PENAKSIRAN SUMBERDAYA BATUBARA DENGAN METODE CROSS SECTION DI SECTION DI PT SATRIA MAYANGKARA MAYANGKARA SEJAHTERA, TANJUNG TELANG, LAHAT SUMATERA SELATAN
SKRIPSI
Oleh
AJUN FERNANDUS LEBA 112 040 039
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2011
27
PENAKSIRAN SUMBERDAYA BATUBARA DENGAN METODE CROSS SECTION DI SECTION DI PT SATRIA MAYANGKARA MAYANGKARA SEJAHTERA, TANJUNG TELANG, LAHAT SUMATERA SELATAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertambangan dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakatra
Oleh
AJUN FERNANDUS LEBA 112 040 039
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2011
28
PENAKSIRAN SUMBERDAYA BATUBARA DENGAN METODE CROSS SECTION DI SECTION DI PT SATRIA MAYANGKARA MAYANGKARA SEJAHTERA, TANJUNG TELANG, LAHAT SUMATERA SELATAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertambangan dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakatra
Oleh
AJUN FERNANDUS LEBA 112 040 039
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2011
28
PENAKSIRAN SUMBERDAYA BATUBARA DENGAN METODE CROSS SECTION DI SECTION DI PT SATRIA MAYANGKARA SEJAHTERA, TANJUNG TELANG, LAHAT SUMATERA SELATAN
SKRIPSI AJUN FERNANDUS LEBA 112 040 039
Disetujui untuk Jurusan Teknik Pertambangan Pert ambangan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Tanggal :……………..
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir.Drs. Abdul Rauf, MSc
Ir. R. Hariyanto, MT
29
RINGKASAN
Penaksiran sumberdaya didapatkan melalui perhitungan dan analisis terhadap data eksplorasi detil yakni berupa data pemboran dan pemetaan. Penaksiran sumberdaya dilakukan agar dapat mengetahui taksiran jumlah tonase sumberdaya batubara dan selanjutnya akan dilakukan perhitungan stripping ratio pada lahan tersebut. Lokasi pemetaan terletak di daerah konsesi PT. Satria Mayangkara Sejahtera seluas 200 hektar di mana terdapat 8 titik bor yang terletak di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengaplikasikan metode Cross Section dalam menentukan dan mengestimasi jumlah sumberdaya batubara di daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara pengamatan di lapangan menggunakan metode penaksiran cadangan yakni metode Cross Section dengan membandingkan antara pedoman perubahan bertahap ( rule of gradual change) dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point ). Hasil penelitian yang diharapkan adalah dapat menentukan volume sumberdaya pada overburden, seam A, interburden dan seam B, menentukan tonase batubara, dan stripping ratio (SR). Berdasarkan penaksiran sumberdaya batubara dengan menggunakan metode Cross Section dengan pedoman perubahan bertahap ( rule of gradual change) dengan jarak antar sayatan ≤ 125 meter dan diperoleh sumberdaya batubara terukur ( Measured Coal Resource) seam A adalah sebesar 2.012.626 ton dan seam B adalah sebesar 793.199 ton, jadi total tonnage batubara adalah sebesar 2.805.826 ton. Volume overburden dan interburden yang didapatkan adalah sebesar 11.098.406 Bcm dengan Stripping Ratio(SR) 3,96:1. Metode Cross Section dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) dengan jarak antar sayatan sebesar ≤ 125 meter dengan diperoleh sumberdaya batubara terukur ( Measured Coal Resource) seam A adalah sebesar 1.881.038 ton dan seam B adalah sebesar 760.509 ton, jadi total tonnage batubara adalah sebesar 2.641.548 ton, serta volume overburden dan interburden yang didapatkan adalah sebesar 10.549.897 Bcm. dengan Stripping Ratio(SR) 3,99:1.
30
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar
Sarjana
Teknik
Pertambangan
pada
Jurusan
Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta. Skripsi disusun berdasarkan hasil pengamatan lapangan di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. yang dilaksanakan pada 28 November 2010 sampai dengan 28 Desember 2010. Pada kesempatan ini, disampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Galih Bhaskara Ajie, ST, Pembimbing Lapangan PT Satria Mayangkara Sejahtera. 2. Prof.Dr.H Didit Welly Udjianto, MS, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. 3. Dr.Ir. S Koesnaryo, M.Sc, Dekan Fakultas Teknologi Mineral Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. 4. Ir. Anton Sudiyanto, MT, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. 5. Ir.Drs. Abdul Rauf, M.Sc, Dosen Pembimbing I. 6. Ir. R.Hariyanto, MT, Dosen Pembimbing II. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya, dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pertambangan.
Yogyakarta,
Agustus 2011
Penulis,
(Ajun Fernandus Leba)
31
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN……………………………………………………………………. v KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv BAB I.
PENDAHULUAN...................................................................................... 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................ 1.3. Batasan Masalah................................................................................. 1.4. Metode Penelitian ............................................................................... 1.5. Manfaat Penelitian…………………………………………………… .
1 1 2 2 3 4
II.
TINJAUAN UMUM .................................................................................. 2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah .......................................................... 2.2. Keadaan Geologi ................................................................................ 2.3. Genesa Batubara .................................................................................
5 5 6 9
III.
DASAR TEORI ......................................................................................... 13 3.1. Pengertian Sumberdaya dan Cadangan batubara ................................. 13 3.2. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan. .............................................. 15 3.3. Dasar Pemilihan Metode..................................................................... 18 3.4. Metode Cross Section Pedoman Rule of Gradual Change .................. 19 3.5. Metode Cross Section Pedoman Rule of Nearest Point ....................... 21 3.6. Perhitungan Volume ........................................................................... 23 3.7 Nisbah Pengupasan (Striping Ratio) ................................................... 25
IV.
PENAKSIRAN SUMBERDAYA ............................................................. 27 4.1. Data Eksplorasi .................................................................................. 27 4.2. Pemboran Eksplorasi .......................................................................... 30 4.3. Tahapan Perhitungan Cadangan dengan Metode Cross Section........... 31 4.4. Perhitungan Volume Overburden ……………………………………….... 33 4.5. Perhitungan Nisbah Penguapsan……………………………………... 34
32
V.
PEMBAHASAN ........................................................................................ 39 5.1. Seam Endapan Batubara pada Daerah Penelitian ................................ 39 5.2. Kategori Batubara Daerah Penelitian .................................................. 40 5.3. Dasar Pemilihan Metode..................................................................... 40 5.4. Metode Cross Section Dengan Pedoman Perubahan Bertahap (Rule Of Gradual Change).................................................................. 41 5.5. Metode Cross Section Dengan Pedoman Titik Terdekat (Rule Of Nearest Point) ...................................................................... 42 5.6. Perbedaan Nearest Point dan Gradual Change ................................... 44 5.7. Nilai Stripping Ratio........................................................................... 45
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 46 6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 46 6.2 Saran .................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48 LAMPIRAN.............................................................................................................49
33
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Peta lokasi kesampaian Daerah PT. Satria Mayangkara Sejahtera .............. 5
2.2
Stratigrafi Komposit Batubara ................................................................... 8
3.1
Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes..............19
3.2
Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point ................... 21
3.3
Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Mean Area......................................................................................... 23
3.4
Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Kerucut Terpancung ..................................................................... 24
4.1
Singkapan OC 01........................................................................................... 28
4.2
Singkapan OC 02........................................................................................... 29
4.3
Singkapan OC 03........................................................................................... 29
4.4
Peta Topografi Wilayah IUP PT. Satria Mayangkara Sejahtera…………... 35
4.2
Peta Garis Sayatan Batubara......................................................................... 36
5.1
Interpretasi Analitis Dengan Pedoman Perubahan Bertahap (rule of gradual change) Pada Metode Cross Section……………………... 41
5.2
Interpretasi Analitis Dengan Pedoman Titik Terdekat (rule of nearest poin) Pada Metode Cross Section………………………………………………... 43
34
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1
Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi (Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998)…………….. 15
3.2
Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara (Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998)…………….. 17
3.3
Kodifikasi Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara (Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998)…………….. 18
4.1
Koordinat Singkapan Batubara di Daerah Penyelidikan…………………. 28
4.2
Hasil pemboran…………………………………………………………… 30
4.3
Perhitungan Sumberdaya Batubara dengan Metode Cross Section Standar Berpedoman pada Perubahan Bertahap (The Rule of The Gradual Change)………………………………………………………………….... 37
4.4
Perhitungan Sumberdaya Batubara dengan Metode Cross Section Linier Berpedoman pada Titik Terdekat (The Rule of Nearest Point )................... 38
35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
A.
PETA TOPOGRAFI………………………………………………………… 50
B.
PETA PENYEBARAN TITIK BOR……………………............................... 51
C.
LITOLOGI TITIK BOR…………………………………………………….. 52
D.
METODE CROSS SECTION BERPEDOMAN PADA PERUBAHAN BERTAHAP ( RULE OF GRADUAL CHANGE )…………………………… 60
E.
METODE CROSS SECTION BERPEDOMAN PADA TITIK TERDEKAT ( RULE OF NEAREST POINT )………………………………... 64
36
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN
“ 3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan , 4dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan ”. (Roma 5:3-4)
Inilah persembahan dan rasa terimakasihku kepada : Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan, berkat dan anugerah-Nya dalam hidupku... Papa dan Mama ku Tercinta, terima kasih untuk semua nasehat, ceramah, teguran, & bimbingannya dalam hidupku.....sampai akhirnya aku bisa sampai pada tahap ini....maaf belum bisa memperlihatkan yang terbaik.....Semoga Papa N Mama sehat selalu dan diberkati Tuhan dalam setiap hal dan pekerjaan......Amin. Adik saya Tania & Delon, yang rajin yaaaa belajarnya.....Tuhan memberkati dalam studimu.....Amin. Seluruh keluarga besarku yang terus memberikan aku dukungan dan motivasi.....Terima kasih banyak.....Tuhan memberkati.Amin. Sahabat-sahabat FKMP UPN “Veteran” Yogyakarta, terima kasih untuk semuanya....Tuhan menyertai & memberkati slalu...Amin. Rekan-rekan jurusan Teknik Pertambangan, khususnya The Mining Crew ’04.. Konco-konco kontrakan pugeran: Oland (lane),, Oktav (tave),, Jatser,, Rio (io’e),, Ricky,, Jeffry. M .
