ISSN 97724DB915DD4
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SLTPNKOTA PEKANBARU TAHUN 2013 Ridha Hidayat Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau
ABSTRAK Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sangat penting keberadaannya di lingkungan sekolah, yakni ujung tombak upaya kuratif dan preventif kasus kesehatan. Menanggapi banyaknya kasus masalah kesehatan yang dialami oleh siswa SLTP umumnya berkaitan dengan prilaku beresiko seperti penyalahgunaan NAPZA (63%), kehamilan yang tidak diinginkan (21%), abortus yang tidakaman (8%), infeksi menular seksual (5%), kesehatan reproduksi remaja (2%), kecelakaan dan trauma lainnya (1%).Semua ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan program UKS belum optimal.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuifaktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan program UKS di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013.Penelitian ini dilakukan di seluruh SLTPN Kota Pekanbaru pada tanggal 3-11 Oktober 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectionaldengan teknik pengambilan sampel total sampling. Jumlah sampel 38 sekolah.Instrumen dalam penelitian ini berupa daftar checklist. Pengolahan data dengan caraediting, coding, entry, cleaning dan scoring, kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan uji Chi-Square, yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Dari hasil Chi-Square didapat bahwa faktor sarana dan prasarana berhubungan dengan pelaksanaan program UKS dengan nilai P value (0,000) < α (0,05), tenaga pendidik (guru) berhubungan dengan pelaksanaan program UKS dengan nilai P value (0,009) < α (0,05), pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan berhubungan dengan pelaksanaan program UKS dengan P value (0,031) < α (0,05), pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan berhubungan dengan pelaksanaan program UKS dengan P value (0,002) < α (0,05).
Kata kunci : saran prasarana, tenaga pendidik, dinas pendidikan, dan kessehatan Referensi : 18 Referensi (2003-2013)
104
ISSN 97724DB915DD4
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
PENDAHULUAN Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas.Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia adalah pendidikan.Kualitas pendidikan berkaitan erat dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas pula.Manusia yang berkualitas adalah yang memiliki jasmani dan rohani yang sehat. Salah satu upaya pengembangan SDM yang berkualitas dan sehat antara lain dengan melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) (Depkes, 2008). Menanggapi kebijakan yang dikeluarkan oleh WHO, maka pemerintah mengeluarkan peraturan tentang UKS yang tercantum dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 45 tentang kesehatan yang menegaskan bahwa, kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadi SDM yang berkualitas (Sumantri, 2007). Kegiatan UKS dilaksanakan di setiap sekolah dengan pembinan dari Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah (TP UKS).Sasaran program pembinaan adalah seluruh komunitas sekolah yaitu kepala sekolah, peserta didik, guru, penjaga kantin, dan tenaga kebersihan. Dalam mewujudkan peningkatan kualitas SDM khususnya peserta didik, maka dibentuk program kerja TP UKS pada tahun 2011 yang mengacu kepada trias UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Pendidikan kesehatan selain dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakulikuler namun juga dilaksanakan dalam kegiatan kulikuler sesuai dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 dalam pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Jakarta kini, 2012). Materi UKS diajarkan disesuaikan dengan tingkat pendidikan peserta didik antara lain, kebersihan diri, penyakit menular potensi kejadian luar biasa (DBD, flu burung, dan diare), prilaku hidup bersih dan sehat tatanan sekolah, gizi (makanan sehat), kesehatan reproduksi remaja, narkoba, HIV, dan AIDS, penyakit menular seksual, program UKS, kantin sehat, kesehatan lingkungan, dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakan (P3K) (Jakarta kini, 2012). UKS memiliki manfaat langsungterhadap peningkatan kesehatan anaksekolah, dan memiliki potensi besar dalam mensukseskan program peningkatan derajatkesehatan secara lebih luas. Oleh karenaitulah UKS dapat digunakan sebagai wadahsekaligus kendaraan yang dapat digunakanoleh berbagai program kesehatan, sepertikesehatan ibu dan anak, gizi,pemberantasan penyakit menular (P2M),kesehatan lingkungan, pengobatan, promosikesehatan, dan lain-lain. Program UKS memiliki Banyakfaktor yang mempengaruhi pelaksanaan UKS, diantaraanya guru belum memilikikomitmen dan kepedulian untukmelaksanakan program tersebut,sertatenaga UKS (tenaga kesehatan) yang belum kompeten (Wahyuni,2005).
