BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian 3.1.1 Identitas klien Nama : Tanggal lahir : Jenis kelamin : Klien ke : Umur : Agama : Suku bangsa : Tanggal masuk : No RM : Alamat : Ruang rawat :
Tn. F 20 Maret 1995 Laki-laki 1 dari 2 bersaudara 15 tahun Islam Batak-Indonesia 23 Nonvember 2010 00.45.26.40 Rantau Prapat Ruang RB 3 kamar 1 RSUP HAM
Identitas Orang Tua/Penanggung jawab Nama : Tn. B Umur : 38 tahun Pekerjaan : Pegawai negri Suku bangsa : Batak-Indonesia Pendidikan : SMA Alamat : Rantau Prapat 3.1.2 Alasan Masuk Ke Rumah Sakit. Kaki kiri sulit digerakkan hal ini dialami klien sejak tiga hari ini, sebelum masuk rumah sakit awalnya klien mengalami kecelakaan lalu lintas, riwayat trauma tidak jelas, riwayat muntah (-), pingsan (-). 3.1.3 Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat kesehatan sekarang, klien sedang sedang menjalani perawatan post operasi operasi amputasi yang dilakukan pada tanggal 24 November 2010. klien merasakan nyeri pada kaki kiri diatas lutut tepat pada lokasi yang diamputasi, diamputasi, nyerinya timbul sering sehingga sehingga mengganggu ketenangan klien. b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Riwayat kesehatan masa lalu, klien tidak pernah mengalami penyakit yang serius seperti asma, dan penyakit menular lainnya, klien tidak pernah di rawat di rumah sakit. 3.1.4
Genogram
3.1.5 kebiasaan Sehari-hari. A. Biologis 1. Nutrisi a. Sebelum masuk rumah sakit Sebelum masuk rumah sakit pola makan klien 3 x sehari, makanan yang di sukai sukai adalah nasi goreng dan klien tidak mempunyai pantangan makanan. b. Sesudah masuk Rumah Sakit Pola makan klien 3 x sehari, nafsu makan menurun,klien menurun,klien hanya makan ¾ dari satu porsi porsi yang di sajikan
2. Minum a. Sebelum masuk ke Rumah Sakit klien minum 5-6 gelas perhari dengan jumlah jumlah 1500-2000 cc/hari, dengan jenis air putih, minuman yang disukai adalah teh manis. b. Sesudah masuk ke Rumah Sakit, Sakit, klien minum 3-4 gelas perhari dengan jumlah ± 1500 cc/hari, dengan jenis air putih. 3. Tidur a. Sebelum masuk Rumah Sakit klien jarang tidur siang, tidur malam 6-7 jam/hari, tidak ada kesulitan untuk tidur b. Sesudah masuk Rumah Sakit klien tidur siang 1-2 jam/hari, tidur malam 4 - 5 jam/hari dan klien mengalami kesulitan waktu tidur akibat nyeri pada kaki kiri dan cara mengatasinya dengan minum obat dan mengubah posisi menyandar (semi fowler) 4. Eliminasi (BAK DAN DAN BAB) BAB) BAK a. Sebelum masuk ke Rumah Sakit frekuensi BAK klien adalah 5-6 x/hari dengan jumlah urine ± 1200 cc/hari, warna kuning jernih tidak ada kelainan dan baunya khas. khas. b. Sesudah masuk Rumah Sakit frekuensi BAK klien 4 - 5x/hari dengan jumlah urine ± 1200-1300 cc/hari, warna kuning jernih tidak ada kelainan dan baunya khas. khas. BAB a. Sebelum masuk ke Rumah Sakit, frekuensi BAB klien 1 x/hari dengan dengan warna kuning kecoklatan, bau khas, konsistensi lembek dan tidak ada kelainan. b. Sesudah masuk ke RS, frekuensi frekuensi BAB klien adalah 2x sehari, sehari, warna warna kuning kecoklatan, bau khas dengan konsistensi lembek. Tidak ada kelainan dan bau khas 5. Aktivitas Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, seluruh kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan perawat, hal ini dikarenakan terputusnya kontinuitas jaringan kaki kirinya yang diamputasi. 6. Personal Hygiene a. Sebelum masuk ke Rumah Sakit klien mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, cuci rambut 3 x/minggu, potong kuku 1x/minggu b. Sesudah masuk ke Rumah Sakit, klien mandi hanya di lap 1x sehari, gosok gigi 1x/hari, cuci rambut 1x/minggu, potong kuku 1x/minggu Klien tidak ada mengalami kesulitan dalam personal hygiene 7. Rekreasi Klien sering menonton TV dan mendengarkan musik, klien jarang berolah raga karena klien beranggapan bahwa pekerjaanya sudah menyerupai olah raga dan klien jika ada kesempatan pergi ke tempat hiburan B. Psikologis Persepsi klien, klien percaya penyakitnya akan segera sembuh Konsep Diri, Klien menerima keadaannya dan kondisinya sekarang. Emosi, kondisi emosi klen stabil, mampu mem Adaptasi, klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan di rumah sakit Mekanisma Pertahan Diri, Diri, Klien berdoa kepada kepada ALLAH ALLAH SWT agar penyakit yang dideritanya cepat sembuh C. Sosial
2. Minum a. Sebelum masuk ke Rumah Sakit klien minum 5-6 gelas perhari dengan jumlah jumlah 1500-2000 cc/hari, dengan jenis air putih, minuman yang disukai adalah teh manis. b. Sesudah masuk ke Rumah Sakit, Sakit, klien minum 3-4 gelas perhari dengan jumlah ± 1500 cc/hari, dengan jenis air putih. 3. Tidur a. Sebelum masuk Rumah Sakit klien jarang tidur siang, tidur malam 6-7 jam/hari, tidak ada kesulitan untuk tidur b. Sesudah masuk Rumah Sakit klien tidur siang 1-2 jam/hari, tidur malam 4 - 5 jam/hari dan klien mengalami kesulitan waktu tidur akibat nyeri pada kaki kiri dan cara mengatasinya dengan minum obat dan mengubah posisi menyandar (semi fowler) 4. Eliminasi (BAK DAN DAN BAB) BAB) BAK a. Sebelum masuk ke Rumah Sakit frekuensi BAK klien adalah 5-6 x/hari dengan jumlah urine ± 1200 cc/hari, warna kuning jernih tidak ada kelainan dan baunya khas. khas. b. Sesudah masuk Rumah Sakit frekuensi BAK klien 4 - 5x/hari dengan jumlah urine ± 1200-1300 cc/hari, warna kuning jernih tidak ada kelainan dan baunya khas. khas. BAB a. Sebelum masuk ke Rumah Sakit, frekuensi BAB klien 1 x/hari dengan dengan warna kuning kecoklatan, bau khas, konsistensi lembek dan tidak ada kelainan. b. Sesudah masuk ke RS, frekuensi frekuensi BAB klien adalah 2x sehari, sehari, warna warna kuning kecoklatan, bau khas dengan konsistensi lembek. Tidak ada kelainan dan bau khas 5. Aktivitas Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, seluruh kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan perawat, hal ini dikarenakan terputusnya kontinuitas jaringan kaki kirinya yang diamputasi. 6. Personal Hygiene a. Sebelum masuk ke Rumah Sakit klien mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, cuci rambut 3 x/minggu, potong kuku 1x/minggu b. Sesudah masuk ke Rumah Sakit, klien mandi hanya di lap 1x sehari, gosok gigi 1x/hari, cuci rambut 1x/minggu, potong kuku 1x/minggu Klien tidak ada mengalami kesulitan dalam personal hygiene 7. Rekreasi Klien sering menonton TV dan mendengarkan musik, klien jarang berolah raga karena klien beranggapan bahwa pekerjaanya sudah menyerupai olah raga dan klien jika ada kesempatan pergi ke tempat hiburan B. Psikologis Persepsi klien, klien percaya penyakitnya akan segera sembuh Konsep Diri, Klien menerima keadaannya dan kondisinya sekarang. Emosi, kondisi emosi klen stabil, mampu mem Adaptasi, klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan di rumah sakit Mekanisma Pertahan Diri, Diri, Klien berdoa kepada kepada ALLAH ALLAH SWT agar penyakit yang dideritanya cepat sembuh C. Sosial
