Akad Murabahah Mata Kuliah: Akuntansi Syariah Dosen Pengajar: Adi Cahyadi, SE., M.Si,
disusun oleh : Abie Ayub Al Anshori
(1113086000001) (1113086000001)
Siti Muzdalifah (1113086000017) Annisa Devy Maharani (1113086000025) Asyarie Muhammad (1113086000031)
JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
Daftar Isi Daftar Isi
i
Kata Pengantar
1
PENGERTIAN AKAD MURABAHAH
2
JENIS AKAD MURABAHAH
5
DASAR SYARIAH
6
RUKUN DAN KETENTUAN AKAD MURABAHAH
7
PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 102 DAN ED PSAK 108)
9
ILUSTRASI AKAD MURABAHAH
21
DAFTAR PUSTAKA
i
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta Alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kit a nabi Muhammad Saw., keluarga, sahabat, serta para pengikutnya hingga akhir zaman nanti. Dan tak lupa ucapan terima kas ih yang sebesar besarnya kepada Bapak Ady Cahyadi selaku dosen yang membimbing mata kuliah Akuntansi Syari’ah, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penyusun menjelaskan tentang Akad Murabahah dalam Akuntansi Syariah. Dengan tersusunnya makalah ini penyusun sangat berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa lain guna menambah pengetahuan tentang akad murabahah dalam Akuntansi Syariah. Penyusun menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dalam penyusunan hasil penelitian ini, maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari yang telah membaca hasil penelitian ini guna memperbaiki hasil penelitian penelitian selanjutnya yang penyusun buat. Mohon maaf jika ada kesalahan atau kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca. Alhamduillah wa syukurillah. Allah Maha besar dengan segala nikmat yang selalu tercurah kepada kami. Semoga Allah Swt. Selalu memberkahi dan menjaga kami untuk tetap beristiqomah.
Jakarta, 2 Mei 2015
Penyusun
1
PENGERTIAN AKAD MURABAHAH
Secara luas, jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela. Menurut (Sabiq, 2008) jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang dapat dibenarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan barang, barang dengan barang yang biasa kita kenal dengan barter dan uang dengan uang misalnya pertukaran nilai mata uang rupiah dengan yen. Muslim harus mengetahui jual beli yang diperbolehkan dalam syariah, agar harta yang dimiliki halal dan baik. Seperti yang kita kethui, jual beli adalah salah satu aspek dalam muamalah (hubungan manusia dengan manusia), dengan kaidah dasar semua boleh kecuali yang dilarang. Kalau belum tahu mana yang dibolehkan dalam syariah, atau belum mengetahui suatu ilmu tertentu, kita wajib mencari t ahu sebagaimana sabda Rasulullah: “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang muslim”. (HR. Ibnu Majah) Pertukaran uang dengan barang yang biasa dikenal dengan jual beli dapat dilakukan secara tunai atau dengan cara pembelian tangguh. Pertukaran barang dengan barang, terlebih dahulu harus memperhatikan apakah barang tersebut merupakan barang ribawi (secara kasat mata tidak dapat dibedakan) atau bukan. Untuk pertukaran barang ribawi (emas, perak, gandum, tepung, kurma, anggur kering, dan garam) maka pertukarannya agar sesuai dengan syariah harus dengan jumlah yang sama dan harus dari tangan ke tangan atau tunai, karena kelebihannya adalah riba. Dan untuk pertukaran mata uang yang berbeda harus dilakukan secara tunai. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin keuntungan sehingga diperoleh kesepakatan. Kemudian timbul perdebatan berkenaan dengan harga perolehan, apakah hanya sebesar harga beli atau boleh ditambahkan dengan biaya lain. Secara umum, keempat ulama mazhab membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus dibayarkan keoada pihak ketiga. Mereka tidak memperbolehkan pembebanan biaya langsung yang berhubungan dengan
2
pekerjaan yang memang seharusnya dilakukan oleh penjual, demikian juga biaya yang tidak memberi nilai tambah pada barang (Karim, 2003). Harga beli menggunakan harga pokok yaitu harga beli dikurangi dengan diskom pembelian. Apabila diskon diberikan setelah akad, maka diskom yang didapat akan menjadi hak pembeli atau hak penjual sesuai dengan kesepakatan mereka diawal akad. Dalam PSAK 102 dijelaskan lebih lanjut, jika akad tidak mengatur, maka diskon tersebut menjadi hak penjual. Namun pada hakikatnya, diskon pembelian adalah hak pembeli. Sehingga akan lebih baik jika prosedur operasional perusahaan menyatakan bahwa diskon setiap akad murabahah adalah hak pembeli. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi (PSAK No. 102 par 11): a. Diskon dalam bentuk apa pun dari pemasok atas pembelian barang b. Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang c. Komisi dalam bentuk apa pun yang diterima terkait dengan pembelian barang Sedangkan keuntungan yang diinginkan bisa dinyatakan dalam jumlah tertentu ( lump sum) dan besarnya keuntungan harus jelas. Penjual dapat meminta pembeli untuk mewakilinya membeli barang yang dibutuhkan pembeli sehingga barang yang dibeli sesuai dengan keinginannya. Dan akad murabahah dapat terjadi setelah barang tersebut menjadi milik si penjual karena akad tidak sah kalau penjual tidak memiliki barang yang dijualnya. Penjualan dapat dilakukan secara tunai atau kredit (pembayaran tangguh). Dalam akad murabahah, diperkenankan harga berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda. Misalnya, harga tunai, harga tangguh dengan periode 1 tahun atau 2 tahun berbeda. Namun penjual dan pembeli harus memilih harga mana yang disepakati dalam akad tersebut dan begitu disepakati maka hanya ada satu harag (harga dalam akad) yang digunakan dan harga ini tidak dapat berubah. Apakah pembeli melunasi lebih cepat dari jangka waktu kredit yang telah ditentukan atau pembeli menunda pembayaran, harga t idak boleh berubah. Penjual dapat meminta uang muka pembelian kepada pembeli sebagai bukti keseriusannya ingin membeli barang tersebut. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika akad murabahah disepakati. Namun apabila penjual telah membeli barang dan pembeli membatalkannya, uang muka ini dapat digunakan untuk menutupi kerugian si penjual akibat dibatalkannya pesanan tersebut. Bila jumlah uang muka lebih kecil 3
dibandingkan jumlah kerugian yang harus ditanggung oleh penjual, penjual dapat meminta kekurangannya keoada pembeli. Sebaliknya, bila lebih besar, pembeli berhak untuk mengambil atau menerima kembali sebagian uang mukanya. Apabila akad penjualan secara tangguh dan pembeli dapat melunasinya secara tepat waktu atau bahkan ia melakukan pelunasan lebih cepat dari periode yang telah ditetapkan, maka penjual boleh memberikan potongan. Namun demikian, potongan ini tidak boleh diperjanjikan di awal akad (untuk menghindari adanya unsur riba). Apabila pembeli tidak dapat membayar utangnya sesuai dengan waktu yang ditetapkan, penjual t idak diperbolehkan mengenakan denda atas keterlambatannya pada pembeli karena kelebihan pembayaran atas suatu utang sama dengan riba. Pengecualian berlaku, apabila pembeli tersebut tidak membayar bukan karena mengalami kesulitan keuangan tapi karena lalai. Dalam kasus seperti ini, pengenaan denda diperbolehkan. Namun, denda ini pun tidak boleh diakui sebagai pendapatan penjual tapi harus digunakan untuk dana kebajikan/social (dana Qard) yang akan disalurkan pada orang yang membutuhkan. Tujuan dikenakannya denda adalah sebagai hukuman/sanksi bagi orang yang lalai agar ia lebih disiplin dalam menunaikan kewajiban membayar utangnya. Apabila pelunasan piutang tertunda dikarenakan pembeli mengalami kesulitan keuangan, maka penjual hendaknya memberi keringanan. Keringanan dapat berupa menghapus sisa tagihan, membantu menjualkan objek murabahah pada pihak lain atau melakukan restrukturisasi piutang. Restrukturisasi piutang bisa dalam bentuk sebagai berikut: a. (PSAL ED. 108). Hal ini dilakukan terhadap debitor yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran yang bersifat permanen. Memberi potongan sisa tagihan, sehingga jumlah angsuran menjadi lebih kecil. b. Melakukan penjadwalan ulang (rescheduling ), dimana jumlah tagihan yang tersisa tetap (tidak boleh ditambah) dan perpanjangan masa pembayaran disesuaikan dengan kesepakatan kedua pihak sehingga besarnya angsuran menjadi lebih kecil c. Mengkonversi akad murabahah, dengan cara menjual objek mrabahah kepada penjual sesuai dengan nilai pasar, kemudian dari uang yang ada digunakan untuk melunasi sisa tagihan. Kelebihan (bila ada) digunakan sebagai uang muka akad ijarah atau sebagai bagian modal dari akad mudharabah musyarakah atau musyarakah dalam rangka perolehan suatu barang. Hal ini dilakukan terhadap debitor yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran namun debitor masih prospektif. Sebaliknya, 4
apabila terjadi kekurangan tetap menjadi utang pembeli yang cara pembayarannya disepakati bersama. Akad murabahah adalah sesuai dengan syariah karena merupakan transaksi jual beli di mana kelebihan dari harga pokoknya merupakan keuntungan dari penjualan barang. Sangat berbeda dengan praktik riba di mana nasabah meminjam uang sejumlah tertentu untuk membeli suatu barang kemudian atas pinjaman tersebut nasabah harus membayar kelebihannya dan ini adalah riba. Menurut ketentuan syariah, pinjaman uang harus dilunasi sebesar pokok pinjamannya dan kelebihannya adalah riba, tidak tergantung dari besar kecilnya kelebihan yang diminta juga tidak tergantung kelebihan tersebut nilainya tetap atau tidak tetap sepanjang waktu pinjaman. Dengan penjualan tangguh, maka akan muncul utang piutang, pembeli mempunyai utang dan penjual mempunyai piutang. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan atau untuk menghindari risiko penjual dapat mengadakan perjanjian khusus dengan pembeli dan meminta jaminan. Dalam hal ini, objek akad murabahah yaitu barang yang diperjualbelikan dapat digunakan sebagai jaminan. Untuk penjualan tidak tunai (tangguh), sebaliknya, dibuatkan kontrak/perjanjiannya secara tertulis dan dihadiri saksi-saksi. Kontrak memuat antara lain besarnya utang pembeli karena membeli barang, jangka waktu akad, besarnya angsuran setiap periode, jaminan, siapa yang berhak atas diskon pembelian barang setelah akad pembeli atau penjual dan lain sebagainya. JENIS AKAD MURABAHAH
Ada dua jenis murabahah, yaitu: 1. Murabahah dengan pesanan (murabahah to the purchase order ) Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika asset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.