105
ISSN 97724DB915DD4
Pada tahun 2007, Rika Arisasmita melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanan program UKS di SLTA di Kabupaten Probolingo Jawa Timur. Dari hasil penelitian tersebut didapat hasil bahwa pelaksanaan program UKS di sekolah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tidak tersedianya sarana dan prasarana, tidak adanya struktur kepengurusan UKS di sekolah, minat siswa yan kurang terhadap kegiatan UKS dan tidak adanya pembinaan dan pengawasan dari instansi terkait (Arisasmita, 2007). Data yang didapat dari dinas pendidikan kota Pekanbaru tahun 2012, masih banyak sekolah yang UKS-nya tidak terlaksana dengan baik mulai dari SD sampai dengan SLTA. Berikut data sekolah negeri yang UKS-nya terlaksana dan yang tidak terlaksana : Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa UKS yang paling banyak tidak terlaksana berada pada tingkat SLTPN. Dari survey awal yang dilakukan peneliti dengan mendata 10 SLTPN didapatkan hasil bahwa, dari 10 SLTPN hanya 4 sekolah yang memiliki UKS. Keterangan yang didapat dari sekolah, UKS ini sudah ada sejak berdirinya sekolah tetapi tidak berjalan dengan maksimal karena keterbatasan dari obat-obatan dan sarana prasarana, sehingga menurut latar belakang yang telah ada maka peneliti tertarik penelitian tentang faktor–faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan progam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013. Tujuan Penelitian
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
Untuk menganalisis faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan pelaksanaan progam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif yang bersifat analitikdengan rancangan cross sectional karena pendekatan, observasi atau pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini yang ingin diteliti adalah apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013, adapun variabel dependen adalah pelaksanaan program UKS dan variabel independennya sarana dan prasarana, tenaga pendidik, pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan, serta pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di seluruh SLTPN yang ada di kota Pekanbaru Riau. 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 sampai 11 Oktober tahun 2013. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Arikunto, 2006).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh UKS yang ada di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013, yaitu sebanyak 38 SLTPN.
106
ISSN 97724DB915DD4
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populai (Hidayat, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu mengambil seluruh populasi yang ada atau yang tersedia (Notoatmodjo, 2010). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 38 SLTPN yang ada di Kota Pekanbaru Riau tahun 2013. Tehnik Sampel Pengambilan sempel dilakukan dengan teknik total sampling yaitu mengambil semua SLTPN yang ada di Kota pekanbaru Jumlah Sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 38 SLTPN yang ada di Kota Pekanbaru Riau tahun 2013. Alat Pengumpulan Data Intrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) apa yang hendak diukur (Nursalam, 2003). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar cheklist. Jika tidak ada diberi poin 0 dan jika ada diberi poin 1. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan ditempat penelitian dengan prosedur sebagai berikut : 1. Setelah laporan hasil penelitian mendapat persetujuan dari pembimbing, peneliti meminta izin kepada ketua STIKes Tuanku Tambusai, Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan masyarakat serta kepada Kepala dinas pendidikan kota Pekanbaru. 2. Mendatangi responden sesuai kriteria penelitian untuk pengisian lembar cheklist.
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
3. Menjelaskan bahwa data yang didapat dari responden dijamin kerahasiaannya. 4. Meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. 5. Memberikan lembar kuesioner dambil menjelaskan cara pengisiannya. 6. Setelah kuesioner diisi peneliti langsung mengecek atau memeriksa kelengkapannya. Setelah itu peneliti mengisi lembar cheklist. 7. Apabila belum lengkap dalam pengisian kuesioner responden diminta untuk melengkapinya saat itu juga. Analisis data Dalam penelitian ini analisis yang digunakan yaitu : 1. Analisa Univariat Analisis ini digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel sarana dan prasarana, tenaga pendidik, dinas pendidikan dan dinas kesehatan dalam pelaksanaan program UKS. Data ini disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan dipersentasikan dalam tiap variabel dengan rumus : F 𝑃 = x 100% N Keterangan : P = Persentase F = Jumlah sekolah yang tidak memiliki salah satu faktor N = Jumlah sekolah seluruhnya (Arikunto, 2006). 2. Analisa Bivariate Anlisa bivariate dilakukan untuk melihat dengan melakukan pengkajian secara statistik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungna antara variabel independen dan dependen yang menggunakan rumus Chi square