37
BAB I PENDAHULUAN
PT. Satria Mayangkara Sejahtera merupakan perusahaan tambang batubara yang berlokasi di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera Selatan. Kegiatan sementara dipusatkan pada ekplorasi, sehingga dengan minipisya minyak bumi di beberapa negara termasuk Indonesia, maka dicari sumber energi alternatif sebagai pengganti minyak bumi. Dari berbagai sumber energi yang ada di Indonesia seperti batubara, hydrothermal , energi surya , biomas, angin dan nuklir, maka salah satu pilihan energi alternatif yang tepat dan menguntungkan adalah batubara, karena sumberdaya batubara di Indonesia cukup melimpah.
1.1.
Latar Belakang
Pengembangan sumberdaya batubara di Indonesia pada dasarnya merupakan bagian pengembangan Kebijakan Umum Bidang Energi Nasional yang menjamin kesinambungan antara penyediaan dan kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk kebutuhan nasional. Sejalan dengan kebijakan tersebut, maka diharapkan batubara dapat berperan sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi yang sumberdayanya diperkirakan semakin menipis. Sebagai langkah awal, banyak investor atau pengusaha tambang mulai melakukan eksplorasi batubara agar nantinya kebutuhan pasar akan batubara dapat tercukupi. Mengingat biaya yang dikeluarkan pada tahap eksploitasi besar maka perlu perhitungan yang akurat dalam perhitungan sumberdaya, sehingga nanti ditemukan jumlah sumberdaya yang dapat dijadikan acuan dalam studi kelayakan. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan bahan galian industri ini, ter utama batubara, PT. Satria Mayangkara Sejahtera melakukan eksplorasi di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat , Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.
38
Untuk menghitung sumberdaya dari suatu endapan bahan galian diperlukan suatu metode yang sesuai dengan kondisi dan ganesa dar i endapan bahan galian tersebut. Berlatar belakang dari alasan tersebut maka untuk melakukan perhitungan sumberdaya batubara di PT. Satria Mayangkara Sejahter a digunakan Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan Pedoman Rule of Nearest Point . Dasar pertimbangan penggunaan kedua metode tersebut yaitu lubang bor yang tersedia relatif sedikit, endapan batubara yang mempunyai homogenitas tinggi, mudah dilaksanakan dan dimengerti, cepat dan tingkat keyakinan tinggi. Sejalan dengan rencana perusahaan untuk mengantisipasi adanya permintaan pasar akan kebutuhan batubara yang semakin meningkat dan upaya perusahaan untuk menggunakan batubara sabagai bahan bakar pengganti minyak bumi, maka perusahaan melakukan eksplorasi untuk pencarian bahan galian pengganti minyak bumi yaitu batubara. Perhitungan sumberdaya merupakan pekerjaan untuk mengetahui besaran jumlah volume atau tonase dari bahan galian yang secara ekonomis layak untuk diusahakan. Perhitungan sumberdaya ini dilakukan untuk meningkatkan keyakinan terhadap jumlah sumberdaya (terukur) batubara sebelum dilaksanakannya penambangan pada suatu areal. 1.2.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1) Mengaplikasikan metode Cross Section dalam menentukan jumlah sumberdaya batubara di daerah penelitian. 2) Menghitung besarnya Sumberdaya batubara menggunakan Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan Pedoman Rule of Nearest Point. 3) Mengetahui besarnya sumberdaya batubara pada lokasi kuasa pertambangan milik PT. Satria Mayangkara Sejahtera. 1.3.
Batasan Masalah
Ruang lingkup batasan penelitian adalah terbatas pada:
39
1)
Batasan
masalah
dari
penelitian
yaitu,
membatasi
pada
perhitungan
sumberdaya batubara pada lokasi Ijin Usaha Pertambangan milik PT. Satria Mayangkara Sejahtera yang nantinya akan dilakukan penambangan, yang berlokasi di Desa Tanjung Telang 2)
Perhitungan tidak dipengaruhi oleh aspek-aspek ekonomi seperti halnya harga komoditi bahan galian tersebut maupun besarnya investasi yang akan dikeluarkan.
3)
Menghitung sumberdaya batubara dengan batasan striping ratio (SR) seam A dan seam B, dengan kondisi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
1.4.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara pengamatan di lapangan, sedangkan metode penaksiran sumberdaya digunakan metode Cross Section dengan membandingkan antara pedoman Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan Pedoman Rule of Nearest Point. Adapun tahapan penelitian adalah: a.
Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
menunjang yang diperoleh dari :
b.
Instansi terkait
Brosur-brosur dan makalah seminar
Peta, Tabel dan data penunjang lainnya.
Observasi Lapangan Data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara
cermat dan sistimatis untuk meyakinkan serta melengkapi data yang sebelumnya telah ada. c.
Pengambilan Data
40
Pengambilan data pada PT. Satria Mayangkara Sejahtera terdiri dari data stratigrafi, data peta topografi, data koordinat lubang bor, hasil pemboran dan data singkapan batubara. d.
Pengolahan data Setelah mendapatkan data yang diperlukan, dilakukan pengolahan data yaitu:
pembuatan sayatan pada peta topografi; pembuatan korelasi antar lubang bor; penentuan blok perhitungan cadangan, perhitungan luas dan volume lapisan tanah penutup; perhitungan luas, volume, dan tonase batubara; perhitungan stripping ratio tiap-tiap blok perhitungan sumberdaya dan perhitungan stripping ratio rata-rata. Hasil dari pengolahan data ini disajikan dalam bentuk gambar, peta, tabel atau perhitungan penyelesaian. e.
Analisisa hasil pengolahan data Dilakukan dengan mengkaji dan membandingkan hasil pengolahan data
dengan permasalahan yang ada sehingga nantinya akan dapat diambil suatu kesimpulan sebagai pemecahan terhadap permasalahan yang ada didalam penelitian ini. f.
Kesimpulan Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan dengan
permasalahan yang diteliti.
1.5.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian di PT. Satria Mayangkara Sejahtera melakukan eksplorasi di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan ini adalah: 1)
Memberi masukan kepada perusahaan mengenai hasil penelitian yang diperoleh, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan proses selanjutnya.
2)
Menambah referensi penelitian mengenai perhitungan sumberdaya batubara.
41
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1
Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi penelitian terletak di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Secara 0
0
astronomis terletak pada kedudukan 3 56’30” LS sampai 3 48’26” LS dan 103047’43” BT sampai 103 049’9” BT (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian Untuk bisa sampai ke lokasi penelitian, jika perjalanan dimulai dari Kota Yogyakarta menuju kota Palembang dengan menggunakan perjalanan
42
udara dapat ditempuh ± 3 jam perjalanan, kemudian dilanjutkan dengan transportasi darat menuju ke Kabupaten Lahat dengan waktu tempuh ± 5 jam perjalanan baru kemudian perjalanan dilanjutkan kembali menuju lokasi penelitian di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, dengan menggunakan mobil PT. Satria Mayangkara Sejahtera
± 20 menit
perjalanan.
2.2
Keadaan Geologi
2.2.1
Fisiografi Topografi daerah penelitian terdiri dari hamparan perbukitan dan
lembah yang tidak beraturan. Daerah tertinggi mempunyai ketinggian puncak 130 meter dan daerah terendah merupakan daerah lembah dan rawa-rawa dengan ketinggian 25 meter di atas permukaan air laut. Morfologi daerah penelitian berupa perbukitan bergelombang dengan vegetasi berupa semak belukar dan sedikit sekali terdapat pepohonan yang berukuran besar. Satuan morfologi ini ditempati oleh batuan sedimen tersier akhir yang menyusun Formasi Air Be nakat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai. Aliran sungai pada daerah penelitian adalah sungai permukaan yang mengalir umumnya berpola dendritik, sungai-sungai tersebut berasal dari perpaduan alur-alur aliran air hujan yang terbentuk secara alamiah yang kemudian menyatu dan membentuk sungai. 2.2.2
Stratigrafi Wilayah KP PT. Satria Mayangkara Sejahtera, secara geologi terdapat 3
(tiga) formasi batuan utama ditambah dengan endapan permukaan yang jika diurutkan dari tua ke muda adalah sebagai berikut: a).
Formasi Air Benakat Formasi Air Benakat berumur Miosen Tengah, formasi ini tersusun
oleh batulempung pasiran, batupasir glaukolitan. Diendapkan pada lingkungan laut neritik dan berangsur menjadi laut dangkal, dengan ketebalan antara 100- 800 m.
43
Bagian bawah di dominasi oleh batu lempung abu-abu gelap kebiruan sampai abu-abu gelap kecoklatan, setempat tufaan, lunak dan getas, bagian tangah disusun oleh batupasir halus–sedang, glaukonit, hijau muda - abu-abu kecoklatan mengandung kuarsa, feldpar dan fragmen. b).
Formasi Muara Enim Formasi Muara Enim diendapkan selaras diatas
Formasi Air
Benakat, formasi ini berumur Miosen Atas yang tersusun oleh batupasir lempungan, batulempung pasiran dan batubara serta merupakan indikasi yang mengandung batubara. Formasi ini merupakan hasil pengendapan lingkungan laut neritik sampai rawa. Formasi Muara Enim di daerah Air Laya tertindih oleh endapan sungai yang tidak selaras. Perselingan antara batupasir dan batulanau yang bersisipan Batubara. Batupasir, coklat kekuningan, getas-kompak, berlapis – masif, ukuran butir pasir halus-kasar, membulat tanggung-menyudut tanggung, dibeberapa tempat kwarsa melimpah. Batulanau, abu-abu cerah,berlapis kadang massif dan lapuk. Batubara, hitam kecoklatan, kilap arang - kaca, unevenconcoidal, sedikit pirit, ketebalan 5 – 8 m. c).
Formasi Kasai Formasi Kasai diendapkan selaras di atas Formasi Muara Enim.
Formasi ini tersusun oleh batupasir tufaan, batulempung dan sisipan batubara tipis. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah daratan sampai transisi. Formasi Muara Enim merupakan endapan rawa sebagai fase akhir regresi yang menghasilkan endapan batubara (Gambar 2.2). 2.2.3
Struktur Geologi Struktur geologi batubara yang dijumpai di Desa Tanjung Telang,
Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan termasuk dalam Formasi Air Benakat. Kondisi perlapisan batubara di daerah penelitian sementara dijumpai 2 seam batubara dengan ketebalan yang bervariasi antara 7 - 20 meter. Kemiringan lapisan batubara diambil rata-rata untuk masin-masing seam di mana seam A 40° dan seam B 35°. Struktur
44
geologi yang lain adalah kekar dan sesar-sesar minor, struktur ini terdapat jelas pada satuan batuan pasir. K et e ba la n ( m)
K eda la ma n ( m )
Litologi
0.00
Deskripsi
Soi l, co klat kemerahan, lunak, pelapukan batupasir .
