Persekutuan: Pendirian, Pengoperasian, dan Perubahan Keanggotaan Persekutuan: Pendirian, Pengoperasian, dan Perubahan Keanggotaan Akuntan sering kali diminta bantuannya dalam hal pendirian dan operasi dari persekutuan untuk memastikan pengukuran dan penilaian yang benar atas transaksi dalam persekutuan. Persekutuan merupakan bentuk usaha yang populer karena mudah dalam pendiriannya dan memungkinkan beberapa individu untuk menggabungkan bakat dan kemampuan mereka, dalam satu usaha tertentu. Selain itu, persekutuan menyediakan sarana yang lebih fleksibel untuk memperoleh tambahan modal dibandingkan dengan perusahaan perorangan dan memungkinkan pembagian risiko dalam pertumbuhan usaha yang cepat.
Karakteristik Entitas Persekutuan Bentuk persekutuan usaha memiliki beberapa komponen unik karena status legal dan akuntansinya. Bagian berikut menggambarkan karakteristik utama yang membedakan bentuk persekutuan dari entitas bisnis lain. A.
Regulasi Hukum Persekutuan
Akuntan yang bekerja untuk persekutuan harus memahami hukum atau undang-undang terkait dengan persekutuan karena hukum atau undang-undang tersebut menjelaskan hak-hak tiap sekutu dan kreditor selama proses pembentukan, operasi dan likuidasi atas persekutuan. Dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Indonesia tertera definisi hak-hak dan kewajiban-kewajiban setiap sekutu kesekutu lain dan kreditor dalam persekutuan. B.
Definisi Perskeutuan
Pada KUHPer Bab VIII, Bagian I, Pasal 1618 menyatakan bahwa, “Persekutuan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang setuju untuk menginvestasikan sesuatu ke dalam
usaha dan laba yang diperolehnya dibagi diantara mereka”, Definisi ini dapat dibagi menjadi tiga faktor terpisah, yaitu: 1.
Gabungan dua orang atau lebih.
2.
Untuk menginvestasikan sesuatu.
3.
Usaha untuk laba.
Pendirian Persekutuan
Salah satu keuntungan utama dari bentuk persekutuan adalah mudah dalam pendirian. Akta pendirian persekutuan harus mencakup hal-hal berikut: 1. Nama dari persekutuan dan nama dari para sekutu. 2. Jenis usaha yang akan dijalani dan jangka waktu perjanjian persekutuan. 3. Kontribusi modal awal dari masing-masing sekutu dengan metode di mana kontribusi modal di masa depan diterapkan. 4. Penjelasan lengkap tentang distribusi keuntungan dan kerugian, termasuk gaji, bunga, atas saldo modal, bonus, batas penarikan dalam mengantisipasi laba, dan persentase yang digunakan untuk mendistribusikan sisa keuntungan dan kerugian. 5. Prosedur yang digunakan dalam perusahaan persekutuan, seperti penambahan sekutu baru dan berhentinya sebuah sekutu. 6. Aspek lain dalam operasi yang diputuskan oleh sekutu, seperti hak manjemen dari masing-masing sekutu, prosedur pemungutan suara dan metode akuntansi. Masing-masing sekutu harus menandatangani perjanjian atas syarat-syarat dalam perjanjian. Sebuah perjanjian persekutuan yang disusun secara hati-hati dapat mencegah banyak permasalahan dan konflik yang mungkin timbul dikemudian hari. C.
Karakteristik Utama Lain Persekutuan
Berikut ini bagian dari KUHPer dan KUHD yang terkait dengan pembentukan dan operasi persekutuan, yang terkait dengan penghentian dan likuidasi persekutuan: 1. Perjanjian persekutuan.
usaha dan laba yang diperolehnya dibagi diantara mereka”, Definisi ini dapat dibagi menjadi tiga faktor terpisah, yaitu: 1.
Gabungan dua orang atau lebih.
2.
Untuk menginvestasikan sesuatu.
3.
Usaha untuk laba.
Pendirian Persekutuan
Salah satu keuntungan utama dari bentuk persekutuan adalah mudah dalam pendirian. Akta pendirian persekutuan harus mencakup hal-hal berikut: 1. Nama dari persekutuan dan nama dari para sekutu. 2. Jenis usaha yang akan dijalani dan jangka waktu perjanjian persekutuan. 3. Kontribusi modal awal dari masing-masing sekutu dengan metode di mana kontribusi modal di masa depan diterapkan. 4. Penjelasan lengkap tentang distribusi keuntungan dan kerugian, termasuk gaji, bunga, atas saldo modal, bonus, batas penarikan dalam mengantisipasi laba, dan persentase yang digunakan untuk mendistribusikan sisa keuntungan dan kerugian. 5. Prosedur yang digunakan dalam perusahaan persekutuan, seperti penambahan sekutu baru dan berhentinya sebuah sekutu. 6. Aspek lain dalam operasi yang diputuskan oleh sekutu, seperti hak manjemen dari masing-masing sekutu, prosedur pemungutan suara dan metode akuntansi. Masing-masing sekutu harus menandatangani perjanjian atas syarat-syarat dalam perjanjian. Sebuah perjanjian persekutuan yang disusun secara hati-hati dapat mencegah banyak permasalahan dan konflik yang mungkin timbul dikemudian hari. C.
Karakteristik Utama Lain Persekutuan
Berikut ini bagian dari KUHPer dan KUHD yang terkait dengan pembentukan dan operasi persekutuan, yang terkait dengan penghentian dan likuidasi persekutuan: 1. Perjanjian persekutuan.
2.
Persekutuan sebagai entitas terpisah.
3. Sekutu adalah wakil (agen (agen)) persekutuan. 4. Kewajiban sekutu adalah kewajiban bersama. 5. Hak dan kewajiban sekutu. 6. Kepemilikan sekutu yang dapat dialihkan dalam persekutuan. 7. Berhentinya sekutu. Jenis-jenis Persekutuan Terbatas Banyak orang menilai kemungkinan terjadinya kewajiban personal atas kewajiban persekutuan sebagai kerugian utama bisnis persekutuan. Karena alasan ini, kadang orang menjadi sekutu terbatas pada satu dari beberapa bentuk persekutuan terbatas. Persekutuan terbatas ( Limited Limited Partnership Partnership- LP) adalah bentuk yang berbeda dari persekutuan dengan kewajiban terbatas ( Limited Limited Liability Partnership-LLP) Partnership-LLP) atau persekutuan terbatas dengan kewajiban terbatas ( Limited Limited Liability Partnership – LLLP). Variasi berdasarkan tingkat perlindungan kewajiban kepada saham. a. Persekutuan Terbatas ( Limited Limited Partnership – Partnership – LP) LP) Dalam Persekutuan Terbatas (LP), terdapat paling sedikit satu sekutu namun satu atau lebih sekutu terbatas. Sekutu umum bertanggung jawab secara pesonal dan atas kewajiban persekutuan dan memiliki tanggung jawab hanya sampai dengan d engan kontribusi modal moda l tapi tidak memiliki wewenang manajemen. b. Persekutuan Dengan Kewajiban Terbatas ( Limited Limited Liability Partnership-LLP) Partnership-LLP) Persekutuan dengan kewajiban terbatas adalah dimana tiap sekutu memiliki tingkat perlindungan kewajiban yang sama. Tidak ada sekutu umum atau sekutu terbatas di LLP; sehingga tiap sekutu memiliki hak dan kewajiban sebagai sekutu umum, tapi dengan kewajiban hukum terbatas. Sekutu dalam LLP tidak bertanggungjawab secara personal atas kewajiban persekutuan. Namun, beberapa negara bagian telah mendefinisikan bahwa tiap sekutu dalam LLP bertanggungjawab penuh atas kewajiban persekutuan, tapi tidak akibat tindakan kelalaian profesional atau malpraktik yang dilakukan sekutu lain. c. Persekutuan Terbatas dengan Kewajiban Terbatas( Limited Limited Liability Limited PartnershipPartnershipLLLP)
Di sebagian besar negara bagian, persekutuan terbatas dapat memilih persekutuan terbatas dengan kewajiban terbatas. Di LLLP setiap sekutu bertanggungjawab hanya atas kewajiban bisnis persekutuan, dan tidak atas terjadinya malpraktik atau kesalahan yang dilakukan sekutu lain dalam berbisnis normal perusahaan. Keuntungan LLLP adalah tiap sekutu umum, walau bertanggungjawab atas manajemen persekutuan, tidak memiliki kewajiban personal atas kewajiban persekutuan. Sama dengan perlindungan kewajiban yang diberikan di sekutu terbatas. Identifikasi sebagai “LLLP” atau “Persekutuan terbatas dengan Kewajiban Terbatas” harus tercantum dalam nama atau identitas entitas.
AKUNTANSI UNTUK PENDIRIAN PERSEKUTUAN Pada saat pendirian persekutuan, sangatlah penting untuk melakukan penilaian yang tepat terhadap aset-aset selain kas dan kewajiban yang disetorkan oleh masing-masing sekutu. Setiap kontribusi dari sekutu akan menjadi kekayaan persekutuan dan dimiliki secara bersama. Persekutuan harus dapat memisahkan secara jelas antara kontribusi modal dan pinjaman yang diberikan oleh sekutu kepada persekutuan. Perjanjian pinjaman haruslah memiliki bukti tertulis atau dokumen lain yang secara legal dapat membuktikan bahwa terdapat pinjaman dari salah satu sekutu kepada persekutuan, juga sangat penting memisahkan aset berwujud yang dimiliki oleh persekutuan dan aset tertentu yang dimiliki oleh individu sekutu tapi digunakan oleh persekutuan. Pencatatan akuntansi atas aset berwujud atas persekutuan harus dijaga. Ilustrasi Akuntansi Pendirian Persekutuan Ilustrasi berikut digunakan sebagai dasar untuk diskusi selanjutnya dalam bab ini. Aldi, perusahaan perorangan, telah mengembangkan beberapa peranti lunak untuk berbagai jenis komputer. Berikut adalah saldo dari akun-akun Aldi pada tanggal 31 Desember 20X0. Kas Persediaan Peralatan
Rp3.000.000 Kewajiban 7.000.000 Modal, Aldi 20.000.000
Rp10.000.000 15.000.000
Dikurangi, Akum. Peny Total Aset
(5.000.000) Rp25.000.000 Ttl Kewajiban+Modal
Rp25.000.000
Aldi membutuhkan bantuan teknis dari pihak lain untuk meningkatkan penjualan dan menawarkan kepada Bayu, pihak yang tertarik pada usahanya untuk bergabung. Aldi dan Bayu setuju untuk membentuk persekutuan. Usaha Aldi di audit, dan aset bersihnya dinilai ulang. Hasil audit dan penilaian menyatakan bahwa ada kewajiban senilai Rp1.000.000 yang tidak tercatat, persediaan dinilai sebesar Rp9.000.000, dan peralatan memiliki nilai wajar Rp19.000.000. Aldi dan Bayu menyiapkan dan menandatangani perjanjian persekutuan yang mencakup semua kebijakan operasi yang signifikan. Bayu akan menyetorkan uang tunai sebesar Rp10.000.000 untuk sepertiga kepemilikan modal. Persekutuan AB mengambil alih semua usaha Aldi, termasuk kewajibannya. Jurnal untuk mencatat penyetoran modal awal pada pembukuan persekutuan adalah: 1 Januari 20X1 (1) Kas
13.000.000
Persediaan
9.000.000
Peralatan
19.000.000
Kewajiban Modal, Aldi Modal, Bayu
11.000.000 20.000.000 10.000.000
(Mencatat Persekutuan AB dengan penyetoran modal oleh Aldi dan Bayu)
AKUNTANSI UNTUK OPERASI PERSEKUTUAN Sebuah persekutuan menyediakan jasa atau menjual produk untuk mencari keuntungan. Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal dan buku besarnya. Sebagian besar persekutuan menggunakan akuntansi akrual dan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam pembukuannya karena prinsip akuntansi yang berlaku umum menghasilkan pengukuran laba yang lebih baik dibandingkan metode akuntansi alternatif, seperti basis kas atau pun bisnis kas yang dimodifikasi. Laporan keuangan persekutuan disusun untuk kepentingan sekutu dan terkadang kreditor. Akun Sekutu Persekutuan bisa memiliki beberapa akun untuk masing-masing sekutu dalam pencatatan akuntansinya. Akun sekutu tersebut adalah sebagai berikut. Akun Modal Investasi awal para sekutu, setoran modal selanjutnya, distribusi keuntungan atau kerugian dan penarikan modal oleh sekutu di catat dalam akun modal para sekutu. Setiap sekutu memiliki satu akun modal, yang biasanya bersaldo kredit. Akun Prive (Penarikan) Para sekutu biasanya melakukan penarikan atas aset dari persekutuan sepanjang tahun sebagai antisipasi atas keuntungan. Contohnya, jurnal berikut di buat dalam pembukuan persekutun AB untuk penarikan kas sejumlah Rp3.000.000 oleh Bayu pada tanggal 1 Mei 20X1. 1 Mei 20X1 (2) Prive-Bayu Kas
3.000.000 3.000.000
(Penarikan Rp3.000.000 oleh Bayu)
Akun Pinjaman Jurnal berikut adalah untuk mencatat pinjaman dari Aldi kepada persekutuan senilai Rp4.000.000 dengan bunga 10% pada tanggal 1 Juli 20X1. 1 Juli 20X1 (3) Kas Pinjaman dari Adit
4.000.000 4.000.000
ALOKASI LABA ATAU RUGI KEPADAPARA SEKUTU Laba atau rugi dialokasikan kepada para sekutu pada tiap akhir periode sesuai dengan perjanjian dalam persekutuan. Jika terdapat dalam perjanjian, Bab VII, Bagian II , Pasal 163 KUHPer menyatakan bahwa sekutu berhak memperoleh bagian laba atau rugi secara proporsional sesuai dengan jumlah yang dikontribusikan ke dalam persekutuan. Secara tidak langsung, semua persekutuan memiliki perjanjian alokasi laba atau rugi.Perjanjian tersebut harus diikuti secara benar, dan jika ada yang tidak jelas, maka akuntan harus memastikan bahwa semua sekutu setuju atas distribusi laba atau rugi. Banyak permasalahan dan perdebatan di kemudian hari yang dapat dihindari dengan menentukan secara hati-hati atas pembagian laba atau rugi di dalam perjanjian perekutuan. Terdapat beragam rencana distribusi laba atau rugi(profit distribution plans) di dunia usaha. Beberap persekutuan memiliki rencana distribusi sederhana, sedangkan yang lain bersifat kompleks. Menjadi tanggung jawab akuntan untuk mendistribusikan laba atau rugi berdasarkan perjanjian persekutuan terlepas seberapa sederhana atau kompleks perjanjian tersebut. Distribusi laba hampir sama dengan dividen pada koperasi : distribusi ini tidak seharusnya termasuk ke dalam laporan laba rugi, terlepas bagaimana cara laba tersebut didistribusikan. Distribusi laba dicatat langsung kepada akun modal, bukan beban. Kebanyakan persekutuan menggunakan satu atau lebih metode distribusi, yaitu : 1.
Rasio yang ditetpakan sebelumnya (preselected ratio)
2.
Bunga atas saldo modal (interest on cpital balance)
3.
Gaji kepada sekutu
4.
Bonus kepada sekutu
Rasio yang ditetapkan sebelumnya biasanya adalah hasil negoisasi antara sesama sekutu.Rasio pembagian laba bisa berdasarkan persentase jumlah modal persekutuan, waktu dan tenaga yang dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai faktor lainnya.Distribusi laba persekutuan berdasarkan bunga atas saldo modal mengakui kontribusi dari investasi modal para sekutu kepada kemampuan menghasilkan laba bagi persekutuan.Bunga atas saldo modal ini bukanlah beban bagi pesekutuan; tetapi merupakan distribusi laba.Jika satu atau lebih jasa dari sekutu yang penting bagi persekutuan, perjanjian distribusi laba bisa saja memberikan gaji atau bonus.
Ilustrasi Akuntansi Pendirian Persekutuan Ilustrasi berikut digunakan sebagai dasar untuk diskusi selanjutnya dalam bab ini. Aldi, perusahaan perorangan, telah mengembangkan beberapa peranti lunak u ntuk berbagai jenis komputer. Berikut adalah saldo dari akun-akun Aldi pada tanggal 31 Desember 20X0.
Kas
Rp. 3.000.000
Kewajiban
Rp. 10.000.000
Persediaan
Rp. 7.000.000
Modal, Aldi
Rp. 15.000.000
Peralatan
Rp. 20.000.000
Total Kewajiban dan modal
Rp.25.000.000
Dikurangi: Akumulasi penyusutan (Rp. 5.000.000) Total Aset
Rp. 25.000.000
Aldi membutukan bantuan teknis dari pihak lain untuk meningkatkan penjualan dan menawarkan kepada Bayu, pihak yang tertarik pada usahanya untuk bergabung. Aldi dan Bayu setuju untuk membuat persekutuan. Usaha Aldi diaud it dan aset bersihnya dinilai ulang. Hasil audit dan penilaian menyatakan bahwa ada kewajiban senilai Rp 1.000.000 yang tidak tercatat, persediaan dinilai sebesar Rp9.000.000, dan peralatan memiliki nilai wajar Rp19.000.000. Aldi dan Bayu menyiapkan dan menandatangani perjanjian persekutuan yang mencakup semua kebijakan operasi yang signifikan. Bayu akan menyetorkan uang tunai sebesar
Rp10.000.000 untuk sepertiga kepemilikan modal. Persekutuan AB mengambil alih semua usaha Aldi, termasuk kewajibannya. Jurnal untuk mencatat penyetoran modal awal pada pembukuan persekutuan adalah: 1 Januari 20X1 (1)
Kas
Rp.13.000.000
Persediaan
Rp.9.000.000
Peralatan
Rp.19.000.000
Kewajiban
Rp.11.000.000
Modal, Aldi
Rp20.000.000
Modal, Bayu
Rp.10.000.000
(Pembentukan persekutuan AB dengan penyetoran modal oleh Aldi dan Bayu.)