107
ISSN 97724DB915DD4
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
dengan bantuaan SPSS dan tingkat kepercayaan 95% dari hasil perhitungan statistik dengan nilai probabilitas (P) dan taraf nyatanya 0,05 (Sibagariang, 2010). Apabila : 1. Nilai p value < dari nilai α maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. 2. Nilai p value hitung > dari nilai α, maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi sarana dan prasarana, tenaga pendidik (guru), pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan, pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan dan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013. N o 1
2
3
Variabel
Juml ah
Persent ase (%)
16
42,11
22
57,89
18
47,37
20
52,63
18
47,36
Sarana dan prasarana a. Lengka p b. Tidak lengkap Tenaga pendidik (guru) a. Ada b. Tidak ada Pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan
4
5
a. Terlaksa na b. Tidak terlaksa na Pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan a. Terlaksa na b. Tidak terlaksa na Pelaksanaa n program UKS a. Ada b. Tidak ada Jumlah
20
52,64
16
42,1
22
57,9
13
34,21
25
65,79
38
100
Sumber : Data Primer Lembar Checklist SLTPN Kota Pekanbaru Tahun 2013
Berdasarkan data dapat diketahui bahwa, dari 38 SLTPN terdapat komposisi yang tidak merata berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana, tenaga pendidik (guru), pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan, pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan, serta pelaksanaan program UKS di sekolah. Dari 38 sekolah, 22 sekolah (57,89%) memiliki sarana dan prasarana yang tidak lengkap, tanaga pendidik (guru) yang tidak ada berjumlah 20 sekolah (52,63), dan sekolah yang tidak mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikantentang UKS di sekolahnya, yaitu berjumlah 20 sekolah (52,64%), serta sekolah yang tidak mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatanyaitu
108
ISSN 97724DB915DD4
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
berjumlah 22 sekolah (57,9%). Sedangkan jika dilihat dari pelaksanaan program UKS dari 38 sekolah masih banyak sekolah yang pelaksanaan program UKS-nya tidak terlaksana yaitu berjumlah 25 sekolah (65,79%). B. Analisis Bivariat Tabel 4.2 Hubungan Sarana dan Prasarana Dengan Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru Tahun 2013 Saran a dan prasar ana
N Lengk ap Tidak lengka p Total
12
Tidak ada
Pelaksanaan program UKS Tenaga pendidik (guru)
Ada N
Ada 10
Pelaksanaan program UKS A d a
Tabel 4.3Hubungan Tenaga Pendidik (guru) Dengan Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru Tahun 2013
T ot al
P Valu e
Tidak ada
N
%
n
%
4
10,5 3
16
42 ,1
1
2, 63
21
55,2 6
22
57 ,9
13
34 ,2 1
25
65,7 9
38
10 0
0,00 0
Dari 38 sekolah yang tidak memiliki sarana dan prasarana untuk pelaksanaan progran UKS yaitu berjumlah 22 sekolah (57,9%) dan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program UKS yaitu berjumlah 16 sekolah (42,1%). Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sarana dan prasarana dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013. Hal ini dibuktikan dengan P value0,000 (< 0,05).
N 8
3
7, 89
17
13
34 ,2 1
25
Total % 31 ,5 8
% 26 ,3 2
Tidak ada % 21 ,0 5 44 ,7 4 65 ,7 9
Tot al
P Valu e
N
%
18
47,37
20
52,63
38
100
Dari 38 sekolah yang tidak memiliki tenaga pendidik (guru) untuk pelaksanaan progran UKS yaitu berjumlah 20 sekolah (52,63%) dan sekolah yang memiliki tenaga pendidik (guru) untuk pelaksanaan program UKS yaitu berjumlah 18 sekolah (47,37%). Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tenaga pendidik (guru) dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013. Hal ini dibuktikan dengan P value 0,009 (< 0,05).
Tabel 4.4Hubungan Pembinan dan Pengawasan dari Dinas Pendidikan Dengan Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru Tahun 2013
109
0, 00 9
ISSN 97724DB915DD4
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