Hubungan klien dengan keluarga harmonis, setiap saat orang tua dan saudara kandungnya menjaganya di rumah sakit, dalam kesehariannya. Dalam klien memperhatikan pada saat berbicara dengan lawan bicaranya (koheren). Dalam kesehariannya klien menggunakan bahasa daerah (batak) D. Spiritual Selama sakit klien jarang beribadah, hal ini disebabkan keterbatasan gerak klien, dan klien yakin bahwa dirinya akan segera sembuh. 3.1.6 Pemeriksaan Fisik A. Tanda-Tanda Vital. 1. Keadaan Umum Klien : Klien tampak lemah dan pucat 2. Kesadaran : Compos Mentis 3. Suhu Tubuh : 37 ºC 4. Tekanan Darah : 130/80 mmHg 5. Nadi/Denyut Jantung : 82 x/i 6. Pernafasan : 22 x/i ( √ ) Normal ( ) Dangkal 7. Tinggi Badan/Berat Badan/Berat Badan : 163 cm/50 kg. 8. Penampilan : Klien tampak lemas dan kurang rapi. Ciri-Ciri Tubuh : Klien berbadan kurus tinggi B. Pemeriksaan Head To Toe 1. Kepala Kepala berbentuk bulat, ukurannya normal, posisinya Simetris dan kulit kepala beersih tidak ada ketombe 2. Rambut Klien berambut lurus pendek, hitam dan rambut kurang tetata rapi 3. Mata/ Penglihatan Posisi bola mata simetris, fungsi penglihatan baik, klien dapat membaca dengan d engan jarak 30 cm, pupil normal, refleks cahaya baik dan klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan 4.Hidung /Penciuman Bentuk dan posisi hidung simetris, Sekret tidak ada, fungsi penciuman bagus, dapat membedakan bau obat dan balsam , tidak terdapat perdarahan perdarahan dan peradangan mukosa dan klien tidak menggunakan alat Bantu penciuman 5. Telinga/Pendengaran Bentuk dan posisi telinga teling a simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen atau cairan apapun, tidak terdapat perdarahan dan peradangan pada telinga klien dan klien tidak mengunakan alata bantu pendengaran. 6. Mulut Rongga mulut bersih, bentuk bibir simetris, tidak ada bau, kebersihan gigi baik tidak terdapat cries pada gigi klien, peradangan pada tonsil tidak ada, fungsi pengecapan kurang baik, mulut klien terasa pahit.
7. Leher Bentuk leher simetris, tidak terdapat terdapat pembengkakan kelenjar getah bening maupun tiroid, tekanan vena jugularis 16 cm H2O 8. Neurosensori No Nervus Nama saraf Keterangan 1. Nervus I Olfaktorius (+)Baik, Dapat Membedakan Bau Dan Aroma (+)baik, tidak ada kelainan 2. Nervus II Optikus
3.
Nervus III
Okulomotorius
4.
Nervus IV
Troklearis
5.
Nervus V
Trigeminus Nervus oftalmikus
Nervus Maxilaris
Nervus Mandibularis
6.
Nervus VI Abdusen
7.
Nervus VII Fasialis
8.
Nervus VIII Auditoris
9.
Nervus IX Glasofarigeus
10.
Nervus X Vagus
11.
Nervus XI Asesorius
12.
(+)Baik, Dapat Menggerakkan Bola Mata (+)Baik, dapat menggerakkan kelopak mata (+)Baik, dapat menggerakkan kelopak mata atas (+)Baik, dapat mengangkat rahang atas, palatum (+)Baik, dapat mengangkat rahang bawah dan lidah (+)Baik, dalam menggoyangkan sisi mata (+)Baik, dalam menggerakkan lidah dan rongga mulut (-)Kurang baik, dalam rangsangan pendengaran (-)Rangsangan cita rasa kurang baik, lidah, terasa pahit (+)Baik, faring, laring, paru-paru dan esofagus (+)Baik, dalam menggerakkan leher (+) Kurang Baik, dalam rangsangan atau rasa, lidah terasa pahit
Nervus XII Hipoglosus
9. Thorax dan fungsi pernafasan Bentuk thorax simetris, frekuensi 22x/I, bunyi nafas vesikuler, irama teratur (regular), tidak ditemukan adanya sputum 10.Jantung Tidak adanya pembesaran jantung, tidak terdapat sianosis dan nyeri dada, bunyi jantung normal tidak ada bunyi jantung tambahan, Capila Refill 1 x/i 11. Abdomen Turgor kulit baik, jika diambil elastis, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran hepar dan limfe, peristaltik usus 20x/i 12.Reproduksi/alat kelamin Tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran/pembengkakan didaerah penis. Dan tidk terpasang kateter. 13.Ekstremitas Pada ekstremitas bawah luka post amputasi atas lutut sebelah kiri yang menyebabkan klien kesakitan skala nyeri 5 sedang, dan disekitar luka terjadi odema. 3.1.7 Pemeriksaan Penunjang A. Diagnosa Medis : Above Knee Amputasi B. Pemeriksaan Laboratorium : Tanggal : 24 November 2010 Pemeriksaan Darah Rutin Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin Eritrosit Leukosit Ht tombosit MCV MCH MCHC Limfosit Monosit Eosinofil basofil
6,10 gr/dL 2,40 /mm3 3,00/mm3 18.60 % 119 mg/dL 77.50 fL 25,40 pg 32,80 g% 17,70 % 1,00 % 0,30 % 0,000%
13-16 gr/dL 4,5-6,5 juta/mm3 4000-10000/mm3 37-47 % 200 82 – 92 fL 27 – 31 pg 32 – 36 g/dl 20,0 – 40,0 2,0 – 8,0 1,0 – 3,0 0,0 – 1,0%
3.1.9 Therapi Tanggal : 24, 25 dan 26 November 2010 IVFD RL/ NaCl 0.9%/ dekstro 5% : 20 tts/i Ceftriaxon : 1 gr / 12 jam Gentamisin 80 mg/ 12 jam Ketorolak 30 mg/12 jam Ranitidin 50 mg/ 12 jam Transfusi 2 bag/ hari selama 2 hari Diet MB 3.2 Analisa Data No Data 1 Data subjek: Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri (puntungnya) Data objek: Klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5(sedang) TD; 130/80 mmHg, HR: 82 x/i, RR: 22 x/i
2
Data subjek: Klien mengatakan tidak dapat berjalan dan kehilangan kaki kirinya dan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari Data objek: - Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i - Ada perban elastis dikaki kiri klien - Kaki kirinya sudah diamputasi
Etiologi Penekanan pembuluh saraf
Masalah Gangguan rasa nyaman nyeri
Terputusnya kontiniunitas jaringan
Gangguan mobilitas fisik
3
- Seluruh aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan perawat (skala otot 2 pada ekstremitas kanan bawah) Data subjek: Klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakitnya Data objek: Klien tampak bingung, dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya
Salah interpretasi informasi
Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
3.3 Prioritas Diagnosa keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang) 2. Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan perawat. 3. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama : Tn. F Umur : 15 tahun Diagnosa: Post Op Amputasi Atas Lutut Sinistra No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria 1 Gangguan rasa nyaman nyeri ber Tujuan: hubungan dengan Penekanan - Menyatakan nyeri pembuluh saraf di tandai dengan hilang Rasa nyaman nyeri Klien tampak meringis kesakitan, terpenuhi lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 Kriteria Hasil : (sedang) - menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat - menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual
Intervensi - Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena - Evaluasi keluhan nyeri/ketidak nyamanan - Dorong klien untuk mendiskusikan masalah dengan cedera - Berikan obat sesuai dengan indikasi ; antibiotic dan analgesik non narkotik
Ra - m ven me - m pili kee - m ans me me kec me oto
2
3
