TCLP- Kaitannya dengan Karakteristik Karakteristi k Limbah B3
Bab 6 TCLP KAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK LIMBAH B3
6.1. PENDAHULUAN Pengertian limbah B3 menurut PP18/99 tentang Pengelolaan Limbah B3 adalah : setiap limbah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya konsentrasinya dan/atau jumlah dan/atau jumlahnya, nya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain' (pasal 1 angka 2). Lebih operasional, PP18/99 tersebut menggariskan bahwa sebuah limbah akan berkatagori sebagai limbah B3 bila tercamtum dalam daftar, atau memenuhi karakteristik seperti tercantum dalam Tabel 6.1 berikut ini. Tabel 6.1 : Katagori limbah berbahaya menurut PP18/1999 Termasuk dalam daftar lampiran a. Dari sumber tidak spesifik b. Dari sumber spesifik
Mempunyai salah satu karakteristik a. mudah meledak b. mudah terbakar
TCLP- Kaitannya dengan Karakteristik Limbah B3
dahulu harus berada dalam kondisi matrik padat, yaitu melalui proses S/S. Salah satu uji karakter hasil S/S yang digunakan adalah uji TCLP. Konsep ini juga diadopsi oleh Indonesia melalui Kep Bapedal 03/Bapedal/09/95. 6.2. BEBERAPA JENIS UJI PELINDIAN Uji kimia-fisik dengan pelindian atau ekstraksi pada umumnya digunakan untuk menilai kinerja proses stabilisasi dan solidifikasi limbah yang akan dilandfilling, dikenal sebagai uji pelindian atau leaching test . Terdapat beragam uji pelindian, diantaranya yang dapat dibagi menjadi : – Uji dengan ekstraksi atau ekstraksi secara batch – Uji dengan kolom lisimeter – Uji pelindian Uji-uji tersebut umumnya digunakan untuk menyimulasi kondisi limbah dalam landfill yang terpapar dengan lingkungan sekitarnya, seperti air hujan, air lindi dari limbah itu sendiri. Uji ekstraksi :
– – – – –
Biasanya limbah dihaluskan, agar luas permukaan yang akan terpapar akan lebih besar Limbah dikocok dalam kondisi netral atau asam Waktu pelindian : dalam hitungan jam hingga hari, sehingga merupakan uji short-term Uji ini dapat dikatakan menyimulasi kondisi terburuk bila limbah (padat) yang akan terpapar dengan kondisi air asam seperti air hujan, air limbah hasil pelindian landfill Perbedaan utama dari uji pelindian tersebut adalah : Media pelindian : air distilasi/deionisasi atau asam Rasio cairan media dengan padatan limbah : 3 : 1 sampai 50 : 1 Ukuran partikel limbah Jumlah dan lamanya ekstraksi
TCLP- Kaitannya dengan Karakteristik Limbah B3
Uji EP Tox dan uji TCLP merupakan uji yang paling sering digunakan di Amerika Serikat. Perbedaan kedua uji tersebut tercantum dalam tabel 6.2 di bawah ini.
Tabel 6.2 : Perbedaan EP Tox dengan TCLP adalah Parameter eksperimental Perlakuan limbah Ukuran filter (m) Tekanan filtrasi (psi) Larutan pelindi Periode ekstraksi (jam) Rasio pelindi : padatan Pengaduk Kualitas kontrol Wadah ekstraksi
TCLP Dihaluskan
Dihaluskan, dan juga monolitic 0,6 – 0,8 glass fiber 0,45 50 75 As.Asetat 0,1 N – di awal As.Asetat 0,5 N dengan pH 2,9 atau 4,9 pH dipertahankan = 5 18 24 20 : 1 16 : 1 Jenis end-over-end pada 2 rpm Pengaduk biasa 1 blanko setiap 10 ekstraksi dan 1 blanko setiap batch setiap batch baru ZHE untuk volatil Tidak dispesifikasi khusus Botol untukl non volatil
Uji kolom :
– – – – –
EP Tox
Pada uji ini, limbah pertama kali harus dihaluskan Kemudian ditempakan pada kolom dengan densitas limbah tertentu Larutan pelindi kemudian dialirkan Ada yang menggunakan pompa ada yang secara gravitasi Ada yang mengalirkan secara down-flow ada yang secara up-flow
TCLP- Kaitannya dengan Karakteristik Limbah B3
6.3. APLIKASI UJI PELINDIAN DI BEBERAPA NEGARA : Setiap negara mempunyai protokol tersendiri dalam prosedur pelindian. Seperti dibahas di muka, uji pelindian bersasaran mensimulasi terpaparnya limbah dengan air hujan yang bersifat asam, sehingga air ekstraksi yang digunakan biasanya bersifat asam, misalnya : – Pemaparan CO2 ke dalam air ekstraksi (Standar Perancis) – Pemaparan asam lemah (asam asetat) ke dalam air ekstraksi (misal TCLP), atau asam kuat (HNO3) seperti ANC (Kanada) Variabel lain yang juga bersifat protokoler antara lain adalah – Waktu kontak : misalnya waktu kontak TCLP (USA) = 18 jam, sedang pelindian limbah industri Perancis adalah 2 x 15 jam – Proporsi antara cairan ekstraksi dengan