untuk pelaksanaan program UKS yaitu berjumlah 22 sekolah (57,9%) dan sekolah yang mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan untuk pelaksanaan Dari 38 sekolah yang tidak mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan untuk pelaksanaan program UKS yaitu berjumlah 20 sekolah (52,64%) dan sekolah yang mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan untuk pelaksanaan program UKS yaitu berjumlah 18 sekolah (47,36%). Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013. Hal ini dibuktikan dengan P value0,031 (< 0,05). Tabel 4.5Hubungan Pembinaan dan Pengawasan dari Dinas Kesehatan Dengan Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru Tahun 2013
Pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan
Pelaksanaan program UKS Ada N
Terlaksana 10 Tidak terlaksana Total
3 13
% 26 ,3 1 7, 9 34 ,2 1
Tidak ada
Total
N
N %
6
% 15 ,7 9
P Value
1 42 6 ,1
19
50
2 57 2 ,9
25
65 ,7 9
3 10 8 0
0,00 2
Dari 38 sekolah yang tidak mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan
Pembinaa n dan pengawas an dari dinas pedidikan Terlaksan a Tidak terlaksan a Total
Pelaksanaan program UKS Ada
Tidak ada
Total
N
N
%
N
3
7, 89
15
10
13
26 ,3 2 34 ,2 1
10
25
% 39 ,4 7 26 ,3 2 65 ,7 9
18
20
38
% 47 ,3 6 52 ,6 4 10 0
program UKS yaitu berjumlah 16 sekolah (42,1%). Berdasarkan dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013. Hal ini dibuktikan dengan P value 0,002 (< 0,05). PEMBAHASAN A. Sarana dan prasarana Berdasarkan hasil penelitian tentang sarana dan prasarana dapat diketahui bahwa dari 38 SLTPN terdapat komposisi yang tidak merata dalam sarana dan prasarana UKS di sekolahnya, sehingga diadapat sarana dan prasarana yang lengkap berjumlah 16 sekolah (42,11%) dan sarana dan prasarana yang tidak lengkap berjumlah 22 sekolah (57,89%). Sarana dan prasarana merupakan faktor yang paling mendukung dalam pelaksanaan
110
P Valu e
0,03 1
ISSN 97724DB915DD4
UKS.Jika sarana dan prasarana seperti ruangan khusus untuk UKS, perlengkapan kesehatan sederhana (P3K) dan sebagainya tidak tersedia maka program UKS tidak dapat terlaksana dengan baik. Untuk itu sebagainya pihak sekolah memikirkan agar semua perlengkapan UKS bisa tersedia dengan dana sendiri dari sekolah tanpa menunggu bantuan dari donator atau pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawan (2009) terhadap 45 SLTP di Surabaya tentang faktorfaktor pelaksanaan program UKS didapat hasil bahwa, 75% sekolah tidak memiliki sarana dan prasarana berupa ruangan dan semua perlengkapan penunjang untuk kegiatan UKS. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan ada beberapa sekolah yang hanya memiliki ruangan saja tetapi tidak memiliki perlengkapan dan ada sekolah yang tidak memiliki ruangan dan perlengkapan, itu semua dikarenakan tidak adanya bantuan dana dari pemerintah tentang program UKS, sehingga dana yang didapat dari sekolah untuk perlengakapan UKS juga terbatas. B. Tenaga pendidik (guru) Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 38 SLTPN terdapat komposisi yang tidak merata berdasarkan tanaga pendidik (guru) dalam pelaksanaan UKS. Tenaga pendidik (guru) yang ada di sekolah berjumlah 18 sekolah (47,37%) dan tanaga pendidik (guru) yang tidak ada berjumlah 20 sekolah (52,63). Tenaga pendidik (guru) bertugas bukan hanya mengamati
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
perubahan kondisi kesehatan siswa tetapi juga menanamkan kebiasaaan hidup sehat dengan memberikan pendidikan kesehatan serta membantu petugas – petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Sehingga tenaga pendidik (guru) sangat penting keberadaannya dalam pelaksanaan program UKS. Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan, masih banyak sekolah yang tidak memiliki tenaga pendidik (guru) untuk pelaksanaan program UKS yaitu berjumlah 20 sekolah (52,63%). Dari pihak sekolah mengungkapkan alasan bahwa mereka tidak memiliki tenaga pendidik (guru) yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan 41 progran UKS yaitu karena keterbatasan tenaga pendidik serta padatnya jadwal mengajar guru sehingga sekolah sulit untuk menunjuk siapa guru yang bisa bertanggung jawab dalam program UKS. Guru biasanya lebih mementingkan kegiatan belajar mengajar sehingga sekolah tidak memiliki pembina atau tenaga pendidik yang bersedia ditunjuk sebagai pembina UKS. C. Pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa, dari 38 SLTPN terdapat komposisi yang tidak merata berdasarkan pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan tentang UKS di sekolahnya, yaitu yang tidak terlaksana berjumlah 20 sekolah (52,64%) dan pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan yang terlaksana berjumlah 18 sekolah (47,36%).
