Specifications Specifications A330-200 Aircraft Dimensions (dimensi Pesawat) Overall length (panjang seluruhnya)
58.8 m
Height (tinggi hingga ekor horizontal)
17.40 m
Fuselage diameter (diameter badan)
5.64 m
Max. cabin width (lebar kabin maks.)
5.28 m
Cabin length (panjang kabin)
45.0 m
Wing span (panjang sayap) geometric
60.3 m 361.6 m 2
Wing area (luas sayap) reference Wing sweep (lambaian sayap) 25% chord
30°
Wheel base (roda dasar)
22.2 m
Wheel track (jalur roda)
10.69 m
Runway length (panjang landasan pacu)
2218 m
Basic Operating Data (data operasi dasar) Engines (mesin)
CF6-80E1 or PW4000 or RR Trent 700
Engine thrust range (jarak mesin)
303 – 303 – 320 320 kN
Passengers Passengers seat (kursi penumpang) penumpang)
253 (3-class) / 293 (2-class)
Range (jarak) max. passenger
6,749 NM (12,500 km)
Speed (kecepatan) (kecepatan)
Mach 0.82 (541 mph, 470 knot, 871 km/h at altitude of 35,000 ft)
Max. speed (kecepatan maks.)
Mach 0.86 (568 mph, 493 knot, 913 km/h at altitude of 35,000 ft)
Take off at MTOW (maximum take off weight)
2,220 m
Bulk hold volume (volume bentuk) standard/option standard/optio n
19.7 / 13.76 m3
Design Weights (berat desain) Max ramp weight (berat ramp maks.)
230.9 (233.9) ton
Max. take off weght (berat lepas landas maks.)
230 (233) ton
Max. landing weight (berat pendaratan maks.)
180 (182) ton
Max. zero fuel weight (berat maks. tanpa bahan bakar)
168 (170) ton
Max. fuel capacity (kapasitas bahan bakar maks.)
139.100 ltr
Operating weight empty (berat kosong operasi)
119.6 ton
Volumetric payload (muatan volumetrik)
36.4 ton
TUGAS
PERENCANAAN BANDAR UDARA
Disusun Oleh
Akbarul Hikmah Juddah D11114710 F - Kima
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar 2015
1. PERENCANAAN LANDASAN PACU (RUNWAY) a) Penomoran Runway
Penomoran pada landas pacu harus dilengkapi dalam membantu pergerakan pesawat yang akan melintas. Data ini merupakan data yang telah ditetapkan sejak awal perencanaan dan pembangunan bandar udara. Tabel 1.`Pengelompokan Bandar Udara dan Golongan Pesawat Berdasarkan Kode Referensi Bandar Udara Kelompok
Kode
ARFL
Kode
Bandar Udara
Angka
(Aeroplane Reference F ield Length)
Huruf
A (Unttended)
1
≤ 800 m
A
≤ 15 m
B (AVIS)
2
800 m ≤ P ≤ 1200 m
B
15 m ≤ l ≤ 24 m
3
1200 m ≤ P ≤ 1800 m
C
24 m ≤ l ≤ 36 m
D
36 m ≤ l ≤ 52 m
E
52 m ≤ l ≤ 65 m
F
65 m ≤ l ≤ 80 m
C (ADC)
4
≥ 1800 m
Bentang Sayap
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
Jadi penomoran untuk pesawat Airbus A330-200 yaitu 4-E b) Dimensi Runway
1) Panjang Runway Panjang landasan pacu (runway) yang diperlukan (Aeroplane Reference Field Length / ARFL) telah ditentukan oleh setipa pabrik pembuat pesawat. ARFL untuk pesawat Airbus A330-200 adalah 2.218 m, tetapi masih perlu dikoreksi terhadap beberapa faktor sebagai berikut :
Koreksi Terhadap Elevasi Semakin tinggi suatu tempat akan menyebabkan kerapatan udara menjadi semakin rendah, hal ini akan mengakibatkan pesawat memerlukan jarak yang lebih panjang untuk tinggal landas. Fe = 1 + 0,07 (
