Proposal Skripsi
A CTII VI TY D AI L Y LI L I VI NG HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACT (ADL) DENGAN RESIKO JATUH PADA LANSIA DI DUSUN POLAMAN DESA ARGOREJO SEDAYU BANTUL Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Di Program S1-Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Alma Ata Yogyakarta
Oleh : Tia Indah Fatmasari 130100453
PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA 2017 HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PERSETUJUAN Proposal Skripsi
A CTII VI TY DA D A I L Y LI VI N G HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACT (ADL) DENGAN RESIKO JATUH JATUH PADA LANSIA DI DUSUN POLAMAN SEDAYU BANTUL
Disusun Oleh : Tia Indah Fatmasari 130100453
Telah Memenuhi Syarat dan Disetujui untuk Diseminarkan di Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata Yogyakarta
Pembimbing I Anggi Napida Anggraini, S. Kep., Ns., MMR Tanggal…………….
................................... ...................................
Pembimbing II Nindita Kumalawati Santoso, S. Kep., Ns., M.N.S. Tanggal……………..
................................... ...................................
Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Alma Ata
Dr. Sri Werdati, S.K.M., M.Kes
ii
LEMBAR PERSETUJUAN Proposal Skripsi
A CTII VI TY DA D A I L Y LI VI N G HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACT (ADL) DENGAN RESIKO JATUH JATUH PADA LANSIA DI DUSUN POLAMAN SEDAYU BANTUL
Disusun Oleh : Tia Indah Fatmasari 130100453
Telah Memenuhi Syarat dan Disetujui untuk Diseminarkan di Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata Yogyakarta
Pembimbing I Anggi Napida Anggraini, S. Kep., Ns., MMR Tanggal…………….
................................... ...................................
Pembimbing II Nindita Kumalawati Santoso, S. Kep., Ns., M.N.S. Tanggal……………..
................................... ...................................
Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Alma Ata
Dr. Sri Werdati, S.K.M., M.Kes
ii
LEMBAR PENGESAHAN Proposal Skripsi HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ADL DENGAN RESIKO JATUH PADA LANSIA DI DUSUN SEDAYU BANTUL
Telah disetujui untuk diseminarkan dan dipertahankan dipert ahankan di depan dewan penguji untuk mendapat gelar sarjana Keperawatan Pada tanggal ....... Juni 2017 Disusun Oleh : Tia Indah Fatmasari 130100453
Ketua, Anggi Napida Anggraini, S. Kep., Ns., MMR Tanggal……………..
.................................... ....................................
Anggota, Nindita Kumalawati Santoso, S. Kep., Ns., M.N.S. ................................... ................................... Tanggal…………….. Anggota, Mutiara Dewi Listiyanawati, S.Kep., M.Si.Med Tanggal……………..
.................................... ....................................
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Alma Ata Yogyakarta
Dr. Sri Werdati, S.K.M., M.Kes
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Assalamu’alaikum, Wr.Wb Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul‘‘ Hubungan tingkat mandiri activity daily living (ADL) di Dusun Polaman Desa algorejo sedayu Bantul ”. Penyusunan Proposal skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mendapatkan gelar sarjana keperawatan di program studi ilmu keperawatan Universitas Alma Ata Yogyakarta. Skripsi ini dapat tersusun berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Hamam Hamam Hadi, MS., Sc. D.Sp.GK Selaku Ketua Ketua Universitas Alma Alma Ata Yogyakarta 2. Wahyuningsih, S. Kep., Ns., M. Kep Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ners Universitas Alma Ata Yogyakarta. 3. Anggi Napida Anggraini, S. Kep., Ns., MMR Pembimbing 1 Penyusunan Skripsi. 4. Nindita Kumalawati Santoso, S. Kep., Ns., M.N.S. Selaku Pembimbing II Penyusunan Skripsi. 5. Mutiara Dewi Listiyanawati S.kep., M.Si.Med Selaku Dewan Penguji Penguji Skripsi. 6. Seluruh dosen beserta staf di lingkungan Universitas Alma Ata Yogyakarta. 7. Teristimewa untuk orang tua,dan keluarga yang ikut mendukung dan mensupport dalam penyusunan proposal skripsi. 8. Sahabat seperjuangan PSIK B yang selalu memberikan support memberikan support system semoga system semoga kita bisa lulus bareng AMIN. 9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per -satu sebutkan, terima kasih atas bimbingan dan dukungannya. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, namun peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum,Wr.Wb.