111
ISSN 97724DB915DD4
UKS adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, Pengurus agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkunagn sekolah.Dinas pendidikan adalah salah satu penanggung jawab atas berjalannya program UKS di tingkat daerah atau provinsi. Dalam hal ini dinas pendidikan sangat berperan penting untuk medukung dan memajukan program UKS di sekolah – sekolah khususnya sekolah negeri. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan, dari 38 sekolah masih terdapat 18 sekolah (47,36%) yang belum mendapatkan pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan. Dalam hal ini sekolah mengatakan bahwa dinas pendidikan turun ke sekolah tidak untuk memberikan pembinaan dan pengawasan untuk pelaksanaan program UKS tetapi dinas pendidikan turun ke sekolah untuk keperluan lainnya, tidak untuk membicarakantentang pelaksanaan UKS atau program – program yang ada dalam UKS tersebut. D. Pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 38 SLTPN terdapat komposisi yang tidak merata berdasarkan pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan tentang UKS di sekolahnya, yaitu yang terlaksana berjumlah 16 sekolah (42,11%) dan pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan yang tidak
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
terlaksana berjumlah 22 sekolah (57,9%). Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan anak dan lingkungan sekolah, dikembangkan usaha pembinaan kesehatan melalui program UKS yang terdiri dari tiga kegiatan utama meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan serta pembinaan kesehatan lingkungan sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas perlu adanya dukungan dari semua pihak terutama petugas kesehatan yang bertanggung jawab langsung tentang kesehatan di wilayah kerjanya. Dukungan yang diberikan antara lain melakukan pengembangan program baik yang dilakukan secara rutin maupun program tambahan disetiap sekolah, berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan program, serta kegiatan-kegiatan pada waktu-waktu tertentu. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan, sebagian besar sekolah tidak mendapatkan pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan yaitu berjumlah 25 sekolah (65,79%). Dalam hal ini dari pihak sekolah mengatakan bahwa dinas kesehatan memang pernah turun ke sekolah tetapi tidak rutin hanyan sekali – sekali itupun rentang waktu kunjungan yang cukup lama. Sehingga dinas kesehatan sangat jarang sekali turun ke sekolah. Pihak sekolah juga mengatakan bahwa dinas kesehatan turun ke sekolah tidak memberikan penyuluhan tentang kesehatan melainkan untuk melakukan pemeriksaan gigi, gizi anak, makanan di kantin, got,
112
ISSN 97724DB915DD4
kebersihan ruangan dan halaman serta pengecakan tong sampah organik dan anorganik. E. Hubungan sarana dan prasarana dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN kota Pekanbaru tahun 2013 Menurut Bukhori (2007), sarana dan prasarana merupakan faktor yang paling mendukung dalam pelaksanaan UKS. Jika sarana dan prasarana seperti ruangan khusus untuk UKS, perlengkapan kesehatan sederhana (P3K) dan sebagainya tidak tersedia maka program UKS tidak dapat terlaksana dengan baik. Untuk itu sebaiknya pihak sekolah memikirkan agar semua perlengkapan UKS bisa tersedia dengan dana sendiri dari sekolah tanpa menunggu dana bantuan dari donator. Berdasarkan hasil penelitian dari 38 sekolah yang tidak memiliki sarana dan prasarana untuk pelaksanaan progran UKS yaitu berjumlah 22 sekolah (57,9%) dan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program UKS yaitu berjumlah 16 sekolah (42,1%). Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji ChiSquare diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sarana dan prasarana dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013. Hal ini dibuktikan dengan P value0,000 (< 0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arofah (2008) tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di wilayah kerja Puskesmas Kejajar II Kab. WonosoboSemarang ada hubungan yang signifikan antara sarana dan prasarana UKS dengan pelaksanaan program UKS di wilayah kerja puskesmas kejajar II Kabupaten Wonosobo Semarang. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan, ada beberapa sekolah yang memiliki ruangan UKS tetapi tidak memadai karena kurangnya fentilasi sehingga ruangan tersebut menjadi pengap dan kurang nyaman. Beberapa sekolah lainnya juga didapatkan bahwa minimnya obat – obatan karena memang keterbatasan dari dana UKS di sekolah tersebut. Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan wajib yang harus dimiliki oleh sekolah untuk menjalankan program UKS. Data yang didapat dari 38 sekolah, terdapat 16 sekolah yang memiliki sarana dan prasarana tetapi masih terdapat 4 sekolah yang pelaksanaan program UKS-nya tidak berjalan, itu dikarenakan tidak adanya tenaga pendidik (guru) yang bertanggung jawab langsung dibidang UKS. Hal ini didukung oleh hasil wawancara bahwa tidak adanya honor dari pemerintah ataupun dari sekolah untuk tenaga pendidik (guru) yang bertanggung jawab dalam program UKS karena sekarang menjadi pembina UKS tidak termasuk kedalam 24 jam jadwal mengajar sehingga tidak ada guru yang bersedia ditunjuk untuk pembina UKS. Sedangakan dari 22 sekolah yang tidak memiliki sarana dan prasarana terdapat 1 sekolah yang program UKS-nya berjalan, itu