2.10 Batulanau, abu-abu terang,keras dan p ita-pita karbo n ,mengandung mineral kwarsa
9.00 Batu bara seam A, berwarn a hi tam keco klatan, pecah-pecah sebagi an,mengandung resin dan lempung
13.75
22.75 Batupasir, abu-abu, keras, Ø halus.
27.50 Batulanau, co klat kehitaman, keras, terdapat p ita pita karbon dan batubara 31.00
Batubara seam B, Batubara, hitam, 20.61
keras, kusam, gores c oklat, fragmen damar dan lempung.
51.61
Batupas ir , abu-abu, laminasi, sedan g
58.90
Batulan au, abu-abu, masif
62.00
Batupas ir, abu-abu, laminasi, sedan g
70.00 7.8
Batubara seam C, Batubara keras,hi tam dan berfragmen
77.80
BatuLanau, lamin asi sedang 85.00
2.3
Gambar 2.2 Stratigrafi PT. Satria Mayangkara Sejahtera Genesa Batubara Secara sederhana, batubara merupakan suatu endapan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses penghancuran karena aktivitas bakteri, pengendapan, penumpukan, dan pemadatan. Karena proses geologi, yaitu dengan peningkatan tekanan dan temperatur, maka akan terbentuk batubara. Batubara merupakan gabungan atau campuran dari beberapa macam zat yang mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen dalam ikatan kimia
45
bersama-sama dengan sedikit sulfur dan nitrogen. Secara garis besar batubara terdiri atas zat organik, air, dan bahan - bahan mineral. Secara umum batubara termasuk hidrokarbon yang merupakan bahan organik berlapis berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati dan teruraikan oleh bakteri anaerob dan seterusnya terkena proses kimia dan fisika serta bersama-sama dengan mineral pengotornya dalam lapisan sedimen yang menyebabkan pengayaan kandungan karbon. 2.3.1
Pembentukan Batubara Batubara adalah batuan sedimen organoklastik yang berasal dari
tumbuhan yang pada kondisi tertentu tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran sempurna. Umumnya proses pembentukan batubara terjadi pada zaman karbon yaitu sekitar 270 – 350 tahun yang lalu. Pada zaman tersebut terbentuk batubara di belahan bumi utara seperti Eropa, Asia, dan Amerika. Di Indonesia batubara yang ditemukan dan ditambang umumnya berumur jauh lebih muda yaitu terbentuk pada zaman tersier. Batubara tertua yang di Indonesia berumur Eosen (40 – 60 juta tahun yang lalu) namun sumberdaya batubara di Indonesia umumnya berumur antara Miosen dan Pliosen (2 – 15 juta tahun yang lalu). Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu : 1.
Tahap pembentukan gambut ( peat ) dari tumbuhan ( peatification). Tumbuhan yang tumpang atau mati pada umumnya akan menglami
proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna sehingga setelah beberapa waktu kemudian tidak terlihat lagi bentuk asalnya. Pembusukan dan penghancuran tersebut pada dasarnya merupakan proses oksidasi yang disebabkan oleh pertumbuhan dan aktivasi bakteri serta jasad renik lainnya. Proses oksidasi material penyusun utama cellulose (C6H10O5) dapat digambarkan sebagai berikut : C6H10O5 + 6 O2
6CO2 + 5 H2O
Tumbuhan tumbang pada suatu rawa yang dicirikan dengan kandungan
oksigen
air
rawa
yang
sangat
rendah
sehingga
tidak
memungkinkan bakteri aerob (yang memerlukan oksigen) hidup, maka sisa
46
tumbuhan tersebut tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna atau kata lain tidak akan terjadi proses oksidasi yang sempurna atau dengan kata lain tidak akan terjadi proses oksidasi yang sempurna. Pada kondisi tersebut hanya bakteri anaerob saja yang berfungsi melakukan proses dekomposisi yang kemudian membentuk gambut ( peat ). Dengan tidak tersedianya oksigen maka hydrogen dan karbon akan menjadi H2O, CH4, CO, dan CO 2. Tahap pembentukan gambut ini sering disebut juga sebagai proses biokimia. Gambut yang umumnya berwarna kecoklatan sampai hitam merupakan
padatan
yang
bersifat
sarang
( porous)
dan
masih
memperlihatkan struktur tumbuhan asalnya. Gambut masih mempunyai kandungan air yang tinggi, bisa lebih dari 50%. 2.
Tahap pembentukan batubara dari gambut (coalification). Proses pembentukan gambut akan berhenti dengan tidak adanya
regenerasi
tumbuhan.
Hal
ini
terjadi
karena
kondisi
yang
tidak
memungkinkan tumbuhnya vegetasi, misalnya penurunan dasar cekungan yang terlalu cepat. Jika lapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh lapisan sedimen, maka lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sedimen dimana tekanan akan meningkat dengan bertambahnya ketebalan lapisan sedimen akibat adanya penurunan dasar rawa yang signifikan. Peningkatan temperatur disebabkan oleh bertambahnya tekanan dan kedalaman. Kenaikan temperatur karena bertambahnya kedalaman disebut gradient geotermik. Kenaikan temperatur dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma, proses pembentukan gunung, dan aktivitas tektonik lainnya. Peningkatan tekanan dan temperatur pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut menjadi batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air, pelepasan gas-gas (CO 2, H2O, CO, CH 4), peningkatan kepadatan dan kekerasan, serta peningkatan nilai kalor. Proses pembusukan terjadi pada lingkungan yang oksigennya kurang, sehingga terjadi pembakaran tidak sempurna.
47
5(C6H10O5)
C20H22O4 + 3 CH4 + 8 H2O + 6 CO2 + CO
Pada tahap ini terbentuk lignit. 6(C6H10O5)
C20H22O3 + 5 CH4 + 10 H2O + 8 CO2 + CO
Pada tahap ini terbentuk bituminous coal. Faktor tekanan, temperatur, dan waktu merupakan faktor-faktor yang menentukan kelas (rank ) dan kualitas batubara. Tahap pembentukan batubara ini sering disebut juga sebagai proses termodinamika. 2.3.2
Akumulasi Gambut dan Lapisan Batubara Terdapat dua teori tentang akumulasi gambut baik ketebalan maupun
penyebaran
yang
memungkinkan terjadinya
lapisan
batubara
yang
ditemukan dan ditambang saat ini, yaitu: 1. Teoti insitu, yang menyatakan bahwa lapisan bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk dimana tumbuhan asal itu berada. Maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Batubara yang terbentuk disebut batubara autochtone. 2. Teori Drift, yang menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh air dan berakumulasi di suatu tempat, kemudian tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Batubara yang terbentuk disebut batubara allochtone. Laju akumulasi gambut sangat tergantung pada beberapa faktor , yaitu: 1.
Faktor tumbuhan : jenis, laju pertumbuhan, laju pembusukan.
2.
Faktor tempat tumbuh : kondisi, kesuburan.
3.
Faktor cuaca.
48
BAB III DASAR TEORI
Kegiatan perhitungan sumberdaya dilakukan pada tahap eksplorasi sebelum tahap persiapan penambangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menghitung tonase sumberdaya dari suatu endapan bahan galian. Untuk menghitung sumberdaya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan berbagai metode, tetapi sebelumnya harus diketahui batasan antara Sumberdaya (resource) dan Cadangan (reserve). 5) Isaaks dkk., (1989), An Introduction to Applied Geostatistics, Oxford University Press. Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk menghitung sumberdaya batubara seluas 200 Ha dari KP PT. Satria Mayangkara Sejahtera adalah Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan dengan Pedoman Rule of Nearest Point.
3.1.
Pengertian Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Sumberdaya ( Resource) adalah jumlah atau kuantitas bahan galian yang terdapat di permukaan atau di bawah permukaan bumi yang sudah diteliti tetapi belum dilakukan studi kelayakan dan mungkin dapat diekstraksikan dengan tingkat keberhasilan yang masih harus dipertimbangkan. Istilah sumberdaya dalam bidang teknis kebumian dapat berkonotasi kuantitatif, yaitu perkiraan besarnya potensi sumberdaya batubara yang secara teknis menunjukkan harapan untuk dapat dikembangkan setelah dilakukan penelitian dan eksplorasi. Cadangan ( Reserve) adalah bagian dari sumberdaya yang telah diteliti dan dikaji kelayakannya dengan seksama dan telah dinyatakan layak serta dapat ditambang berdasarkan kondisi ekonomi dan teknologi pada saat itu. Terdapat empat kategori pengertian cadangan yang sering digunakan di dunia pertambangan, yaitu : a.
Cadangan ditempat (In Place Reserve)
49
Cadangan ditempat diartikan sebagai jumlah batubara yang sebenarnya terdapat di bawah permukaan yang telah dihitung dan memenuhi persyaratan ekonomi pertambangan dalam kondisi tertentu. Cadangan ditempat tidak seluruhnya dapat ditambang, secara teknis dapat ditambang berdasarkan teknologi yang tersedia pada saat itu. Pada proyek pertambangan komersial, cadangan ditempat selanjutnya dievaluasi untuk memperhitungkan berapa sebenarnya jumlah batubara yang akan dapat dimanfaatkan melalui operasi pena mbangan. b.
Cadangan dapat ditambang (Mineable Reserve) Cadangan dapat ditambang adalah bagian dari cadangan ditempat (in place
reserve) yang diharapkan akan dapat ditambang dengan teknologi saat ini dan sesuai kondisi ekonomi saat ini. c.
Cadangan telah ditambang (Recoverable Reserve) Cadangan telah ditambang adalah cadangan yang berasal dari (Mineable
Reserve) yang telah ditambang atau terambil atas dasar biaya dan kondisi ekonomi yang telah ditetapkan. Cadangan dapat ditambang dalam lingkungan
tambang
terbuka pada umumnya diperhitungkan lebih dari 90% dari cadangan ditempat sedangkan untuk tambang bawah tanah 50 – 60%, namun kondisi struktur endapan dan
metoda penambangan yang digunakan juga memegang peranan dalam
menentukan jumlah cadangan yang dapat ditambang. Angka persentasi tersebut diperoleh dari pengalaman operasi tambang dan hanya berlaku untuk tambang bersangkutan. d.