ℎ 300
)
dimana : Fe = angka koreksi elevasi h = elevasi bandara / landasan (m)
Diketahui Elevasi landasan (h) = 10 ft = 3,05 m Fe = 1 + 0,07 ( = 1 + 0,07 (
ℎ 300 3,05 300
)
)
= 1,0007
Koreksi Terhadap Temperatur Setiap penambahan ketinggian 1000 m, akan berpengaruh terhadap penurunan temperatur sebesar 6,5°C. Ft = 1 + 0,01 x [ Tr – (15 – 0,0065 × h)] dimana : Ft = angka koreksi temperatur Tr = referensi temperatur bandara (°C). Nilai Tr ditentukan dengan pengukuran temperatur rata-rata bulan terpanas (Ta) dan temperatur rata-rata maksimal pada bulan terpanas (Tm), yang dinyatakan : Tr = Ta + 1/3 (Tm – Ta) h
= elevasi bandara / landasan (m) Diketahui Ta = 29,31°C Tm = 31,25°C
Jadi Tr = Ta + 1/3 (Tm – Ta) = 29,31 + 1/3 (31,25 - 29,31) = 29,96°C
Untuk koreksi terhadap temperature : Ft = 1 + 0,01 x [ Tr – (15 – 0,0065 × h)] = 1 + 0,01 x [ 29,96 – (15 – 0,0065 × 3,05)] = 1,1498
Koreksi Terhadap Gradien / Kemiringan Gradien efektif dinyatakan sebagai perbedaan elevasi maksimum pada centerline (pusat) landas pacu dibagi dengan panjang landas pacu tersebut. Pesawat memerlukan energi yang lebih ketika lepas landas pada landas pacu yang lebih vertikal (tidak rata), sehingga memerlukan landas pacu yang lebih panjang. Fg = 1 + 0,01 × G dimana : Fg = angka koreksi gradien G = Gradien landas pacu efektif (%)
Diketahui G = 0,5 %
Jadi Fg = 1 + 0,01 × G = 1 + 0,01 x 0,5 = 1,005
Koreksi Terhadap Angin Permukaan (Fw) Tabel 2. Pengaruh Angin Permukaan Terhadap Panjang Runway Kekuatan angin
Persentase Pertambahan Pengurangan Runway (%)
+5
-3
+10
-5
-5
+7
Sumber : Horonjeff .1983
Nilai kekuatan angin permukaan sebesar +10 diperoleh persentase pengurangan panjang runway sebesar -5, Sehingga : Fsw = 1 + (persentase pengaruh angin permukaan) = 1 + (- 0,05) = 0,950
Panjang Aktual Runway Panjang aktual landas pacu dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini :
Kondisi Take-off
La = Lb ×Fe × Ft × Fg + Fw Dimana : La = panjang aktual landas pacu (m atau ft) Lb = panjang dasar landas pacu (m atau ft) Jadi panjang aktual runway pada saat take-off adalah La = Lb × Fe × Ft × Fg + Fw = 2.218 x 1,0007 x 1,1498 x 1,005 + 0,950 = 2.565,75 m ≈ 2.566 m
Kondisi Landing Jadi panjang aktual runway pada saat landing adalah La = Lb × Fe + Fw = 2.218 x 1,0007 + 0,950 = 2.220,50 m ≈ 2.221 m
2) Lebar Runway Berdasarkan persyaratan ICAO dalam Annex-14 Aerodromes, lebar runway untuk bandara dengan kode huruf 4E tidak boleh kurang dari 45 m ≈ 45 m. Tabel 2. Pengaruh Angin Permukaan Terhadap Panjang Runway Code Letter
Code Number
A
B
C
D
E
F
1
18 m
18 m
23 m
-
-
-
2
23 m
23 m
30 m
-
-
-
3
30 m
30 m
30 m
45 m
-
-
4
-
-
45 m
45 m
45 m
60 m
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
c) Runway Shoulder / Bahu Landasan Pacu
Bahu landasan harus dibuat secara simetris pada masing-masing sisi dari runway dan kemiringan melintang maksimum pada permukaan bahu landasan pacu 2,5%.
