BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Mineral optik adalah suatu metode yang sangat mendasar yang berfungsi untuk mendukung analisis data geologi. Untuk dapat melakukan pengamatan secara
optik
atau
petrografi diperlukan
alat
yang
disebut mikroskop
polarisasi. Hal itu berhubungan dengan teknik pembacaan data yang dilakukan melalui lensa yang mempolarisasi obyek pengamatan. Hasil polarisasi obyek selanjutnya dikirim melalui lensa obyektif dan lensa okuler ke mata. Terkait dengan peranan mikroskop polarisasi dalam identifikasi sifat optik suatu mineral dan sifat-sifat cahaya dari mineral yang diamati maka dianggap perlu untuk mampu menggunakan mikroskop tersebut. Oleh
karena
itu
diadakanlah praktikum untuk pengamatan ortoskop dan konoskop dalam acara pengamatan konoskop. 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari diadakannya praktikum mineral optik dengan acara pengamatan konoskop adalah untuk mengidentifikasi sifat cahaya mineral dengan mengggunakan mikroskop polarisasi. Tujuan dari diadakannya praktikum mineral optik dengan acara pengamatan konoskop adalah, sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui sifat-sifat optik pada pengamatan ortoskop dan konoskop.
2. Dapat menentukan nama mineral berdasarkan sifat optik dan sifat cahaya mineral tersebut.
1.3 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah : 1. Mikroskop polarisasi 2. Alat tulis menulis 3. Lap kasar dan lap halus 4. Pensil warna 5. Lembar kerja praktikum 6. Penuntun praktikum 7. Sampel mineral 1.4 Prosedur Kerja Pada saat praktikum, dilakukan beberapa tahapan dalam pengerjaannya, beberapa tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Membuat bon alat, yang bertujuan untuk mengetahui keadaan mikroskop sebelum ataupun setelah digunakan. 2. Menyalakan mikroskop dan menyentringkan mikroskop dan memfokuskan medan pandang 3. Meletakkan sampel mineral pada meja objek. 4. Mengatur kedudukan mineral sehingga berada pada perpotongan benang silang mikroskop.
5. Mengfungsikan
analisator,
kemudian
memperhatikan
warna,
gejala
pleokroisme dari mineral pada saat diputar, menentukan bentuk mineral, indeks bias dengan menggunakan metode iluminasi miring, belahan, pecahan, relief, inklusi pada mineral, dan menentukan ukuran dari mineral . 6. Mengfungsikan polarisator lalu memperhatikan warna interfernsi maksimum, sudut gelapan, jenis gelapan, bias rangkap, sistem kristal dan komposisi kimia mineral yang diamati. 7. Memasukkan keping gips pada kompensator sehingga sejajar dengan objek dan amati perubahan warna yang terjadi sehingga kita dapat mengetahui TRO-nya. 8. Setelah data yang didapatkan cukup, maka selanjutnya menentukan nama mineral yang diamati. 9. Mengfungsikan lensa amici betrand lalu amati sumbu optik, tanda optik, dambar interferensi yang terdiri dari isogir, gelang warna dan sudut 2V, lalu menentukan nama mineral berdasarkan sifat cahaya mineral tersebut. 10. Mengganti sampel mineral dengan sampel mineral yang lain. 11. Melakukan langkah 5-langkah 7 untuk sampel mineral tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Konoskop sering digunakan oleh mikroskop dengan suatu Bertrand lensa untuk pengamatan atas gambaran sifat-sifat cahaya yang diamati. Yang paling awal dengan
penggunaan
konoskop
yaitu
pengamatan
yang dilakukan
dengan
memusatkan pada mikroskop polarisasi. Dengan pemasangan lensa amici bertrand, maka mikroskop dijadikan semacam teleskop dengan sudut lebar yang terfokus pada titik tidak terhingga. Sedangkan dengan pemakaian kondensor, maka cahaya yang terpolarisir akan sampai pada batas peraga dengan sudut –sudut datang yang berbeda-beda. Dalam pengamatan dengan konoskop yang dicari adalah sifat cahaya. Cahaya pada kenampakan konoskop adalah cahaya konvergen, karena lensa kondensor akan menghasikan cahaya mengkuncup yang menghasilkan suatu titik yang terfokus pada sayatan mineral. Cahaya tersebut kemudian melewati sayatan kristal dan kemudian ditangkap oleh lensa obyektif. Dengan melakukan pengamatan pada gambar interferensi, maka dapat ditentukan: 1. Sumbu optik mineral 2. Tanda optik mineral 3. Sudut sumbu optik (2V) A. Sumbu Optik Cahaya terpolarisir yang melewati mineral anisotrop, akan dibiaskan menjadi dua sinar yang bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang berbeda. Tetapi pada arah sayatan tertentu sinar akan dibiaskan kesegala arah dengan kecepatan sama. Garis yang tegak lurus dengan arah sayatan tersebut di.kenal sebagai Sumbu Optik.