Yogyakrta Januari 2017
Tia Indah Fatmasari
iii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................... PERNYATAAN.......................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN................................................................... KATA PENGANTAR................................................................................ DAFTAR ISI............................................................................................... DAFTAR GAMBAR.................................................................................. DAFTAR TABEL....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... DAFTAR SINGKATAN............................................................................ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.................................................................................... B. Rumusan Masalah............................................................................... C. Tujuan Penelitian................................................................................ D. Manfaat Penelitian.............................................................................. E. Keaslian Penelitian............................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep lansia................................................................................. 2. Konsep ADL....………................................................................... 3. Konsep Jatuh......................……………………………………… B. Kerangka Teori.................................................................................... C. Kerangka Konsep................................................................................ D. Hipotesis.............................................................................................. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. C. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... D. Variabel Penelitian.............................................................................. E. Definisi Operasional............................................................................ F. Instrumen Penelitian............................................................................ G. Tehnik Pengumpulan Data .................................................................. H. Pengolahan dan Analisis Data............................................................. I. Etika dan Penelitian............................................................................. J. Rencana Jalannya Penelitian............................................................... DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
iv
i ii iii iv v vi vii viii ix 1 5 5 6 7
9 16 27 36 37 37 37 37 37 38 39 40 43 45 48 49 51
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .................................................................... 9 Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................. 39 Tabel 3.2 Kisi-kisi Pertanyaan kuesioner ................................................. 46 Tabel 3.3 Kisi-kisi Pertanyaan kuesioner ................................................ 47 Tabel 3.4 Kontingensi Korelasi................................................................ 48
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori……………………………………………35 Gambar 2.2 Kerangka Konsep…………………………………………36
vi
DAFTAR SINGKATAN
1. WHO
: World Health Organization
2. ADL
: Activity Daily Living
3. SUSENAS
: Survei Sosial Ekonomi Nasional
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Barthel index 2. Kuesioner Resiko jatuh 3. Informe consent 4. Surat studi pendahuluan
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia tentunya akan mempengaruhi kemandirian lansia. Kemandirian adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit (4). Kemandirian pada lansia sangat penting untuk merawat dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Meskipun sulit bagi anggota keluarga yang lebih muda untuk menerima orang tua melakukan aktivitas sehari-hari secara lengkap dan lambat. Pemikiran dan caranya sendiri lansia di akui sebagai individu yang mempunyai karakteristik yang unik oleh sebab itu perawat membutuhkan pengetahuan untuk memahami kemampuan lansia untuk berpikir, berpendapat dan mengambil keputusan untuk meningkatkan kesehatanya (5). Penduduk lansia pada tahun 2012 adalah sebesar 11,90 %. Angka rasio sebesar 11,90% menunjukkan bahwa setiap 100 orang pendudukusia produktif harus menanggung sekitar 12 orang penduduk lansia. Namun
bila
dibandingkan per jenis kelamin, angka rasio ketergantungan penduduk lansia perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk lansia laki-laki (12,95% berbanding 10,86%). Lansia di Indonesia memiliki angka kesakitan di daerah perkotaan yaitu sebesar 24,77 % yang artinya bahwa setiap 100 orang lansia di perkotaan pada tahun 2012 terdapat 24 lansia yang sakit. Sedangkan dipedesaan 28,62% yang berarti bahwa setiap 100 lansia di
1
pedesaan pada tahun 2012 terdapat 28 lansia yang sakit. Perlu diperhatikan bahwa lansia yang memiliki penyakit (dalam keadaan sakit) pastinya akan mengalami gangguan dari kemandirian lansia atau lansia tersebut akan memiliki ketergantungan terhadap anggota keluarganya. Lansia yang memiliki penyakit pula merupakan salah satu penyebab dari ketidak mandirian lansia (6). Proses penuaan sering kali diikuti dengan penurunan kualitas hidup sehingga lansia dapat mengalami permasalahan kesehatan. Salah satu permasalahan lansia adalah jatuh. Kejadian jatuh merupakan salah satu geriatric giant dan masalah utama pada lasia. Lebih dari sepertiga atau setengah lansia usia 65 tahun atau lebih jatuh setiap tahunnya dan jatuh sering mengakibatkan cedera yang serius. Jatuh pada lansia terjadi karena banyak faktor antara lain gangguan kognitif, kelemahan otot, postur jelek, gangguan penglihatan, gangguan keseimbangan dan pola jalan yang tidak normal. Masalah kependudukan dan kesehatan dapat timbul karena terjadinya penuaan penduduk (ageing population) ditandai dengan terus meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia yaitu 67,8 tahun pada periode 20002005 menjadi 73,6 tahun pada periode 2020-2025. demikian peningkatan jumlah penduduk lansia juga terjadi. Pada tahun 2004 jumlah penduduk lansia sekitar 16,52 juta orang meningkat lagi menjadi sekitar 19,50 juta orang pada tahun 2008. Angka ini adalah sekitar 8,55 persen dari seluruh penduduk indonesia (1)(2)
2
Pengaruh peningkatan populasi usia lanjut ini akan sangat tampak pada hal ekonomi dan sosial, dimana seperti kita ketahui saat ini angka kejadian penyakit kronis, degeneratif, maupun berbagai macam kanker semakin meningkat, juga angka kematian akibat penyakit-penyakit tersebut yang meningkat.
Kecacatan
akibat
penyakit
degeneratif
pun
tidak
akan
terhindarkan, sehingga menurunkan produktifitas para usia lanjut. Penurunan produktifitas dari kelompok usia sehingga akan menyebabkan kelompok usia lanjut mengalami penurunan dalam melaksanakan kegiatan harian seperti makan, ke kamar mandi, berpakaian, dan lainnya dalam Activities Daily Living (ADL).