Cadangan dapat dijual (Saleable Reserve) Cadangan dapat dijual adalah cadangan yang berasal dari (Recoverable
Reserve) yang akan dijual langsung atau dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan
pertimbangan kualitas batubara dan permintaan pasar, apabila kualitas
batubara sesuai permintaan pasar tanpa harus dilakukan pencucian atau blending maka batubara dapat langsung dijual, namun apabila batubara terlalu banyak pengotor sehingga kualitas batubara tidak sesuai dengan permintaan pasar maka harus dilakukan pencucian dan blending sehingga kualitas batubara sesuai dengan permintaan konsumen.
50
3.2.
Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan
Keberadaan bahan galian di dalam perut bumi dapat diketahui dari sejumlah indikasi adanya bahan galian tersebut di permukaan bumi. Keadaan seperti demikian memberikan kesempatan kepada para ahli untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, baik secara geologi, geofisika, pemboran maupun lainnya. Penyelidikan secara geologi pada dasarnya belum dapat menentukan secara teliti dan kuantitatif informasi mengenai bahan galian tersebut, akan tetapi sudah dapat dikategorikan adanya sumberdaya (resource). Bila penyelidikan dilakukan secara lebih teliti, yaitu dengan menggunakan berbagai macam metode (geofisika, geokimia, pemboran dan lainnya), maka bahan galian tersebut sudah dapat diketahui dengan lebih pasti, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan demikian bahan galian dapat dikategorikan sebagai cadangan (reserve). Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan dan diolah lebih lanjut secara ekonomis. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan setelah dilakukan kajian kelayakan dan dinyatakan layak untuk ditambang secara ekonomis dan sesuai dengan t eknologi yang ada. Menurut Standar Nasional Indonesia Amandemen I SNI 13-5014-1998 sumberdaya diperlihatkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi Sumberdaya
Kondisi Geologi
Kriteria
Sederhana
Hipotetik
Tereka
Tertunjuk
Terukur
Jarak titik informasi (m)
Tidak Terbatas
1000 < x < 1500
500 < x <1000
x < 500
Moderat
Jarak titik informasi (m)
Tidak Terbatas
500 < x < 1000
250 < x < 500
x < 250
Komplek
Jarak titik informasi (m)
Tidak Terbatas
200 < x < 400
100 < x < 200
x < 100
Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998 Klasifikasi Sumberdaya (resource) batubara dikategorikan sebagai berikut : a. Sumberdaya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.
51
b. Sumberdaya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi. c. Sumberdaya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan. d. Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci. e. Sumberdaya Batubara Kelayakan ( Feasibility Coal Resource) adalah sumberdaya batubara yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil St udi Kelayakan atau suatu kegiatan penambangan yang sebelumnya yang biasanya dilaksanakan di daerah Ekplorasi Rinci. f. Sumberdaya Batubara Pra Kelayakan ( Prefeasibility Coal Resource) adalah sumberdaya batubara yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil Studi Pra Kelayakan yang biasanya dilaksanakan di daerah Eksplorasi Rinci dan Eksplorasi Umum. Klasifikasi
sumberdaya
dan
cadangan
batubara
adalah
upaya
pengelompokan sumberdaya dan cadangan batubara berdasarkan keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi (Tabel 3.2 dan Tabel 3.3).
52
Tabel 3.2 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998 Kelayakan Penambangan,
Didasarkan
pada
Kajian
Faktor-
faktor:
Ekonomi,
Pemasaran,
Pengolahan, Lingkungan, Sosial, Hukum /Perundang-Undangan, dan
Kebijakan Pemerintah.
53
Tabel 3.3 Kodifikasi Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Sumber: Amandemen I Standar Nasional Indonesia, 1998 3.3.
Dasar Pemilihan Metode
Dalam perhitungan sumberdaya di PT. Satria Mayangkara Sejahtera ini metode yang digunakan yaitu Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan dengan Pedoman Rule of Nearest Point. Metode Cross Section dipilih karena metode ini sederhana, aplikasi perhitungannya mudah dan cepat, mudah digambar, dimengerti dan dikoreksi. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini dapat dikerjakan secara manual. Meskipun banyak program komputer yang dapat secara fleksibel mendesain bentuk dan mengkalkulasinya, akan tetapi beberapa komputer telah didesain untuk mengolah kembali interpretasi yang telah dilakukan oleh enginer atau geologis secara manual. Kelebihan lain dari Metode
54
Cross Section yaitu cocok diterapkan pada endapan batubara yang pada umumnya memiliki homogenitas yang tinggi, baik berupa ketebalan maupun kemiringan seam.
3.4.
Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes
Metode ini adalah salah satu metode perhitungan sumberdaya secara konvensional.
Mengikuti
Pedoman Rule
of
Gradual
Changes,
dengan
menghubungkan titik antar pengamatan terluar. Sehingga untuk mencari satu volume dibutuhkan dua penampang (Gambar 3.1).
Keterangan: P1 = penampang 1
L1,2= jarak antar penampang 1 dengan penampang 2
Sumber: Isaaks dkk, 1989 Gambar 3.1 Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes 3.4.1
Perhitungan Sumberdaya Batubara Penerapan perhitungan tonase sumberdaya batubara dengan Metode Cross
Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes sangat tergantung pada data pemboran dan data singkapan endapan. Pada prinsipnya ada beberapa langkah dalam perhitungan, yaitu membagi lapisan batubara menjadi beberapa blok-blok
55
penampang dengan selang jarak tertentu. Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda-beda tergantung pada kondisinya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: - Menghitung luas sayatan - Menghitung jarak tiap sayatan - Menghitung tonase batubara Jumlah tonase batubara yang terdapat di daerah penelitian dengan rumus sebagai berikut: T =
a + b 2
x h x ρ............……………………………………...…………………….
(3.1) Keterangan: T
= Tonase batubara, ton
a
= Luas sayatan a, m
b
= Luas sayatan b, m2
h
= Jarak antar sayatan, m
ρ
= Bobot isi batubara, ton/m3
2
3.4.2. Perhitungan Tanah Penutup Penerapan perhitungan lapisan tanah penutup dengan metode sayatan sangat tergantung pada data pemboran dan data singkapan endapan. Pada prinsipnya ada beberapa langkah dalam perhitungan, yaitu membagi lapisa n tanah penutup menjadi beberapa blok-blok penampang dengan selang jarak tertentu. Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda tergantung pada kondisinya. Langkahlangkahnya sebagai berikut: - menghitung luas sayatan, - menghitung jarak setiap sayatan, - menghitung volume lapisan tanah penutup. Jumlah volume overburden yang terdapat di daerah penelitian dihitung dengan rumus sebagai berkut: Vob=
a + b 2
x h….………………………………………….……………….….(3.2)
Keterangan : Vob
= Volume lapisan tanah pentup, BCM
56
3.5.
a
= Luas sayatan a, m2
b
= Luas sayatan b, m
h
= Jarak antar sayatan, m
2
Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point
Pada metode Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point, setiap blok ditegaskan oleh sebuah penampang yang sama panjang ke setengah jarak untuk menyambung sayatan (Gambar 3.2). Keterangan: P = penampang L= jarak antar penampang
Sumber: Isaaks dkk, 1989 Gambar 3.2 Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point
3.5.1. Perhitungan Sumberdaya Batubara Penerapan perhitungan tonase sumberdaya batubara dengan Pedoman Rule of Nearest Point sangat tergantung pada data pemboran dan data singkapan endapan. Pada prinsipnya ada beberapa langkah dalam perhitungan, yaitu membagi lapisan batubara menjadi beberapa blok-blok penampang dengan selang jarak tertentu. Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda-beda tergantung pada letak lubang bor. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: - Menghitung luas sayatan
57
- Menghitung setengah jarak dengan sayatan sebelumnya dan sayatan berikutnya - Menghitung tonase batubara Jumlah tonase batubara yang terdapat di daerah penelitian dengan rumus sebagai berikut: T = a x (h1 + h2) x ρ………………...…………………………………………. (3.3) Keterangan: T
= Tonase batubara, ton
a
= Luas sayatan a, m
h1
= Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan sebelumnya, m
h2
= Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan berikutnya, m
ρ
= Bobot isi batubara, ton/m
2
3
3.5.2. Perhitungan Tanah Penutup Perhitungan tanah penutup dengan metode sayatan linier pada dasarnya sama dengan perhitungan batubara. Jumlah volume overburden yang terdapat di daerah penelitian dihitung dengan rumus sebagai berkut: V=a x (h1 + h2)…….…………………………………………………………….(3.4) Keterangan:
3.6.
V
= Volume tanah penutup, BCM
a
= Luas sayatan a, m2
h1
= Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan sebelumnya, m
h2
= Setengah jarak antara sayatan a dengan sayatan berikutnya, m
Perhitungan Volume
Adapun rumus perhitungan volume yang digunakan adalah rumus luas ratarata (mean area) dan rumus kerucut terpancung ( frustum). 3.6.1. Rumus Luas Rata-rata ( Mean Area) Rumus luas rata-rata (mean area) adalah rumus yang paling sederhana untuk perhitungan volume yang terletak di antara dua buah penampang yang sejajar. Sketsa perhitungan volume endapan dengan rumus mean area dapat dilihat pada Gambar 3.3.
58
Sumber: Constantine C. Popoff, 1965 Gambar 3.3 Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Mean Area V=
S1 + S2
x L...........................................................................(3.5)
2
Keterangan : S1 , S 2
= luas tiap-tiap penampang (m2)
L
= jarak antar penampang satu dengan lainnya (m)
V
= volume cadangan (m3)
Jika endapan yang telah dibagi dalam bentuk blok-blok dengan jarak setiap penampang sama, maka dapat dihitung dengan rumus : V=
S1 + 2 S2 + 2 S3 + ……….. + Sn 2
x L ...............................................(3.6)
Keterangan : S1, S2, Sn = luas tiap-tiap penampang (m2) L
= jarak antar penampang satu dengan lainnya (m)
V
= volume cadangan (m3)
Jika endapan yang telah dibagi dalam bentuk blok-blok dengan jarak setiap penampang tidak sama, maka dapat dihitung dengan rumus : V=
( S1
+ S2 2
)
x L1
+(
S2 + S3 2
)
x L2 +… +
Sn-1
+ Sn 2
x Ln ……………….
