanan darah rendah Nadi dan respirasi normal sampai akhir kasus. Suhu tinggi dihari pertama dan berangsur menurun pada hari kedua dan ketiga.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan 2 kali pemeriksaan selama kasus yang menunjukan perubahan kearah yang positif
Berdasarkan hasil pemantauan 3 hari terhadap konsumsi makan pasien adalah energi defisit sedang, cairan cukup, protein defisit berat, lemak defisit ringan, karbohidrat defisit ringan, serat defisit berat dan vitamin c defisit sedang.
Saran
Dengan adanya Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) di Rumah Sakit Tentara Tk.II dr.Soepraoen kota Malang diharapkan untuk tetap mempertahankan pelayanan gizi yang ada serta memberikan informasi mengenai kebutuhan gizi pasien dan memotivasi pasien untuk meningkatkan asupan makanannya juga memberikan informasi terkait dengan gizi untuk pemulihan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
............, 2013. Angka Kecukupan Gizi 2013
Adisty Cynthia Anggraeni.2012, Nutritional care procces, Graha Ilmu, Yogyakarta
Anggraeni Adisty C., 2011, Asuhan Gizi. Malang: Graha Ilmu
Depkes RI. 2015
Rosnelly, dkk. 2014, Pedoman Praktis Diagnosa Gizi dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar Malang : Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar.
Risallah, dkk. 2014, Panduan Pengkajian dan Perhitungan kebutuhan gizi Rumah Sakit. Malang : Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Profil kesehatan kota malang. 2014
Zulaikha M, 2014. Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat Di Rw 022 Kelurahan Pamulang Barat.
LAMPIRAN
RECALL 24 JAM SEBELUM PASIEN DI RAWAT DI RST
WAKTU MAKAN
MENU MAKANAN
BAHAN MAKANAN
GR
ENERGI
(KKAL)
PROTEIN
(GRAM)
LEMAK
(GRAM)
KH (GRAM)
Pagi
Nasi putih
Beras
100
260
4,8
0,4
57,2
Ayam goreng
Daging ayam
75
213,7
20,2
14,2
0
Minyak goreng
5
43,1
0
5
0
Tumis buncis & wortel
Buncis
30
7
0,4
0,1
1,6
Wortel
20
2,6
0,3
0,2
2,4
Minyak
3
25,9
0
3
0
Siang
Nasi putih
Beras
100
260
4,8
0,4
57,2
Tahu goreng
Tahu
60
45,6
4,9
2,9
1,1
Minyak goreng
5
43,1
0
5
0
Tumis buncis & wortel
Buncis
30
7
0,4
0,1
1,6
Wortel
20
2,6
0,3
0,2
2,4
Minyak
3
25,9
0
3
0
Minuman
Teh kotak
200
99,9
0
0
20
Total
1036,3
36
34,3
143,4
Kebutuhan
2275
113,75
50,5
341,2
% kecukupan kebutuhan
45,4
31,6
67,9
42
Keterangan
DTB
DTB
DTB
DTB
RECALL 24 JAM HARI PERTAMA PERAWATAN