Lansia
dirasakan
semakin
mirip
dengan
anak-anak,
dalam
ketergantungan pemenuhan kebutuhan dasarnya, hal inilah yang menyebabkan pada akhirnya lansia dikirim ke Panti Wedha (3). Angka kejadian jatuh adalah sebesar 40,9% dengan rata-rata jumlah jatuh satu kali selama setahun. Di Indonesia, pravalensi cedera pada penduduk usia lebih dari 55 tahun mecapai 22%,diantaranya dikarenakan jatuh dan 36,5% jatuh dirumah (7). Jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk dilantai yang lebih rendah tanpa kehilangan kesadaran (8). Faktor resiko jatuh pada usia lanjut dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu faktor internal dan factor eksternal, faktor resiko jatuh pada usia lanjut dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan yang berasal dari dalam tubuh lansia itu sendiri, yaitu gangguan jantung dan sirkulasi darah, gangguan sistem anggota gerak, misalnya kelemahan otot
3
ekstremitas bawah dan kekuatan sendi, gangguan system susunan saraf misalnya neuropati perifer, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan psikologis, infeksi telinga, gangguan adaptasi gelap, sedangkan faktor ekternal adalah yang berasal dari luar atau lingkungan, setidaknya 50% kejadian jatuh yang terjadi pada lansia disebabkan karena faktor ekstrintik seperti pencahayaan yang kurang dan penempatan perabotan yang tidak tepat(8). Beberapa kota di Yogyakarta menepati posisi tertinggi dengan presentasi jumlah lansia di atas rata-rata nasional pada tahun 2010 jumlah lansia di Yogyakarta tersebut 12,48% pada tahun 2014 jumalah lansia di Yogyakarta mencapai 15% secara nasional dengan usia harapan hidup menepati peingkat di indonesia (9). Berdasarkan Penelitian Ediawati (10) Gambaran tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) dan resiko jatuh pada lansia di panti sosial Werdha budi mulia 01 dan 03 jakarta timur pada tahun 2012 berada pada kategori tinggi dengan presntase memiliki resiko jatuh yang tinggi (44,1%). Berdasarkan studi pendahuluan penelitian di Sedayu II Yogyakarata tempatnya di Dusun Polaman Desa Argorejo terdapat 116 lansia yang terdiri dari 60 perempuan dan 56 laki-laki . Berdasarkan hasil wawancara dengan lansia, terdapat 6 dari 10 lansia yang mengalami jatuh dalam 3 bulan terakhir yaitu bulan Januari 2017,lansia mengatakan sering gepal di daerah lutut pinggang sehingga mengakibatkan mudah lelah saat beraktifitas yang cukup berat. Berdasarkan latar belakang diatas,maka penulis tertarik mengangkat
4
rumusan masalah tentang “apakah ada hubungan tingkat kemandirian ADL dengan resiko jatuh di Dusun Polaman, Desa Argorejo, Sedayu Bantul”.
5
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan antara tingkat kemandirian ADL dengan resiko jatuh pada lansia di Dusun Polaman Desa Argorejo Sedayu? C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kemandirian Activity daily living (ADL) dengan resiko jatuh pada lansia di Dusun Polaman Desa Argerojo Sedayu. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden yang ada di Dusun Polaman Sedayu Bantul b. Untuk mengetahui tingkat kemandirian Activity of daily living (ADL) pada lansia di Dusun Polaman Sedayu Bantul. c. Untuk mengetahui resiko jatuh pada lansia di Dusun Polaman Sedayu Bantul. D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan pada pembaca terutama mengenaikeperawatn gerontik
3
khususnya mengenai tingkat kemandirian Activiti daily living (ADL) dengan resiko jatuh pada lansia. 2. Manfaat praktisi a. Maanfaat bagi puskesmas sedayu Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan penanganan tingkat mandiri ADL dengan resiko jatuh pada lansia. b. Bagi institusi Universitas Alma Ata Untuk menambah pustaka dan sebagai bahan kajian ilmiah, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan pembaca, khususnya pada institusi Universitas Alma Ata sendiri dan Pada Institusi lain umumnya mengenai hubungan tingakt kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan resiko jatuh pada lansia. c. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Gerontik Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dan landasan teoritis yang bertujuan untuk memperkaya dan memperluas ilmu kesehatan terutama dalam bidang ilmu keperawatan lansia, yaitu tentang hubungan tingkat kemandirian Activity Daily living (ADL) dengan resiko jatuh pada lansia. d. Bagi Peneliti Sebagai bahan referensi atau sumber data untuk penelitian sejenis berikutnya yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan metode yang variable yang kompleks,
4
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka 1. Lansia
a. Pengertian Lansia Usia lanjut adalah seseorang yang usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memeberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan ini termasuk kehidupan (13). Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang yang dialami makhluk hidup. Menjadi lansia pada manusia bukanlah proses yang terjadi secara tiba-tiba, tetapi menjadi lansia merupakan proses yang berlangsung secara terus menurus. Proses yang dilewati manusia sebelum menjadi tua yaitu, bayi anak-anak,dewasa dan akhirnya menjadi tua. Perubahan fisik dan tingkah laku yang terjadi pada lansia merupakan hal yang normal terjadi (14). b. Batasan Lansia Beberapa pendapat mengenai batasan umur lansia. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO) (15). 1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia antara 45-59 tahun. 2) Lanjutan (eldery), kelompok usia antara 60-74 tahun. 3) Lanjutan usia tua (old ), kelompok usia antara 76-90. 4) Usia sangat tua (very old ), kelompok usia antra diatas 90 tahun
11
d. Tipe- tipe lansia Beberapa karakteristik bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, metal, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut (16). 1) Tipe arif bijak Kaya dengan bijak hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi, dan menjadi panutan. 2) Tipe mandiri Mengganti kegitan yang hilang dengan baru dan selektif dalam mencari
pekerjaan,
bergaul
dengan
teman
dan
memenuhi
undangan. 3) Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut. 4) Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik,memngikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja. 5) Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tidak acuh.
12
e. Teori-teori proses penuan Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses menua,yaitu Teori Biologi mencangkup teori genetik dan mutsi, immunology slow theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang (17). 1)
Pada usia lanjut, proses menua menjadi secara alamiah seiring dengan penambahan
usia.