113
ISSN 97724DB915DD4
dikarenakan terdapat cukup banyak absensi atau daftar peserta didik yang sakit dan terdapat tindakan/penanganan awal pada peserta didik yang sakit tersebut di ruang UKS. F. Hubungan tenaga pendidik (guru) dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN kota Pekanbaru tahun 2013 Pembina UKS di sekolah terdiri dari guru-guru yang ditugaskan untuk menjalankan dan mengawasi program UKS disekolah, dibantu oleh beberapa siswa yang terpilih dan terlatih sebagai petugas UKS. Dalam hal ini pembina UKS bisa saja guru yang bertugas sebagai pembina OSIS di sekolah tersebut sehingga UKS dapat berjalan dengan baik dan teratur. Fakta yang ditemukan dilapangan umumnya struktur penanggung jawab UKS di masing-masing sekolah sudah terbentuk tetapi tidak terlaksana sebagaimana mestinya (Bukhori, 2007). Berdasarkan hasil penelitian dari 38 sekolah yang tidak memiliki tenaga pendidik (guru) untuk pelaksanaan progran UKS yaitu berjumlah 20 sekolah (52,63%) dan sekolah yang memiliki tenaga pendidik (guru) untuk pelaksanaan program UKS yaitu berjumlah 18 sekolah (47,37%). Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji ChiSquare diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tenaga pendidik (guru) dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru tahun
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
2013. Hal ini dibuktikan dengan P value 0,009 (< 0,05). Penelitian yang dilakukan rahmawan (2009) terdapat 45 SLTP di Surabaya tentang faktorfaktor yang mempengaruhi pelaksanaan UKS didapat hasil bahwa 95% sekolah tidak memiliki struktur organisasi lengkap sebagai penanggung jawab program UKS di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan ada sekolah yang dalam struktur organisasinya memiliki pembina UKS namun tidak berjalan dan ada sekolah yang tidak memiliki pembina atau guru khusus yang bertanggung jawab terhadap jalannya program UKS. Selain itu juga terbatasnnya tenaga serta padatnya jadwal mengajar guru menjadikan sekolah sulit menunjuk siapa guru yang bisa bertanggung jawab terhadap program UKS. Guru biasanya lebih mementingkan kegiatan mengajar sehingga tidak memiliki pembina atau tenaga pendidik yang bersedia ditunjuk sebagai pembina UKS. Alasan lain yang peneliti dapat dari beberapa sekolah mengatakan bahwa menjadi pembina atau penanggung jawab program UKS tidak ada honor tersendiri dari pemerintah ataupun dari pihak sekolah sehingga ini juga menjadi alasan mengapa di sekolah tidak terdapat guru pembina sebagai penanggung jawab terhadap berjalannya program UKS. Pembina UKS biasanya diambil dari guru di sekolah yang diberi tanggung jawab untuk menjalankan program UKS. Data yang didapat dari 38 sekolah, terdapat 18 sekolah yang memiliki
114
ISSN 97724DB915DD4
tenaga pendidik (guru) dalam pelaksanaan program UKS tetapi terdapat 8 sekolah yang pelaksanaan program UKS-nya tidak berjalan, itu dikarenakan tidak adanya sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk pelaksanaan program UKS. Seperti ruangan UKS yang tidak memadai dan keterbatasan obat – obatan. Sedangakan dari 20 sekolah yang tidak memiliki tenaga pendidik (guru) terdapat 3 sekolah yang program UKS-nya berjalan, itu dikarenakan sekolah memiliki sarana dan prasarana yang lengkap untuk program UKS, dan terdapat partifipasi guru yang membantu pelaksanaan program UKS. G. Hubungan pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN kota Pekanbaru tahun 2013 Program UKS di sekolah tidak terlepas ari partisipasi dinas pendidikan. Dalam hal ini pembinaan dari dinas pendidikan akan sangat dibutuhkan untuk mendukung program UKS. Hal ini dikarenakan dinas pendidikan merupakan penanggung jawab program UKS tingkat daerah atau provinsi. Idealnya tim dari dinas pendidikan minimal turun kelapangan 1 kali dalam sebulan untuk mangecek apakah UKS di sekolah berjalan dengan baik dan untuk mendengarkan kendala apa saja yang dihadapi sekolah dalam menjalankan program UKS. Jika ada hanbatan atau kendala maka dapat dicari solusinya (Bukhori, 2007). Berdasarkan hasil penelitian dari 38 sekolah yang tidak mendapat pembinaan dan
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