Gangguan mobilitas fisik Tujuan : berhungan dengan kerusakan - Meningkatkan/mempertahankan rangka neuromuskular ditandai mobilitas pada tingkat paling tinggi dengan Seluruh aktivitas klien di yang mungkin bantu oleh keluarga dan perawat Kriteria : Terpasang infus dengan cairan - Memepertahankan posisi NaCl 0.9%/20 tts/I, fungsional. - Meningkatkan kekeuatan/ fungsi yang sakit dan mengkompensasi - Menunjukan teknik yang memampukan aktivitas
- Kaji derajat imobilitas yang di pan hasilkan oleh cedera/ ten pengobatan dan akt perhatikan persepsi int klien terhadap ke imobilitas - Intruksikan klien ke untuk bantu dalam me rentang gerak klien me aktif pada ekstremitas yang sakit me da dan yang tidak sakit tid - Bantu / dorong peran diri/ kebersihan oto (contoh :mandi, me mencukur) dal me - Beri bantu dalam lan mobillitas dengan kursi roda, kruk, ko tongkat, sesegera bar mungkin me da - Awasi TD dengan - H melakukan aktifitas ma bar me Kurang pengetahuan tentang Tujuan : - Beri penguatan - B kondisi prognosis dan - Menyatakan pemahaman kondisi, metode mobilitas dan me pengobatan berhubungan dengan dan pengobatan. ambulasi sesuai sel salah interpretasi informasi Kriteria : intruksi dengan terapi ditandai dengan klien Melakukan dengan benar fisik bila diindikasikan - p mengatakan kurang mengerti prosedur yang di lakukan dan - Buat daftar tentang penyakit yang menjelaskan alasan tindakan. aktivitas dimana klien keb me dideritanya, klien tampak bingung dapat melakukan dan sering bertanya tentang secara mandiri dan penyakit yang dideritanya. yang memerlukan bantuan - Identifikasi - m tersedianya sumber me pelayanan di da masyarakat BAB IV PEMBAHASAN
Setelah penulis merencanakan dan melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Tn. F Dengan Post Op Amputasi ; Atas Lutut Sinistra Ruang Rindu B-3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang dimulai tanggal 25-27 November 2010, maka dalam BAB ini penulis
akan membahas mengenai kesenjangan antara teoritis dan kasus. Pembahasan ini sesuai dengan tahap proses keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi. 4.1 Pengkajian Tahap pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan landasan asuhan keperawatan untuk menimbulkan/menemukan data yang merupakan sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan keperawatan yang diberikan. Pengkajian yang penulis lakukan pada Tn. F mulai tanggal 25-27 November 2010, selama tahap pengkajian penulis tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data, karena klien dalam tingkat kesadaran yang baik dan tidak ada gangguan bicara. Selain itu, penulis juga mendapatkan informasi dari keluarga dan perawat yang memberikan respon baik dan aktif dalam mememberikan informasi. Dalam pengkajian penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yaitu : 1. Aktivitas/istirahat Antara teori dan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan karena data yang ada pada teoritis ada juga pada kasus yaitu keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena. 2. Integritas Ego. Antara teori dan kasus ditemukan adanya kesenjangan karena data yang ada pada teoritis yaitu Ansietas, ketakutan, peka, marah, menarik diri, keceriaan semu.. Sedangkan pada kasus tidak terjadi hal-hal demikian karena klien menerima keadaannya. 3. Seksualitas Antara teori dan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan karena data yang ada pada teoritis ada juga pada kasus yaitu Masalah tentang keintiman. 4. Integritas Sosial. Antara teori dan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan karena data yang ada pada teoritis ada juga pada kasus yaitu Masalah sehubungan dengan penyakit/ kondisi, Masalah tentang peran fungsi. 4.2 Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis terdiri dari 6 diagnosa, yaitu : 1. Gangguan harga diri/ citra diri, penampilan peran, perubahan berhubungan dengan factor bio fisikal ; kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola hidup ; takut penolakan/ reaksi orang lain. 2. Nyeri, (akut) berhubungan dengan cedera fisik/ jaringan dan trauma saraf, dampak psikologi terhadap kehilangan bagian tubuh. 3. Perfusi jaringan, perubahan ; perifer, resiko tinggi terhadap penurunan aliran darah vena/ arterial ; edema jaringan, pembentukan hematoma. 4. Infeksi, resiko tinggi terhadap ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit robek, jaringan traumatik) prosedur invasif ; terpajan pada lingkungan, penyakit kronis, perubahan status nutrisi. 5. Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan kehilangan tungkai (terutama ekstremitas bawah) ; nyeri/ ketidaknyamanan, gangguan perceptual ( perubahan rasa keseimbangan. 6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat, salah interpretasi informasi. Sedangkan Diagnosa Keperawatan yang terdapat pada tinjauan kasus yaitu : 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang)
2. Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan perawat. 3. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya. Adapun diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori dan juga terdapat pada kasus yaitu: 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang) 2. Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan perawat. 3. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya. Adapun Diagnosa Keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis tetapi tidak terdapat pada tinjauan kasus yaitu : 1. Gangguan harga diri/ citra diri, penampilan peran, perubahan berhubungan dengan factor bio fisikal ; kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola hidup ; takut penolakan/ reaksi orang lain. 2. Perfusi jaringan, perubahan ; perifer, resiko tinggi terhadap penurunan aliran darah vena/ arterial ; edema jaringan, pembentukan hematoma. 3. Infeksi, resiko tinggi terhadap ketidak adekuatan pertahanan primer ( kulit robek, jaringan traumatik) prosedur invasif ; terpajan pada lingkungan, penyakit kronis, perubahan status nutrisi. 4.3 Perencanaan Diagnosa Keperawatan I Nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang). Intervensi: - Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena - Evaluasi keluahan nyeri/ketidak nyamanan - Dorong klien untuk mendiskusikan masalah dengan cedera - Berikan obat sesuai dengan indikasi ; narkotik dan analgesik non narkotik (tramadol) Semua tindakan ini dilakukan sesuai dengan teoritis dan sesuai dengan kondisi klien serta sarana yang ada rumah sakit. Adapun perencanaan yang tidak penulis lakukan pada Tn. F dan perencanaan tersebut terdapat pada teori adalah : a. Beri penguatan informasi pasca operasi termasuk tipe/lokasi amputasi, tipe prospese bila tepat ( segera, lambat), harapan tindakan pasca operasi, termasuk control nyeri dan rehabilitasi b. Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/ peran fungsi yang biasanya.