(3.7) Keterangan : S1, S2, Sn = luas tiap-tiap penampang (m2) L1, L2, Ln = jarak antar penampang satu dengan lainnya (m) V
= volume cadangan (m3)
59
3.6.2. Rumus Kerucut Terpancung ( Frustrum) Persamaan frustrum merupakan salah satu persamaan yang juga digunakan untuk mengestimasi volume dari suatu endapan. Rumus ini digunakan untuk endapan yang mempunyai geometri seperti kerucut yang terpancung pada bagian puncaknya (Gambar 3.4).
Sumber: Constantine C. Popoff, 1965 Gambar 3.4 Sketsa Perhitungan Volume Endapan dengan Rumus Kerucut Terpancung Rumus kerucut terpancung ;
VL
(S1 S2 S1S2 ) 3
……………………..…………………...……………(3.8)
Keterangan:
3.7.
S1 & S2
= luas penampang atas dan bawah
L
= jarak antara S1 & S2
V
= volume
Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)
Nisbah pengupasan adalah perbandingan antara volume lapisan tanah penutup yang akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil. Ini dilakukan untuk dapat menentukan pada elevasi berapakah nisbah pengupasan yang paling menguntungkan untuk ditambang dengan cara tambang terbuka. Nisbah pengupasan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis
60
tidaknya
pengambilan
suatu
cadangan
batubara.
Semakin
besar
nisbah
pengupasannya, berarti semakin banyak overburden yang harus digali untuk mengambil endapan batubara. Semakin kecil nisbah pengupasannya, semakin sedikit overburden yang harus digali. Di tambang batubara sering dipakai m 3 waste/ton batubara. 3
Stripping Ratio = Tanah Penutup (m ) Batubara (ton) a)
Stripping Ratio by Volume Stripping Ratio by volume adalah perbandingan antar volume tanah penutup
atau overburden yang akan digali (m3) dengan jumlah volume batubara yang akan 3
diambil (ton) dijadikan dalam m . Stripping Ratio by Volume =
overburden, m3 Batubara, m3
Batubara dalam (ton) dikonversikan menjadi m
3
yaitu membagi berat batubara
dengan densitas batubara, sehingga volume batubara menjadi m 3.
b)
Stripping Ratio by Area Stripping Ratio by area adalah perbandingan antara luasan lapisan tanah 2
2
penutup (m ) dengan luasan batubara (m ) pada suatu sayatan. Stripping Ratio by Area =
overburden, m2 batubara,m2
Dari Stripping Ratio by volume perbandingan overburden dan batubara dalam m3 dibagi dengan jarak antar sayatan, sehingga menjadi perbandingan luas yaitu 2
dalam m .
61
BAB IV PENAKSIRAN SUMBERDAYA
Kegiatan pendahuluan yang dilakukan sebelum perhitungan endapan adalah kegiatan eksplorasi yang tujuan akhirnya penemuan geologis yang berupa endapan mineral ekonomis.
Metode perhitungan sumberdaya yang digunakan untuk menghitung sumberdaya batubara di PT. Satria Mayangkara Sejahtera melakukan eksplorasi di Desa Tanjung Telang Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan adalah dengan menggunakan Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes dan Pedoman Rule of Nearest Point. Adapun dasar pertimbangan penggunaan kedua metode tersebut yaitu lubang bor yang tersedia relatif sedikit, endapan batubara yang mempunyai homogenitas tinggi, mudah dilaksanakan dan dimengerti, cepat dan tingkat keyakinan tinggi.
4.1.
Data Eksplorasi
Dari hasil penyelidikan di IUP eksplorasi PT. Satria Mayangkara Sejahtera ditemukan beberapa singkapan batubara yang sebagian besar terdapat di wilayah penelitian IUP eksplorasi bagian Utara dengan ketebalan yang bervariasi antara 7– 20 meter, dengan densitas 1,3 ton/Bcm. Kemiringan lapisan batubara diambil ratarata untuk masing-masing seam dimana seam A adalah 40 º dan seam B adalah 35 º. Pada daerah penyelidikan banyak ditemukan singkapan batubara yang menghampar dialiran sungai. Hal ini dimungkinkan karena sudut kemiringan lapisan batubara searah dengan sudut kemiringan lereng daerah penyelidikan. Kemudian data singkapan tersebut diplotkan pada daerah penyelidikan yang bertujuan untuk mengetahui arah penyebaran dan kemiringan batubara pada lokasi penyelidikan. Dari singkapan-singkapan yang ditemukan kemudian dibuat profil dan foto dari singkapan tersebut. Profil merupakan gambaran dari singkapan yang ditemukan di lapangan secara dua dimensi.
62
Tabel 4.1 Koordinat Singkapan Batubara di Daerah Penyelidikan Koordinat
Kedudukan
Tebal
No
Kode
North
East
Strike/Dip
(M)
1
OC 01
9583770.818
344885.309
N 260° E/40°
>2.00
2
OC 02
9583654.934
345070.838
N 305° E/35°
>3.00
3
OC 03
9583554.029
345005.994
N 290° E/40°
>3.00
Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian singkapan di lokasi rencana pertambangan PT. Satria Mayangkara Sejahtera :
Singkapan OC 01 Terdapat di pinggiran sungai Larangan. Termasuk daerah Desa
Tanjung Telang. untuk kelokasi singkapan menghabiskan waktu 45 menit. Berjarak sekitar 150 m dari lokasi bor. Koordinat
: 344885.309 E, 9583770.818 N
Strike/Dip
: N 260o E / 40 o
Outcrop batubara dengan tebal lebih dari 2 m terhampar luas di sungai Larangan. Batubara berwarna hitam, kilap sedang, tidak mengotori tangan, berlapis, pecahan subconcoidal , tebal lapisan batubara tidak merata. Parting coaly, clay, tanah penutup pasir kuarsa.
Gambar 4.1. Singkapan OC 01
Singkapan OC 02
63
Terhampar luas di sungai Larangan. Termasuk daerah Desa Tanjung Telang. untuk kelokasi singkapan menghabiskan wakt u 45 menit. Koordinat
: 345070.838 E, 9583654.934 N
Strike/Dip
: N 305 E / 35
o
o
Outcrop batubara dengan tebal lebih dari 2 m terhampar luas di sungai Larangan. Batubara berwarna hitam, kilap sedang, tidak mengotori tangan, berlapis.
Gambar 4.2. Singkapan OC 02
Singkapan OC 03 Berada di anak sungai kecil. Termasuk daerah Desa Tanjung Telang.
Terdapat di lahan kebun kopi. Lokasi dapat ditempuh dengan menyeberangi sungai Larangan, kemudian jalan kaki menyusuri sungai Larangan. untuk ke lokasi singkapan menghabiskan waktu 50 menit. Koordinat
: 345005.994 E, 9583554.029 N
Strike/Dip
: N 290 E / 40
o
o
Gambar 4.3. Singkapan OC-3
64
Outcrop batubara dengan tebal 3 m diapit oleh roof dan floor batulanau berwarna abu-abu keputihan. Batubara berwarna hitam, kilap sedang, tidak mengotori tangan, berlapis, pecahan subconcoidal -tajam, -tajam, cleat cleat diisi oleh soil oleh soil lapukan lapukan batulempung. Tabel 4.2 Hasil Pemboran Koordinat
4.2.
Kode
E
N
Elevasi
Bor
(m)
(m)
(m.dpl)
BH-01
344964
9583700
84
BH-02
345035
9583478
82.2
BH-03
345135
9583652
93.4
BH-04
345142
9583753
118.1
BH-05
345019
9583753
75.8
BH-06
344949
9583836
77
BH-07
345066
9583834
98.8
BH-08
344795
9583775
75
Pemboran Eksplorasi
Pemboran eksplorasi dilaksanakan dengan menggunakan mesin bor jenis Jakro 175. Teknik pengeboran dilakukan secara vertikal sampai menembus lapisan batubara lalu dihentikan untuk dipindahkan ke lokasi yang telah ditetapkan. Ketebalan batubara yang didapat baru berupa ketebalan semu. Dalam pelaksanaan pengeboran dilakukan dengan dua dua cara dalam satu lubang bor yaitu:
Open Hole Yang dimaksud dengan “Open “ Open Hole” Hole” adalah hasil hasil pengeboran yaitu yaitu partikel
lepas berupa “cutting “cutting ” dialirkan keluar lubang bor dengan tekanan air dan sampai di permukaan, keluar melalui parit dan ayakan pemisah diamati material yang keluar ke luar ( sandstone, sandstone, clystone, siltstone dan lain sebagainya).
Coring Pada suatu lapisan batubara atau perkiraan akan mencapai lapisan batubara
maka dilanjutkan pengeboran inti degan memasang alat yang disebut “core “ core barrel ”
65
yaitu batubara akan ditangkap alat itu dengan utuh. utuh . Core barrel yang digunakan adalah jenis “double “double tube core barrel ” dengan ukuran “ NMLC Size”. Size”. Pengeboran inti ini penting dilakukan untuk mengetahui berapa tebal batubara tersebut, apakah ada batuan sisispan ( parting ) dan mineral lain yang terkandung di dalam lapisan batubara tersebut. Biasanya batubara dari core ini untuk dianalisa kualitasnya dari top seam dan outcrop dapat diperhitungkan kemiringan batubara tersebut . 4.3.
Tahapan Perhitungan Sumberdaya dengan Metode Cross Section
4.3.1. Pengeplotan Data Titik Bor Dari data eksplorasi yang dilakukan pada daerah konsesi yang mempunyai luasan sebesar 200 Ha, terdapat 8 titik bor yang nantinya titik – titik dari bor tersebut akan dihubungkan dengan garis yang dibuat dengan menyesuaikan arah strike dari endapan batubara tersebut. ter sebut. (Gambar 4.4). 4.3.2. Pembuatan garis sayatan Pembuatan garis sayatan pada peta topografi harus tegak lurus dengan arah umum strike umum strike dari endapan batubara di daerah penelitian. Garis sayatan yang dibuat di daerah penelitian, terdapat 5 sayatan dengan jarak antar sayatan adalah ≤ 125 meter pada titik bor pada batas daerah konsensi ( lihat Gambar 4.5 ). 4.3.3. Pembuatan luasan sayatan Garis sayatan telah selesai lalu dibuatlah luasan sayatannya dan pembuatan garis lapisan batubara yang disesuaikan dengan masing – masing kemiringan dari batubara tersebut. Batubara didalam sayatan diinterpretasikan sebagai bidang miring pada sayatan tersebut untuk mengetahui volume overburden dan stripping ratio, selanjutnya pada luasan sayatan juga dibuat ultimate pit slope sesuai batasan – batasan yang telah ditentukan perusahaan. Pembuatan sayatan sa yatan dilakukan dengan menggunakan program komputer AutoCAD. AutoCAD. Untuk perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR) berpatokan pada Stripping Ratio (SR). (SR) . Setiap sayatan memiliki jenjang dan bench yang bervariasi (multibench), tergantung dari ketebalan tanah penutup dari batubara masing-masing sayatan sesuai SR - nya.