Tabel 3. Runway Shoulder Code Letter
Penggolongan Pesawat
Lebar Shoulder (m)
Kemiringan Maksimum Shoulder (%)
A
I
3
2,5
B
II
3
2,5
C
III
6
2,5
D
IV
7,5
2,5
E
V
10,5
2,5
F
VI
12
2,5
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
d) Turning Area / area untuk berputar
Area putaran untuk pesawat dilengkapi beberapa titik di runway, lebar dari area putaran harus terbebas dari rintangan terutama roda pesawat yang digunakan di runway sampai dengan tepi dari titik area putaran, dan itu tidak kurang dari ketetapan jarak seperti dalam tabel berikut : Tabel 4. Turning Area Code Letter
Penggolongan pesawat
Jarak minimum antara roda dan tepi putaran (m)
A
I
1.5
B
II
2.25
C
III
D
IV
4.5 4.5
E
V
4.5
F
VI
4.5
3
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
e) Runway Longitudinal slope / Kemiringan memanjang landas pacu
Seluruh kemiringan memanjang runway, ditentukan dengan membagi perbedaan antara maksimum dan minimum elevasi sepanjang garis tengah runway dengan panjang runway, maksimum kemiringannya adalah :
Tabel 5. Kemiringan memanjang maksimum runway Code Letter
Penggolongan Pesawat
Runway Gradient (m)
Pada Bagian Landasan (%)
1/4 dari ujung landasan (%)
Jarak tampak pada jarak minimum ½ landasan (m)
A
I
≤ 2
≤2
-
1,5
B
II
≤ 2
≤ 2
-
1,5
C
III
≤ 1
≤ 1,5
≤ 0.8
2
D
IV
≤ 1
≤ 1,5
≤ 0.8
2
E
V
≤ 1
≤ 1,25
≤ 0.8
3
F
VI
≤ 1
≤ 1,25
≤ 0.8
3
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
f) Trasverse Slope
Kemiringan melintang pada beberapa bagian dari runway harus cukup memadai untuk menghindari penambahan air dan harus disesuaikan dengan tabel dibaw ah ini Tabel 6. Kemiringan Melintang Maksimum Runway Code letter
Penggolongan pesawat
Preferred Slope
Minimum slope
Maximum slope (%)
A
I
2
1,5
2,5
B
II
2
1,5
2,5
C
III
1,5
1
2
D
IV
1,5
1
2
E
V
1,5
1
2
F
VI
1,5
1
2
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
g) Sight Distance / Jarak Pandang
Jika perubahan kemiringan tidak dapat dihindarkan maka harus ada suatu arah garis tanpa halangan, dan terdapat dalam tabel 10 berikut :
Tabel 7. Jarak pandang minimum runway Jarak pandang pada jarak minimum ½ runway (m)
Code letter Penggolongan pesawat A
I
1,5
B
II
2
C
III
3
D
IV
3
E
V
3
F
VI
3
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
h) Runway Strip / Jalur Landasan Pacu Tabel 8. Dimensi Runway Strip Uraian
Panjang runway strip : a. Instrument runway b. Non - instrument runway Lebar runway strip : a. Instrument precision approach runway b. Instrument non - precision approach runway c. Non - instrument runway Kemiringan Transverse Runway Strip Kemiringan Longitudinal Runway Strip
1
Code Letter 2 3
4
60 m 30 m
60 m 60 m
60 m 60 m
60 m 60 m
150 m
150 m
300 m
300 m
90 m
90 m
150 m*
300 m**
60 m 3% 2%
80 m 3% 2%
150 m* 2,5% 1,75%
150 m 2,5% 1,5%
Catatan : *) Digunakan untuk lebar runway 45 m, jika lebar runway sebesar 30 m maka digunakan lebar runway strip 90 m. **) Jika dianggap tidak praktis untuk menyediakan sepenuhnya lebar runway strip, dapat disediakan strip yang hanya digradasi dengan minimum lebar 150 m, dan dengan tetap memperhitungkan landing minimal adjustment. (Sumber : Dirjen Perhubungan Udara, Standar Manual Bagian 139.2004 )
i) Stopway / Overrun / Jalur untuk Berhenti
Lebar stopway sama dengan lebar runway Tabel 9. Dimensi Stopway Code Letter
Penggolongan Pesawat
Lebar Stopway (m)
Panjang Stopway (m)
Kemiringan Stopway (%) / (m)
A
I
18
30
-
B
II
23
30
-
C
III
30
60
0,3 per 30
D
IV
30
60
0,3 per 30
E
V
45
60
0,3 per 30
F
VI
45
60
0,3 per 30
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
Panjang Stopway = 300 m (minimal 60 m sebelum ujung runway strip) Lebar stopway
= 60 m (sama dengan lebar runway dengan bahunya)
Gambar 1. Penampang Stopway / Overrun
j) Holding Bay
a.
Positions o Terletak pada pertemuan landas pacu dengan taxiway. o Terletak pada pertemuan 2 landas pacu dimana salah satu landasannya digunakan sebagai taxiway.
b.
Dimension Harus dapat menampung sejumlah posisi pesawat sehingga memungkinkan jumlah keberangkatan pesawat yang maksimum.
Tabel 10 . Dimensi Holding Bay Code letter / Penggolongan pesawat
Uraian
Jarak ruang bebas antara pesawat yang parkir dengan pesawat yang bergerak di taxiway (m)
A/I
B / II
C / III
D / IV
E/V
F / VI
4,5-5,25
4,5-5,25
7,5-12
7,5
7,5
7,5
30
40
75
75
75
75
40
40
75
75
75
75
60
60
90
90
90
90
90
90
90
90
Jarak minimum antara holding bay dengan garis tengah landasan a. landasan instrument (m) b. landasan non-instrument (m) o Pendekatan non-presisi o Pendekatan presisi kategori I o Pendekatan presisi kategori II dan III
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
k) Clearway / Jalur untuk Berhenti
Panjang clearway = 1000 m (maksimal 0.5 x ARFL take-off ) Lebar clearway
= untuk kode 3 dan 4 tidak boleh kurang dari 150 m
l) Runway End Safety Area (RESA) Tabel 11. Dimensi RESA Uraian
Code Letter / Penggolongan Pesawat A/I
B / II
C / III
D / IV
E/V
F / VI
a. landasan instrument (m)
90
90
90
90
90
90
b. landasan non - instrument (m)
60
60
90
90
90
90
Lebar minimum (m) atau (2 kali lebar runway)
18
23
30
45
45
60
Kemiringan memanjang maksimum (%)
5
5
5
5
5
5
Kemiringan melintang maksimum (%)
5
5
5
5
5
5
Jarak minimum antara holding bay dengan garis tengah landasan :
Catatan : a. Untuk International Aerodrome sesuai dengan rekomendasi ICAO, panjang RESA 240, code number 3 dan 4 b. Untuk International Aerodrome sesuai dengan rekomendasi ICAO, panjang RESA 120, code number 1 dan 2 (Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005)
Jadi, Panjang RESA
= Panjang RESA untuk kode 3 dan 4 adalah 240 m
Lebar RESA
= 2 x lebar runway = 90 m
m) Decleared Distances
Perhitungan declared distances harus dihitung sesuai dengan hal berikut ini :
Take-off run available (TORA) TORA = panjang ARFL take-off TORA = 2.566 m
Take-off distances available (TODA) TODA = TORA + CWY TODA = 2.566 + 1.000 TODA = 3.566 m
Accelerate-stop distance available (ASDA) ASDA = TORA + SWY ASDA = 2.566 + 300 ASDA = 2.866 m
Landing distance available (LDA) LDA = ARLF landing = 2.221 m Displaced threshold = TORA – LDA = 2.566 – 2.221 = 345 m
2. PERENCANAAN PENGHUBUNG LANDASAN PACU (TAXIWAY)
Desain dari taxiway harus memiliki faktor keamanan yang diizinkan karena pergerakan pesawat sangat cepat, ketika cockpit menuju taxiway yang diperhatikan garis tengah dari taxiway, jarak diantaranya harus terbebas dari hambatan terutama yang diluar roda pesawat dan ujung dari taxiway. a) Dimensi Taxiway Tabel 12. Dimensi Taxiway Code
Penggolongan
Lebar
Jarak bebas minimum dari sisi terluar
Letter
Pesawat
Taxiway (m)
roda utama dengan tepi taxiway (m)
A
I
7,5
1,5
B
II
10,5
2,25
15a
3a
18 b
4,5 b
C
III
18c
D
IV
4,5
E
V
25
4,5
F
VI
30
4,5
23d
Keterangan : a. Bila taxiway digunkan pesawat dengan roda dasar kurang dari 18 m. b. Bila taxiway digunkan pesawat dengan seperempat roda dasar lebih dari 18 m. c. Bila taxiway digunkan pesawat dengan roda putaran kurang dari 9 m. d. Bila taxiway digunkan pesawat dengan seperempat roda putaran lebih dari 9 m. (Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005)
b) Taxiway Shoulders / Bahu Landasan Penghubung
Bagian yang lurus dari taxiway harus dilengkapi dengan bahu dengan luasan simetris pada setiap sisi dari taxiway. Tabel 13. Taxiway Shoulder Minimum Code Letter
Penggolongan Pesawat
Lebar minimum taxiway pada bagian lurus (m)
A
I
25
B
II
25
C
III
25
D
IV
38
E
V
44
F
VI
60
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
c) Taxiway Slope / Kemiringan Landasan Penghubung
Taxiway Longitudinal Slope / Kemiringan memanjang landasan penghubung Tabel 14. Kemiringan Memanjang Maksimum Taxiway
Code Letter
Penggolongan Pesawat
Kemiringan Memanjang (%)
Perubahan Maksimum Kemiringan (%) / (m)
Jari - jari Peralihan Minimum (m)
A
I
3
1 per 25
2500
B
II
3
1 per 25
2500
C
III
1,5
1 per 30
3000
D
IV
1,5
1 per 30
3000
E
V
1,5
1 per 30
3000
F
VI
1,5
1 per 30
3000
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
Taxiway Transverse Slope / Kemiringan melintang landasan penghubung Tabel 15. Kemiringan Melintang Maksimum Taxiway Code Letter
Penggolongan Pesawat
Kemiringan Memanjang (%)
A
I
2
B
II
2
C
III
1,5
D
IV
1,5
E
V
1,5
F
VI
1,5
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
d) Rapid Exit Taxiway Tabel 16. Jari - Jari Minimum Taxiway Code Letter / Penggolongan Pesawat
Kecepatan Pesawat dalam Keadaan Basah (km/jam)
Jari - jari Minimum Belokan Jalan Pesawat (m)
Sudut Pototng Antara Rapid Exit Taxiway dengan Runway (°)
A/I
65
275
30
B / II
65
275
30
C / III
93
550
30
D / IV
93
550
30
E/V
93
550
30
F / VI
93
550
30
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
Gambar 2. Penampang Jari - jari Taxiway
e) Taxiway Curves
Perubahan arah dalam taxiway harus memenuhi radius minimum , penetapan rencana kecepatan minimum terdapat dalam tabel berikut : Tabel 17. Kurva Taxiway Taxiway Design Speed (km/h)
Radius Of Curve (m)
20
24
30
54
40
96
50
150
60
216
70
294
80
384
90
486
100
600
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
f) Taxiway Fillet Tabel 18. Dimensi Fillet Taxiway
Code Letter / Penggolongan Pesawat
Putaran Taxiway R (m)
Panjang dari Peralihan ke Fillet L (m)
Jari - jari Fillet untuk Jugmental Overstering Symetrical Widdenig F (m)
Jari - jari Fillet untuk Jugmental Overstering One Side Widdenig F (m)
Jari - jari Fillet untuk Tracking Centre Line F (m)
A/I
22,5
15
18,75
18,75
18
B / II
22,5
15
17,75
17,75
16,5
C / III
30
45
20,4
18
16,5
D / IV
45
75
31,5 - 33
29 - 30
25
E/V
45
75
31,5 - 33
29 - 30
25
F / VI
45
75
31,5 - 33
29 - 30
25
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
Gambar 3. Fillet Taxiway
Tabel 19. Jari - Jari Fillet Code Letter / Penggolongan Pesawat
Lebar runway Wr (m)
Lebar Paralel Taxiway W2 (m)
Lebar dari dan Keluar Taxiway W1 (m)
R1 (m)
R2 (m)
r0(m)
r1(m)
r2(m)
A/I
18
15
30
30
30
30
25
25
B / II
23
18
26,5
41,5
30
41,5
25
30
C / III
30
23
26,5
41,5
41,5
53
25
35
D / IV
45
30
26,5
30
60
71,5
35
55
E/V
45
30
23
60
60
71,5
35
55
F / VI
60
45
18
60
80
75
45
50
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
g) Exit Taxiway
Lokasi jalan keluar pesawat pada jarak 450 m – 650 m ambang landasan
h) Taxiway Strips
Jarak minimum bagian tengah dari garis tengah taxiway Tabel 20. Taxiway Strip Code Letter / Penggolongan Pesawat
Jarak Minimum Bagian Tengah Strip Garis Tengah Taxiway (Harus Graded Area) (m)
Maksimum Kemiringan Keatas yang Diratakan (%)
Maksimum Kemiringan Kebawah yang Diratakan (%)
A/I
11
3
5
B / II
12,5
3
5
C / III
12,5
2,5
5
D / IV
19
2,5
5
E/V
22
2,5
5
F / VI
30
2,5
5
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
Kemiringan jarak taxiway harus dibuat sedemikian agar air dapat mengalir lancar pada tepi landas pacu, dan area yang diratakan harus mempunyai kemiringan melintang maksimum. Kemiringan keatas memberikan aturan kemiringan melintang berbatasan dari permukaan taxiway yang tidak horizontal. Kemiringan kebawah tidak mencapai 5% dari ukuran horizontal. Jarak lurus minimum setelah belokan sehingga pesawat dapat berhenti penuh sebelum melalui persimpangan dengan pesawat lain adalah :
Tabel 21. Jarak Lurus Minimum Setelah Belokan Taxiway Code Letter
Penggolongan Pesawat
Jarak Lurus Setelah Belokan (m)
A
I
35
B
II
35
C
III
75
D
IV
75
E
V
75
F
VI
75
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
3. PERENCANAAN TEMPAT PARKIR PESAWAT (APRON)
Tempat pelataran parkir pesawat harus tidak melanggar pembatas rintangan yang berada dipermukaan dan terutama didalam. Ukuran pelataran parkir pesawat harus cukup untuk dapat melayani arus lalu lintas maksimum yang diperlukan a) Dimensi Apron Tabel 22. Dimensi Apron Uraian
Penggolongan Pesawat
1. Dimensi untuk satu pesawat a. Slef taxing (45° taxing) Panjang (m) o Lebar (m) o b. Nose in Panjang (m) o Lebar (m) o c. Clereance antar pesawat dengan pesawat di Apron (m) 2. Slope / Kemiringan a. Ditempat Pesawat Parkir, Maksimum b. Di daerah Pemuatan Bahan Bakar Pesawat
I
II
III
IV
V
VI
40 25
40 25
70 50
70 - 85 55 - 80
70 - 85 55 - 80
70 - 85 55 - 80
3
3
95 45 4,5
190 70 4,5
190 70 4,5
190 70 4,5
1≤
1≤
1≤
1≤
1≤
1≤
+ 1/2
+ 1/2
+ 1/2
+ 1/2
+ 1/2
+ 1/2
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
b) Konfigurasi Apron Tabel 23. Jarak Bebas Antar Pesawat di Apron Uraian
Code Letter / Penggolongan Pesawat A/I
B / II
C / III
D / IV
E/V
F / VI
Jarak bebas antar pesawat yang parkir dengan pesawat yang akan tinggal landas A (m)
10
10
10
15
15
15
Jarak bebas antar pesawat yang parkir dengan pesawat yang berada di taxilane dan penghalang lain B (m)
4,5
4,5
7,5
7,5
10
10
Jarak pesawat yang sedang berjalan dengan pesawat yang berada di lead-in garis dan pesawat lain C (m)
4,5
4,5
7,5
7,5
10
10
Jarak antar pesawat yang sejajar yang berada di apron dan bangunan lain D (m)
4,5
4,5
7,5
7,5
10
10
Jarak antar pesawat dengan pengisian bahan bakar dan bangunan E (m)
15
15
15
15
15
15
Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara .2005
c) Jarak Bebas Pesawat dan Bangunan Terminal
Berdasarkan FAA Aiport Design 150-5300-13, jarak antara hidung pesawat dengan bangunan terminal sangat bervariasi antara 4,5 sampai 9 m atau lebih. Sehingga dalam desain ini digunakan jarak bebas 9 m. Untuk merancang apron, perlu mencari jumlah pesawat pada jam sibuk per harinnya, dimana dianggap 75% pesawat akan mengisi apron pada saat jam sibuk. Akan direncanakan luas apron yang dibutuhkan untuk mengakomodasi 10 spand pesawat terbesar. Maka luas apron yang dibutuhkan untuk satu pesawat dengan wingspan terbesar yaitu : A = (wing span + clearance) x ( panjang badan pesawat + jarak bebas) = (60,3 + 4,5) x (58,8 + 9) = 4394 m d) Ground Support Equipment
Jarak bebas antara tepi apron dan bangunan terminal : Untuk pesawat udara Jet lebar minimum 25 m (GSE lane 20 m + embedded piping zone 5 m). Untuk pesawat udara Propeller lebar minimum 20 m (GSE lane 15m+embedded piping zone 5m).
4. PERENCANAAN PERKERASAN
Perhitungan tebal perkerasan ( Flexible Pavement ) dengan metode FAA untuk Runway dan Taxiway adalah sebagai berikut. Data - data yang didapat dan digunakan untuk perhitungan, antara lain :
Annual Departure = 3.000
CBR sub grade = 5%
CBR sub base
MTOW = 233.000 kg = 513.677 lbs
= 20%
Maka data tersebut di plotkan ke dalam grafik untuk mendapatkan tebal perkerasan total sebagai berikut :
Keterangan : = Garis untuk tebal perkerasan total (CBR 5%) = Garis untuk tebal perkerasan subbase (CBR 20%)
Gambar 4. Grafik Tebal Perkerasan Fleksibel untuk Pesawat Rencana ( Dual Wheel Gear ) (Sumber : Horonjeff .1983)
Hasil Plot Grafik :
Tebal Perkerasan Total Dari grafik diatas, didapat tebal perkerasan total = 43 inchi ≈ 110 cm a. Tebal Subbase
Dengan menggunakan grafik yang sama, dengan CBR 20% didapat tebal 14 inchi ≈ 36 cm. Angka ini berarti ketebalan surface dan base diatas lapisan subbase adalah 36 cm. Maka, tebal lapisan subbase = (110 – 36 ) cm = 74 cm b. Tebal Permukaan ( Surface)
Dari grafik, tertulis bahwa tebal lapisan surface untuk daerah kritis = 4 inchi = 10,16 cm, sedangkan untuk daerah non kritis = 3 inchi = 7,62 cm. c. Tebal Base Course
Ketebalan base course adalah = 36 cm – 10 cm = 26 cm Karena beban yang dilayani oleh perkerasan lebih besar dari 100.000 lbs, maka lapisan perkerasan base dan subbase perlu ditambahkan stabilizer . Sehingga, tebal perkerasan setelah distabilisir adalah sebagai berikut : a. Tebal ekuivalen subbase yang distabilisir = 74/1,2 = 62 cm b. Tebal ekuivalen base yang distabilisir = 26/1,3 = 20 cm Tabel 24. Hasil Perhitungan Tebal Perkerasan Cara Manual Lapisan
Permukaan ( surface course)
Tebal Perkerasan CBR 5 % (cm)
10,16
Pondasi (base course)
20
Pondasi bawah ( subbase course)
62
Data - data yang diperlukan untuk merencanakan Tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement ) untuk Apron, antara lain :
Nilai K subgrade = 200 psi
Flextural strength = 762 psi
Annual Departure = 3.000
MTOW = 233.000 kg = 513.677 lbs
Maka data tersebut di plotkan ke dalam grafik untuk mendapatkan tebal Perkerasan total sebagai berikut :
Gambar 5. Grafik Tebal Perkerasan Kaku untuk Pesawat Rencana (Sumber : Horonjeff .1983)
Berdasarkan grafik, maka didapat tebal slab beton rencana adalah 12,2 inchi ≈ 31 cm dan untuk lapisan subbase digunakan ketebalan 15 cm.