Pada mineral-mineral yang bersisitim kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal terdapat dua sumbu indikatrik (sumbu arah getar sinar), yaitu sumbu dari sinar ordiner (biasa) dan sinar ekstra ordiner (luar biasa). Pada mineral yang bersistim kristal tersebut, hanya ada satu kemungkinan arah sayatan, dimana sinar yang terbias bergetar ke segala arah dengan kecepatan sama. Oleh karena itu, mineral-mineral yang bersistem kristal tetragonal, hexagonal dan trigonal mempunyai sumbu optik satu (uniaxial).
Gambar 1.1 interferensi pada pengematan konoskop Sedangkan pada mineral-mineral yang bersistem kristal orthorombik, monoklin dan triklin terdapat tiga macam sumbu indikatrik, yaitu:
Sumbu indikatrik sinar X (paling cepat)
Sumbu indikatrik sinar Y (intermedit)
Sumbu indikatrik sinar Z (paling lambat) Pada mineral-mineral tersebut, terdapat dua kemungkinan arah sayatan
dimana sinar yang terbias bergetar kesegala arah dengan kecepatan yang sama. Oleh karena itu mineral-mineral yang bersistem kristal demikian mempunyai sumbu optik dua (biaxial). B. Tanda Optik a. Tanda optik mineral sumbu satu (Uniaxial) Kecepatan sinar ordiner dan ekstra ordiner pada kristal sumbu satu (uniaxial) adalah tidak sama. Pada mineral tertentu sinar ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner, tetapi pada mineral lain sinar ordiner bisa lebih cepat dari sinar ekstra ordiner. Untuk mempermudah pembahasan dari keragaman tersebut dibuat kesepakatan bahwa mineral uniaxial yang mempunyai sinar ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner diberi tanda optik negatif (-). Sebaliknya untuk mineral uniaxial yang mempunyai sinar ordiner lebih cepat dari sinar ekstra ordiner diberi tanda optik positif (+). b. Tanda optik mineral sumbu dua (Biaxial) Pada mineral sumbu dua, kecepatan sinar X,sinar Y dan sinar Z adalah tertentu, artinya pada setiap mineral sinar X merupakan sinar yang paling cepat, sinar Y merupakan sinar intermediet dan sinar Z merupakan sinar paling lambat. Yang membedakan antara mineral satu dengan lainnya adalah kedudukkan/posisi dari sumbu indikatrik sinar-sinar tersebut dikaitkan dengan Garis Bagi Sudut
Sumbu Optik. Mineral sumbu dua dikatakan nempunyai Tanda Optik Positif, jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Lancip (BSl) atau Centred Acute Bisectrix (Bxa) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (BSt) atau Centred Obtuse Bisectrix (Bxo). Sebaliknya jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (BSt) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis Bagi sudut Lancip (BSl), maka mineral tersebut mempunyai Tanda Optik Negatif C. Sudut Sumbu Optik (2V) Sudut Sumbu Optik (2V) adalah sudut yang dibentuk oleh dua sumbu optik. oleh karena itu sudut sumbu optik hanya didapatkan pada mineral sumbu dua. pada sayatan tertentu, dengan memperhatikan gambar lnterferensinya, dapat dihitung besarnya sudut sumbu optik. D. Gambar Interferensi Ada beberapa kenampakkan gambar interferensi pada kristal sumbu satu. Kenampakkannya ini sangat bergantung pada arah sayatan terhadap sumbu optik. a. Gambar interferensi terpusat
Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sumbu optiknya (sayatan isotropik).