4.3.4. Perhitungan Sumberdaya dengan Metode Standar (Rule Standar (Rule Of gradual Change)
66
Metode ini dapat diterapkan pada perhitungan Cross Section. Section. Dalam perhitungannya sayatan satu dengan sayatan lain dihubungkan secara langsung, sehingga perhitungannya dibatasi oleh dua sayatan. Pada metode ini dilakukan dengan cara membuat garis sayatan yang disesuaikan dengan panjangnya garis seam. seam. Tahapan yang dilakukan pada perhitungan sumberdaya dengan metode Standar adalah sebagai berikut: 1. Membuat garis base line, line, yaitu berdasarkan arah umum (strike) dari endapan batubara. 2. Membuat garis sayatan pada peta topografi dengan jarak antar sayatan ≤ 125 meter dengan arah tegak lurus arah umum u mum dari seam batubara. 3. Penggambaran sayatan tegak dari garis sayatan yang dilakukan dengan program AutoCAD program AutoCAD.. 4. Membuat lapisan batubara pada sayatan tegak dengan kemiringan (dip) yang disesuaikan dari masing – masing lapisan batubara. bat ubara. 5. Membuat jenjang (bench) pada setiap sayatan berdasarkan batasan – batasan yang telah ditentukan perusahaan. 6. Menghitung luas dari masing – masing sayatan yang meliputi luasan dari batubara dan overburden yang dilakukan dengan bantuan program AutoCAD program AutoCAD.. 7. Menghitung volume dari tiap blok sayatan yang meliputi volume dari batubara dan overburden. overburden. 8. Menghitung tonase batubara dengan cara mengalikan volume batubara dengan densitas batubara sebesar 1,3 ton/m3. Hasil perhitungan Batubara dengan metode Standar (Rule Of gradual Change) pada seam pada seam A adalah 2.012.626 ton dan seam dan seam B adalah 793.199 ton. 4.3.5. Perhitungan Sumberdaya dengan Metode Linier (The Linier (The Rule Of Nearest Point) Metode
ini
dapat
diterapkan
pada
metode
Cross
Section.
Pada
perhitungannya sayatan satu dengan sayatan lain tidak dihubungkan secara langsung tetapi dibatasi oleh batas linier dari daerah pengaruh masing – masing sayatan, adapun jarak garis linier sama dengan setengah jarak antara dua sayatan.
67
Pada metode ini juga dilakukan dengan membuat garis sayatan sebanyak 5 sayatan yang disesuaikan dengan panjangnya garis seam.
4.4.
Perhitungan Volume Overburden
4.4.1. Perhitungan Overburden dengan Metode Standar (The Rule Of Gradual Change) Perhitungan overburden juga dilakukan dengan metode Cross Section. Volume overburden dipengaruhi oleh luasan overburden dan jarak antar sayatan. Luas overburden didapatkan dari pengurangan luas jenjang pada sayatan dikurangi luas batubara pada sayatan. Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung. Tahapan perhitungannya pun sama dengan tahapan perhitungan sumberdaya dengan metode Standar, bedanya pada
overburden tidak perlu dilakukan
perhitungan tonasenya. Hasil perhitungan overburden dengan Metode Standar pada perubahan bertahap (The Rule Of Gradual Change) adalah 8.848.628 Bcm dan interburden adalah 2.249.778 Bcm (Tabel 4.3). Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung. 4.4.2. Perhitungan Overburden dengan Metode Linier (The Rule Of Nearest Point) Tahapan perhitungan overburden dengan metode Linier sama dengan tahapan perhitungan sumberdaya dengan metode Linier, sedangkan prinsip dan hal – hal yang perlu diperhatikan pada perhitungannya sama dengan cara perhitungan overburden dengan metode Standar. Hasil perhitungan overburden dengan Metode Linier adalah 8.494.401 Bcm dan interburden adalah 2.055.495 Bcm (Tabel 4.4). Langkah – langkah yang dilakukan pada perhitungan sumberdaya dengan metode Linier sama dengan langkah pada metode Standar, bedanya hanya pada
68
jarak untuk perhitungan volumenya diambil dari setengah jarak diantara dua sayatan. Hasil perhitungan Batubara dengan metode Linier pada seam A adalah 1.881.038 ton dan seam B adalah 760.509 ton.
4.5.
Perhitungan Nisbah Pengupasan
Perhitungan nisbah pengupasan (stripping ratio) merupakan perbandingan antara volume overburden dengan tonase batubara. Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Standar berpedoman pada perubahan bertahap (Rule Of Gradual Change) diperoleh tonase adalah sebesar 2.805.826 ton, sedangkan jumlah volume tanah yang yang harus digali dengan metode Cross Section Standar berpedoman pada perubahan bertahap (Rule Of Gradual Change), adalah sebesar 11.098.406 Bcm. Perhitungan nisbah pengupasan total adalah sebagai ber ikut: SR
= 11.098.406 Bcm
: 2.805.826 ton
= 3,96 Bcm
: 1 ton
Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Linier berpedoman pada titik terdekat (Rule Of Nearest Point) diperoleh tonase batubara adalah sebesar 2.641.548 ton, sedangkan jumlah volume overburden yang harus dikupas dengan metode Cross Section Rule Of Nearest Point adalah sebesar 10.549.897 Bcm. Perhitungan nisbah pengupasan total adalah sebagai berikut: SR
= 10.549.897 Bcm = 3,99 Bcm
: 2.641.548 ton : 1 ton
Hasil nisbah pengupasan total dari setiap metode Cross Section, juga dapat dihitung nilai nisbah pengupasan yang berasal seam batubara.
69
Gambar 4.4 Peta Topografi Wilayah IUP PT. Satria Mayangkara Sejahtera
35
36
Gambar 4.5 Peta Garis Sayatan Batubara
36
4.6.
Perhitungan Volume Overburden
4.4.3. Perhitungan Overburden dengan Metode Standar (The Rule Of Gradual Change) Perhitungan overburden juga dilakukan dengan metode Cross Section. Volume overburden dipengaruhi oleh luasan overburden dan jarak antar sayatan. Luas overburden didapatkan dari pengurangan luas jenjang pada sayatan dikurangi luas batubara pada sayatan. Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung. Tahapan perhitungannya pun sama dengan tahapan perhitungan sumberdaya dengan metode Standar, bedanya pada overburden tidak perlu dilakukan perhitungan tonasenya. Hasil perhitungan overburden dengan Metode Standar pada perubahan bertahap (The Rule Of Gradual Change) adalah 8.848.628 Bcm dan interburden
4.6.
Perhitungan Volume Overburden
4.4.3. Perhitungan Overburden dengan Metode Standar (The Rule Of Gradual Change) Perhitungan overburden juga dilakukan dengan metode Cross Section. Volume overburden dipengaruhi oleh luasan overburden dan jarak antar sayatan. Luas overburden didapatkan dari pengurangan luas jenjang pada sayatan dikurangi luas batubara pada sayatan. Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung. Tahapan perhitungannya pun sama dengan tahapan perhitungan sumberdaya dengan metode Standar, bedanya pada overburden tidak perlu dilakukan perhitungan tonasenya. Hasil perhitungan overburden dengan Metode Standar pada perubahan bertahap (The Rule Of Gradual Change) adalah 8.848.628 Bcm dan interburden adalah 2.249.778 Bcm (Tabel 4.3). Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung.
37
No
Volume Antar Sayatan
Overburden
Seam A
Interburden
1
A-A' - B-B'
23450,11
3681,30
Luas rata- rata (m2)
Jarak
Densitas
Volume ( m 3)
Seam B
( m)
( Ton/m3)
Overburden
Seam A
45 92,31
1159,74
120,97
1,30
2836759,81
445326,86
Interbur den 555531,74
Tonase Batubara Seam B
Seam A
Seam B
140293,75
578924,92
182381,87
SR 4,46
2
B-B '- C-C'
23953,13
3717,90
4768,18
12 79,01
56,95
1,30
1364130,75
211734,41
271547,85
72839,62
275254,73
94691,51
4,42
3
C-C' - D-D'
24767,94
4276,20
6483,09
2028,81
50,56
1,30
1252267,05
216204,67
327785,03
102576,63
281066,07
133349,62
3,81
4
D-D' - E-E'
272 50,97
5416,60
87 87,43
2363,11
124,60
1,30
3395470,86
674908,36
1094913,78
294443, 51
877380,87
382776,56
3,56
Volume =
8848628,47
1548174,30
2249778,40
610153,51 2012626,59
793199,56
Tonase = SR =
4,06
Tabel 4.3 Perhitungan Sumberdaya Batubara Dengan Metode Cross Section Standar Berpedoman Pada Perubahan Bertahap (The Rule Of Gradual Change)
37
Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung. 4.4.4. Perhitungan Overburden dengan Metode Linier (The Rule Of Nearest Point) Tahapan perhitungan overburden dengan metode Linier sama dengan tahapan perhitungan sumberdaya dengan metode Linier, sedangkan prinsip dan hal – hal yang perlu diperhatikan pada perhitungannya sama dengan cara perhitungan overburden dengan metode Standar. Hasil perhitungan overburden dengan Metode Linier adalah 8.494.401 Bcm dan interburden adalah 2.055.495 Bcm. Langkah – langkah yang dilakukan pada perhitungan sumberdaya dengan metode Linier sama dengan langkah pada metode Standar, bedanya hanya pada jarak untuk perhitungan volumenya diambil dari setengah jarak diantara dua sayatan. Hasil perhitungan Batubara dengan metode Linier pada seam A adalah 1.881.038 ton dan seam B adalah 760.509 ton.
Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau lebih menjadi tidak terhitung. 4.4.4. Perhitungan Overburden dengan Metode Linier (The Rule Of Nearest Point) Tahapan perhitungan overburden dengan metode Linier sama dengan tahapan perhitungan sumberdaya dengan metode Linier, sedangkan prinsip dan hal – hal yang perlu diperhatikan pada perhitungannya sama dengan cara perhitungan overburden dengan metode Standar. Hasil perhitungan overburden dengan Metode Linier adalah 8.494.401 Bcm dan interburden adalah 2.055.495 Bcm. Langkah – langkah yang dilakukan pada perhitungan sumberdaya dengan metode Linier sama dengan langkah pada metode Standar, bedanya hanya pada jarak untuk perhitungan volumenya diambil dari setengah jarak diantara dua sayatan. Hasil perhitungan Batubara dengan metode Linier pada seam A adalah 1.881.038 ton dan seam B adalah 760.509 ton.
38
No
Penampang Lubang Bor
Overburden
Seam A
Interburden
Seam B
(m2)
Overburden
Seam A
Interbur den
Seam A
Seam B
1
A -A'
24065,88
4217,19
5879,88
1697,40
60,48
1455504,42
255055,65
355615,14
102658,75
1,30
331572,35
133456,38
3,68
2
B -B'
24398,50
4319,41
5900,86
16 73,97
60,48
1475621,28
261237,92
356884,01
101241,71
1,30
339609,29
13 1614,22
3,69
3
C -C'
22834,33
3145,36
3304,73
622,08
28,38
648038,29
89265,32
93788,24
17654,63
1,30
116044,91
22951,02
5,30
4
D -D'
22922,14
3339,94
3571,80
686,52
28,56
654656,32
95388,69
102010,61
19607,01
1,30
124005,29
25489,11
5,02
5
E -E'
25071,93
4290,43
6231,62
1935,94
25,18
631311,20
108033,03
156912,19
48746,97
1,30
140442,94
63371,06
3,63
luas (m)
Jarak
Volume(m)
Densitas Seam B
(ton/m3)
Tonase (ton) SR
6
F -F'
23000,52
4232,19
5985,04
1220,27
25,38
583753,20
107412,98
151900,32
30970,45
1,30
139636,88
40261,59
3,84
7
G-G'
24463,95
4261,86
6734,56
2121,68
62,19
1521413,05
265045,07
418822,29
131947,28
1,30
344558,60
171531,46
3,46
8
H -H'
24463,95
4261,86
6734,56
2121,68
62,30
1524104,09
265513,88
419563,09
132180,66
1,30
345168,04
171834,86
3,46
8494401,84
1446952,53
2055495,88
585007,46 Tonase=
1881038,29
760509,70
Volume =
SR rata-rata =
4,00
Tabel 4.4 Perhitungan Sumberdaya Batubara Dengan Metode Cross Section Linier Berpedoman Pada Titik Terdekat (The Rule Of Nearest Point)
38
4.5
Perhitungan Nisbah Pengupasan
Perhitungan nisbah pengupasan (stripping ratio) merupakan perbandingan antara volume overburden dengan tonase batubara. Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Standar berpedoman pada perubahan bertahap (Rule Of Gradual Change). Tonase batubara yang diperoleh adalah sebesar 2.805.826 ton, sedangkan jumlah volume tanah yang yang harus digali dengan metode Cross Section Standar berpedoman pada perubahan bertahap (Rule Of Gradual Change). Adalah sebesar 11.098.406 Bcm. Perhitungan nisbah pengupasan total adalah sebagai berikut: SR
= 11.098.406 Bcm
: 2.805.826,15 ton
= 3,96 Bcm
: 1 ton
Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Linier berpedoman pada titik terdekat (Rule Of Nearest Point) diperoleh tonase batubara adalah sebesar 2.641.548 ton, sedangkan jumlah volume overburden yang harus dikupas dengan metode Cross Section Rule Of Nearest Point adalah sebesar
4.5
Perhitungan Nisbah Pengupasan
Perhitungan nisbah pengupasan (stripping ratio) merupakan perbandingan antara volume overburden dengan tonase batubara. Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Standar berpedoman pada perubahan bertahap (Rule Of Gradual Change). Tonase batubara yang diperoleh adalah sebesar 2.805.826 ton, sedangkan jumlah volume tanah yang yang harus digali dengan metode Cross Section Standar berpedoman pada perubahan bertahap (Rule Of Gradual Change). Adalah sebesar 11.098.406 Bcm. Perhitungan nisbah pengupasan total adalah sebagai berikut: SR
= 11.098.406 Bcm
: 2.805.826,15 ton
= 3,96 Bcm
: 1 ton
Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Linier berpedoman pada titik terdekat (Rule Of Nearest Point) diperoleh tonase batubara adalah sebesar 2.641.548 ton, sedangkan jumlah volume overburden yang harus dikupas dengan metode Cross Section Rule Of Nearest Point adalah sebesar 10.549.897 Bcm. Perhitungan nisbah pengupasan total adalah sebagai berikut: SR
= 10.549.897 Bcm = 3,99 Bcm
: 2.641.548 ton : 1 ton
Hasil nisbah pengupasan total dari setiap metode Cross Section, juga dapat dihitung nilai nisbah pengupasan yang berasal seam batubara.
39
BAB V PEMBAHASAN
Penentuan layak tidaknya suatu sumberdaya endapan batubara untuk dieksploitasi adalah didasarkan pada hasil eksplorasi yang telah dilaksanakan. Dalam upaya untuk mengetahui apakah endapan batubara tersebut layak untuk dieksploitasi atau tidak, disini akan dibahas mengenai hasil eksplorasi yang meliputi jumlah sumberdaya batubara, jumlah lapisan tanah penutup dan Stripping Ratio. Metode perhitungan sumberdaya yang digunakan adalah metoda Cross Section dengan pedoman Gradual of Change dan Nearest Point, begitu pula untuk perhitungan tanah penutupnya (overburden).
5.1.
Seam Endapan Batubara pada Daerah Penelitian
Dilokasi penelitian dijumpai 2 seam Batubara dengan kemiringan antara 35°-40°. Terjadinya seam tersebut di dearah penelitian terkait dengan proses pengendapan material tumbuh-tumbuhan yang akan menjadi gambut dan terhentinya kondisi rawa pada suatu saat berubah menjadi dalam. Seam B dijumpai hampir sejajar dengan kemiringan antara 35°-40°. Hal ini menunjukkan bahwa setelah terbentuknya seam tersebut baru terjadi perlipatan. Berdasarkan geologi dilokasi penelitian, maka seam tersebut termasuk daerah formasi batubara yang mengalami perlipatan karena adanya tenaga endogen sehingga membentuk perlapisan dengan arah jurus Timur dengan arah kemiringan perlapisan Utara. Memiliki ketebalan rata-rata 20,607 m. Mempunyai karakteristik arah penyebaran lateral Laut-Tenggara sepanjang 400 m mengarah keluar area Kuasa Pertambangan PT. Satria Mayangkara Sejahtera. Memiliki ketebalan parting berkisar 25 cm. Pada kondisi seperti itu maka yang diendapkan adalah material lempung diatasnya, maka terbentuklah seam A yang terletak paling atas. Secara stratigrafi seam A terletak paling atas, penyebaran di bagian timur daerah telitian. Mempunyai karakteristik arah penyebaran lateral Laut-Tenggara sepanjang 300 m mengarah 40
keluar area Kuasa Pertambangan PT. Satria Mayangkara Sejahtera Memiliki ketebalan rata-rata 13,75 m (clean coalnya), parting antara 25 cm.
5.2.
Kategori Batubara Daerah Penelitian
Menentukan jenis klasifikasi batubara di daerah penelitian adalah dengan cara memperhatikan tahapan eksplorasi dan kajian apa saja yang telah dipertimbangkan serta yang telah terpenuhi dari suatu perusahaan. Dilihat dari klasifikasi Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) AMANDEMEN 1-SNI 13-50141998, maka sumberdaya batubara diklasifikasikan berdasarkan dari semua aspek dari studi kelayakan dan tahapan eksplorasi, apabila perusahaan telah melakukan semua tahapan eksplorasi lalu melakukan studi kelayakan dan dianggap layak maka endapan batubara tersebut dapat disebut cadangan batubara. Endapan batubara yang sudah dilakukan tahapan eksplorasi tetapi belum dilakukannya studi kelayakan atau sudah dilakukan tetapi hasilnya belum layak maka endapan batubara itu masih disebut sumberdaya batubara. Batubara di lokasi penelitian telah ditetapkan batasan – batasan dari estimasi sumberdaya batubara tersebut. Batasan - batasan tersebut berupa ketebalan, kedalaman, kemiringan, jurus dan kualitas dari endapan batubara tersebut. Pada lokasi penelitian belum dilakukan eksplorasi detil dengan uji pemboran dan data eksplorasi yang hanya sebatas pada singkapan, sumur uji, dan paritan, maka batubara di daerah penelitian diklasifikasikan sebagai sumberdaya batubara Terukur (Measured Resource).
5.3.
Dasar Pemilihan Metode
Pada penelitian ini akan menghitung sumberdaya batubara dengan menggunakan metode cross section. Metode ini digunakan karena : 1) Metode ini dapat digunakan untuk menaksir sumberdaya. 2) Morfologi daerah penyelidikan mempunyai kenampakan yang relatif sama berupa perbukitan bergelombang rendah sampai sedang dengan kondisi topografi yang tidak terlalui menonjol di setiap daerahnya. telah mengalami 41
perubahan-perubahan. Aliran sungai di daerah penelitian pada umumnya hanya berupa sungai kecil, tetapi dengan air yang permanen. 3) Wilayah kajian geologi daerah penyelidikan dibatasi pada kawasan yang paling potensial mengandung batubara, dimana pada Anak Cekungan Pasir formasi pembawa batubara disekitar daerah penyelidikan terdapat pada Formasi Tanjung dan Formasi Warukin. 4) Digunakan untuk perhitungan endapan yang berlapis dan endapan placer . 5) Metode ini digunakan untuk menghitung endapan dengan ketebalan dan kualitas yang seragam atau secara umum memiliki perubahan kualitas yang bertahap.
5.4.
Metode Cross Section dengan Pedoman Perubahan Bertahap (Rule of Gradual Change)
Interprestasi analitis yang diterapkan pada endapan batubara di daerah penelitian, erat hubungannya dalam penentuan batas-batas daerah pengaruh pada penampang
tegak (cross
section).
Berdasarkan
obyeknya
interpretasi
ini
menggunakan interpretasi analitis yang dilakukan dengan dua pedoman yaitu pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) dan pedoman titik terdekat (rule of nearest point).