Perubahan
psikologis
yang
terjadi
dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi presepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan meraka untuk di pahami dan berinteraksi. 2)
Teori sosial Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori interksi sosial ( social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas (continuty theory), teori perkembangan (develompent theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory). Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak dengan situasi tertentu,yaitu atas dasar hal-hal yang di hargai masyarakat.
3) Teori Spritual Komponen spritual dan tumbuh merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu terhadap arti kehidupan. Perkembangan dan kepercayaan antara orang dan
13
lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antra nilai nilai dan pengetahuan. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut (8). a) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun b) Mempersiapkan diri untuk pensiun c) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya d) Mempersiapkan kehidupan baru e) Melakukan
menyesuaian
terhadap
kehidupan
sosial
atau
masyarakat secara santai f) Mempersiapkan diri untuk kemantian dan kemantian pasangan g) Perubahan dan masalah yang terjadi pada lansia h) Perubahan yang terjadi pada lansia akibat proses menua f.
Perubahan – Perubahan yang terjadi pada Lansia Perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (15) 1) Perubahan kondisi fisik Perubahan yang terjadi pada kondisi fisik lansia meliputi perubahan diri tingkat sel sampai ke suma sistem organ tubuh, diantara
sistem
kardiovaskuler,
pernafasan,
sistem
pendengaran,
pengaturan
tubuh
,
pengelihatan, muskolosketal,
gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh,mudah lelah, kekacauan metal akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada saat melakukan
14
aktifitas/kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing,berat badan menurun, gangguan pada fungsi pengelihatan, pendengaran, dan sulit menahan kencing. 2) Perubahan kondisi mental Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikimotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan,dan situasi lingkungan. Dari segi mental dan emosional tingkat pendidikan atau pengetahuan,dan situasi lingkungan. Dan segi mental dan emosi sering perasaan pesimis ,timbulnya perasaan tidak aman dan cemas. adanya kekacauan mental akut,merasa terancam akan timbul suatu peyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Hal ini bisa menyebabkan lansia depresi. Dari
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Akbar
2016
menunjukan responden yang memiliki ADL mandiri sebagian besar mengalami stres rendah yaitu sebanyak 23 responden (29,1%) sedangkan reponden yang memiliki ADL kete rgantungan ringan sebagian besar mengalami stres sedang yaitu sebanyak 25 responden (32,6%). 3) Perubahan psikososial
15
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini sangat beragam,bergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. 4) Perubahan kognitif Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah kemunduran pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek,kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran,dan kemampuan verbal akan menetapkan bila ada penyakit yang menyertai. 5) Perubahan spiritual a) Agama
atau
kepercayaan
semakin
terintegritas
dalam
kehidupan. b) Lanjut usia semakin pada usia 70 tahun pekembangan yang sesuai dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dengan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan. c) Kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas kembang usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya (18).
16
2. Activity Daily living (ADL)
a. Pengertian Aktifitas menyebabkan
fisik
adalah
pengeluaran
pergerakan tenaga
yang
anggota
tubuh
yang
sangat
penting
bagi
pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kulitas hidup agar tetap sehat bugar sepanjang hari. Aktifitas sehari hari dalam bahasa inggris biasanya di sebut ADL (activity daily living) adalah aktivitas pokok dalam perawatan diri. ADL meliputi : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat. Pengkajian ADL bertujuan untuk mengetahu tingkat ketergantungan lansi terhadap orang lain (19) b. Indeks Barthel Tingkat Kemandirian ADL merupakan kemampuan fungsional yang harus di pertahnkan semandiri mungkin dalam melaksanakan fungsi kemandirian sehari hari. Ketergantungan secara fungsional pada lansia biasanya di ukur menggunakan skala indeks barthel penggukuran ini berdasarkan ada evaluasi tingkat kemandirian lansia dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari hari. Indeks barthel ini mempunyai penilaian terhadap aktifitas lansia yang meliputi makan, mandi, berpakaian, ke toilet, perawatan diri, mobilitas, BAB, BAK, transferring dan naik turun tangga (19). 1) Mandi
dinilai
darikemampuan
klien
menggosok
atau
membersihkan sendiri seluruh badan, dikatakan independen (
17
mandiri), bila lansia memerlukan bantuan dalam memebersihkan bagian tertentu dari sebagian badannya, dikatakan dependen apabila lansia tersebut memerlukan bantuan lebih dari satu bagian badannya. 2) Berpakain,
dikatakan
Independen
apabila
tidak
mampu
mengambil pakaian sendiri dalam lemari atau laci serta tidak memakai baju, memasang kancing atau resleting ( meningkat tali sepatu). 3) Ke toilet, dikatakan Independen apabila lansia tidak mapu ketoliet sendiri,
beranjak
dari
kloset,
merapikan
pakaian
sendir,
membersihkan sendiri organ eksresi, penggunaan bed pan hanya boleh pada malam hari. Tergolong dependen apabila lansia sela memerlukan bed pan atau pispot 4) Berpindah, dikatakan independen jika lansia tersebut mampu naik atau turun dari tempat tidur ataupun kursi roda, bila memerlukan sedikit bantuan yang bersifat mekanis, tidak termasuk. Dikatakan dependen apabila sendiri dan makan sendiri. Dikatakan dependen jika sebaliknya. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan ADL Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan melakukan Activity Daily Living (ADL) yaitu (20) : 1)
Umur dan status perkembangan
18
Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkantanda kemauan dan kemampuan melaksanakan activity daily living . Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorangt secara perlahan-lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakuakn activity daily living dari hasil penelitian yang dilakukan rina jumita terhadap 90 reponden diwilayah kerja puskesmas Lampasi,di peroleh bahwa responden lanjut usia (6069 tahun) yang mandiri lebih banyak (93,3%) dibandingkan dengan responden lanjut usia resiko tinggi (70 tahun keatas) yang mandiri. 2)
Kesehatan fisiologis Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam activit daily living , contoh sistem nervous mengumpulkan,menghantar
dan
mengelola
informasi
dari
lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasi dengan sistem nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan melakukan gerakan. Gangguan pola sistem ini misalnya karena penyakit,atau trauma injuri dapat menggangu pemenuhan activity daily living secara mandiri. 3)
Fungsi Kognitif Tingkat dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan activit daily living . Fungsi kognitif menunjukan proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor
19
stimulus untuk berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental menberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat menggangu dalam befikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan activity daily living. 4)
Fungsi psikososial Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidak stabilan emosi dapat menggangu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan intrepersonal seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau difungsi dalam penampilan peran dapat mempengaruhi dalam pemenuhan activity daily living .