5
Skema Murabahah dengan Pesanan
Keterangan: 1. Melakukan akad murabahah 2. Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen 3. Barang diserahkan dari produsen 4. Barang diserahkan kepada pembeli 5. Pembayaran dilakukan oleh pembeli 2. Murabahah tanpa pesanan; murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat
Skem Murabahah Tanoa Pesanan
Keterangan: 1. Melakukan akad murabahah 2. Barang diserahkan kepada pembeli 3. Pembayaran dilakukan oleh pembeli DASAR SYARIAH Sumber Hukum Akad Murabahah
Al-Qur’an
6
“Hai orang -orang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu….” (QS 4:29) “Hai orang -orang yang beriman penuhilah akad- akad itu….” (QS 5:275) “Allah telah menghalalkan jual -beli dan mengharamkan riba.” (QS 2:275) “…dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan,” (QS 2:280)
Al-Hadis Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban) Rasulullah SAW bersabda: “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib) “Orang yang melepaskan seorang musl im dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
RUKUN DAN KETENTUAN AKAD MURABAHAH
Rukun dan ketentuan murabahah, yaitu: 1. Pelaku Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizing walinya. 2. Objek jual beli harus memenuhi: a. Barang yang diperjual-belikan adalah barang halal Maka semua barang yang diharamkan oleh Allah, tidak dapat dijadikan sebagai objek jual beli, karena barang tersebut dapat menyebabkan manusia bermaksiat/melanggar larangan Allah. Hal ini sesuai dengan hadis berikut ini: “Sesungguhnya Allah mengharamkan menjualbelikan khamar, bangkai, babi, patung patung.” (HR. Bukhari Muslim)
7
“Sesungguhnya
Allah
apabila
mengharamkan
sesuatu
juga
mengharamkan
harganya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud) b. Barang yang diperjual-belikan harus dapat diambil manfaatnya atau meiliki nilai, dan bukan merupakan barang-barang yang dilarang diperjual-belikan, misalnya: jual beli barang yang kadaluwarsa. c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual Jual beli atas barang yang tidak dimiliki oleh penjual adalah tidak sah karena bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada orang lain atas barang yang bukan miliknya. Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti itu, baru akan sah apabila mendapat izin dari pemilik barang. d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di masa depan Barang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah, karena dapat menimbulkan ketidakpastian ( gharar ), yang pada gilirannya dapat merugikan salah satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan persengketaan. e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian) f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas, se hingga tidak ada gharar Apabila suatu barang dapat dikuantifisir/ditakar/ditimbang maka atas barang yang diperjual belikan harus dikuantifisir terlebih dahulu agar tidak timbul ketidakpastian ( gharar ) g. Harga barang tersebut jelas Harga atas barang yang diperjual-belikan diketahui oleh pembeli dan penjual berikut cara pembayarannya tunai atau tangguh sehingga jelas dan tidak ada gharar . h. Barang yang diakadkan ada di tangan penjual Barang dagangan yang tidak berada di tangan penjual akan menimbulkan ketidakpastian ( gharar ). Hakim bin Hizam berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku membeli barang dagangan, apakah yang halal dan apa pula yang haram darpadanya untukku?” Rasulullah bersabda:”Jika kamu telah membeli sesuatu, maka janganlah kau jual sebelum ada di tanganku.” Berdasarkan hadis ini dapat diqiyaskan future trading dilarang. Pembeli yang menjual kembali barang ia beli sebelum serah terima, dapat diartikan ia menyerahkan uang pada pihak lain dengan harapan memperoleh uang lebih banyak dan hal ini dapat 8
disamakan dengan riba. Misalnya, A membeli buku dari B. B belum mengirimkan kepada A atau kepada agennya. A tidak bisa menjual buku kepada C. jika A menjualnya sebelum menerima pengiriman dari B, maka penjualan yang dilakukan oleh A tidak sah. Contoh di atas berbeda dengan jual beli di mana barang yang diperjual-belikan tidak ada ditempat akad, namun barang tersebut ada dan dimiliki penjual. Hal ini dibolehkan asalkan spesifikasinya jelas, dan apabila ternyata barangnya tidak sesuai dengan yang telah disepakati maka para pihak boleh melakukan khiyar (memilih melanjutkan transaksi atau membatalkan). “Siapa yang membeli sesuatu barang yang ia tidak melihatnya, maka dia boleh memilih jika telah menyaksikannya.” (HR. Abu Hurairah) 3. Ijab Kabul Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antar a pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, melalui korespindensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern. Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka kepemilikannya, pembayarannya dan pemanfaatan atas barang yang diperjual-belikan menjadi halal. Demikian sebaliknya. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 102 DAN ED PSAK 108) I. Akuntansi Murabahah (PSAK 102) Akuntansi untuk Penjual
1. Pada saat perolehan, asset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan Dr. Aset Murabahah
xxx