Gambar 5.1 Interpretasi Analitis Dengan Pedoman Perubahan Bertahap 42
(rule of gradual change) Pada Metode Cross Section Pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) pedoman ini dapat diterapkan pada metode cross section, karena dalam perhitungannya lebar daerah pengaruh penampang t idak selalu dibuat dengan ukuran yang tetap. Disamping itu penampang satu dengan penampang lainnya dapat dihubungkan secara langsung, sehingga setiap perhitungan volume dibatasi oleh dua penampang. Pengaruh penerapan pedoman tersebut dalam Perhitungan sumberdaya meliputi : a. Penarikan Garis Batas Sumberdaya Penarikan garis batas sumberdaya dengan menerapkan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change), diterapkan pada titik Bor BH-01,BH-02,BH03 yang terluar, sehingga titik conto tersebut terletak pada garis batas sumberdaya. Batas daerah pengaruh pada metode cross section dengan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) adalah sepanjang jarak antar sayatan yaitu sebesar ≤ 125 meter, sebagai contoh antara sayatan A-A` sayatan B-B`, dan sayatan C-C` (Gambar 5.1). b. Ketebalan/kedalaman Penerapan pedoman perubahan bertahap ketebalan di antara dua penampang mempunyai satu nilai yang didapatkan dari interpolasi dua nilai ketebalan penampang tersebut. Sebagai contoh ilustrasi antara singkapan BH-01,BH-02, BH-03. c. Volume sumberdaya Volume sumberdaya adalah gambaran tiga dimensi dari sumberdaya. Perbedaan yang terjadi pada satu dimensi dan dua dimensi akan menjadi perbedaan kumulatif pada perhitungan tiga dimensi. Berpedoman pada perubahan bertahap (rule of gradual change) diperoleh sumberdaya seam A adalah 2.012.626 ton dan seam B adalah 793.199 ton.
5.5.
Metode Cross Section dengan Pedoman Titik Terdekat (Rule of Nearest Point)
Pedoman ini dapat diterapkan pada metode perhitungan sumberdaya dengan metode cross section. Hal ini dikarenakan dalam perhitungannya penampang 43
tersebut dapat dibuat dengan ukuran yang tetap. Disamping itu penampang satu dengan penampang lainnya dapat di cari daerah pengaruh masing-masing penampang.
Gambar 5.2 Interpretasi Analitis Dengan Pedoman Titik Terdekat ( rule of nearest point ) Pada Metode Cross Section Pengaruh penerapan pedoman tersebut dalam Perhitungan sumberdaya meliputi : a. Penarikan garis batas sumberdaya Penarikan garis batas sumberdaya dengan menerapkan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) melalui batas terluar dari daerah pengaruh titik conto yang terluar, sehingga titik conto tersebut tidak terletak pada garis batas sumberdaya. Batas daerah pengaruh pada metode cross section dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) adalah setengah dari jarak metode rule of gradual change sebesar ≤ 125 meter. Sebagai contoh antara sayatan
A-A`, sayatan B-B` dan
sayatan C-C` (Gambar 5.2). b. Ketebalan/kedalaman Penerapan pedoman pedoman titik terdekat ketebalan di antara dua penampang penampang mempunyai dua nilai ketebalan yang berbeda sesuai dengan nilai
44
ketebalan kedua penampang di dekatnya. Sebagai co ntoh ilustrasi antara Titik bor 1, 2 dan 3. c. Volume sumberdaya Volume
sumberdaya
dengan
meggunakan
metode
cross
section
yang
berpedoman titik terdekat (rule of nearest point) diperoleh Sumberdaya Batubara untuk seam A adalah 1.881.038 ton dan seam B adalah 760.509 ton
5.6.
Perbedaan Nearest Point dan Gradual Change
Nilai perbedaan tanah penutup atau overburden dan interburden pada batubara
( seam A dan seam B ) dengan kedua pedoman yaitu Rule of Gradual
Change dan Rule of Nearest Point adalah sebagai berikut :
Pedoman Perubahan Bertahap (Rule of Gradual) = 11.098.406 Bcm.
Pedoman Titik Terdekat (Rule of Nearest Point) = 10.549.897 Bcm . Perbedaan perhitungan tanah penutup tersebut dikarenakan adanya bentuk
topografi yang berbeda antara penampang satu dengan penampang yang lainnya pada saat perhitungan volume. Pada pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) volume tanah penutup dihitung berdasarkan rata-rata antara kedua penampang dan dikalikan dengan jarak antar penampang. Pada pedoman titik terdekat (rule of nearest point) masing-masing penampang dikalikan dengan setengah jarak antar penampang sehingga masing-masing penampang mempunyai satu volume. Perbedaan hasil estimasi pada metode cross section dengan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) dan dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) dikarenakan pada perhitungan sumberdaya batubara telah ditetapkan dengan nilai Stripping Ratio sehingga besarnya Sumberdaya Batubara juga berbeda yaitu:
Pedoman Perubahan Bertahap (Rule of Gradual Change) = 2.805.826 Ton
Pedoman Titik Terdekat (Rule of Nearest Point)
= 2.641.548 Ton
Perbedaan terjadi karena faktor ultimate pit slope pada metode cross section dengan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) yang berdasarkan penarikan garis batas, luas dan ketebalan tidak melakukan perluasan karena batas 45
sumberdayanya melalui titik-titik pengambilan conto, sedangkan pada metode cross section dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) selalu diikuti dengan perluasan setengah dan jarak titik conto satu dengan titik conto lainnya atau dengan kata lain pengaruh interpretasi analitis pada kedua metode tidak sebanding. Akibatnya hasil perhitungan dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) lebih besar dibandingkan dengan perubahan bertahap (rule of gradual change).
5.7.
Nilai Stripping Ratio
Nilai nisbah pengupasan (stripping ratio) merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis tidaknya suatu sumberdaya batubara, karena sebagai penentu sampai elevasi berapakah sumberdaya batubara tersebut masih bernilai ekonomis untuk dilakukan penggalian. Nilai nisbah pengupasan yang semak in besar maka akan banyak pula overburden yang harus digali untuk mendapatkan batubaranya, apabila semakin banyak overburden yang harus digali maka semakin besar pula biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan batubara. Permasalahan tersebut diatasi perusahaan dengan cara menentukan batasan atau titik impas tertentu untuk nilai dari nisbah pengupasan sehingga nantinya perusahaan dapat memperkirakan apakah apabila dilakukan penggalian dapat menguntungkan atau tidak . Nilai dari perhitungan yang didapatkan dengan metode sayatan Standar diperoleh nisbah pengupasan 3,96 Bcm ( overburden) : 1 ton (batubara), sedangkan dari hasil perhitungan dengan metode sayatan Linier diperoleh nisbah pengupasan 3,99 Bcm (overburden) : 1 ton (batubara). Permasalahannya nilai nisbah pengupasan itu belum tentu akan selalu tetap. Nilai nisbah pengupasan tersebut dapat berubah apabila terjadi perubahan terhadap harga batubara ataupun biaya pengupasan dari overburden, apabila harga batubara terjadi kenaikan dan biaya pengupasan mengalami penurunan maka nilai nisbah pengupasannya akan dapat menjadi lebih besar, namun apabila nilai nisbah pengupasan yang dihasilkan lebih dari nilai nisbah pengupasan yang ditetapkan perusahaan maka nilai nisbah pengupasannya akan diturunkan untuk menghemat biaya operasinya. 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan terdahulu maka dapat disimpulkan dari penelitian penaksiran sumberdaya batubara di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. sebagai berikut : 1.
Dilokasi penelitian sementara baru dijumpai 2 seam batubara dilokasi penelitian PT. Satria Mayangkara Sejahtera yaitu seam A dan seam B. Kemiringan seam berkisar antara 35°- 40° .
2.
Pada lokasi penelitian belum dilakukan eksplorasi detil dengan uji pemboran,, maka batubara di daerah penelitian diklasifikasikan sebagai sumberdaya Terukur (Measured Resource) berdasarkan
pada klasifikasi
Standar Nasional Indonesia (SNI) AMANDEMEN 1-SNI 13-5014-1998. 3.
Metode cross section digunakan karena : - Metode ini dapat digunakan untuk menaksir sumberdaya. - Metode ini digunakan untuk menghitung endapan dengan ketebalan dan kualitas yang seragam atau secara umum memiliki perubahan kualitas yang bertahap.
4.
Metode Cross Section dengan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change), dengan jarak antar sayatan ≤ 125 meter dan diperoleh sumberdaya Terukur (Measured Resource) sebesar seam A adalah 2.012.626 ton dan seam B adalah 793.199 ton, jadi total tonase Batubara adalah 2.805.826 ton, sedangkan total volume overburden dan interburden adalah 11.098.406 Bcm.
5.
Metode Cross Section dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) dengan jarak antar sayatan sebesar ≤ 125 meter dan diperoleh hasil Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource), untuk seam A adalah 1.881.038 ton dan seam B adalah 760.509 ton. 47
6.
Nilai overburden untuk penambangan pada tahap awal seam A dengan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change) sebesar 11.098.406 Bcm dan pedoman titik terdekat (rule of nearest point) sebesar 10.549.897 Bcm.
7.
Nilai dari perhitungan yang didapatkan dengan metode sayatan Standar diperoleh nisbah pengupasan 3,96 Bcm (overburden) : 1 ton (batubara), sedangkan dari hasil perhitungan dengan metode sayatan Linier diperoleh nisbah pengupasan 3,99 Bcm (overburden) : 1 ton (batubara). Apabila Ultimate pit slope berubah lebih besar atau lebih kecil dari 60°, maka nilai Stripping Ratio juga akan berubah.
6.2.
Saran
Saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan penaksiran sumberdaya batubara di daerah Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut: 1.
Adanya perbedaan hasil dari ke dua pedoman, maka disarankan hasil penaksiran sumberdaya batubara yang terkecil (pesimistis) dipakai sebagai dasar perhitungan produksi.
2.
Perlu dilakukan kajian ekonomi dan lingkungan di daerah penelitian untuk menaikkan kategori menjadi cadangan batubara.
3.
Menindaklanjuti hasil penelitian dengan melakukan studi kasus perencanaan tambang di daerah penelitian.
4.
Untuk memperoleh bentuk dari
lapisan
batubara yang lebih akurat,
sebaiknya perusahaan melakukan pemboran yang lebih detail lagi, yaitu dengan jarak antar lubang bor yang lebih dekat.
48