Memperlihatkan isogire dengan empat lengan, serta melatop tepat berada di tengah.
Memperilhatkan gelang-gelang warna (isofase), banyaknya gelanggelang ini sangat bergantung pada harga bias rangkap masing-masing mineral. Makin besar harga bias rangkapnya, makin banyak gelanggelang warnanya.
Bila meja obyek diputar 360°, gambar interferensi tidak berubah sama sekali.
Gambar 1.2 interferensi terpusat, mineral dengan bias rangkap kuat (kiri) dan biasrangkap lemah (kanan) Cara Penentuan Tanda Optik Gambar Interferensi Terpusat
Komponen sinar luar biasa selalu bergetar di dalam bidang yang memotong bidang pandangan sebagai jari-jari.
Untuk mengetahui apakah sinar luar biasa merupakan sinar lambat atau cepat, maka dipergunakan komparator.
Jika kwadran l dan 3 menunjukan gejala adisi (warna biru), sedang kwadran 2 dan 4 menunjukkan gejala substraksi (warna kuningorange)berarti sinar luar biasa merupakan sinar lambat, maka kristal mempunyai tanda optik positip. Sebaliknya jika kwadran l dan 3
menunjukkan gejala substraksi, kwadran 2 dan 4 menunjukkan gejala adisi, mineral mempunyai tanda optik negatif.
Gambar 4.2. Penentuan tanda optic gambar interferensi terpusat sumbu satu
b. Gambar interferensi tidak terpusat Terdapat pada sayatan Kristal yang dipotong miring terhadap sumbu optik. Melatop dapat kelihatan dapat tidak (tetapi tidak ditengah-tengah). Penentuan tanda optik sama dengan gambar interferensi terpusat, tetapi harus terlebih dahulu menentukan posisi setiap kwadrannya.
Gambar 8.3 Kenampakan gambar interferensi tak terpusat dan cara penentuankuadrannya
Kenampakkan isogire pada gambar interferensi ini, bila meja obyek diputar akanbergerak secara tidak teratur untuk kemudian menghilang dari medan pandangan. Karenapergerakkannya yang tidak teratur maka gambar
interferensi ini tdak bias untuk menentukan tanda optik mineral yang bersangkutan maupun sudut optiknya (2V). Tetapidalam kenyataannya gambar interferensi ini paling sering dijumpai, karena sayatan jenisini kemungkinannya paling banyak. Ciri-ciri gambar interferensi tidak terpusat adalah sebagai berikut :
Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sumbu optik.
Hanya menampakkan satu lengan isogir.
Pergerakkan isogir berlawanan dengan pergerakan meja objek.
Pada Gambar interferensi ini paling baik untuk menentukan sudut sumbu optik ( 2V ).
c. Gambar interferensi kilat Gambar interferensi kilat terjadi pada sayatan yang sejajar sumbu-c. Sayatan ini mengandung arah getar sinar ekstraordiner sesungguhnya.
Gambar 4.4. Gambar interferensi kilat pada kristal sumbu satu. Arah pergerakanisogir adalah arah sumbu optik. Ciri-ciri gambar interferensi kilat adalah sebagai berikut:
Gambar interferensi pada posisi 0o hampir sama dengan sayatan terpusat.
Perbedaannya pada isogir yang lebih lebar dan apabila meja objek diputar maka isogir akan pecah dan bergerak secara diagonal searah sumbu optiknya.
Penentuan tanda optik caranya sana dengan sayatan yang lain, bedanyaharus ditentukan dulu arah sumbu optiknya(arah getar sinar luar biasasesungguhnya).
Pada saat meja obyek diputar < 5°, isogir akan terpecah dan bergerak menghilangdari medan pandangan (gambar kiri). Kuadran dimana isogir bergerak menghilangadalah kuadran dimana sumbu optic bergerak. Setelah meja obyek diputar padaposisi 45° , isogire menghilang, dan kemungkinan yang Nampak adalah isokrom,yang memperlihatkann bentuk konkap kearah luar.