Kr.Kas
xxx
2. Untuk murabahah pesanan mengikat, pengukuran asset murabahah setelah perolehan adalah diniliai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan nilai asset karena using, rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai asset. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan mengikat, maka jurnal: Dr. Beban Penurunan Nilai Kr. Aset Murabahah
xxx xxx
9
Untuk murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat maka asset dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, dan d ipilih mana yang lebih rendah. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat, maka jurnal: Dr. Kerugian Penurunan Nilai
xxx
Kr. Aset Murabahah
xxx
3. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian asset murabahah, maka perlakuannya dalah sebagai berikut: a. Jika terjadi sebelum akad muraahah akan menjadi pengurang biaya perolehan asset murabahah, jurnal: Dr. Aset Murabahah
xxx
Kr. Kas
xxx
b. Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli, menjadi kewajiban kepada pembeli, jurnal: Dr. Kas
xxx
Kr. Utang
xxx
c. Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak penjual, menjadi tambahan keuntungan murabahah, jurnal: Dr. Kas
xxx
Kr. Keuntungan Murabahah
xxx
d. Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad, maka akad menjadi hak penjual dan diakui sebagai pendapatan operasional lain, jurnal: Dr. Kas
xxx
Kr. Pendapatan Operasional Lain
xxx
4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon tersebut akan tereliminasi pada saat: a. Dilakukan pembayaran kepada pembeli, sehingga jurnal: Dr. Utang Dr. Kas
xxx xxx
atau b. Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan ika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual, sehingga jurnal: Dr. Dana Kebajikan-Kas
xxx 10
Kr. Dana Kebajikan-Potongan Pembelian
xxx
5. Pengakuan keuntungan murabahah a. Jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa angsuran murabahah tidak melebihi satu perioede laporan keuangan, maka keuntungan murabahah diakui pada saat terjadinya akad murabahah: Dr. Kas
xxx
Dr. Piutang Murabahah
xxx
Kr. Aset Murabahah
xxx
Kr. Keuntungan
xxx
b. Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya adalah sebagai berikut: 1. Keuntungan diakui saat enyerahan asset murabahah dengan syarat apabila resiko penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang sama pada butir a. 2. Keuntungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah, metode ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh di mana ada resiko piutang tidak tertagih relative besar dan/ atau beban untuk mengelola dan menagih piutang yang relative besar, maka jurnal: Pada saat penjualan kredit dilakukan: Dr. Piutang Murabahah
xxx
Kr. Aset Murabahah
xxx
Kr. Keuntungan Tangguhan
xxx
Pada saat penerimaan angsuran: Dr. Kas
xxx
Kr. Piutang Murabahah
Dr. Keuntungan Tangguhan Kr. Keuntungan
xxx
xxx xxx
3. Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih, metode ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar.
11
Pencatatannya sama dengan poin 2, hanya saja jurnal pengakuan keuntungan dibuat saat seluruh piutang telah selesai ditagih. 6. Pada saat akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang disapakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama dengan akuntansi konvensional, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang. Jurnal untuk penyisihan piutang tak tertagih: Dr. Beban Piutang Tak Tertagih
xxx
Kr. Penyisihan Piutang Tak Tertagih
xxx
7. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah. a. Jika potongan diberikan pada saat pelunasan, maka dianggap sebagai pengurang keuntungan murabahah, dan jurnal: Dr. Kas
xxx
Dr. Keuntungan Ditangguhkan
xxx
Kr. Piutang Murabahah
xxx
Kr. Keuntungan Murabahah
xxx
(porsi pengakuan keuntungan – potongan) b. Jika potongan diberikan setelah pelunasan yaitu penjual menerima pelunasan piutang dari pembeli dan kemudian membayarkan potongan perlunasannya kepada pembeli. Maka jurnal: Pada saat penerimaan piutang dari pembeli Dr. Kas
xxx
Dr. Keuntungan Ditangguhkan
xxx
Kr. Piutang Murabahah
xxx
Kr. Keuntungan Murabahah
xxx
(sesuai porsi pengakuan keuntungan)
Pada saat pengembalian kepada pembeli Dr. Keuntungan Murabahah Kr. Kas
xxx xxx 12
8. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai dana kebajikan. Dr. Dana Kebajikan-Kas
xxx
Kr. Dana Kebajikan-Denda
xxx
9. Pengakuan dan pengukuran penerimaan uang muka adalah sebagai berikut: a. Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima b. Pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok) c. Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual. Jurnal yang terkait dengan penerimaan uang muka: a. Penerimaan uang muka dari pembeli Dr. Kas
xxx
Kr. Utang Lain Uang Muka Murabahah
xxx
b. Apabila murabahah jadi dilaksanakan Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah
xxx
Kr. Piutang Murabahah
xxx
Sehingga untuk penentuan margin keuntungan didasarkan atas nilai piutang (harga jual kepada pembeli setelah dikurangi uang muka) c. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih besar daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan oleh pembeli. Dr. Utang Lain-Utang Muka Murabahah
d.
xxx
Kr. Pendapatan Operasional
xxx
Kr. Kas
xxx
Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih kecil daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pembeli untuk membayarkan kekurangannya dan pembeli membayar kekurangannya. Dr. Kas/Piutang
xxx
Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah
xxx
Kr. Pendapatan Operasional
xxx 13
e. Jika perusahaan menanggung kekurangannya atau uang muka sama dengan beban yang dikeluarkan. Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah Kr. Pendapatan Operasional
xxx xxx
10. Penyajian Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Keuntungan murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang ( contra account ) piutang murabahah. 11. Pengungkapan Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada: a. Harga perolehan asset murabahah b. Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan; dan c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Akuntansi untuk Pembeli
1. Uang muka Pembeli membayarkan uang muka Jurnal : Dr. Uang muka
xxx
Kr. Kas
xxx
Jika sudah memberikan uang muka, maka ketika penyerahan barang jurnalnya : Dr. Aset
xxx
Dr. Beban Murabahah Tangguhan
xxx
Kr. Uang Muka
xxx
Kr. Utang Murabahah
xxx
Jika pembeli membatalkan transaksi dan dikenakan biaya, maka diakui sebagai kerugian. Apabila biaya yang dikenakan lebih keil dari uang muka, maka jurnalnya : Dr. Kas
xxx
Dr. Kerugian
xxx
Kr. Uang Muka
xxx 14
Sedangkan biaya yang dikenakan lebih besar dari uang muka, jurnalnya : Dr. Kerugian
xxx
Kr. Uang Muka
xxx
Kr. Kas atau Utang
xxx
2. Aset yang diraih melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai. (Apabila tidak ada uang muka) Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai utang murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan). Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan. Jurnal Dr. Aset
xxx
Dr. Beban Murabahah Tangguhan
xxx
Kr. Utang Murabahah
xxx
3. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi utang murabahah yang dilunasi. Jurnal : Dr. Utang Murabahah
xxx
Kr. Kas Dr. Beban
xxx xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan
xxx
4. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan potongan utang murabahah diakui sebagai pengurang beban murabahah tangguhan. Jurnal untuk diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah Dr. Kas
xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan
xxx
Jurnal untuk potongan pelunasan dan potongan utang murabahah Dr. Utang Murabahah
xxx
Dr. Beban
xxx
Kr. Kas
xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan
xxx
Keterangan : beban dihitung sebesar alokasi beban murabahah tangguhan – potongan 5. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian. Jurnal : 15
Dr. Kerugian
xxx
Kr. Kas/Utang
xxx
6. Penyajian Beban murabahah tangguhan disajikan seagai pengurang ( conra account ) utang murabahah.
7. Pengungkapan Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan tr ansaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada : a) Nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah. b) Jangka waktu murabahah tangguh. c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah.
II. AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH (ED PSAK 108). Akuntansi untuk kreditor Penyelesaian piuang murabahah melalui restrukturisasi piutang murabahah dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran dan dapat dilakukan dengan cara, satu atau lebih kombinasi berikut : (a). Memberi potongan tagihan murabahah. (b). Melakukan penjadwalan kembali tagihan murabahah. (c). Melakukan konversi akad murabahah. a. Pemberian potongan tagihan murabahah Potongan ini diakui sebagai pengurang jumlah tercatat marjin/keuntungan murabahah tangguhan Jurnal : Dr. Keuntungan Murabahah Tangguhan
xxx
16
Kr. Piutang Murabahah
xxx
Jika jumlah potongan yang diberikan melebihi saldo margin keuntungan murabahah tangguhan, maka selisih diakui sebagai kerugian. Jurnal : Dr. Keuntungan Murabahah tangguhan Dr. Kerugian
xxx xxx
Kr. Piutang murabahah b.
xxx
Penjadwalan kembali tagihan murabahah Penjadwalan kembali tagihan murabahah dilakukan dengan ketentuan : (a). Tidak menambah jumlah utang yang tersisa (b). Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakat an kedua belah
pihak (c). Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil yaitu biaya langsung (direct cost ) dari aktivitas kreditor dalam melakukan penjadwalan kembali. Atas pembebanan biaya ini, kreditor mengakuinya sebagai pendapatan. Jurnal : Dr. Kas/Piutang Kr. Pendapatan c.
xxx xxx
Konversi akad murabahah Konversi akad murabahah dilakukan dengan menghentikan akad murabahah dan membuat akad baru dengan skema ijarah muntahiyah bittamlik, mudharabah atau musyarakah. a). Akad murabahah dihentikan dengan menjual objek murabahah oleh debitur kepada kreditor dengan harga pasar :
17
Jurnal : Dr. Aset
xxx
Kr. Kas
xxx
b). Debitur melunasi sisa utangnya kepada kreditor dari hasil penjualan, jika hasil penjualan lebih besar dari sisa utang Jurnal : Dr. Kas
xxx
Dr. Keuntungan Murabahah Tangguhan
xxx
Kr. Piutang Murabahah
xxx
Kr. Keuntungan Murabahah
xxx
Jika hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang tetap menjadi utang debitur. Jurnal: Dr. Kas
xxx
Dr. Piutang Lain-Lain
xxx
Dr. Keuntungan Murabahah Tangguhan
xxx
Kr. Piutang Murabahah
xxx
Kr. Keuntungan Murabahah
xxx
Jika hasil penjualan lebih kecil daripada sisa utang dan kreditor membebaskannya maka kurang bayar diakui sebagai kerugian. Jurnal : Dr. Kas
xxx
Dr. Kerugian
xxx
18
Dr. Keuntungan Murabahah Tangguhan
xxx
Kr. Piutang Murabahah
xxx
Pada pihak diatas (Kreditor dan Debitor) selanjutnya dapat membuat akad baru dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik, mudharabah atau musyarakah. Perlakuan akuntansi untuk akad baru sesuai denagan PSAK terkait. Penyajian Kerugian yang timbul (jika ada) atas restrukturisasi piutang murabahah disajikan seara terpisah dalam laporan laba rugi. Pengungkapan 1. Kreditor mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan restrukturisasi piutang murabahah bermasalah meliputi tetapi tidak terbatas pada, nama debitur, jumlah piutang yang direstrukturisasi, alasan, dan metode restrukturisasi yang digunakan. 2. Kreditor juga mengungkapkan keberadaan hubungan istimewa de ngan debitur yang direstrukturisasi. Akuntansi untuk Debitur (Pembeli)
a. Pemberian potongan untuk murabahah Jurnal : Dr. Utang murabahah
xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan
xxx
Jika nilai tercatat utang lebih besar dari jumlah yang harus dibayar maka selisih tersebut diakui sebagai keuntungan (keuntungn sebesar selisih u tang murabahah dikurangi jumlah yang harus diselesaikan). Jurnal : Dr. Utang Murabahah
xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan
xxx
Kr. Keuntungan
xxx
b. Penjadwalan kembali tagihan murabahah Penjadwalan kembali tagihan murabahah dilakukan dengan ketentuan : a) Tidak menambah jumlah uang yang tersisa b) Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak 19
c) Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil yaitu biaya langsung (direct cost ) dari aktivitas kreditor dalam melakukan penjadwalan kembali. Atas pembebanan biaya ini debitur mengakuinya sebagai beban. Jurnal : Dr. Beban
xxx
Kr. Kas/Utang
xx
c. Konversi akad murabahah Konversi akad murabahah dilakukan dengan menghentikan akad murabahah dan membuat akad baru dengan skema ijarah muntahiyah bittamlik, mudharabah atau musyarakah. a) Akad murabahah dihentikan dengan menjual objek murabahah oleh debitur kepada kreditor dengan harga pasar Jurnal : Dr. Kas
xxx
Kr. Aset
xxx
b) Debitur melunasi sisa utangnya kepada kreditor dari hasil penjualan, Jika hasil penjualan lebih besar dari sisa utang Jurnal : Dr. Utang Murabahah
xxx
Dr. Beban
xxx
Kr. Kas
xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan
xxx
Jika hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang tetap menjadi utang debitur. Jurnal : Dr. Utang Murabahah
xxx
Dr. Beban
xxx
Kr. Kas
xxx
Kr. Utang lain-lain
xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan
xxx
Jika hasil penjualan lebih kecil daripada sisa utang dan kreditor membebaskannya maka kurang bayar diakui sebagai keuntungan. 20
Jurnal : Dr. Utang Murabahah
xxx
Kr. Kas
xxx
Kr. Keuntungan
xxx
Kr. Beban Murabahah Tangguhan
xxx
Para pihak diatas (kreditor dan debitur) selanjutnya dapat membuat akad baru d engan akad ijarah muntahiyah bittamlik, mudharabah, atau musyarakah. Perlakuan akuntansi untuk akad baru sesuai dengan PSAK terkait. Penyajian Keuntungan neto atas restruktrisasi utang murabahah setelah pajak, jika ada, diakui dalam laporan laba rugi dalam periode terjadinya dan disajikan ter sendiri sebagai bagian pendapatan non-usaha. Pengungkapan Debitur mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan informasi yang terkait dengan restruturisasi utang murabahah meliputi tetapi tidak ter batas pada, nama kreditor, jumlah utang yang direstrukturisasi, alasan, dan metode restrukturisasi yang digunakan. ILUSTRASI AKAD MURABAHAH I.
Tunai
a. Transaksi Murabahah Tunai Pesanan Mengikat Transaksi (dalam ribuan rupiah) 1 Januari 2007 Penjual dan Pembeli melakukan akad murabahah. Penjual membeli dari pihak lain barang yang akan dijual kepada pembeli. Penjual membeli persediaan dari pihak lain dengan harga Rp 100.000 dan akan diserahkan pada 1 Juni 2007. Pesanan mengikat. 1 Maret 2007 Jika terjadi penurunan nilai sebelum barang pesanan diserahkan kepada pembeli sebesar Rp 5000.
Penjual
Pembeli
Aset Murabahah Kas/Utang
100.000 100.000
-
Beban Penurunan Nilai Aset Murabahah
5.000 5000
-
21
1 Juni 2007 Penjual sesuai akad menyerahkan barang kepada pembeli dengan nilai Rp. 115.000.
Kas Keuntungan Aset Murabahah
115.000 20.000 95.000
Aset Kas
115.000 115.000
b. Transaksi Murabahah Tunai Pesanan Tidak Mengikat Transaksi (dalam ribuan rupiah) 1 Januari 2007 Jika penjual memperoleh aset murabahah dengan harga beli sebesar Rp 100.000 1 Maret 2007 Jika terjadi penurunan nilai sebelum barang pesanan diserahkan kepada pembeli sebesar Rp 5.000. Pesanan tidak mengikat. 15 Maret 2007 Penjual sesuai akad menyerahkan barang kepada pembeli dengan nilai Rp 115.000. secara tunai. 1 April 2007 Apabila diskon diberikan oleh pihak ketiga setelah akad ditandangani oleh pembeli dan penjual, sebesar Rp 5.000 dan biaya pengambilan Rp 1.000. Pada saat menerima diskon dari pihak ketiga Jika merupakan hak pembeli: Saat diskon diterima
Saat diskon dibayarkan kepada pembeli Saat diskon tidak dapat dibayarkan kepada pembeli karena pembeli tidak diketahui secara pasti keberadaannya Jika merupakan hak penjual: Saat diskon diterima dan diperjanjikan dalam akad
II.
Jika tidak dijanjikan dalam akad
Penjual
Pembeli
Aset Murabahah Kas/Utang
100.000 100.000
Kerugian Penurunan Nilai Aset Murabahah
5.000 5.000
Kas Keuntungan Aset Murabahah
115.000 20.000 95.000
Kas Utang Utang Kas Dana Kebajikan-Kas Dana KebijakanDenda
4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
Kas Keuntungan Kas Pendapatan Operasional Lain
4.000 4.000 4.000 4.000
Aset Kas
115.000 115.000
Kas Aset
4.000 4.000
Non-Tunai
a. Tidak menggunakan akun penjualan dan harga pokok penjualan ketika barang diserahkan (biasa digunakan dalam Lembaga Keuangan) 22
Transaksi dalam Rp 000 1 Januari 2007 Penjual dan pembeli melakukan akad murabahah pesanan mengikat. Penjual membeli dari pihak lain barang yang akan dijual oleh pembeli. Penjual membeli persediaan dari pihak lain dengan harga Rp 200.000 dan akan diserahhkan pada 1 Juni 2007 akan dibayarkan dalam dua kali angsuran. 1 Juni 2007 Penjual sesuai akad menyerahkan barang kepada pembeli dengan nilai Rp 250.000 secara tidak tunaai dan dan akan dibayar selama 2 tahun. Nilai tunai dari aset Rp 200.000. dengan dua kali angsuran.
1 Juni 2008 Pembayaran sebesar Rp 125.000
1 Juni 2009 Pembayaran sebesar Rp 125.000
Penjual
Pembeli
Aset Murabahah Kas/Utang
200.000 200.000
Piutang Murabahah Keuntungan Tangguhan Aset Murabahah (keuntungan tangguhan akan dimortisasi sepanjang akad)
250.000 50.000 200.000
Kas Keuntungan Tangguhan Piutang Murabahah Keuntungan
125.000 25.000
Kas Kuntungan Tangguhan Piutang Murabahah Keuntungan
125.000 25.000
Aset 200.000 Beban Ditangguhkan 50.000 Utang 250.000
(beban ditangguhkan akan dimortisasi sepanjang akad)
125.000 25.000
125.000 25.000
Utang Murabahah Beban Beban Ditangguhkan Kas
Utang Merunahah Beban Beban Ditangguhkan Kas
125.000 25.000 125.000 25..000
125.000 25.000 125.000 25.000
b. Transaksi Murabahah jika Penjual adalah produsen (menggunakan akun pokok penjualan) Transaksi (dalam Rp 000) 1 Januari 2007 Penjual menandatangani akad murabahah. Penjualan dilakukan secara kredit Rp 250.000 dengan harga perolehan Rp 200.000 dan diskon sebelum akad Rp 10.000 serta menerima uang muka rp 10,000 dan akan diserahkan kepada pembeli pada 1 Juni 2007. Pembayaran akan dilakukan secara angsuran 5 kali setiap 3 bulan. 1 Juni 2007 Untuk penyerahan
Penjual
Pembeli
Aset Murabahah Kas/Utang
190.000 190.000
Kas Utang lain-lain Murabahah
10.000 10.000
Piutang Utang lain-lain Penjualan
240.000 10.000 250.000
Uang Muka Kas
10.000 10.000
Aset Nonkas 190.000 Beban Ditangguhkan 60.000 Utang 190.000
23
Jurnal pengakuan laba tangguhan/jurnal penutup 1 September 2007 Pada saat pelunasan (dengan dicicil 5 kali) dan dilakukan amortisasi atas keuntungan dan biaya yang ditangguhkan. 1 Desember 2007 Jika pembeli tidak dapat membayar karena kelalaiannya sehingga dikenakan denda Rp 1.000. pada saat pelunasan (dengan dicicil 5 kali) dan dilakukan amortisasi keuntungan dan biaya yang ditangguhkan. 1 Februari 2007 Jika pembeli dapat melunasi lebih sepat dari seharusnya, maka penjual dapat memberikan potongan. Pada saat pembayaran cicilan ke-3, dilunasi kemudian di berikan potongan Rp 5.000
III.
HPP Aset Murabahah Penjualan HPP Keuntungan Tangguhan Kas Piutang Keuntungan Tangguhan Keuntungan Dana Kebajikan-Kas Dana KebajikanDana Kas Keuntungan Tangguhan Piutang Keuntungan Keuntungan Tangguhan Kas Piutang Keuntungan
200.000 200.000 250.000 200.000 50.000
Uang Muka
48.000 48.000 12.000
Utang 48.000 Kas 48.000 Beban 12.000 Beban Ditangguhkan 12.000
12.000 1.000 1.000 48.000 12.000 48.000 12.000 36.000 139.000 144.000 25..000
60.000
Kerugian Kas Utang Beban Kas Beban Ditangguhkan
1.000 1.000 48.000 12.000 48.000 12.000
Utang Murabahah Beban Beban Ditangguhkan Kas
144.000 25.000 36.000 139.000
Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah-Restrukturisasi Utang Piutang Transaksi (dalam Rp 000) 13 Mei 2009 Penjual dan pembeli melakukan akad murabahah. Penjual membeli dari pihak lain barang yang akan djual kepada pembeli dengan harga Rp 1000.000. barang akan diserahkan pada pembeli tanggal 1 Juni 2009. 1 Juni 2009 Penjual menyerahkan barang pada pembeli dengan nilai Rp 1.250.000 secara tidak tunai dan akan dibayar dengan 10x angsuran.
Jurnal setiap pembayaran angsuran
Sampai dengan angsuran ke-5 pembeli dapat membayarkan angsuran dengan baik. Untuk
Penjual
Pembeli
Persediaan Kas/utang
1.000.000 1.000.000
Piutang Murabahah Keuntunggan Tangguhan Persediaan (tangguhan keuntungan akan diamortisasi sepanjang akad proposional dengan piutang yang dilunasi) Kas Keuntungan Tangguhan Piutang Murabahah Keuntungan Piutang Murabahah Keuntungan Tangguhan
1.250.000 250.000 1.000.000
125.000 25.000 125.000 25.000 625.000 (125.000) 500.000
Aset Beban Ditungguhkan Utang (beban yang ditangguhkan akan diamortisasi sepanjang akad proposional dengan piutang yang dilunasi) Utang Murabahah Beban Beban Ditangguhkan Kas Utang Murabahah Beban Tangguhan
1.000.000 250.000 1.250.000
125.000 25.000 25.000 125.000 625.000 (125.000) 500.000
24
angsuran berikutnya, pembeli mengalami penurunan kemampuan bayar, sehingga penjual memutuskan akan melakukan rekstrukturisasi utang murabahahnya. Posisi terakhir dari akun terkait dengan utang piutang murabahah adalah:
III.1 Jika Rekstrukturisasi Utang Piutang Murabahah Bermasalah dalam Bentuk Pemberian Potongan Tagihan Murabahah Transaksi (dalam Rp 000) Apabila penjual memberi potongan tagihan sebesar Rp 75.000 sehingga saldo piutang/utang menjadi Rp 550.000 (625.000-75.000) Angsuran keenam dan seterusnya Rp 110.000 (550.000/5)
Apabila penjual memberi potongan tagihan sebesar Rp 175.000 sehingga saldo piutang/utang menjadi Rp 450.000 (625.000-175.000) Angsuran keenam dan seterunya Rp 90.000 (450.000/5); saldo keuntungan tangguhan dan beban tangguhan sudah Rp 0.
Penjual Keuntungan Tangguhan Piutang Murabahah
Kas Keuntungan Tangguhan Pitang Murabahah Keuntungan Keuntungan Tangguhan Kerugian Restrukturisasi Piutang Murabahah Kas Piutang Murabahah
75.000
Pembeli Utang Murabahah Beban Tangguhan
75.000 75.000
Utang Murabahah Beban Beban Tangguhan Kas
110.000 10.000 110.000 10.000
Utang Murabahah Beban Tangguhan Keuntungan Restrukturisasi
175.000 150.000 25.000
Utang Murabahah Kas
90.000 90.000
75.000
110.000 10.000 110.000 10.000 125.000 50.000 175.000 90.000 90.000
III.2 Jika Rekstrukturisasi Utang Piutang Murabahah Bermasalah da lam Bentuk Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah Transaksi (dalam Rp 000) Apabila penjual memberi perpanjangan waktu, di mna seharusnya pembeli harus melunasi 5 angsuran lagi (angsuran ke-6 sampai ke-10) menjaadi 10 kali angsuran untuk saldo utang/piutang yang ada, maka besarnya angsuran menjadi lebih kecil yaitu Rp 62.500 (625.000/10)
Penjual
Kas Keuntungan Tagihan Piutang Murabahah Keuntungan
62.500 12.500 62.500 12.500
Pembeli Utang Murabahah 62.500 Beban 12.500 Beban 62.500 Ditangguhkan 12.500 Kas
25
III.3 Jika Rekstrukturisasi Utang Piutang Murabahah Bermasalah dalam Bentuk Konversi Akad Transaksi (dalam Rp 000) Apabila Aset pembeli dijual kepada penjual dengan nilai pasar Rp 800.000 Pelunasan Utaang Piutang
Kemudian selisih nilai jual aset dengan utang dapat digunakan sebagai uang muka IMBT, bagian modal mudharabah musyarakah atau musyarakah menurun. Perlakuan akuntansinya mengikuti masing-masing jenis akad tersebut Apabila aset pembeli dijual ke penjual dengan nilai pasar Rp 550.000 Pelunasan utang piutang
Apabila pembeli melunasi sisanya Apabila penjual membebaskan sisa utang penjual
Penjuial
Pembeli
Aset Kas Keuntungan tangguhan Kas Keuntungan Piutang Murabahah Kas Dana Syirkah Temporer atau Pendapatan Sewa
800.000 800.000 125.000
Aset Kas Keuntungan Tangguhan Kas Piutang Lain-lain Keuntungan Piutang Murabahah Kas Piutang Lain-lain Kerugian Piutang
550.000 550.000 125.000
625.000 125.000 625.000 175.000 175.000
550.000 75.000 125.000 625.000 75.000 75.000 75.000 75.000
Kas Aset Utang murabahah Beban Beban tangguhan Kas
800.000 800.000 625.000 125.000 625.000 125.000
Investasi musyarakah 175.000 atau beban sewa Kas 175.000
Kas Aset Utang murabahah Beban Beban tangguhan Kas Utang lain-lain
550.000 550.000 625.000 125.000 125.000 550.000 75.000
Utang lain-lain Kas Utang Keuntungan
75.000 75.000 75.000 75.000
26
Daftar Pustaka Nurhayai, Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: PTSalemba Empat.