Pembahasan Penting dari Ilustrasi Perlu dicatat bahwa persekutuan adalah akuntansi entitas yang terpisah dari masingmasing sekutu dan bahwa aset dan kewajiban dicatat sebesar nilai wajarnya pada saat disetorkan. Tidak ada akumulasi penyusutan yang dibawa dari perusahaan perorangan ke persekutuan. Semua kewajiban diakui dan dicatat. Modal dari persekutuan adalah Rp.30.000.000. nilai tersebut adalah penjumlahan dari modal masing-masing sekutu dan juga merupakan nilai aset dikurangi kewajiban persekutuan. Persamaan akuntansi dasar-aset dikurangi kewajiban sama dengan modal-sering digunakan dalam akuntansi persekutuan. Bayu akan menerima sepertiga kepemilikan modal dalam persekutuan dengan kontribusi Rp.10.000.000. dalam kasus ini, bagian modalnya sebanding dengan modal yang disetorkan. Jumlah bagian modal masing-masing sekutu yang dicatat tidak harus sebanding dengan modal yang disetorkan. Para sekututu dapat saja memutuskan untuk membagi modal sama rata tanpa melihat jumlah yang disetorkan. Contohnya, sekalipun Aldi menyetorkan Rp20.000.000 dari Rp30.000.000 modal persekutuan, dia bisa saja setuju saldo modal awalnya menjadi Rp15.000.000 dan mengizinkan Rp15.000.000 menjadi modal Bayu. Sepintas, hal ini bukanlah tindakan lazim yang diambil Aldi, tetapi hal ini mungkin saja terjadi jika Bayu memiliki pengalaman khusus yang dibutuhkan dalam persekutan dan Aldi setuju adanya tambahan modal untuk Bayu atas pengalaman dan kemampuannya tersebut. Hal yang terpenting adalah para
sekutu bisa saja mengalokasikan modal yang disetorkan dalam berbagai kondisi yang mereka inginkan. Akuntan harus yakin bahwa seluruh sekutu setuju atas alokasi tersebut dan kemudian mencatat sesuai kondisi yang ada.
AKUNTANSI UNTUK OPERASI PERSEKUTUAN Sebuah persekuuan menyediakan jasa atau menjual produk untuk mencari keuntungan. Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal dan buku besarnya. Sebagian besar persekutuan menggunakan akuntansi akrual dan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam pembukuannya karena prinsip akuntansi yang berlaku umum menghasilkan pengukuran laba yang lebih baik dibandingkan metode akuntansi alternatif, seperti basis kas atau pun basis kas yang dimodofiikasi. Laporan keuangan persekutuan disusun untuk kepentingan sekutu dan terkadang kreditor. Beberapa persekutuan bisa saja menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan tujuan penyederhanaan pencatatan atau untuk nilai aset lancar saat ini dari operasi persekutuan yang berkelanjutan. Sekalipun sebagian besar persekutuan tidak diaudit, pada saat audit dilakukan terhadap persekutuan yang tidak mengikuuti prinsip akuntansi yang berlaku umum, laporan keuangan tidak akan mendapatkan opini “bersih” atau wajar tanpa pengecualian karena pada penyimpangan tersebut. Akuntan seringkali mendorong persekutuan untuk menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan tujuan para sekutu nantinya dapat membandingkan laporan keuangan persekutuan dengan yang lain; dan jika kreditor meminta laporan keuangan yang diaudit sebagai syarat pinjaman, laporan keuangan persekutuan tidak dibatasi untuk menerima opini wajar tangpa pengecualian.
Akun Sekutu Persekutuan bisa memiliki beberapa akun untuk masing-masing sekutu dalam pencatatan akuntasinya. Akun sekutu tersebut adalah sebagai berikut. Akun Modal Investasi awal para sekutu, setoran modal selanjutnya, distribusi keuntungan atau kerugian, dan penarikan modal oleh sekutu dicatat dalam akun modal para sekutu. Setiap sekutu memiliki satu Akun modal, yang biasanya bersaldo kredit. Dalam keadaan tertentu, akun modal seorang sekutu
bisa saja bersaldo debit, disebut juga dengan kekurangan atau defisiensi (deficiency) atau kadang-kadang dikatakan defifit (deficit ), yang terjadi karena kerugian dan penarikan modal seorang sekutu melebihi modal yang disetor dan pembagian keuntungan. Defisit biasanya akan hilang dengan tambahan modaldisetor. Saldo dalam akun modal mencerminkan bagian aset bersih seorang sekutu dalam persekutuan.
Akun Prive (Penarikan) Para sekutu biasnya melakukan penarikan atas aset dari persekutuan sepanjang tahun sebagai antisipasi atas keuntungan. Akun penarikan yang terpisah terkadang diinginkan untuk mencatat penarikan periodik dan kemudian ditutup kepada akun modal pada ak hir periode. Contohmya, jurnal berikut dibuat dalam pembukuan persekutuan AB untuk penarikan kas sejumlah Rp3.000.0000 oleh Bayu pada tanggal 1 Mei 20X1.
1 Mei 20X1 (2)
Prive-Bayu Kas
Rp.3.000.000 Rp.3.000.000
(penarikan Rp3.0000.0000 oleh Bayu)
Penarikan dalam bentuk selain kas harus dinilai sebesar n ilai wajarnya pada tanggal penarikan. Beberapa persekutuan membuat pengecualian dari aturan nilai wajar atas penarikan terhadap persediaan oleh sekutu. Mereka mencatat penarikanan persediaan pada biaya perolehan, sehingga tidak mencatat keuntungan atau kerugian atas penarikan ini.
Akun Pinjaman Persekutuan bisa meminta pendanaan tambahan dari para sekutu. Pinjaman antara seseorang sekutu dan persekutuan hars dilengkapi dengan dokumen pinjaman yang memadai seperti surat utang. Pinjaman dari sekutu dicatat sebagai kewajiban dalam pembukuan persekutuan, sama seperti kewajiban yang lain. Jika semua sekutu setuju, persekutuan diwajibkan untuk membayar bunga atas pinjaman kepada sekut yang meminjamkan. Perlu dicatat bahwa bunga tidak harus dibayar kecuali jika perjanjian persekutuan menyatakan adanya bunga atas modal yang harus dibayar. Bunga atas pinjaman dicatat sebagai beban operasi. Sebaliknya, persekutuan dapat
meminjamkan uang kepada sekutu, dalam kasus ini dicatat piutang pinjaman kepada sekutu. Sekali lagi, apabila disetujui oleh semua sekutu, pinjaman ini seharusnya dikenakan bunga dan diakui pendapatan bunga dalam laporan laba rugi persekutuan. Jurnal berikut akan dibuat untuk mencatat pinjaman dari Aldi kepada persean senikutlai Rp.4.000.000 dengan bungan 10% pada tanggal 1 Juli 20X1. 1 Juli 20X1 (3)
Kas
Rp.4.000.000 Pinjaman dari Aldi
Rp.4.000.000
(mencatat pinjaman dari Aldi).
Pinjaman kepada Aldi dilaporkan dalam neraca persekutuan. Pinjaman dari seorang sekutu adalah transaksi pihak hubungan istimewa yang membutuhkan pengungkapan terpisah dalam catatan atau laporan keuangan, dan harus disajikan sebagai komponen neraca yang terpisah, tidak digabung dengan kewajiban lainnya.
ALOKASI LABA ATAU RUGI KEPADA PARA SEKUTU Laba atau rugi dialokasikan kepada para sekutu pada tiap akhir periode sesuai dengan perjanjian dalam persekutuan. Jika tidak terdapat perjanjian, Bab VIII, Bagian II, Pasal 1633 KUHPer menyatakan bahwa sekutu berhak memperoleh bagian laba atau rugi secara proposioanal sesuai dengan jumlah yang dikontribusikan kedalam persekutuan. Secara tidak langsung, semua persekutuan memiliki perjanjian alokasi laba atau rugi. Perjanjian tersebut harus diikuti secara benar, dan jika ada yang tidak jelas, maka akuntan harus memastikan bahwa semua sekutu setuju atas ditribusi laba atau rugi. Banyak permasalahan dan perdebatan di kemudian hari yang dapat dihindari dengan menentukan secara hati-hati atas pembagian laba atau rugi di dalam perjanjian persekutuan. Terdapat beragam rencana distribusi laba atau rugi ( profit distribution plans) di dunia usaha. Beberapa persekutuan memiliki rencana distribusi yang sederhana , sedangkan yang lain bersifat kompleks. Menjadi tanggung jawab akuntan untuk mendistribusikan laba atau rugi berdasarkan perjanjian persekutuan terlepas seberapa sederhana atau kompleks perjanjian tersebut. Distribusi laba dicatat langsung kepada akun modal, bukan beban.
Kebanyakan persekutuan menggunakan satu atau lebih metode distribusi, yaitu: 1. Rasio yang ditetapkan sebelumnya ( preselected ratio). 2. Bunga atas saldo modal (interest on capital balance). 3. Gaji kepada sekutu. 4. Bonus kepada sekutu.
Rasio yang ditetapkan sebelumnya biasanya adala h hasil negosiasi antara sesama sekutu. Rasio pembagian laba bisa berdasarkan persentase jumlah persekutuan, waktu dan tenaga yang dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai faktor lainnya. Biasanya, persekutuan yang lebih kecil memisahkan laba per masing-masing sekutu. Selain itu, beberapa sekutu memiliki raio yang bebrbeda jika perusahaan mengalami kerugian dibanding jika memperoleh keuntungan. Bentuk usaha perusahaan memungkinkan banyak pilihan distribusi laba untuk memenuhi keinginan para sekutu. Distribusi laba atau rugi dicatat dengan jurnal penutup pada tiap akhir periode. Pendapatan dan ditutup kepada ikhtisar laba rugi atau langsung ke akun modal para sekutu. Dalam contoh-contoh berikut, digunakan akun ikhtisar laba rugi, saldi dimana laba bersih atau rugi bersih setelah akun pendapatan dan beban ditutup dan sebelumnya distribusi laba atau rugi kepada akun modal para sekutu.
Ilustrasi Alokasi Laba Selama tahun 20X1, persekutuan AB memperoleh pendapatan RP.45.000.000 dan beban Rp.35.000.000, sehingga menghasilkan laba Rp.10.000.000 pad tahun tersebut. Aldi masih memiliki saldo modal Rp.20.000.000 selama tahun berjalan, tetapi investasi modal Bayu selama tahun berjalan berubah-ubah sebagai berikut.
Tanggal
Debit
Kredit
1 Januari 1 Mei
Rp.10.000.000 Rp. 3.000.000
1 September 1 November
Saldo
Rp.7.000.000 Rp.500.000
Rp.1.000.000
Rp.7.500.000 Rp.6.500.000
31 Desember
Rp.6.500.000
Nilai debit sebesar Rp.3.000.000 dan Rp1.000.000 dicatat dalam akun penarikan Bayu, sedangkan tambahan investasi dikredit ke akun modalnya. Rasio Pembagian Laba secara Arbitrer Aldi dan Bayu dapat saja menyetujui pembagian laba dengan rasio yang tidak ada hubungannya dengan saldo modal atau kondisi operasional persekutuan. Misalnya para sekutu setuju untuk membagi laba atau rugi dengan rasio 60 persen untuk Aldi dan 40 persen untuk Bayu. Beberapa perjanjian pada persekutuan menyatakan perbandingan ini sebagai rasio 3:2. Tabel berikut menggambarkan bagaimana laba bersih didistribusikan menggunakan rasio 3:2. Aldi
Persentase pembagian laba
Bayu
60%
Total
40%
Laba bersih
100% Rp10.000.000
Alokasi 60:40
Rp.6.000.000
Rp4.000.000
(Rp10.000.000)
Total
Rp6.000.000
Rp4.000.000
Rp
-0-
Tabel diatas menggambarkan bagaimana laba bersih didistribusikan ke akun modal para sekutu. Distribusi secara aktual diselesaikan dengan menutup aku n ikhtisar laba rugi. Selain itu, akun penarikan ditutup kepada akun modal pada akhir periode. 31 Desember 20X1 (4)
Modal, Bayu
Rp4.000.000
Penarikan-Bayu
Rp4.000.000
(Menutup penarikan oleh Bayu) (5)
Pendapatan
Rp45.000.000
Beban
Rp35.000.000
Ikhtisar Laba Rugi
Rp10.000.000
(Menutup pendapatan dan beban) (6)
Ikhtisar Laba Rugi
Rp10.000.000
Modal, Aldi
Rp5.000.000
Modal, Bayu
Rp4.000.000
(Mendistribusikan laba berdasarkan perjanjian.)
Bunga atas Saldo Modal Perjanjian persekutuan dapat memberikan bunga atas saldo modal sekutu sebagai bagian dari distribusi laba. Tingkat bunga sering kali dinyatakan dalam persentase tertentu, tetapi beberapa persekutuan menggunakan suku bunga BI atau suku bun ga pasar uang saat ini. Yang harus diperhatikan adalah ketika bunga atas saldo modal termasuk dalam rencana distribusi laba. Contohnya, jumlah yang akan didistribusikan dapat berbeda secara signifikan tergantung kepada apakah bunga dihitung dari saldo awal modal, saldo akhir modal, atau ratarata saldo modal selama satu periode. Sebagian besar provisi untuk bunga atas modal menyatakan menggunakan rata-rata tertimbang saldo modal. Metode ini secara eksplisit mengakui kurun waktu dari tingkat modal selama satu periode. Misalnya, rata-rata tertimbang saldo modal Bayu untuk tahun 20X1 dihitung sebagai berikut. Tanggal
Debit
Kredit
1 Januari 1 Mei
Rp3.000.000
1 September 1 November
Rp500.000 Rp1.000.000
Saldo
Jumlah Bulan
Bulan x Saldo
Rp10.000.000 4
Rp40.000.000
Rp7.000.000
4
Rp28.000.000
Rp7.500.000
2
Rp15.000.000
Rp6.500.000
2
Rp13.000.000
12
Rp96.000.000
Total Rata-rata modal
Rp8.000.000
Jika Aldi dan Bayu setuju mengenakan bunga 15 persen atas rata-rata tertimbang saldo modal dengan sisa laba yang akan didistribusikan pada ratio 60:40, maka distribusi laba Rp10.000.000 akan dihitung sebagai berikut. Aldi
Bayu
Total
Persentase laba
60%
40%
Rata-rata modal
Rp20.000.000
Rp.8.000.000
Laba bersih Bunga atas modal
Rp10.000.000 Rp3.000.000
Rp1.200.000
Sisa laba Alokasi 60:40 Total
100%
(Rp4.200.000) Rp5.800.000
Rp3.3480.000
Rp2.320.000
(Rp5.800.000)
Rp6.840.000
Rp3.520.000
Rp
-0-
Gaji Gaji yang dibayarkan kepada sekutu sering kali termasuk di dalam rencana distribusi laba untuk mengakui dan memberikan kompensasi atas perbedaan jasa yang diberikan masing-masing sekutu kepada persekutuan. Sudah menjadi persepsi umum dalam akuntansi persekutuan bahwa gaji kepada sekutu bukan diakui sebagai beban operasi tetapi bagian dari rencana distribusi laba. Persepsi ini berhubungan erat dengan konsep kepemilikan dalam ekuitas. Berdasarkan teori kepemilikan, pemilik menginvestasikan modal dan jasa pribadi untuk menghasilkan laba. Laba dihasilkan dari kedua investasi tersebut. Logika yang sama ju ga berlaku untuk organisasi persekutuan. Beberapa sekutu melakukan investasi modal, sementara yang lain menginvestasikan waktunya. Pihak pihak yang melakukan investasi modal berhak mendapatkan bunga atas modal; pihak-pihak yang menginvestasikan waktunya berhak mendapatkan gaji. Meskipun demikian, baik bunga maupun gaji adalah hasil investasi dan tidak digunakan untuk menentukan laba, tetapi proporsi laba yang akan di kredit ke akun modal masing-masing sekutu. Ketika jumlah yang dibayarkan kepada sekutu selama tahun berjalan adalah penarikan atas antisipasi laba, jumlah gaji yang disetujui biasanya ditambahkan kepada kerugian dan jumlah tersebut kemudian didistribusikan modal masing-masing sekutu. Tindakan hati-hati harus dilakukan jika persekutuan mengalami kerugian selama tahun berjalan. Beberapa perjanjian persekutuan menyatakan distribusi laba yang berbeda antara untuk laba dan untuk rugi. Akuntan harus berhati-hati mengikuti perjanjian persekutuan dengan benar ketika mendistribusikan laba atau rugi kepada masing-masing sekutu. Untuk menghitung gaji para sekutu, misalnya perjanjian persekutuan menyatakan bahwa gaji yang dibayarkan ke Aldi sejumlah Rp2.000.000 dan Bayu Rp5.000.000. sisanya akan dibagikan dengan dasar distribusi laba/rugi 60:40, d istribusi laba dihitung sebagai berikut. Aldi
Persentase laba
Bayu
60%
Total
40%
Laba bersih Gaji
100% Rp10.000.000
Rp2.000.000
Rp5.000.000
Sisa laba
(Rp7.000.000) Rp3.000.000
Alokasi 60:40
Rp1. 800.000
Rp1.200.000
(Rp3.000.000)
Total
Rp3.800.000
Rp6.200.000
Rp
Bonus
-0-
Bonus terkadang digunakan sebagai alat untuk memberikan kompetensi tambahan kepada sekutu yang memberikan jasa kepada persekutuan. Bonus biasanya dinyatakan dalam persentase dari laba sebelum atau setelah bonus. Terkadang perjanjian persekutuan mensyaratkan laba minimum yang harus diperoleh sebelum bonus dibagikan. Bonus mudah dihitung dengan menurunkan dan memecahkan persamaan. Misalnya, bonus sebesar 10 persen dari laba akan kredit pada modal Bayu jika laba melebihi Rp5.000.000 sebelum dibagikan dengan distribusi laba. Dalam Kasus 1, bonus dihitung sebagai persentase dari laba sebelum dikurangi bonus. Dalam Kasus 2 bonus dihitung sebagai persentase dari laba setelah dikurangi bonus. Kasus 1: Bonus = X% (NI-MIN) Dimana:
X%
= persentase bonus
NI
= laba bersih sebelum bonus
MIN
= jumlah minimum laba sebelum bonus
Bonus = 0,10 (Rp10.000.000-Rp5.000.000) = Rp500.000
Kasus 2: Bonus = X% (NI-MIN-Bonus) = 0,10 (Rp10.000.000-Rp5.000.000-Bonus) = 0,10 (Rp5.000.000- Bonus) = Rp500.000- 0,10 Bonus 1,10 Bonus
= Rp500.000
Bonus = Rp454.545 Distribusi laba bersih berdasarkan Kasus 2 dihitung sebagai berikut. Aldi
Persentase laba
Bayu
60%
Total
40%
Laba bersih
100% Rp10.000.000
Bonus untuk sekutu
Rp454.545
Saldo laba
(Rp454.545) Rp9.545.454
Alokasi 60”40
Rp5.727.273
Rp3.818.182
Total
Rp5.727.273
Rp4.272.727
(Rp9.545.454) Rp
-0-
Alokasi Laba dengan Dasar Bertahap Perjanjian persekutuan bisa memuat kombinasi dari beberapa prosedur alokasi yang akan digunakan untuk distribusi laba. Misalnya, perjanjian laba atau rugi persekutuan AB menyatakan alokasi dengan metode berikut. 1. Bunga 15 persen dari rata-rata tertimbang saldo moda l. 2. Gaji sebesar Rp2.000.000 untuk Aldi dan Rp5.000.000 untuk Bayu. 3. Bonus 10 persen akan dibayarkan kepada Bayu jika laba persekutuan melebihi Rp5.000.000 sebelum dikurangi bonus, gaji, dan bunga atas saldo mpdal. 4. Jika ada sisa akan dialokasikan 60 persen untuk Aldi dan 40 persen untuk Bayu.