Gambar 4.5 Penentuan tanda optik gambar interferensi kilat
d. Gelang warna Gelang-gelang warna merupakan kenampakan akibat dari harga beda lintasan/retardasi yang berbeda-beda pada daerah medan pandangan yang
berlain-lainan.Jumlah warna pada suatu gambar tergantung pada ketebalan sayatan dan harga indeks bias.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pengamatan ortoskop nikol sejajar sampel mineral yang diamati menggunakan mikroskop polarisasi, perbesaran lensa yang digunakan adalah 10 kali dan lensa objektif adalah 5 kali, sehingga didapatkan bahwa perbesaran totalnya adalah 50 dan bilangan skalanya adalah 0,02. Pada sampel mineral pertama memiliki kedudukan 61,8 mm pada posisi sumbu x dan 14 mm pada posisi sumbu y. Pengamatan ortoskop pada posisi nikol sejajar warna absorbsi yang terlihat adalah putih kekuningan dengan gejala perubahan warna atau pleokroisme tidak ada, dimana kenampakan pada mineral tersebut ketika meja objek diputar sejauh 90O tidak menampakkan dua perubahan warna atau lebih. Intesitas mineral kuat dengan perubahan warna absorbsi yang mencolok. Pada saat di bawah mikroskop, mineral yang diamati menampakkan bentuk yang bervariasi antara anhedral sampai subhedral, bentuk anhedral-subhedral tadi menjelaskan bahwa mineral ini mengalami proses kristalisasi yang cepat dan terjadi pada suhu dan temperature yang rendah, adanya kenampakkan bentuk mineral yang anhedral-subhedral mengakibatkan mineral ini memiliki indeks bias yang lebih besar dari pada indeks bias kanada balsam (Nmin>Ncb), ini dibuktikan juga dengan menggunakan metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian illuminator ditutupi oleh kertas tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap searah dengan arah datangnya bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton. Kenampakkan bentuk mineral yang anhedral-subhedral dan indeks bias mineral yang sedang mengakibatkan bidang tepi mineral terlihat jelas, sehingga dapat ditentukan
bahwa relief dari mineral yang diamati adalah Tinggi. Pada saat dibawah mikroskop, mineral ini tidak memberikan kenampakkan belahan dengan pecahan yang tidak rata dengan ukuran 1,6 mm. Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat adalah kuning kemerahan pada bias rangkap orde II. Sudut gelapan pada mineral ini adalah 42o. Penentuan sudut gelapan dengan cara menentukan selisih sudut dari gelap ke terang maksimum dan dari terang ke gelap maksimum. Selisih kedua sudut tersebut kemudian di jumlahkan dan di bagi dua. Dari sudut gelapan kita dapat menentukan jenis dari gelapan mineral yang diamati. Pada mineral ini, sudut gelapannya adalah 42o sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya adalah gelapan miring. Kembaran yang terlihat ketika meja objek pada pengamatan mineral ini di putar adalah kembaran Calsbat-Albit, dimana penampakan kembaran awal yang terlihat adalah kembaran Calsbat, namun ketika meja objek di putar kembaran yang terlihat berupa Albit. Sistem kristal pada mineral ini berupa triklin dengan komposisi kimia (Ca,Na)[Al(Al,Si)Si2O8]. Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang terlihat sangat cepat dengan adanya penambahan orde sehingga minera ini tergolong mineral yang Addisi-Length Fast. Berdasarkan ciri-ciri sifat optik yang telah didapatkan dari hasil pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah Bitownite. Pada pengamatan konoskopik lensa amici betran dan kondensor digunakan. Perbesaran lensa objektifnya sebesar 5X dengan perbesaran lensa okuler sebesar 10X. Sehingga perbesaran totalnya adalah 50X.. Sumbu optik yang terdapat pada mineral ini berupa biaxial yng didasarkan pada sumbu optiknya yang triklin. Pada
pengamatan, kuadran I dan III mengalami pengurangan orde ketika meja objek di putar, sehingga tanda optiknya berupa negatif (-). Gambar interferensi yang terlihat menampakkan isogir yang tidak terpusat dimana bagian-bagian dari gambar interferensi seperti melatop dan isochrome tidak terlihat. Warna yang terdapat pada pengamatan ini sebanyak dua warna yaitu orange dan merah muda sehingga dapat dikatakan bahwa mineral ini memiliki gelang warna dengan bias ganda lemah. Berdasarkan besar sudut 2V oleh Zoltai dan Stout mineral ini memiliki sudut sebesar 70o. Dengan memperhatikan sifat-sifat mineral dari pengamatan konoskop dapat diinterpretasikan bahwa nama mineral ini adala Bitownite. No. Urut
:1
Nikol Sejajar A
No. Peraga
: 53
Perbesaran objektif
: 5X
Perbesaran okuler
: 10X
Perbesaran total
: 50X
Bilangan skala
: 0,02
Kedudukan
: (x ; y) (61,8 ; 14)
0
100
P
100
P
Nikol Silang A
Warna absorbsi
: Putih kekuningan
Pleokroisme
: Monokroik
Intensitas
: Kuat
Bentuk
: Subhedral-Anhedral
Indeks bias
: Nmin>Ncb
Belahan
: Tidak ada
Relief
: Tinggi
0
Pecahan
: Uneven
Inklusi
:-
Bentuk
:-
Warna
:-
Ukuran
:-
T.R.O A
Ukuran mineral
: 80 X 0,02 = 1,6 mm
WI maksimum
: Kuning kemerahan
0
100
Bias Rangkap (Orde) : II Sudut Gelapan
: 43o+41o = 42o 2
Jenis gelapan
: Miring
Kembaran
: Calsbat-Albit
Sistem krital
: Triklin
T.R.O.
