1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan ( CHN,1977 cit R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan professional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor melalui pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat dengan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga dan kelompok. Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dalam upaya meningkatkan kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan. Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi prosesnya memiliki kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat, seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut yang akan tampak pada rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan berkesinambungan secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010).
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan keperawatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah keperawatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan empat pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat pendekatan yaitu pendekatan individu, keluarga,dan kelompok masyarakat dilakukan dengan cara masing-masing mahasiswa mengelola satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu dan keluarga binaan. Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersama-sama oleh mahasiswa melalui pengkajian data kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan Patuk sampai kegiatan evaluasi terhadap program yang dilakukan terkait masalah yang muncul.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai belum dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC, DHF dan malaria); hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan; dan perubahan dalam bidang ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat.
Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang, baik anak-anak maunpun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah ditularkan pada orang lain, bakteri Microbacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas (bronkus) atau menyerang langsung ke bagian tubuh lainnya.
TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang dapat menular. TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Laporan WHO tentang angka kejadian TBC evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 menunjukkan bahwa kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 penduduk. Secara global, angka kejadian kasus kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data ini menunjukkan bahwa kasus TBC berada di sekitar kita.
Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada diudara disekitar penderita TB. Untuk membatasi terjadinya penyakit TB paru pemerintah mengupayakan strategi untuk menanggulanginya seperti dengan mencanangkan program DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) yang mana fokus utama dari program ini adalah penemuan dan penyembuhan pasien, dengan prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular.
Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya untuk menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman anatomi sistem respirasi yang terkait erat dengan penyakit TB paru, pengertian tentang, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan (medis, keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita TB paru
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas dengan masalah TB Paru
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui definisi TB paru
Untuk mengetahui Etiologi TB Paru
Untuk mengetahui klasifikasi TB pru
Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru
Untuk mengetahui tanda dan gejala TB paru
Untuk mengetahui cara penularan Tb Paru
Untuk mengetahui Penegakan Diagnostik
Untuk mengetahui Pengobatan TB Paru
Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru
Untuk mengetahui Pencegahan TB Paru
Untuk mengetahui Prognosis TB Paru
BAB II
TINJAUAN TEORI
Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Depkes RI, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menahun yang menular yang disebabkan oleh mybacterium tuberculosis (Depkes RI, 1998). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh yang lain melaui peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002).
Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa yang hamper seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling banyak adalah paru-paru.
Etiologi
Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch (1882).
Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung.
Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering tetapi dapat mati pada suhu 60 derajad C dalam 15 – 20 menit.
Klasifikasi
Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulosis post primer. Pada tuberkulosis primer penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Dalam suasana gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang yang sehat maka akan menempel pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari cabang trakheo-bronkhial beserta gerakan silia dengan sekretnya. Sedangkan Tuberculosis Post Primer
dari TBC primer akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC post Primer. Post Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di sebagian apical posterior atau inferior pada paru. (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
Patofisiologi
Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi jarang sekali terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Bakteri terbawa masuk ke organ lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek efek primer. Sarang primer ini dapat terjadi di bagian-bagian jaringan paru. Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis hilus). Sarang primer, limfangitis local, limfadenitis regional disebut sebagai kompleks primer (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan meninggalkan cacat atau sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang) Ghon, ataupun bisa berkomplikasi dan menyebar secara perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya, secara bronkhogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus, secara limfogen, secara hematogen, ke organ lainnya (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
Tanda Dan Gejala
Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai berikut :
Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza, terkadang sampai 40-410 C.
Batuk terjadi karena iritasi bronchus, sifat batuk dimulai dari batuk non produktif kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif. Keadaan lanjut dapat terjadi hemoptoe karena pecahnya pembuluh darah. Ini terjadi karena kavitas, tapi dapat juga terjadi ulkus dinding bronchus.
Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
Nyeri dada timbul bila sudah terjadi infiltrasi ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anorexia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari (Soeparman, 1990; Heitkemper, 2000).
Cara Penularan
Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bacteri bia masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC menginfeksi hamper seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening.
Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan udara tidak bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis berkembang dengan baik dan membahayakan orang yang tinggal didalam rumah.
Penegakan Diagnistic TB Paru
Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, foto thoraks, uji tuberkulin, laboratorium, dan pemerikasaan patologi anatomi (PA). Di Indonesia sebagai standar untuk penegakan diagnosis tuberkulosis paru adalah pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis sangat cocok dengan kondisi Puskesmas dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru (Depkes RI, 2002). Oleh karena itu untuk deteksi kuman TBC digunakan pemeriksaan mikroskopis dalam menetapkan diagnosis dan pengobatan.