c. Dorong partisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Berikan kesempatan untuk memandang/ merawat puntung menggunakan waktu untuk menunjukan tanda positif penyembuhan. d. Dorong/berikan kunjungan orang-orang yang telah diamputasi, khususnya seorang yang telah diamputasi. Diagnosa keperawaratan III Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya. Intervensi: - Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai intruksi dengan terapi fisik bila diindikasikan - Buat daftar aktivitas dimana klien dapat melakukan secara mandiri dan yang memerlukan bantuan - Identifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat Semua tindakan ini dilakukan sesuai dengan kondisi klien dan sarana yang ada rumah sakit Adapun perencanaan yang tidak penulis lakukan pada Tn. F dan perencanaan tersebut terdapat pada teori adalah : a. Intruksikan perawatan balutan/luka, inspeksi puntung menggunakan cermin untuk semua semua area, pijat kulit, dan tutup puntung dengan tepat. b. Tunjukkan perawatan alat prostesi. Tekankan pentingnya pemeliharaan rutin/ pemasangan ulang periodic. c. tekankan pentingnya diet seimbang dan pemasukan cairan adekuat. d. Anjurkan penghentian merokok. 4.4 Pelaksanaan Adapun perencanaan yang dilakukan pada Tn. F dengan diagnosa keperawatan yang dijumpai pada kasus adalah : Diagnosa Keperawatan I Nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang). Implementasi: - meniggikan dan menyokong puntung dengan menggunakan bantal - mengkaji skala nyeri klien dengan cara memberikan pilihan tingkatan derajat nyeri skala nyeri 5 (sedang) - Membantu klien untuk diskusi dengan masalah yang di alaminya dengan cara bertanya kepada klien akan keadaannya. - Memberi obat analgesic non narkotik sesuai indikasi(tramadol 50 mg/ 5 jam) Dianosa keperawatan II Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan perawat. Implementasi: - Mengkaji derajat imobilitas dengan cara menyarankan klien untuk menggerak puntungnya
- Membantu klien untuk melakukan personal hygnie dengan cara menjelaskan manfaat dari personal hygine - Menganjurkan dan membantu klien menggerakkan kaki yang sakit maupun yang tidak sakit dengan cara membuat jadwal latihan. - Memberi bantuan dalam mobilitas dengan kursi roda dengan cara menjelaskan teknik kerja kursi roda.. - Mengkaji vital sign,TD:130/80mmHg,HR:82 x/I,RR:22 x/I,Themp:37 oC Diagnosa keperawaratan III Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya. Implementasi: Mengkaji ulang patologi dan harapan yang akan datang Memberi penjelasan metode mobilitas dan ambulasi sesuai dengan terapi yang di berikan Membuat daftar aktifitas dimana klien dapat melakukan secara mandiri dan yang memerlukan bantuan dengan cara membuat jadwal aktivitas klien. Mengindentifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat dengan cara bertanya kepada klien dan keluarga Melatih klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan bawah 4.5 Evaluasi Adapun Diagnosa Keperawatan yang masalahnya teratasi sebagian adalah : Diagnosa Keperawatan I Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang) Evalasi: S: klien mengatakan nyeri pada kaki kirinya sudah mulai berkurang. O: klien tampak sudah mulai tenang skala nyeri 5 (sedang) A: Masalah sebagian teratasi. P: Rencana tindakan dilanjutkan oleh perawat ruangan - Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena - Evaluasi keluahan nyeri/ketidak nyamanan - Dorong klien untuk mendiskusikan masalah dengan cedera - Berikan obat sesuai dengan indikasi ; narkotik dan analgesik non narkotik (tramadol) Diagnosa keperawatan II Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan perawat. Evaluasi: S:Klien mengatakan hanya mampu sedikit menggerakkan puntungnya. O:Kondisi baik dan mampu sedikit menggarakkan puntungnya. A:Masalah sebagian teratasi. P:Rencana tindakan dilanjutkan oleh perawat ruangan. - Kaji derajat imobilitas yang di hasilkan oleh cedera/ pengobatan dan perhatikan persepsi klien terhadap imobilitas - Intruksikan klien untuk bantu dalam rentang gerak klien aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit
- Bantu / dorong peran diri/ kebersihan (contoh :mandi, mencukur) - Beri bantu dalam mobillitas dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin - Awasi TD dengan melakukan aktifitas Adapun Diagnosa Keperawatan yang masalahnya sudah teratasi adalah : Diagnosa keperawatan III Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya. Evaluasi: -Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang - Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai intruksi dengan terapi fisik bila diindikasikan - Buat daftar aktivitas dimana klien dapat melakukan secara mandiri dan yang memerlukan bantuan - Identifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat - Dorong klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatic. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan post op amputasi di perlukan proses perawatan yang komprehensif yang meliputi aspei hio, psiko, sosial, spiritual dengan mengikutkan klien dan keluarga klien di dalamnya. 5.1.1 Pengkajian Setelah melakukan pengkajian mulai tanggal 25-27 November 2010 pada Tn. F diRuang Rindu B-3 RSUP H. Adam Malik Medan, penulis menemukan masalah mengenai : 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang) 2. Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan perawat. 3. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya. 5.1.2 Diagnosa Keperawatan Setelah melakukan pengkajian mulai tanggal 25-27 November 2010 pada Tn. F diRuang Rindu B-3 RSUP H. Adam Malik Medan, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu : 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang) 2. Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan perawat.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya. 5.1.3 Perencanaan Setelah melakukan pengkajian pada Tn. F diRuang Rindu B-3 RSUP H. Adam Malik Medan yang dimulai tanggal 25-27 November 2010 penulis melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien yaitu: Diagnosa keperawatan I Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf yaitu: - Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena - Evaluasi keluahan nyeri/ketidak nyamanan - Dorong klien untuk mendiskusikan masalah dengan cedera - Berikan obat sesuai dengan indikasi ; narkotik dan analgesik non narkotik (tramadol) Diagnosa Keperawatan II Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan nyeri yaitu: - Intruksikan klien untuk bantu dalam rentang gerak klien aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit - Bantu / dorong peran diri/ kebersihan (contoh :mandi, mencukur) - Beri bantu dalam mobillitas dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin Awasi TD dengan melakukan aktifitas Diagnosa