: Addisi-Length Fast
Komposisi kimia
: (Ca,Na)[Al(Al,Si)Si2O8]
Nama mineral
: Bitownite
Pengamatan Konoskopik
Perbesaran objektif
: 5X
Perbesaran okuler
: 10X
Perbesaran total
: 50X
Sumbu Optik
: Biaxial
Tanda Optik
: (-)
Gelang warna
P
Gambar Interferensi :
Isogir
Gelang warna : Bias ganda lemah
Sudut 2V
Nama mineral
: Tidak terpusat
: 70o : Bitownite
Pada sampel mineral kedua memiliki kedudukan 43,5 mm pada posisi sumbu x dan 13,5 mm pada posisi sumbu y. Pengamatan ortoskop pada posisi nikol sejajar warna absorbsi yang terlihat adalah kunign kehijauan dengan gejala perubahan warna atau pleokroisme dwikroik, dimana kenampakan pada mineral tersebut ketika meja objek diputar sejauh 90O menampakkan dua perubahan warna. Intensitas mineral kuat dengan perubahan warna absorbsi yang mencolok. Pada saat di bawah mikroskop, mineral yang diamati menampakkan bentuk yang bervariasi antara anhedral sampai subhedral, bentuk anhedral-subhedral tadi menjelaskan bahwa mineral ini mengalami proses kristalisasi yang cepat dan terjadi pada suhu dan temperature yang rendah, adanya kenampakkan bentuk mineral yang anhedralsubhedral mengakibatkan mineral ini memiliki indeks bias yang lebih besar dari pada indeks bias kanada balsam (Nmin>Ncb), ini dibuktikan juga dengan menggunakan metode iluminasi miring, dimana pada saat sebagian illuminator ditutupi oleh kertas tidak tembus cahaya, maka bidang yang gelap searah dengan arah datangnya bayangan gelap yang diakibatkan oleh kertas karton. Kenampakkan bentuk mineral yang anhedral-subhedral dan indeks bias mineral yang sedang mengakibatkan bidang tepi mineral terlihat jelas, sehingga dapat ditentukan bahwa relief dari mineral yang diamati adalah Tinggi. Pada saat dibawah mikroskop,
mineral ini memberikan kenampakkan belahan satu arah dengan pecahan yang tidak rata dengan ukuran 2,8 mm. Pada posisi nikol silang, warna interferensi maksimum yang terlihat adalah hijau kebiruan pada bias rangkap orde II. Sudut gelapan pada mineral ini adalah 45o. Penentuan sudut gelapan dengan cara menentukan selisih sudut dari gelap ke terang maksimum dan dari terang ke gelap maksimum. Selisih kedua sudut tersebut kemudian di jumlahkan dan di bagi dua. Dari sudut gelapan kita dapat menentukan jenis dari gelapan mineral yang diamati. Pada mineral ini, sudut gelapannya adalah 45o sehingga dapat dikatakan bahwa jenis gelapannya adalah gelapan simetris. Kembaran tidak terlihat ketika meja objek pada pengamatan mineral ini di putar, Sistem kristal pada mineral ini berupa monoklin dengan komposisi kimia (Ca,Na)(Mg,Fe,Al,Ti)(Si,Al)2O6. Pada saat keping gips di masukkan perubahan warna yang terlihat sangat cepat dengan adanya penambahan orde sehingga minera ini tergolong mineral yang Addisi-Length Fast. Berdasarkan ciri-ciri sifat optik yang telah didapatkan dari hasil