Pengobatan
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Tuberkulosis Paru mempunyai tujuan :
Menyembuhkan klien dengan gangguan seminimal mungkin;
Mencegah kematian klien yang sakit sangat berat
Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait
Mencegah kambuhnya penyakit
Mencegah kuman TBC menjadi resisten
Melindungi keluarga dan masyarakat terhadap infeksi (Crofton, Norman & Miller, 2002).
Sistem pengobatan klien tuberkulosis paru dahulu, seorang klien harus disuntik dalam waktu 1-2 tahun. Akibatnya klien menjadi tidak sabar dan bosan untuk berobat. Sistem pengobatan sekarang, seorang klien diwajibkan minum obat selama 6 bulan. Jenis obat yang harus diminum harus disesuaikan dengan kategori pengobatan yang diberikan (Depkes RI, 1997).
Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek selama enam bulan dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E), dan Streptomisin (Soeparman, 1990). Paduan obat anti tuberkulosis tabel 1 adalah paduan yang digunakan dalam program nasional penanggulangan tuberkulosis dan dikemas dalam bentuk paket kombipak (Depkes RI, 2002). Paduan pengobatan terbaru dengan menggunakan FDCs (Fix Dose Combinations) yaitu kombinasi dari obat anti tuberkulosis dalam satu kemasan (WHO, 2002)
Paduan Obat
Kategori
Tahap Intensif
Tahap lanjutan
Untuk Klien TUberculosis
I
II
III
2HRZE
2HRZES atau 1HRZE
2HRZ
4H3R3
5H3R3E3
4H3R3
TBC Paru baru BTA (+)
TBC Paru BTA (-) Ro (+) dengan kerusakan jaringan paru yang luas
TBC ekstra paru sakit berat
TBC paru BTA (+), kambuh
TBC paru BTA (+), gagal
TBC paru BTA (+), pengobatan ulang karena lalai berobat
TBC paru BTA (-) Ro (+)
TBC ekstra paru
Keterangan :
H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S : Streptomisin (Depkes, RI, 2002)
Angka yang berada di depan menunjukkan lamanya minum obat dalam bulan, sedangkan angka di belakang huruf menunjukkan berapa kali dalam seminggu obat tersebut diminum. Sebagai contoh 2HRZ artinya INH, Rifampicin dan Pirasinamid diminum dalam jangka waktu 2 bulan dan minumnya setiap hari. 4H3R3 artinya INH, Rifampicin diminum selama 4 bulan dan diminum 3 kali dalam seminggu (Depkes RI, 2002).
Efek samping yang ditimbulkan dari obat-obat tersebut adalah : INH : Hepatotoksik. Rifampicin dapat terjadi sindrom flu dan hepatotoksik. Pada Streptomisin dapat mengakibatkan nefrotoksik, gangguan nervus VIII cranial. Pirazinamid dapat mengakibatkan hepatotoksik dan hiperurisemia. Etambutol dapat mengakibatkan neurosis optika, nefrotoksik, skin rash atau dermatitis. Efek samping dari obat anti tuberkulosis yang tersering terjadi pada klien adalah pusing, mual, muntah-muntah, gatal-gatal, mata kabur dan nyeri otot atau tulang (Depkes RI, 2002). Agar pengobatan berhasil, efek samping dapat terdeteksi secara dini dan dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan terdekat, maka diperlukan pengawas minum obat karena ketidakteraturan minum obat dapat menyebabkan resistensi terhadap obat.
Upaya untuk mencegah terjadinya resistensi, terapi tuberkulosis paru dilakukan dengan memakai paduan obat, sedikitnya 2 macam obat yang bakterisid. Dengan memakai obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih, dan pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH (Soeparman, 1990; Depkes RI, 2001). Peran perawat komunitas untuk menghindari terjadinya resistensi obat adalah dengan selalu memantau pengobatan dengan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan akibat ketidakteraturan minum obat.
Selain menggunakan OATS ada metode lain yang dapat digunakan yaitu: Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) Adalah nama suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB paru. Strategi ini terdiri dari lima komponen yaitu:
Dukungan politik para pemimpin disetiap jenjang sehongga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan oun akan tersedia.
Mikroskop sebagai komponene utama untuk mendiagnosa TB paru melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.
Pengawasan minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum obat seluruh obatnya sehngga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum seluruh obat dan diharapkan keswembuhan pada akhir masa pengobatannya
Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.
Panduan obat anti TB paru jangka pendek yang benar, termasuk dosis, dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
Penatalaksaan Keperawatan
Tentukan apakah pasien pernah terpajan pada individu dengan TB atau tidak. Sering kali "sumber" dari infeksi tidak diketahui dan mungkin tidak pernah ditemukan. Pada saat yang sama, kontak erat pasien harus diidentifikasi sehingga mereka dapat menjalani "follow-up" untuk menentukan apakah mereka terinfeksi dan mempunyai penyakit aktif atau tes tuberculin positif. Keluhan pasien yang paling umum adalah batuk produktif dan berkeringat malam hari.
Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan TB mencakup batu produktif, kenaikan suhu tubuh siang hari, reaksi tuberkulin dengan indurasi 10 mm atau lebih dan rotgen dada yang menunjukkan infiltrat pulmonal (Niluh dan Christie, 2003).
Penatalaksanaan Diet
Terapi diet bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktivitas normal.
Terapi diet untuk penderita kasus Tuberculosis paru adalah:
Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan normal
Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar albumin serum yang rendah (75-100 gram)
Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energy total
Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energy total
Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total
Macam diet untuk penyakit TBC:
Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP I)
Energy: 2600 kkal, protein 100 gram (2/kg BB)
Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II)
Energy: 3000 kkal, protein 125 gram (2,5 gr/kg BB)
Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
Pencegahan
Vaksinasi BCG
Pembrian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai delapan minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi super infeksi meskipun biasanya tidak progresif dan menimbukan komplikasi yang berat.
Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal dengan sedapat mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat melemahkan seperti kortikosteroid dan kurang gizi.
Menghindari kontak dengan penderita aktif TB
Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus beresiko tinggi.
Menjaga stándar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang berpotensi tertular interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi tes kulit tuberculin yang tepat imunisasi BCG.
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis TB paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
Diagnosis TB ekstra paru
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lainlainnya.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS
Pengkajian
Core/ inti komunitas
Histori
Histori merupakan suatu gambaran terkait sejarah yang berkaitan dengan kondisi perkembangan suatu wilayah tertentu yang mencakup semua komponen yang terdapat dalam wilayah tersebut termasuk di dalamnya adalah perbatasan wilayah.
Demographic
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein yang berarti menulia. Jadi, demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai penduduk.(Mubarak Wahit dan Nurul Chayatin 2009).
Menurut A. Guillard (1985), demografi adalah elements de statistique humaine on demographic compares. Defenisi demografi antara lain.
Demografi merupakan studi ilmiah yang menyangkut masalah kependudukan, terutama dalam kaitannya dengan jumlah, struktur dan perkembangan suatu penduduk.
Demografi merupakan studi statistik dan matematis tentang besar, komposisi, dan distribusi penduduk, serta peruban-perubahannya sepanjang masa melalui komponen demografi, yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, dan mobilitas sosial.
Demografi merupakan studi tentang jumlah, penyebaran teritorial dan komponen penduduk, serta perubahan-perubahan dan sebab-sebabnya.
Ethnicitic
Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu (kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya kepada generasi berikutnya. Etnik berbeda dengan ras. Ras merupakan sistim pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik visik, pegmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh, dan bentuk kepala. Sedangkan budaya merupakan keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau yang diajarkan manusia kepada generasi berikutnya. (Efendi ferry dan Makhfudli ,2009).
Values and beliefs
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenal apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya baik atau buruk. Sedangkan, norma budaya adalah aturan sosial atau patokan perilaku yang dianggap pantas. Norma budaya merupakan sesuatu kaidah yang memiliki sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Nilai dan norma yang diyakini oleh individu tampak di dalam masyarakat sebagai gaya hidup sehari-hari. (Efendi ferry dan Makhfudli ,2009).
Subsistem
Lingkungan Fisik
Perumahan : rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi, dan kepadatan.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi
Ekonomi
Tingkat social ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan upah minimum regional (UMR), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuaran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
Transportasi dan Keamanan
Keamanan dan keselamatan lingkungan tempat tinggal : apakah tidak menimbulkan stress.
Politik dan pemerintahan
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan : apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan diberbagai bidang termasuk kesehatan.
Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dimanfaatkan di komuitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio, koran atau leaf let yang diberikan kepada komunitas.
Education
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meingkatkan pengetahuan?
Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka dan apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk megurangi stress. ( R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010 ).
Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang imbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari : masalah kesehatan, karakteristik populasi, dan karakteristik lingkungan. ( R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010 ).
Rencana Keperawatan
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnose keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada 2 faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber atau potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperan serta dalam pembangunan kesehatan di wilayahya.
Tahap pendidikan dan latihan
Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
Melakukan pengkajian
Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
Melatih kader
Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
Tahap formasi dan kepemimpinan
Tahap koordinasi intersektoral
Tahap ahkir
Dengan melakukan supervise atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :
Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
Demonstrasi pengolahan dan pemilihan yang baik
Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium
Bekerja dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas bila stressor dari lingkungan.
Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
Implementasi
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawat yang dihadapi. Hal-hal yang yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksaan kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah:
Melaksanakan kerja sama lintas program dan linytas sektoral dengan instansi terkait
Mengikut sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat dan kelompok dan kelompok masyarakat dalam menghatasi masalah kesehatannya.
Memanfaatkan potensi dan sumbar daya yang ada di masyarakat
Level pencagahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas terdiri atas:
Pencegahan primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan diaplikasikannya kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit
Pencegahan sekunder
Pencagahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkatb keparahan.
Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidak mampuan sambil stabil atau menetap, atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya penghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang optoimal dari ketidak mampuannya.
Evaluasi
Evaluasi di dilakukan atas respons komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang dievaluasi adalah masukan (input),pelaksanaan (proses),dan akhir akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula .Ada 4 deminsi yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian ,yaitu :Daya guna ,hasil guna , kelayakan ,kecukupan
Adapun dalam evaluasi difokuskan dalam :
Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
Perkembangan atau kemajuan proses
Efensiensi biaya
Efektifitas kerja
Dampak : apakah status kesehatan meningkat/ menurun , dalam rangka waktu berapa ?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini :
Keterangan:
= peran dari masyarakat
= Peran perawat
Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk mendirikan klien dalam menanggulangi masalah kesehatan ,pada awalnya peran perawat lebih beser dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat.
Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait lima tugas kesehatan yaitu :mengenal masalah kesehatan ,mengambil keputusan tindakan kesehatan ,merawat anggota keluarga ,menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta menfaatkan fasilitas pelayanaan kesehatan yang tersedia ,sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan .
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS DENGAN TB PARU
Asuhan keperawatan yang dilakukan di wilayah Bilalang 2 kelurahan bilalang, Kecamatan kotamobagu utar menggunakan pendekatan proses keperawatan community as partner yang meliputi pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatakan kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, pimpinan wilayah tersebut.
PENGKAJIAN
Data inti komunitas meliputi :
Data Geografi
Lokasi
Propinsi daerah tingkat 1 : Sulawesi Utara
Kabupaten / kotamadya : Kota kotamobagu
Kecamatan : Kotamobagu Utara
Kelurahan : Bilalang II
Luas Wilayah : ±3000m2
Batas daerah/wilayah
Utara : Pontodon
Selatan : Bilalang 4
Barat : Bilalang 3
Timur : Pontodon
Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Semua tanah digunakan untuk pemukiman
Data Demografi
Jumlah Penduduk : 529 jiwa
Berdasarkan jenis kelamin
No
Jenis Kelamin
Bilalang 2
%
1
Laki-laki
258
49
2
Perempuan
271
51
Total
529
100
Berdasarkan tabel diatas distribusi jenis kelamin, menunjukan bahwa sebagian besar penduduk berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 271 orang (51%), dan laki-laki 258 0rang ( 49%). Hal ini dikarenakan banyak laki-laki yang bekerja diluar daerah.
Berdasarkan kelompok usia
No
Umur/ tahun
Bilalang 2
%
1
Bayi / balita (0-5)
19
4
2
Anak – anak
60
11
3
Remaja
69
13
4
Dewasa
343
65
5
Lansia
38
7
Total
529
100
Berdasarkan tabel distribusi umur, menunjukkan bahwa kelompok umur tertinggi yaitu dewasa berjumlah 343 orang (65%) , sedangkan kelompok umur yang terendah adalah kelompok umur 0-5 tahun berjumlah 19 orang (4%).
Ethnicity
Distribusi keluarga berdasarkan ethnicity atau suku
No
Suku
Bilalang 2
%
1
Mongondow
450
85
2
Jawa
50
9
3
Bugis
29
6
Total
529
100
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat Bilalang 2 menunjukkan bahwa suku mongondow 450 orang (85%), Jawa 50 orang (9%), Bugis 29 orang (6%)
Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama
No
Agama
Bilalang 2
%
1
Islam
465
88
2
Kristen
35
7
3
Katolik
29
5
4
Hindu
0
0
5
Budha
0
0
Total
529
100
Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama, menunjukkan bahwa yang beragama islam yaitu 465 orang (88%) sedangkan yang beragama katolik 29 orang (5%), Kristen 35 0rang (7%) , hindu, budha tidak ada.
Pendidikan
No
Pendidikan
Frekuensi
Persen
%
1
Tidak tamat SD
80
15
2
SD
180
34
3
SMP
100
19
4
SMA
115
22
5
Tidak tamat D1,D2,D3
10
1,8
6
Tamat S1
24
4,5
7
>S1
1
0,1
8
Belum sekolah
19
3,5
Total
529
100
Berdasarkan table distribusi tingkat pendidikan terakhir diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir tertinggi yaitu SD sebanyak 180 orang (32%), sedangkan yang terendah yaitu >S1 sebanyak 1 orang (0,1%).