limbah : TCLP = 20 : 1, sedang Perancis = 10 : 1 – Kehalusan limbah juga ternyata tidak sama untuk setiap protokol. TCLP menggunakan limbah yang lolos dari ayakan 9,5 mm sedang Perancis menggunakan limbah yang lolos dari ayakan 4 mm. Oleh karena uji pelindian ini bersifat protokoler, maka biasanya hasil ekstraksi tersebut bersifat spesifik, dan kurang relevan dibandingkan antara satu protokol dengan protokol yang lain, apalagi bila dibandingkan dengan baku mutu efluent limbah misalnya. Demikian juga kurang relevan bila hasil TCLP yang bersifat batch dibandingkan dengan hasil pelindian yang bersifat kontinu. Beberapa jenis uji pelindian yang diterapkan di beberapa negara adalah : 1. Amerikia Serikat : Method 1310A : Extraction Prosedure (EP) Toxicity Test and Structural Integrity Test Method 1311 : TCLP Method 1312 : Synthetic Precipitation Leaching Procedure (SPLP)
TCLP- Kaitannya dengan Karakteristik Limbah B3
Beberapa assumsi yang digunakan dalam penentuan uji ini akan dibahas di bawah ini. Terdapat tiga faktor penentu, yang berkaitan dengan aspek regulasi dalam uji TCLP yang dikembangkan oleh Amerika Serikat, yaitu : – Faktor tingkat pencemar yang masih diperbolehkan atau yang masih dapat diterima oleh air tanah sebagai sumber air minum – Faktor pengenceran atau penurunan konsentrasi pencemar antara sebuah landfill dengan receptor (dilution/attenuation factor - DAF) – Konsentrasi lindi yang diizinkan sehingga tidak menimbulkan pencemaran dari sudut peraturan Faktor-faktor referensi yang digunakan dalam penentuan ambang toksisitas khronis yang diterapkan dalam standar TCLP di Amerika Serikat adalah didasarkan atas penentuan resiko keterpaparan air tanah (sumber air minum) terhadap konsentrasi limbah yang terlindikan, yaitu : – Risk-Specific Doses (RSDs) senyawa karsinogenik yang diprakirakan menghasilkan –5 insiden terjadinya kanker : digunakan nilai <= 10 . Artinya : probabilitas terjadinya kanker adalah 1 dalam 100.000 orang – Reference Doses (RfDs) komponen non karsinogenik, yang didasarkan atas estimasi dosis harian sebuah substansi yang tidak menimbulkan efek berlawanan. Digunakan assumsi : seorang dengan berat 70 Kg mengkonsumsi 2 Liter air tercemar setiap harinya – Proposed Maximum Contaminant Levels (PMCLs) air minum yang berlaku di Amerika Serikat termasuk National Interim Primary Drinking Water Standard (DWS) Setelah ambang toksisitas khronis ini didentifikasi, kemudiaan dikalikan faktor DAF, yang didasarkan atas model transpor pencemaran dalam air tanah. Asumsi yang digunakan adalah terjadi reduksi konsentrasi pencemar selama pencemar tersebut mengalir menuju titik pengambilan air tanah yang digunakan sebagai sumber air minum yang terletak 500 ft (150 meter) di hilir sumber pencemar. Asumsi yang diambil dalam model tersebut telah memperhitungkan : Hidrolisa organik
TCLP- Kaitannya dengan Karakteristik Limbah B3
Model Pelindian yang Digunakan dalam TCLP
Dari simulasi perhitungan itulah kemudian dihasilkan sebuah baku-mutu, yang dianggap dapat digunakan untuk menentukan sifat beracun (toxic) sebuah limbah, khususnya toksik yang bersifat chronis. Tabel dalam lampiran berikut adalah hasil perhitungan yang digunakan.
REFERENSI : Hari D. Sharma, Sangeeta P. Lewis
Waste Containment System, Waste Stabilization And
TCLP- Kaitannya dengan Karakteristik Limbah B3
TCLP- Kaitannya dengan Karakteristik Limbah B3
Tabel : Perbedaan Uji ekstrasi Metode uji TCLP EP Tox Cal WET MEP
MWEP ELT ANC SET SCE
Pengelolaan Limbah B 3 - 2008
Media pelindian As. Asetat As. Asetat 0,04 M pH 5 Natrium sitrat 0,2 M pH 5 Seperti EP Tox, kemudian dengan hujan sintetis ( As. Sulfat : As. Nitrat = 60 : 40 berat) Air destilasi/deionisasi atau sesuai site Air destilasi HNO3 dengan konsentrasi meningkat As. Asetat 0,04 M 5 Larutan pelindi dengan konsentrasi asam meningkat
Rasio Cairan/ Padatan limbah 20 : 1 16 : 1 10 : 1
Ukuran partikel maks.- mm 9,5 mm 9,5 mm 2,0 mm
20 : 1
Jumlah ekstraksi
Waktu ekstraksi
1 1 1
18 jam 24 jam 48 jam
9,5 mm
9 atau lebih
24 jam / ekstraksi
9,5 mm atau monolit
4
18 jam / ekstraksi
150 m
1
7 hari
3:1
150 m
1
48 jam
50 : 1
9,5 mm
15
24 jam / ekstraksi
16 : 1 sampai 40 : 1
150 m
5
2 sampai 24 jam
10 : 1 setiap ekstraksi 4:1