BAB I LAPORAN PENDAHULUAN HIV/AIDS
1.1 Definisi HIV/AIDS Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi . Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau “sel TT-4” atau disebut juga “sel CD – 4” – 4” 1.2 Etiologi Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. 1.3 Patofisiologi Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi dari benda asing, misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks yaitu : Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV) mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh. “ber -aksi” bahkan kemudian dilumpuhkan. Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing t ersebut, reseptor sel T helper hel per
1
.tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper. Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utasganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan, genom dari HIV ¬ proviral DNA ¬ dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut berkembang biak sesuai dengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai suatu saat ada mekanisme pencetus (mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktif membentuk RNA, ke luar dari T helper dan menyerang sel lainnya untuk menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka tidak ada mekanisme pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan. 1.4 Manifestasi Manifestasi Klinis Menurut WHO: 1. Gejala mayor
Penurunan BB ≥ 10%
Koordinasi orofaringeal
Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan Diare kronis
Tuberkulosis 2. Gejala minor Batuk menetap lebih dari 1 bulan Kelemahan tubuh Berkeringat malam Hilang nafsu makan Infeksi kulit generalisata Limfodenopati Herpes zoster
2
Infeksi herpes simplek kronis Pneumonia Sarkoma kaposi
1.5 Komplikasi 1. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat. 2. Neurologik
kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV) 3. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare. 4. Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas. 5. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
3
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan Pendengaran : otitis eksternal akut
1.6 Pemeriksaan Diagnostik 1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV : ELISA Western blot P24 antigen test Kultur HIV 2. Tes untuk deteksi gangguan system imun. Hematokrit. LED CD4 limfosit Rasio CD4/CD limfosit Serum mikroglobulin B2 Hemoglobulin 1.7 Penatalaksanaan 1. Respon biologis / aspek fisik a. Universal precaution 1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh 2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien 4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai 5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan 6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman
b. Peran perawat dalam pemberian ARV Tujuan terapi ARV: 1) Menghentikan replikasi HIV 2) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik 3) Memperbaiki kualitas hidup 4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
4
c.
Pemberian nutrisi Pasien dengan HIV – AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan bertujuan untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral d. Aktivitas dan istirahat Respon adaptif psikologis 1) Pikiran positif tentang dirinya 2) Mengontrol diri sendiri 3) Rasionalisasi 4) Teknik perilaku Respon sosial 1) Dukungan emosional 2) Dukungan penghargaan 3) Dukungan instrumental 4) Dukungan informative Respon spiritual 1) Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan 2) Padai mengambil hikmah 3) Kestabilan hati Resiko epidemiologis infeksi HIV sistomatik 1) Perilaku beresiko epidemiologis 2) Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa menggunakan kondom 3) Pecandu narkotik suntikan 4) Hubungan seksual yang tidak aman i. Memiliki banyak mitra seksual ii. Mitra seksual yang diketahui pasien HIV / AIDS iii. Mitra seksual di daerah dengan prevalensi HIV / AIDS yang tinggi iv. Homoseksual 5) Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat, diskotik, karaoke atau tempat prostitusi terselubung 6) Mempunyai riwayat infeksi menular seksual (IMS) 7) Riwayat menerima transfusi darah berulang 8) Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril.