Perjanjian persekutuan juga harus berisikan alternatif yang men yatan proses alokasi dalam situasi laba persekutuan tidak mencukupi untuk memenuhi semua prosedur alokasi. Beberapa persekutuan menyatakan distribusi laba yang akan diikuti walau apa pun kemungkinan yang terjadi. Kebanyakan perjanjian menyatakan bahwa seluruh proses harus diselesaikan dan jika ada sisa dialokasikan sebesar rasio distribusi laba atau rugi sebagaimana yang digambarkan di bawah ini.
Aldi
Bayu
Total
Persentase laba
60%
40%
Rata-rata modal
Rp20.000.000
Rp8.000.000
Laba bersih:
100%
Rp20.000.000
Langkah 1: Bunga atas rata-rata modal (15%)
Rp3.000.000
Rp1.200.000
Sisa setelah langkah 1
(Rp4.200.000) Rp5.800.000
Langkah 2: Gaji
Rp2.000.000
Rp5.000.000
Defisit setelah langkah 2
(Rp7.000.000) (Rp1.200.000)
Langkah 3: Bonus
(Rp500.000)
(Rp500.000)
Defisit setelah langkah 3
(Rp1.700.000)
Langkah 4: Alokasi 60:40 total
(Rp1.020.000)
(Rp680.000)
Rp1.700.000
Rp3.980.000
Rp6.020.000
Rp
-0-
Dalam kasus ini, dua langkah distribusi pertama menghasilkan defisit. Perjanjian persekutuan AB menyatakan seluruh proses distribusi laba harus diselesaikan dan defisit yang timbul dibagikan dengan raio laba arau rugi. Perjanjian perekutuan juga dapat menyatakan proses distribusi dihentikan pada tahap mana pun apabila terjadi defisit. Sekali lagi, sangatlah penting bagi akuntan untuk mempelajari isi perjanjian persekutuan sebelum memulai proses distribusi laba.
Metode Alokasi Laba Khusus Beberapa persekutuan mendistribusikan laba bersih dengan dasar lain. Misalnya, kebanyakan kantor akutan publik mendistribusikan laba dengan dasar “unit” persekutuan. Seorang sekutu baru memperoleh sejumlah unit dan tambahan unit yang ditugaskan oleh komite kompensasi dengan cara memperoleh klien baru, menyediakan persekutuan dengan keahlian di industri tertentu, bertugas sebagai manager partner atau menerima berbagai tanggung jawab lainnya. Persekutuan lain bisa membuat rencana distribusi laba yang mencerminkan laba dari persekutuan. Misalnya, beberapa persekutuan dokter gigi dan medis mengalokasikan laba berdasarkan tagihan atau jasa. Kriteria lain bisa berdasarkan ukuran klien, tahun bekerja diperusahaan atau posisi sekutu diperusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha persekutuan adalah fleksibilitas dalam mendistribusikan laba kepada sekutu.
LAPORAN KEUANGAN PERSEKUTUAN Sebuah persekutuan merupakan entitas pelaporan terpisah menurut kepentingan akuntansi dan ada tiga laporan keuangan laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas yang biasanya disusun pada akhir periode pelaporan. Laporan interim bisa juga dibuat untuk memenuhi kebutuhan para sekutu selain ketiga laporan keuangan. Laporan modal para sekutu (statement of partners capital) biasanya dibuat untuk menyajikan perubahan akun modal sekutu untuk suatu periode. Laporan
modal para sekutu persekutuan AB untuk tahun 20X1 dengan distribusi laba bertahap seperti digambarkan sebelumnya adalah sebagai berikut.
Persekutuan AB Laporan Modal Para Sekutu Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X1 Aldi Saldo 1 januari 20X1
Rp20.000.000
Bayu
Total
Rp10.000.000
Rp30.000.000
Rp
Rp
Ditambah: Investasi tambahan Distribusi laba bersih
500.000
500.000
Rp 3.980.000
Rp 6.020.000
Rp10.000.000
Rp23.980.000
Rp 16.520.000
Rp40.500.000
Rp (4.000.000)
Rp (4.000.000)
Rp 12.520.000
Rp 36.500.000
Dikurangi: Penarikan Saldo, 31 Desember 20X1
Rp23.980.000
PERUBAHAN DALAM KEANGGOTAAN Perubahan dalam keanggotaan persekutuan terjadi dengan adanya penambaha sekutu baru atau berhentinya sekutu saat ini. Sekutu baru biasanya merupakan sumber tambahan modal utama atau sebagai tenaga ahli. Struktur legal dari persekutuan masyarakat bahwa penerimaan sekutu baru (admission of a new partner) secara tidak langsung merupakan persetujuan dari semua sekutu saat ini. Lebih dari itu, pengumuman publik biasanya dibuat mengenai penambahan sekutu baru sehingga pihak ketiga yang melakukan transaksi bisnis dengan persekutuan menyadari adanya perubahan dalam persekutuan. Berhentinya atau pengunduran diri seorang sekutu dari persekutuan menyebabkan pembubaran secara hukum atas persekutuan. Banyak persekutuan tetap melanjutkan operasi bisnisnya dan persekutuan mungkin saja membeli kepemilikan sekutu yang berhenti pada harga pembelian. Harga pembelian adalah nilai estimasi jika (1) aset dijual pada harga sama dengan atau lebih besar dari nilai likuidasi atau nilai yang menjadi dasar penjualan seluruh bisnis jika bisnis tetap berjalan tanpa sekutu yang keluar tersebut, dan (2) persekutuan diakhiri pada saat tersebut, dengan pembayaran seluruh kreditor persekutuan dan penghinaan bisnis. Sekutu pada mengundurkan diri dari persekutuan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh persekutuan atas kerugian yang dialami persekutuan karena pengunduran diri atau disasosiasi yang ilegal. Disasosiasi yang ilegal terjadi ketika disasosiasi tersebut terjadi karena pelanggaran dalam perjanjian persekutuan atau untuk persekutuan yang dibentuk untuk waktu atau tujuan tertentu, sebelum waktu atau tujuan tersebut selesai. Ada juga beberapa kejadian yang mensyaratkan pembubaran secara hukum dan berakhirnya persekutuan. Konsep-konsep Umum untuk Mencatat Perubahan Keanggotaan dalam Persekutuan Persekutuan Sebagai Sebuah Entitas Terpisah dari Individu-Individu Sekutu dan Penggunaan Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP) KUHPer secara jelas mendefinisika persekutuan sebagai sebuah entitas yang terpisah dan masing-masing individu tertentu. sebagai contoh, entitas persekutuan tidak berubah karena penambahan atau pengunduran diri individu sekutu. Ini sama dengan konsep entitas untuk bentuk bisnis korporasi dimana korporasi tidak perlu direvaluasi setiap terjadi perubaham pemegang saham.
Beberapa persekutuan memilih mengikuti atau mentaati prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam proses akuntansi dan pelaporan keuangan. Persekutuan-persekutuan ini mengikuti standar yang sama yang disusun oleh DSAK dan badan regulator lainnya seperti yang dilakukan perusahaan publik. Seringkali perusahaan joint venture (modal ventura) atau pemberi kredit lainnya mensyaratkan perusahaan persekutuan swasta mengikuti GAAP agar finansial persekutuan dapat dibandingkan dengan perusahaan publik lainnya. Sehingga jika persekutuan mengikuti GAAP dan diaudit oleh auditor eksternal, persekutuan dapat memperoleh opini audit yang menyatakan bahwa laporan keuangan persekutuan telah sesuai dengan prinsip-prinsio akuntansi yang berlaku umum. Dengan mengikuti GAAP dan pendefinisikan perubahan sebagai entitas terpisah dari indivisu sekutu, perubahan keanggotaan dalam persekutuan akan dicatat seperti entitas korporasi mencatat jika ada perubahan investornya. Tambahan investasi diakui dan meningkatkan total modal perusahaan. GAAP tidak memberikan petunjuk tentang revaluasi aset bersih yang meningkat nilainya karena perubahan anggota persekutuan. Namun ada beberapa situasi berdasarkan GAAP, dimana penurunan nilai aset tertentu dapat diakui ketika terjadi perubahan anggota dalam persekutuan. Misalnya, PSAK 48 tentang “Penurunan Nilai Aset”, menyajikan prosedur pengakuan penurunan nilai aset, termasuk goodwill. Namun, tidak terdapat standar GAAP yang mengatur tentang kenaikan nilai aset berwujud atau pengakuan goodwill baru, hanya karena perubahan anggota dalam persekutuan. Persekutuan Sebagai Sekumpulan Hak Kepemilikan dan Penggunaan Akuntansi Non-GAAP Para sekutu dalam sebuah perusahaan swasta dapat saja memilih mengikuti motode akuntansi non GAAP untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam kasus ini, perubahan dapat diaudit oleh auditor eksternal, tapi opini audit yang menyatakan dengan jelas bahwa prinsp prinsip akuntansi non GAAP digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Pesekutuan seperti ini tidak dapat memperoleh opini audit “wajar tanpa pengecualian”. Banyak persekutuan menggunakan transaksi perubahan keanggotaan persekutuan sebagai kesempatan untuk merevaluasi aset dan kewajiban persekutuan yang ada atau untuk mencatat goodwill yang belum dicatat. Praktik revaluasi aset bersih dan pengakuan goodwill tidak sesuai
dengan GAAP. Argumen penggunaan metode non-GAAP adalah bahwa revaluasi aset pada saat perubahan keanggotaan menyatakan secara lengkap kondisi ekonomis sebenernya persekutuan pada saat tersebut dan mengalokasikan perubah an nilai aset serta kewajiban dan goodwill kepada para sekutu yang telah mengelola bisnis sepanjang terjadinya perubahan p erubahan nilai. Beberapa akuntan percaya revaluasi ini diperlukan untuk menilai secara tepat ekuitas tiap sekutu dalam persekutuan saat ini. Karena banyak persekutuan yang melakukan revaluasi aset bersih atau pengakuan goodwill pada saat perubahan keanggotaan persekutuan. Bab ini juga membahas metode bonus yang kadang disetujui digunakan oleh para sekutu ketika terjadi perubahan keanggotaan dalam persekutuan. Metode bonus tidak mengubah modal bersih persekutuan setelah investasi oleh sekutu baru. Sebaliknya, metode bonus mengalokasikan kepemilikan modal sekutu berdasarkan persetujuan seluruh sekutu, dan seringkali didasarkan pada nilai investasi sekutu baru. Pada beberapa kasus, sekutu lama mengalokasikan sebagian kepemilikan modalnya ke sekutu lama. Sehingga metode bonus tidak melanggar GAAP karena para sekutu secara legal mengalokasikan sebagian atau seluruh kepemilakan kepemilak an modal persekutuan yang dapat dialihkan kepada sekutu lainnya. Sekutu di perusahaan swasta memiliki kebebasan memilih bagaimana mencatat perubahan keanggotaan dalam persekutuan. Sebagai catatan, persekutuan swasta dapat menggunakan metode GAAP atau non GAAP didasarkan pada kebutuhan informasi sekutu. Sekutu Baru membeli hak Hak kepemilikan Seorang bisa memperoleh hak kepemilikan dalam persekutuan secara langsung dari satu atau lebih sekutu yang ada saat ini. Dalam transaksi ini, kas atau aset lain ditukar dalam persekutuan, dan pencatatan yang dilakukan dalam pembukuan persekutuan hanyalah reklasifikasi modal dalam persekutuan. Sebuah konsep yang sering digunakan adalah nilai buku.Nilai buku persekutuan adalah jumlah modal yang juga merupakan selisih antara jumlah aset dan kewajiban.Nilai buku sangat penting karna merupakan basis yang digunakan dalam revaluasi aset dan pengakaun goodwill. Contoh pada kasus ini misalnya setelah beroperasi selama 2001 dan 2002 persekutuan AB memiliki nilai buku Rp 30.000.000 dan presentase laba tanggal 1 Januari 2003 adalah
Saldo Modal
Persentase Laba
Aldi
Rp 20.000.000
60
Bayu
Rp 10.000.000
40
Total
Rp 30.000.000
100
Berikut informasi seputar kasus ini 1. tanggal 1 Januari 2003, Aldi dan Bayu mengundang Citra menjadi sekutu dalam bisnis mereka. Persekutuan yang dihasilkan disebut persekutuan ABC 2. Citra membeli seperempat kepemilikan dalam modal persekutuan langsung dari Aldi dan Bayu dengan jumlah biaya perolehan Rp 9.000.000, dengan membayar Rp 5.900.000 kepada Aldi dan Rp 3.100.000 kepada Bayu. Citra akan memiliki modal senilai Rp 7.500.000 (Rp 30.000.000 x 0,25) secara proporsional terhadap saldo modal Aldi dan Bayu. 3. Citra akan diberikan 25 persen bagian dalam pembagian laba atau rugi persekutuan. Sisa 75 persen akan dibagi antara Aldi dan Bayu pada rasio laba mereka sebelumnya 60:40 persen Hasil dari persentase laba atau rugi setelah masukn ya Citra adalah Sekutu
Persentase Laba
Aldi
45 (75% dari 60%)
Bayu
30(75% dari 40%)
Citra
25
Total
100
Transaksi antara Citra dan sekutu lain secara individu tercermin dalam pembukuan. Satu-satunya pencatatan adalah reklasifikasi modal persekutuan.Aldi dan Bayu memberikan seperempat dari modal mereka kepada Citra, sebagai berikut. 1 Januari 2003 Modal Aldi
5.000.000
Modal Bayu
2.500.000
Modal Citra
7.500.000
Reklasifikasi modal kepada sekutu baru Aldi : Rp 5.000.000 = Rp 20.000.000x 0.25 Bayu : Rp 2.500.000 = Rp 10.000.000 x 0,25 Dalam kasus ini, modal yang dikredit pada Citra hanya Rp 7.500.000, seklaipun Rp 9.000.000 yang dibayarkan untuk seperempat kepemilikan. Pembayaran Rp 9.000.000 mencerminkan bahwa nilai wajar persekutuan adalah Rp 36.000.000, dihitung sebagai berikut Rp 9.000.000 = Nilai wajar x 0.25 Nilai wajar = Rp 36.000.000 Dalam kasus Aldi danBayu dapat mengakui kenaikan nilai aset tanah sebelum masuknya Citra dan mengalokasiikan kenaikan tersebut secara proporsional terhadap saldo modal masing masing dengan rasio 60:40, sebagai berikut Tanah
6.000.000 Modal, Aldi
3.600.000
Modal, Bayu
2.400.000
Perlu dicatat bahwa nilai modal persekutuan keseluruhan adalah Rp 36.000.000 ( 30.000.000 ditambah revaluasi Rp 6.000.000). Pemindahan seperempat modal kepada Citra dicatat sebagai berikut.
Modal, Aldi
5.900.000
Modal, Bayu
3.100.000
Modal Citra
9.000.000
Reklasifikasi Modal kepada sekutu baru Rp 5.900.000 = 23.600.000 x 0.25 Rp 3.100.000 = 12.400.000 x 0.25 Rp 9.000.000 = 36.000.000 x 0.25
Sekutu Baru Melakukan Investasi di Persekutuan Langkah pertama untuk menentukan bagaimana menghitung masuknya sekutu baru adalah dengan menghitung proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan sebagai berikut Proporsi baru = ( modal sekutu sblmnya + investasi sekutu baru )x Persentase modal atas sekutu baru Gambaran Umum Akuntansi Penerimaan Sekutu Baru Langkah
1
:
Membandingkan Proporsi
Nilai
Langkah
2
:
Metode
Observasi Kunci
alternative untuk mencatat buku
dan
Penerimaan Sekutu Baru
investasi sekutu baru
Biaya perolehan investasi > nilai buku (Kasus 2)
1. Revaluasi aset bersih
Sekutu
menerima
menuju nilai pasar dan
peningkatan nilai aset,
alokasikan
goodwill atau bonus
kepada
sekutu lama 2. Catat goodwill yang
sebesar
kelebihan
biaya
perolehan
belum
diakui
alokasikan
dan
investasi sekutu baru
kepada
atas nilai buku
sekutu lama
3. Alokasikan
bonus
Mencatat peningkatan nilai aset atau goodwill
kepada sekutu lama
kepada
sekutu
lama
yang
meningkatkan
modal persekutuan
1.
Tidak
ada
revaluasi,
Tidak ada alokasi lebih lanjut yang diperlukan
bonus, atau goodwill
karena
sekutu
baru
akan menerima bagian Biaya Perolehan investasi =
modal
nilai buku
dengan investasinya
sebanding
(Kasus 1 )
Jumlah
modal
akhir
persekutuan
sama
dengan modal sebelum ditambah
investasi
sekutu baru
Sekutu memperoleh penurunan
lama alokasi nilai
aset
yang terjadi sebelum 1.