pengawasan dari dinas pendidikan untuk pelaksanaan program UKS yaitu berjumlah 20 sekolah (52,64%) dan sekolah yang mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan untuk pelaksanaan program UKS yaitu berjumlah 18 sekolah (47,36%). Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji ChiSquare diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013. Hal ini dibuktikan dengan P value0,031 (< 0,05). Penelitian yang dilakukan rahmawan (2009) terdapat 45 SLTP di Surabaya tentang faktorfaktor yang mempengaruhi pelaksanaan UKS didapat hasil bahwa 98% sekolah tidak pernah didatangi atau mendapatkan pembinaan dari dinas pendidikan setempat. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan, sekolah tidak mendapat pelatihan ataupun penyuluhan serta bantuan dari dinas pendidikan mengenai program UKS. Sebagai penanggung jawab UKS tingkat provinsi, dinas pendidikan seharusnya memberikan pembinaan atau sosialisasi kepada sekolah-sekolah tentang program UKS. Dinas pendidikan juga harus memantau secara berkala terhadap jalannya program UKS di sekolahsekolah. Namun kenyataan yang ada di lapangan dan berdasarkan wawancara dengan sekolah yang tidak mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan
115
ISSN 97724DB915DD4
di dapat keterangan bahwa jarang sekali bahkan tidak pernah mendapat pembinaan apalagi bantuan dari dinas pendidikan. Dari pendataan yang terdapat di dalam buku tamu hanya beberapa sekolah saja yang mendapat kunjungan dari dinas pendidikan berkenaan dengan program UKS, itupun dinas pendidikan berkunjung tiap 3 bulan sekali bahkan 6 bulan sekali. Data yang didapat dari 38 sekolah, terdapat 18 sekolah yang mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan tetapi terdapat 15 sekolah yang pelaksanaan program UKS-nya tidak berjalan, itu dikarenakan sekolah memiliki tidak sarana dan prasarana yang lengkap dan tidak memiliki tenaga pendidik (guru) yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program UKS. H. Hubungan pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN kota Pekanbaru tahun 2013 UKS merupakan program dibidang kesehatan untuk siswa sekolah mulain dari SD sampai SLTA. Oleh karena itu, pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan yang dalam hal ini adalah puskesmas yang berada di sekitar sekolah harus memberikan pembinaan dan pengawasan terhadp sekolah. Pembinaan yang diberikan dapat berupa dokter kecil dan palang merah ramaja yang nantinya akan bertugas menjadi petugas UKS di sekolah-sekolah (Bukhori, 2007). Berdasarkan hasil penelitian dari 38 sekolah yang tidak mendapat pembinaan dan
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
pengawasan dari dinas kesehatan untuk pelaksanaan program UKS yaitu berjumlah 22 sekolah (57,9%) dan sekolah yang mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan untuk pelaksanaan program UKS yaitu berjumlah 16 sekolah (42,1%). Berdasarkan dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji ChiSquare diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SLTPN Kota Pekanbaru tahun 2013. Hal ini dibuktikan dengan P value 0,002 (< 0,05). Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti dilapangan, sekolah mengatakan bahwa pihak dinas kesehatan jarang sekali turun ke sekolah untuk membina siswa menjadi petugas UKS sehingga minat siswa sangat rendah untuk menjadi petugas UKS. Akibatnya program UKS di sekolah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dinas kesehatan biasanya bekerjasama dengan dinas pendidikan dan sekolah dalam menjalankan progran UKS. Dinas kesehatan seharusnya memberikan pelatiahan kepada siswa yang telah dipilih oleh sekolah untuk menjadi kader atau petugas kesehatan di sekolah yang disebut sebagai palang merah ramaja untuk tingakat SLTP dan SLTA. Menurut beberapa sekolah kegiatan ini tidak rutin dilakukan sehingga sekolah sering mengambil inisiatif untuk membentuk kader baru dengan cara menugaskan kader lama memberikan pelatiahan kepada
116
ISSN 97724DB915DD4
adek tingkat atau junior mereka untuk menggantikan posisi siswa sebelumnya menjadi kader UKS. Data yang didapat dari 38 sekolah, terdapat 16 sekolah yang mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan dalam pelaksanaan program UKS tetapi masih terdapat 6 sekolah yang pelaksanaan program UKSnya tidak berjalan, itu dikarenakan dinas ksehatan tidak memberikan pelatihan ataupun penyuluhan tentang kesehtan tetapi hanya untuk melakukan pemeriksaan gigi, gizi anak, makanan di kantin, got, kebersihan ruangan dan halaman serta pengecakan tong sampah organik dan anorganik. Sedangakan dari 22 sekolah yang mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan dalam pelaksanaan program UKS terdapat 3 sekolah yang program UKS-nya berjalan, itu dikarenakan sekolah memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dan tenaga pendidik (guru) yang ikut mendukung dan berpartisipasi untuk pelaksanaan program UKS. Keterbatasan Penelitian Selama proses kegiatan penelitian berlangsung, keterbatasan yang dialami oleh peneliti adalah : 1. Pada saat peneliti menjumpai responden, sebagian besar mengambil sebagian waktu pada jam pelajaran siswa sehingga tidak banyak informasi yang dapat digali oleh peneliti karena responden di tuntut untuk mengajar. 2. Penelitian dilakukan relatif singkat karena keterbatasan waktu yang tersedia PENUTUP Kesimpulan
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sarana dan prasarana yang tidak lengkap berjumlah 22 sekolah (57,89%), sedangkan tanaga pendidik (guru) yang tidak ada berjumlah 20 sekolah (52,63), dan sekolah yang tidak mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan tentang UKS di sekolahnya, yaitu berjumlah 20 sekolah (52,64%), serta sekolah yang tidak mendapat pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan yaitu berjumlah 22 sekolah (57,9%). Sedangkan jika dilihat dari pelaksanaan program UKS dari 38 sekolah masih banyak sekolah yang pelaksanaan program UKS-nya tidak terlaksana yaitu berjumlah 25 sekolah (65,79%). 2. Berdasarkan hasil penelitian faktor sarana dan prasarana berhubungan dengan pelaksanaan program UKS. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan Chi-Square bahwa nilai P value (0,000) < α (0,05). 3. Berdasarkan hasil penelitian faktor tenaga pendidik (guru) berhubungan dengan pelaksanaan program UKS. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan Chi-Square bahwa nilai P value (0,009) < α (0,05). 4. Berdasarkan hasil penelitian faktor pembinaan dan pengawasan dari dinas pendidikan berhubungan dengan pelaksanaan program UKS. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan Chi-Square bahwa nilai P value (0,031) < α (0,05). 5. Berdasarkan hasil penelitian faktor pembinaan dan pengawasan dari dinas kesehatan berhubungan dengan pelaksanaan program UKS. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan Chi-Square bahwa nilai P value (0,002) < α (0,05).
117
ISSN 97724DB915DD4
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat ada beberapa saran yang ingin disampaikan oleh peneliti yaitu: 1. Bagi tempat penelitian Bagi lokasi penelitian di seluruh SLTPN Kota Pekanbaru Riau diharapkansekripsi ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi sekoah untuk dapat lebih meningkatkan program kerja UKS sehingga dapat terciptanya sumber daya manusia yang sehat, khususnya siswa dan siswi SLTPN yang ada di Kota Pekanbaru Riau. 2. Bagi STIKes Tuanku Tambusai Riau Diharapkan kepada institusi pendidikan agar dapat memfasilitasi buku – buku yang lengkap tentang kesehatan dengan edesi terbaru khususnya tentang UKS, agar dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan untuk menambah wawasan baru bagi mahasiswa sehingga dapat dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan masukan peneliti selanjutnya dan dilakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pelaksanaan program UKS. DAFTAR PUSTAKA Ahmad.
2008. Peningkatan Implementasi Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Madrasah Diperoleh tanggal 14 September 2013 di . http://tutorialkuliah.blogspot. com
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
Andi. 2009. Informasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. http://disdik.jambiprov.go.id/ informasi/pendidik-dankependidikan Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Arisasmitha. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanan Program UKS di SLTA di Kabupaten Probolingo Jawa Timur. Surabaya: Skripsi Kesehatan Arofah. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Program Uks di Wilayah Kerja Puskesmas Kejajar II Kabupaten Wonosobo. Semarang : Skripsi Kesehatan Bukhori. 2007. Kebijaka Pemerintah Tentang UKS.Diperoleh tanggal 14 September 2013 di http://tutorialkuliah.blogspot. com Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan Di Sekolah. Jakarta: Departemen Kesehatan Hidayat, A. A. 2012. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Jakarta kini. 2012. Program Kegiatan Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah (TP UKS). Diperoleh tanggal 14 September 2013 di http://www.jakarta.gi.id/web/ news/2012/05/programkegiatan-tp-uks Natoatmodjo, S. 2010. MetodePenelitianKesehatan. Jakarta: RinekaCipta
118
ISSN 97724DB915DD4
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Rita. 2008. Usaha Kesehatan Sekolah dan Dokter Kecil.Diperoleh tanggal 14 September 2013 di http://dokterkecil.wordpress. com Tohar. 2010. Evaluasi Program UKS. http://scribd.com/doc/57919 016/Evaluasi-Program-UKS Sibagariang, E. Ellya. 2010. Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan. Jakarta: CV Trans Info Media Soenarjo. R. J. 2008. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Bandung: Rosda Sumantri, M. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press Tim Esensi. 2012. Mengenal UKS. Jakarta: Erlangga Group
Wahit, I. M. 2009. Ilmu Pengantar Komunitas 1 Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika Wahyuni. T, 2005, Menggalakkan Kembali Usaha Kesehatan Sekolah,Diperoleh tanggal 14 September 2013 di download from http://www.suarakaryaonline .com
119
ISSN 97724DB915DD4
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
120