keperawaratan III Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi - Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai intruksi dengan terapi fisik bila diindikasikan - Buat daftar aktivitas dimana klien dapat melakukan secara mandiri dan yang memerlukan bantuan - Identifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat - Dorong klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah 5.1.4 Pelaksanaan Pelaksanaan yang dilakukan penulis pada Tn. F diruang rindu B-3 RSUP H. Adam Malik Medan sesuai dengan rencana tindakan yang sudah disusun sebelumnya dan disesuaikan dengan sarana dan fasilitas Rumah sakit RSUP H. Adam Malik Medan adalah : Diagnosa Keperawatan I Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pembuluh saraf di tandai dengan klien tampak meringis kesakitan, lemas dan gelisah. Skala nyeri 5 (sedang). Implementasi: - meniggikan dan menyokong puntung dengan menggunakan bantal - mengkaji skala nyeri klien dengan cara memberikan pilihan tingkatan derajat nyeri skala nyeri 5 (sedang) - Membantu klien untuk diskusi dengan masalah yang di alaminya dengan cara bertanya kepada klien akan keadaannya. - Memberi obat analgesic non narkotik sesuai indikasi(tramadol 50 mg/ 5 jam) Dianosa keperawatan II Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan terputusnya kontinunitas jaringan di tandai dengan Terpasang infuse dengan cairan NaCl 0.9%/20 tts/i, ada perban elastis di kaki sebelah kiri, kaki kirinya sudah diamputasi, seluruh aktivitas klien di bantu oleh keluarga dan perawat.
Implementasi: - Mengkaji derajat imobilitas dengan cara menyarankan klien untuk menggerak puntungnya. - Membantu klien untuk melakukan personal hygnie dengan cara menjelaskan manfaat dari personal hygine - Menganjurkan dan membantu klien menggerakkan kaki yang sakit maupun yang tidak sakit dengan cara membuat jadwal latihan. - Memberi bantuan dalam mobilitas dengan kursi roda dengan cara menjelaskan teknik kerja kursi roda.. - Mengkaji vital sign,TD:130/80mmHg,HR:82 x/I,RR:22 x/I,Themp:37 oC Diagnosa keperawaratan III Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering bertanya tentang penyakit yang dideritanya. Implementasi: Melatih klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan bawah dengan cara menjadwal waktu latihan Mengkaji ulang patologi dan harapan yang akan datang Memberi penjelasan metode mobilitas dan ambulasi sesuai dengan terapi yang di berikan Membuat daftar aktifitas dimana klien dapat melakukan secara mandiri dan yang memerlukan bantuan dengan cara membuat jadwal aktivitas klien. Mengindentifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat dengan cara bertanya kepada klien dan keluarga 5.1.5 Evaluasi Setelah penulis melakukan pengkajian dan menganalisa data Tn. F dengan post op amputasi atas lutut sinistra diruang Rindu B-3 RSUP H. Adam Malik Medan mulai tanggal 2527 november 2010. Adapun Diagnosa Keperawatan yang masalahnya teratasi sebagian adalah : (Gangguan rasa nyaman nyeri, Gangguan mobilitas fisik) Adapun Diagnosa Keperawatan yang masalahnya sudah teratasi adalah : (Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan) 5.2 Saran 5.2.1 Bagi Rumah Sakit Diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman bagi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan post op amputasi atas lutut sinistra. 5.2.2 Bagi Institusi Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama di Akademi Keperawatan, dan menjadi bahan tambahan bacaan dan pengetahuan bagi mahasiswa/i Akademi Keperawatan. 5.2.3 Bagi Perawat Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat kontemporer saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat kontemporer menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan. Perawat hendaknya perlu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan guna mengembangkan hubungan interpersonal yang akrab dan terbuka antara perawat, klien dan
keluarga khususnya di ruang Rindu B-3 RSUP H. Adam Malik Medan dan diharapkan kepada perawat memberikan health education kepada klien dan keluarga tentang amputasi atas lutut sinistra. 5.2.4 Bagi Klien Di harapkan pada Tn.F bisa melaksanakan semua intruksi dan anjuran dokter dan perawat untuk kesembuhan penyakitnya
CATATAN PERKEMBANGAN Nama : Tn. F Umur : 15 Tahun
Hari/ tanggal Jumat, 25 nov 2010
Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan I
Diagnosa Ruangan Hari Pertama
: Post op Amputasi AL Sinistra : Rindu B-3 : Kamis, 25 nov 2010
Jam
Implementasi
Evaluasi
14.20
- Meniggikan dan menyokong puntung dengan menggunakan satu bantal - Mengkaji skala nyeri klien dengan cara memberikan pilihan tingkatan derajat nyeri skala nyeri 5 (sedang) - Membantu klien untuk diskusi dengan masalah yang di alaminya dengan cara bertanya kepada klien akan keadaannya. - Memberi obat analgesic non narkotik sesuai indikasi (tramadol 50 mg/ 5jam) dan Antibiotik (cefotaxim 1gr/ 12 jam) asam mefenamat 250 mg/ 3xsehari - Mengkaji derajat imobilitas dengan cara menyarankan
S: klien mengatakan nyeri pada puntungnya sudah mulai berkurang setelah di suntik anti nyeri O: klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 5 (sedang) - Injek yang di berikan (tramadol 50 mg) satu jam yang lalu A: Masalah belum teratasi. P: Rencana tindakan dilanjutkan - Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena - Evaluasi keluahan nyeri/ketidak nyamanan Berikan obat sesuai dengan indikasi S:Klien mengatakan badan terasa lemas. O:Kondisi badan lemah dan
14.35
14.50
18.00
18.15
Diagnosa Keperawatan II
14.20
14.35
16.35
17.30
Diagnosa Keperawatan III
15.00
17.20
klien untuk menggerak tampak lesu. puntungnya Aktifitas klien di bantu - Menganjurkan dan oleh perawat membantu klien A:Masalah belum teratasi. menggerakkan kaki yang P:Rencana tindakan sakit maupun yang tidak dilanjutkan sakit - Kaji derajat imobilitas - Memeriksa TD 130/80 yang di hasilkan oleh mmHg setelah cedera/ pengobatan. menggerakkan puntung - Intruksikan klien untuk - Membantu klien untuk bantu dalam rentang gerak melakukan personal hygnie klien aktif dan pasif dengan cara menjelaskan - Bantu / dorong peran manfaat dari personal diri/ kebersihan klien hygine - Beri bantu dalam - Memeriksa TD 130/70 mobillitas klien mmHg setelah personal - Awasi TD dengan hygine melakukan aktifitas - Memberi bantuan dalam mobilitas dengan kursi roda dengan cara menjelaskan teknik kerja kursi roda.. - Memeriksa TD 130/90 mmHg setelah dari kursi roda