5
BAB II DATA FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur Tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa otot Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan 2. Sirkulasi Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi) Tanda: Takikardia, perubahan TD postural, Menurunnya volume nadi perifer, Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler 3. Integritas ego Gejala: Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah Kehilangan kontrol diri dan depresi
Tanda: Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama 4. Eliminasi Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal, Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi Tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, Diare pekat yang sering
6
Nyeri tekan abdominal, Lesi atau abses rectal, personal, Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin 5. Makanan / cairan Gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot, turgor kulit buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal Edema (umum, dependen) 6. Higiene Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas Tanda: Memperlihatkan penampila yang kurang rapi, Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri 7. Neurosensori Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental. Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun, Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran Klemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal) Tanda: Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik
7
Vocalis: hemi paresis; kejang Hemoragi retina dan eksudat 8. Nyeri / kenyamanan Gejala: Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki Sakit kepala (keterlibatan ssp) Nyeri dada pleuritis Tanda: Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang Gerak otot melindungi bagian yang sakit 9. Pernapasan Gejala: Isksering, menetap Napas pendek yang progresif Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam) Bendungan atau sesak dada Tanda: Takipnea, distres pernapasan Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
10. Keamanan Gejala: Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis) Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS
8
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam Tanda: Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya Rektum, luka-luka perianal atau abses Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak, paha) Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan 11. Seksualitas Gejala: Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks Penggunaan kondom yang tidak konsisten Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina) Tanda: Kehamilan atau resiko terhadap hamil 12. Genetalia: Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas 13. Interaksi sosial Gejala: Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapatan Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS
9
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana Tanda: Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan 14. Penyuluhan / pembelajaran Gejala: Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV) Penggunaan
/
penyalahgunaan
obat-obatan
IV,
saat
ini
merokok,
penyalahgunaan alkohol 15. Pertimbangan rencana pemulangan: Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan kulit / luka, peralatan / bahan; trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan / pemeliharaan rumah, perawatan anak, perubahan fasilitas hidup.
Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem imunologis HIV / AIDS adalah: 1. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif 2.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat
3.
Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular
4.
Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi Vitamin K
5.
Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna d/d penurunan berat badan
6. Nyeri kronik b/d inflamasi d/d keluhan nyeri 7. Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit
10
8. Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d candidiasis 9.
Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme d/d kekurangan energi
10. Perubahan proses pikir b/d hipoksemia d/d perubahan lapang perhatian 11. Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi d/d peningkatan tegangan 12. Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan d/d perasaan ditolak 13. Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh d/d bergantung pada orang lain untuk perawatan 14. Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi d/d permintaan informasi
11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN HIV/AIDS
2.1 Pengkajian A. Identitas pasien. 1. Nama 2. Umur 3. Jenis kelamin 4. Suku/bangsa 5. Agama 6. Status perkawinan 7. Pendidikan/pekerjaan 8. Bahasa yang digunakan 9. Alamat
:Tn. ABC : 37 Tahun : Laki-laki : Banten/Indonesia. : Kristen Katholik : Belum kawin : SMA Makasar : Indonesia : Jl. Garuda
B. Alasan masuk rumah sakit 1. Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat dingin dan kadang demam serta tubuh terasa lemah. 2. Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam. C. Riwayat kesehatan 2.1 Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk dan pilek. 2.2 Riwayat kesehatan sekarang : sejak 12 tahun, yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya dikucilkan oleh saudara-saudaranya. Klien memakai obat karena merasa terpukul akibat ditinggal menginggal ibunya. Sejak 1 bulan yang lalu klin mencret-mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang lalu mencretnya makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-12016, memeriksakan diri ke UGD RSUD nabire. 2.3 Riwayat kesehatan keluarga : Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada penyakit bawaan dalam keluarga klien.
12
2.2 Pengkajian Kasus Kelolaan A. ktivitas hidup sehari – hari Aktivitas seharihari A. Makan dan minum 1. Nutrisi
2. Minum
B.
Eliminasi
Pre-masuk rumah sakit
Di rumah sakit
Pola makan tidak teratur, Pola makan 3 kali/hari tetapi tidak ada napsu bubur, namun tidak ada makan, terutama jika napsu makan, nyeri saat sudah memakai obat. menelan, makan hanya Minum air putih dengan 1/2 porsi. jumlah tidak tentu Minum air putih 2-3 kadang minuman keras. gelas dan teh hangat 2-3 gelas. Mencret 5 X/hari,, Mencret dengan seperti lendir, tidak frekuensi 5-7 X/hari, bercampur darah dan encer, tidak ada isi tanpa berbau. BAK 2 X hari diikuti sakit perut dan dan tidak ada kelainan. BAK 2 X/hari serta tidak ada kelainan.