5)
Tingkat stress Stress merupakan responfisik nonspesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor), dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat menggangu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologi seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan.
6)
Status mental Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status mental akan memberikan pada pemenuhan
20
kebutuhan dasar manusia individu. Seperti yang diungkapkan oleh cahya yang di kutip dari baltes,salah satu yang dapat mempengaruhi
ketidak
mampuan
mandiri
individu
dalam
memenuhi kebutuhan adalah keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya. 3. Jatuh
a. Pengertian Jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk di lantai (21). Jatuh merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang dikarenakan oleh faktor usia(22). b. Faktor Penyebab Jatuh pada Lansia Penyebab jatuh diakibatkan karena beberapa faktor yaitu sistem sensorik, sistem syaraf pusat, kognitif, dan sistem muskuloskeletal(22). 1)
Sistem sensorik Pada sistem ini yang berperan adalah penglihatan dan pendengaran. Jika terjadi gangguan pada kedua sistem ini dapat menimbulkan resiko jatuh pada lansia dari hasil penelitian yang dilakukan rinajumita hasil analis hubungan antara kondisi kesehatan dengan kemandirian diperoleh.bahwa responden
mandiri
dengan
kondisi
sehat
lebih
banyak
(97,4%)
dibandingkan responden mandiri dengan kondisi tidak sehat. Kondisi kesehatan ini diperoleh berdasarkan keluhan-keluhan umum lansia yang
21
dirasakan oleh responden. Keluhan yang paling banyak dirasakan oleh responden berupa gangguan penglihatan (78,8%). 2)
Sistem syaraf pusat (SSP) Jika terjadi gangguan pada sistem saraf pusat seperti penyakit stroke maka dapat mengakibatkan respon yang tidak baik terhadap input sensorik.
3) Kognitif Kognitif adalah kepercayaan seseorang yang didapatkan dari proses berfikir. Proses berpikir dimulai dari memperoleh pengatahuan mengelolah pengetahuan
tersebut
melalui
kegiatan
mengingat,
menganalisis,
memahami, menilai, membayangkan dan berbahasa. 4) Sistem Muskuloskeletal Faktor ini betul-betul berperan besar terjadinya jatuh terhadap lanjut usia. Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis, misalnya kekakuan jaringan penghubung, berkurangnya massa otot, perlambatan konduksi saraf, dan penurunan visus atau lapang pandang. a. Faktor penyebab jatuh Faktor-faktor pada lansia dibagi 2 golongan besar, yaitu (23) : 1) Faktor Internal : a) postur dan keseimbangan Kemampuan tubuh untuk mempertahankan koordinasi pada posisi berdiri dan bereaksi mencegah jatuh bergantung pada koordinasi system muskuloskeletal, neurologi dan sistem pengelihatan. Postur
22
melambai terjadi ketika satu dari tiga system tidak berfungsi secara optimal. Gangguan keseimbangan berhubungan dengan adanya postur melambai yang akan meningkatkan resiko jatuh. b) Gaya berjalan sejalan dengan proses menua, pergerakan motorik kasar yang dibutuhkan untuk mempertahankan postur dan gaya berjalan mengalami perubahan. Gaya berjalan pada lansia ditandai dengan penurunan kecepetan, langkah kaki diseret, langkah pendek, langakah ragu, penurunan lambatan tangan dan postur membungkuk. Perubahan
kecepatan
memepertahankan
pergerakan
postur
tubuh
dan tegak
kemampuan dapat
untuk
mempengaruhi
keseimbangan lansia dan meningkatkan resiko jatuh pada lansia. c) pengelihatan Semua lansia mengalami proses gangguan pengelihatan sebagai dampak dari proses menua. Sejalan dengan pertambahan usia akan terjadi penurunan tajam pengelihatan, kedalam presepsi dan pengelihatan
pada
waktu
malam.