DS= dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum pernah mendapatkan informasi tentang penyakit TB paru baik dari tenaga kesehatan maupun melalui leaflet. Pada daerah tersebut belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB Paru.
Data status kesehatan
Kesehatan ibu dan anak
Jumlah ibu hamil : 3 orang
Pemeriksaan kehamilan
Teratur :3 orang (100%)
Tidak teratur : - orang (0%)
Kelengkapan imunisasi TT
Lengkap : 18 orang ( 94,74%)
Belum lengkap : 1 orang (5,26 %)
Jumlah balita : 19 orang
Pemeriksaan balita ke posyandu/puskesmas
Teratur :16 orang (84,2 %)
Tidak teratur : 3 orang (15,8 %)
Kelengkapan imunisasi sesuai usia balita
Lengkap : 16 orang (84,2%)
Belum lengkap : 3 orang (15,8 %)
DS: Hasil wawancara dengan orang tua balita menyatakan imunisasi anaknya belum lengkap (pada usia yang seharusnya sudah lengkap) dan tidak teratur karena takut dengan efek imunisasi yaitu demam dan merasa rumit untuk mengurus semuanya
Status gizi balita berdasar KMS
Garis hijau : 10orang (52,6 %)
Garis kuning : 9 orang (47,3 %)
Garis merah : - orang (0%)
DS=Dari hasil wawancara dengan orang tua balita , mengatakan tidak ada balita yang pernah berada di garis merah pada status gizinya
Keluarga berencana
Jumlah PUS : 69 orang
Keikutsertaan PUS pada program KB
Ikut program KB : 48 orang (69,5%)
Belum ikut program KB : 21 orang (30,4%)
Jenis kontrasepsi yang diikuti
IUD : 1 orang (1,4%)
PIL : 7 orang (10,1%)
Kondom : 6 orang (8,7%)
Suntik : 34 orang (49,3%)
Tdak KB : 21 orang (30,4%)
DS= dari hasil wawancara dengan warga, mayoritas dari PUS tidak ikut KB karena takut dengn efek/dampak dari kontrasepsi itu sendiri. Alasan lain karena ingin memiliki anak lagi, serta malas melakukn KB karena merasa rumit
DO= Dari jumlah PUS tersebut 67 % kurang mengerti tentang KB dan 33 % cukup mengerti tentang KB
Kesehatan remaja
Jumlah penduduk remaja : 69 orang (13 %)
Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang
Kumpul-kumpul : 34 orang ( 49,3 %)
Kursus : 2 orang ( 2,9 %)
Olahraga : 15 orang ( 21,7%)
Remaja masjid/gereja : 8 orang (11,6 %)
Lain-lain { di rumah } : 10 orang ( 14,5 %)
Kesehatan lansia
Jumlah penduduk lansia :38 orang (2,07 %)
Keadaan kesehatan lansia
Ada masalah : 17orang (44,7%)
HT,Gout Atritis,Jantung,
RPD : Strok,Paru-Paru
Tidak ada masalah :21orang (55,26%)
Distribusi penyakit di masyarakat
TB Paru : 23 orang (43,5%)
ISPA : 5 orang (11,3%)
Hipertensi : 21 orang (47,7%)
DM : 8 orang (18,18%)
Asma : 2 orang (4,5%)
Vertigo : 1 orang (2,27%)
Gastritis : 2 orang (4,5%)
Otot Dan Tulang : 11 orang (25%)
Hipotensi : 1 Orang (2,27%)
Faringitis : 1 Orang (2,27%)
Batu Ginjal : 2 orang (4,5%)
DS= Masyarakat yang menderita TB Paru tidak memeriksakan / mengontrol kesehatannya ke puskesmas. Dan bahkan mereka tidak rutin mengambil obat TB ke Puskesmas sehingga sebagian warga banyak yang mengalami putus obat dan kambuh akibat pengobatan yang tidak tuntas atau juga karena bosan/ lupa tidak minum obat TB akibat kesibukan kerja. Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang perawatan TB Paru sehingga mereka kadang-kadang meludah/ berdahak di sembarang tempat (kadang di got, di jalan umum), Tidak ada pengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita dengan orang yang sehat.
D0= warga yang memiliki pengetahuan tentang TB paru sebanyak 23%
Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak 57%
Data Subsystem meliputi
Lingkungan Fisik
Sumber air dan air minum
Penyediaan air bersih
PAM : 136 KK(99,3%)
Sumur : 1 KK(0,7%)
Penyediaan air minum
PAM : 75 KK(54,7%)
Aqua : 62 KK(45,3%)
Pemanfaatan air minum
PAM :75KK (54,7%)
Air minum steril :62 KK (45,3%)
Pengelolaan air minum
Selalu dimasak : 118 KK (86,1%)
Kadang dimasak dimasak :14 KK (10,2%)
Tidak pernah dimasak : 5 KK (3,6%)
Saluran pembuangan air/ sampah
Kebiasaan membuang sampah
Diangkut petugas : 137 KK (100%)
Pembuangan air limbah
Got :137 KK (100%)
Keadaan pembuangan air limbah
Meluber kemana – mana : 1 KK (0,73%)
Lancar : 136 KK (99,27%)
Kandang ternak
Kepemilikan kandang ternak
Ya : 7 KK (5,1%)
Tidak : 130 KK (94,9%)
Letak kandang ternak
Diluar rumah : 7 KK (100%)
Jamban
Kepemilikan jamban
Memiliki jamban : 137 KK (100%)
Macam jamban yang dimiliki
Septi tank :129 KK (94,2%)
Sumur cemplung :8 KK(5,9%)
Keadaan jamban
Bersih : 132 KK (96,4%)
Kotor : 5 KK (3,6%)
DS: sebagian warga membersihkan jambannya tiap seminggu sekali
Bila tidak mempunyai jamban berak di
WC umum : -KK (%)
Jamban tetangga : -KK (%)
Sungai : -KK (%)
Sawah : -KK (%)
Keadaan rumah
Type rumah
Type A (tembok) : 134 KK (97,8%)
Type B ( ½ tembok) : 3 KK (2,2%)
Status rumah
MIlik Rumah sendiri : 135 KK (98,5%)
Kontrak : 2 KK (1,5%)
Lantai Rumah
Tegel / semen : 137 KK (100%)
Ventilasi
Ada : 90 KK (65,69%)
Tidak ada : 47 KK (34,31%)
DS=hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 60 % dari warga yang memiliki ventilasi, tidak pernah membuka jendela nya
Luas kamar tidur
Memenuhi syarat :115 KK (83,9%)
Tidak memenuhi syarat :22 KK (16,1%)
Penerangan rumah oleh matahari
Baik : 70 KK (51,1%)
Cukup : 23 KK (16,79%)
Kurang : 44 KK (32,10%)
DO= hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam rumah tampak gelap
Halaman rumah
Kepemilikan pekarangan
Memiliki : 18 KK(13,1%)
Tidak memiliki : 119 KK(86,9%)
Pemanfaatan pekarangan
Ya : 18 KK(100%)
Jenis pemanfaatan pekarangan rumah
Tanaman : 18 KK(100%)
Keadaan pekarangan
Bersih :18 KK (100%)
Fasilitas Umum Dan Kesehatan
Fasilitas umum
Sarana Pendidikan Formal
jumlah TK : 1 Buah
Jumlah SD/sederajat : 1 Buah
Jumlah SLTP/sederajat : 1 Buah
Jumlah SMU/sederajat : - Buah
Jumlah PT/sederajat :- Buah
Fasilitas kegiatan kelompok
Karang taruna : 1 Kelompok
Pengajian : 1 Kelompok
Ceramah Agama : 2 X/Bulan
PKK : 2 X / Bulan
Sarana ibadah
Jumlah masjid :2 Buah
Mushola :1 Buah
Gereja : 1 Buah
Pura/vihara : - Buah
Sarana olahraga
Lapangan sepak bola : 1 Buah
Lapangan bola voli : - Buah
Lapangan bulu tangkis : - Buah
Lain-lain : - Buah
Fasilitas kesehatan
Jenis fasilitas kesehatan
Puskesmas pembantu :1 buah
Jarak dari desa : 1 Km
Puskesmas : - Buah
Jarak dari desa : - Km
Rumah sakit : - buah
Jarak dari desa : - Km
Praktek Dokter Swasta : - Buah
Praktek Bidan : 1 Buah
Praktek Kesehtan Lain : - Buah
Tukang gigi : - Buah
Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Puskesmas pembantu :1 Buah
Puskesmas :Buah
Rumah Sakit :Buah
Praktek Dokterwasta :Buah
Praktek Bidan :Buah
Praktek Kesehtan Lain :Buah
Tukang Gigi :Buah
Sosial ekonomi
Karakteristik pekerjaan
Jenis pekerjaan
PNS / ABRI : 9 jiwa (4,1%)
Pegawai swasta : 28 jiwa (12,8%)
Wiraswasta : 17 jiwa (7,8%)
Buruh tani/ pabrik : 162 jiwa (74,3%)
Pensiun : 2 jiwa (0,9%)
Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
Penduduk bekerja : 218 jiwa (52,9%)
Penduduk tidak bekerja : 194 jiwa (47,08%)
Pusat kegiatan ekonomi
pasar tradisional : -buah
Pasar swalayan : - buah
Pasar kelontong : - buah
Penghasilan rata – rata perbulan
< dari 450.000/bulan :7 KK(4,8%)
Rp450.000-Rp 600.000 :28 KK(19,0%)
Rp 600.000-Rp 800.000 :60 KK(40,8%)
>Rp 800.000/bulan :52 KK(35,4%)
Pengeluaran rata – rata perbulan
Rp150.000-Rp 300.000 :6 KK(4,5%)
300.000-500.000 :23 KK(17,3%)
>Rp 500.000/bulan :104 KK(78,2%)
Kepemilikian industry
Ada
Jenis industri kecil
Makanan
Keamanan dan transportrasi
Keamanan
Sarana keamanan
Poskamling : 1 Buah
Pemadam Kebakaran : Buah
Instansi Polisi : Buah
Transportasi
Fasilitas Tranportasi
Jalan raya :500 m
Jalan tol :-m
Jalan setapak : 300 m
Alat transportasi yang dimiliki
Tidak Punya : 13jiwa (9%)
Sepeda Pancal : 31 Jiwa (21,7%)
Mobil : 10 Jiwa (6,9%)
Sepeda Motor : 85 Jiwa (59,4 % )
Becak : 4 Jiwa (2,8%)
Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
Angkutan / kendaraan umum : 13 jiwa (9,5%)
Kendaraan pribadi : 124 jiwa (90,5%)
Politik dan Pemerintahan
Stuktur organisasi pemerintahan
Ada
Kelompok pelayanan kepada masyarakat ( PKK, karang taruna, panti, LKMD, posyandu)
Ada
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan
Ada
Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan
Tidak ada
Komunikasi
Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat
Radio : 54 jiwa (39,4%)
TV : 129 jiwa (94,2%)
Telepon :137 jiwa (100%)
Majalah / Koran : 31 jiwa (22,6%)
Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat
Papan pengumuman (100%)
Rekreasi
Tempat Wisata Alam :- Buah
Kolam Renang :- Buah
Taman Kota :- Buah
Bioskop :- Buah
ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Problem
1.
DS:
Dari hasil wawancara dengan warga bahwa Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang perawatan TB Paru sehingga mereka kadang-kadang meludah/ berdahak di sembarang tempat (kadang di got, di jalan umum)
Tidak ada pengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita dengan orang yang sehat.
DO:
Warga yang memilki pengetahuan tentang TB paru sebanyak 23%
Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak 57%
Penerangan rumah oleh matahari yang kurang sebanyak 44 KK (23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam rumah tampak gelap
Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TB paru
Resiko penularan penyakit TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara
2.
DS:
Dari hasil wawancara dengan warga bahwa masyarakat yang menderita TB Paru tidak memeriksakan / mengontrol kesehatannya ke puskesmas
Dari hasil wawancara dengan warga bahwa mayoritas masyarakat tidak rutin mengambil obat TB ke Puskesmas
Dari hasil wawancara dengan warga bahwa sebagian masyarakat banyak yang mengalami putus obat dan kambuh akibat pengobatan yang tidak tuntas atau juga karena bosan/ lupa tidak minum obat TB akibat kesibukan kerja.
Hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 60 % dari warga yang memiliki ventilasi, tidak pernah membuka jendela nya
DO:
Jumlah penderita TB Paru TB Paru sebanyak 23 orang (43,5%)
Warga yang belum memiliki ventilasi sebanyak 47 KK (34,31 %)
Penerangan rumah oleh matahari yang kurang sebanyak 44 KK (23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dan ruangan di dalam rumah tampak gelap
Kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru
Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di Bilalang 2 Kelurahan bilalang kecamatan Kotamobagu utara
3.
DS:
Dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum pernah mendapatkan informasi tentang penyakit TB paru baik dari tenaga kesehatan maupun melalui leaflet.
Dari hasil wawancara ternyata Pada daerah tersebut belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB Paru.
DO:
fasilitas pelayanan kesehatan di daerah tersebut hanya terdapat 1 buah puskesmas pembantu
Pendidikan warga yang lulusan SD sebanyak 180 KK (47,2 %)
Pendidikan warga yang lulusan SD sebanyak 101 KK (26,5 %)
Warga yang tidak bersekolah sebanyak 24 KK (6,3%)
Warga yang memilki pengetahuan tentang TB paru sebanyak 23%
Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak 57%
Kurangnya peranan fasilitas pelayanan kesehatan
Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara
Diagnosa Keperawatan
Resiko penularan penyakit TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TB paru
Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru
Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan kesehatan
Penapisan Masalah
Masalah Kesehatan
Perhatian masyarakat
Poin prevalensi
Tingkat bahaya
Kemungkinan untuk dikelola
Skor
Resiko penularan penyakit TB paru Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara
4
3
4
3
14
Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara
4
4
4
3
15
Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara
1
3
3
3
10
NO
KRITERIA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1
2
3
1.
Sesuai dengan peran perawat komunitas
5
5
5
2.
Jumlah yang beresiko
4
5
4
3.
Besarnya resiko
5
5
4
4.
Kemungkinan untuk penkes
5
5
5
5.
Minat masyarakat
2
4
4
6.
Kemungkinan untuk diatasi
4
3
4
7.
Sesuai dengan program pemerintah
5
5
5
8.
Sumber daya tempat
4
4
3
9.
Sumber daya waktu
3
4
3
10.
Sumber daya dana
4
4
2
11.
Sumber daya peralatan
3
4
2
12.
Sumber daya orang
2
3
2
Jumlah skor
46
49
43
Keterangan:
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5: Sangat Tinggi
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Utama
Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru
Resiko penularan penyakit TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TB paru
Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan kesehatan
Perencanaan
No
Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka panjang
Intervensi
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu diharakan tidak terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB
Setalah dilakukan tindakan keperawatan masyarakat dapat:
Semua penduduk yang menderita TB Paru memeriksakan kesehatannya ke puskesmas
Masyarakat rutin mengambil obat TB di puskesmas
Masyarakat yang menderita TB Paru tidak mengalami putus obat dan Rutin minum obat
Masyarakat membuka jendela kamarnya
Warga yang belum memiliki ventilasi dapat membuat ventilasi
Pencahayaan yang cukup
Identifikasi factor internal dan eksternal yang dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi untuk memeriksakan diri ke puskesmas
Identifikasi penyebab masyarakat tidak engambil obat di puskesmas
Identifikasi penyebab masyarakat putus obat
Beri penyuluhan tentang tentang penyakit TB Paru dan akibat bila tidak mengkonsumsi obat dengan benar serta penyebab putus obat
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu diharakan tidak terjadi penyakit TB paru
Setalah dilakukan tindakan keperawatan masyarakat dapat:
Masyarakat tahu tentang perawatan TB Paru
Masyarakat dapat mengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita dengan orang yang sehat.
Warga yang memilki pengetahuan tentang TB paru
Warga memilki cukup pengetahuan TB paru
Penerangan rumah oleh matahari cukup
Pencahayaan dalam rumah tampak terang
Berikan penyuluhan tentang perawatan penyakit TB pru
Jelaskan kepada masyarakat untuk mengkususkan alat tenun dan makan antara penderita TB dan orang sehat
Jelaskan kepada masyarakat pentingnya penerangan rumah oleh matahari
Anjurkan masyarakat untuk meiliki pencahayaan dalam rumah yang terang
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu diharapkan pengetahuan masyarkat meningkat tentang TB Paru serta peranan fasilitas pelayanan kesehatan meningkat
Setalah dilakukan tindakan keperawatan masyarakat dapat:
Pengetahuan masyarakat tentang TB Paru meningkat (80%)
Masyarakat mengetahui tentang TB paru, penyebab, cara pencegahan dan penularan
Adanya penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang TB Paru
Fasilitas pelayanan kesehatan di daerah tersebut meningkat
Identifikasi pengetahuan masyarakat tentang TB Paru
Lakukan penyuluhan kesehatan tentang TB paru(pengertian, penyebab, cara pencegahan dan penularan)
Anjurkan untuk meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan menyimak pada permasalahan yang terjadi di Desa Bilalang 2 dapat kita tarik kesimpulan bahwa Desa bilalang 2 masih memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pemerintah provinsi terutama di bidang pendidikan dan bidang kesehatan yang perlu di berikan perhatian lebih begitupun dengan bidang-bidang lainnya yang memerlukan tindakan nyata dan perhatian juga dari semua pihak.
Saran
Untuk puskesmas
Lebih memaksimalkan program pelayanan kesehatan
Adanya pembinaan pola hidup bersih dan sehat
Untuk masyarakat desa Bilalang 2
Masyarakat desa Inobonto hendaknya lebih menyadari akan pentingnya kesehatan dan pendidikan bagi kelangsungan masa depan putra-putri desa bilalang 2
Masyarakat desa lebih meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa, termasuk program yang berhubungan dengan kesehatan dan pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Efendi Ferry, Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika : Jakarta
Fallen R., Dwi Budi R. (2010). Keperawatan Kommunitas. Nuha Medika : Yogyakarta
Mubarak
Faisalado Candra widyanto (2014) Keperawatan komunitas dengan pendekatan praktis Nuha medika : Yogyakarta
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC