qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq APLIKASI KOLOID DALAM wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui PROSES PENJERNIHAN AIR Makalah Kimia Dasar (kayaknyaa) opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc Lawlet a.k.a comics holic vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas Tahun 2008 yang stuck stuck in the moment moment
Ngeupload buat mengenang masa muda,,hehehe
BAB I PENDAHULUAN
1
“When drink the water remember the spring” , kalimat tersebut terpampang dalam sebuah papan pengumuman di samping alat setinggi 15 meter berbentuk penyaring air yang terlihat di air terjun Iguacu di perbatasan BrasilArgentina, pada Sabtu, 22 Maret 2008 lalu. Aksi itu digagas oleh World Wildlife Fund (WWF) untuk memperingati Hari Air se-Dunia sekaligus menekankan pentingnya melindungi sumber air di tengah ancaman perubahan iklim.Tetapi apa yang dilakukan bangsa kita di tengah issue global warming yang mengisyaratkan bahwa alam kita sudah berubah, tak lain hanyalah meneguk terus SDA tanpa memperhatikan lingkungan, tanpa tahu betapa rentanya alam kita. Hari Air se-Dunia seakan menjadi pembuktian bahwa bangsa ini tidak menghargai lingkungan, moral kita sudah mencapai titik nadir. Padahal setiap orang mengetahui dengan pasti, bahwa bila menginginkan suatu perubahan harus dimulai dari dirinya sendiri. Bangsa yang nasibnya naas ini seakan tak ambil pusing pusing dengan dengan ‘spring’ ‘spring’ yang merupaka merupakan n modal sampai generasi generasi yang akan akan datang. Betapa tidak, fakta yang menunjukkan sungai Citarum yang merupakan sumber air minum bagi DKI Jakarta, Kab. Bekasi, Kab. Karawang, Kab. Purwakarta, Kab. Bandung, Kota Bandung, dan Kab Cimahi ini berada pada indeks pencemaran D, yaitu tercemar berat.
2
Tercemarnya sungai-sungai di Indonesia, khususnya Sungai Citarum oleh limbah industri dan rumah tangga merupakan pematik terjadinya penurunan mutu air. Oleh karena karena itu, aplikasi aplikasi koloid dalam dalam proses proses penjernihan penjernihan air air sangat diperlukan. Betapa tidak, bila tidak ada langkah pasti dan tidak ada penanggulangan
terhadap
pencemaran
ini
dari
pemerintah,
bagaimana
masyarakat dapat memanfaatkan memanfaatkan air sungai sungai yang telah tercemar tercemar berat ini sebagai sumber air baku? Apabila menunggu kesadaran masyarakat untuk menghentikan ‘budaya’ merusak lingkungan sepertinya tidak mungkin. Maka, untuk 1 2
http://www.pikiranrakyat.com Setiawan Wangsaatmaja(Pikiran Rakyat:edsisi 28 Januari 2008) hal 25
2
menjadikan air yang tercemar layak diminum diterapkan pengolahan air bersih pada PDAM.
3
BAB II APLIKASI KOLOID DALAM PROSES PENJERNIHAN AIR
Sistem koloid merupakan suatu bentuk bentuk campuran campuran (sistem (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi 3
yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti berarti partikel partikel terdispersi terdispersi tidak tidak terpengar terpengaruh uh oleh gaya gaya gravitasi gravitasi atau gaya gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak mengalami pengendapan. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi). Sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi produksi skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid banyak banyak kita jumpai jumpai dalam kehidup kehidupan an sehari-ha sehari-hari, ri, terutama terutama dalam dalam proses proses penjernihan air. Proses Proses penjernihan penjernihan air untuk untuk mendapatka mendapatkan n air yang berkualit berkualitas as telah dilakukan oleh manusia beberapa abad yang lalu. Pada tahun 1771, di dalam edisi pertama Encyclopedia Britanica telah dibicarakan fungsi filter (filtrasi) sebagai sistem penyaring untuk mendapatkan air yang lebih jernih. Perkembangan selanjutnya dari proses pengolahan air minum, telah menghasilkan bahwa pembubuhan zat pengendap atau penggumpal (koagulan) dapat ditambahkan sebelum proses penyaringan (filtrasi). Selanjutnya proses penggumpalan yang ditambahkan dengan proses pengendapan (sedimentasi) dan penyaringan (filtrasi) serta menggunakan zat-zat organik dan anorganik adalah merupakan awal dari cara pengolahan air. Kini ilmu pengetahuan telah berkembang dengan cepatnya, telah diciptakan/didesain sarana pengolahan air minum dengan berbagai sistem. sistem. Sistem pengolahan air minum yang dibangun tergantung dari kualitas sumber air bakunya, dapat berupa pengolahan lengkap atau pengolahan sebagian. Pengolahan lengkap adalah pengolahan air minum secara fisik, kimia dan biologi. 3
http://id.wikipedia.org/wiki/sistem_koloid
4
Pengap Pengaplik likasi asian an pengol pengolaha ahan n air air secara secara lengka lengkap p ini ini ditera diterapka pkan n dala dalam m indust industri ri pengolahan air bersih (PDAM). 4
Pengolahan air bersih secara lengkap didasarkan pada sifat-sifat koloid , yaitu: 1. Adsorpsi Adsorpsi adalah penyerapan ion atau penyerapan listrik pada permukaan koloid (partikel-partikel koloid bermuatan listrik). 2. Koagulasi Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel koloid. Bahan-bahan yang yang diperlukan diperlukan dalam proses penjernihan air antara lain : 1. Tawas (A (Al2(SO4)3) 2. Karb Karbo on Ak Aktif tif 3. Klor Klorin in/K /Kap apor orit it 4. Kapu Kapurr Toho Tohor r 5. Pasir Berikut bagan pengolahan air bersih pada PDAM:
4
Purba, Michael. 2002. Kimia Untuk SMA Kelas XI . Jakarta: Erlangga.
5
Berikut uraian mekanisme kerja pengolahan air bersih pada bagan di atas: 1. Air sungai sungai dipomp dipompakan akan ke ke dalam dalam bak prased prasediment imentasi asi Dalam bak prasedimentasi ini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi. 2. Lumpur Lumpur dibuang dibuang dengan pompa, pompa, sedangka sedangkan n air dialirkan dialirkan ke dalam bak bak ventury ventury Pada tahap ini dicampurkan Al 2(SO4)3 (tawas) dan gas klorin (preklorinasi). Ion Al
3+
yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk
partikel koloid Al(OH) 3 yang bermuatan positif melalui reaksi: reaksi: Al
3+
+ 3H2O
→
Al(OH)3 +
3H
+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi, sehingga lumpur lebih mudah disaring. Selain itu, tawas yang membentuk koloid Al(OH)3 dapat mengadsor mengadsorpsi psi zat-zat zat-zat warna warna atau zat-zat zat-zat pencermar seperti detergen dan pestisida. Sedangkan gas klorin berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan). Selanjutnya ditambahkan karbon aktif (bila tingkat kekeruhan air baku tinggi). Karbon aktif ini berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air baku. 3. Air baku baku dari bak ventury ventury yang telah dicampur dicampur dengan dengan bahanbahan-bahan bahan kimia dialirkan ke dalam accelator Dalam bak accelator terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara gravitasi. 4. Air yang seteng setengah ah bersih bersih dari accelato accelatorr dialirkan dialirkan ke dalam dalam bak saringan saringan pasir pasir Dari bak pasir diperoleh air yang hampir bersih, karena sisa flok akan tertahan oleh saringan pasir. 5. Air dalam dalam bak bak pasir pasir dialirk dialirkan an ke dalam siphon siphon Di dalam siphon air yang hampir bersih ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (post klorinasi) untuk mematikan hama. 6. Air yang sudah sudah memenuhi memenuhi standar standar bersih bersih dari dari bak siphon siphon dialirk dialirkan an ke reservoar.
6
7. Air siap siap dikon dikonsum sumsi si kons konsume umen n Proses pengolahan air bersih pada industri pengolahan air bersih (PDAM) yang telah telah diuraikan diuraikan di atas disebut disebut sebagai sebagai pengolahan pengolahan air minum minum sistem sistem konvensional, seperti yang dipergunakan oleh hampir seluruh PDAM di Indonesia. Proses itu disebut disebut konvensional konvensional karena karena teknologi yang digunakan digunakan dalam pengolahan air tersebut kurang maju. Selain itu, dengan banyaknya industri yang tumbuh di sepanjang sungai terutama industri dengan tingkat pencemaran berat berat seperti seperti tektil, tektil, logam, logam, kimia dan dan lain-lain, lain-lain, serta serta tingginy tingginyaa tingkat tingkat pertumbuhan dan aktivitas manusia, telah mengakibatkan pencemaran pada sungai-sungai yang merupakan sumber air baku utama bagi produksi air minum di kota-kota besar, pengolahan air yang diterapkan oleh PDAM di Indonesia ini dinilai masih belum bisa menghasilkan air yang layak bagi konsumen karena pemurnian air belum 100% menghilangkan zat pencemar.
7
BAB III PENUTUP
SIMPULAN
Untuk meningkatkan kualitas air baku yang tercemar limbah industri dan limbah rumah tangga, pengaplikasian koloid dalam proses pengolahan air bersih PDAM dinilai sangat penting. Pengolahan air bersih pada PDAM ini termasuk pengolahan air secara lengkap, yakni pengolahan secara fisik, kimia, dan biologi. Akan tetapi, pengolahan air yang diterapkan PDAM di Indonesia ini dinilai masih konvensional. Maka dari itu, sungguh sangat mahal ongkos ongkos yang harus dibayar jika sungai-sungai di Indonesia tercemar.
SARAN
Dikarenakan pengolahan air bersih PDAM di Indonesia
masih
konvensional dan air yangdihasilkan belum ‘terbebas’ dari dari zat pencemar, pencemar, untuk mengatasi hal ini, sebaiknya PDAM di Indonesia mengembangkan: 1. Teknologi Teknologi Pengolahan Pengolahan Air Sistem Maju (advanced (advanced system) system) Salah satu negara negara yang telah mengemban mengembangkan gkan advanced advanced system system adalah adalah Jepang. Teknologi ini mengkombinasikan sistem ozonasi dan penyerapan dengan karbon yang diaktivasi secara Biologis (Biological Activated Carbon = BAC).
Sistem baru baru tersebut dapat menyisihkan bau apek, menjadi air yang
layak bagi konsumen. Selain itu proses ini mampu menyisihkan surfaktan anionik, zat organik dan anorganik yang bersifat toxic (racun) sebesar 80%. 2. Perekayasa Perekayasaan an peralatan peralatan sistem sistem pengol pengolahan ahan air bersih bersih dalam pembangun pembangunan an instalasi pengolahan air Untuk mengurangi kadar logam berat yang terkandung dalam air diterapkan sumur bor berkedalaman 200m yang diaplikasikan diaplikasikan dari teknologi teknologi lingkungan pertambangan. Prosesnya diawali dengan aerasi dan oksidari , kemudian diikuti oleh koagulasi, flokulasi, pengendapan filtrasi, dan adsorpsi yang dilakukan menggunakan kolom-kolom yang masing-masing berisi zeolit 1200 kg,pasir aktif 1200 kg, dan karbon aktif 625 kg.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 1990. Kimia Larutan . Bandung: Institut Teknologi Bandung. Brady, James E. 1999. Kimia Universitas . Jakarta : Binarupa Aksara. Day, R.A dan Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif . Jakarta: Erlangga. http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/Kimia% 201.htm http://id.wikipedia.org/wiki/sistem_koloid http://sistemkoloid II.blogspot.com/ http://www.tekmira.esdm.go.id/kp/Lingkungan/rekayasaalat.asp Keenan dkk. 1996. Kimia untuk Universitas . Jakarta: Erlangga. Martin, Alfred dkk. 1993. Farmasi Fisik . Jakarta: Universitas Indonesia. Purba, Michael. 1997. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga. Purba, Michael. 2002. Kimia Untuk SMA Kelas XI . Jakarta: Erlangga. Purba, Michael. 2003. Kimia 2000 . Jakarta: Erlangga Respati. 1981. Dasar-dasar Ilmu Kimia . Jakarta: Prineka Cipta. Sudarmo, Unggul. 2005. Kimia Untuk SMA Kelas XI . Jakarta: Erlangga. Sutresna, Nana dan Dindin Solehudin. 2003. Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama. Sutresna, Nana. 2005. Kimia Untuk SMA Kelas XI Semester 2. Bandung: Grafindo Media Pratama. Tim Kimia. 1994. Kimia 2. Jakarta: Yudhistira.
9