WAKTU MAKAN
MENU MAKANAN
BAHAN MAKANAN
gr
ENERGI
(Kkal)
PROTEIN
(Gram)
LEMAK
(Gram)
KH (Gram)
Serat
(Gram)
Vit C
(mg)
Pagi
Nasi tim
Beras
50
117,1
2,2
0,2
25,7
0,3
0
Perkedel tahu
Tahu
50
38
4,1
2,4
0,9
0,6
0
Cah jamur tiram
Jamur
15
4,1
0,3
0,1
0,8
0,3
0,6
Wortel
15
1,3
0,2
0,1
1,2
0,2
2,7
Sawi
15
2,3
0,3
0
0,3
0,3
3,8
Selingan
Bubur kacang hijau
Kacang hijau
15
17,4
1,2
0,1
3,1
1
0
Santan
5
3,5
0
0,3
0,2
0,1
0,1
Gula pasir
10
38,7
0
0
10
0
0
Kue
Kue bolu
50
103,5
2,2
1
21,5
0,3
0
Siang
Nasi tim
Beras
50
117,1
2,2
0,2
25,7
0,3
0
Rica-rica ikan
Ikan
45
44,1
8,1
1,1
0
0
0
Minyak goreng
3
25,9
0
3
0
0
0
Tempe bacem
Tempe
30
23,8
9,5
3,8
8,5
0,7
0
Minyak goreng
3
25,9
0
3
0
0
0
Sayur asem
Labu siam
30
6
0,3
0,1
1,3
0,4
1,8
Kangkung
10
1,5
0,2
0
0,2
0,2
2,5
Selingan
Susu
Susu
30
96
2,3
2,6
16,4
0
0,6
Kue
Kue bolu
50
103,5
2,2
1
21,5
0,3
0
Buah
Pisang
100
92
1
0,5
23,4
2,4
9
Sore
Nasi tim
Beras
50
117,1
2,2
0,2
25,7
0,3
0
Telur bumbu komoh
Telur
50
23,7
6,5
7,7
0,4
0
0
Tahu goreng
Tahu
40
30,4
3,2
1,9
0,8
0,5
0
Minyak goreng
5
43,1
0
5
0
0
1,5
Oseng buncis
Buncis
15
5,2
0,3
0
1,2
0,5
0,6
Jagung muda
10
10,8
0,3
0,1
2,5
0,3
1
Kol
5
1,1
0,1
0
0,2
0,1
0
Minyak goreng
2
17,2
0
2
0
0
0
Selingan
Susu
Susu
30
96
2,3
2,6
16,4
0
0,6
Buah
Pisang
100
92
1
0,5
23,4
2,4
9
Total
1298,3
52,3
39,6
231,1
11,4
33,7
Kebutuhan
2275
113,75
50,5
341,2
35
50
% kecukupan kebutuhan
57
45,9
78,4
67,7
32,5
67,4
Keterangan
DTB
DTB
DTR
DTB
DTB
DTB
RECALL 24 JAM HARI KEDUA PERAWATAN
WAKTU MAKAN
MENU MAKANAN
BAHAN MAKANAN
gr
ENERGI
(Kkal)
PROTEIN
(Gram)
LEMAK
(Gram)
KH (Gram)
Serat
(Gram)
Vit C
(mg)
Pagi
Nasi puti
Beras
100
360,9
6,7
0,6
79,5
0,8
0
Rolade telur
Telur ayam
50
23,7
6,5
7,7
0,4
0
0
Minyak kelapa sawit
5
43,1
0,0
5,0
0,0
0
0
Tumis kacang pjng
Kacang panjang
30
10,5
0,6
0,1
2,4
1
3
Toge
30
36,6
3,9
2,0
2,9
0,2
4,5
Minyak
3
25,9
0,0
3,0
0,0
0
0
Selingan
Buah
semangka
100
32
0,6
0,4
7,2
0,5
10
Bb kc.hijau
Kacang ijo
15
17,4
1,2
0,1
3,1
1
0
santan
10
35,4
0,3
3,3
1,5
0,9
0,3
Gula pasir
10
38,7
0
0
10
0
0
Siang
Nasi
beras
100
360,9
6,7
0,6
79,5
0,8
0
Rengang daging
Daging sapi
40
107,6
10
7,2
0
0
0
santan
10
35,4
0,3
3,3
1,5
0,9
0,3
Perkedel kentang
kentang
50
46,5
1,0
0,1
10,8
0,8
6,5
minyak
5
43,1
0
5,0
0
0
0
Sop
Gsmbas/oyong
30
6
0,3
0,1
1,3
0,4
1,8
Mie soun
10
38,1
0
0
9,1
0,1
0
Selingan
Buah
pisang
100