Revaluasi
menuju
nilai
alokasikan
aset pasar
kepada
penerimaan
bersih
baru atau sekutu baru
dan
mendapatkan goodwill
sekutu
atau bonus insentif
Biaya Perolehan investasi < lama nilai buku (Kasus 3 )
sekutu
2. Mengakui goodwill yang dibawa sekutu baru
3. alokasikan bonus kepada sekutu baru
Mencatat nilai
penuruan aset
yang
menghasilkan penuruan sedangkan
modal, mencatat
goodwill sekutu baru menghasilkan peningkatan modal
Persekutuan AB yang digambarkan sebelumnya masih digunakan dalam ketiga kasus adalah sebagai berikut : a. Tanggal 1 Januari 2003, modal dari persekutuan AB adalah Rp 30.000.000. Modal aldi senilai Rp 20.000.000 dan Bayu 10.000.000. Rasio pembagian laba antara Aldi dan Bayu 60:40 b. Citra diminta menjadi sekutu baru. Citra akan mendapatkan seperempat kepemilikan modal dan 25 persen pembagian laba. Aldi dan Bayu akan membagi 75% sisa laba dengan rasio 60:40, menghasilkan pembagian laba 45% untuk Aldi dan 30% untuk Bayu Tiga kondisi dapat terjadi jika sekutu baru melakukan investasi, yaitu : Kasus 1 : investasi sekutu baru sama dengan proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan Total nilai buku sebelum penerimaan sekutu baru adalah Rp 30.000.000 dan sekutu baru Citra, membeli seperempat kepemilikan modal senilai Rp 10.000.000
Dalam kasus ini, Citra harus percaya bahwa investasi senilai Rp 10.000.000 adalah harga yang wajar untuk seperempat kepemilikan di persekutuan, atau dia tidak melakukan investasi sama sekali. Untuk investasi Rp 10.000.000, Citra akan mendapatkan seperempat kepemilikan pada persekutuan, sebagai berikut. Investasi pada persekutuan
Rp 10.000.000
Proporsi nilai buku sekutu baru (Rp 30.000.000 = Rp 10.000.000)x 0.25
(Rp 10.000.000)
Selisih (investasi = nilai buku )
Rp
0
Hal diatas mengimplikasikan bahwa aset bersih telah dinilai secara wajar. Perlu dicatat bahwa modal yang dialokasikan kepada sekutu baru adalah bagiannya atas modal persekutuan setelah diterimanya ia sebagai sekutu baru. Jurnal yang dicatat : 1 Januari 2003 Kas
10.000.000 Modal Citra
10.000.000
Penerimaan Citra untuk seperempat kepemilikan atas investasinya sebesar 10.000.000 Modal
Investasi
Proporsi nilai Total
Sebelumnya
Sekutu Baru
buku
yang
baru atas total
persekutuan
dihasilkan
modal
sekutu (25%) Kasus 1 Investasi sekutu
baru
baru
Modal Bagian sekutu
yang
dihasilkan (25%)
sama dengan proporsi nilai buku
Tidak
ada
30.000.000
10.000.000
10.000.000
revaluasi, bonus,
atau
goodwill
40.000.000
10.000.000
Kasus 2 : Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih B esar dari Proporsi Nilai Buku Persekutuan Misalnya, diasumsikan Citra menginvestasikan Rp 11.000.000 untuk seperempat kepemilikan modal dalam persekutuan.Lngakah pertama adalah membandingkan investasi sekutu baru dengan proporsi nilai bukunya, sebagi berikut. Investasi Persekutuan
Rp 11.000.000
Proporsi nilai buku sekutu baru: (Rp 30.000.000 = Rp 11.000.000) x 0,25 Selisih (investasi = nilai buku)
(Rp 10.250.000) Rp 750.000
Citra telah menginvestasikan Rp 11.000.000 untuk kepemilikan dengan nilai buku Rp 10.250.000 sehingga membayar lebih tinggi sebesar Rp 750.000atas nilai buku saat ini
Tiga alternative perlakuan akuntansi dalam kasus ini : a) Revaluasi aset
b) Mengakui goodwill yang tidak tercatat c) Menggunakan metode bonus. Pada dasarnya, metode bonus adalah perpindahan saldo modal antara sesame sekutu. Metode ini digunakan ketika sekutu tidak mengiginkan penyesuaian pada nilai aset atau mengakui goodwill. Persekutuan apat menggunakan salah satu dari ketiga alternative yang ada.Keputusan biasaya dibuat berdasarkan kesepakatan antara sekutu lama dengan calon sekutu baru. Ilustrasi pendekatan atas revaluasi aset
Misalkan Citra membayar kelebihan sejumlah Rp 750.000 terhadap proporsi nilai buku karena persekutuan memiliki tanah dengan nilai buku Rp 4.000.000 tetapi penilaian terkini mengindikasikan tanah tersebut memiliki nilai pasar Rp 7.000.000.Para Sekutu lama memutuskan untuk menggunakan penerimaan sekutu baru ini sebagai pengakuan peningkatan nilai tanah dan mengalokasikan peningkatan ini kepada masing-masing saldo modal sekutu lama. Modal Aldi meningkat sebesar Rp 1.800.000 (60% dari kenaikan 3.000.000) dan modal Bayu meningkat Rp 1.200.000 (40% dari kenaikan 3.000.000) Jurnal Tanah
Rp 3.000.000 Modal, Aldi
Rp 1.800.000
Modal, Bayu
Rp 1.200.000
Investasi Citra sebesar 11.000.000 menjadikan modal persekutuan bernilai 44.000.000, sebagi berikut Modal persekutuan AB sebelumnya
30.000.000
Revaluasi tanah menjadi nilai pasar
3.000.000
Investasi Citra
11.000.000
Modal Persekutuan ABC
44.000.000
Bagian sekutu baru atas modal yang dihasilkan =(30.000.000 +3.000.000+11.000.000)x0.25 = 11.000.000 Jurnal Kas
11.000.000 Modal Citra
11.000.000
Penerimaan Citra untuk seperempat kepemilikan modal di persekutuan Ilustrasi pengakuan goodwill
Pada umumnya, jumlah goodwill ditentukan berdasarkan ngosiasi antara sekutu lama dan baru, dan berdasarkan estimasi laba di masa datang Langkah 1 25% dari estimasi modal yang dihasilkan
11.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan (11.000.000/ 0,25)
44.000.000
Langkah 2 Estimasi jumlah modal yang dihasilkan
44.000.000
Jumlah aset bersih tidak termasuk goodwill (30.000.000+11.000.000 investasi dari Citra) Estimasi goodwill
3.000.000
Jurnal Goodwill
41.000.000
3.000.000
Modal Aldi
1.800.000
Modal Bayu
1.200.000
Mengakui goodwill yang belum dicatat Kas
11.000.000 Modal Citra
11.000.000
Menerima Citra sebagai sekutu baru untuk seperempat bagian modal 44.000.000x0,25 Ilustrasi metode Bonus
Beberapa persekutuan mengakui bagian dari investasi sekutu baru sebagai bonus kepada sekutu lama untuk menyelaraskan saldo modal pada saat penerimaan sekutu baru. Dalam kasus ini, nilai 750.000 yang dibayarkan oleh Citra adalah bonus yang dialokasikan kepada sekutu lama pada rasio laba atau rugi mereka yaitu 60% kepada aldi dan 40% kepada Bayu Bagian
Sekutu
baru
atas
total
modal
yang
dihasilkan
=
(30.000.000+11.000.000)X0.25=10.250.000
Jurnal Kas
11.000.000 Modal Aldi
450.000
Modal Bayu
300.000
Modal Citra
10.250.000
Penerimaan Citra dengan bonus kepada Aldi dan Bayu Kasus 3 : Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Kecil dari Proporsi Nilai Buku Persekutuan Ada kemungkinan bahwa seorang sekutu baru membayar lebih kecil dari proporsi kepemilikannya atas nilai buku persekutuan. Misalnya, citra melakukan investasi Rp8.000.000
untuk seperempat kepemilikan modal di persekutuan ABC. Langkah pertama adalah membandingkan investasi sekutu baru dengan proporsi nilai buku sukutu baru, bebagai berikut. Investasi pada persekutuan Proporsi
nilai
Rp8.000.000 buku
sekutu
baru (Rp9.500.000)
((Rp30.000.000+Rp8.000.000)x0,25) Selisih (investasi < nilai buku)
(Rp1.500.000)
Fakta bahwa nilai investasi citra lebih dari nilai buku atas seperempat kepemilikan pada persekutuan mengindkasi persekutuan memiliki asset yang nilainya terlalu tinggi atau sekutu lama mengetahui bahwa citra memiliki kontribusi nilai dalam bentuk pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan persekutuan. Dalam kasus ini, citra telah menginvestasikan Rp8.000.000 dala bentuk kas dan sejumlah nilai tambah yang bias dianggap sebagai goodwill. Dalam kasus 2, dalam hal ini investasi melbihi nilai buku yang diperoleh, terdapat tiga alternatif pendekatan untuk mengakui diferensial ketika investasi lebih rendah dari nilai buku yang diakuisisi. Tiga pendekatan tersebut adalah : 1. Revaluasi nilai asset yang menurun. Pada alternative ini adalah : a. Nilai buku asset diturunkan untuk mencatat penurunan nilainnya. b. Modal sekutu lam diturunkan sebanding dengan kenaikan penurunan niali buku asset. c. Modal persekutuan yang dihasilkan lebih rendah dari saldo modal awal ditambah nilai asset yang diturunkan ditambah nilai investasi sekutu ba ru. 2. Mengakui goodwill yang dibawa sekutu baru. Dengan metode ini adalahh : a. Goodwill dan keunggulan lain yang dibawa sekutu baru dicatat dan dimasukan ke dalam modal sekutu baru. b. Modal sekutu lama dibiarkan tidak berubah. c. Modal persekutuan yang dihasilkan sama dengan saldo modal awal ditambah goodwill yang dibawa sekutu baru ditambah investasi sekutu baru. 3. Menggunakan metode bonus. Dengan metode ini adalah : a. Sekutu baru mendapatkan bonus dari modal sekutu lama, yang akan menurunkan bagian bonus mereka yang nantinya dibayarkan kepada sekutu baru.
b. Modal persekutuan yang hasilkan sama dengan modal sekutu awal ditambah dengan investasi sekutu baru. Ilustrasi Pendekatan Revaluasi Aset Asumsikan citra hanya menbayar RP8.000.000 untuk
seperempat kepemilikan pada persekutuan. Persediaan yang saat ini dicatat pada nilai buku sebesar Rp14.000.000 memiliki niali wajar hanya Rp8.000.000 karena beberapa mengalami kerusakan. Para sekutu setuju untuk menurunnkan nilai persediaan menjadi nilai wajar sebelum masuknya sekutu baru. Penurunan nilai dialokasikan kepada sekutu lama sebesar rasio laba atau rugi pada saat terjadinya penurunan nulai yaitu 60% kepada aldi dan 40% kepada bayu. Penurunan nilai dicatat sebagai berikut. (16)
modal, Aldi
Rp 3.600.000
Modal, Bayu
Rp 2.400.000
Persediaan
Rp 6.000.000
Revaluasi persediaan menjadi nilai wajar Pehatikan bahwa jumlah nilai modal persekutuan sekarang telah ditueunkan dari Rp 30.000.000 menjadi Rp 24.000.000 sebagai hasil dari penurunan nilai Rp 6.000.000. bagian cirta atas modal yang dihasilkan dari persekutuan ABC, setelah penurunan nilai dapat dihitung sebagai berikut.
Bagian sekutu baru atas
= (Rp24.000.000 + Rp8.000.000) x 0,25 =Rp8.000.000
total modal yang dihasilkan
Jurnal untuk mencatat penerimaan Citra sebagai sekutu baru dalam persekutuan ABC adalah: (17)
kas
Rp 8.000.000 Modal, Citra
Penerimaan Citra kedalam persekutuan
Rp 8.000.000
Nilai kredit modal tercatat milik Citra sama dengan investasinya karena jumlah nilai modal persekutuan adalah Rp32.000.000 ( Rp24.000.000 + Rp8.000.000) yang sekarang mencerminkan nilai wajar persekutuan. Ilustrasi Pencatatan Goodwill untuk Sekutu Baru Para sekutu lama mungkin manawarkan
seperempat kepemilikan modal dipersekutuan ABC seharga investasinya. Yaitu Rp8.000.000. karena Citra memiliki pengalaman bisnis, keahlian, jaringan pelanggan, reputasi dan komponen goodwill lainnya yang dia bawa ke persekutuan. Jumlah goodwill yang dibawa sekutu baru biasanya ditentukan dari negosiasi antara sekutu lama dengan calon sekutu baru. Misalnya, aldi bayu dan citra setuju bahwa kemampuan citra akan menghasilkanlaba. Mereka setuju bahwa citra layak mendapatkan Rp2.000.000 goodwill ketika bergabung sebagai antisipasi laba yang dikasilkan citra dikemudian hari. Goodwill hasil negosiasi diakui dan ditambahkan kedalam investasinya untuk menentukan jumlah modal yang ajan dikredit. Alternatif lain, nilai goodwill yang dibawa oleh sekutu baru bias diperkirakan dari jumlah modal yang ditahan oleh sekutu lama. Dalam kasus ini, sekutu lama menahan 75% kepemilikan pada persekutuan dan memberikan 25% kepada sekutu baru. Nilai dari 75% kepemilikan sekutu lama adalah Rp30.000.000. investasi citra sebesar Rp8.000.000 ditambah goodwill setara dengan 25% sisanya. Nilai goodwill yang dibawa oleh citra dapat dihitung sebagai berikut. Langkah 1 75% dari estimasi yang dihasilkan
Rp30.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan (Rp30.000.000/0,75)
Rp40.000.000
Langkah 2 Estimasi jumlah modal yang dihasilkan
Rp40.000.000
Jumlah asset bersih tidak temasuk goodwill (Rp30.000.000 + (Rp38.000.00 Rp8.000.000)
0)
Estimasi goodwill
Rp2.000.000
Perhatikan bahwa nilai goodwill yang diestimasikan untuk sekutu baru dihitung dengan menggunakan informasi dari kepemilikan lama. Dalam kasus 2, estimasi goodwill kepada sekutu lama dibuat dengan menggunakan informasi dan investasi sekutu baru. Alasan perbedaan ini karena untuk mengestimasi nilai goodwill haruslah menggunakan informasi terbaik yang tersedia. Jika akan mengestimasi goodwill sekutu baru, tidaklah logis menggunakan investasi berwujud sekutu baru untuk mengestimasikan total investasi sekutu baru, termasuk goodwill. Hal ini disebabkan karena nilai goodwill terdapat dalam investasii itu sendiri. Demikian pula ketika goodwill dialokasika kepada sekutu lama, tidaklah logis menggunakan modal sekutu lama untuk mengestimasikan nilai goodwill mereka. Kalimat yang paling mudah untuk mengingat bagaimana mengestimasikan nilai goodwill adalah menggunakan informasi dari sekutu pihak lawan, yaitu: Gunakan sekutu baru untuk mengestimasikan goodwill kepada sekutu lama; gunakan sekutu lama untuk mengestimasikan goodwill untuk sekutu baru. Jurnal yang dicatat penerimaan Citra sebagai sekutu baru di persekutuan ABC adalah : (18)
kas
Rp8.000.000
Goodwill
Rp2.000.000
Modal, Citra
Rp10.000.000
Penerimaan citra sebagai sekutu baru Jumlah modal yang dihasilkan dari pembentukan persekutuan baru di persekutuan ABC adalah Rp40.000.000, dengan aldi dan bayu memiliki 75% dan citra sebesar 25%. Ilustrasi metode bonus Penerimaan citra sebagai sekutu baru dengan seperempat kepemilikan
pada persekutuan ABC dengan investasi hanya Rp8.000.000 dapat juga diperlakukan sebagai bonus kepada citra dan sekutu lama. Bonus seniai Rp1.500.000 adalah selisih antara nilai buku sekutu baru senilai Rp9.500.000 dengan investasinya senilai Rp8.000.000. modal sekutu lama berkurang Rp1.500.000 secara proporsional berdasarkan rasio laba atau rugi yaitu 60% dari aldi dan 40% dari bayu, dan akun modal citra akan dikreditkan, senilai Rp9.500.000 sebagai berikut. (19)
kas
Rp8.000.000
Modal, Aldi
Rp900.000
Modal, Bayu
Rp600.000
Modal, Citra
Rp9.500.000
Penerimaan citra dalam persekutuan Jumlah yang dikredit kepada modal sekutu baru adalah bagian kepemilikannya terhadap total modal yang dihasilkan, yaitu: Bagian sekutu baru atas total modal yang dihasilkan
=
(Rp30.000.000
+
Rp8.000.000)
x
0,25
=
Rp9.500.000
Berikut adalak skedul yang menggambarkan konsep kunci kasus 3.
Proporsi nilai
Bagian sekutu
buku
baru atas
persekutuan
Total modal
modal yang
Modal
Investasi
sekutu baru
yang
dihasilkan
sebelumnya
sekutu baru
(25%)
dihasilkan
(25%)
Rp30.000.000
Rp8.000.000
Rp9.500.000
Kasus 2 Investasi sekutu baru sama dengan proposri nilai buku
1. Revaluasi asset
dengan
menurunkan nilai persediaan
sebesar Rp6.000.000
Rp32.000.000
Rp8.000.000
Rp40.000.000
Rp10.000.000
Rp38.000.000
Rp9.500.000
2. Mangakui goodwill sebesar Rp2.000.000 untuk
sekutu
baru 3. Bonus Rp1.500.000 kepada sekutu baru
Ikhstisar dan perbandingan aras akuntansi investasi sekutu baru
Figure 15-2 menyajikan jurnal yang dicatat untuk ketiga kasus yang dibahas. Selain itu, saldo modal dari ketiga sekutu masing-masing setelah penerimaan Citra disajikan disebelah kanan jurnal. Berikut ikhtisar alternatif metode akuntansi untuk investasi dari sekutu baru. Kasus 1. Investasi sekutu baru dengan proporsinya terhadap nilai buku persekutuan.
1. Modal sekutu baru yang dikredit sama dengan investasinya. 2. Dalam kasus ini tidak ada goodwill atau bonus yang diakui.
Kasus 2. Investasi sekutu baru lebih besar dari proporsinya terhadap nilai buku persekutuan
1. Revaluasi asset atau pengakuan goodill meningkatkan modal persekutuan yang dihasilkan.
2. Setelah pengakuan revaluasi asset atau goodwill tidak tercatat, modal modal sekutu baru akan sama dengan iinvestasinya dan persentasenya pada total modal persekutuan yang dihasilkan. 3. Dengan menggunakan metode bonus, modal persekutuan yang dihasilkan akan sama denganjumlah modal sekutu lama ditambah investasi dari sekutu baru. Kasus 3. Investasi sekutu baru lebih kecil dari proporsinya terhadap nilai buku persekutuan.
1. Dengan menggunakan pendekatan revaluasi asset, penurunan nilai asset akan mengurangi modal sekutu lama sebesar rasio laba atau rugi masing-masing. Modal sekutu baru dikredit sebesar nilai investasinya. 2. Dengan metode goodwill, goodwill dialokasikan kepada sekutu baru, dan modal persekutuan yang dihasilkan meningkat. Modal sekutu baru akan dikredit sebesar persentase kepemilikan terhadap midal persekutuan yang dihasilkan.
Kasus 1: investasi sekutu baru sama dengan proporsinya terhadap nilai buku persekutuan. Citra menginvestasikan Rp10.000.000 untuk seperempat kepemilikan.
Kas
Rp 10.000.000 Modal
Rp10.000.000
Aldi
Rp20.000.000
Bayu
Rp10.000.000
Citra
Rp10.000.000
Total
Rp40.000.000
Kasus 2: inestasi sekutu baru lebih besar dari proporsinya terhadap nilai buku persekutuan. Citra menginvestasikan Rp11.000.000 untuk seperempat kepemilikan.
(a) RevaluasiAset (meingkat) Tanah Modal, Aldi
Rp3.000.000 Rp1.800.000
Aldi
Rp21.800.000
Bayu
Rp11.200.000
Modal, Bayu Kas
Rp1.200.000 Rp11.000.000
Modal, Citra
Citra
Rp11.000.000
Total Rp44.000.000 Rp11.000.000
(b) Pengakuan goodwill untuk sekutu lama Goodwill
Rp3.000.000
Aldi
Rp21.800.000
Modal, Aldi
Rp1.800.000
Bayu
Rp11.200.000
Modal, Bayu
Rp1.200.000
Citra
Rp11.000.000
Kas
Rp11.000.000 Modal, Citra
Total Rp44.000.000 Rp11.000.000
(c) Bonus kepada sekutu lama : Kas
Rp11.000.000
Aldi
Rp20.450.000
Modal, Aldi
Rp450.000
Bayu
Rp10.300.000
Modal, Bayu
Rp300.000
Citra
Rp10.250.000
Modal, Citra
Rp10.250.000
Total Rp41.000.000
Kasus 3: investasi sekutu baru lebih kecil dari proporsinya terhadap nilai buku persekutuan. Citra menginvestasikan Rp8.000.000 untuk seperempat kepemilikan.
(a) Revaluasi Aset (menurun) Modal, Aldi
Rp3.600.000
Aldi
Rp16.400.000
Modal, Bayu
Rp2.400.000
Bayu
Rp7.600.000
Citra
Rp8.000.000
Persediaan Kas
Rp6.000.000 Rp8.000.000
Modal, Citra
(b) Akui goodwill untuk sekutu
Total Rp32.000.000 Rp8.000.000
baru Kas
Rp8.000.000
Aldi
Rp20.000.000
Goodwill
Rp2.000.000
Bayu
Rp10.000.000
Citra
Rp10.000.000
Total
Rp40.000.000
Modal, Citra
Rp10.000.000
(c) Bonus kepada sekutu baru Kas
Rp8.000.000
Aldi
Rp19.100.000
Modal, Aldi
Rp900.000
Bayu
Rp9.400.000
Modal, Bayu
Rp600.000
Citra
Rp9.500.000
Modal, Citra
Rp9.500.000
Total Rp38.000.000
Menentukan biaya investasi sekutu baru Asumsikan bahwa sekutu lama, aldi dan bayu menyetujui bahwa asset persekutuan harus direvaluasi sehingga bertambah sebesar Rp3.000.000 untuk mengakui peningkatan nilai tambah yangdimiliki persekutuan. Pertanyaannya adalah berapakah investasi yang harus dikontribusikan citra sebagai sekutu baru untuk seperempat kepemilkan. Ketika mementukan biaya investasi sekutu baru, sangatlah penting untuk mencatat totall modal persekutuan yang dihasilkan dan persentase kepemilikan yang masih ditahan sekutu lama. Dalam contoh ini, sekutu lama mempertahankan ¾ kepemilikan pada persekutuan yang dihasilkan, artinya75% kepemilikan modal sebesar Rp33.000.000, dimana Rp30.000.000 berasal dari modal lama ditambah Rp3.000.000 dari revaluasi tanah sebagai berikut. 75% total modal yang dihasilkan
Rp33.000.000
Total modal yang dihasilkan (100%)
Rp44.000.000
Dikurangi moal sekutu lama
(Rp33.000.000)
Kontribusi kas yang dibutuhkkan bagi sekutu baru
Rp11.000.000
Dalam bebeapa kasus, jumlah bonus bias ditentukan sebelum penentuan kontribusi kas yang dibutuhkan dari sekutu baru. Misalnya, asumsikan bahwa aldai dan bayu setuju untuk memberikan citra bonus sebesar Rp1.500.000 untuk bergabung dengan persekutuan. Skedul berikut menentukan jumlah investasi yang harus dibayarkan citra sebagai sekutu baru. Modal aldi dan bayu sebelumnya
Rp30.000.000
(-) bonus yang diberikan atas penerimaan citra
(Rp1.500.000)
Modal yang ditahan oleh aldi dan bayu (75%)
Rp28.500.000
Total modal yang dihasilkan (Rp28.500.000/0,75)
Rp38.000.000
(-) Modal sekutu lama
(Rp28.500.000)
Modal yang dibutuhkan untuk sekutu baru
Rp9.500.000
(-) bonus dari sekutu lama untuk sekutu baru
(Rp1.500.000)
Kontribusi kas yang dibutuhkan dari sekutu baru
Rp8.000.000
Contoh kedua ini adalah cara lain untuk menggambarkan metode bonus kepada sekutu baru pada kasus 3, kuncinya adalah menentukan jumlah modal dari sekutu lama yang masih ditahan pada persentase kepemilikan mereka pada modal persekutuan yang dihasilkan setelah menerima sekutu baru. Kontribusi kas sekutu baru dapat dihitung secara sederhana dengan menentukan jumlah modal yang akan dialokasikan kepadanya dan kemudian mengakui bonus yang akan digunakan untuk menyelaraskan saldo modal.
Berhentinya Seorang Sekutu dari Persekutuan Ketika seorang sekutu berhenti atau mengundurkan diri dari persekutuan, maka persekutuan secara tidak langsung dibubarkan, tetapi sekutu lainnya mungkin masih berkeinginan melanjutkan operasi usaha. Dalam sebagian besar kasus, persekutuan membeli semuakepemilikan sekutu yang berhenti sebear harga pembelian (buyout price). Harga pembelian adalah jumlah estimasi jika, (1) asset persekutuan dijual pada harga yang sama dengan ataulebih besar dari nilai likuidasi atau nilai yang menjadi dasaar harga penjualan keseluruhan bisnis yang terus berlangsung tanpa sekutu yang berhenti, dan (2) persekutuan diakhiri pada saat itu, dan seluruh kewajiban perssekutuan diselesaikan. Perhatikan bahwa goodwill dapat termasuk penilaian. Persekutuan harus membayar bunga kepada sekutu yang berhenti sejak tanggal berhenti sampai dengan tanggal pembayaran. Dalam kasus berhentinya sekutu karena ada pelanggaran, persekutua dapat menuntut secara legal sekutu yang keluar atas kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan akkibat pelanggaran yang terjadi.
Dalam kasus dimana persekutuan menyetujui pemberhentian dan tidak ada kesalahan, akuntan dapat membantu perhitungan harga pembelian kepemilikan. Ini penting untuk menentukan seluruh kewajiban yang masih ada saat tanggal berhenti. Perjanjian persekutuan dapat termasuk prosedur lain unuk digunakan pada kasus berhentinya sekutu, seperti spesifikasi penilaian, proses akuisisi nilai sekutu baru yang dapat dialihkan, dan hal lain yang terkait perubahan proses keanggotaan. Beberapa persekutuan melakukan audit ketika terjadi perubahan dalam komposisi sekutu. Audit ini menghasilkan keakuratan nilai buku asset dan kewajiban. Terkadang kesalahan akuntasi ditemukan selama proses audit. Kesalahan tersebut harus diperbaiki dan akun modal para sekutu harus disesuaikan berdasarkan rasio laba atau rugi yang ada pada periode kesalahan ditemukan. Misalnya, jika audit mengungkapkan bebean penyusutan tiga tahun yang lalu sebesar Rp4.000.000 lebih rendah dari seharusnya, kesalahan tersebut diperbaiki dengan penyesuaian periode sebelumnya, dan dikenakan pada saldo modal para sekutu sesuai dengan penyesuaian atas proporsi kepemilikannya berdasarkan rasio laba atau rugi tiga tahun yang lalu. Pada umumnya, sekutu yang tersisa membeli bagian sekutu yang berhenti dengan akuisisi langsung atau persekutuan membeli bagian kepemilikan sekutu yang berhenti tersebut. Jika sekutu yang tersisa membeli langsung kepemilikan sekutu yang berhenti, satu-satunya jurnal pada pembukuan persekutuan adalah mencatat reklsifikasi modal sesame sekutu. Jika persekutuan mengakuisisi bagian sekutu yang berhenti, persekutuan harus mencatat pengurangan jumlah modal persekutuana persekutuan akibat penurunan asset atas pembayaran kepada sekutu yang behenti. Perhitungan harga pembelian ketika seorang sekkutu berhenti dari persekutuan dapat digambarkan dalam tiga scenario berikut. 1. Harga Pembelian Sama Dengan Saldo Kredit Modal Sekutu Misalnya, aldi mengundurkan diri dari persekutuan ABC pada saat saldo modalnya Rp55.000.000 setelah mencatat penungkatan pada asset persekutuan termasuk pengakuan laba sampai tanggal pengunduran diri. Jurnal yang dicatat oleh persekutuan ABC adalah: (20)
modal, Aldi Kas
Rp55.000.000 Rp55.000.000
Mundurnya aldi dari pesekutuan Jika persekutuan tidak dapat membayar dana sejumlah Rp55.000.000 kepada aldi pada saat pengunduran diri, maka persekutuan harus mencatatnya sebagai kewajiban atas sisa yang belum terbayar.
2. Harga Pembelian Lebih Besar Dari Saldo Kredit Modal Sekutu Misalnua, aldi memiliki saldo modal Rp55.000.000 dan sekutu setuju membayar aldi sejumlah Rp65.000.000. sebagian besar persekutuan akan mencatat Rp10.000.000 kelebihan pembayaran di atas saldo modal aldi sebagai bonus penyesuaian modal depada aldi dari sekutu yang bertahan. Dalam kasus ini, Rp10.000.000 akan mengurang modal bayu dan citra sebesar rasio laba atau rugi masingmasing. Bayu memiliki 30% bagian dan citra memiliki 25% bagian pada laba persekutuan. Jumlah dari bagian keduanya adalah 55% (30%+25%), dan persentase laba diantara keduanya, setalah dibulatkan, adalah 55% untuk bayu dan 45% untuk citra, dihitung sebagai berikut. Persentase
Persentase
laba lama
laba sisa
Aldi
45
0
Bayu
30
55 (30/55)
Citra
25
45 (25/55)
Total
100
100
Jurnal yang dicatat pada saat pengunduran diri aldi adalah: (21)
Modal, Aldi
Rp55.000.000
Modal, Bayu
Rp 5.500.000
Modal, Citra
Rp4.500.000
Kas
Rp65.000.000
Mundurnya aldi dari persekutuan. Bonus Rp10.000.000 yang dibayarkan kepada aldi dialokasikan kepada bayu dan citra sebesar rasio laba atau rugi masing-masing. Bayu dikenakan 55% dan citra dikenakan 45%. Adakalanya, persekutuan menggunakan pengunduran diri sekutu dan dibubarkannya persekutuan untuk mencatat goodwill. Dalam kasus ini, persekutuan dapat mencatat bagian sekutu lama saja, atau menghitung keseluruhan goodwill berdasarkan persentase laba sekutu yang berhenti. Jika memasukan keseluruhan goodwill, maka sekutu yang tersisa akan menerima bagiannya atas total goodwill yang diakui. Banyak aturan mengkritik pengakuan goodwill pada saat penambahan sekutu baru. Walau
bagaimana pun, akuntansi untuk persekutuan memperkenankan pengakuan goodwill pada saat pembubaran. Misalnya, jika Rp65.000.000 dibayarakan kepada aldi dan hanya goodwill milik aldi yang akan dicatat, maka persekutuan akan menbuat jurnal pada mundurnya aldi sebagai berikut. (22)
Goodwill
Rp10.000.000
Modal, Aldi
Rp10.000.000
Mencatat goodwill untuk aldi. (23)
Modal, Aldi Kas
Rp65.000.000 Rp65.000.000
Mundurnya aldi dari persekutuan. 3. Harga Pembelian Lebih Kecil Dari Saldo Kredit Modal Sekutu Kadangkala, harga pembelian kurang dari saldo kredit modal sekutu. Hal ini dapat terjadi jika nilai likuidasi asset lebih kecil dari nilai bukunya atau karena sekutu yang berhenti berniat meninggalkan persekutuan dengan cukup menerima lebih kecil dari saldo modalnya. Missal, aldi setuju menerima Rp50.000.000 sebagai harga pembelian kepemilikannya di persekutuan harus mengevaluasi asset bersihnya untuk menentukan jika terjadi penurunan nilai yang harus diakui. Jika tidak diperluka revaluasi asset bersih, perbedaan Rp5.000.000 (Rp55.000.000 – Rp50.000.000) dialokasikan sebagai penyesuaian modal bayu dan citra berdasarkan rasio laba rugi.
Disosiasi, Pembubaran, Terminasi, dan Likuidasi Sebuah Persekutuan Pengunduran Diri atau Disosiasi (Dissociation)
Pengunduran diri atau disosiasi (dissociation) adalah konsep hukum untuk pengunduran diri sekutu Karena: 1. sekutu meninggal 2. sekutu secara sukarela mengundurkan diri (missal:pensiun) 3. keputusan pengadilan, seperti: (a) sekutu terlibat dalam tindakan yang melanggar hukum yang secara signifikan berakibat negative bagi persekutuan,(b) sekutu melanggar perjanjian persekutuan, (c) sekutu menjadi debitur dalam kebangkrutan , dan (d) sekutu individual sudah tidak mampu melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian persekutuan.
Pembubaran (Dissolution) Pembubaran (dissolution) merupakan penghakiran persekutuan. Kejadian-kejadian yang dapat menyebabkan pembubaran dan terminasi bisns persekutuan yaitu: 1. Dalam persekutuan , sewaktu-waktu, seorang sekutu dapat mengeluarkan pemberitahuan pengunduran diri dari persekutuan 2. Pada persekutuan yang didirikan dengan batas waktu dan tujuan tertentu, pembubaran dapat terjadi karena beberapa hal yakni: (a) seorang sekutu meninggal atau mengundurkan diri Karena melakukan kesalahan, (b) ketika seluruh sekutu setuju untuk menghentikan persekutuan, (c) ketika batas waktu atau tujuan yang dimaksud telah terpenuhi atau selesai 3. Adanya keputusan pengadilan bahwa: (a) tujuan ekonomis perekutuan tampaknya tidak dapat tercapai, (b) seorang sekutu terlibat dalam suatu tindakan terkait dengan bisnis atau (c) ketika tidak memungkinkan untuk meneruskan bisnis persekutuan secara praktik sejalan dengan perjanjian persekutuan Pada saat pemubaran, persekutuan memuai proses terminasi bisnis persekutuan
Terminasi (Winding Up) dan Likuidasi (Liquidation)
Terminasi dan likuidasi persekutuan dimulai setelah pembubaran persekutuan. Persekutuan tetap beroperasi untuk tujuan khusus, yaitu penyelesaian proses penghentian bisnis. Proses terminasi mencakup transaksi-transaksi yang diperlukan untuk melikuidasi persekutuan, seperti penagihan piutang , termasuk piutang sekutu, konversi asset non kas menjadi kas, pembayaran kewajiban persekutuan, dan distribusi saldo neto yang tersisa kepada para sekutu dalam bentuk kas sesuai proporsi kepemilikan modal. Pinjaman dari sekutu. Kewajiban para sekutu atas pinjaman yang dilakukan kepada persekutuan memiliki status yang sama dengan kewajiban persekutuan kepada kreditur pihak ketiga Defisit akun modal sekutu. Dalam proses likuidasi, tiap sekutu yang memiliki akun modal defisit harus melakukan kontribusi kepada persekutuan untuk menghilangkkan defisit modal tersebut. Persekutuan melakukan distribusi likuidasi, dalam bentuk kas, kepada tiap sekutu dengan saldo modal kredit. Jika
seorang sekutu gagal melakukan kontribusi untuk menghilangkan defisit modalnya, maka seluruh sekutu harus melakukan kontribusi, sesuai dengan proporsi pembagian kerugian, berupa tambahan jumlah yang diperlukan untuk membayarr kewajiban persekutuan Laporan Likuidasi dan Realisasi Pesekutuan
Laporan likuidasi adalah dasar pembuatan yat jurnal untuk mencatat likuidasi. Laporan ini menyajikan pengaruh likuidasi terhadap akun-akun neraca persekutuan dalam bentuk kertas kerja. Laporan menunjukan konversi aset menjadi kas, alokasi keuntungan atau kerugian kepada para sekutu, dan distribusi kas kepada para kreditur dan sekutu 3.2. Likuidasi Sekaligus
Likuidasi persekutuan secara sekaligus (lump-sump liquidation) merupakan suatu proses likuidasi di mana seluruh aset dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang sangat pendek, kreditur eksternal dibayar, dan pembayaran tunggal secara gabungan dilakukan kepada para sekutu atas bagian modal yang disetorkan. Meskipun kebanyakan likuidasi persekutuan terjadi selama periode yang lebih panjang sebagaimana yang diilustrasikan berikut ini, likuidasi bersamaan merupakan fokus yang bail< untuk menjelaskan konsep utama likuidasi persekutuan. Realisasi Aset
Pada umumnya, sebuah persekutuan mengalami kerugian ketika menjual asetnya. Persekutuan dapat saja melakukan penjualan ‘cuci gudang karena akan tutup’ di mana persediaan diturunkan nilainya sehingga mencapai di bawah harga jual normal dengan maksud untuk mendorong penjualan dengan segera. Sering kali, persediaan yang tersisa dapat dijual kepada perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pembelian aset usaha yang mengalami likuidasi. Mebel, peralatan, dan aset perusahaan lainnya dapat ditawarkan dengan harga diskon atau dijual kepada pihak likuidator. Beban Likuidasi
Proses likuidasi biasanya dimulai dengan menjadwalkan aset dan kewajiban persekutuan yang diketahui. Nama dan alamat kreditur serta jumlah yang terutang dari masing-masing pihak harus dicatat. Sebagaimana umumnya terjadi, kreditur yang belum terjadwal akan diketahui selama proses likuidasi. Proses likuidasi juga melibatkan beberapa beban seperti biaya hukum dan akuntansi tambahan. Persekutuan juga menanggung biaya penghentian usaha, seperti biaya iklan khusus dull biaya mencari agen penjual peralatan yang khusus. Beban ini dialokasikan terhadap akun modal para sekutu dalam rasio distribusi laba dan rugi Ilustrasi Likuidasi Sekaligus
Ilustrasi berikut ini digunakan untuk menunjukkan likuidasi sekaligus yang dilakukan oleh Persekutuan ABC dengan para sekutu yang terdiri dari Aldi, Bayu. dan Citra, pada 1 Mei 20X5. Pada tahun 20X4, mereka menyesuaikan persentase distribusi laba rugi berdasarkan besarnya Peran masingmasing sekutu. Hasil penyesuaian distribusi laba rugi tersebut adalah: Aldi, 40%; Bayu, 40%; dan Citra, 20%. Ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei ZOXS, pada saat para Sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha, adalah sebagai berikut.