pengamatan, maka dapat ditentukan nama mineral yang telah diamati adalah Augite. Pada pengamatan konoskopik lensa amici betran dan kondensor digunakan. Perbesaran lensa objektifnya sebesar 5X dengan perbesaran lensa okuler sebesar 10X. Sehingga perbesaran totalnya adalah 50X.. Sumbu optik yang terdapat pada mineral ini berupa biaxial yng didasarkan pada sumbu optiknya yang triklin. Pada pengamatan, kuadran I dan III mengalami penambahan orde ketika meja objek di putar, sehingga tanda optiknya berupa positif (+). Gambar interferensi yang terlihat menampakkan tidak terdapatnya isogir sehingga pada mineral ini sudut 2V tidak
terbentuk. Warna yang terdapat pada pengamatan ini sebanyak dua warna yaitu kuning dan biru sehingga dapat dikatan bahwa gelang warnanya berupa bias ganda lemah. Dengan memperhatikan sifat-sifat mineral dari pengamatan konoskop dapat diinterpretasikan bahwa nama mineral ini adala Augite. No. Urut
:2
No. Peraga
: 25
Nikol Sejajar A
Perbesaran objektif
: 5X
Perbesaran okuler
: 10X
Perbesaran total
: 50X
Bilangan skala
: 0,02
Kedudukan
: (x ; y) (43,5 ; 13,5)
Warna absorbsi
: Kuning kehijaun
0
100
P
100
P
100
P
Nikol Silang A
Pleokroisme
: Dwikroik
Intensitas
: Kuat
Bentuk
: Subhedral-Anhedral
Indeks bias
: Nmin>Ncb
Belahan
: Satu arah
Relief
: Tinggi
T.R.O
Pecahan
: Uneven
A
Inklusi
:-
Bentuk
0
:0
Warna
:-
Ukuran
:-
Ukuran mineral
: 140 X 0,02 = 2,8 mm
WI maksimum
: Hijau kebiruan
Bias Rangkap (Orde) : II Sudut Gelapan
: 30o+60o = 45o 2
Jenis gelapan
: Simetris
Kembaran
:-
Sistem krital
: Monoklin
T.R.O.
: Addisi-Length Fast
Komposisi kimia
: (Ca,Na)(Mg,Fe,Al,Ti)(Si,Al)2O6
Nama mineral
: Augite
Pengamatan Konoskopik
Perbesaran objektif
: 5X
Perbesaran okuler
: 10X
Perbesaran total
: 50X
Sumbu Optik
: Biaxial
Tanda Optik
: (+)
Gambar Interferensi :
Isogir
Gelang warna : Bias ganda lemah
Sudut 2V
Nama mineral
: Tidak ada
:: Augite
Gelang warna
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Setelah melakukan praktikum acara nikol sejajar, maka didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut: 1. Pengamatan konoskop dilakukan untuk mengetahui sumbu optik, tanda optik dan gambar interferensi mineral yang diamati. 2. Berdasarkan sifat-sifat optik ineral yang diamati dapat diinterpretasikan bahwa nama sampel mineral pertama adalah Bitownite sedangkan sampel mineral yang kedua adalah Augite. 4.2 Saran Praktikan menyarankan agar kelengkapan alat-alat praktikum lebih di perbanyak agar tidak mengganggu keberlangsungan proses praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Simon, Schuster. 1978, Rocks and Minerals. Fireside: New York. Ria, Ulva. 2014, Mineral Optik. Laboratorium Mineral Optik : Makassar. Pada http://riolumbantoruan.blogspot.com/2010/06/mineral-optik.html. Diakses pada tanggal 9 April 2014 pukul 14.15 WITA. Pada http://infoserbaguna.blogspot.com/2013/01/perbedaanpengamatan-konoskopdengan.html. Diakses pada tanggal 9 April 2014 pukul 14.15 WITA. Pada http://alfonsussimalango.