C. Istirahat dan tidur
Pasien tidak bisa istirahat dan tidur karena terus keluar memcret serta perasaan tidak menentu akibat tidak dapat putaw sejak 20 hari.
D. Aktivitas
Pasien sebagai guide freelance sejak sebulan tidak bekerja.
E. Kebersihan diri
Jarang dilakukan.
13
Pasien istirahat di tempat tidur saja. Pasien tidak bisa istirahat dan tidur karena terus keluar mencret serta perasaan tidak menentu akibat tidak dapat putaw sejak 20 hari. Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya karena lemah, merasa tidak berdaya dan cepat lelah. Pasien partial care. Mandi dibantu petugas, dan menggosok gigi dilakukan di tempat tidur. Hambatan dalam melakukan kebersihan
F. Rekreasi
Tidak ada, hanya dengan memakai putaw.
diri adalah lemah . Hanya ingin bercerita dengan petugas.
B. Psikososial. a. Psikologis : pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien punya kaka di Bandung, tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.Klien tidak percaya dengan kondisinya sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin diperlakukan manusiawi. Klien pada tanggal 14-1-2002 bermaksud melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat merasa tidak berguna lagi. b. Sosial : sejak 12 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak ayah dan ibunya meninggal, teman-temanya sebagian pemakai putaw yang sekarang entah dimana. c. Spiritual : Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien minta didampingi Pastur Jelanti dari Menara Kathedral Surabaya. 2.3 Pemeriksaan Fisik TTV Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat Kesadaran : Compos Mentis TD : 110/70 mmHg N : 120 x/ mnt R : 22 x/ mnt SB : 37,8oC BB : 40 kg
Head to toe : Kepala: Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau, Rambut ikal, nampak kurang bersih. Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya mata baik, tidak menggunakan alat bantu kacamata. Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.
14
Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal. Mulut dan gigi. Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring. Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk. Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur. Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit. Repoduksi Penis normal, lesi tidak ada. Ekstremitas Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah. Ektremitas atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda bekas suntikan. Integumen. Kulit keriput, pucat, akral hangat.
2.4 Pemeriksaan Penunjang A. Laboratorium : Tanggal 10-1 2016 Hb : 8,7 Leukosit : 8,8 Trombosit : 208 PCV : 0,25 Terapi : tanggal 14-1-2016 Diet TKTP RL 14 X/mnt Cotimoxazol : 2 X II tab Corosorb : 3 X 1 tab Valium : 3 X 1 tab
15
2.5 Klasifikasi Data Data Subyektif Pasien mengatakan lemah, cepat lelah, bila melaukan aktivitas, terbatas. Pasien mengatakan kadang demam. Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa menghabiskan porsi yang disiapkan Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam dan keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan teman-temannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur Jelantik dari Gereja Katedral.
16
Data Obyektif : Keadaan umum Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat Kesadaran : Compos Mentis TD : 110/70 mmHg N : 120 x/ mnt R : 22 x/ mnt SB : 37,8oC BB : 40 kg Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer, membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 X/menit Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, holitosis, lidah ada bercak bercak keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis
2.6 Analisa Data Data Ds : Pasien mengatakan kadang demam Do : Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat Kesadaran : Compos Mentis TD : 110/70 mmHg N : 120 x/ mnt R : 22 x/ mnt SB : 38,oC
Ds : Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam dan keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari. Do : Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer, membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 X/menit Ds : Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa menghabiskan porsi yang disiapkan. Do : Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis
Penyebab
Masalah
Immunocompromised
Resiko Infeksi
Diare intake cairan
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
Intake yang tidak adekuat
17
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ds : Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan temantemannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur. Do : Mencoba melakukan percobaan bunuh diri tanggal 14-1-2016, dengan berusaha menceburkan diri dari lantai II.
Harga diri rendah
Resiko bunuh diri
2.7 Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas I. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat III. Resiko infeksi b/d immunocompromised IV. Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah
18
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HIV/AIDS (DIAGNOSA, INTERVENSI,)
No.
Diagnosa Keperawatan
1
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat, ditandai dengan : Ds : Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam dan keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari. Do : Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer, membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 X/menit
Rencana Keperawatan Tujuan Intervensi Keseimbangan cairan dan Monitor tanda-tanda elektrolit dipertahankan dehidrasi. dengan kriteria intake seimbang output, turgor normal, membran mukosa lembab, kadar urine normal, Monitor intake dan ouput tidak diare setelh 3 hari perawatan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat ditandai dengan : Ds :
Volume cairan deplesi
merupakan komplikasi dan dapat dikoreksi.
Melihat kebutuhan cairan yang masuk dan keluar. Sebagai kompensasi akibat peningkatan output.
Atur pemberian infus dan eletrolit : RL 20 tetes/menit.
Memenuhi kebutuhan intake yang peroral yang tidak terpenuhi.
Setelah satu 4 hari perawatan Monitor kemampuan pasien mempunyai intake mengunyah dan menelan. kalori dan protein yang 19
Anjurkan untuk minum peroral
Kolaborasi pemberian antidiare antimikroba
2
Rasional
Mencegah kehilangan cairan tubuh lewat diare (BAB).
Mengetahui jenis makanan yang lebih cocok
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa menghabiskan porsi yang disiapkan. Do : Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis
adekuat untuk memenuhi Monitor intake dan ouput. kebutuhan metaboliknya dengan kriteria pasien makan, serum albumin dan protein dalam batas normal, menghabiskan porsi yang Rencanakan diet dengan disiapkan, tidak nyeri saat pasien dan orang penting menelan, mulut bersih. lainnya.Anjurkan oral hygiene sebelum makan.
Anjurkan untuk beri makanan ringan sedikit tapi sering.Timbang TB/BB 3
Resiko infeksi b/d immunocompromised ditandai dengan : Ds : Pasien mengatakan kadang demam Do : Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat Kesadaran : Compos Mentis TD : 110/70 mmHg N : 120 x/ mnt R : 22 x/ mnt SB : 37,8oC
Pasien akan bebas infeksi Monitor tanda-tanda infeksi oportunistik dan baru. komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci infeksi oportunis, tanda vital tangan sebelum meberikan dalam batas normal, tidak ada tindakan. luka atau eksudat.
20
Untuk membandingkan kebutuhan dengan suplai sehingga diharapkan tidak terjadi kurang nutrisi Untuk mengurangi kotoran dalam mulut yang dapat menurunkan nafsu makan.
Untuk mengatasi penurunan keluhan makan Untuk pengobatan dini
Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.
Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
Mencegah bertambahnya infeksi
Atur pemberian antiinfeksi sesuai order
Mempertahankan kadar darah yang terapeutik.
4
Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah ditandai Setelah 4 hari klien tidak . Waspada pada setiap dengan : membahayakan dirinya ancaman bunuh diri Ds : sendiri secara fisik. Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan temantemannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa Jauhkan semua benda frustasi karena tidak punya teman dan merasa berbahaya dari lingkungan terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur. klien Do : Mencoba melakukan percobaan bunuh diri tanggal 14-1-2016, dengan berusaha menceburkan diri d ari lantai II. Observasi secara ketat
21
Karena tanda tersebut sebagai tanda permintaan tolong Untuk mencegah penggunaan benda tersebut untuk tindakan bunuh diri Untuk mencegah jika ditemukan gejala perilaku bunuh diri
Observasi jika klien minum obat
Obat mengandung antidepresan dapat mengurangi perilaku bunuh diri klien.
Komunikasikan kepedulian perawat kepada klien.
Untuk meningkatkan harga diri klien
Waspada jika tiba-tiba menjadi tenang dan tampak tentram
Karena hal tersebut merupakan suatu cara mengelabui petugas.
Dukung perilaku positif klien.
Meningkatkan harga diri klien
BAB V PENUTUP
3.1
Kesimpulan Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
3.2
Saran Untuk penderita diharapkan untuk selalu kontrol dengan teratur, selalu konsultasi bila ada keluhan dan ketidaktahuan tentang penyakitnya.
22