Persekutuan ABC Neraca Saldo 1 Mei 20X5 Kas
Rp10.000.000
Aset Nonkas
90.000.000
Kewajiban
Rp 42.000.000
Modal, Aldi (40%)
34.000.000
Modal, Bayu (40%)
10.000.000
Modal, Citra (20%)
14.000.000
Total
Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
persamaan dasar akuntansi, yaitu Aset - Kewajiban = Ekuitas Pemilik, dapat digunakan dalam Akuntansi persekutuan. Dalam kasus ini, ekuitas pemilik adalah iumlah akun modal sekutu adaiah “bagai berikut.
Aset - Kewajiban =Ekuitas Pemilik Rp100.000.000 - Rp42.000.000 =Rp58.000.000 Kasus 1 Persekutauan Masih Solven dan Tidak Terdapat Defisit dalam Akun Modal Sekutu
Figure Kasus 1 persekutuan masih solve; tidak terdapat defisit dalam akun modal sekutu
Persekutuan ABC Laporan Likuidsi Dan Realisasi Persekutuan Likuidasi Sekaligus (Rp jutaan) Saldo Modal Kas Saldo sebelum
Asset Nonkas
Kewajiban
Aldi,40%
Bayu, 40%
Citra ,20%
likuidasi,1 mei
10
90
80
(90)
90
0
(42)
(34)
(10)
(14)
4
4
2
(30)
(6)
(12)
(30)
(6)
(12)
30
6
12
0
0
0
Penjualan asset dan distribusi keuangan sebesar Rp 10.000.000
(42)
Pembayaran untuk kreditur terkenal
(42) 48
42 0
0
Pembayaran sekaligus kepada sekutu
(48)
saldo pasca likuditas
0
0
0
laporan realisasi dan likuidasi persekutuan merupakan dasar untuk ayat jurnal yang mencatat proses likuidasi sebagai berikut. 15 mei 20X5 (1)
Kas
80.000.000
Modal, Aldi
4.000.000
Modal, Bayu
4.000.000
Modal, Citra
2.000.000
Asset Nonkas 20 mei 20X5 (2)
Kewajiban
42.000.000
90.000.000
Kas
42.000.000
30 mei 20X5 (3)
Modal, Aldi
30.000.000
Modal, Bayu
6.000.000
Modal, Citra
12.000.000
Kas
48.000.000
3.3. Likuidasi Bertahap Likuidasi bertahap merupakan suatu likuidasi yang secara umum memerlukan beberapa bulan dalam penyelesaiannya dan mencakup pembayaran secara periodik, atau cicilan/bertahap, kepada para sekutunya selama masa likuidasi. Kebanyakan likuidasi persekutuan dilakukan dalam periode yang diperpanjang dengan tujuan memperoleh jumlah realisasi aset yang sebesar mungkin. Umumnya para sekutu menerima pembayaran periodik selama likuidasi karena mereka memerlukan dana tersebut untuk keperluan pribadi. Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas kepada para sekutu sebelum likuidasi aset sepenuhnya dilakukan. Pihak akuntan secara khusus harus berhati-hati pada saat mendistribusikan kas, karena dapat saja terjadi suatu peristiwa di masa mendatang yang mungkin mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing-masing sekutu. Untuk alasan ini, panduan praktis berikut dapat digunakan untuk membantu para akuntan dalam menentukan pembayaran bertahap yang aman kepada para sekutu.
1. Tidak mendistribusikan kas kepada para sekutu hingga seluruh kewajiban dan beban likuidasi aktual maupun potensial telah dibayarkan atau telah dicadangkan seperlunya. 2. Antisipasilah kemungkinan yang terburuk, atau yang paling membatasi sebelum menentukan jumlah uang tunai yang dapat diterima oleh masing-masing sekutu: a. Asumsikanlah bahwa seluruh aset nonkas yang tersisa akan dihapuskan sebagai kerugian, yaitu asumsikan bahwa tidak ada yang dapat direalisasikan lagi dari penghapusan aset. b. Asumsikanlah bahwa defisit yang timbul pada akun modal para sekutu akan didistribusikan kepada sekutu yang tersisa; asumsikan bahwa defisit tersebut tidak akan dihapuskan oleh kontribusi modal tambahan para sekutu. 3. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi, maka sisa saldo kredit pada akun modal menunjukkan distribusi aset dan kas yang aman yang dapat didistribusikan kepada masing-masing sekutu dalam jumlah yang terkait.
3.4. Rencana Distribusi Kas
Pada awal proses likuidasi, adalah umum bagi para akuntan untuk menyusun rencana distribusi kas, yang memberikan gambaran kepada para sekutu mengenai pembayaran kas bertahap yang akan diterima oleh masing-masing pada saat telah tersedia kas dalam persekutuan. Distribusi bertahap aktual ditentukan dengan menggunakan laporan realisasi dan likuidasi, yang dilengkapi dengan skedul pembayaran aman kepada para sekutu sebagaimana yang ditunjukkan pada bagian akhir bab ini. Rencana distribusi kas merupakan proyeksi pro forma penggunaan kas, apabila telah tersedia uang tunai. Kemampuan Menanggung Kerugian
Konsep dasar rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi adalah kemampuan menanggung kerugian (loss absorption power-LAP). LAP seorang sekutu diartikan sebagai kerugian makSimum yang dapat terjadi dalam persekutuan sebelum saldo akun modal dan pinjaman sekutu dilunasi. Kemampuan menanggung kerugian merupakan fungsi dari dua elemen, yaitu:
Saldo akun modal sekutu LAP = Ba ianlaba dan ru isekutu
Sebagai contoh, pada l Mei 20x5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar Rp34.000.000 dan 40 persen dari bagian laba dan rugi Persekutuan ABC. LAP Aldi adalah: Rp34.000.000 LAP =
04
= Rp85.000.000
Ini berarti bahwa kerugian dalam penghapusan aset nonkas atau beban likuidasi tambahan sebesar Rp85.000.000 akan menghapuskan saldo kredit dalam akun modal Aldi dengan perhitungan sebagai berikut.
Rp 85.000.000 x 0,40 = Rp34.000.000
3.5. Pengubahan Persekutuan menjadi Perseroan
Seiring dengan perkembangan persekutuan, para sekutu dapat memutuskan untuk mengubah bentuk usaha menjadi perseroan agar dapat memperoleh akses pendanaan ekuitas tambahan, membatasi tanggung jawab pribadi, mendapatkan keuntungan pajak tertentu atau untuk mencapai tujuan usaha lain yang cukup berat. Pada saat pembentukan perseroan, persekutuan dihentikan, sedangkan aset dan kewajibannya direvaluasi menjadi sebesar nilai pasar. Keuntungan atau kerugian revaluasi yang timbul dialokasikan kepada akun modal para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi. Modal saham dalam perseroan yang baru kemudian didistribusikan secara proporsional pada akun modal para sekutu. Entitas bisnis terpisah persekutuan harus menutup catatan akuntansinya dan perseroan, sebagai entitas baru, harus membuka catatan akuntansi yang baru untuk mencatat penerbitan modal saham ke para sekutu persekutuan sebelumnya. Neraca saldo Persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5, sebagaimana yang ditunjukkan sebelumnya, digunakan untuk mengilustrasikan pengubahan persekutuan menjadi perseroan. Misalkan para sekutu bersepakat untuk mengubah persekutuan menjadi perseroan, dan bukan melakukan likuidasi sebagaimana yang dijelaskan dalam bab ini. Perseroan yang baru disebut sebagai PT Induk. Pada saat pengubahan dari persekutuan menjadi perseroan, seluruh aset dan kewajiban harus diperiksa dan dinilai berdasarkan nilai pasar. Keuntungan atau kerugian yang timbul harus didistribusikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi masing-masing sekutu. Misalkan, aset nonkas memiliki nilai pasar sebesar Rp80.000.000. Kerugian nilai pasar sebesar Rp10.000.000 dialokasikan ke dalam akun modal para sekutu sebelum pembentukan perseroan, sebagai berikut.
(4)
Modal. Aldi
4.000.000
Modal, Bayu
4.000.000
Modal. Citra
2.000.000
Aset Nonkas
10.000.000
Mengakui kerugian akibat pengurangan aset menjadi nilai pasar.
Tentu saja dalam praktiknya, akun aset tertentulah yang akan digunakan, bukan klasifikasi umum seperti aset nonkas. Keuntungan atas revaluasi aset juga dapat terjadi jika sebuah persekutuan yang sukses memilih untuk berubah menjadi perseroan.
Aset neto persekutuan mempunya nilai wajar Rp48.000.000 (Rp90.000.000 aset dikurangi Rp42.000.000 kewajiban). Perseroan menerbitkan 4.600 lembar saham biasa dengan nilai par Rpl.000 per lembar untuk ditukar dengan aset dan kewajiban Persekutuan ABC. Ayat jurnal yang dibuat PT Induk untuk memperoleh aset dan kewajiban persekutuan yang ditukar dengan penerbitan 4.600 lembar saham sebagai berikut.
(5)
Kas
10.000.000
Aset Nonkas
80.000.000
Kewajiban
42.000.000
Saham Biasa
4.600.000
Tambahan Modal Disetor-Agio
43.400.000
Penerbitan saham untuk aset dan kewajiban persekutuan.
Para sekutu membuat ayat jurnal berikut ini pada buku persekutuan. (6)
Investasi dalam Saham PT Induk
48.000.000
Kewajiban
42.000.000
Kas
10.000.000
Aset Nonkas
80.000.000
Penerimaan saham PT Induk untuk aset neto persekutuan. Aset nonkas telah dikurangi nilainya sehingga menjadi nilai wajar dalam ayat jurnal (4) di atas. Untuk mendistribusikan saham kepada para sekutu dan menutup buku persekutuan, ayat jurnal final adalah sebagai berikut.
(7)
Modal, Aldi
30.000.000
Modal, Bayu
6.000.000
Modal. Citra
12.000.000
lnvestasi pada Saham PT Induk Induk kepada para sekutu.
48.000.000
Distribusi saham
PT
Akuntansi untuk Operasi Cabang 1. PERBEDAAN ANTARA AGEN PENJUALAN DAN CABANG Perbedaan antara agen penjualan dan cabang sebagian besar terkait dengan tingkat otonomi. Sebuah agen penjualan, kadang diistilahkan secara sederhana sebagai “agen” biasanya tidak beroperasi secara otonom namun bertindak atas nama kantor pusat. Agen penjualan dapat memajang dan mendemostrasikan contoh produk, menerima pesanan, dan mengatur pengiriman. Kantor cabang biasanya memiliki otonomi lebih luas dan memberikan rentang penyediaan jasa yang lebih besar dibanding agen penjualan, walaupun tingkatnya berbeda dengan perusahaan individu. Sebuah cabang umumnya menyimpan stok persediaan dan mengarsip pesanan pelanggan. Banyak perusahaan yang beroperasi melalui cabang-cabang. Hampir setiap orang pernah mengunjungi cabang department store ternama seperti Matahari dan Sogo. Bank secara khusus telah melakukan perluasan melalui pembukaan jaringan cabang bank secara ektensif. Beberapa perusahaan manufaktur juga menjalankan bisnis melalui sistem lokasi operasi yang dapat dibandingkan, biasanya disebut dnegan “pabrik”. Misalnya, PT Indofood menjalankan proses produksi di berbagai pabrik di lokasi Jakarta, Bndung, Medan, Banjarmasin, dan Makassar. Sistem pengambilan keputusan manajemen pada agen penjualan kecil antara lain adalah bahwa keputusan-keputusan dibuat di kantor pusat dan agen penjualan melakukan operasi rutin. Tingkat pengambilan keputusan manajemendi cabang biasanya lebih tinggi dibanding agen penjualan namun dengan tingkat yang berbeda antar perusahaan.
2. AKUNTANSI UNTUK AGEN PENJUALAN Oleh karena agen penjualan umumnya tidak memiliki sistem akuntansi, seluruh transaksi terkait dengan agen terkait oleh kantor pusat. Untuk beberapa jenis transaksi, ayat jurnak yang dicatat oleh kantor pusat didasarkan pada dokumen yang dihasilkan agen. Misalnya, kantor pusat mencatat transaksi agen berdasarkan faktur penjualan, catatan gaji, dan dokumen Voucher kas kecil yang disediakan oleh agen penjualan. Transaksi lainnya dapat dicatat berdasarkan dokumen
sumber lain yang diserahkan pihak eksternal langsung ke kantor pusat. Misalkan, perusahaan yang memberikan jasa gas, listrik, air, dan telekomunikasi ke agen dapat mengirim tagihan langsung ke kantor pusat. Kantor pusat umumnya mencatat aset, pendapatan, dan beban tiap agen secara terpisah. Sehingga memungkinkan kantor pusat mengontrol aset dan menyediakan informasi dalam penilaian kinerja tiap agen. Contoh akuntansi kantor pusat atas agen penjualan, pada PT Cemara, sebuah perusahaan manufaktur struktur modular dan partisi di Jakarta, yang membangun sebuah agen penjualan di Surabaya. Ayat-ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi khas agen penjualan di pembukuan kantor pusat.
Ayat Jurnal Kantor Pusat untuk Transaksi-transaksi Agen Penjualan Transaksi Menyewa
tanah
Ayat Jurnal di Pembukuan Kantor Pusat
untuk
fasilitas
penjualan
Sewa dibayar dimuka-Agen Surabaya
50.000.000
Kas
50.000.000
Membangun dan merapikan gedung
Leasehold improvements-Agen Surabaya
80.000.000
untuk fasilitas penjualan
Perabot-Agen Surabaya
21.000.000
Peralatan-Agen Surabaya
16.000.000
Kas Transfer kas ke agen sebagai danakas kecil Transfer
2.500.000
Kas persediaan
yang
akan
digunakan untuk contoh di agen Membayar
Kas Kecil - Agen Surabaya
117.000.000
tagihan
yang
Persediaan Contoh - Agen Surabaya
2.500.000 135.000.000
Kas
135.000.000
diterima
Beban Utilitas - Agen Surabaya
1.100.000
kantor pusat atas beban-beban agen
Beban Kantor – Agen Surabaya
800.000
penjualan
Beban Asuransi – Agen Surabaya
2.000.000
Beban Perjalanan – Agen Surabaya
1.400.000
Beban Iklan – Agen Surabaya
2.700.000
Kas Membayar
gaji
karyawan
agen
penjualan Memenuhi
Beban Gaji – Agen Surabaya
8.000.000 31.000.000
Kas pesanan
dari
agen
penjualan
Piutang Dagang
31.000.000 88.000.000
Penjualan – Agen Surabaya Beban Harga Pokok Penjualan – Agen Surabaya
88.000.000 56.000.000
Persediaan Mengganti kembali dana kas kecil
Beban Kantor – Agen Surabaya
agen penjualan
Beban Perjalanan – Agen Surabaya Beban Tenaga Kerja Sementara – Agen Surabaya Kas
56.000.000 420.000 1.200.000 750.000 2.370.000
Mencatat
ayat
akhir periode
jurnal
penyesuaian
Beban Sewa – Agen Surabaya
25.000.000
Beban Penyusutan – Agen Surabaya
14.500.000
Beban Gaji – Agen Surabaya
1.900.000
Sewa dibayar dimuka-Agen Surabaya
25.000.000
Akumulasi Penyusutan – Agen Surabaya
14.500.000
Utang Gaji
1.900.000
3. TRANSAKSI UNTUK OPERASI CABANG Transaksi-transaksi dicatat seperti biasa dan tidak ada perlakuan khusus yang diperlukan. Sebagai tambahan, baik kantor pusat maupun cabang harus mencatat transaksi yang terjadi diantara mereka pada sistem akuntansinya masing-masing. Walau kantor pusat dan masing-masing cabang mengelola pembukuan secara terpisah, seluruh pencatatan akan digabungkan untuk pelaporan eksternal sehingga laporan keuangan eksternal menyajikan perusahaan sebagai entitas ekonomi runggal. Seperti saat menyusun laporan keuangan konsolidasi, menambahkan saldo akun-akun di setiap sistem akuntansi secara sederhana tidak menghasilkan gambaran entititas ekonomi tunggal. Beberapa eliminasi juga diperlukan. Secara keseluruhan penyusunan laporan keuangan eksternal untuk perusahaan yang memiliki kantor pusat dan satu kantor cabang atau lebih cukup mirip dengan penyusunan laporan konsolidasi.
Akun - Akun Antarperusahaan Transaksi yang terjadi dengan pihak eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti biasa. Transaksi antara kantor pusat dan kantor cabang juga dicatat seperti biasa kecuali bahwa mereka turut mencatat akun-akun antarperusahaan. Akun-akun ini merupakan akun resiprokal antara kantor pusat dan kantor cabang. Ketika pembukuan di kantor pusat dan kantor cabang selesai dimutakhirkan, saldo akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat akan sama jumlahnya namun dalam arah saldo yang berlawanan dengan akun antarperusahaan di pembukuan cabang. Misalnya, jika kantor pusat memiliki saldo debit sebuah akun antarperusahaan Rp 10.000.000, akun terkait akan muncul di pembukuan kantor cabang dengan nilai yang sama pada saldo kredit. Akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat disebut investasi di cabnag, sementara akun resiprokal di pembukan cabang dinamakan Kantor pusat. Ketika suatu perusahaan memiliki lebih dari satu cabang, dibuat akun investasi terpisah untuk setiap cabang.
Penjelasan tntang akun investasi di Cabng dan Kantor Pusat, dan bagaimana pengaruhnya terhadap berbagai transaksi, dijelaskan di bawah ini : Investasi di Cabang
Kantor Pusat
(Buku Kantor Pusat)
(Buku Cabang)
xxx
Transfer Aset ke Cabang xxx
xxx
xxx
Transfer Aset dari Cabang
xxx
Laba Cabang xxx
xxx
Rugi Cabang
xxx
Pendirian Cabang Ketika suatu perusahaan mendirikan sebuah cabang, transfer aset ke cabang dicatat pleh kantor pusat pada akun Investasi di Cabang. Hal yang sama, cabnag mencatat transfer tersebut di akun Kantor Pusat. Sebagai ilustrasi, PT Jya yang berlokasi di Jakarta, mendirikan sebuah cabang di Medan, Sumatera Utara. Kantor pusat mentransfer ke cabang berupa kas Rp20.000.000, peralatan kantor baru senilai Rp5.000.000, dan peralatan toko baru senilai Rp30.000.000. kantor pusat mencatat transaksi tersebut dengan ayat jurnal sebagai berikut: H(1)
Investasi di Cabang Medan Kas Peralatan Kantor Peralatan Toko (Transfer Aset ke Cabang Medan)
55.000.000 20.000.000 5.000.000 30.000.000
(Ayat Jurnal yang dibuat oleh Kantor pusat diberi tambahan kode huruf H , sementara yang dibuat di cabang diberi tambahan kode huruf B) Cabang Medan PT Jaya mencatat pentransferan sejumlah aset dari kantor pusat dengan ayat jurnal berikut ini. B(2)
Kas Peralatan Kantor Peralatan Toko Kantor Pusat (Transfer Aset dari kantor pusat )
20.000.000 5.000.000 30.000.000 55.000.000
Perhatikan bahwa setelah kantor pusat dan cabang mencatat transfer aset, akun Investasi di Cabang pada buku kantor pusat dan akun Kantor Pusat pada buku cabang memiliki saldo
resiprokal Rp55.000.000. neraca terpisah yang dibuat oleh cabang Medan sesaat setelah transfer adalah seperti berikut : Cabang Medan PT Jaya Neraca
Aset:
Kewajiban: Kas
Rp 20.000.000
Peralatan Kantor
Rp 5.000.000
Peralatan Toko
Rp 30.000.000
Kantor Pusat
Rp 55.000.000
Rp 55.000.000
Total
Rp 55.000.000
Total
Jika laporan keuangan cabang disusun untuk tujuan pelaporan internal, maka laporan keuangan eksternal merefleksikan aktivitas dan posisi perusahaan secara keseluruhan. Akunakun di pembukuan kantor pusat dan cabang digabungkan dalam penyusunan laporan keuangan untuk merefleksikan suatu entitas tunggal yang terdiri atas kantor pusat dan cabang-cabangnya. Klasifikasi penyajian akun Investasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat bukanlah suatu hal penting karena kedua akun akan dieliminisasi saat penyuunan lapotan keuangan untuk tujuan eksternal.
Pengakuan Laba Cabang Laba tiap cabang dihitung secara periodik dengan cara normal seperti biasa. Cabang jarang menhitung pajak penghasilan atas laba untuk setiap cabang atau mencatat beban pajak penghasilan atas laba di pembukuannya. Oleh karena kantor pusat dan cabang bukan entitas legal terpisah, pajak penghasilan atas laba dihitung sebagai kewajiban perusahaan secara keseluruhan. Beban pajak dapat dialokasikan ke setiap cabang oleh kantor pusat, namun hal ini tidak umum dilakukan karena akan sedikit mengganggu pengendalian internal. Seluruh pendapatan dan beban cabang ditutup ke ikhtisar laba rugi seperti cara biasa. Saldo ikhtisar laba rugi menunjukkan laba cabang pada suatu periode dan ditutup ke akun Kantor Pusat. Akun Kantor pusat disajikan di bagian ekuitas pemilik dan saldo laba pada pembukuan cabang. Ketika laba cabang dilaporkan ke kantor pusat, ayat jurnal dibuat kantor pusat untuk mengakui laba cabang dan meningkatkan jumlah investasi kantor pusat di cabang. Misalnya, asumsikan akun Ikhtisar Laba Rugi cabang Medan memiliki saldo kredit Rp63.000.000 pada akhir periode. Akun Ikhtisar Laba Rugi di tutup di buku Cabang Medan dengan ayat Jurnal sebagai berikut: B(3)
Ikhtisar Laba Rugi Kantor Pusat
63.000.000 63.000.000
( Menutup Ikhtisar Laba Rugi)
Saat menerima laporan laba cabang Medan, kantor pusat mencatat ayat jurnal sebagai berikut: H(4)
Investasi di Cabang Medan Laba Cabang Medan (mencatat laba cabang medan)
63.000.000 63.000.000
Ayat-ayat jurnal di atas menunjukkan hubungan resiprokal antara akun Investasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat. Saat laporan keuangan disusun untuk perusahaan secara keseluruhan, akun Investasi di Cabang Medan, akun Kantor Pusat, dan akun Laba Cabang Medan seluruhnya harus dieliminasi.
Pengirim Persediaan ke Cabang Suatu cabang yang membeli dan menjual persediaan barang dagang dapat diminta untuk memperoleh seluruh persediaan dari Kantor pusat, atau dapat juga diizinkan memperoleh sebagian persediaan dari pihak eksternal. Pembelian persedian dari pihak eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti biasa. Misalnya, cabang Medan PT Jaya membeli persediaan senilai Rp5.000.000 dari penjualan grosir independent, dan cabang menerapkan metode persediaan perpetual, maka transaksi tersebut akan mencatat dengan jurnal sebagai berikut :
B(5)
Persediaan Kas (Utang Dagang) ( Mencatat pembelian persediaan dari pihak eksternal )
5.000.000 5.000.000
Tidak ada ayat jurnal yang dibuat di buku kantor pusat atas transaksi tersebut. Ketika persediaan ditransfer dari kantor pusat ke cabang, baik kantor pusat maupun cabang harus mencatat transaksi tersebut. Jumlah yang dialokasikan ke nilai persediaan yang ditrasfer diistilahkan sebagai harga transfer. Persediaan yang ditrasfer dari kantor pusat ke cabang dapat dinyatakan sebesar nilai perolehan di kantor pusat ataupada suatu nilai yang melebihi nilai perolehannya.
Persediaan yang Ditagih Sebesar Nilai Perolehan Persediaan yang ditransfer dari kantor pusat dan ditagihkan ke cabang dicatat oleh cabang dengan cara yang sama seperti jika memperoleh dari pihak eksternal, kecuali dikreditkan ke akun
Kantor Pusat. Transfer persediaan diperlakukan oleh kantor pusat dan cabang dengan cara yang sama seperti transfer aset lainnya, yaitu diasumsikan menggunakan metode persediaan perpetual. Sehingga, ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat transfer persediaan pada harga perolehan sama seperti ayat jurnal H(1) dan H(2). Untuk membuktikannya, asumsikan kantor pusat PT Jaya mentransfer persediaan dengan harga perolehan Rp8.000.000 ke cabang Medan. Transaksi tersebut dicatat di pembukuan kantor pusat sebagai berikut: H(6)
Investasi di Cabang Medan Persediaan (transfer persediaan ke cabang Medan)
8.000.000 8.000.000
Cabang mencatat persediaan yang diterima sebagai aset di akun persediaan seperti yang diperoleh dari pihak eksternal dan juga mengakui kenaikan ekuitas di aset neto dengan ayat jurnal berikut: B(7)
Persediaan Kantor Pusat (transfer persediaan dari kantor pusat )
8.000.000 8.000.000
Tidak ada keuntungan yang diakui oleh kantor pusat atas transaksi tersebut. Seluruh nilai keuntungan diakui oleh cabang ketika cabang menjual persediaan tersebut ke pihak eksternal.
Beban Pengiriman yang D ibebankan atas Pengiriman Persediaan Biaya pengiriman yang timbul atas pengiriman persediaan dari kantor pusat ke cabang menjadi bagian dari biaya perolehan persediaan cabang. Misalnya, asumsikan kantor pusat PT Jaya membayar Rp100.000 untuk mengirim persediaan sebesar Rp8.000.000 ke cabang Medan. Transfer tersebut dicatat oleh kantor pusat sebagai berikut:
H(8)
Investasi di Cabang Medan Persediaan Kas (transfer persediaan ke cabang Medan dan membayar ongkos kirim)
8.100.000 8.000.000 100.000
Cabang Medan mencatat transfer sebagai berikut: B(8)
Persediaan Kantor Pusat (transfer persediaan dari kantor pusat )
8.100.000 8.100.000
Persediaan yang Ditagi h M elebihi Nilai Perolehan Perusahaan kadang mentransfer persediaan dari kantor pusat ke cabang dan menagihkan cabang pada nilai yang lebih besar dari harga perolehan kantor pusat. Ketika di kantor pusat timbul biaya dan memberikan jasa, seperti perolehan persediaan pada harga lebih murah melalui kuantitas pembelian atau memproduksi persediaan, perusahaan dapat memilih untuk mengalokasikan atas laba penjualan persediaan antara kantor pusat dan cabang yang menjual. Kantor pusat dikreditkan termasuk laba yang sama dengan selisih antara biaya perolehannya dengan harga transfer ke cabang. Selisih ini disebut laba antar perusahaan. Laba cabang dihitung sebagai selisih antara harga transfer dengan harga jual ke pihak eksternal. Walaupun
perusahaan
dapat
menerapkan
berbagai
jenis
system
akuntansi
pertanggungjawaban internal, laporan keuangan eksternal harus mencerminkan persediaan sebesar harga perolehannya (kecuali nilai pasar lebih rendah) dan tidak boleh memasukkan laba samapi persediaan dijual ke pihak eksternal. Untuk tujuan laporan eksternal dalam penyusunannya laba yang belum terealisasi harus dieliminasi. Proses ini dilakukan menggunakan kertas kerja yang sama dengan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan konsolidasi. Biasanya kantor pusat mencatat laba atas persediaan yang dikirim ke cabang pada akun terpisah, sehingga memungkinkan untuk menangguhkan laba dari penjualan antar perusahaan sampai persediaan dijual ke pihak eksternal oleh cabang. Berikut contoh perlakuan jika terjadi laba antar perusahaan dalam pengiriman persediaan ke cabang, asumsikan kantor pusat PT Jaya memperoleh persediaan dengan harga Rp.12.000.000 dan mengirimkan ke cabang Medan, menagihkan ke cabang sebesar Rp.15.000.000. Kantor pusat mencatat pengiriman persediaan sebagai berikut. H(10)
Investasi di Cabang Medan 15.000.000 Persediaan Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi (transfer persediaan ke cabang Medan, ditagih melebihi harga perolehan)
12.000.000 3.000.000
Laba antar perusahaan sebesar Rp.3000.000 bersifat belum terealisasi karena persediaan belum dijual ke pihak eksternal. Pengakuan laba ditangguhkan sampai dengan cabang menjual persediaan ke eksternal. Cabang mencatat penerimaan pengiriman persediaan dengan ayat jurnal sebagai berikut. B(11)
Persediaan – Dari Kantor Pusat Kantor Pusat
15.000.000 15.000.000
(transfer persediaan dariKantor Pusat )
Jurnal tersebut mencatat persediaan pada hargaperolehan di cabang tanpa memisahkan pengakuan laba antar perusahaan yang termasuk harga transfer. Akun persediaan terpisah dibuat untuk memfasilitasi eliminasi laba antar perusahaan belum terealisasi saat menyusun laporan keuangan perusahaaansecara keseluruhan untuk pihak eksternal. Ketika saat laporan tersebut disusun dan terdapat persediaan yang masih disimpan, ayat jurnal kertas kerja dibutuhkan untuk mengeliminasi saldo laba antar perusahaan belum terealisasi terhadap akun Persediaan-dari kantor pusat, Sehingga laba perusahaan belum terealisasi sebesar Rp.3.000.000 dieliminasi dan persediaan dilaporkan sebesar harga perolehan awalnya Rp.12.000.000 Ketika cabang menjual persediaan yang diperoleh dari pusat, cabang mengakui laba sebesr selisih antara harga jual ke pihak eksternal dengan harga transfer dari kantor pusat. Setelah persediaan dijual ke pihak eksternal kantor pusat mengakui laba antar perusahaan yang sebelumnya ditangguhkan. Misalnya, jika cabang Medan menjual 80% persediaan yang ditransfer dari kantor pusat, laba antar perusahaan yang diakui oleh kantor pusat dicatat sebagai berikut. H(12)
Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi Laba Cabang Medan (mengakui laba antarperusahaan Rp3.000.000x0,8)
2.400.000 2.400.000
Jurnal tersebut tepat jika untuk tujuan internal, laba antar perusahaan dialokasikan ke cabang medan. Alternatif lain perusahaan dapat menganggap bahwa laba antar perusahaan seharusnya dialokasikan ke kantor pusat atas jasa yang telah diberikan. Untuk kasus tersebut, laba antar perusahaan diakui oleh kantor pusat dengan ayat jurnal sebagai berikut. H(12a)
Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi Laba terealisasi atas pengiriman ke Cabang (mengakui laba antarperusahaan Rp3.000.000x0,8
2.400.000 2.400.000
Akuntansi untuk Aset Tetap Cabang Tidak ada prosedur khusus yang diperlukan dalam akuntansi untuk pembelian asset tetap cabang taupun penyusutan stelahnya atas asset tersebut. Sebaliknya jika asset tetap yang dibeli kantor pusat untukcabang dan cabang mencatat asset tersebut pada bukunya, maka ayat jurnal perlu dicatat baik oleh kantor pusat maupun cabang.
Sebagai ilustrasi kantor pusat PT Jaya membeli peralatan took senilai Rp.30.000.000 untuk cabang Medan. Kantor pusat mencatat pembelian tersebut sebagai berikut. H(13)
Investasi di Cabang Medan Kas (membeli peralatan untuk cabang Medan)
30.000.000 30.000.000
Pembelian ini dicatat oleh cabang sebagai berikut. B(14)
Peralatan Toko Kantor Pusat (mencatat pembelian peralatan oleh kantor pusat )
30.000.000 30.000.000
Ketika asset tetap cabang dicatat hanya di buku kantor pusat, tidak ada ayat jurnal yang dicatat oleh cabang saat kantor pusat melakukan pembelian. Miasalnya jika kantor pusat PT Jaya membeli Rp.30.000.000 peralatan took untuk cabang Medan dan peralatan dicatat di pembukuan kantor pusat disbanding di cabang, maka kantor pusat mencatat pembelian tersebut sebagai berikut. H(15)
Peralatan Toko – Cabang Medan Kas (membeli peralatan untuk cabang Medan)
30.000.000 30.000.000
Tidak ada ayat jurnal yang dicatat oleh cabang Jika cabang membeli asset tetap yang dicatat di pembukuan kantor pusat, maka ayat jurnal harus disusun baik oleh kantor pusat maupun cabang. Misalnya cabang medan PT Jaya membeli peralatan took senilai Rp. 30.000.000 yang digunakan oleh cabang namun dicatat oleh kantor pusat. Cabang mencatat pembelian asset tetap sbagai berikut. B(16)
Kantor Pusat Kas (membeli peralatan)
30.000.000 30.000.000
Pembelian dicatat di kantor pusat sebagai berikut. H(17)
Peralatan Toko – Cabang Medan Investasi di Cabang Medan (membeli peralatan)
Pembagian Beban
30.000.000 30.000.000
Pengalokasian beban dapt dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Beban yang terjadi di cabang tapi dibayar oleh kantor pusat 2. Beban yang dikeluarkan oleh kantor pusat atas nama cabang 3. Alokasi biaya yang dikeluarkan kantor pusat Dalam beberapa kasus biaya-biaya ini dapat dialokasikan berdasarkan laba cabang dan dicatat pada pembukuan kantor pusat. Namun sering kali cabang yang mendapat alokasi beban diberitahutentang jumlah yang dialokasikan. Sebagai contoh perlakuan alokaso biaya kantor pusat, perhatikan kasus kantor pusat PT Jaya berikut yang mengeluarkan biaya yang dialokasikan ke cabang medan. Beban utilitas (buaya terjadi di cabang Medan dan ditagih ke
Rp 14.000.000
akun utama kantor pusat) Beban Penyusutan (aset cabang Medan yang di catat di pembukuan kantor pusat)
Rp 3.000.000
Overhead umum (dialokasikan ke cabang berdasarkan penjualan bruto)
Rp 8.000.000
Total
Rp 35.000.000
Kantor pusat sudah mencatat beban-beban secara biasa, seolah-olah beban-beban terkait dengan kantor pusat. Kantor pusat mencatat ayat jurnal berikut setelah memberitau cabang medan bebab yang dialokasikan sevbesar Rp.35.000.000 H(18)
Investasi di Cabang Medan Beban Utilitas Beban Penyusutan Beban Overhead Umum (mengalokasikan beban ke Cabang Medan)
35.000.000 14.000.000 3.000.000 18.000.000
Berdasarkan pemberitahuan beban dari kantor pusat, cabang mencatat beban tersebut sebagai berikut. B(19)
Beban Utilitas Beban Penyusutan Beban Overhead Umum Investasi di Cabang Medan
14.000.000 3.000.000 18.000.000
(mencatat beban ke Cabang Medan)
Laporan Keuangan untuk Perusahaan Secara Keseluruhan
35.000.000
Penyusutan laporan keuangan secara keseluruhan umumnya menggunakan kertas kerja untuk membantu manggabungakn akun-akun kantor pusatdan cabang serta mengeliminasi akunakun antar perusahaan. Jika yang disusun adalah laporan keuangna lengkap, maka kertas kerja tiap bagian seperti yang diilustrasikan pada bab konsolidasi dapat digunakan untuk menggabungkan akun-akun kantor pusat dan cabang, Kertas kerja yang digunakan sama dengan kertas kerja konsolidasi kecuali akun kantor pusat menggantikan ekuitas pemegang saham anak perusahaan di kertas kerja. Seperti dalam penyusunan kertas kerja laporan konsolidasi, seluruh eliminasi dibuat di kertas kerja dan bukan di pembukuan terpisah unit yang digabung. Sebagai ilustrasi ayat jurnal kertas kerja dasar yang diperlukan untuk menyusun laporan keuangan eksternal perusahaan dengan operasi cabang, asumsikan data berikut terkait dengan PT Jaya diakhir tahun fiscal 31 Desember 19X1 1. PT Jaya mendirikan cabang di medan dan segera mentransfer kas peralatan kantor dan peralatan took senilai Rp.55.000.000 ke cabang, seperti yang dicatat alam ayat jurnal H(1). Kemudian pada tahun tersebut kantor pusat PT Jaya mentransfer persediaan senilai Rp.12.000.000 ke cabang dan menagihnya dengan harga Rp.15.000.000, seperti yang terjadi pada ayat jurnal H(2). PT Jaya melaporkan saldo investasi di cabang Medan Rp.70.000.000 pada tanggal 31 desembe 19X1 sebelum dibuat ayat jurnal penutup. 2. Cabang Medan melaporkan laba sebesar Rp.63.000.000 untuk tahun 19x1 3. Saldo akun investasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat meningkat sebesar Rp.133.000.000 pada tanggal 31 Desember 19X1 dengan rincian sebagai berikut. Saldo sebelum penutupan 31 Desember 19X1
Rp 70.000.000
Laba Cabang Medan 19X1
Rp 63.000.000
Saldo sebelum penutupan 31 Desember 19X1
Rp 133.000.000
4. Pada tanggal 31 Desember 19X1, cabang Medan memiliki persediaan senilai Rp.8.000.000 yang diperoleh dari kantor pusat, persediaan dicatat di akun terpisah dari persediaan yang dibeli secara eksternal. 5. Sebagian akun laba antar perusahaan belum terealisasi atas pengiriman persediaan ke cabang Medan selama 19X1 diakui dan dikreditkan sebesar Rp3.000.000 dengan perhitungan sebagai berikut.
Laba antarperusahaan telah terealisasi akhir tahun
Rp 1.400.000
Laba antarperusahaan telah terealisasi akhir tahun
Rp 1.600.000
Total Laba antar perusahaan 19X1
Rp 3.000.000
Laba antar perusahaan yang telah terealisai pada akhir tahun dialokasikan ke kantor pusat dan dicatat pada pembukuan kantor pusat dengan akun yang bernama Laba Terealisasi Atas pengiriman ke Cabang. Akun laba antar perusahaan belum terealisasi diurangi dengan nilai yang sama, sehingga meninggalkan saldo sebesar Rp.1.600.000. Pada 31 Desember 19X1, kertas kerja digunakn dalam penyusunan laporan keuangan PT Jaya, ayat-ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut. E(20)
E(21)
Laba Cabang Medan Kantor pusat sebelum saldo penutup Investasi di Cabang Medan (mengeliminasi akun antar perusahaan)
63.000.000 70.000.000
Laba terealisasi atas pengiriman ke Cabang Harga Pokok Penjualan (mengeliminasi laba kantor pusat dari harga po kok penjualan)
1.400.000
Laba antarperusahaan belum terealisasi Persediaan – dari Kantor pusat (mengeliminasi laba kantor pusat dari harga pokok penjualan)
1.600.000
Persediaan Persediaan – dari Kantor Pusat (mereklasifikasi akun persediaan dari kantor pusat ; Rp8.000.000 – Rp1.600.000)
6.400.000
133.000.000
1.400.000
E(22) 1.600.000
E(23) 6.400.000
Ayat jurnal E(20) mengeliminasi akun-akun yang resiprokal sehingga laporan keuangan menunjukkan laporan perusahaan sebagai entitas tunggal. Oleh karena yng disisipkan adalah laporan keuangan lengkap, akun-akun individual pendapatan dan beban cabang digabung dengan yang dimiliki oleh kantor pusat. Untuk menghindari dua kali perhitungan terhadap labai cabang, maka laba cabang ang dicatat pada pembukuan kantor pusat harus dieliminasi. Oleh karena akunakun individual pendapatan dan beban cabang dilaporkan pada laporan keuangan , akun-akun tersebut tidak dieliminasi.
Akibatnya ayat jurnal E(20) dapat dilihat dalam dua bagian. Bagian pertama mengeliminasi laba cabang yang dicatat pada pembukuan kantor pusat sebesar nilai akun investasi yang meningkat pada saat akntor pusat mengakui laba cabang. E(20a)
Laba Cabang Medan
63.000.000
Investasi di Cabang Medan
63.000.000
Bagian kedua ayat jurnal E(20) mengeliminasi sisa saldo akun investasi terhadap saldo akun resiprokal Kantor pusat di cabang sebelum penutupan E(20b)
Kantor pusat, sebelum saldo penutup
70.000.000
Investasi di Cabang Medan
70.000.000
Ayat jurnal ini mengeliminasi saldo-saldo yang terdapat di dua akun resiprokal jika tidak ada laba cabang. Pendebitan akun kantor pusat sebelum dibuat jurnal penutup dapat dianalogikan sebagai eliminasi saldo laba awal dalam ayat jurnlaeliminasi investasi untuk menyusun laporan keuangna konsolidasi. Ayat jurnal E(21) mengeliminasi akun yang digunakan oleh kantor pusat untuk mengakui laba antar perusahaan dalam pengiriman ke cabang yang telah terjual ke pihak eksternal dan mengurangi beban harga pokok penjualan yang divcatat oleh cabang. Ayat jurnal E(22) Mengeliminasi laba belum terealisasi dari saldo akhir persediaan cabang, sehingga membuat nilai persediaan kembali ke harga perolehan awal. Ayat jurnal E(23) mengklasifikasikan seluruh persediaan dalam akun yang sama disbanding memisahkan yang dikirim ke cabang dari kantor pusat.
Ilustrasi akuntansi untuk operasi cabang
PT Ultra Surabaya, Jawa timur, distributor peralatan kantor, mendirikan kantor cabang penjualan di Denpasar, Bali. Kantor pusat menjual baik ke konsumen ritel maupun ke cabang bali dengan laba atas penjualan antar perusahaan yang dialokasikan ke kantor pusat. Asumsi lainnya adalah sebagai berikut : a. PT Ultra mendirikan cabang denpasar pada tahun 19X1 dengan mentransfer kas Rp.30.000.000. sebagai, tambahan kantor pusat juga mentransfer peralatan dan perabotan kantor baru senilai Rp.100.000.000 ke cabang denpasar
b. Selama tahun 19X1, kantor pusat dan cabang denpasar membeli persediaan masingmasing sebesar Rp.260.000.000 dan Rp.50.000.000 dari pihak ekternal c. Selama tahun berjalan, kantor pusat mentransfer persediaan ke cabang denpasar dengan total harga transfer Rp.110.000.000. harga perolehan persediaan kantor pusat senilai Rp.70.000.000 d. Kantor pusat menjual persediaan Rp.254.000.000 ke pihak eksternal dengan harga Rp.500.000.000 selama tahun berjalan dan piutang yang berhasil ditagih sebesar Rp.480.000.000. cabang denpasar menjual persediaan senilai Rp.128.000.000 ke pihak eksternal dengan harga Rp.200.000.000 dan berhasil menagih piutang sebesar Rp.158.000.000. dari jumlah persediaan yang dijual cabang denpasar sebesar Rp.38.000.000 dibeli daripihak eksternal e. Cabang denpasar mengirimkan kas sebesar Rp.70.000.000 ke kantor pusat f. Selama tahun berjalan beban operasi yang terjadi di kantor pusat sebesar Rp.133.000.000 sementara beban operasi yang terjadi di cabang denpasar sebesar Rp.34.000.000 g. Kantor pusat membayar utang sebesar Rp.390.000.000 selama tahun 19X1, sementara cabang denpasar membayar utang Rp.77.000.000 h. PT Ultra mengumumkan dan membayar deviden sebesar Rp.50.000.000 i. Pada akhir tahun 19X1, kantor pusatmencatat penyusutan sebesar Rp.30.000.000, sementara cabang denpasar mencatat penyusutan sebesar Rp.6.000.000 j. Pada akhir tahun 19X1, saldo persediaan cabang tersisa yang dibeli dari pihak eksternal adalah senilai Rp.12.000.000. persediaan cabang yang tersisa yang berasal dari transfer kantor pusat memiliki harga perolehan di kantor pusat senilai Rp.15.000.000 dan ditagih ke cabang pada harga Rp.20.000.000 Ayat jurnal untuk mencatat aktivitas ini ada pada pembukuan kantor pusat dan cabang denpasar ditunjukan pada figure 18-2 Kertas kerja untuk menyusun laporan keuangan PT Ultra tampak pada figure 18-3. Dua kolom pertama adalah saldo akun-akun dari pembukuan kantor ppusat dan cabang denpasar, dua kolom berikutnya adalah ayat jurnal kertas kerja yang dibutuhkan untuk mengeliminasi dan menyesuaikan saldo, kolom terakhir adalah total dari setiap pos akun.
E (24)
E (25)
E (26)
Laba cabang denpasar Kantor pusat, sebelum saldo penutup Investasi di cabang denpasar Mengeliminasi akun antar perushaan Laba terealisasi atas pengiriman ke cabang Harga pokok penjualan Mengeliminasi laba kantor pusat dari harga pokok penjualan Laba antarperushaan belum terealisasi Persediaan-dari kantor pusat
32.000.000 170.000.000 202.000.000 35.000.000 35.000.000
5.000.000 5.000.000
E (27)
Mengeliminasi laba belum terealisasi dari nilai persediaan Persediaan Persediaan-dari kantor pusat Mereklasifikasi akun persediaan dari kantor pusat
15.000.000 15.000.000
Terdapat beberapa poin penting yangperlu diperhatikan : 1. Kertas kerja dibagi menjadi tiga bagian yaitu laporan laba rugi, laporan perubahan saldo laba, dan neraca. Seluruh baris terakhir dipindahkan ke bagian bawah laporan peruubahan saldo laba; seluruh baris terakhir dipindahkan ke bawah bagian dari neraca 2. Karena kantor pusat mencatat laba dari cabang denpasar pada pembukuannya, total laba di kolom pertama sama dengan total laba kolom terakhir 3. Akun laba cadang denpasar dan investasi di cabang denpasar dieliminasi dengan ayat jurnal E (24) bersama dengan saldo akun kantor pusat cabang denpasar sebelum penutupan. Sisa saldo akun kantor pusat dieliminasi dengan membawa turun total debit dan kredit dari bagian laba rugi dari kertas kerja 4. Akun kantor pusat cabang menggantikan saldo laba dalam neraca saldo cabang di kertas kerja bagian saldo laba dan neraca 5. Laba anbtarperushaan belum terealisasi sebesar Rp.5.000.000 di neraca saldo lantor pusat dieleminasi pada ayat jurnal E (25) dan nilai tercatat persediaan cabang dikurangi menjadi sebesar harga perolehan awal persediaan menurut perushaan 6. Laba terealisasi atas poengiriman ke cabang sebesar Rp.35.000.000 termasuk dalam neraca saldo kator pusat sama dengan total laba antar perusahaan periode berjalan (Rp.110.000.000 – Rp.70.000.000) dikurangi Rp.5.000.000 laba perushaan belum terealisasi di akhir tahun. Beban harga pokok penjualan dikurangi menjadi sebesar biaya awalpersediaan yang dijual menurut perushaan (kantor pusat) 7. Seperti halnya kertas kerja bab sebelumnya, total debit dan kredit di bagian neraca harus sama, dan jumlah debit dan kredit di ayat jurnal eleminasi dikertaskerja bagian paling bawah juga harus sama Ayat-ayat jurnal kantor pusat Pt Ultra dan cabang 19X1 Pembukuan kantor pusat (a)Invest.cbg dps Kas Peralatan (b) Persediaan Utang dagang (c) Invest. cbg dps Persediaan
130.000.000
260.000.000 110.000.000
Pembukuan kantor cabang Kas 30.000.000 30.000.000 Peralatan 100.000.000 100.000.000 Kantor pusat 130.000.000 Persediaan 50.000.000 260.000.000 Utang dagang 50.000.000 Persediandr ktr pst 110.000.000 70.000.000 Kantor pusat 110.000.000
Laba antarperusahaan 40.000.000 (d) Piutang dagang 500.000.000 Piutang dagang 200.000.000 Penjualan 500.000.000 Penjualan 200.000.000 Beban HPP 254.000.000 Beban HPP 128.000.000 Persediaan 254.000.000 Persediaan 38.000.000 Persediaan-dari ktr pst 90.000.000 Kas 480.000.000 Kas 158.000.000 Piutang dagang 480.000.000 Piutang dagang 158.000.000 (e) Kas Invest.cbg dps (f) Beban operasi Utang dagang (g) Utang dagang Kas
70.000.000 70.000.000 133.000.000 133.000.000 390.000.000 390.000.000
Kantor pusat Kas Beban operasi Utang dagang Utang dagang Kas
70.000.000 70.000.000 34.000.000 34.000.000 77.000.000 77.000.000
(h) Dividen diumumkan 50.000.000 Kas 50.000.000 (i) Beban penyusutan 30.000.000 Beban penyusutan 6.000.000 Akumulasi penyusutan 30.000.000 Akumulasi penyusutan 6.000.000 (j) Laba antarperushaan belum terealisasi 35.000.000 Laba terealisasi atas pengiriman ke cbg 35.000.000
Jurnal penutup Investasi cbg dps 32.00.000 Penjualan 200.000.000 Laba cbg dps 32.000.000 Beban HPP 128.000.000 Beban operasi 34.000.000 Mencatat laba dari cbg dps Penjualan 500.000.000 Beban penyusutan 6.000.000 Laba cbg dps 32.000.00 Ikthisar laba rugi 32.000.000 Laba terealisasi Menutup akun pendapatan dan beban Atas pengiriman ke cbg 35.000.000 Ikthisar laba rugi 32.000.000 Beban HPP 254.000.000 Kantor pusat 32.000.000 Beban operasi 133.000.000 Beban penyusutan 30.000.000 Ikhtisar laba rugi 150.000.000 Menutup akun pendapatan dan beban Ikthisar laba rugi 150.000.000 Saldo laba 150.000.000 Menutup ikhtisar laba rugi Saldo laba 50.000.000 Dividen diumumkan 50.000.000
Transaksi antar cabang Cabang-cabang yang terlibat dalam transfer antar transfer seolah-olah terkait dengan kantor pusat Misalnya cabang medan PT jaya mentransfer persediaan senialai Rp.10.000.000 ke cabang mencatatnya dengan ayat jurnal
cabang umumnya mencatat transaksi disbanding dengan cabang lainnya. kas sebesar Rp.5.000.000 dengan padang kemudian cabang medan
B (28) Kantor pusat Kas Persediaan
15.000.000
B (29) Kas Persediaan Kantor pusat
5.000.000 10.000.000
5.000.000 10.000.000
15.000.000
B (30) Investasi cbg padang Investasi cbg medan
15.000.000 15.000.000
31 Desember 19X1, kertas kerja PT Ultra Laporan keuangan gabungan kantor pusat dan cabang Pos
Kantor pusat
Cabang dps Debit
Penjualan Laba cbg dps Laba telah terealisasi atas
500.000.000 32.000.000
Eliminations Kredit
200.000.000
Gabungan 700.000.000
24)32.000.000
pengiriman ke cbg Kredit Beban HPP Penyusutan Beban lainya Debit Saldo laba 1 Januari Kantro pusat sebelum penutupan Laba neto dari atas Dividen diumumkan Saldo laba 31 desember dibawa kebawah Kas Piutang dgang Persediaan Persediaandari kantor pst Tanah Bangunan dan Bngnan dan peralatan Invet. cbg dps Debit Akumulasi penyusutan Utang dagang Saham biasa Saldo laba (dan ktr pst) dari atas Labaantarperu shaan blm terealisasi Kredit
35.000.000 567.000.000 254.000.000 30.000.000 33.000.000 (417.000.000) 150.000.000 285.000.000
25)35.000.000 200.000.000 128.000.000 6.000.000 34.000.000 (168.000.000) 32.000.000
67.000.000
170.000.000
24)170.000.000
150.000.000 435.000.000 (50.000.000)
32.000.000 202.000.00
385.000.000
202.000.000
47.000.000 75.000.000 52.000.000
41.000.000 42.000.000 12.000.000 20.000.000
105.000.000 545.000.000 202.000.000 1.026.000.000 105.000.000
35.000.000
67.000.000
35.000.000
150.000.000 435.000.000 (50.000.000)
237.000.000
35.000.000
385.000.000
26)5.000.000
88.000.000 117.000.000 79.000.000
27)
15.000.000
27)15.000.000
105.000.000 645.000.000
100.000.000 24)202.000.000
215.000.000 6.000.000
31.000.000 500.000.000
7.000.000
385.000.000
202.000.000
1.034.000.000 111.000.000 38.000.000 500.000.000 237.000.000
35.000.000
385.000.000
257.000.000
1.034.000.000
26) 5.000.000
5.000.000 1.026.000.000
25)35.000.000
700.000.000 347.000.000 36.000.000 167.000.000 (550.000.000) 150.000.000 285.000.000
215.000.000
257.000.000
Laba belum terealisasidi persediaan awal cabang
Laba antaperusahaan yang termasuk dalam persediaan awal cabang diakui pada pembukiaan awal kantor pusat sebagai laba terealisasi ketika persediaantelah dijual oleh cabang. Perlakuannya sama seperti jika transfer terjadi saat periode berjalan.
Laporan Keuangan 19X1 PT Ultra
PT Ultra Laporan Laba Rugi Untuk periode tahun 19X1 Penjualan Beban harga pokok penjualan Laba bruto Beban : Penyusutan Beban lain Laba neto
Rp.700.000.000 (347.000.000) Rp.353.000.000 Rp.36.000.000 167.000.000
(203.000.000) Rp.150.000.000
PT Ultra Laporan Perubahan Saldo Laba Untuk periode tahun 19X1 Saldo laba, 1 Januari 19X1 Laba neto 19X1 Dikurangi : dividen Saldo laba 31 Desember 19X1
Rp.285.000.000 150.000.000 (50.000.000) Rp.385.000.000
PT Ultra