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 9 April 2014 pukul 14.15 WITA. Pada http://alfhadlyblog.blogspot.com/2012/04/mineral-optik.html. Diakses pada tanggal 9 April 2014 pukul 14.15 WITA. Pada http://franzbonbon.blogspot.com/2011/04/konoskopis.html. Diakses pada tanggal 9 April 2014 pukul 14.15 WITA.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ACARA
: V Konoskop
NAMA
: Citra Aryani Anwar
HARI/TGL
: Jum’at/4 April 2014
NIM
: D611 12 281
No. Urut
:1
Nikol Sejajar A
No. Peraga
: 53
Perbesaran objektif
: 5X
Perbesaran okuler
: 10X
Perbesaran total
: 50X
Bilangan skala
: 0,02
Kedudukan
: (x ; y) (61,8 ; 14)
Warna absorbsi
: Putih kekuningan
Pleokroisme
: Monokroik
Intensitas
: Kuat
Bentuk
: Subhedral-Anhedral
P
0 100
A
P
0 100
Nikol Silang A
Indeks bias
: Nmin>Ncb
Belahan
: Tidak ada
Relief
: Tinggi
Pecahan
: Uneven
Inklusi
:-
Bentuk
:-
Warna
:-
Ukuran
:-
Ukuran mineral
: 80 X 0,02 = 1,6 mm
P
0 100
A
0 100
P
WI maksimum
: Kuning kemerahan
T.R.O A
Bias Rangkap (Orde) : II Sudut Gelapan
: 43o+41o = 42o 2 0
Jenis gelapan
: Miring
Kembaran
: Calsbat-Albit
Sistem krital
: Triklin
T.R.O.
: Addisi-Length Fast
Komposisi kimia
: (Ca,Na)[Al(Al,Si)Si2O8] : Bitownite
Pengamatan Konoskopik
Perbesaran objektif
: 5X
Perbesaran okuler
: 10X
Perbesaran total
: 50X
Sumbu Optik
: Biaxial
Tanda Optik
: (-)
Gambar Interferensi :
Isogir
Gelang warna : Bias ganda lemah
Sudut 2V
Nama mineral
: Tidak terpusat
: 70o : Bitownite
P
100
P
A
0
Nama mineral
100
Isogir
Gelang warna
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ACARA
: V Konoskop
NAMA
: Citra Aryani Anwar
HARI/TGL
: Jum’at/4 April 2014
NIM
: D611 12 281
No. Urut
:2
No. Peraga
: 25
Perbesaran objektif
: 5X
Perbesaran okuler
: 10X
Perbesaran total
: 50X
Bilangan skala
: 0,02
Kedudukan
: (x ; y) (43,5 ; 13,5)
Warna absorbsi
: Kuning kehijaun
Nikol Sejajar A
0
: Dwikroik
Intensitas
: Kuat
Bentuk
: Subhedral-Anhedral
P
100
P
A
0
Pleokroisme
100
Nikol Silang A
Indeks bias
: Nmin>Ncb
Belahan
: Satu arah
Relief
: Tinggi
Pecahan
: Uneven
Inklusi
:-
Bentuk
:-
Warna
:-
Ukuran
:-
Ukuran mineral
: 140 X 0,02 = 2,8 mm
0
100
P
100
P
A
0
WI maksimum
: Hijau kebiruan
T.R.O A
Bias Rangkap (Orde) : II Sudut Gelapan
: 30o+60o = 45o 2 0
Jenis gelapan
: Simetris
Kembaran
:-
Sistem krital
: Monoklin
T.R.O.
: Addisi-Length Fast
Komposisi kimia
: (Ca,Na)(Mg,Fe,Al,Ti)(Si,Al)2O6 : Augite
Pengamatan Konoskopik
Perbesaran objektif
: 5X
Perbesaran okuler
: 10X
Perbesaran total
: 50X
Sumbu Optik
: Biaxial
Tanda Optik
: (+)
Gambar Interferensi :
Isogir
Gelang warna : Bias ganda lemah
Sudut 2V
Nama mineral
: Tidak ada
:: Augite
P
100
P
A
0
Nama mineral
100
Isogir
Gelang warna
LAMPIRAN