Penurunan
pengelihatan
meningkat resiko jatuh pada lansia kerena dapat menurunkan kemampuan lansia untuk menfokuskan objek yang berada pada jarak yang jauh dan menurunkan kemampuan lansia untuk menentukan jarak. Penurunan tajam pengelihatan sangat diperlukan untuk memeprtahankan kestabilan dalam berjalan. d) Muskuloskeletal
23
Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologi. gangguan yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain: perlambatan kondusif saraf, penurunan kekuatan otot terutama menyebabkan
kelemahan
ekstremitas
bawah,
kekukuan
jaringan penghubungan dan penurunan range of motion (ROM). e) IMT (indeks massa tubuh) IMT yang tinggi dapat mempunyai resiko jatuh tinggi dibandingkan IMT normal, karena adanya penumpukan lemak di abdominal, hal ini terjadi karena seseorang yang mempunyai IMT tinggi akann terjadi tekanan postural yang tinggi dana mengalami gangguan keseimbangan yang mengakibatkan berubahnya the center of the body mass (COM). 2) Faktor Eksternal a) Lingkungan Lingkungan yang tidak aman pada area luar rumah seperti kondisi jalan yang retak,jalan depan rumah sempit, pencahayaan yang kurang, kondisi teras atau halaman yang landai dan memiliki tepian lebih tinggi. Lingkungan pada area ruang tamu adalah kurangnya pencahayaan, area yang sempit untuk berjalan,kondisi lantai yang ujungnya rentak dan berantakan dengan barang serta kabel, karpet yang ujungnya terlipat, kaki kursi yang miring dan tinggi kursi
24
yang sesuai dengan tinggi kaki lansia, dan sandaran lengan pada kursi tidak kuat. Pada area kamar tidur lingkungan dapat dilihat dari kondisi lantai, tinggi tempat tidur, kondisi seprai yang tergerai di lantai, penempatan barang dan perabotan yang mudah dijangkauu,pencahayaan, dan dilihat kondisi lantai, pencahayaan dan area untuk berjalan. Pada dapur dapat dilihat kondisi lantai, pencahayaan, dan area untuk berjalan. Area kamar mandi yang dapat menyebabkan gangguan untuk berjalan. Area kamar mandi yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan atau resiko jatuh diantaranya adalah pencahayaan yang kurang, kondisi lantai yang licin dan retak,posisi bak dan toilet tidak aman,dan pelentakan alat mandi yang tidak mudah dijangkau oleh lansia.pada area tangga atau lorong,bahaya lingkungan dapat dilihat dari kondisi lantai,pencahayaan, pegangan tangga, list tangga, dan lebar tangga (24). b) Penggunaan alat bantu jalan Pengguna alat bantu dalam jangka waktu lama dapat mempengaruhi keseimbangan sehingga dapat menyebabkan jatuh ( safe saskacthewan and the seniors Fall Provincial steering committe 2010).
25
B. Kerangka Teori
Faktor- faktor yang mempengaruhi Activity of Daily living 1. Umur dan status perkembangan 2. Kesehatan fisiologi 3. Fungsi kognitif
Activity Daily living
Lansia
4. Fungsi psikososial Faktor- resiko jatuh
Resiko Jatuh
1. Sistem sensori 2. Sistem saraf 3. muskuskeletal Penyebab Jatuh 1. Faktor Instrinsik 2. Faktor Ekstrinsik
Gambar 2.1 Kerangka Teori (9,17,18,20,21)
26
C. Kerangka Konsep Variable independent
Variable dependen
Tingkat mandiri pada lansia ADL activity daily living
Resiko Jatuh pada lansia
Gambar 2.3 Kerangka konsep (17,20) Keterangan:
Mempengaruhi Diteliti D. Hipotesis
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : tidak ada hubungan tingkat kemandirian ADL dengan resiko jatuh pada lansia di Dusun Polaman Desa Argorejo Sedayu Ha : ada hubungan tingkat kemandirian ADL dengan resiko jatuh pada lansia di Dusun Polaman Desa Argorejo Sedayu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Kuantitatif. Rancangan penelitian yang di gunakan adalah cross sectional karena pengumpulan data dalam suatu penelitian dilakukan sekaligus dalan waktu tertentu (point time) dan setiap subjek penelitian hanya dilakukan satu kali pendataan (pengamatan) untuk semua variable yang di teliti,selama dalam penelitian itu. B. Tempat dan Waktu penelitian
Tempat penelitian ini akan dilakukan di Dusun Polaman Desa Argorejo Sedayu dan Penelitian ini akan di mulai dilakukan pada Bulan April 2017. C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan dari subyek peneliti (1). ditetapkan populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Sedayu di Dusun Polman sebanyak 116 lansia. 2. Sampel Sampel merupakan sebgian dari proposal yang di teliti atau seba gaian jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (2). Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling
23
a. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampling menggunakan non probabilty sampling dengan teknik total sampling cara pengambilan sampel ini adalah mengambil semua anggota populasi menjadi sampel yang memenuhi kretria inklusi yang berjumlah 116 lansia. Kriteria Inklusi 1) Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut: a)
Lansia yang bersedia menjadi responden dalam peneliti di dusun polaman Desa Argorejo Sedayu Bantul
b)
Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik da n menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa jawa.
c)
Lansia yang hadir saat dilakukan penelitian di dusun Polaman Desa Argorejo Sedayu Bantul
24
10
D. Variable penelitian
1) Variable bebas ( Independen variables) Variable yang mempengaruhi variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya timbulnya variable dependen. Variable independen dalam penelitian ini adalah tingkat mandiri activity of dail living pada lansia. 2) Variable terikat ( Dependen variable) Variable terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,karena adanya variable bebas. Variable terikat dalam penelitian ini adalah resiko jatuh pada lansia. E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah variable penelitian dimaksudkan untuk memahami arti setiap penelitian sebelum dilakukan analisis No Variable
Definisi operasional
Alat ukur
Skala
Kategori
1
Kemampuan lansia dalam melakukan aktifitas dasar secara rutin seperti kemampuan ke toilet, makan,berpakaian, mandi, dan berpindah tempat
Kuesioner Barthel Index
Ordinal
0-20 ketergantungan , 21-61 ketergantungan berat/sangat ketergantungan , 62-90 ketergantungan berat, 91-99 ketergantungan ringan, 100 mandiri
Tingkat mandiri ADL
11
2
Jatuh
suatu kejadian yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang dapat mengakibatkan terbaring atau duduk dilantai dan beresiko jatuh
Kuesioner Berg balance scale
Ordinal
0-20 Lansia memiliki resiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat bantu jalan berupa kursi roda, 21-40 lansia memiliki resiko jatuh sedang dan perlu menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat,kruk dan walker, 41-56 lansia memiliki resiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu.
F. Instrumen penelitian
1) Instrumen Penelitian Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. a) Kuesioner tingal mandiri Acitivity daily living (ADL) Kuesioner tingkat mandiri menggunakan kuesioner Barthel Index diadopsi dari peneliti Muhammad Ardi 2011 dengan judul Analisis hubungan ketidak mampuan fisik dan kognitif dengan keputusan pada pasien stroke di Makasar. Kemandirian
12
ADL adalah Barthel index peneliti tidak melakukan uji validitas dan reabilitas karena isntrumen menggunakan angket yang diadaptasi dari model kuesioner baku Barthel Index of Activities of Daily Living yang diadposi dari penelitian Collin C,Wade DT, Davies S, Horne V. The Barthel ADL Index: a reliability study. Int Disabil Stud. 1988. jenis pertanyaan tertutup. b) Kuesioner resiko jatuh Instrumen dalam penelitian ini menggunakan ceklis observasi pengkajian
keseimbangan Berg
dikembangkan
Balance
Scale
(BBS)
oleh Langley dan Mockintesh, 2007, yang
terdiri dari 14 item pernyataan dengan jawaban 41-56 resiko jatuh rendah, 21-40 resiko jatuh sedang, 0-20 resiko jatuh tinggi. Instrumen penelitian ini diadopsi dari penelitian Mulkin Waras 2016 dengan judul Gambaran Tingkat resiko jatuh pada lansia di Pukesmas Sedayu II Kecamatan Sedayu Bantul Yogyakarta. Kuesioner ini berisi butiran-butiran pertanyaan sebanyak empat belas butir buah dengan jenis pertanyaan tertutup.
13
2) Kisi-kisi Instrumen penelitian. Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
No
1
Variable
Tingkat mandiri ADL
Indeks
Score
Makan
0 = tidak dapat makan 5 = memerlukan bantuan,seperti memotong makanan,mengoleskan mentega, atau memerlukan diet khusus 10 = mandiri
2
Mandi
0 = memerlukan bantuan dalam perawatan 5 = mandiri
3
Berpakaian
4
Buang air besar
0 = tidak mampu mandiri 5 = bantuan tapi dapat melakukan sebagian 10 = Mandiri (mampu mengancing baju, menutup resleting, merapihkan pakaian) 0 = tidak dapat mengotrol (butuh enema) 5 = kadang- kadang mengalami kesulitan 10 = dapat mengontrol buang air besar
5
Buang air kecil
0 = tidak mampu mandiri 5 = kadang-kadang mengalami kesulitan 10 = dapat mengontrol buang air kecil
6
Penggunaan toilet
7
Berpindah (dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya
8
Mobilititas (berjalan pada permukaan yang rata)
9
menggunakan tangga
0 = tidak mampu mandiri 5 = butuh beberapa bantuan, tapi tidak tergantung penuh 10 = mandiri 0 = tidak mampu dapat duduk seimbang 5 = butuh banyak bantuan (1 atau 2 orang) untuk bisa duduk 10 = butuh bantuan minimal ( hanya diarahkan) 15 = mandiri 0 = tidak mampu atau berjalan <50 meter 5 = mandiri dengan kursi roda 10 = berjalan >50 meter dengan bantuan 1 orang 15 = mandiri (tapi menggunakan alat bantu seperti tongkat ) 0 = tidak dapat menggunakan tangga 5= butuh bantuan ( verbal,fisik,menggunakan alat bantu 10 = madiri
TOTAL 0-100
14
3) Validititas dan Reliabilitas Pada penelitian ini alat ukur untuk mengetahui tingkat kemandirian ADL adalah Barthel index peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas karena isntrumen menggunakan angket yang diadaptasi dari model kuesioner baku Barthel Index of Activities of Daily Living yang diadposi dari penelitian Collin C,Wade DT, Davies S, Horne V. The Barthel ADL Index: a reliability study. Int Disabil Stud. 1988. Angket tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas dikarenakan Barthel Index, Activities of Daily Living merupakan skala baku untuk mengukur kemandirian melakukan aktifitas dasar sehari hari yang sudah diukur nilai validitas dan reliabilitasnya di tentukan juga dengan hasil nilai test-retes reliabilitas 0.989 dan interreliabilitas 0.994 dengan Alpha cronbach’s 0,935 (Oveisgharan, shirani, ghorbani, soltanzade, baghaei, hosseini, 2006) pada peneliti ini di peroleh alpha chombach 0,88. Sedangkan untuk penilain
resiko jatuh pada lansia dengan
mengunakan Berg Balance scale (BBS) dikembangkan
oleh
Langley dan Mockintesh, 2007, yang terdiri dari 14 item pernyataan dengan jawaban
41-56 resiko jatuh rendah, 21-40
resiko jatuh sedang, 0-20 resiko jatuh tinggi. pada kuesioner Berg blance scale sudah di uji validitas dan reliabilitas di tentukan juga
15
dengan Hasil uji Validitas ditemukan dengan hasil sebagai berikut: bila nilai r hitung > r tabel maka item peryataan dikatakan valid dan apa bila nilai r hitung < r tabel maka item peryataan tersebut dikatakan tidak valid dengan jumlah populasi sebanyak 30 orang (r tabel = 0,361). Hasil uji reliabilitas ditentukan juga dengan hasil sebagai berikut: bila nilai Alpha chronbach’s > 0,7 maka item pernyataan tersebut dikatakan reliabel dan bila nilai Alpha chronbach’s < 0,7 maka item pernyataan tidak dapat di gunakan. Setelah uji validitas dan reliabilitas dari 14 item peryataan dikatakan valid dan reliabel sehingga item peryataan tersebut dapat digunakan dengan nilai Alpha chronbach’s Resiko Jatuh 0,759. G. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: 1. Data Primer Data yang diperoleh langsung dari responden 2. Data Sekunder Data sekunder meliputi gambaran rumah tahanan, jumlah narapidana secara keseluruhan.
H. Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Pengelolaan Data a) Editing meneliti kembali jawaban yang ada, apakah seluruh item sudah dijawab atau tidak.
16
b) Coding merupakan kegiatann merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka bilangan, hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolahan data. c) Processing Kegiatan memproses data yang didapat dari kuesioner kemudian dianalisis dengan cara memasukan data tersebut kepaket program SPSS d) Tabulating Merupakan kegiatan peneliti dalam memasukan data-data sesuai kriteria yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah ditentukanya skornya. 4. Analisa Data a. Analisa univariat Analisa univariat adalah analisa deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui nilai frekuensi dan distribusi pada tiap-tiap variable penelitian seperti independen (tingkat mandiri ADL) dan variable dependen (resiko jatuh). Adapun rumus yang digunakan adalah:
=
× 100%
Keterangan : P = Presentasi yang dicari
17
F = Jumlah frekuensi setiap kategori N = jumlah Sampel. b. Bivariat Analisis bivariat adalah suatu analisis yang menggabungkan dua variable
yang
diduga
berhubungan
atau
berkolersi.
Variable
independen (tingkat mandiri ADL) dan variable dependen (resiko jatuh) dengan skala ordinal-ordinal maka dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengann variabel terikat. Uji statistik yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kolerasi kendal tau (). Uji kendal tau () sama dengan uji jenjang atau uji rangkin dari spearman, yakni menguji hubungan antara dua atau lebih veriabel dengan skala ordinal. Adap`un rumus kendal tau sebagai berikut: Rumus Kendal tau: ∑ − ∑
τ = N ( N ̶ 1) 2
Keterangan:
τ
=Koefisien Korelasi Kendal Tau yang besarnya (-1<0<1)
∑A
= Jumlah Rngking atas
∑B
= Jumlah Rangking bawah
N
= Jumlah anggota sampel
18
Untuk menguji koefisien kolerasi (Hubungan) antara tingkat mandiri (ADL) dengan resiko jatuh pada lansia tabel koefisien kontingensi(24). Tabel koefisien kontingensi yang digunakan sebagai pedoman dalam memberikan interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi adalah:
Table 3.3 Kontingensi korelasi(24)
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00- 0,199
Sangat rendah
0,20-0,399
Rendah
0,40-0599
Sedang
0,60-0,799
Kuat
0,80-1,00
Sangat kuat
I. Etika Penelitian
Etika penelitian yang harus diperhatikan adalah diantaranya sebagai berikut : 1. Informed Consent (Lembar Persetujuan) Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden dengan memberikanlembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
19
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden, kemudian diminta menandatangani lembar persetujuan yang telah disimpan. 2. Anonimity (Tanpa Nama ) Anonimity merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan sujek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (Kerasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. 4. Justice Peneliti berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanankan prinsip keadilan responden. J. Rencana penelitian
Setelah judul penelitian disetujui, maka peneliti segera melakukan studi pendahuluan untuk menguatkan fenomea yang dijadikan lahan penelitian yang menjadi landasann latar belakang masalah penelitian. Kemudian mencari sumber-sumber referensi sebagai dasar pembuatan skripsi dan langkah-langkah selanjutnya adalah: 1. Tahap Persiapan
20
Tahap persiapan meliiputi : a) Mengurus surat ijin penelitian b) Melakukan studi pendahuan c) Menyiapkan instrumen yang telah valid dan reliabel untuk penelitian d) Menyiapkan tempat yang akan digunakan untuk pelaksanaan penelitian 2. Tahap pelaksanaan penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret pada saat kegiatan senam lansia dan di rumah lansia ketika lansia tidak mengahdiri kegiatan tersebuts, Proses pengambilan data selama 1 minggu pada bulan april 2017 . Pelaksanaan penelitian diawali dari perkenalan peneliti pada responden, setelah itu peneliti menyiapkan instrumen penelitian dan memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukann. Kemudian peneliti memberikan informed consent atau surat persetujuan menjadi responden dan menyiapkan lembar kuesioner yang akan diisi oleh responden. Apabila ada kata-kata yang tidak dimengerti dan respon tidak bisa membaca dan menulis maka peneliti membacakan dan menceklis atau responden diminta untuk menanyakan kepada penelitian. Peneliti kemudian
menghitung
kembali
jumlah
kuesioner,
setelah
itu
mengumpulkan instrumen penelitian yang telah dijawab dan melakukan editing atau pemeriksaan kembali terhadap instrumen penelitian. 3. Tahap akhir Setelah data dikumpulkan peneliti melakukan analisis data penelitian. Setelah
analisis
data
selesai
dilakukan
konsultasi
dengan
dosen