Memberi penjelasan S:klien mengatakan kurang metode mobilitas dan mengetahui tentang ambulasi dengan cara penyakitnya mengajarkan latihan O:klien tampak selalu rentang gerak pasif dan bertanya tentang aktif penyakitnya kepada Membuat daftar perawat aktifitas ringan dimana A:masalah belum teratasi klien dapat melakukan P: rencana tindakan secara mandiri yaitu dilanjutkan (menggosok gigi di atas - Beri penguatan metode tempat tidur, memakai baju mobilitas dan ambulasi diatas tempat tidur) - Buat daftar aktivitas Melatih klien untuk dimana klien dapat melanjutkan latihan untuk melakukan secara mandiri sendi di atas dan dan yang memerlukan bawah dengan cara bantuan membantu puntung klien - Identifikasi tersedianya untuk menggerakkan sumber pelayanan di dengan pasif yaitu masyarakat (kontraksi,reflleksi) - Dorong klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di
17.30
bawah
CATATAN PERKEMBANGAN Nama : Tn. F Umur : 15 Tahun
Diagnosa Ruangan Hari Kedua
Hari/ tanggal Jumat, 26 nov 2010
Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan I
: Post op Amputasi AL Sinistra : Rindu B-3 : Jumat, 26 nov 2010
Jam
Implementasi
14.20
- Meniggikan dan S: klien mengatakan menyokong puntung nyeri pada dengan menggunakan puntungnya sudah satu bantal mulai berkurang - mengkaji skala nyeri setelah di suntik klien dengan cara O: klien tampak memberikan pilihan sudah mulai tenang tingkatan derajat skala nyeri 5 (sedang) nyeri skala nyeri 5 A: Masalah sebagian (sedang) teratasi. - Memberi obat P: Rencana tindakan antibiotic (cefotaxim dilanjutkan 1mg / 12 jam) - Tinggikan dan - Memberi obat dukung ekstremitas analgesic asam yang terkena mefenamat 250 mg / - Evaluasi keluahan 3xsehari nyeri/ketidak - Memberi obat nyamanan analgesic non - Berikan obat narkotik sesuai sesuai dengan indikasi (tramadol ) 50 indikasi ; narkotik mg / 5jam dan analgesik non narkotik
14.35
18.00
18.15
Evaluasi
19.00 Diagnosa Keperawatan II
14.20
- Memeriksa derajat imobilitas klien dengan cara
S:Klien mengatakan tidak bisa memindahkan
14.35
16.35
Diagnosa Keperawatan III
18.00 15.00
15.15
menggerakkan kaki yang sakit - Menganjurkan dan membantu klien menggerakkan kaki yang sakit maupun yang tidak sakit dengan gerakan yang sederhana (refleksi dan kontraksi) - Memeriksa TD 130/90 mmHg setelah melakukan pergerakan - Membantu klien untuk melakukan personal hygnie - Memeriksa TD 130/90 mmHg setelah klien personal hygine - Memberi bantuan kepada klien dalam mobilitas dengan menggunakan kursi roda tuk menghirup udara segar keluar ruangan - Memerksa TD 130/90 mmHg setelah klien pindah tempat dari kursi roda ke tempat tidur
- Membantu klien dalam metode mobilitas dan ambulasi dengan cara menggerakkan puntung klien secara pasif - Melatih klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan bawah dengan gerakan rotasi dan konraksi
puntungnya. O:Kondisi badan lemah dan tampak lesu. - Perawat membantu Klien untuk memenuhi mobilitas A:Masalah belum teratasi. P:Rencana tindakan dilanjutkan - Kaji derajat imobilitas yang di hasilkan oleh cedera/ pengobatan. - Intruksikan klien untuk bantu dalam rentang gerak klien aktif dan pasif - Bantu / dorong peran diri/ kebersihan - Beri bantu dalam mobillitas - Awasi TD dengan melakukan aktifitas
S:klien mengatakan sudah lebih mengetahui tentang penyakitnya O:klien tampak tenang, dan frekuensi bertanya berkurang A:masalah sebagian teratasi P: rencana tindakan dilanjutkan - Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai intruksi dengan
terapi fisik bila diindikasikan - Dorong klien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah
CATATAN PERKEMBANGAN Nama : Tn. F Umur : 15 Tahun
Diagnosa Ruangan Hari Ketiga
Hari/ tanggal sabtu, 27 nov 2010
Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan I
: Post op Amputasi AL Sinistra : Rindu B-3 : sabtu, 27 nov 2010
Jam
Implementasi
14.20
- meniggikan dan S: klien mengatakan menyokong puntung nyeri pada klien dengan puntungnya sudah menggunakan satu mulai berkurang bantal setelah di beri - mengkaji skala nyeri suntikan melalui klien dengan cara infus. memberikan pilihan O: klien tampak tingkatan derajat sudah mulai tenang nyeri skala nyeri 5 skala nyeri 5 (sedang) (sedang) - Injeksi yang di - Memberi obat berikan tramadol 50 analgesic non mg/ 5jam narkotik sesuai A: Masalah sebagian indikasi (tramadol 50 teratasi. mg/ 5 jam) P: Rencana tindakan - Memberi obat dilanjutkan oleh antibiotik (cefotaxim perawat ruangan 1gr/ 12 jam) - Memberi obat analgesik non narkotik asam mefenamat 250 mg/ 3x sehari
14.35
15.00
18.00
- Memberi obat analgesic non narkotik sesuai
Evaluasi
indikasi (tramadol 50 mg/ 5 jam) 18.15
20.00 Diagnosa Keperawatan II
14.20
14.35
16.35
- Mengkaji derajat S:Klien mengatakan imobilitas dengan hanya mampu sedikit cara menggerak menggerakkan puntungnya puntungnya. - Menganjurkan dan O:Kondisi baik dan membantu klien mampu sedikit menggerakkan kaki menggarakkan yang sakit dengan puntungnya. cara mengangkat kaki A:Masalah sebagian klien tuk mengatahui teratasi. kekuatan maksimal - P:Rencana - Membantu klien tindakan dilanjutkan untuk melakukan oleh perawat personal hygniene ruangan. - Memeriksa TD 130/80 mmHg setelah klien melakukan personal hygine - Memenuhi kebutuhan klien sehari-hari dengan mengambilkan diet
17.30
Diagnosa Keperawatan III
17.45 15.00
Menghitung S:klien mengatakan metode mobilitas dan sudah lebih ambulasi dengan cara mengetahui tentang membantu klien penyakitnya untuk pergerakan O:klien tampak pasif (kontraksi dan tenang, dan relaksasi) frekuensi bertanya Melatih klien berkurang
untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan bawah dengan gerakan rotasi dan relaksasi
A:masalah teratasi P: rencana tindakan dihentikan
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddath, 2002, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah, edisi 3, Jakarta: EGC Doengoes E Marlyin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan. Yakarta: EGC Jakart Laksmana, 2005, Kamus Kedokteran, djambatan, Jakarta:EGC Mansjoer Arief,2000. Kapita selekta kedokteran, jakarta: Media Aesculapius Pearce, C Evelyn,2000. Anatomi Fisiologi untuk Para Medis, Jakarta: EGC Priharjo, Roberto,2000.Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta: EGC Syaifudin,2000. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta: EGC Wikinson, 2007, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN
Amputasi adalah pengangkatan organ yang berada di luar tubuh (misal paha) dan embel – embel tubuh (misal ekor), baik sebagian maupun keseluruhan (kedaruratan medik. 2000) Amputasi adalah pengangkatan melalui pembedahan kaki karena trauma, penyakit, tumor atau anomaly kongenital; terkelupasnya kulit secara umum diperbaiki kembali untuk memudahkan penyembuhan dan penggunaan peralatan protetik (Standart Perawatan Pasien Vol. 3. 1998) Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh. Untuk amputasi tertutup, dokter bedah menutup luka dengan klap kulit yang terbuat dengan memotong tulang kira-kira dua inci lebih pendek dari pada kulit dan otot. B. ETIOLOGI
Indikasi utama bedah amputasi adalah karena : 1.
Iskemia karena penyakit reskulasisasi perifer biasanya pada orang tua seperti klien dengan artherosklerosis, diabetes mellitus.
2.
Trauma amputasi bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, tremal injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets diseae dan kelainan kengenital
C. PATOFISIOLOGI
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan dua metode : 1. Metode terbuka (guillotine) Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-benar terbuka dan di pasang drainase agar luka bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi. 2. Metode tertutup (flap amputasi) Pada metode ini kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang di amputasi, tidak semua amputasi di operasi dengan terencana, klasifikasi yang ada karena trauma amputasi. PATHWAY
D. TINGKATAN AMPUTASI
1. Ekstremitas Atas Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau tangan kiri,hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktifitas yang lainnya yangmelibatkan tangan. 2. Ekstremitas Bawah Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya. Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas terbagi menjadi dua letak amputasi yaitu : 1. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation) 2. Amputasi diatas lutut E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Foto rontgen
: Mengidentifikasi abnormalitas tulang.
Skan CT
: Mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, pembentukan hematoma.
LED
: Mengindikasikan respons inflamasi
Kultur luka
: Mengidentifikasi adanya luka / infeksi dan organisme penyebab.
Biopsy
: Mengkonfirmasikan diagnosa masa benigna / maligna.
F. PENATALAKSANAAN AMPUTASI
Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi : 1. Rigid dressing
Yaitu dengan menggunakan plester of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak. Bila tidak memasang segera dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol. Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7-10 hari post operasi dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah luka sembuh. Setelah 2-3 minggu setelah luka stump dan mature. 2. Soft dressing
Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas
lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur. G. DAMPAK MASALAH TERHADAP SISTEM TUBUH
Adapun pengaruhnya meliputi : 1. Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal. 2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis. 3. Sistem respirasi
a.
Penurunan kapasitas paru Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.
b. Perubahan perfusi setempat Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia. c.
Mekanisme batuk tidak efektif Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.
4. Sistem Kardiovaskuler
a.
Peningkatan denyut nadi Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.
b. Penurunan cardiac reserve Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup. c.
Orthostatik Hipotensi Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke
otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan. 5. Sistem Muskuloskeletal
a.
Penurunan kekuatan otot Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.
b. Atropi otot Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot. c.
Kontraktur sendi Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.
d. Osteoporosis Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos. 6. Sistem Pencernaan
a.
Anoreksia Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.
b. Konstipasi Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar. 7. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan : a.
Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.
b. Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat menyebabkan ISK. 8. Sistem integument
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN AMPUTASI
I.
PENGKAJIAN a. Pengumpulan Data
1.
Identitas Klien Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, no register dan tanggal MRS.
2.
Keluhan Utama Biasanya px mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka post op apabila di gerakkan.
3.
Riwayat Penyakit Dahulu. Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang apa pernah mengalami tindakan operasi apa tidak.
4.
Riwayat Penyakit Sekarang. Pada umumnya penderita mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.
5.
Riwayat Penyakit Keluarga. Didalam anggota keluara tidak / ada yang pernah mengalami penyakit fraktur / penyakit menular.
b. Pola – Pola Fungsi
1. Aktivitas/Istirahat Gejala
:
keterbatasan
actual
atau
antisipasi
yang
dimungkinkan
oleh
kondisi/amputasi 2. Integritas ego Tanda : ansietas, ketakutan, peka, marah, ketakutan, menarik diri, keceriaan berdaya Gejala : masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, reaksi orang lain perasaan putus asa, tidak berdaya. 3. Seksualitas Gejala
: masalah tentang keintiman hubungan
4. Interaksi social Gejala
: masalah hubungan dengan penyakit atau kondisi.
. II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Untuk klien dengan amputasi diagnosa keperawatan yang lazim terjadi adalah : 1. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh. 2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot. 3. Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya kemampuan dalam merawat diri. 4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama. 5. Potensial kontraktur berhubungan dengan immobilisasi. 6. Potensial infeksi berhubungan dengan adanya luka yang terbuka. III.
PERENCANAAN/ INTERVENSI
1. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh. a.
Tujuan : Jangka Panjang : Mobilisasi fisik terpenuhi. Jangka Pendek :
-
Klien dapat menggerakkan anggota tubuhnya yang lainnya yang masih ada.
-
Klien dapat merubah posisi dari posisi tidur ke posisi duduk.
-
ROM, tonus dan kekuatan otot terpelihara.
-
Klien dapat melakukan ambulasi.
b. Intervensi : 1) Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang diakibatkan oleh prosedur pengobatan dan catat persepsi
klien
terhadap
immobilisasi.
Rasional : Dengan mengetahui derajat ketidakmampuan bergerak klien dan persepsi klien terhadap immobilisasi akan dapat menemukan aktivitas mana saja yang perlu dilakukan. 2) Latih klien untuk menggerakkan anggota badan yang masih ada. Rasional : Pergerakan dapat meningkatkan aliran darah ke otot, memelihara pergerakan sendi dan mencegah kontraktur, atropi. 3) Tingkatkan ambulasi klien seperti mengajarkan menggunakan tongkat dan kursi roda. Rasional : Dengan ambulasi demikian klien dapat mengenal dan menggunakan alat-alat yang perlu digunakan oleh klien dan juga untuk memenuhi aktivitas klien. 4) Ganti posisi klien setiap 3 – 4 jam secara periodic Rasional : Pergantian posisi setiap 3 – 4 jam dapat mencegah terjadinya kontraktur. 5) Bantu klien mengganti posisi dari tidur ke duduk dan turun dari tempat tidur. Rasional : Membantu klien untuk meningkatkan kemampuan dalam duduk dan turun dari tempat tidur. 2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot. a.
Tujuan : Jangka Panjang : Nyeri berkurang atau hilang Jangka Pendek :
-
Ekspresi wajah klien tidak meringis kesakitan.
-
Klien menyatakan nyerinya berkurang
-
Klien mampu beraktivitas tanpa mengeluh nyeri.
b. Intervensi : 1)
Tinggikan posisi stump Rasional : Posisi stump lebih tinggi akan meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema dan nyeri.
2) Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan intensitasnya, catat perubahan tandatanda vital dan emosi. Rasional : Merupakan intervensi monitoring yang efektif. Tingkat kegelisahan mempengaruhi persepsi reaksi nyeri. 3) Berikan teknik penanganan stress seperti relaksasi, latihan nafas dalam atau massase dan distraksi. Rasional : Distraksi untuk mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri karena perhatian klien dialihkan pada hal-hal lain, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan pada otot yang menurunkan rangsang nyeri pada saraf-saraf nyeri. 4) Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : Analgetik dapat meningkatkan ambang nyeri pada pusat nyeri di otak atau dapat membloking rangsang nyeri sehingga tidak sampai ke susunan saraf pusat. 3. Gangguan pemenuhan ADL; personal hygiene kurang berhubungan dengan kurangnya kemampuan dalam merawat diri. a.
Tujuan : Jangka Panjang : Klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri. Jangka Pendek :
-
Tubuh, mulut dan gigi bersih serta tidak berbau.
-
Kuku pendek dan bersih.
-
Rambut bersih dan rapih
-
Pakaian, tempat tidur dan meja klien bersih dan rapih.
-
Klien mengatakan merasa nyaman.
b. Intervensi : 1) Bantu klien dalam hal mandi dan gosok gigi dengan cara mendekatkan alat-alat mandi, dan menyediakan air di pinggirnya, jika klien mampu. Rasional : Dengan menyediakan air dan mendekatkan alat-alat mandi maka akan mendorong kemandirian klien dalam hal perawatan dan melakukan aktivitas. 2) Bantu klien dalam mencuci rambut dan potong kuku. Rasional : Dengan membantu klien dalam mencuci rambut dan memotong kuku maka kebersihan rambut dan kuku terpenuhi. 3) Anjurkan klien untuk senantiasa merapikan rambut dan mengganti pakaiannya setiap hari. Rasional : Dengan membersihkan dan merapihkan lingkungan akan memberikan rasa nyaman klien. 4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama. a.
Tujuan : Jangka Panjang : Klien dapat sembuh tanpa komplikasi seperti infeksi. Jangka Pendek :
-
Kulit bersih dan kelembaban cukup.
-
Kulit tidak berwarna merah.
-
Kulit pada bokong tidak terasa ngilu.
b. Intervensi : 1) Kerjasama dengan keluarga untuk selalu menyediakan sabun mandi saat mandi. Rasional : Sabun mengandung antiseptik yang dapat menghilangkan kuman dan kotoran pada kulit sehingga kulit bersih dan tetap lembab. 2) Pelihara kebersihan dan kerapihan alat tenun setiap hari. Rasional : Alat tenun yang bersih dan rapih mengurangi resiko kerusakan kulit dan mencegah masuknya mikroorganisme. 3) Anjurkan pada klien untuk merubah posisi tidurnya setiap 3 – 4 jam sekali Rasional : Untuk mencegah penekanan yang terlalu lama yang dapat menyebabkan iritasi. 5. Resiko tinggi terhadap kontraktur berhubungan dengan immobilisasi. a.
Tujuan : Jangka Panjang : Kontraktur tidak terjadi. Jangka Pendek :
-
Klien dapat melakukan latihan rentang gerak.
-
Setiap persendian dapat digerakkan dengan baik.
-
Tidak terjadi tanda-tanda kontraktur seperti kaku pada persendian.
b. Intervensi : 1) Pertahankan peningkatan kontinyu dari puntung selama 24 – 48 jam sesuai pesanan. Jangan menekuk lutut, tempat tidur atau menempatkan bantal dibawah sisa tungkai, tinggikan kaku tempat tidur melalui blok untuk meninggikan puntung. Rasional : Peninggian menurunkan edema dan menurunkan resiko kontraktur fleksi dari panggul. 2) Tempatkan klien pada posisi telungkup selama 30 menit 3 – 4 kali setiap hari setelah periode yang ditentukan dari peninggian kontinyu. Rasional : Otot normalnya berkontraksi waktu dipotong. Posisi telungkup membantu mempertahankan tungkai sisa pada ekstensi penuh. 3) Tempatkan rol trokanter disamping paha untuk mempertahankan tungkai adduksi. Rasional : Kontraktur adduksi dapat terjadi karena otot fleksor lebih kuat dari pada otot ekstensor. 4) Mulai latihan rentang gerak pada puntung 2 – 3 kali sehari mulai pada hari pertama pasca operasi. Konsul terapist fisik untuk latihan yang tepat. Rasional : Latihan rentang gerak membantu mempertahankan fleksibilitas dan tonus otot. 6. Potensial infeksi berhubungan dengan adanya luka yang terbuka. a.
Tujuan : Jangka Panjang :
Infeksi tidak terjadi Jangka Pendek : -
Luka bersih dan kering
-
Daerah sekitar luka tidak kemerahan dan tidak bengkak.
-
Tanda-tanda vital normal
-
Nilai leukosit normal (5000 – 10.000/mm3)
b. Intervensi : 1) Observasi keadaan luka Rasional : Untuk memonitor bila ada tanda-tanda infeksi sehingga akan cepat ditanggulangi. 2) Gunakan teknik aseptik dan antiseptik dalam melakukan setiap tindakan keperawatan Rasional : Tehnik aseptik dan antiseptik untuk mencegah pertumbuhan atau membunuh kuman sehingga infeksi tidak terjadi. 3) Ganti balutan 2 kali sehari dengan alat yang steril. Rasional : Mengganti balutan untuk menjaga agar luka tetap bersih dan dengan menggunakan peralatan yang steril agar luka tidak terkontaminasi oleh kuman dari luar. 4) Monitor LED Rasional : Memonitor LED untuk mengetahui adanya leukositosis yang merupakan tandatanda infeksi. 5) Monitor tanda-tanda vital Rasional : Peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi dan penurunan tekanan darah merupakan salah satu terjadinya infeksi
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN
Amputasi adalah pengangkatan memalui bedah atau traumatic pada tungkai dan lengan. Pada umumnya trauma amputasi, bisa disebabkan tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti disease dan kelainan congenital. Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian dari tubuh. B. SARAN 1. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan klien mengeri dan memahami terhadap kesehatan citra tubuh yang dialaminya. Tahu tentang pengobatan dan pemulihan 2. Bagi perawat
Diharapkan dalam melakukan tindakan keperawatan hendaknya sesuai dengan masalah klien berdasarkan kebutuhan, baik psikologi dan spiritual sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA