ANALISIS KOMPREHENSIF KEKUATAN ISLAM DI INDONESIA DALAM MENYONGSONG KEBANGKITAN ISLAM
Makalah ini dibuat dengan sebagaimana mestinya diajukan untuk memenuhi kriteria nilai dalam tugas UAS Mata Kuliah Tsaqofah Islamiyah
Disusun Oleh:
Ma’rifah (41502069)
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI MPS 2015 A Jl. Raya Bojongsari, Pondok Rangga Sawangan, Depok 16517
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Sempurna pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini ini sesuai dengan apa apa yang diharapkan yang yang berjudul “Analisis Komprehensif Kekuatan Islam Di Indonesia dalam Menyongsong Kebangkitan Islam” . Dengan harapan semoga makalah ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua, terutama bermanfaat bagi penulis untuk memenuhi kriteria nilai UAS Tsaqofah Islamiyah, Aamiin. Tidak lupa kami haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak/orang yang telah membantu menyelesaikan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, terutama kepada : 1. Bapak Azis Budi Setiawan, SEI., MM selaku Pembimbing MPS 2015 A STEI SEBI 2. Ust Aries Hermawan, SEI selaku sela ku dosen mata kuliah Tsaqofah Islamiyah di STEI SEBI 3. Dosen-dosen yang telah memberi wawasan dalam pelajaran 4. Orang tua serta saudara-saudara yang telah memberi dukungan sehingga penulis dapat mengikuti perkuliahan ini 5. Teman-teman seperjuangan di STEI SEBI yang telah membantu mendukung proses perkuliahan ini berlangsung dan yang telah bersama penulis menimba ilmu di STEI SEBI Akhirnya penulis telah berusaha dengan sebaik mungkin. Namun sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik bentuk, isi maupun teknik penyajiannya, oleh sebab itu penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan mengharapkan koreksi koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.
Depok, 28 Desember 2016 PENULIS
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A.
Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B.
Tujuan Penulisan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2 1.
Letak Geografis ..................................................................................................... 2
2.
Sumber Daya Alam (SDA) ................................................................................... 3
3.
Sumber Daya Manusia ......................................................................................... 4
4.
Karakter Masyarakat Indonesia ......................................................................... 5
5.
Stabilitas Ekonomi ................................................................................................ 8
6.
Dinamika Politik ................................................................................................... 9
7.
Pertumbuhan Dakwah ........................................................................................ 14
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 16 A.
KESIMPULAN ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang terdiri atas beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil. Pulau utama di Indonesia antara lain: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan juga Irian. Jika didasarkan pada angka statistik, wilayah territorial Indonesia didominasi lautan dengan perbandingan 4:1 dengan daratan. Meski demikian, jika semua pulau di Indonesia digabungkan menjadi satu, maka ia akan menempati urutan ke-15 negara terluas di dunia. Jika didasarkan pada letak geografis Indonesia, maka ia termasuk ke dalam kawasan regional Asia Tenggara. Letak geografis ini dianggap sebagian ahli sangat strategis sebab ikut membentuk Indonesia sebagai salah satu Negara potensial di dunia. Indonesia sebagai negara muslim memiliki potensi yang unggul jika dibandingkan dengan negara muslim yang lain karena kekuatan Indonesia dalam menyongsong kebangkitan islam di indonesia. Kebangkitan dunia Islam sebenarnya sudah banyak dipaparkan dalam alQuran. Misalnya, dalam al-Quran Surat Al-Maidah ayat 54. Disitu disebutkan ciri-ciri satu kaum yang dijanjikan Allah yang akan meraih kemenangan: mereka dicintai Allah dan mereka mencintai Allah; mereka saling mengasihi sesama mukmin; mereka memiliki sikap ‘izzah terhadap orang-orang kafir; mereka berjihad di jalan Allah; dan mereka tidak takut dengan celaan orangorang yang memang suka mencela. Kaum seperti inilah yang harus mampu dibentuk oleh umat Islam, khususnya lembaga-lembaga pendidikan Isl am.
B. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah yang berjudul “Analisis Komprehensif Kekuatan Islam di Indonesia dalam Menyongsong Kebangkitan Islam” ini adalah untuk dapat mengetahui kekuatan islam di Indonesia saat ini demi kebangkitan bangsa dengan menganalisis melalui beberapa faktor yang menjunjung tinggi Indonesia.
1
BAB II PEMBAHASAN 1. Letak Geografis
Secara geografis, Indonesia diapit dua samudera dan juga dua benua, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik serta Benua Asia dan Benua Australia. Secara detil, pada bagian barat laut Indonesia berbatasan dengan Benua Asia. Sedangkan pada bagian Tenggara, Indonesia berbatasan dengan Benua Australia. Pada arah barat, wilayah Indonesia berbatasan dengan Samudera Hindia dan sebelah timur laut berbatasan dengan Samudera Pasifik. Batas-batas geografis ini memberi sejumlah pengaruh bagi Indonesia sebagai sebuah Negara dengan kebudayaan yang beragam. Dengan diapit dua benua dan dua samudera ini membuat Indonesia sangat strategis karena dilalui oleh persimpangan lalu lintas internasional baik itu di udara dan juga di laut. dengan letak geografis tersebut Indonesia kemudian dilalui oleh angin monsoon atau muson. Angin ini berganti arah sebanyak dua kali di dalam satu tahun. Kehadiran angin muson ini membuat Indonesia hanya memiliki dua musim yakni penghujan dan kemarau. Akibat dari letak geografis ini juga menyentuh aspek budaya yang ada di Indonesia, Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam dari berbagai suku bangsa. Suku- suku bangsa di Indonesia terpisah di berbagai pulau. Hal ini menyebabkan keberagaman budaya tercipta dan bahkan terkadang terjadi asimilasi serta akulturasi budaya lokal dengan budaya asing. Letak geografis Indonesia yang strategis sangat berpengaruh terhadap kondisi yang ada di Indonesia mulai dari aspek sosial, budaya, ekonomi dan sumberdaya seperti yang dijelaskan diatas. Sehingga potensi ini harus dimanfaatkan secara benar sebagai salah satu kekuatan Indonesia dalam menyongsong kebangkitan. Letak yang strategis memudahkan kaum muslim Indonesia untuk menyebarkan Islam secara luas. Interaksi dan kerjasama yang terjalin antara Indonesia dengan bangsa lain inilah sebagai media perluasan Islam dan media dakwah yang mengenalkan identitas Islam. Yang mana sesungguhnya Islam itu Kaffah. Artinya, Islam itu mengatur seluruh sisinya,
2
yang terkait urusan iman, akhlak, ibadah, mu’amalah, urusan pribadi, rumah tangga, masyarakat, negara, dan yang lainnya sudah diatur dalam Islam. 1
2. Sumber Daya Alam (SDA)
Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini. Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak dapat diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terusmenerus akan habis. Minyak bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas., minyak bumi dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal dari lingkungan perairan.Perubahan tekanan dan suhu panas selama jutaaan tahun ini kemudian mengubah materi dan senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis bahan tambang tersebut.2 Dengan Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat berlimpah ini dapat menjadikan bangsa Indonesia menjadi pusat peradaban islam berikutnya dengan Merujuk pada hadis Nabi SAW dari Ibni Abi Syaibah dan Nu'aim bin Hammad dalam Al Fitan dan Ibnu Majah dan Abu Nu'aim dari Ibnu Mas'ud, katanya: "Ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba datang sekumpulan anakanak muda dari kalangan Bani Hasyim. Apabila terlihat akan mereka, maka kedua mata Rasulullah berlinang air mata dan wajah beliau berubah. Akupun bertanya: "Mengapakah kami melihat pada wajahmu, sesuatu yang kami tidak sukai?". Beliau menjawab: "Kami Ahlul bait telah Allah pilih untuk kami akhirat lebih dari dunia, kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran sepeninggalanku kelak, sampai datangnya suatu kaum dari sebelah Timur yang membawa bersama mereka panji-panji berwarna hitam. Mereka meminta kebaikan, tetapi tidak diberikannya. Maka mereka pun berjuang dan memperoleh kemenangan. Lalu diberikanlah apa yang mereka minta itu, tetepi mereka tidak menerimanya hingga mereka menyerahkannya kepada seorang lelaki dari kaum kerabatku yang memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi dipenuhi dengan kedurjanaan.
1
http://belajarilmugeografi.blogspot.co.id/2013/04/letak-geografis-indonesia-dan.html
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam
3
Siapa diantara kamu yang sempat menemuinya, maka datangilah mereka walalupun merangkak di atas salji. Sesungguhnya dialah Al Mahdi. " Dari Hadits tersebut ditunjukan kebangkitan islam nantinya berasal dari Timur, apa bila dilihat dari geografis maka timur yang dimaksud, anatar India, afganistan, pakistan, Banglades, Indonesia, Malaysia. Hal itu menunjukan kemungkinan Indonesia yang disebut dalam hadits itu, terlebih lagi dengan penduduk dengan mayoritas muslim, tentu untuk membangun sebuah peradaban islam sangat berpotensi.3
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pembangunan suatu wilayah atau negara perlu diketahui keadaan sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut. Semakin lengkap dan tepat data mengenai sumber daya manusia yang tersedia, semakin mudah dan tepat pula perencanaan pembangunan yang di buat. Kualitas sumber daya manusia merupakan merupakan komponen penting dalam setiap gerak pembangunan. Hanya dari sumber daya manusia yang berkualitas tinggilah yang dapat mempercepat pembangunan bangsa. Jumlah penduduk yang besar, apabila tidak diikuti dengan kualitas yang memadai, hanyalah akan menjadi beban pembangunan. Kualitas penduduk adalah keadaan penduduk baik secara perorangan maupun kelompok berdasarkan tingkat kemajuan yang telah dicapai. Kualitas SDM bangsa Indonesia, dalam kategori rendah, dan rendahnya kualitas SDM disebabkan pula oleh rendahnya kualitas pendidikan. Sudah saatnya bangsa Indonesia khususnya Pemerintah untuk peduli meningkatkan kualitas pendidikan sebagai modal dasar semua komponen dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan cara yang cocok dan paling strategis untuk meningkatkan kualitas penduduk Indonesia. Sebagai muslim kita dianjurkan untuk selalu belajar. Sebagaimana dalam hadits shahih bahwasanya “ tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”. Selain itu juga firman Allah dalam Al-Qur‟an "Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman yang mempunyai ilmu diantara kamu dengan beberapa derajat". (QS.Al-Mujadallah : 11). Dengan pendidikan sumberdaya manusia Indonesia dapat mewujudkan pembangunan nasional hingga tercipta kesejahteraan dan kemajuan peradaban bangsa Indonesia. Ilmu yang diperoleh pun tak hanya dari segi ilmu keduniawian atau hanya mengasah intelektualnya semata namun, ilmu spiritual atau religi pun harus juga di asah dan dikuatkan. Sebagaimana Allah telah janjikan diayat diatas, orang yang beriman dan berilmu pasti akan diangkat derajatnya. Selain pendidikan, kesehatan penduduk merupakan faktor penting yang perlu untuk ditingkatkatkan, sebab jika penduduk terus-terusan sakit, akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas. Artinya, semakin banyak penduduk yang sakit, maka akan semakin rendah kualitas penduduk berdasarkan tingkat kesehatan. Kondisi kesehatan dan gizi anak di Indonesia masih memprihatinkan. Selain cakupan yang masih rendah, program yang diselenggarakan itu masih masih terfragmentasi sehingga tidak menyentuh kebutuhan tumbuh kembang anak secara holistik.
3
Media Online Suara Indonesia untuk Perubahan “ Menanti kebangkitan Islam di bumi Indonesia” karya Aris Moza diakses pada Selasa, 20 Desember 2016 4
Rendahnya cakupan dan kualitas penyelenggaraan program pengembangan anak usia dini mengakibatkan kondisi anak Indonesia masih memprihatinkan yang ditunjukkan dengan rendahnya derajat kesehatan dan gizi. Rendahnya derajat kesehatan dan gizi pada anak usia dini lebih banyak terjadi pada anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dan yang tinggal di wilayah pedesaan, serta di wilayah dengan penyediaan layanan social dasar yang tidak memadai. Sedangkan untuk meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan yang terjangkau, diwujudkan melalui revitalisasi sistim kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien termasuk Posyandu dan Polindes, peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan/revitalisasi kader PKK, pembentukan standar pelayanan kesehatan minimum untuk kinerja sistim kesehatan yang komprehensif, serta memperbaiki sistim informasi pada semua tingkatan pemerintah. SDM merupakan hal yang vital dalam perkembangan ekonomi suatu negara, dan Indonesia dianugerahi dengan jumlahnya yang sangat melimpah. Namun, akan sangat disayangkan jika potensi SDMnya tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik karena kita tidak bisa hanya bergantung pada kekayaan alam semata yang semakin menipis. Meningkatkan kualitas SDM adalah harga mati bagi Indonesia bila ingin membangun ekonomi yang lebih baik nantinya agar tidak terus-menerus tertinggal dan dieksploitasi oleh negara lain.4
4. Karakter Masyarakat Indonesia
Pola sikap dan tingkah laku masyarakat suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor lingkungan hidup (lingkungan alami maupun lingkungan sosial), faktor keturunan, faktor pengalaman, serta faktor pendidikan dan pengetahuan yang diperolehnya. Lingkungan hidup itulah yang kemudian membentuk karakter masyarakat suatu bangsa dan itulah yang kemudian dianggap sebagai ciri khas/karaktristik bangsa tersebut. Secara ringkas penulis akan menjabarkan beberapa ciri-ciri atau karaktristik masyarakat Indonesia, diantaranya adalah: 1.
Hipokritis Ciri ini sangat menonjal dan bahkan begitu melekat dalam sebagian besar jiwa manusia Indonesia. Hipokritis artinya berpura-pura, lain di mulut lain di hati, lain di muka lain di belakang merupakan ciri utama manusia Indonesia sejak lama. Karakter ini melekat dalam diri manusia Indonesia karena mereka dipaksa oleh kekuatan-kekuatan asing, terutama pada saat penguasaan bangsa Belanda dan koloni-koloninya. Awalnya karakter Hipokritis ini mucul karena masyarakat Indonesia berusaha menyembunyikan apa yang sebenarnya dikehendakinya karena mereka takut akan dihukum oleh kolonialisme pada saat itu, namun dalam tahap perkembangannya kebiasaan berpura-pura ini melekat pada jiwa sebagian besar manusia Indonesia hingga saat ini. 2. Enggan Bertanggung Jawab Ciri khas/karaktristik kedua dari manusia Indonesia adalah enggan mempertanggung jawabkan perbuatan, keputusan, kelakuan, pikiran dan lainnya. Karakteri ini dipengaruhi oleh karakter pada poin pertama 4
Media Online “Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia” Karya Sefti Annisa. Diakses pada Selasa, 20 Desember 2016
5
dan sebab kejadiannya juga sama dengan poin pertama. Karakter enggan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya ini kemudian menyebabkan manusia Indonesia senang memperjual belikan hukum dan melemparkan kesalahannya kepada orang lain, alias lempar batu sembunyi tangan. Bukti mengenai banyaknya manusia Indonesia yang bersifat seperti ini adalah tenarnya kalimat “Bukan Saya” dan banyaknya manusia Indonesia yang menyelewengkan hukum dengan cara suap menyuap supaya mereka tidak kena sanksi atas kesalahan yang mereka lakukan. 3. Mengutamakan Kekeluargaan Dalam jiwa masyarakat Indonesia terlihat kemesraan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Manusia Indonesia juga memiliki cinta dan kasih sayang yang tinggi terhadapa sesama, misalnya kasih sayang ibu dan bapak kepada anak-anaknya atau sebaliknya, kasih sayang saudara kepada saudaranya, kasih sayang sahabat kepada sahabat dan kerabatnya dan lain sebagainya. Sifat ini sangat positif untuk terus dikembangkan dalam jiwa manusia Indonesia, lebih-lebih pada zaman sekarang ini. Pada dasarnya manusia Indonesia adalah manusia-manusia yang berhati lembut dan suka damai, serta punya rasa humor yang cukup tinggi. Manusia Indonesia bisa tertawa dalam kesulitan dan penderitaan, manusia Indonesia juga cepat belajar dan otaknya cukup cerdas. Selain itu manusia Indonesia juga bersifat sabar dan kesabaran manusia Indonesia seakan-akan tidak ada batasnya. Sifat-sifat itulah yang kemudian menjadi pembentuk karakter manusia Indonesia sehingga mereka hidup dengan berlandaskan kekeluargaan. Manusia Indonesia selalu mengutamakan kekeluargaan dalam segala aspek kehidupan, hal inilah yang membuat persatuan dan kesatuan NKRI tetap terjaga dengan harmonis dan hal ini pula yang menyebabkan bangsa-bangsa lainnya senang berkunjung ke Indonesia. 4. Artistik Secara umum manusia Indonesia percaya akan tahayul dan segala hal yang berkaitan dengan kekuasaan di bawah alam sadar mereka. Manusia Indonesia percaya akan adanya sukma, roh, jiwa, tuah, dan kekuasaan pada sebuah benda alam yang ada di sekelilingnya. Jiwa artistik ini pula yang menyeret manusia Indonesia menjadi orang yang percaya akan keberadaan Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta segenap isinya dan dari kepercayaan itulah mereka memeluk suatu agama dan hidup berdasarkan pedoman agama yang dipeluknya. Selain itu, jiwa artistic juga yang kemudian menjadikan manusia Indonesia hidup dengan naluri dan perasaan, dengan perasaan sensual maka mereka mengembangkan daya artistik yang besar dalam dirinya yang dituangkan ke dalam berbagai karya seni, baik itu seni rupa, seni menulis sastra, seni pertunjukan, seni music, seni tari dan lain sebagainya. 5. Berjiwa Feodal Jiwa feodalisme juga merupakan salah satu dari ciri khas bangsa Indonesia. Sejak zaman dahulu, feodalisme berkembang pesat di Indonesia dan hal ini disebabkan oleh tradisi kerajaan yang sangat mempengaruhi jiwa manusia Indonesia. Berbagai cara dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak senang akan feodalisme ini dan salah satu caranya adalah Gerakan Reformasi, namun toh Gerakan Reformasi tidak dapat merubah jiwa feudal manusia Indonesia. Salah satu tujuan reformasi adalah untuk membebaskan manusia Indonesia dari
6
feodalisme, tetapi feodalisme dalam bentuk-bentuk baru semakin berkembang dalam diri dan masyarakat Indonesia. 6. Terobsesi Menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) Menjadi Pegawai Negeri Sipil merupakan idaman utama manusia Indonesia sebab pangkat merupakan sebuah perlambangan status sosial tertinggi nagi masyarakat bangsa ini. Begitu besarnya minat manusia Indonesia untuk menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil menyebabkan mereka tidak enggan untuk mengeluarkan uang ratusan juta rupiah. Suap menyuap supaya diluluskan menjadi Pegawai Negeri Sipil bukanlah hal yang tabu bagi kehidupan orang Indonesia. Membeli kursi atau jabatan PNS sudah dianggap sebagai suatu hal yang biasa, oleh sebab itulah orang-orang Indonesia berlomba-lomba untuk menjadi Pegawai Negeri SIpil dengan cara apapun, termasuk dengan cara mengeluarkan uang sejumlah ratusan juta. 7. Bersifat Boros Ciri lain yang dimiliki oleh sebagian besar orang Indonesaia adalah tidak berlaku hemat atau berlaku boros. Manusia Indonesia jarang memiliki perhitungan ekonomi yang mapan, mereka selalu terobsesi untuk memiliki barang-barang baru dan mewah yang meskipun penghasilan mereka tidak sesuai dengan harga barang-barang yang mereka inginkan.5 Terkait dengan karakter atau akhlak manusia ini, al-Ghazali membuat pembedaan dengan menempatkan manusia pada empat tingkatan. Pertama, terdiri dari orang-orang yang lengah, yang tidak dapat membedakan kebenaran dengan yang palsu, atau antara yang baik dengan yang buruk. Nafsu jasmani kelompok ini bertambah kuat, karena tidak memperturutkannya. Kedua, terdiri dari orang yang tahu betul tentang keburukan dari tingkah laku yang buruk, tetapi tidak menjauhkan diri dari perbuatan itu. Mereka tidak dapat meninggalkan perbuatan itu disebabkan adanya kenikmatan yang dirasakan dari perbuatana itu. Ketiga, orang-orang yang merasa bahwa perbuatan buruk yang dilakukannya adalah sebagai perbuatan yang benar dan baik. Pembenaran yang demikian dapat berasal dari adanya kesepakatan kolektif yang berupa adat kebiasaan suatu masyarakat. Dengan demikian orang-orang ini melakukan perbuatan tercelanya dengan leluasa dan tanpa merasa berdosa. Keempat, orang-orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan buruk atas dasar keyakinannya. Dalam rangka tujuan membangun akhlak yang baik dalam diri manusia, al-Ghazali menyarankan agar latihan moral ini dimulai sejak usia dini. Pribahasa Arab mengatakan bahwa pembelajaran sejak kecil seperti mengguratkan tulisan di atas batu. Orang tua menurutnya bertanggung jawab atas diri anak-anaknya. Bahkan ia mengatakan agar seorang anak diasuh dan disusukan oleh seorang perempuan yang saleh. Makanan berupa susu yang berasal dari sumber yang tidak halal akan mengarahkan tabiat anak ke arah yang buruk. Setelah memasuki usia cerdas (tamyiz), seorang anak harus diperkenalkan dengan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan dalam Islam. Seperti disebutkan di atas, proses ini dapat dilakukan melalui pe mbiasaan dan melalui proses logis atas setiap perbuatan , baik yang menyangkut perbuatan
5
Media Online “Artikel Karakteristik Manusia Indonesia” Karya KM. Sukamulia, diakses pada Selasa 27 Desember 2016 7
baik atau buruk. Melakukan identifikasi secara rasional atas setiap akibat dari perbuatan baik dan buruk bagi kehidupan diri dan sosialnya. Ketika pikiran logis itu menyertai perbuatan seseorang, insya Allah setiap orang akan berpikir lebih dahulu dalam melakukan perbuatannya. Apakah perbuatan itu berimplikasi buruk, baik yang berupa munculnya prasangka buruk terhadap dirinya, atau secara langsung berakibat buruk terhadap orang lain. Dengan kata lain terdapat kontrol yang terus menerus dari diri seseorang ketika akan melakukan suatu perbuatan tertentu. Seseorang akan memiliki kesadaran sejati dan pertimbangan yang matang terhadap implikasi-implikasi dari setiap perbuatannya.6 5. Stabilitas Ekonomi
Stabilitas perekonomian sangat penting untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku ekonomi. Perekonomian yang tidak stabil menimbulkan biaya yang tinggi bagi perekonomian dan masyarakat. Ketidakstabilan akan menyulitkan masyarakat, baik swasta maupun rumah tangga, untuk menyusun rencana ke depan, khususnya dalam jangka lebih panjang yang dibutuhkan bagi investasi. Tingkat investasi yang rendah akan menurunkan potensi pertumbuhan ekonomi panjang. Adanya fluktuasi yang tinggi dalam pertumbuhan keluaran produksi akan mengurangi tingkat keahlian tenaga kerja yang lama menganggur. Inflasi yang tinggi dan fluktuasi yang tinggi menimbulkan biaya yang sangat besar kepada masyarakat. Beban terberat akibat inflasi yang tinggi akan dirasakan oleh penduduk miskin yang mengalami penurunan daya beli. Inflasi yang berfluktuasi tinggi menyulitkan pembedaan pergerakan harga yang disebabkan oleh perubahan permintaan atau penawaran barang dan jasa dari kenaikan umum harga-harga yang disebabkan oleh permintaan yang berlebih. Akibatnya terjadi alokasi inefisiensi sumber daya.7 Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo berkomitmen akan turut mendorong perekonomian nasional bersama pemerintah. Maka dari itu, Agus bilang akan memperkuat kebijakan moneter, makroprudensial, dan kebijakan sistem pembayaran serta peredaran rupiah. Menurut Agus, di sisi kebijakan moneter BI secara konsisten mengarahkan inflasi sesuai dengan sasarannya, mengendalikan defisit transaksi berjalan ke level yang sehat dan mendukung stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Dalam kerangka ini, stance kebijakan moneter diarahkan agar kegiatan ekonomi dapat bergerak sepadan dengan kapasitas perekonomian dan tidak menimbulkan tekanan kepada peningkatan inflasi dan defisit transaksi berjalan. Dari sisi kebijakan makroprudensial, kebijakan BI terus diarahkan untuk memperkuat, menjaga dan memelihara stabilitas sistem keuangan. Beberapa cara pun dilakukan, antara lain mempertegas fungsi, tugas dan kewenangan BI dalam stabilitas keuangan. Lalu, berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meningkatkan ketahanan permodalan perbankan, menjaga likuiditas serta memperdalam pasar keuangan. Tak sekadar itu, BI juga mendorong pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga yang merata di daerah melalui peningkatan fungsi intermediasi perbakan lingkup nasional dan regional. Dari sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, BI mengarahkan untuk memperkuat sistem pembayaran agar semakin aman, lancar, dan efisien. 6
Media Online “Tantangan Pendidikan Moral di Era Globalisasi” Karya Anggun diakses pada Selasa, 27 Desember 2016 7 Bab 24 Pemantapan stabilitas ekonomi makro.pdf 8
Oleh karena itu, lanjut dia, kebijakan di bidang sistem pembayaran dan pengelolaan rupiah secara komprehensif akan menjangkau setiap tahapan evolusi, mulai dari ketersediaan uang tunai yang berkualitas, penggunaan cek/bilyet giro dalam sistem kliring nasional transfer dana high value melalui Real Time Gross Settlement (RTGS). Sampai kepada penggunaan uang elektronik, alat pembayaran menggunakan kartu dan instrumen berbasis teknologi digital.8 6. Dinamika Politik
Sepanjang sejarah negara Indonesia hingga saat ini, masyarakat Islam mengalami pasang surut dalam memperjuangkan politiknya. Pada masa keraankerajaan Islam Nusantara, politik Islam cenderung menyatu dengan agama. Ketika itu para ulama menempati kekuasaan dalam kerajaan sehingga mempunyai peranan yang sangat penting terhadap penyebaran agama Islam kepada masyarakat Indonesia. Kemudian, ketika Belanda masuk dan menjajah Indonesia, Islam juga memberikan peranan penting terhadap perlawanan kepada kolonial Belanda. Dari masa klasik hingga kontemporer, dinamika politik umat Islam dibagi menjadi lima periode hingga saat ini. Periode-perode tersebut yaitu periode menjelang kemerdekaan, periode demokrasi liberal yang berakhir sampai tahun 1959, periode demokrasi terpimpin yang berakhir bersama dengan kegagalan pemberontakan G-30 S/PKI, periode orde baru yang berakhir tahun 1998 dan periode reformasi hingga saat ini. a. Politik Islam Indonesia Periode Kerajaan Islam Nusantara. Menurut ilmuan barat Islam tersebar di Indonesia secara massal ke seluruh wilayah Nusantara terjadi pada abad ke-13 M yang dianggap sebagai awal masuknya Islam ke Nusantara yang ketika itu masih belum dinamakan indonesia. Menyebarnya Islam di Nusantara sejak abad ke-13 ditandai dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di berbagai daerah, seperti kerajaan Islam pertama yang berdiri di indonesia yaitu kerajaan Samudra Pasai di pesisir utara pulau sumatra, tepatnya di daerah Aceh, yang kemudian muncul kerajaan Islam lainnya seperti Gresik, Demak, Gowa, Banten, Cirebon, Buton dan Ternate. Hal ini menjadi daya tarik masyarakat untuk memeluk agama Islam, karena agama Islam terkesan sebagai agama yang damai sebagai rahmat seluruh alam. Dengan berbagai metode untuk menjalin persaudaraan dan mudah beradaptasi dengan budaya lokal. Akhirnya para pembawa agama Islam berhasil meletakkan dasar-dasar kekuatan politik. Pentingnya posisi ulama di kerajaan-kerajaan Nusantara memiliki arti bahwa Islam memegang peranan penting dalam proses politik dan pengambilan keputusan. Dalam proses ini Islam menjadi landasan ideologi kekuasaan raja yang tidak terpisahkan antara kekuasaan agama dan politik. Ini menunjukkan bahwa pemikiran ulama memegang peranan penting dalam tradisi politik Islam di Indonesia. Hal ini juga berdampak terhadap respon umat Islam atas kekuasaan pada pasca kemerdekaan. b. Politik Islam Periode Penjajahan Belanda Setelah masa kerajaan-kerajaan Nusantara, Belanda mulai masuk dan menguasai daerah-daerah di kepulauan Nusantara. Awal mula penjajahan Belanda di Nusantara dilakukan melalui pemerintahan perdagangan belanda atau VOC yang berlangsung pada 1596 hingga abad ke-19. Dalam tataran politik pemerintah belanda membiarkan hukum Islam berjalan di masyarakat,
8
Media Online “Cara BI Jaga Stabilitas Ekonomi Indonesia” Karya Achmad Dwi Afriyadi diakses pada Selasa, 27 Desember 2016 9
tidak hanya itu Belanda mengakui bahkan menghormati hukum yang berlaku di dalam masyarakat muslim Nusantara. Namun, ketika memasuki abad ke-19. Belanda berusaha keras mulai mencampuri urusan keagamaan masyarakat untuk memberikan pengaruh agama kristen yang berakar dari negara-negara di Eropa. Pada saat itu, pemerintah Belanda berupaya mempersempit ruang gerak Islam dan mencegah munculnya politik Islam sebagai kekuatan untuk menentang kekuasaan Belanda. Tentu saja hal ini mendapatkan perlawanan dari kalangan umat islam. Tak dapat dihindari akhirnya terjadila berbagai pemberontakan di Nusantara. Di Aceh, pemberontakan dipimpin oleh Teuku Umar, Cut Nyak Dien dan Teuku Cik Di Tiro. Di Minangkabau teradi perang Padri yang bermula dari perselisihan antara umat Islam yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol dan kaum adat. Di jawa terjadi peperangan yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, di Kalimantan dipimpin oleh Pangeran Antasari. Serta di daerah-daerah yang lain tidak ketinggalan berperang untuk menumpas kolonialisme Belanda. Akan tetapi dari kondisi tersebut memberikan kondisi yang tidak menguntungkan masyarakat di Nusantara, khususnya umat Islam terhadap perjuangan melawan penjajahan Belanda. Dalam menghadapi perlawanan dari umat Islam tersebut, Belanda mempunyai strategi untuk menggandeng kelompok-kelompok yang netral agama dan kaum adat. Inilah sebenarnya akar pertentanagan antara umat Islam dengan kelompok nasionalais netral agama yang senagat kental terlihat pada era menjelang kemerdekaan RI. Hingga saat ini pertentangan tersebut terus terjadi, meskipun dalam bentuk dan konteks yang berbeda dengan masa lampau. c. Politik Islam Periode Menjelang Kemerdekaan Tidak dapat dipungkiri, bahwa umat islam berperan sangat penting terhadap proses perjuangan hingga akhirnya diproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, perlawanan di berbagai wilayah mayoritas dikomandoi oleh umat Islam untuk melawan ketidakadilan, penindasan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh Belanda. Hal ini juga berarti bahwa perlawanan umat Islam yang tak kenal lelah dan menyerah tersebut selain untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda, namun juga untuk menegakkan syari’at Islam di Indonesia, karena Islam telah menjadi agama mayoritas masyarakat Indonesia. Dari upaya tersebut, pada awal abad ke-20 terbentuklah bebagai macam organisasi Islam di Indonesia, baik yang bergerak dalam bidang politik, sosial maupun agama. Antara lain: Sarekat Islam (1912), Muhammadiyah (1912), Persatuan Islam (1920-an), Nahdlatul Ulama (1926), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (1930), Persatuan Muslim Indonesia (1938), dan berbagai organisasi nasionalis yang netral terhadap agama. Dari semua berdirinya organisasi ini, setidaknya ada dua fenomena yang terjadi pada dekade awal abad ke-20 an tersebut. Fenomena yang pertama, dilatarbelakangi oleh gerakan pembaharuan Islam untuk diterapkannya praktik Islam di negara Indonesia, sementara yang kedua adalah gerakan nasionalis atau yang netral terhadap agama (Islam). Polarisasi diantara kalangan nasionalis netral agama dan nasioanalis muslim dengan lahinya organisasi-organisai baru seperti Budi Utomo, GAPI dan lain sebagainya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa secara sosiologis bangsa Indonesia mempunyai dua kutub yang berbeda dalam hubungan bernegara dan agama. Dan fenomena ini selalu muncul ke permukaan pada saat bangsa Indonesia menyusun format idealnya yang akan mengayomi masyarakatnya.
10
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan suatu sidang hingga tercapailah piagam Jakarta yang di dalamnya terumuskan sila pertama yang berbunyi “ Ketuhanan dan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk pemeluknya.” Namun, kesepakatan ini gagal terwujudkan karena ada pihak kristen di Indonesia Timur yang keberatan. Mereka mengancam akan mengundurkan diri dari NKRI jika rumusan ini tetap disepakati. Hingga akhirnya, Islam mengalami kegagalan dalam memprejuangkan ideologi-ideologi politiknya dan juga upaya untuk mendirikan negara Islam. Meskipun pada awalnya syari’at Islam sempat menjadi sumber acuan dalam kehidupan bernegara, umat Islam yang menjadi mayoritas di Indonesia harus merelakan untuk menerima rumusan pancasila yang baru, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Memang dalam rumusannya telah mencerminkan ketauhidan, namun pada realitasnya banyak umat Islam yang merasa kurang puas, sehingga mereka pun terus memperjuangkan diterapkannya sistem khilafah. d. Politik Islam Periode Demokrasi Liberal. Periode demokrasi liberal ditandai dengan dikeluarkannya maklumat pemerintah yang berisi tentang perubahan sistem pemerintahan Indonesia dari bentuk presidensil ke bentuk parlementer. Adapun isinya tentang diberinya kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk mendirikan partai-partai guna menyalurkan aspirasi masyarakat. Dalam sistem ini akhirnya terbentuklah banyak partai yang akan ikut serta dalam pemilu 1955. Dalam sistem ini pula umat Islam mendapat kesempatan lagi untuk memperjuangkan ideologiideologi mereka yang sebelumnya telah kandas pada tahun 1945. Pada 29 Oktober 1955, pemilu dapat dilaksanakan pertama kali di Indonesia yang diikuti oleh aneka ragam latar belakang dan ideologi politik. Terdapat 39 partai politik yang ikut dalam pemilu ini. Dari pemilu ini ada tiga ideologi yang memperoleh suara terbesar yakni, Islam, nasionalis dan komunis. Dari perolehan suara tersebut, jika disederhanakan, maka ada empat kekuatan partai politik yaitu PNI, Masyumi, NU dan PKI. Dari pihak-pihak pendukung tersebut saling gencar-gencarnuya untuk mempertahankan ideologi mereka. Dalam perdebatan mereka tidak dapat mencapai kata sepakat. Hingga akhirnya Soekarno tidak sabar kemudian mengeluarkan kebijakan bahwa Indonesia kembali kepada UUD 1945. Di sisi lain umat Islam merasa cemas dengan pergerakan yang dilakukan oleh PKI yang semakin lama semakin kuat. Sehingga ditakutkan PKI dapat menguasai Indonesia, dengan kata lain semangat untuk memperjangkan negara Islam akan semakin tipis. Maka umat Islam ada yang mulai bertindak ekstrem melalui gerakan-gerakan pemberontakan yang mengatas namakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Peperangan pun tidak dapat dihindari antara DI/TII melawan TNI yang terjadi hampir di deluruh wilayah Indonesia, samapi akhirnya pemimpin-pemimpin dari DI/TII berhasil ditangakap satu persatu kemuadian DI/TII dibubarkan. Ketika pemerintah RI sibuk menyelesaikan pemberontakan DI/TII, terjadilah gejolak pemberontakan yang tak kalah heboh dari TI/DII yang menyebut dirinya dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PPRI) di Sumatera Barat dan diproklamasikan pada Pebruari 1958, pemberontakan ini dipimpin oleh Ahmad Husein dan beberapa tokoh Masyumi diantaranya Mohammad Natsir dan Sjafruddin Prawinegara. Pada dasarnya pemberontakan yang dilakukan PPRI ini bukan untuk ingin lepas dari NKRI, melainkan ingin menggugat kebijakan pemerintah ketika itu kurang memberikan perhatian kepada umat Islam, namun malah memberikan lampun hijau kepada PKI untuk menguasai politik Indonesia.
11
e. Politik Islam Periode Demokrasi Terpimpin Setelah berakhirnya periode liberal yang menjadi awal mula era baru politik Indonesia yang disebut sebagai Era Demokrasi Pemimpin. Era ini dianggap sebagai masa-masa tersulit partai Islam karena obsesi Soekarno untuk menjadi penguasa mutlak di Indonesia dan dengan paksa membubarkan Partai Masyumi pada 17 Agustus 1960. Menurut Soekarno “Masyumi adalah duri yang ber ada dalam daging kita dan harus kita singkirkan”. Masyumi adalah ujung tombak penegak umat Islam yang hendak dikuburkan dalam-dalam oleh Soekarno dengan cara menangkap dan memenjarakan tokoh-tokoh tanpa melalui proses hukum yang sehat akibat sikap keras perlawanan kepada Soekarno. Sebaliknya, partai Islam lainnya, yakni NU berusaha menyesuaikan diri dengan demokrasi Soekarno untuk berusaha menempatkan diri dengan hidup berdampingan dan berusaha memasukkan Islam dalam tataran politik dan mengimbangi komunisme yang sudah sangat berpengaruh di Indonesia. Namun dalam hal ini, NU mengalami kesulitan dan dilema. Kerena di satu pihak, NU sudah menyatakan diri untuk mendukung pemerintahan Soekarno dan revolusi, sementara di pihak lain NU juga tidak setuju dengan PKI yang mendapat angin segar dari Soekarno. Sebab jika menentang PKI berarti juga menentang Soekarno dan anti revolusi, tentunya akan menjerumuskan NU sendiri kedalam jurang kehancuran, seperti yang dialami oleh Masyumi. Di sisi lain, Soekarno pandai memanfaatkan situasi. Dengan didukung TNI AD Soekarno hanya memperalat NU dan PKI. Kemudian yang terjadi adalah sifat saling cemburu antara NU dan PKI. NU ingin mempunyai relasi yang lebih dalam dengan Soekarno, namun PKI sudah sangat leluasa menjadikan Soekarno sebagai tameng dalam setiap aktivitas dan provokasinya kepada masyarakat. Namun yang jelas, apa pun jalan yang dipilih oleh partai-partai Islam, menolak atau menerima demokrasi pemimpin, mereka sama-sama hancur. Masyumi lebih dulu bubar setelah Soekarno menangkap dan memenjarakan tokoh-tokoh Masyumi, Sementara NU yang sempat menikmati panggung demokrasi bersama Presiden Soekarno harus terjungkal dan menelan pil pahit bersama dengan gagalnya pemberontakan PKI tahun 1965. Perjuangan politik Islam di Indonesia ini pun kembali mengalami kegagalan. f. Politik Islam Periode Orde Baru Gagalnya pemberontakan G-30-S/PKI dan kekuasaan Soekarno menandai bangkitnya era baru yang kemudian kita kenal sebagai orde baru yang ditandai dengan pemberian mandat oleh Soekarno kepada Soeharto yang kala itu berhasil menguasai keadaan dengan bantuan ABRI. Pada awalnya, Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto memberikan angin segar, terutama pada umat Islam. Hal ini juga membrikan lampu hijau kepada tokoh-tokoh Masyumi yang dibebaskan dari penjara yang sebelumnya dijebloskan oleh Soekarno. Maka, sejalan dengan orba umat Islam mulai menyusun rencana untuk menyuarakan aspirasinya untuk memperjuangkan syari’at Islam dalam rangka masuk de dalam sistem ketatanegaraan Idonesia lagi. Akan tetapi, pada akhirnya mereka pun kembali lagi menelan kekecewaan karena pemerintah orba tidak bersedia melibatkan Masyumi dalam pembentukan Indonesia. Masyumi dianggap memiliki kesalahan yang tidak bisa termaafkan. Mereka menganggap bahwa keberadaan politik Islam Masyumi dapat mengganggu kekuasaan mereka. Dalam perkembangan berikutnya, pemerintah Soeharto akhirnya mengambil kebijakan penyederhanaan partai. Partai-partai yang berbasis Islam tergabung dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sedangkan partai yang berbasis nasionalis bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia.
12
Namun tidak selamanya orba bersikap bersahabat, dengan gaya kepemimpinan yang otoriter Soeharto, hail ini menjadi mimpi buruk bagi organisasi-organisasi Islam Politik yang dulunya sudah ada maupun organisasiorganisasi Islam Politik yang baru lahir. Organisasi tersebut tidak memiliki ruang gerak yang stabil, apalagi sampai maksimal karena setiap ada perkumpulan yang mencurigakan akan ditindak dengan tegas dan keras, bahkan terkadang tanpa adanya kompromi. Akibatnya organisasi-organisasi Islam Politik pada era tersebut melakukan pergerakannya melaui sembunyisembunyi. Sementara bagi Masyumi sendiri juga terus bergerak secara sembunyisembunyi dengan melakukan liqo’ (perkumpulan) dan syuro (rapat) guna menegakkan syari’at Islam di Indonesia yang sebelumnya selalu gagal, bahkan mereka harus menyamar layaknya seorang preman atau orang-orang jalanan yang ketika ada operasi dari pemerintah mereka pura-pura bermain gaplek supaya tidak dicurigai. Sampai di sini terlihat bahwa, dinamika politik Islam Indonesia dalam penerapan ajaran Islam mengalami pasang surut dan Islam belum memperoleh hasil yang optimal dari perjuangannya. g. Politik Islam Periode Reformasi Seiring dengan tumbangnya orba, umat Islam berusaha memanfaatkan momentum reformasi untuk menyusun kembali kembali memperjuangkan penegakkan syari’at di bidang politik. Diantaranya memuat cita-cita menjadikan landasan Islam disegala bidang. Hal ini terjadi karena pada periode reformasi rayat Indonesia diberikan kebebasan untuk mendirikan partai politi k. Keadaan ini dimanfaatkan umat Islam untuk mendirikan partai-partai Islam dengan berbagai orientasi, visi dan missi perjuangannya. Ketika periode reformasi Habibie naik menjadi presiden RI menggantikan Soeharto. Hal-hal penting yang dilakukan Habibie kala it u adalah kesediannya untuk melakukan pemilu dan memberi kesempatan kepada rakyat untuk membentuk partai. Masyarakatpun sangat antusias sekali delam menghadapi kebijakan tersebut. Kurang lebih sekitar 150 partai mencuat namanya dalam kurun waktu enam bulan saja. Dari jumlah tersebut yang mendapatkan izin untuk mengikuti pemilu hanya 48 partai. Tentang partai-partai Islam, dapat dikatakan bahwa sebagian besar merupakan embrio dari partai islam periode-periode sebelumnya. Mereka berusaha mewarisi semanagat dan melanjutkan perjuanagan pejuang-pejuang islam periode sebelumnya. Diantaranya PBB, PK, PUI, PAN, PKB, PNU, PKU dan masih banyak lagi. Di tengah kontrofersi yang terjadi pada partai Islam, kehadiran PKS yang merupakan embrio dari Masyumi menyita banyak perhatian bagi pengamat politik di kancah perpolitikan Indonesia karena menyumbangkan perkembangan yang sangat positif. Hal yang paling menonjol adalah kuatnya etika politik di dalam partai yang dimotori anak-anak muda jaringan LDK (Lembaga Dakwah Kampus) seluruh Indonesia yang memunculkan gerakan Islam baru yang begerak secara damai, terbuka, legal dan kostitusional. PKS seolah membuka kembali lembaran lama perdebatan mengenai posisi Islam alam konteks negara bangsa. Dengan demikian keikutsertaan PKS alam kancah politik konstitusional melahirkan harapan sekaligus kecemasan.
13
7. Pertumbuhan Dakwah Menurut Jamaluddin Kafie, “Dakwah adalah menyeru, mengajak, memanggil, mengundang, mendoakan, yang terkandung di dalamnya arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu” 9 Artinya dalam melakukan aktivitas ada tujuan yang hendak dicapai. dalam Surat Al Baqarah ayat 186 yaitu :
)186( :” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, (katakanlah) Aku dekat (pada mereka). Aku mengabulkan do’a orang yang berdo’a kepad a-Ku, maka hendaklah ia menunaikan perintah-Ku (beramal saleh) dan hendaklah ia beriman kepada-Ku. Mudah-mudahan mereka men-dapat petunjuk (ke jalan kebenaran).”10 Pendapat selanjutnya, Syekh Ali Mahfudz menurutnya dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat Pendapat ini tidak jauh berbeda darai pendapat Imam Al Ghazali yang mengatakan dakwah adalah amr ma’ruf nahi munkar merupakan inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat. 11 lapangan dakwah itu sangat luas, meliputi seluruh aktivitas manusia dalam hubungannya secara totalitas, baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, bahkan sebagai makhluk bumi yang ada di jagad raya ini. Selain itu hakekat dakwah adalah proses penyampaian ajaran Islam (Al Qur’an dan As Sunnah) oleh seorang da’i/konselor (muballigh) Dakwah saat ini bukan hanya soal ceramah di masji-masjid, pada saat inibanyak peluang untuk kita bisa menyampaikan dakwah yang lebih kreatif pastinya jika dibandingkan dengan zaman-zaman sebelumnya, melaui suatu media salah satunya dengan hikmah kebijaksanaan kepada umat manusia agar mereka terpengaruh untuk melaksanakan apa yang ada dalam ajaran Islam tersebut dalam segala aspek kehidupan untuk kebahagian dunia dan akhirat. Tapi saat ini Prog Dr Yusril Ihza Mahendra mengatakan, bahwa umat Islam seolah menjadi tamu di negeri sendiri. Padahal, kata dia, wakil presiden pertama RI, Moh Hatta, telah melarang orang timur asing menjadi presiden dan memiliki tanah di Indonesia. Sebab mereka tidak ikut berjuang, karena masa penjajahan Belanda, Jepang mereka membantu. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2014 Pusat Din Syamsuddin. menunjukkan angka statistik pertumbuhan umat Islam Indonesia. Pada sensus penduduk 1990 jumlah umat Islam cuma mencapai 87,6 persen. Angka ini kemudian meningkat menjadi 88,2 persen pada sensus penduduk 2000. Yang memprihatinkan, angka pertumbuhan tahunan umat Islam hanya 1,2 persen. Sementara Kristen dua kali lipatnya, yakni 2,4 persen per tahun. Bila diturunkan lagi ke tingkat provinsi, akan lebih memprihatinkan lagi, mengutip data seorang penulis Leo Suryadinata yang menyebutkan angka pertumbuhan Kristen terbesar adalah di Provinsi Kepulauan Riau yang mencapai delapan persen per tahun.
9
Jamaluddin Chafe, Psikologi Dakwah, (Surabaya, Penerbit, Surabaya Indah, 1993), hlm. 29 10 Oemar Bakry, Tafsir Rahmat , (Jakarta, Penerbit PT. Mutiara, 1983), hlm. 55 11 Mohammad Ali Aziz, Metode Dakwah, (Jakarta, Prenada Media, 2004), hlm. 4-5
14
Di bawahnya, ada tiga provinsi yang angka pertumbuhan Kristen mencapai tujuh persen. Ketiganya adalah Sumatera Barat, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada tahun 80-an penduduk Muslim di Indonesia masih lebih dari 90 persen, maka pada tahun 2000 populasi muslim turun ke angka 88,2 persen dan tahun 2010 turun lagi menjadi 85,1 persen. Di Indonesia pertumbuhan agama Islam justru menurun drastis, seperti data di bawah ini: a) Berdasarkan hasil riset Yayasan Al Atsar Al-Islam (Magelang) dan dalam rangkaian investigasi diperoleh data bahwa mulai tahun 1999-2000 Kristen dan Katolik di Jateng telah meningkat dari 1 -5 persen diawal tahun 1990, kini naik drastis 20-25 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. b) Dari laporan Riset Dep. Dokumentasi dan Penerangan Majelis Agama Wali Gereja Indonesia, sejak tahun 1980-an setiap tahunnya laju pertumbuhan umat Katolik: 4,6 persen, Protestan 4,5 persen, Hindu 3,3 persen, Budha 3,1 persen dan Islam hanya 2,75 persen. c) Dalam buku Gereja dan Reformasi penerbit Yakoma PGI (1999) oleh Pendeta Yewanggoe, dijelaskan jumlah umat Kristiani di Indonesia (dari Riset) telah berjumlah lebih 20 persen. Sedangkan menurut data Global Evangelization Movement telah mencatat pertumbuhan umat Kristen di Indonesia telah mencapai lebih 40. 000. 000 orang (19 persen dari total 210 jumlah penduduk Indonesia) d) BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia melaporkan penurunan jumlah umat Islam di Indonesia. Contohnya di Sulawesi Tenggara turun menjadi 1,88 persen (dalam kurun waktu 10 tahun). Demikian pula di Jawa Tengah, NTT dan wilayah Indonesia lainnya. e) Dalam Kiblat Garut 26 Juni 2012, Menteri Agama RI saat itu, Suryadharma Ali mengatakan, dari tahun ke tahun jumlah umat Islam di Indonesia terus mengalami penurunan. Padahal di sisi lain, jumlah penduduk Indonesia terus bertambah. Semula, jumlah umat Islam di Indonesia mencapi 95 persen dari seluruh jumlah rakyat Indonesia. Secara perlahan terus berkurang menjadi 92 persen, turun lagi 90 persen, kemudian menjadi 87 persen, dan kini anjlok menjadi 85 persen. f) Menurut data Mercy Mission, sebanyak 2 juta Muslim Indonesia murtad dan memeluk agama Kristen setiap tahun. Jika ini berlanjut, diperkirakan pada tahun 2035, jumlah umat Kristen Indonesia sama dengan jumlah umat Muslim. Pada tahun itu, Indonesia tidak akan lagi disebut sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim. Akankah kita umat Islam akan diam, membiarkan populasi muslim tergerus oleh waktu karena ulah umat Islam sendiri.12
12
Media Online “Mengapa Jumlah Umat Islam Menurun?” Karya pengelola SAMBUA (Pesantren Budaya Asmaulhusna) diakses pada Selasa 27 Desember 2016 15
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Dari analisis yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan bahwa kebangkitan islam di Indonesia telah datang lebih awal karena potensi unggul yang telah dimiliki oleh indonesia saat ini sebagai negara muslim. Dari ketujuh faktor yang telah penulis bahas dapat dipahami bahwa Letak yang strategis memudahkan kaum muslim Indonesia untuk menyebarkan Islam secara luas. Interaksi dan kerjasama yang terjalin antara Indonesia dengan bangsa lain inilah sebagai media perluasan Islam dan media dakwah yang mengenalkan identitas Islam. Yang mana sesungguhnya Islam itu Kaffah. Artinya, Islam itu mengatur seluruh sisinya, yang terkait urusan iman, akhlak, ibadah, mu‟amalah, urusan pribadi, rumah tangga, masyarakat, negara, dan yang lainnya sudah diatur dalam Islam, selanjutnya Dengan Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat berlimpah ini dapat menjadikan bangsa Indonesia menjadi pusat peradaban islam berikutnya dengan Merujuk pada hadis Nabi SAW dari Ibni Abi Syaibah dan Nu'aim bin Hammad dalam Al Fitan dan Ibnu Majah dan Abu Nu'aim dari Ibnu Mas'ud, katanya: "Ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba datang sekumpulan anak-anak muda dari kalangan Bani Hasyim. Apabila terlihat akan mereka, maka kedua mata Rasulullah berlinang air mata dan wajah beliau berubah. Akupun bertanya: "Mengapakah kami melihat pada wajahmu, sesuatu yang kami tidak sukai?". Beliau menjawab: "Kami Ahlul bait telah Allah pilih untuk kami akhirat lebih dari dunia, kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran sepeninggalanku kelak, sampai datangnya suatu kaum dari sebelah Timur yang membawa bersama mereka panji-panji berwarna hitam. Mereka meminta kebaikan, tetapi tidak diberikannya. Maka mereka pun berjuang dan memperoleh kemenangan. Lalu diberikanlah apa yang mereka minta itu, tetepi mereka tidak menerimanya hingga mereka menyerahkannya kepada seorang lelaki dari kaum kerabatku yang memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi dipenuhi dengan kedurjanaan. Siapa diantara kamu yang sempat menemuinya, maka datangilah mereka walalupun merangkak di atas salji. Sesungguhnya dialah Al Mahdi. " Jika ke tujuh aspek tadi dapat disatukan dan disinergikan untuk bisa mambangun peradaban Islam, dengan penerapan Islam secara kaffah, dimana Islam itu memiliki tatanan yang menyeluruh di segala aspek. Segalanya dalam Islam ditata secara apik dan rapi dengan tujuan kemaslahatan. Dan sesungguhnya Islam adalah Rahmatan lil‟alamin. Maka, kebangkitan Islam bisa dimulai. Sehingga peradaban Islam dan Kejayaan Islam pun akan terl ahir kembali.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
http://belajarilmugeografi.blogspot.co.id/2013/04/letak-geografis-indonesia-dan.html https://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam http://www.kompasiana.com/jejak_pena/menanti-kebangkitan-islam-di-bumiindonesia_561798775993739a22181122 http://seftianisaamay10.blogspot.co.id/2016/01/rendahnya-kualitas-sumber-dayamanusia.html http://opiniartikel.kampung-media.com/2015/01/30/karakteristik-manusia-indonesia8082 https://goenable.wordpress.com/tag/pendidikan-moral-menurut-pandangan-islam/ http://www.bappenas.go.id/ http://bisnis.liputan6.com/read/2374108/cara-bi-jaga-stabilitas-ekonomi-indonesia http://www.nu.or.id/post/read/73565/mengapa-jumlah-umat-islam-di-indonesiamenurun http://seftianisaamay10.blogspot.co.id/2016/01/rendahnya-kualitas-sumber-dayamanusia.html Jamaluddin Chafe, Psikologi Dakwah, (Surabaya, Penerbit, Surabaya Indah, 1993) Oemar Bakry, Tafsir Rahmat , (Jakarta, Penerbit PT. Mutiara, 1983) Mohammad Ali Aziz, Metode Dakwah, (Jakarta, Prenada Media, 2004)
17