92
1,0
0,5
23,4
2,4
9
Bb kcng ijo
Kacang ijo
15
17,4
1,2
0,1
3,1
1
0
santan
10
35,4
0,3
3,3
1,5
0,9
0,3
Gula pasir
10
38,7
0,0
0
10,0
0
0
Total
1445,1
40,6
42,2
247,3
11,6
35,7
Kebutuhan
2275
113,75
50,5
341,2
35
50
% kecukupan kebutuhan
63,5
35,6
83,5
72,4
33,1
71,4
Keterangan
DTB
DTB
Cukup
DTR
DTB
DTR
RECALL 24 JAM HARI KETIGA PERAWATAN
WAKTU MAKAN
MENU MAKANAN
BAHAN MAKANAN
gr
ENERGI
(Kkal)
PROTEIN
(Gram)
LEMAK
(Gram)
KH (Gram)
Serat
(Gram)
Vit C
(mg)
Pagi
Nasi
Beras
100
360,9
6,7
0,6
795
0,8
0
Ikan goreng tepung
Ikan tuna
100
143,9
23,3
4,9
0
0
0
Tepung
20
76,2
0,1
0
18,3
0,5
0
Minyak
3
25,9
0
3
0
0
0
Tahu bumbu lapis
Tahu
100
76
8,1
4,8
1,9
1,2
0
Oseng-oseng buncis
Buncis
30
10,5
0,6
0,1
2,4
1
3
Wortel
30
2,6
0,3
0,2
2,4
0,3
5,4
K panjang
10
3,5
0,2
0
0,8
0,3
1
Minyak
2
17,2
0
2
0
0
0
Selingan
Bb kc hijau
Kacang hijau
40
46,4
3,1
0,2
8,3
2,6
0
Santan
5
17,7
0,2
1,7
0,8
0,1
0,1
Gula pasir
10
38,7
0
0
10
0
0
Buah
Melon
100
38,2
0,6
0,2
8,3
0,2
6
Siang
Nasi
Beras
100
360,9
6,7
0,6
79,5
0,8
0
Ayam goreng laos
Daging ayam
60
88,8
8,4
5,9
0
0
0
Minyak goreng
2
17,2
0
2
0
0
0
Kare labu siam
Labu siam
30
4,5
0,7
0,1
0,6
0,6
7,5
Wortel
30
2,6
0,3
0,2
2,4
0,3
5,4
Santan
5
17,7
0,2
1,7
0,8
0,1
0,1
Selingan
Bb kc hijau
Kacang hijau
40
46,4
3,1
0,2
8,3
2,6
0
Santan
5
17,7
0,2
1,7
0,8
0,1
0,1
Gula pasir
10
38,7
0
0
10
0
0
Sore
Nasi
Beras
100
360,9
6,7
0,6
79,5
0,8
0
Telur bb merah
Telur
60
28,4
7,8
9,2
0,5
0
0
Cabe merah
10
2,7
0,1
0
0,6
0,2
14,6
Minyak goreng
2
17,2
0
2
0
0
0
Tempe mendoan
Tempe
100
47,6
19
7,7
17
1,4
0
Tepung
30
109,2
3,1
0,3
22,9
0,8
0
Minyak
3
25,9
0
3
0
0
0
Oseng kc panjang
Kacang panjang
30
10,5
0,6
0,1
2,4
1
3
Minyak goreng
3
25,9
0
3
0
0
0
Total
2039,7
101,5
52,5
353,1
15,8
46
Kebutuhan
2275
113,75
50,5
341,2
35
50
% kecukupan kebutuhan
89,6
89,2
103,9
103,4
45,1
92
Keterangan
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
DTB
Cukup
DOKUMENTASI
Pemorsian
Sisa Makanan
Penimbangan
INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN
NO
NAMA OBAT
INTERAKSI
1
Ranitidine 3x20
Ondan 3x2-5
Terjadi penurunan absorbsi saat dikonsumsi bersamaan dengan makanan hingga 33% dan konsentrasi puncak dalam serum darah menurun 613-432 ng/ml serta penggunaan ranitidine dapat menyebabkan pasien mengalami defisiensi vit B12.
ASUPAN LEMAK
Lemak(gram)
ASUPAN KARBOHIDRAT
gram
ASUPAN SERAT